Pengaruh Penambahan Bubuk Bawang Putih Pada Ransum Terhadap Gambaran Darah Ayam Kampung yang Diinfeksi Cacing Nematoda ( Ascaridia galli)

PENGARUH PENAMBAHAN BUBUK BAWANG PUTIH PADA
RANSUM TERHADAP GAMBARAN DARAH AYAM
KAMPUNG YANG DIINFEKSI CACING
NEMATODA ( Ascaridia galli)

SKRIPSI
RACHMAD BUDIMAN

PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

RINGKASAN
Rachmad Budiman. D24103027. 2007. Pengaruh Penambahan Bubuk Bawang
Putih pada Ransum terhadap Gambaran Darah Ayam Kampung yang Diinfeksi
Cacing Nematoda (Ascaridia galli). Skripsi. Program Studi Nutrisi dan Makanan
Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Ir. Widya Hermana, M.Si.
Pembimbing Anggota : drh. Risa Tiuria, MS, PhD
Cacing yang sering menyerang pada ayam kampung salah satunya adalah

Ascaridia galli. Faktor utama penyebabnya adalah sistem pemeliharaan tradisional
pada ayam kampung yang tidak dipelihara pada kandang khusus. Berkembangnya
cacing Ascaridia galli dalam saluran pencernaan ayam kampung dapat menurunkan
performa ayam. Bawang putih merupakan tanaman obat yang memiliki zat aktif
yaitu allicin dan diallyl sulfida yang merupakan senyawa sulfur yang dapat
digunakan sebagai antelmintika.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari pemberian bubuk
bawang putih terhadap gambaran darah ayam kampung pada umur 6 minggu yang
diinfeksi telur infektif cacing Ascaridia galli dengan dosis 2.500 per ekor. Pemberian
bubuk bawang putih dan piperazine dalam pakan dilakukan saat ayam berumur 8
minggu dengan lama pemberian 2 minggu. Pakan perlakuan terdiri dari R1 (Ransum
basal sebagai kontrol), R2 (ransum basal + piperazine 2,5 % dalam ransum), R3
(Ransum basal + 2,5 % bubuk bawang putih dalam ransum), R4 (Ransum basal + 5,0
% bubuk bawang putih dalam ransum), R5 (ransum basal + 7,5 % bubuk bawang
putih dalam ransum). Pengambilan darah dilakukan di pembuluh darah vena
jugularis pada minggu ke-6, ke-8, dan ke-10. Data dianalisis secara deskriptif
berdasarkan perlakuan yang diberikan. Perbandingan hasil diantara perlakuan
dijabarkan lebih lanjut sehingga temukan kesimpulan. Peubah yang diamati dalam
penelitian ini adalah sel darah merah (Eritrosit), hemoglobin (Hb), hematokrit (Pack
Cell Volume) sel darah putih (Leukosit), serta diferensisasi leukosit meliputi heterofil

dan limfosit.
Berdasarkan profil hematologi, penggunaan 2,5 % bubuk bawang putih
memiliki potensi yang dapat dikembangkan sebagai antelmintika.
Kata kunci : bubuk bawang putih, Ascaridia galli, gambaran darah, ayam kampung
(Gallus gallus)

ABSTRACT
The Effects of Garlic Powder Supplement Based on Hematology Profile of
Domestic Chicken which Infected by Ascaridia galli
R. Budiman, W. Hermana, and R. Tiuria
As a parasite, Ascaridia galli is very harmfull for Domestik Chickens (Gallus
gallus) especially for their performance. The experiment was conducted to study the
effect of garlic powder suplement by seeing the hematology of domestic chicken
(Gallus galus) which infected by 2,500 dosages of Ascaridia galli infective eggs for
one and a half month. Two weeks after infection, the treatment diets were offered to
the infected chicken during two weeks. The treatment diets were, R1 = basal diet, R2
= R1 + Piperazine 2.5%, R3 = R1 + garlic powder 2.5%, R4 = R1 + garlic powder
5%, R5 = R1 + garlic powder 7.5%. The blood was taken from jugular veins at 6th
(before infection), 8th (after infection) and 10th (after treatment) week. The data were
analyzed with Deskriptif Analyzes based on treatment. The differences which appear

based on the treatment are concluded to get the information. The variabels observed
were erythrocyte, haemoglobin, pack cell volume, leukocyte, heterophile, and
lymphocyte. The effect of 2.5% of garlic powder as an anthelmintic had better effect
than control and also had similar effect with piperazine based on the hematology
profile.
Keywords : garlic powder, Ascaridia galli, hematological profile, domestic chicken
(Gallus gallus)

PENGARUH PENAMBAHAN BUBUK BAWANG PUTIH PADA
RANSUM TERHADAP GAMBARAN DARAH AYAM
KAMPUNG YANG DIINFEKSI CACING
NEMATODA ( Ascaridia galli)

RACHMAD BUDIMAN
D24103027

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor


PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

PENGARUH PENAMBAHAN BUBUK BAWANG PUTIH PADA
RANSUM TERHADAP GAMBARAN DARAH AYAM KAMPUNG
YANG DIINFEKSI CACING NEMATODA ( Ascaridia galli)

Oleh
RACHMAD BUDIMAN
D24103027

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan
Komisi Ujian Lisan pada tanggal 13 Maret 2007

Pembimbing Utama

Pembimbing Anggota


Ir. Widya Hermana, M.Si.
NIP. 131 999 586

drh. Risa Tiuria, MS. PhD.
NIP. 131 624 188

Dekan Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Ronny R. Noor, MRur.Sc.
NIP. 131 624 188

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bekasi, Jawa Barat pada tanggal 25 Maret 1985 dari
pasangan Bapak Mustakim dan Ibu Hasraty Alliwu sebagai anak ke tiga dari tiga
bersaudara. Pendidikan formal Penulis dimulai saat Penulis mulai duduk di bangku
Taman Kanak-kanak Maria Monti (1990-1991), selanjutnya melanjutkan di Sekolah
Dasar Negeri Pekayon Jaya 2 Bekasi (1991-1997). Pendidikan lanjutan menengah
pertama diselesaikan pada tahun 2000 di SLTP Negeri 12 Bekasi dan tiga tahun

berikutnya penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Umum Negeri 3 Bekasi
(2000-2003). Penulis diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama di
Institut Pertanian Bogor pada tahun 2003 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI) dan terdaftar sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan
Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyelesaikan tugas
akhir dengan skripsi berjudul

Pengaruh Penambahan Bubuk Bawang Putih

terhadap Gambaran Darah Ayam Kampung yang Diinfeksi Cacing Nematoda
(Ascaridia galli).
Selama kuliah penulis aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa Peternakan
(BEM-D) IPB (2004-2005). Selain itu penulis juga mengikuti kegiatan Pelatihan
Web Design and Animation Training 2003, Feed Live Training 2004, serta “Student
Technopreneurship Program” Lamelson Recognition & Mentoring Program Institut
Pertanian Bogor 2006 (L-RAMP IPB).

KATA PENGATAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya yang senantiasa tercurah sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian dan penyusunan skripsi ini. Skripsi yang berjudul Pengaruh
Penambahan Bubuk Bawang Putih terhadap Gambaran Darah Ayam
Kampung yang Diinfeksi Cacing Nematoda (Ascaridia galli) merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor.
Penggunaan bubuk bawang putih, selain murah dan mudah dalam hal
penggunaan, diharapkan dapat membantu para peternak ayam kampung dalam
meningkatkan usaha tanpa khawatir dengan resistensi cacing serta residu bahan
kimia pada produk pangan asal hewan yang dapat merugikan kesehatan akibat
mengkonsumsi produk pangan asal hewan tersebut.
Penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi semua pembaca. Semoga
bermanfaat.

Bogor, Maret 2007

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ............................................................................................


ii

ABSTRACT ................................................................................................

iii

RIWAYAT HIDUP .....................................................................................

vi

KATA PENGANTAR .................................................................................

vii

DAFTAR ISI ...............................................................................................

viii

DAFTAR TABEL........................................................................................


x

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................

xi

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................

xii

PENDAHULUAN .....................................................................................

1

Latar Belakang ..............................................................................
Perumusan Masalah ........................................................................
Tujuan ..............................................................................................

1

2
2

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................

3

Tanaman Bawang Putih ...................................................................
Taksonomi Bawang Putih ....................................................
Kandungan Bawang Putih ...................................................
Perubahan Kimia pada Bawang Putih .................................
Bubuk Bawang Putih ...........................................................
Penggunaan Bawang Putih pada Pengobatan Penyakit
Unggas .................................................................................
Mekanisme Antilmintika Pada Bubuk Bawang Putih .........
Ascaridia galli..................................................................................
Pengaruh Infeksi Ascaridia galli terhadap Performa Unggas

3
3

3
4
5
5
5
6
7

Gambaran Darah ..............................................................................

9

Sel Eritrosit ..........................................................................
Sel Hemoglobin ...................................................................
Sel Hematokrit .....................................................................
Sel Leukosit .........................................................................
Sel Heterofil .........................................................................
Sel Limfosit..........................................................................

10
10
11
11
11
12

Ayam Kampung ...............................................................................

12

METODE ...................................................................................................

14

Lokasi dan Waktu ..........................................................................
Materi ............................................................................................
Rancangan Percobaan .....................................................................
Analisis data .......................................................................

14
14
16
16

Perlakuan ...........................................................................
Peubah .................................................................................
Prosedur .........................................................................................

16
16
16

HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................

19

Eritrosit ............................................................................................
Hemoglobin .....................................................................................
Hematokrit .......................................................................................
Leukosit ...........................................................................................
Heterofil...........................................................................................
Limfosit ...........................................................................................

19
21
23
25
27
29

KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................

32

Kesimpulan .....................................................................................
Saran ................................................................................................

32
32

UCAPAN TERIMAKASIH .......................................................................

33

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................

34

LAMPIRAN.................................................................................................

38

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Komposisi Kimia Bawang Putih Segar dan Bubuk Bawang Putih
dalam 100 gram....................................................................................

4

2. Susunan Ransum Ayam Kampung.......................................................

15

3. Kandungan Zat Makanan Ransum Ayam Kampung............................

15

PENGARUH PENAMBAHAN BUBUK BAWANG PUTIH PADA
RANSUM TERHADAP GAMBARAN DARAH AYAM
KAMPUNG YANG DIINFEKSI CACING
NEMATODA ( Ascaridia galli)

SKRIPSI
RACHMAD BUDIMAN

PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

RINGKASAN
Rachmad Budiman. D24103027. 2007. Pengaruh Penambahan Bubuk Bawang
Putih pada Ransum terhadap Gambaran Darah Ayam Kampung yang Diinfeksi
Cacing Nematoda (Ascaridia galli). Skripsi. Program Studi Nutrisi dan Makanan
Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Ir. Widya Hermana, M.Si.
Pembimbing Anggota : drh. Risa Tiuria, MS, PhD
Cacing yang sering menyerang pada ayam kampung salah satunya adalah
Ascaridia galli. Faktor utama penyebabnya adalah sistem pemeliharaan tradisional
pada ayam kampung yang tidak dipelihara pada kandang khusus. Berkembangnya
cacing Ascaridia galli dalam saluran pencernaan ayam kampung dapat menurunkan
performa ayam. Bawang putih merupakan tanaman obat yang memiliki zat aktif
yaitu allicin dan diallyl sulfida yang merupakan senyawa sulfur yang dapat
digunakan sebagai antelmintika.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari pemberian bubuk
bawang putih terhadap gambaran darah ayam kampung pada umur 6 minggu yang
diinfeksi telur infektif cacing Ascaridia galli dengan dosis 2.500 per ekor. Pemberian
bubuk bawang putih dan piperazine dalam pakan dilakukan saat ayam berumur 8
minggu dengan lama pemberian 2 minggu. Pakan perlakuan terdiri dari R1 (Ransum
basal sebagai kontrol), R2 (ransum basal + piperazine 2,5 % dalam ransum), R3
(Ransum basal + 2,5 % bubuk bawang putih dalam ransum), R4 (Ransum basal + 5,0
% bubuk bawang putih dalam ransum), R5 (ransum basal + 7,5 % bubuk bawang
putih dalam ransum). Pengambilan darah dilakukan di pembuluh darah vena
jugularis pada minggu ke-6, ke-8, dan ke-10. Data dianalisis secara deskriptif
berdasarkan perlakuan yang diberikan. Perbandingan hasil diantara perlakuan
dijabarkan lebih lanjut sehingga temukan kesimpulan. Peubah yang diamati dalam
penelitian ini adalah sel darah merah (Eritrosit), hemoglobin (Hb), hematokrit (Pack
Cell Volume) sel darah putih (Leukosit), serta diferensisasi leukosit meliputi heterofil
dan limfosit.
Berdasarkan profil hematologi, penggunaan 2,5 % bubuk bawang putih
memiliki potensi yang dapat dikembangkan sebagai antelmintika.
Kata kunci : bubuk bawang putih, Ascaridia galli, gambaran darah, ayam kampung
(Gallus gallus)

ABSTRACT
The Effects of Garlic Powder Supplement Based on Hematology Profile of
Domestic Chicken which Infected by Ascaridia galli
R. Budiman, W. Hermana, and R. Tiuria
As a parasite, Ascaridia galli is very harmfull for Domestik Chickens (Gallus
gallus) especially for their performance. The experiment was conducted to study the
effect of garlic powder suplement by seeing the hematology of domestic chicken
(Gallus galus) which infected by 2,500 dosages of Ascaridia galli infective eggs for
one and a half month. Two weeks after infection, the treatment diets were offered to
the infected chicken during two weeks. The treatment diets were, R1 = basal diet, R2
= R1 + Piperazine 2.5%, R3 = R1 + garlic powder 2.5%, R4 = R1 + garlic powder
5%, R5 = R1 + garlic powder 7.5%. The blood was taken from jugular veins at 6th
(before infection), 8th (after infection) and 10th (after treatment) week. The data were
analyzed with Deskriptif Analyzes based on treatment. The differences which appear
based on the treatment are concluded to get the information. The variabels observed
were erythrocyte, haemoglobin, pack cell volume, leukocyte, heterophile, and
lymphocyte. The effect of 2.5% of garlic powder as an anthelmintic had better effect
than control and also had similar effect with piperazine based on the hematology
profile.
Keywords : garlic powder, Ascaridia galli, hematological profile, domestic chicken
(Gallus gallus)

PENGARUH PENAMBAHAN BUBUK BAWANG PUTIH PADA
RANSUM TERHADAP GAMBARAN DARAH AYAM
KAMPUNG YANG DIINFEKSI CACING
NEMATODA ( Ascaridia galli)

RACHMAD BUDIMAN
D24103027

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

PENGARUH PENAMBAHAN BUBUK BAWANG PUTIH PADA
RANSUM TERHADAP GAMBARAN DARAH AYAM KAMPUNG
YANG DIINFEKSI CACING NEMATODA ( Ascaridia galli)

Oleh
RACHMAD BUDIMAN
D24103027

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan
Komisi Ujian Lisan pada tanggal 13 Maret 2007

Pembimbing Utama

Pembimbing Anggota

Ir. Widya Hermana, M.Si.
NIP. 131 999 586

drh. Risa Tiuria, MS. PhD.
NIP. 131 624 188

Dekan Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Ronny R. Noor, MRur.Sc.
NIP. 131 624 188

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bekasi, Jawa Barat pada tanggal 25 Maret 1985 dari
pasangan Bapak Mustakim dan Ibu Hasraty Alliwu sebagai anak ke tiga dari tiga
bersaudara. Pendidikan formal Penulis dimulai saat Penulis mulai duduk di bangku
Taman Kanak-kanak Maria Monti (1990-1991), selanjutnya melanjutkan di Sekolah
Dasar Negeri Pekayon Jaya 2 Bekasi (1991-1997). Pendidikan lanjutan menengah
pertama diselesaikan pada tahun 2000 di SLTP Negeri 12 Bekasi dan tiga tahun
berikutnya penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Umum Negeri 3 Bekasi
(2000-2003). Penulis diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama di
Institut Pertanian Bogor pada tahun 2003 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI) dan terdaftar sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan
Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyelesaikan tugas
akhir dengan skripsi berjudul

Pengaruh Penambahan Bubuk Bawang Putih

terhadap Gambaran Darah Ayam Kampung yang Diinfeksi Cacing Nematoda
(Ascaridia galli).
Selama kuliah penulis aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa Peternakan
(BEM-D) IPB (2004-2005). Selain itu penulis juga mengikuti kegiatan Pelatihan
Web Design and Animation Training 2003, Feed Live Training 2004, serta “Student
Technopreneurship Program” Lamelson Recognition & Mentoring Program Institut
Pertanian Bogor 2006 (L-RAMP IPB).

KATA PENGATAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya yang senantiasa tercurah sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan penyusunan skripsi ini. Skripsi yang berjudul Pengaruh
Penambahan Bubuk Bawang Putih terhadap Gambaran Darah Ayam
Kampung yang Diinfeksi Cacing Nematoda (Ascaridia galli) merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor.
Penggunaan bubuk bawang putih, selain murah dan mudah dalam hal
penggunaan, diharapkan dapat membantu para peternak ayam kampung dalam
meningkatkan usaha tanpa khawatir dengan resistensi cacing serta residu bahan
kimia pada produk pangan asal hewan yang dapat merugikan kesehatan akibat
mengkonsumsi produk pangan asal hewan tersebut.
Penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi semua pembaca. Semoga
bermanfaat.

Bogor, Maret 2007

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ............................................................................................

ii

ABSTRACT ................................................................................................

iii

RIWAYAT HIDUP .....................................................................................

vi

KATA PENGANTAR .................................................................................

vii

DAFTAR ISI ...............................................................................................

viii

DAFTAR TABEL........................................................................................

x

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................

xi

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................

xii

PENDAHULUAN .....................................................................................

1

Latar Belakang ..............................................................................
Perumusan Masalah ........................................................................
Tujuan ..............................................................................................

1
2
2

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................

3

Tanaman Bawang Putih ...................................................................
Taksonomi Bawang Putih ....................................................
Kandungan Bawang Putih ...................................................
Perubahan Kimia pada Bawang Putih .................................
Bubuk Bawang Putih ...........................................................
Penggunaan Bawang Putih pada Pengobatan Penyakit
Unggas .................................................................................
Mekanisme Antilmintika Pada Bubuk Bawang Putih .........
Ascaridia galli..................................................................................
Pengaruh Infeksi Ascaridia galli terhadap Performa Unggas

3
3
3
4
5
5
5
6
7

Gambaran Darah ..............................................................................

9

Sel Eritrosit ..........................................................................
Sel Hemoglobin ...................................................................
Sel Hematokrit .....................................................................
Sel Leukosit .........................................................................
Sel Heterofil .........................................................................
Sel Limfosit..........................................................................

10
10
11
11
11
12

Ayam Kampung ...............................................................................

12

METODE ...................................................................................................

14

Lokasi dan Waktu ..........................................................................
Materi ............................................................................................
Rancangan Percobaan .....................................................................
Analisis data .......................................................................

14
14
16
16

Perlakuan ...........................................................................
Peubah .................................................................................
Prosedur .........................................................................................

16
16
16

HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................

19

Eritrosit ............................................................................................
Hemoglobin .....................................................................................
Hematokrit .......................................................................................
Leukosit ...........................................................................................
Heterofil...........................................................................................
Limfosit ...........................................................................................

19
21
23
25
27
29

KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................

32

Kesimpulan .....................................................................................
Saran ................................................................................................

32
32

UCAPAN TERIMAKASIH .......................................................................

33

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................

34

LAMPIRAN.................................................................................................

38

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Komposisi Kimia Bawang Putih Segar dan Bubuk Bawang Putih
dalam 100 gram....................................................................................

4

2. Susunan Ransum Ayam Kampung.......................................................

15

3. Kandungan Zat Makanan Ransum Ayam Kampung............................

15

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Siklus Hidup Cacing Ascaridia galli....................................................

8

2. Histogram Perubahan Eritrosit Ayam Pada Umur 6-8 Minggu dan
8-10 Minggu.........................................................................................

19

3. Histogram Perubahan Hemoglobin Ayam Pada Umur 6-8 Minggu
dan 8-10 Minggu...................................................................................

21

4. Histogram Perubahan Hematokrit Ayam Pada Umur 6-8 Minggu
dan 8-10 Minggu...................................................................................

24

5. Histogram Perubahan Leukosit Ayam Pada Umur 6-8 Minggu dan
8-10 Minggu..........................................................................................

26

6. Histogram Perubahan Hetrofil Ayam Pada Umur 6-8 Minggu dan
8-10 Minggu..........................................................................................

27

7. Histogram Perubahan Limfosit Ayam Pada Umur 6-8 Minggu dan
8-10 Minggu..........................................................................................

29

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Data Gambaran Eritrosit Ayam Kampung Penelitian.............................. 38
2. Data Gambaran Hemoglobin Ayam Kampung Penelitian....................... 38
3. Data Gambaran Hematokrit Ayam Kampung Penelitian......................... 38
4. Data Gambaran Leukosit Ayam Kampung Penelitian.............................. 38
5. Data Gambaran Heterofil Ayam Kampung Penelitian.............................. 39
6. Data Gambaran limfosit Ayam Kampung Penelitian.............................. 39

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Cacing merupakan salah satu parasit yang umumnya menyerang ayam,
khususnya pada ayam kampung. Faktor utama penyebabnya adalah sistem
pemeliharaan tradisional pada ayam kampung yang tidak dipelihara pada kandang
khusus. Sistem pemeliharaan tersebut dapat meningkatkan peluang ternak terinfeksi
cacing dengan mudah. Cacing yang menyerang pada ayam salah satunya adalah
Ascaridia galli.
Berkembangnya cacing Ascaridia galli dalam saluran pencernaan ayam
kampung dapat menurunkan performa pada ternak. Konversi pakan menjadi lebih
besar sehingga menurunkan effisiensi pakan. Pertumbuhan ayam kampung yang
terinfeksi cacing Ascaridia galli menjadi terhambat hingga 38 % sehingga pada akhir
pemeliharaan didapat bobot badan yang rendah (Tabbu, 2002).
Populasi cacing tersebut dapat dikendalikan dengan kombinasi manajemen
pemeliharaan yang baik serta pemberian antelmintika komersial yang beredar di
pasaran. Harga antelmintika yang relatif tinggi merupakan kendala yang harus
dihadapi para peternak ayam kampung. Pemakaian obat cacing sintetis secara
kontinyu dan dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan resisten pada
cacing Ascaridia galli disamping bahaya residu dari pengkonsumsian produk pangan
asal hewan.
Penggunaan tanaman obat sebagai imbuhan pakan alami pada ternak dapat
mengatasi efek negatif obat-obatan sintetik yang berbahaya bagi kesehatan. Hal ini
dikarenakan tanaman obat alami tidak memiliki resiko residu akumulasi zat-zat
kimia yang berbahaya di dalam tubuh. Bawang putih merupakan tanaman obat yang
memiliki zat aktif yaitu diallyl sulfida yang dapat digunakan sebagai antelmintika.
Kandungan lainnya yaitu allicin berfungsi sebagai antiseptik yang dapat mengatasi
serangan lanjutan oleh bakteri akibat penetrasi larva cacing Ascaridia galli ke dalam
mukosa yang menyebabkan pendarahan.
Pengaruh penggunaan bubuk bawang putih terhadap daya tahan tubuh, pada
ternak yang terinfeksi dapat dilihat secara fisiologis melalui gambaran darahnya.
Gambaran darah tersebut meliputi jumlah sel eritrosit, jumlah sel leukosit, kadar
hemoglobin dalam darah serta pack cell volume (PCV). Darah merupakan sistem

transpor yang berfungsi antara lain membawa zat makanan dari saluran pencernaan
menuju jaringan, membawa produk akhir metabolisme dari sel ke organ ekskresi,
serta membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan. Darah juga berfungsi sebagai alat
pertahanan dari mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh. Perubahan gambaran
darah menunjukan perubahan metabolisme dalam tubuh ternak yang disebabkan oleh
penyakit.
Perumusan Masalah
Ascaridia galli merupakan cacing yang banyak menyerang ayam khususnya
pada ayam kampung yang dipelihara secara tradisional dan dapat menyebabkan
kerugian dari segi ekonomi. Penggunaan obat sintetik dalam mengatasi masalah
serangan cacing pada ternak ayam banyak memiliki kekurangan baik dari segi
ekonomi bagi peternak, maupun dari segi kesehatan yaitu menyebabkan residu pada
produk pangan. Dengan menggunakan tanaman obat sebagai pengganti obat cacing
diharapkan dapat mengatasi kerugian akibat efek negatif penggunaan obat-obatan
sintetik. Penggunaan tanaman obat juga dapat dijadikan sebagai obat cacing alternatif
yang murah, mudah didapat, dan effektif dalam membunuh cacing. Bawang putih
sebagai tanaman obat memiliki zat aktif yang dapat mengatasi infeksi cacing
Ascaridia galli.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh berbagai dosis bubuk bawang
putih dalam ransum terhadap gambaran darah ayam Kampung yang diinfeksi telur
infektif cacing Ascaridia galli.

TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Bawang Putih
Bawang putih berasal dari daerah Kirgiztan, Asia Barat yang kemudian
tumbuh menyebar ke Mesir, Perancis bagian Selatan, Italia dan Sisilia. Bawang putih
merupakan tanaman umbi yang termasuk ke dalam keluarga Amaryllidaceae (Farrel,
1985). Bawang putih memiliki beberapa jenis diantaranya adalah bawang putih
varietas putih, merah muda dan kuning. Menurut Reynold (1982) untuk tujuan
pengekstrakan, bawang putih varietas putih lebih banyak digunakan. Struktur
morfologi bawang putih terdiri dari akar, batang semu, tangkai bunga pendek (Farrel,
1985). Umbi bawang putih tersusun dari beberapa siung yang dibungkus dengan
kulit putih tipis. Umbi tersebut merupakan batang semu dan berfungsi untuk
menyimpan cadangan makanan.
Taksonomi Bawang Putih
Berdasarkan penggolongan dan tata nama, tumbuhan bawang putih dapat
diklsifikasikan sebagai divisio Spermatophyta; subdivisio Angiospermae; ordo
Lilliflorae; Famili Lilliaceae; genus Alium; species Allium sativum (Reynold,1982)
Kandungan Bawang Putih
Menurut Reynold (1982) dari bawang putih dapat diekstrak menjadi air,
protein, lemak, dan karbohidrat; vitamin B komplek, vitamin C; mineral kalsium,
fosfor, magnesium dan kalium; serta zat-zat aktif meliputi allicin (Thiopropen
Sulfinic acid allyl ester) yaitu senyawa yang diduga dapat menurunkan kadar
kolesterol darah serta bersifat anti bakteri; skordinin yang memberi bau yang tidak
sedap pada bawang putih, tetapi senyawa ini berkhasiat sebagai antiseptik; alliil
(Propenyl alanina) yang memberi bau khas pada bawang putih dan juga berfungsi
sebagai antiseptic dan anti oksidan; saponin yang dapat menyebabkan sel-sel cacing
menjadi terhidrolisis; diallyl sulfida dan prophyl allyl sulfida yang bersifat trombolik
dan penghancur gumpalan darah. Senyawa ini juga diduga bersifat antelmintika;
methilalil trisulfida yang dapat mencegah terjadinya perlengketan sel darah merah.
Adapun komposisi kimia bawang putih segar dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Kimia Bawang Putih Segar dan Bubuk Bawang Putih
dalam 100 gram
Kandungan

Satuan

Bawang Putih Segar(1)

Bubuk Bawang Putih(2)

Air

g

66,2 – 71,0

6,5

Energi

kkal

95,0 – 122

332

Protein

g

4,5 – 7,0

16,8

Lemak

g

0,2 – 0,3

0,8

Karbohidrat

mg

23,1 – 24,6

72,2

Kalsium

mg

26,0 – 42,0

80

Phospor

mg

15,0 - 19,0

417

Kalium

mg

346,0

Abu

g

3,3

Serat

g

1,9

Potasium

mg

101

Zat besi

mg

3

Magnesium

mg

58

Seng

mg

3

Vitamin

Tidak tentu

Keterangan : (1) Reynold (1982)
(2) Farrel (1985)

Perubahan Kimia pada Bawang Putih
Amagase et al. (2001) melaporkan bahwa umbi bawang putih mengandung γglutamylcysteines dalam jumlah banyak, bahan ini kemudian dapat dihidrolisis
maupun dioksidasi membentuk alliin, yang terakumulasi secara natural selama
penyimpanan umbi bawang putih pada temperatur rendah. Saat terjadi proses
pemotongan ataupun penggilingan bawang putih, enzim allinase dengan cepat
menguraikan alliin untuk membentuk cytotoxic dan odoriferus alkyl alkanethiosulfinates seperti allicin. Allicin dan komponen thiosulfinates lainnya dengan
cepat terurai menjadi bahan lainnya seperti diallyl sulfida, diallyl disulfida dan
diallyl trisulfida. Pada saat yang bersamaan γ-glutamylcysteines diubah menjadi Sallyl cysteine (SAC) melalui jalur singkat.

Bubuk Bawang Putih
Bubuk bawang putih merupakan salah satu dari banyak bentuk produk
komersial bawang putih. Bubuk bawang putih yang baik memiliki kadar air tidak
lebih dari 6,75% ini dikarenakan bubuk bawang putih sangat bersifat higroskopik
sehingga mudah sekali mengikat air apabila kontak dengan udara. Untuk
menghindari pengikatan uap air biasanya bubuk bawang putih dikemas dengan rapat
atau dapat ditambahkan 2% kalsium stearat (Farrel, 1985). Komposisi bubuk bawang
putih dalam 100 gram dapat dilihat pada Tabel 1.
Penggunaan Bawang Putih pada Pengobatan Penyakit Unggas
Penelitian mengenai bawang putih dalam pengobatan unggas produksi telah
banyak dilakukan. Diantaranya, penelitian Damayanti (1994) yang menggunakan
simplicia (jus bawang putih) bawang putih sebagai obat cacing, yaitu dengan
melakukan pengujian in vitro pada cacing Asacaridia galli dengan dosis 64 % yang
dapat membunuh cacing Ascaridia galli dengan kondisi tubuh cacing menjadi
transparan. Kandungan saponin dalam bubuk bawang putih diduga dapat
menyebabkan sel-sel cacing menjadi terhidrolisis sehingga cacing mati dan tubuh
cacing terlihat transparan. Agustina (2003) menyatakan bahwa penggunaan ekstrak
bawang putih dengan konsetrasi 2,5% dapat menanggulangi kecacingan pada ayam
petelur. Wiryawan et al. (2005) menggunakan metode pembubukan bawang putih
dengan dosis 2,5% dalam mengatasi serangan Salmonella typhimurium pada ayam
pedaging. Bubuk bawang putih sebanyak 2,5% dalam ransum dapat menurunkan
koloni bakteri Salmonella typhimurium secara nyata
Mekanisme Antilmintika Pada Bubuk Bawang Putih
Mekanisme anti parasit dari bawang putih masih perlu diteliti lebih lanjut,
diduga mekanisme antiparasit diawali oleh allicin yang dapat menembus dinding sel
cacing yang tersusun dari fosfolipid. Menurut Miron et al. (2000) allicin memiliki
permeabilitas yang tinggi dalam menembus fosfolipid dinding sel. Setelah
menembus dinding sel, gugus thiol, dalam hal ini diallyl sulfida, bereaksi dengan
enzim-enzim yang mengandung sulfuhydril yang menyusun membran sel. Hal ini
diduga dapat menyebabkan struktur dinding sel cacing akan rusak dan lisis. Pada
penelitian Damayanti (1994) yang menggunakan simplicia bawang putih dengan

kadar 64 % dapat membunuh cacing Ascaridia galli. Kandungan saponin dalam
bubuk bawang putih dapat menyebabkan sel-sel cacing menjadi terhidrolisis
sehingga cacing mati dan tubuh cacing terlihat transparan.
Krest dan Keugen (1999) yang menganalisis perbedaan kualitas allinase
(enzim yang merubah alliin menjadi allicin) dari bawang putih, menggunakan
elektroforensis gel menunjukan allinase yang diperoleh dari bubuk bawang putih
terdiri dari 2 subunit yang agak berbeda. Sebaliknya allinase yang diperoleh dari
bawang putih segar terdiri atas 2 molekul yang identik. Hal ini menunjukan bahwa
selama proses pembubukan bawang putih segar menjadi bubuk bawang putih
mengalami perubahan tetapi masih dapat mengkonversi alliin menjadi allicin.
Namun demikian Amagase et al. (2000) melaporkan bahwa kandungan gugus thiol
sulfur (diallyl sulfida, diallyl disulfida dan diallyl trisulfida) yang merupakan hasil
dari allicin pada bubuk bawang putih ada dalam jumlah kecil.
Status nutrisi ayam mempengaruhi pembentukan kekebalan terhadap cacing
Ascaridia galli. Ayam berumur di bawah tiga bulan sangat rentan terhadap serangan
cacing. Berbeda dengan ayam dewasa yang lebih tahan terhadap serangan cacing
dimana sel-sel goblet pada usus mengalami peningkatan. Tabbu (2002) menjelaskan
bahwa Ascaridia galli dapat tumbuh dengan cepat pada ayam yang kekurangan
vitamin A dalam pakan. Menurut Tabbu (2002), ayam yang diberikan pakan yang
mengandung vitamin A, B kompleks, B1 serta kandungan lysin yang tinggi mampu
meningkatkan kekebalan terhadap Ascaridia galli. Vitamin-vitamin tersebut
merupakan kofaktor-kofaktor yang terlibat secara tidak langsung pada pembentukan
sel imun terutama sel-sel limosit. Allithiamin merupakan hasil reaksi allicin dengan
thiamin dan dapat bereaksi dengan sistein. Fungsi senyawa ini hampir sama dengan
vitamin B1 sehingga dikenal sebagai vitamin B1 bawang putih.
Ascaridia galli
Ascaridia gali merupakan Nematoda yang terdapat di dalam usus kecil pada
berbagai unggas peliharaan dan liar. Panjang rata-rata cacing jantan kira-kira 50 mm
dan yang betina dapat lebih dari 100 mm, meskipun kebanyakan berukuran panjang
kira-kira 90 mm. Cacing ini memiliki suatu batil isap preanal dengan bentuk mulut
yang terdiri dari tiga buah bibir. Esofagusnya lurus tanpa berakhir dengan penebalan
otot. Pada bagian ekor dari cacing jantan terdapat alat penghisap dan sejumlah bintil-

bintil kecil spikula berukuran sama panjang. Cacing betina memiliki ekor yang
memipih ke bagian ujung, sedang lubang kelamin lebih ke arah depan.
Usus halus adalah tempat hidup cacing Ascaridia galli, di tempat ini pula
cacing ini bertelur. Telur yang dihasilkan berbentuk lonjong, berdinding licin dan
berukuran 0,073-0,92 x 0,0045-0,057 µ (Soulsby, 1986). Telurnya bentuk bulat
panjang dan keluar dari tubuh unggas bersama-sama tinja. Dalam waktu kurang dari
10 hari, telur tersebut menjadi telur infektif. Hal ini hanya dapat terjadi apabila telur
berada di tempat yang lembab. Dalam keadaan kering dan terkena cahaya matahari
telur akan segera mati. Dalam keadaan teduh dan suhu 30-33 oC, telur dapat bertahan
baik selama tiga bulan. Telurnya tidak menetas di tanah, tetapi apabila telah menjadi
larva infektif dan termakan oleh hewan, telur yang ditelan ini masuk ke saluran
pencernaan dan akan menetas di dalam usus. Seminggu kemudian yaitu pada periode
pertumbuhan, larva merayap dan membenam di dalam mukosa usus selama 18 hari
untuk melakukan proses molting menjadi cacing muda, tetapi kadang-kandang
pembenaman tersebut tidak terjadi. Proses pembenaman inilah yang menyebabkan
terjadinya pendarahan usus dan peradangan. Terkadang cacing muda mengembara ke
segala tempat di dalam tubuh hewan, bahkan dapat menembus oviduk dan
berselubung di dalam kulit telur. Larva kemudian kembali ke rongga usus untuk
selanjutnya menjadi cacing dewasa dan bertelur kembali. Seluruh masa
perkembangan cacing, sejak telur infektif ditelan hingga menjadi cacing dewasa
membutuhkan waktu lama sekitar 50 hari (Soulsby, 1986). Siklus hidup cacing
Ascaridia galli dapat dilihat pada Gambar 1.
Pengaruh Infeksi Ascaridia galli terhadap Performa Unggas
Soulsby (1986) berpendapat bahwa infeksi Ascaridia galli pada ayam petelur
periode starter menyebabkan terjadinya degenerasi pada sel-sel epitel vili usus halus.
Hal ini diakibatkan oleh adanya pergerakan larva cacing Ascaridia galli yang keluar
masuk dari lumen usus ke mukosa usus. Efek utama dari Ascaridia galli terlihat
selama fase prepaten ketika larva-larvanya berada di dalam mukosa usus dan
menyebabkan enteritis dan hemoragi pada infeksi berat. Peradangan pada saluran
pencernaan, berakibat pada ayam tidak mampu untuk mencerna dan memanfaatkan
makanan dengan baik, sehingga pertumbuhannya terganggu. Castro (1990)
menyatakan bahwa peradangan usus menyebabkan pelepasan zat-zat seperti

Cacing A. galli
dewasa bertelur
di usus halus
ayam

Telur keluar
bersama
dengan
ekskreta ayam

Kembali ke
rongga usus
kembali menjadi
A. galli dewasa

Dalam 8 – 10
hari telur
menjadi telur
infektif

Membenam ke
dalam mukosa
usus (Proses
molting)

Telur infektif
termakan oleh
ayam

Masuk ke
saluran
pencernaan dan
menetas di usus
halus

Keterangan :
Siklus hidup cacing Ascaridia galli terjadi secara langsung yaitu telur A. galli yang
dikeluarkan bersama tinja akan berkembang menjadi telur infektif yang berisi larva infektif (L2)
selama 8-10 hari. Selanjutnya telur infektif akan menetas dalam duodenum inang yang memakannya
dan berkembang menjadi larva tahap dus yang hidup dalam lumen usus selama delapan hari.
Pertumbuhan selanjutnya larva masuk ke dalam mukosa usus (fase jaringan). Selama fase jaringan, L2
mengalami molting menjadi L3 pada hari ke-7 atau ke-8, dan L3 molting menjadi L4 pada hari ke-14
atau ke-15. Kemudian L4 kembali ke lumen usus lagi dan berkembang menjadi cacing dewasa selama
kurang lebih 6-8 minggu setelah infeksi.

Gambar 1. Siklus Hidup Cacing Ascaridia galli (Soulsby, 1986).

histamin, serotonin, prostaglandin yang dapat dapat merangsang peningkatan
motilitas otot-otot polos. Peningkatan motilitas otot-otot polos saluran pencernaan
menyebabkan gejala seperti muntah, sakit perut dan diare yang dapat menyebabkan
fungsi pencernaan dan penyerapan zat-zat makanan dalam usus menurun.
Castro (1990) menambahkan bahwa peradangan usus dapat menyebabkan
penurunan sekresi enzim-enzim dari pankreas yang dihasilkan oleh hormon
cholecystokinin, yang berperan dalam proses pencernaan makanan, akibat
peradangan yang disebabkan aktivitas larva Ascaridia galli. Menurut Morrow (1986)
infeksi cacing Ascaridia galli dapat menyebabkan hilangnya produksi enzim-enzim
disakaridase (enzim pemecah karbohidrat disakarida) pada bagian apikal vili usus
yang mengalami kerusakan, sehingga terjadi pengurangan luas permukaan pada
mukosa usus halus, yang berakibat pada penurunan pencernaan energi metabolik.
Umumnya penanggulangan kecacingan pada unggas dapat dilakukan dengan
pemberian obat cacing kimia seperti piperazine. Dosis pemakaiannya pada unggas
sebanyak 50-100 mg/kg bobot badan.
Gambaran Darah
Darah

terdiri

atas

matriks

berupa

cairan

yang

mengikat

elemen

pembentuknya, yaitu plasma darah dan sel-sel darah (Jones dan Johansen, 1972).
Elemen-elemen darah meliputi sel-sel darah merah, sel-sel darah putih, dan keping
darah (platelet). Elemen-elemen tersebut membentuk total volume darah yang pada
ayam berkisar antara 5%-13% dari bobot badan (Jones dan Johansen, 1972). Menurut
Swenson (1984) total volume darah dipengaruhi oleh spesies, umur, jenis kelamin,
dan status fungsional ternak.
Peran darah sangat penting dalam sistem sirkulasi, diantaranya adalah
menyalurkan zat-zat nutrient yang telah disiapkan oleh saluran pencernaan menuju
jaringan tubuh, membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida
dari jaringan ke paru-paru, serta sebagai faktor penting dalam pertahanan tubuh
terhadap penyakit (Frandson, 1992). Dengan mengetahui gambaran darah pada
ternak maka dapat diketahui perubahan metabolis pada tubuh ternak akibat penyakit.
Pada ternak dewasa, pembentukan sel-sel darah, sebagian besar sel darah
putih serta trombosit terjadi di dalam sumsum tulang. Menurut Ganong (1995) pada
keadaan normal, 75% dari sel di dalam sumsum merupakan penghasil sel darah putih

dan hanya sekitar 25% merupakan sel darah merah yang sedang mengalami
pematangan, meskipun sel darah merah di dalam sirkulasi 500 kali lebih banyak
dibandingkan sel darah putih. Perbedaan ini mencerminkan bahwa masa hidup ratarata sel darah putih adalah singkat, sedangkan usia sel darah merah lebih panjang.
Sel Eritrosit
Eritrosit adalah sel darah yang berfungsi menyalurkan zat-zat nutrien yang
telah disiapkan oleh saluran pencernaan menuju jaringan tubuh serta membawa
oksigen dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida dari jaringan ke paru-paru
(Ganong, 1995). Sel darah merah memiliki bentuk cakram yang bikonkaf dengan
diameter 10-15 µ dan 5-8 µ pada diameter pusat dengan pinggiran sirkuler yang
tebalnya 1,5µ (Jones dan Johansen, 1972). Menurut Breazile (1971) masa hidup sel
eritrosit pada ayam berkisar antara 35-45 hari, setelah itu sel eritrosit dihancurkan
dalam sel Retikulo Endoplasmik System (RES) yang berlokasi dalam hati, limpa, dan
sumsum tulang. Kadar normal sel eritrosit ayam berkisar 2,0-3,2 juta per mm3
(Guyton, 1996). Lama hidup sel eritrosit yang tetap menyebabkan jumlah sel eritrosit
yang relatif tetap juga untuk dihancurkan setiap hari oleh RES, oleh karena itu,
jumlah seluruh sel eritrosit dalam sirkulasi juga tergantung kecepatan produksi sel
eritrosit dalam sumsum tulang yang dikontrol oleh suatu hormon yang disebut
eritropoetin.
Sel Hemoglobin
Sel hemoglobin merupakan pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel
darah merah pada hewan vertebrata (Ganong, 1995). Dari segi kimia, Frandson
(1992) menyatakan bahwa sel hemoglobin adalah senyawa organik komplek yang
terdiri atas empat pigmen porfirin merah (heme) yang merupakan suatu derivat
porfirin yang mengandung besi ditambah globin yang merupakan protein globular
yang terdiri dari empat rantai asam amino. Sel hemoglobin mengikat O2 untuk
membentuk oksihemoglobin (HbO2), dengan O2 menempel pada Fe2+ dalam heme.
Konsentrasi sel hemoglobin pada ayam memiliki kisaran antara 9,5 – 13,5 gm/
100ml (Jones dan Johansen, 1972). Konsentrasi sel hemoglobin dipengaruhi oleh
umur, kedewasaan, dan jenis kelamin (Jones dan Johansen, 1972)

Sel Hematokrit
Sel hematokrit digunakan untuk mengukur perbandingan antara sel darah
merah dengan serum sehingga hematokrit memberikan rasio total sel eritrosit dengan
total volume darah dalam tubuh. Fungsi lain dari hematokrit adalah untuk mengukur
proporsi sel darah merah, sebab hematokrit dapat mengukur konsentrasi eritrosit.
Jumlah dari hematokrit sendiri dipengaruhi oleh ukuran dan jumlah sel eritrosit.
Albritton (1972) melaporkan bahwa persentase hematokrit pada ayam adalah 39,5 %,
sedangkan pada ayam yang belum dewasa baik pada jantan maupun betina sekitar
29%. Menurut Swenson (1984) kisaran normal hematokrit ayam berada pada 22%35%.
Sel Leukosit
Sel leukosit adalah sel darah putih yang tidak mengandung hemoglobin pada
sirkulasi. Sel-sel ini terdiri atas leukosit polimorfonuklear atau granulosit yang terdiri
atas sel heterofil (neutrofil), sel eusinofil, dan sel basofil serta agranulosit yang
terdiri atas sel limfosit dan sel monosit (Swenson, 1984). Di dalam darah, sel leukosit
hanya diangkut ke jaringan apabila dibutuhkan seperti adanya serangan penyakit
(berupa infeksi bakteri, jamur serta virus), stress dan lain-lain.
Sel leukosit bermanfaat dalam menyediakan pertahanan yang cepat dan kuat
terhadap setiap bahan infeksius (Guyton, 1996). Semua jenis sel leukosit dapat naik
atau turun jumlahnya dalam sirkulasi darah sebagai akibat penyakit (Spector, 1993).
Sel leukosit bersifat fagositosis yaitu memakan benda-benda asing yang masuk ke
aliran darah dengan gerakan amuboid dan dapat berenang diantara sel-sel jaringan
(Tizard, 1988). Jumlah total sel leukosit pada ayam dewasa berkisar antara 15 – 30
ribu / mm3 (Jones dan Johansen, 1972).
Sel Heterofil
Sel heterofil merupakan sel yang berfungsi sebagai fagositosit dan berperan
sebagai garis pertahanan pertama bagi tubuh (Tizard, 1988). Sebagai respon terhadap
infeksi, heterofil mampu keluar dari pembuluh darah menuju daerah infeksi untuk
menghancurkan benda asing dan membersihkan sisa jaringan yang rusak. Pada saat
yang sama, sumsum tulang merah dirangsang untuk melepas lebih banyak sel
heterofil dalam darah dan terjadilah leukositosis yang ditandai dengan peningkatan

leukosit muda (Ganong, 1995). Pada tempat peradangan heterofil didapatkan dalam
jumlah besar, setelah melakukan proses fagositosis sel heterofil akan menjadi tidak
aktif dan mati (Tizard, 1988). Sturkie dan Griminger (1976) menetapkan persentase
heterofil ayam 13,3 %, sedangkan Swenson (1984) menetapkan jumlah kisar
heterofil pada ayam yaitu

25%-30 %. Jumlah heterofil dapat digunakan untuk

menduga kejadian stress pada burung (Sturkie dan Griminger, 1976).
Sel Limfosit
Limfosit dibagi menjadi dua bagian yaitu limfosit T yang berasal dari timus
dan limfosit B yang berasal dari bursa fabricius. Bursa fabricius adalah organ
limfoid primer yang berfungsi sebagai tempat pendewasaan dan diferensiasi sel bagi
sistem pembentuk antibodi. Bursa fabricius juga berfungsi sebagai organ limfoid
sekunder, yaitu menangkap antigen dan membentuk antibodi (Tizard, 1982)
Sebanyak 70-75% limfosit T menghasilkan tanggap kebal yang berperantara sel yaitu
tanggap kebal seluler, limfosit juga menghasilkan limphokinase yang mencegah
pertumbuhan makrofag dan merupakan media kekebalan. Limfosit B berjumlah
sedikit dan berperan dalam reaksi kekebalan humoral yaitu dengan menjadi sel
plasma berbentuk antibodi (Tizard, 1982). Melvin dan William (1993) menyatakan
bahwa persentase limfosit pada ayam umur 2-21 hari yaitu 55%- 60%. Leukosit
dilepaskan keluar melalui proses diapedesis (menembus dinding kapiler diantara selsel) dan dapat kembali ke dalam sirkulasi darah melalui kelenjar limfe dan ikut
bersirkulasi.
Ayam Kampung
Martojo et al. (1995) menyatakan bahwa asal usul ayam Kampung di
Indonesia tidak jelas oleh karena itu dikenal sebagai ayam buras (bukan ras). Banyak
dugaan bahwa ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari
ayam hutan merah Gallus gallus yang telah jinak karena proses evolusi dan
domestikasi selama berabad-abad. Ayam ini telah beradaptasi dengan keadaan
sekitarnya, sehingga