Keanekaragaman dan kepadatan komunitas moluska di perairan sebelah Utara Danau Maninjau

1

KEANEKARAGAMAN DAN KEPADATAN KOMUNITAS
MOLUSKA DI PERAIRAN SEBELAH UTARA
DANAU MANINJAU

Oleh:
Fitria Yeni Bahri
G04400005

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

2

KEANEKARAGAMAN DAN KEPADATAN KOMUNITAS
MOLUSKA DI PERAIRAN SEBELAH UTARA
DANAU MANINJAU


Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Oleh:
Fitria Yeni Bahri
G04400005

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

3

Judul Skripsi : KEANEKARAGAMAN DAN KEPADATAN MOLUSKA
DI PERAIRAN SEBELAH UTARA DANAU MANINJAU
Nama
: Fitria Yeni Bahri

NIM
: G04400005

Menyetujui:
Pembimbing I,

Pembimbing II,

Drh. Djoko Waluyo, MS.
NIP 130350056

Ir. Ristiyanti M.Marwoto, M.Si.
NIP 320003784

Mengetahui:
Dekan Fakultas Matematika da n Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS.
NIP 131473999


Tanggal Lulus:

4

ABSTRAK
FITRIAYENI BAHRI. Keanekaragaman dan Kepadatan Komunitas Moluska di
Perairan Sebelah Utara Danau Maninjau. Dibimbing oleh DJOKO WALUYO dan
RISTIYANTI M. MARWOTO.
Penelitian ini bertujuan mengungkap kekayaan jenis moluska yang
terdapat di Perairan Sebelah Utara Danau Maninjau dengan mengkaji
keanekaragaman, keseragaman, kepadatan, dominansi dan pola penyebaran jenis
serta faktor lingkungan biotik maupun abiotik. Pengambilan contoh moluska
dilakukan pada empat stasiun dengan membuat garis transek dari tepi ke tengah
danau dengan ukuran 25 x 20 m, petak kuadrat 1x 1 m setiap transek. Contoh
moluska diambil pada kedalaman 0-5 m. Keanekaragaman moluska pada setiap
stasiun dengan menggunakan Uji Indek Shannon-Wiener , Dominansi moluska di
hitung dengan menggunakan Indeks Sebaran Morisita.
Suhu setiap stasiun 25 – 26.5 0C, derajat keasaman 6 - 7, kedalaman
perairan 43 -650 cm dan kercerahan perairan 140 - 550 cm serta jenis substrat

adalah pasir dan pasir berlumpur.
Keanekaragaman moluska yang didapatkan selama penelitian yaitu 6
famili dan 10 spesies dari dua kelas, bivalvia dan gastropoda. Corbicula javanica
dan Corbicula moltkiana (Corbiculidae), Pseudodon vondembuschianus
(Unionidae), Melanoides granifera , Melanoides tuberculata dan Thiara scabra
(Thiaridae), Brotia costula varicosa dan Brotia testudinaria (Pachychilidae),
Bellamya javanica (Viviparidae) dan Pomacea canaliculata (Ampullariidae).
Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi moluska tertinggi terdapat
di stasiun II dan IV dan terendah terdapat di stasiun III. Kepadatan jenis moluska
tertinggi terdapat di stasiun II dan IV dan terendah terdapat di stasiun I.
Penyebaran jenis moluska bersifat mengelompok dan acak.

5

ABSTRACT
FITRIA YENI BAHRI. Molusc Diversity and Density in North Area Of the
Maninjau Lake. Under direction of DJOKO WALUYO and RISTIYANTI M.
MARWOTO.
The research main goal is to know the richness of molusc in north area of
Maninjau lake by studying the diversity, similarity, density, dominancy,

distribution pattern and its biotic and abiotic factors. Sample were taken from four
station by making transect line from the edge to the middle of the lake with size
of 25 x20 m, quadrat square 1 x1 m each transect. Sample were taken from 0 -5
m depth. Molusc diversity in each station were counted using Shannon – Wiener
indeks test, molusc dominancy were counted using molusc dominancy and its
distribution were counted using Morisita distribution indeks.
Temperature in each station was 25 – 26.5 0C, 6 – 7 pH , Water depth 43 650 cm, water brigthness 140 – 550 cm and the substrate was sand and muddy
sand.
From the research, there were 6 families and 10 species from two classes,
bivalvia and gastropoda. Corbicula javanica and Corbicula moltkiana
(Corbiculidae), Pseudodon vondembuschianus (Unionidae), Melanoides
granifera, Melanoides tuberculata and Thiara scabra (Thiaridae), Brotia costula
varicosa and Brotia testudinaria (Pachychilidae), Bellamya javanica
(Viviparidae) and Pomacea canaliculata (Ampullariidae).
The highest diversity, similarity and dominancy of molusc was in station
II and IV, while the lowest was in station III. The highest molusc density was in
station II dan IV while the lowest was in station I. Molusc distribution was
grouped and random.

6


PRAKATA
Puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat Allah SWT atas segala
nikmat, kasih sayang dan izinNya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan.
Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2004
ini ialah Keanekaragaman dan Kepadatan Komunitas Moluska di Bagian Perairan
Utara Danau Maninjau.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih Bapak Drh. Djoko
Waluyo, M.S. dan Ibu Ir. Ristiyanti M Marwoto, M.Si.selaku pembimbing, Bapak
Ir. Heryanto, M.Sc dan Bapak Munandar serta staf di LIPI Biologi Cibinong yang
telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan saran selama
penelitian. Terima kasih pada Ibu Ir. Elivitrida, M.S, Bapak Kepala Linmas
Kabupaten Agam beserta staf, Bapak Camat Tanjung Raya beserta staf atas
arahannya. Terimakasih kepada Ibu Dr.Ir Utut Widiastuti atas bimbingan dan
motivasinya selama ini dan kepada Bapak Dr.Ir.Dede Setiadi, MS yang telah
memberikan banyak arahan sebagai dosen peguji serta semua dosen di
Departemen Biologi IPB.
Ungkapan terima kasih dan rasa cinta yang tak terhingga untuk Papa,
Mama, Fatra, Nofi dan Arif serta seluruh keluarga atas do’a, perhatian,
pengertiannya dan kasih sayang serta motivasinya selama ini. Terima kasih atas

doa dan semangat dari om Rizal dan tante Aci sekeluarga, Bapak dan Ibu Sitanala
Arsyad sekeluarga, Bapak Sunarbiantoro sekeluarga, Ibu Kiky sekeluarga, NF
Crew, kakakku Adam, Mieska dan Dini sekeluarga, Sefi n kak Adi Dila
sekeluarga , Fitri n Wela, Teman-temanku HRD, ARH, Adi, Yesi n uda Iron, Inel,
Sherly, Vivi, Dedi, Karisma, Firman, anak-anak BIOS yang selalu mengerti
diriku, Rendezvouz, small family, Pak Joni dan Mba Yeni dan semua abiola
37,38,39 dan 40, TM-3 Crew teman-temanku yang heboh dan M-5 Crew dan
semua teman-temanku atas do’a dan perhatiannya. Terima kasih atas bantuan M.
Nana Al-Ansori dan keluarga yang telah membawa kembali data penelitianku,
terima kas ih untuk Uda Edrianto sekeluarga atas bantuan selama penelitian.

Bogor, Februari 2006
Fitria Yeni Bahri

7

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Payakumbuh pada tanggal 27 Maret 1982 dari ayah
Syamsul Bahri dan Ibu Yeni Warti. Penulis merupakan putri pertama dari empat
bersaudara.

Tahun 2000 penulis lulus dari SMUN 2 Lubuk Basung dan pada tahun
yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB.
Penulis memilih Program Studi Biologi, Departemen Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Penulis pernah melakukan kegiatan
Praktek Lapangan di Laboratorium Malakologi, Puslit Biologi Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, Cibinong Jawa Barat dan sebagai tenaga pengajar di
Lembaga Bimbingan Belajar Nurul Fikri Bogor serta menjadi staf di BIOS yang
bergerak di bidang Outbond, Training dan katering sampai sekarang.

8

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................

ix


DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................

ix

PENDAHULUAN
Latar Belakang ...............................................................................
Tujuan ............................................................................................

1
2

WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN ....................................................

2

BAHAN DAN METODE
Bahan dan Metode .........................................................................
Analisis Data ..................................................................................


2
2

HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................
Hasil Identifikasi ............................................................................
Kepadatan Populasi........................................................................
Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi Moluska ............
Keanekaragaman Ukuran Cangkang Kelas Bivalvia .....................
Keanekaragaman Ukuran Cangkang Kelas Gastropoda ................
Indeks Penyebaran dan Pola Penyebaran Moluska ........................
Kondisi Fisik Lingkungan..............................................................

3
7
8
9
10
11
12


SIMPULAN .................................................................................................

13

SARAN..... ...................................................................................................

13

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

13

LAMPIRAN.................................................................................................

15

9

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Parameter pengukuran faktor fisik lingkungan pada empat
stasiun yang berbeda ................................................................................
2 Kepadatan rata-rata (ind/m2 ) jenis moluska di masing-masing
stasiun.......................................................................................................
3 Nilai indeks keanekaragaman (H’), keseragaman (E) dan
dominansi (C)...........................................................................................
4 Indeks penyebaran dan pola penyebaran moluska ...................................
5 Frekuensi kehadiran setiap spesies di masing-masing stasiun .................

2
8
9
10
11

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Corbicula motlkiana................................................................................
2 Corbicula javanica..................................................................................
3 Pseudodon vondembuschianus................................................................
4 Melanoides granifera ..............................................................................
5 Melanoides tuberculata ...........................................................................
6 Brotia costula varicosa ...........................................................................
7 Brotia testudinaria ..................................................................................
8 Thiara scabra ..........................................................................................
9 Bellamya javanica...................................................................................
10 Pomacea canaliculata .............................................................................
11 Ukuran rata-rata cangkang bivalvia ........................................................
12 Nilai standar deviasi ukuran cangkang bivalvia......................................
13 Ukuran rata-rata cangkang gastropoda....................................................
14 Nilai standar deviasi ukuran cangkang gastropoda .................................

6
6
6
7
7
7
7
7
7
7
9
9
10
10

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Peta pengambilan spesimen moluska di perairan sebelah utara
danau Maninjau ........................................................................................
2 Lokasi pengambilan spesimen moluska ...................................................
3 Gambar kelas moluska .............................................................................
4 Identifikasi spesies ...................................................................................
5 Kondisi fisik lingkungan dan lokasi pengambilan spesimen
moluska ....................................................................................................
6 Ukuran cangkang bivalvia ........................................................................
7 Ukuran cangkang gastropoda ...................................................................

16
17
18
19
21
22
23

10

PENDAHULUAN
Latar belakang
Danau Maninjau adalah salah satu danau di Sumatera Barat yang terletak di Kabupaten
Agam. Danau ini merupakan danau yang terbentuk dari aktivitas vulkanik, terletak pada
ketinggian 461,50 m di atas permukaan laut dengan luas 9737,50 hektar serta kedalaman
maksimum 165 m (Apip et al 2002).
Danau Maninjau merupakan suat u ekosistem perairan, dihuni oleh berbagai organisme yang
saling berinteraksi dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Selain itu danau merupakan sumber air
yang digunakan oleh masyarakat untuk mandi, sumber air minum, mencuci, tempat bermuaranya
sungai
-sungai yang membawa limbah rumah tangga, limbah pertanian, sebagai tenaga listrik, objek
wisata dan tempat yang baik untuk membudidayakan ikan. Selain pembangkit tenaga listrik,
pemanfaatan danau tersebut dapat memberikan masukan zat hara yang berlebihan ke perairan
sehingga dapat menimbulkan pengaruh yang merugikan terhadap ekosistem dan biota perairan
(Deswati 2002).
Salah satunya adalah keberadaan komunitas moluska di danau itu. Sedangkan moluska
mempunyai keuntungan bagi manusia, diantaranya sebagai sumber protein, bahan pakan ternak,
bahan industri dan perhiasan, bahan pupuk serta untuk obat -obatan. Selain itu filum ini dapat
dijadikan sebagai bioindikator untuk pemantauan kualitas perairan, seperti Anodonta woodiana
dan Corbicula javanica (Arisandi 2001 ).Sejauh ini penelitian tentang moluska di kawasan danau
Maninjau belum banyak dilaporkan.
Moluska merupakan salah satu filum dari kelompok hewan avertebrata yang cukup terkenal.
Filum Moluska ini merupakan anggota yang terbanyak kedua setelah Arthropoda . Moluska ini,
sekitar 50.000 spesies telah terdeskripsi dan telah menjadi fosil sekitar 60.000 species (Brusca &
Brusca 1990). Diperkirakan moluska yang masih hidup antara 50.000-110.000 species (Pechenik
2000). Di Indonesia diperkirakan terdapat 20.000 species (Dharma 2000).
Filum moluska terdiri dari delapan kelas yaitu: Caudofoveata, Aplacophora, Monoplacophora, Poly-placophora, Scapopoda, Cephalopoda, Gastropoda dan Bivalvia (Brusca &
Brucsa 1990) (Lampiran 3). Beberapa jenis dari kelas Gastropoda dan Bivalvia hidup di perairan
tawar. Salah satunya terdapat di danau. Menurut Basmi 1999, danau merupakan suatu badan air
tawar yang bersifat stagnan yang dicirikan dengan arus lambat yaitu 0.001-0.1 m/detik.
Moluska merupakan hewan yang berhasil dan mampu beradaptasi dengan lingkungan di
beberapa tempat dan cuaca. Filum ini sering ditemukan di laut dangkal, air payau, air tawar dan
darat dan mempunyai bentuk yang beranekaragam dari bentuk silindris seperti cacing dan tidak
mempunyai kaki dan tertutup dua keping cangkang besar (Suwignyo 1998).
Filum ini memiliki tubuh simetri bilateral, diselaputi oleh mantel yang menghasilkan
cangkang dan mempunyai kaki ventral , saluran pencernaan lengkap dan di dalam rongga mulut
terdapat radula, kecuali pada Pelecypoda. Jantung terdiri dari atas dua serambi dan sebuah bilik.
Alat pernafasan pernafasan berupa ktinedia sepasang atau lebih.
Bivalvia merupakan moluska bercangkang setangkup, pada umumnya simetri bilateral. Kaki
berbentuk seperti kapak, insang tipis dan berlapis-lapis terletak diantara mantel. Kedua
cangkangnya dapat dibuka tutup dengan mengendurkan otot aduktor dan reduktornya. Pada bagian
dorsal terdapat gigi engsel dan ligament, mulut dilengkapi dengan labial pulp, tanpa rahang dan
radula. Anggota kelas ini mempunyai cara hidup yang beragam, ada yang membenamkan diri pada
substrat, menempel pada substrat dengan benang byssus atau zat perekat lain, bahkan ada yang
berenang aktif. Habitatnya adalah perairan laut, payau, danau, sungai, kolam serta rawa
(Alfitriatussulus 2003).
Gastropoda daratan kelas Pulmonata mempunyai mantel dan rongga mantel yang telah
termodifikasi menjadi paru -paru sebagai alat pernafasan (Sugiri 1989). Alat indra berupa kaki dan
tentakel yang peka terhadap perabaan. Mata terletak di uj ung tentakel. Bentuk dan ukuran
cangkang pada moluska merupakan karakter yang di pakai dalam identifikasi.
Gastropoda merupakan cangkang tunggal, biasanya melingkar karena perputaran, ada
beberapa jenis tidak bercangkang, bentuk kepala jelas terdapat mata dan tentakel, kaki lebar dan
datar; memiliki radula; bernafas dengan insang dan paru-paru yang telah mengalami modifikasi
dari mantel dan rongga mantel; bersifat dioceus (jenis kelamin terpisah antara jantan dan betina),
larva trokofor dan viliger. Hidup di laut, air tawar dan darat (Mote 2004).

11

Tujuan
Penelitian ini bertujuan mengungkap kekayaan jenis moluska yang terdapat di kawasan
danau Maninjau perairan bagian utara dengan mengkaji kepadatan, keanekaragaman,
keseragaman, dominasi dan pola penyebaran jenis serta faktor lingkungan baik biotik maupun
abiotik. Sehingga dapat dijadikan dasar pengelolaan perairan selanjunya.

WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli-Agustus 2004 adalah pengambilan contoh
moluska di Kawasan Danau Maninjau perairan bagian utara, Sumatera Barat (Lampiran 1).Bulan
September-Desember 2004 adalah Identifikasi spesimen dan pengolahan data di Laboratorium
Malakologi, Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Cibinong, Jawa Barat
serta pengambilan foto spesimen dilakukan di Laboratorium Terpadu Departemen Biologi, IPB.
Bulan Januari-Februari 2005 adalah penulisan skripsi.

BAHAN DAN METODE
Pengambilan Contoh Moluska
Pengambilan contoh moluska dilakukan pada empat stasiun yang berbeda (dapat dilihat pada
Lampiran 2) dibuat garis transek dengan menggunakan tali tambang dari pinggir (batas tepi air
danau) menuju tengah danau dengan ukuran 25 m x 20 m. Pada tiap transek dibuat petak kuadrat
dengan ukuran 1 m x 1 m, contoh moluska diambil dengan serok, kemudian dipisahkan dari
substrat dengan menggunakan saringan bentos.
Pemilahan dan Pengawetan Contoh Moluska
Pemilahan dan pengawetan contoh moluska yang didapatkan dari setiap kuadrat dipisahkan
berdasarkan perbedaan morfologi dan dihitung jumlah individu dari masing-masing species
tersebut. Setelah itu dibersihkan dan dimasukkan ke dalam botol sampel yang berisi air.
Selanjutnya sampel dipindahkan ke dalam botol contoh yang berisi alkohol 70 % sebagai
pengawet dan diberi label dengan menggunkan kertas kalkir.

Identifikasi Contoh Moluska
Identifikasi contoh moluska dengan melihat ukuran, putaran, bentuk, hiasan dan bentuk
mulut cangkang (Heryanto et al 2003) dan menggunakan acuan Butot (1955), Jutting (1956),
Penak (1989) dan Dharma (2000). (Lampiran 4).
Selanjutnya membandingkan dengan koleksi yang ada di Laboratorium Malakologi, Pusat
Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Cibinong, Jawa Barat. Pengambilan
Gambar spesies dilakukan di Laboratorium Terpadu, Departemen Biologi IPB.
Pengukuran faktor fisik lingkungan pada empat stasiun yang berbeda.
Untuk mengukur kondisi lingkungan di setiap stasiun dapat digunakan beberapa parameter
yang terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1 Parameter pengukuran faktor fisik lingkungan pada empat stasiun yang berbeda
No
1

Parameter
Kecerahan

Unit
cm

Metode
Visual

2

Kedalaman

cm

Visual

3
4

Suhu
pH

5

Tekstur
substrat

Visual
Visual
%

Pengendapan

Alat
Keping
Seng
Meteran dan
Tali
Pemberat
Termometer
Universal
indikator
Robinson

12

Analisis Data
Analisis Keanekaragaman Moluska
Digunakan Indeks Shannon -Wienner (Krebs 1978) dengan persamaan:
s
H’ = -Σ pi log2 pi
i=1
Keterangan:
H’
= Indeks Keanekaragaman
Ni
= jumlah individu spesies ke-i
s
= jumlah spesies
N
= jumlah individu total
pi
= ni/N
Indeks Keragaman Species
Dihitung dengan rumus:
E = H’
H’ maks
Keterangan:
H’
= Indeks Keanekaragaman
S
= jumlah species
H’ maks = log2 S
Dominansi Moluska
Dianalisis dengan perhitungan Dominasi Simson (Krebs 1978):
s
C = -Σ (pi)2
i =1
Keterangan:
C
= Indeks dominansi
Ni
= jumlah individu spesies ke-i
pi
= ni/N
N
= jumlah total individu
contoh ke-i
Perhitungan Kepadatan Moluska
Dinyatakan dengan persamaan:
K=N
L
Keterangan:
K
= Kepadatan Spesies moluska
(individu/m 2)
N
= Jumlah individu suatu spesies
moluska
L
= Luas (m 2)
Frekuensi Kehadiran Moluska
FK= Jumlah stasiun tempat ditemukan jenis
Jumlah stasiun
Dengan kriteria:
FK= 0-0.25
: kehadiran kebetulan
FK= 0,25 -0.50 : kehadiran aksesori
FK= 0.50 -0.75 : kehadiran konstan
FK= 0.75 -1.0
: kehadiran absolut
Pola Penyebaran Species

13

Dinyatakan dengan Indeks sebaran Morisita
(Krebs 1978) dengan persamaan:
i
Σ ni (ni-1)
Id = q i=1
N (N-1)
Keterangan:
Id
= Indeks sebaran Morisita
ni
= jumlah individu pada kuadran
pengambilan
q
= jumlah kuadran pengambilan
contoh ke-i
N
= jumlah total individu

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Identifikasi
Berdasarkan hasil identifkasi, didapatkan 6 famili terdiri dari 10 species yakni tiga spesies
dari kelas bivalvia yakni Corbicula moltkiana, Corbicula javanica yang termasuk famili
Corbiculidae dan Pseudodon vondembuschianus dari famili Unionidae sedangkan 7 tujuh spesies
lainnya termasuk ke dalam kelas gastropoda, yakni Melanoides granifera, Melanoides tuberculata,
Thiara scabra termasuk famili Thiaridae Brotia costula varicose dan Brotia testudinaria dari
famili Pachychilidae. Bellamya javanica dari famili Viviparidae, dan Pomacea canaliculata dari
famili Ampullariidae.
Corbicula moltkiana (Prime 1878)
Filum
: Moluska
Kelas
: Bivalvia
Ordo
: Eullamellibranchia
Famili
: Corbiculidae
Genus
: Corbicula
Spes ies
: moltkia na
Cangkang spesies ini, panjang berkisar 9.1-26.7 mm, lebar berkisar 7.4 - 21.2 mm, tebal
berkisar 5.6 - 15.2 mm; Umumnya berbentuk segitiga lonjong; Berlunas -lunas konsentrik agak
kasar; Warna hijau kekuningan sampai kehitaman, pada bagian hulunya mem udar menjadi putih.
Umbo tidak terlalu menonjol (Djajasasmita 1999). (Gambar 1)
Habitat terdapat di perairan tergenang atau berarus lambat, dengan dasar lumpur berpasir
sampai pada kedalaman 750 m dpl.
Jenis ini terdapat di stasiun I, II, III dan IV dengan habitat lumpur berpasir.
Persebaran terdapat di Semenanjung Malaysia dan Sumatera.
Potensi dari spesies ini digunakan sebagai makanan sebagai pemenuh protein hewani.
(Djajasasmita 1999).
1.

Corbicula javanica (Mousson 1849)
Filum
: Moluska
Kelas
: Bivalvia
Ordo
: Eullamellibranchia
Famili
: Corbiculidae
Genus
: Corbicula
Spes ies
: javanica
Cangkang spesies ini, panjang berkisar 11.1 – 19.8 mm, lebar berkisar 6.8 – 15.4 mm, tebal
berkisar 6.8 – 10.9 mm; bundar lonjong sampai segitiga lonjong, cembung, bagian belakang
memanjang dan agak mengecil, sisi bawah membundar; Warna kuning – kehijauan sampai
kecoklatan di bagian umbo, warnanya memudar menjadi putih atau keputihan, ke arah bagian
bawah warna lebih muda dan mengilap, seluruh permukaan cangkang berlunas -lunas konsentrik
2.

14

kasar; Umbo gembung. Permukaan dalam cangkang putih, dengan warna kemerahan atau ungu di
bawah hulu cangkang. Bidang engsel dan gigi engsel ungu (Djajasasmita 1999). (Gambar 2)
Hidup di perairan berarus lambat dengan dasar lumpur berpasir sampai kedalaman lebih dari
1000 dpl. Tersebar di Malaysia, Indonesia (Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara Barat dan Maluku)
dan Luzon di Philipina. (Djajasasmita 1999).
Jenis ini terdapat di stasiun II. III dan IV, dengan habitat lumpur berpasir.
Kerang ini biasa dimakan dan dapat dijadikan sebagai obat hepatitis dan sebagai inang antar
cacing trematoda parasit Echinostoma sp. Penyebab penyakit radang usus pada manusia.
(Djajasasmita 1999).
Pseudodon vondembuschianus
(Lea 1840)
Filum
: Moluska
Kelas
: Bivalvia
Ordo
: Eullamellibranchia
Famili
: Unionidae
Genus
: Pseudodon
Spesies
: vondembuschianus
Cangkang spesies ini, panjang berkisar 27.7 – 91.8 mm, lebar berkisar 18.5 – 55.4 mm, tebal
berkisar 8.3 – 33.1 mm; oval lebar, agak embung; warna coklat kehijauan gelap hingga kehitaman;
umbo sedikit cembung, bagian belakang umbo lebih tinggi daripada di depannya; cangkang muda
lebih tipis dan transparan dengan warna kuning, bagian posteriornya berwarna kehijauan diikuti
garis radial warna hijau yang kurang jelas, sedangkan cangkang tua tidak transparan dan berwarna
lebih gelap, lebih tebal dan lebih berat (Jutting 1956). (Gambar 3).
Hidup di perairan tawar, daerah sungai dan danau. Tersebar di Malaya, Sumatera, Jawa dan
Kalimantan. (Jutting 1956)
Jenis ini terdapat di stasiun I, II, III dan IV, dengan habitat lumpur berpasir. Menurut
Djajasasmita 1985, menyukai perairan tenang atau berarus lambat dengan dasar lumpur berpasir.
Kerang ini dapat dimakan.
3.

Melanoides granifera (Lamarck 1822)
Filum
: Moluska
Kelas
: Gastropoda
Ordo
: Mesogastropoda
Famili
: Thiaridae
Genus
: Melanoides
Spesies
: granifera
Cangkang spesies ini, panjang berkisar 9.1 – 22.8 mm, lebar berkisar 4.1 – 9.8 mm, panjang
aperture berkisar 3.6 – 9.1 mm, lebar aperture berkisar 2.6 – 6.1 mm, panjang seluk akhir berkisar
6.4 – 14.7 mm; warna coklat kekuningan atau coklat kemerahan, sering dihiasi oleh bintk – bintik
coklat atau coklat kemerahan, terdapat bintil-bintil pada seluruh permukaan cangkang; jumlah
seluk 12 – 15,aga k cembung, seluk akhir besar; mulut bundar telur,bagian tepi tipis, operculum
bundar telur,coklat kehitaman dengan inti di sudut kiri bawah. (Djajasasmita 1999). (Gambar 4)
Hidup di perairan tergenang atau mengalir, terutama daerah berdasar lumpur. Tersebar di
India, Sri Lanka, Thailand, Laos, Kamboja, Vietnam, Indonesia, Malaysia, Philipina, Taiwan dan
beberapa pulau di Pasifik. (Djajasasmita 1999).
Jenis ini terdapat di stasiun I, II, III dan IV dengan menempel di batu-batuan dan di lumpur
berpasir.
Sp esies ini dapat berperan sebagai inang antara cacing trematoda parasit Paragonimus
westermani, penyebab penyakit radang paru- paru. (Djajasasmita 1999).
4.

5.

Melanoides tuberculata (Müller 1774)
Filum
: Moluska
Kelas
: Gastropoda
Ordo
: Mesogastropoda
Famili
: Thiaridae
Genus
: Melanoides
Spesies
: tuberculata

15

Cangkang spesies ini, panjang berkisar 8.1 – 28.9 mm, lebar berkisar 2.7 – 8.9 mm, panjang
aperture berkisar 2.1 – 7.9 mm, lebar aperture berkisar 1.4 – 6. 9 mm, panjang seluk akhir berkisar
3.6 – 13. 6 mm; panjang, langsing, dan runcing; warna coklat kekuningan atau kehijauan; dihiasi
bintik- bintik coklat tua atau coklat kemerahan, permukaan umumnya beralur – alur lingkar,
jumlah seluk akhir 10 -15, seluk akhir agak besar, seluk bagian puncak berusuk – rusuk tegak;
Mulut bundar telur, coklat kehitaman, hampir vertical, tepinya tipis; Operkulum bundar telur, tipis,
liat, coklat kehitaman. (Djajasasmita 1999). (Gambar 5)
Hidup di perairan tergenang dan mengalir dan terdapat pada dasar yang berlumpur dan sampai
kedalaman 1400 m dpl. Tersebar di Eropa Selatan, Afrika. Asia, Australia, Myanmar dan Pasifik
Barat. (Djajasasmita 1999).
Jenis ini terdapat di stasiun I, II, III dan IV dengan menempel di batu-batuan dan di lumpur
berpasir.
Potensi spesies ini sama dengan M. granifera.
Brotia costula varicosa (Troschel 1837)
Filum
: Moluska
Kelas
: Gastropoda
Ordo
: Mesogastropoda
Famili
: Pachychilidae
Genus
: Brotia
Spesies
: costula varicosa
Cangkang spesies ini, panjang berkisar 18.5 – 40.2 mm , lebar berkisar 8.4 – 17.2 mm,
panjang aperture berkisar 6.8 – 13.4 mm, lebar aperture berkisar 4.7 – 10.9 mm, panjang seluk
akhir 11.7 – 24.4 mm; tebal, panjang meruncing ke arah puncak; Warna hijau kecoklatan,
kekuningan atau coklat kekuningan; berusuk – rusuk tegak, bertonjolan tumpu atau tajam, rusuk –
rusuk nyata atau tidak kelihatan sama sekali; jumlah seluk 12 – 14, seluk akhir besar, tepinya
menyiku atau agak membulat, puncak umunya romping; mulut bundar telur lebar, tepi atau
bibirnya tajam; operculum bundar tipis liat, coklat kehitaman, multispiral dengan intinya di tengah.
(Gambar 6)
Hidup di perairan tenang atau agak berarus deras dan terdapat di dasar yang berlumpur.
Tersebar di daerah Asia.
Jenis ini terdapat di stasiun I, II, III dan IV dengan menempel di batu-batuan dan di lumpur
berpasir.
Potensi spesies ini sama dengan M. granifera dan biasa di makan.
6.

7.

Brotia testudinaria (v.d. Busch 1842)
Filum
: Moluska
Kelas
: Gastropoda
Ordo
: Mesogastropoda
Famili
: Pachychilidae
Genus
: Brotia
Spesies
: testudinaria
Cangkang spesies ini, panjang berkisar 15.3 – 37.9 mm, lebar berkisar 6.2 – 14.6 mm, panjang
aperture berkisar 5.3 – 11.9 mm, lebar aperture berkisar 3.5 – 7.8 mm. panjang seluk akhir 9.5 –
21.9 mm; panjang agak ramping licin; coklat kehijauan, bercorak- corak tegak coklat atau coklat
tua, terdapat sabuk coklat; jumlah seluk 10 – 12, tidak cembung, seluk akhir menyiku tumpul, pada
cangkang muda seluk menyiku tajam, puncak kadang romping; mulut bundar telur, tepinya tipis,
tajam tidak bersambungan, bagian bawahnya agak melebar; operculum bundar, tipis dan liat,
warna coklat kehitaman, multispiral dengan intinya di tengah (Djajasasmita 1999). (Gambar 7).
Hidup di berbagai perairan, baik yang tenang maupun yang berarus lambat atau deras,
terutama terdapat pada dasar yang berlumpur. Tersebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan
Sulawesi. (Djajasasmita 1999).
Jenis ini terdapat di stasiun IV dengan menempel di batu-batuan dan di lumpur berpasir.
Belum diketahui potensi dari spesies ini.
8.

Thiara scabra ( Müller 1774)
Filum
: Moluska
Kelas
: Gastropoda

16

Ordo
: Mesogastropoda
Famili
: Thiaridae
Genus
: Thiara
Spesies
: scabra
Cangkang spesies ini, panjang berkisar 8.2 – 11.2 mm, lebar berkisar 4.2 – 5.8 mm, panjang
aperture berkisar 3.1 – 5.2 mm, lebar aperture berkisar 2.3 – 3.7 mm, panjang seluk akhir 5.1 – 8.1
mm; panjang agak gemuk pendek sampai gak lansing dengan sulur meruncing dan berjenjang atau
berundak; warna coklat kekuningan atau krem kecoklatan berbinti – bintik coklat; Permukaan
bertonjolan tumpul atau runcing seperti berduri terutama pada seluk akhir, jumlah seluk 8 – 12,
seluk akhir agak besar, mulut agak besar atau lebar; operculum bundar telur tipis dan liat, coklat
kehitaman. (Djajasasmita 1999). (Gambar 8).
Hidup di perairan tawar tergenang atau mengalir, terdapat pada dasar lumpur atau berpasir
sampai kedalaman 1400 dpl, kadang – kadang terdapat di perairan payau. Tersebar di Mauritus,
Seychelless, Indian, Pakistan, Bangladesh, Sri Lanka, Myanmar, Thailand, Malaysia, Philipina,
Cina b agian selatan dan berbagai pulau di Pasifik (Djajasasmita 1999).
Jenis ini terdapat di stasiun I, II, III dan IV dengan menempel di batu-batuan dan di lumpur
berpasir.
Potensi dari spesies ini adalah inang antara cacing Fasciola hepatica.
9.

Bellamya javanica (v.d. Busch 1844)
Filum
: Moluska
Kelas
: Gastropoda
Ordo
: Mesogastropoda
Famili
: Viviparidae
Genus
: Bellamya
Spesies
: Bellamya javanica
Cangkang spesies ini, panjang berkisar 21.1 – 23.6 mm, lebar berkisar 14.1 – 17.1 mm.
panjang aperture berkisar 11.2 – 11.9 mm, lebar aperture 9.2 – 10.2 mm, panjang seluk akhir
berkisar 16.9 – 18.6 mm; kerucut membulat, agak tipis, hijau kecoklatan atau kuning kehijauan,
terkadang terdapat coklat kemerahan, dihiasi 3 – 5 garis lingkar coklat kehitaman; begaris – garis
tumbuh halus; puncak agak runcing tetapi romping; jumlah seluk 6 – 7, agak cembung, seluk akhir
besar; mulut membundar, tepinya bersambung, tidak melebar, umumnya hitam; operculum agak
bundar telur, tipis, agak cekung, coklat kehitaman, bergaris – garis konsentrik dengan intinya agak
di tepi. (Djajasasmita 1999). (Gambar 9).
Hidup di danau, kolam, sungai dan saluran irigasi, menempel pada batu – batuan atau terdapat
di dasar lumpur. Tersebar di Thailand, Kamboja, Malaysia, Indonesia dan Philipina. (Djajasasmita
1999).
Jenis ini terdapat di stasiun II dengan menempel di batu-batuan dan di lumpur berpasir.
Spesies ini dapat dimakan dan sebagai inang perantara cacing parasit trematoda Echinostoma
sp, menyebakan penyakit radang usus. (Djajasasmita 1999).
10. Pomacea canaliculata ( Lamarck 1801)
Filum
: Moluska
Kelas
: Gastropoda
Ordo
: Mesogastropoda
Famili
: Ampullariidae
Genus
: Pomacea
Spesies
: canaliculata
Cangkang spesies ini, panjang berkisar 36.6 – 42.9 mm, lebar berkisar 32.2 – 40.7 mm,
panjang aperture berkisar 27.9 – 33.8 mm, lebar aperture berkisar 21.2 – 26.3 mm, panjang seluk
akhir 31.1 – 41.8 mm; gembung; sulur agak tinggi, runcing dan sedikit berjenjang; warna kuning,
kuning kehijauan atau kecoklatan dengan hiasan sabuk-sabuk lingkar coklat; jumlah seluk 5 – 6,
seluk akhir besar dan gembung, 2/3 tinggi cangkang; mulut lebar, tepinya tipis dan agak menebal
di sebelah dalamnya; operkulum tipis dan lunak, coklat atau coklat kehiijauan. (Djajasasmita
1999). (Gambar 10).
Hidup di berbagai perairan tawar yang tergenang atau berarus lambat hingga 1000 m dpl.
Tersebar di Amerika Latin, Jepang, Cina Selatan, Taiwan, Philipina, Malaysia dan Indonesia.
(Djajasasmita 1999).

17

Jenis ini terdapat di stasiun I, II, III dan IV dengan menempel di batu-batuan dan di lumpur
berpasir.
Spesies ini dapat diolah menjadi kecap, dendeng dan sebagai lauk, mempunyai kandungan
protein cukup tinggi sehingga dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku ternak.
Untuk pakan ternak seluruh bagian tubuh P.canaliculata dapat dimanfaatkan. Saat ini
P.canaliculata sudah mulai di ekspor. Spesies ini mempunyai perkembangan yang cepat dengan
daur hidup singkat, mortalitas rendah dan resisten terhadap pestisida dan penyakit. P.canaliculata
mudah dibudidayakan karena persyaratan hidupnya relatif mudah dan pemakan segala, misalnya
berbagai jenis tumbuhan air dan organisme yang sudah mati. P.canaliculata menyukai daerah
berair menggenang di perairan dangkal maupun di air yang mengalir pelan dan bersih serta
pergantian air yang terus-menerus. Spesies ini hidup diperairan yang memiliki pH 5-8 dan suhu
rata-rata 23-33 ?C. (Setyadi GW et al, 2002).
Namun spesies ini dapat merugikan karena merupakan hama padi muda yang dapat
menimbulakan kerugian yang cukup besar. (Djajasasmita 1999). Sejak tahun 1980 an sebagian
besar negara Asia Tenggara, spesies ini menjadi hama utama pada tanaman padi (Martin &
Estebenet 2002).

Gambar 1 Corbicula moltkiana (Prime 1878).

Gambar 2 Corbicula javanica (Mousson 1849).

Gambar 3 Pseudodon vondembuschianus (Lea 1840).

18

Gambar 4 Melanoides granifera (Lamarck 1822).

Gambar 5 Melanoides tuberculata (M üller 1774).

Gambar 6 Brotia costula varicosa (Troschel 1837).

Gambar 7 Brotia testudinaria (v.d. Busch 1842).

19

Gambar 8 Thiara scabra (M üller 1774).

Gambar 9 Bellamya javanica (v.d.Busch 1844).

Gambar 10 Pomacea canaliculata (Lamarck 1801).

Kepadatan Populasi
Kepadatan tertinggi adalah dari famili Corbiculidae dan Thiaridae yang dapat dilihat pada
Tabel 2.
Kepadatan jenis moluska tertinggi terdapat di stasiun IV (Lampiran 2) diperkirakan
banyaknya masukan bahan organik dari sungai, sawah dan sisa pelet yang tidak termakan oleh
ikan yang masuk ke danau. Hasil eksresi ikan dapat meningkatkan kandungan zat hara berupa
nitrat dan fosfat, merupakan dua unsur hara yang dibutuhkan oleh fitoplankton dan merupakan
faktor pembatas untuk pertumbuhan fitoplankton. Bahan organik tersebut digunakan sebagai
sumber makanan bagi moluska pemakan detritus dan substrat, yang sesuai bagi sebagian besar
moluska yang tergolong famili Corbiculidae dan Thiaridae.

Tabel 2 Kepadatan rata-rata (ind/m2) jenis moluska di masing - masing stasiun
Stasiun
Kelas

Jenis

20

I
Bivalvia

94.00

Corbicula javanica

-

Melanoides granifera
Melanoides tuberculata

IV

275.8

338.47
161.27

39.53

38.93

0.60

0.33

1.33

105.00

96.07

114.87

170.40

50.73

136.73

115,87

328.20

Thiara scabra

0.60

0.13

0.93

1.07

Brotia costula varicosa

5.27

13.73

7.40

2.60

Brotia testudinaria

-

-

-

1.87

Bellamya javanica

-

0.33

-

-

0.33

0.13

0.07

0.20

256.60

755.72

554.20

1005.41

Pomacea canaliculata
Jumlah

III

468.47

0.67

Pseudodon vondembuschianus
Gastropoda

II

Corbicula moltkiana

Corbicula moltkiana terdapat di seluruh stasiun, karena spesies ini merupakan spesies
endemik danau Maninjau. Sedangkan Corbicula javanica dan Bellamya javanica diperkirakan
spesies pendatang dari perairan lain dan mempunyai kemampuan yang tinggi dalam
penyebarannya. Untuk Pseudodon vondembuschianus kepadatannya selama penelitian rendah
karena spesies membutuhkan inang perantara dalam hidupnya, yaitu ikan. Sedangkan dalam
penelitian ini pengambilan sampel moluska hanya pada kedalaman 0-5 m, diperkirakan jumlah
inang menurun untuk P. vondembuschianus. Sedangkan Brotia costula varicosa dan Brotia
testudinaria kepadatannya sangat kecil karena habitat spesies ini adalah di daerah sungai (Kohler
& Glaubrecht 2002). Thiara scabra jarang ditemukan selama penelitian karena kebanyakan dari
spesies ini hidup di daerah sungai, sama halnya dengan Brotia costula varicosa dan Brotia
testudinaria. Kepadatan Pomacea canaliculata selama penelitian kecil berkaitan dengan makanan
utamanya tumbuhan air atau vegetarian. Pada stasiun yang diteliti sedikit ditemukan tumbuhan air.
P. canaliculata di danau Maninjau banyak digunakan sebagai bahan pakan ternak bagi
masyarakat, diperkirakan hal ini penyebab kepadatannya sedikit.
Kehadiran suatu spesies moluska dapat mempengeruhi spesies moluska lainnya seperti
Biomphalaria glabrata dan M. tuberculata. B. glabrata merupakan inang antara cacing parasit
Schistosoma mansoni hidup berkompetisi dengan M. tuberculata. M. tuberculata dapat dijadikan
sebagai kontrol biologis karena dapat menghambat pertumbuhan B. glabrata (Hamidah 2000) .
Kepadatan jenis moluska terendah terdapat pada stasiun I (Lampiran 2). Hal ini terjadi
diperkirakan karena di lokasi ini bahan organik yang diperlukan untuk pertumbuhan moluska
berkurang.
Pada penelitian ini pengaruh habitat di stasiun berpengaruh terhadap kepadatan moluska,
pada stasiun III dan IV kondisi lingkungannnya mendukung untuk kehidupan moluska, dapat
dilihat pada tabel kepadatan (Tabel 2) terutama untuk famili Corbiculidae dan Thiaridae, jumlah
kepadatan 2 famili ini lebih tinggi dibandingkan dengan 4 famili lainnya. Kondisi ini didukung
oleh jenis substrat dan vegetasi (Lampiran 5) yang terdapat di masing-masing stasiun tersebut.
Sedangkan untuk stasiun I dan II kondisi lingkungannya kurang mendukung untuk kehidupan
moluska.
Dilihat dari kepadatan moluska tersebut, dapat diduga penyebaran gastropoda lebih luas dan
kemampuan adaptasinya lebih tinggi terhadap habitatnya baik di air tawar, laut maupun di substrat
keras atau lunak.
Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi Moluska
Untuk melihat keragaman, keseragaman dan dominansi moluska maka digunakan beberapa
perhitungan dengan menggunakan rumus analisis keanekaragaman menggunakan Indeks
Shannnon -Wiener (Krebs, 1978), Indeks Keragaman spesies dan dominansi moluska dengan
menggunakan perhitungan Dominansi Simson (Krebs, 1978). Hasil dari analisa tersebut dapat
dilihat di Tabel 2.
Indek keseragaman menggambarkan keanekaragaman jenis-jenis moluska disuatu kawasan.
Nilai indeks keanekaragaman tergantung dari variasi jumlah spesies dan jumlah individu tiap
spesies yang didapatkan. Semakin kecil jumlah spesies dan variasi jumlah individu tiap spesies
maka keanekargaman suatu ekosistem semakin kecil. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya

21

ketidakseimbangan ekosistem yang disebabkan gangguan atau tekanan dari lingkungan, berarti
hanya jenis tertentu yang dapat bertahan hidup (Alfitriatussulus, 2003).
Sifat kimia dan fisik suatu perairan dapat menentukan jenis -jenis moluska yang mampu
bertahan hidup . Salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada moluska air adalah kadar Ca
dalam air yang menentukan sifat kekerasan perairan. (Djajasasmita, 1985).
Berdasarkan Tabel 3, tingginya nilai Indeks keanekaragaman, keseragaman di stasiun II dan
IV disebabkan pada stasiun ini dihuni oleh 9 spesies dibandingkan dengan dua stasiun lainnya.
Diperkirakan karena stasiun II dan IV merupakan daerah yang mempunyai banyak kandungan
organik digunakan moluska untuk bertahan hidup Tingginya nilai indeks dominansi pada stasiun
yang sama karena terdapat beberapa spesies yang mendominan jumlah setiap individunya.
Sedangkan nilai terendah terdapat di stasiun III (Lampiran 2).
Tabel 3 Nilai indeks keanekaragaman (H’),
keseragaman (E) dan dominansi (C)
moluska di masing-masing stasiun
Parameter
I. Keanekaragaman
I. Keseragaman
I. Dominansi

I
2.13
1.01
7.05

II
2.73
1.01
9.07

Stasiun
III
2.41
0.99
7.99

IV
3.01
1.12
9.98

Keanekaragaman ukuran cangkang kelas bivalvia
Pada pengukuran cangkang bivalvia didapatkan rata-rata panjang cangkang (PC) 15.7 mm,
lebar cangkang (LC) 13.3 mm, tebal cangkang (TC) 9.16 mm untuk Corbicula moltkiana (CM),
sedangkan untuk Corbicula javanica (CJ) rata-rata panjang cangkang (PC) 15.02 mm, lebar
cangkang (LC) 12.3 mm, tebal cangkang (TC) 8.75 mm dan Pseudodon vondembuschianus (PV)
rata-rata panjang cangkang (PC) 75 mm, lebar cangkang (LC) 49.2 mm, tebal cangkang (TC) 28.7
mm (Gambar 11). (Lampiran 6)
Mean
ukuran(mm)

80
60
40
20
0
CM

CJ

PV

Species
PC

LC

TC

Gambar 11 Ukuran rata-rata cangkang bivalvia

Pada pengukuran cangkang bivalvia didapatkan Corbicula moltkiana (CM) panjang
cangkangnya (PC) memiliki keragaman lebih tinggi dibandingkan dengan lebar cangkang (LC)
dan tebal cangkang (TC), dan untuk Corbicula javanica (CJ) serta Pseudodon vondembuschianus
(PV) menunjukkan hal yang sama dengan C. moltkiana (Gambar 12).(Lampiran 6).
Standar Deviasi

Ukuran (mm)

20
15
10
5
0
CM

CJ
Species

PV
PC

LC

Gambar 12 Nilai standar deviasi ukuran cangkang
bivalvia
Keterangan gambar:
CM
= Corbicula moltkiana
CJ
= Corbicula javanica
PV
= Pseudodon vondembuschianus
PC
= Panjang cangkang
LC
= Lebar cangkang
TC
= Tebal cangkang

TC

22

Ukuran cangkang untuk Corbicula moltkiana dan Corbicula javanica yang didapatkan selama
penelitian sebagian besar adalah tingkat anakan dengan ukuran panjang cangkang rata-rata 15.7
mm dan 15.02 mm, dibandingkan tingkat dewasa. Di danau Maninjau dua spesies di atas pada
tingkat dewasa dijadikan sebagai makanan untuk sumber protein hewani. Menurut Djajasasmita
1999 ukuran cangkang dewasa adalah 28 mm. Pseudodon vondembuschianus yang didapatkan
selama penelitian adalah pada tingkat dewasa, dengan ukuran pajang cangkang rata-rata 75 mm.
Halm ini berhubungan dengan kondisi stasiun diperkirakan sedikitnya ditemukan inang untk
spesies ini hidup.

Keanekaragaman ukuran cangkang kelas gastropoda
Pada pengukuran cangkang gastropoda didapatkan rata-rata panjang cangkang (PC) 15.78
mm, lebar cangkang (LC) 7.29 mm, panjang aperture (PA) 6.51 mm, lebar aperture (LA) 4.32
mm, panjang seluk akhir (PS) 11.05 mm untuk Melanoides granifera (MG) sedangkan untuk
Melanoides tuberculata (MT) rata-rata panjang cangkang (PC) 12.42 mm, lebar cangkang (LC)
4.76 mm, panjang aperture (PA) 3.94 mm, lebar aperture (LA) 2.73 mm, panjang seluk akhir (PS)
7.1 mm, Brotia costula varicosa (BCV) rata-rata panjang cangkang (PC) 34.96 mm, lebar
cangkang (LC) 14.50 mm, panjang aperture (PA) 11.9 mm, lebar aperture (LA) 8.43 mm, panjang
seluk akhir (PS) 20.8 mm, Brotia testudinaria (BT) rata-rata panjang cangkang (PC) 37.6 mm,
lebar cangkang (LC) 16.1 mm, panjang aperture (PA) 12.2 mm, lebar aperture (LA) 9.33 mm,
panjang seluk akhir (PS) 22.2 mm, Pomacea canaliculata (PC) rata-rata panjang cangkang (PC)
48.1 mm, lebar cangkang (LC) 40.7 mm, panjang aperture (PA) 31 mm, lebar aperture (LA) 25
mm, panjang seluk akhir (PS) 42.1 mm, Thiara scabra (TS) rata-rata panjang cangkang (PC) 9.85
mm, lebar cangkang (LC) 5.03 mm, panjang aperture (PA) 4.05 mm, lebar aperture (LA) 2.98
mm, panjang seluk akhir (PS) 6.29 mm dan Bellamya javanica (BJ) rata-rata panjang cangkang
(PC) 22.4 mm, lebar cangkang (LC) 15.9 mm, panjang aperture (PA) 11.5 mm, lebar aperture
(LA) 9.7 mm, panjang seluk akhir (PS) 17.7 mm 29.75 mm, lebar aperture (LA) 23.73 mm,
panjang seluk akhir (PS) 35.9 mm.(Gambar 13). (Lampiran 7)
Dari hasil penelitian didapatkan ukuran cangkang
60
Ukuran
(mm)

Mean

40
20
0
MG

MT

BT

BS

TS

PC

BJ

Spesies
PC

LC

PA LA PS

Gambar 13 Ukuran rata-rata cangkang gastropoda

Pada pengukuran cangkang gastropoda didapatkan bahwa Melanoides granifera (MG),
Melanoides tuberculata (MT), Brotia costula varicosa (BCV), Brotia testudinaria (BT) Thiara
scabra (TS), Pomacea canaliculata (PC) panjang cangkangnya (PC) memiliki keragaman lebih
tinggi dibandingkan dengan lebar cangkang (LC), panjang aperture (PA), lebar aperture (LA) dan
panjang seluk akhir (PS). Sedangkan untuk Bellamya javanica (BJ) lebar cangkangnya (LC) lebih
beragam dibandingkan dengan panjang cangkangnya (PC), panjang aperture (PA), lebar aperture

23

(LA)

dan

panjang

seluk

akhir

(PS).

Ukuran (mm)

Standar Deviasi

10
5
0
MG

MT

BT

BS

TS

PC

BJ

Species
PC LC PA LA PS

(Gambar 14).(Lampiran7)
Gambar 14 Nilai standar deviasi ukuran cangkang
gastropoda
Keterangan gambar:
MG
= Melanoides granifera
MT
= Melanoides tuberculata
BS
= Brotia costula varicosa
BT
= Brotia testudinaria
PC
= Pomacea canaliculata
TS
= Thiara scabra
BJ
= Bellamya javanica
PC
= panjang cangkang
LC
= lebar cangkang
PA
= panjang aperture
LA
= lebar aperture
PS
= panjang seluk akhir

Ukuran cangkang untuk Melanoides granifera, Melanoides tuberculata dan Thiara scabra
yang didapatkan selama penelitian sebagian besar adalah tingkat anakan dengan panjang
cangkang rata-rata 15.78 mm, 12.42 dan 9.85 mm dibandingkan tingkat dewasa. Menurut
Djajasasmita 1999 ukur an panjang cangkang tiga spesies di atas adalah 20 mm, 30-35 mm dan 2530 mm. Sedangkan untuk Brotia costula varicosa dan Brotia testudinaria yang didapatkan selama
penelitian adalah tingkat dewasa dan jarang ditemukan tingkat anakan, hal ini didukung bahwa
spesies ini sebagian besar hidup di sungai. Bellamya javanica yang didapatkan selama penelitian
pada tingkat anakan sedangkan tingkat dewasa tidak ditemukan, diperkirakan spesies ini adalah
spesies pendatang dan jarang ditemukan pada saat penelitian. Pomacea canaliculata yang
ditemukan selama penelitian adalah tingkat dewasa dan jarang ditemukan tingkat anakan.
Diperkirakan pada tingkat anakan spesies ini hidup menempel pada tanaman air, selama penelitian
jarang ditemukan tanaman air di sekitar stasiun pengambilan spesimen. Menurut Horison 2000,
pertambambahan panjang cangkang keong mas (Pomacea canaliculata) rata-rata kurang lebih 5
mm per dua minggu.
Indeks penyebaran (Indeks Morisita) dan pola penyebaran moluska.
Pola penyebaran dari spesies moluska selama pengamatan dapat dianalisis dengan
menggunakan Indeks Penyebaran ialah Indeks Sebaran Morisita (Krebs, 1978). Pola penyebaran
spesies moluska dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Indeks penyebaran dan pola
p enyebaran moluska
No

Jenis

1

Corbicula
moltkiana
Corbicula javanica
Pseudodon
vondembuschianus
Melanoides
granifera
Melanoides
tuberculata
Thiara scabra
Brotia costula

2
3
4
5
6
7

Indeks
morisita
1.647

Pola
penyebaran
mengelompok

1.115
1.313

mengelompok
mengelompok

2.123

mengelompok

3.821

mengelompok

0.003
0.007

acak
acak

24

8
9
10

varicosa
Brotia testudinaria
Bellamya javanica
Pomacea
canaliculata

3x10 -5
8.06x10-7
4.4x10-6

acak
acak
acak

Pola penyebaran biota dipengaruhi oleh tipe habitat yang meliputi parameter fisik kimia
perairan serta makanan dan kemampuan adaptasi dari suatu biota dalam sebuah ekositem.
Berdasarkan hasil analisa pola penyebaran jenis individu moluska menurut Indeks Morisita
bersifat mengelompok dan acak. Sifat berkelompok ini disebabkan oleh beberapa faktor antara
lain kondisi lingkungan, tipe substrat, kebiasaan makan dan cara bereproduksi (Alfitriatussulus
2003). Untuk Brotia costula varicosa dan Brotia testudinaria serta Thiara scabra merupakan
spesies yang hidup di daerah sungai. Sedangkan untuk Bellamya javanica merupakan spesies
imigrasi. Untuk Pomacea canaliculata selama penelitian jarang ditemukan. Pola penyebaran
mengelompok dan acak ini dapat disesuaikan dengan frekuensi kehadiran setiap spesies di masingmasing stasiun (Tabel 5). Frekuensi kehadiran tersebut berhubungan dengan kehadiran moluska di
suatu stasiun, Frekuensi kehadiran 0.25-0.50 menunjukkan kehadiran moluska sebagai aksesori
(jarang ditemukan) yakni Brotia testdinaria dan Bellamya javanica. Sedangkan kehadiran 0.500.75 menunjukkan kehadiran moluska sebagai kehadiran konstan, yakni Corbicula javanica.
Untuk frekuensi kehadiran 0.75-1.00 menunjukkan kehadiran absolut, yakni Corbicula moltkiana,
Pseudodon vondembuschianus, Melanoides granifera, Melanoides tuberculata, Thiara scabra,
Brotia costula varicosa dan Pomacea canaliculata
Cara hidup biota yang berkelompok menunjukkan kecenderungan yang kuat untuk
berkompetisi dengan biota yang lain terutama dalam hal makan. Kebiasaan makan dan sumber
makanan bagi moluska berbeda-beda untuk setiap jenis dan dipengaruhi oleh pola adaptasi
terhadap lingkungannnya. Menurut Barnes, 1987 dalam Hamidah 2000), sumber makanan bagi
hewan yang hidup di dasar perairan (bentos) terdiri dari detritus dan plankton dari massa air serta
detritus dan mikroorganisme yang melekat di dasar. Berdasarkan kebiasaan makannya, moluska
dibedakan menjadi herbivora, karnivora, pemakan bangkai, pemakan deposit, pemakan suspensi
dan parasit. Pada umumnya moluska yang bersifat pemakan deposit lebih banyak ditemukan di
daerah dengan substrat yang halus karena banyak mengandung bahan organik. Walaupun moluska
pemakan suspensi dapat ditemukan pada substrat yang kasar, namun dapat juga ditemukan
moluska pemakan deposit. Sedangkan pada bivalvia, sebagian besar pemakan detritus dan
sebagian kecil adalah pemakan plankton (Hamidah 2000). Selain itu biota ini mempunyai sifat
bergerak yang rendah sehingga sukar untuk menyebar dan berpindah-pindah.
Beberapa jenis moluska air tawar sangat bergantung pada tumbuhan air. Baik sebagai
makanan ataupun sebagai tempat hidupnya. Menurut Izmiarti 1991 dalam Hamidah 2000
tumbuhan Potamogeton merupakan tempat hidup bagi beberapa gastropoda dari famili Thiaride
yaitu Anentome helena, Melanoides granifera , M. tuberculata, Thiara scabra dan Pomacea
canaliculata.
Beberapa spesies juga memerlukan bebatuan untuk menempel hidup diantaranya adalah
Melanoides granifera, Melanoides tuberculata, Thiara scabra, Brotia costula varicosa dan Brotia
testud