Asal Usul Danau Toba (1)

Asal Usul Danau Toba
Zaman dahulu, ada petani bernama Toba, yang menyendiri
dilembah yang landai dan subur. Selain mengerjakan ladang,
kadang-kadang ia memancing. Ikan hasil pancingannya dia masak
untuk dimakan. Biasanya ikan disungai mudah dipancing, tetapi
untuk kali ini tak seekor ikanpun didapatnya. Dia putus asa, kesal
dan memutuskan untuk berhenti memancing. Tetapi ketika dia
hendak menarik pancingannya, tiba-tiba pancing itu disambar ikan.
Barulah pancing itu ditarik secara perlahan-lahan, tampaklah seekor
ikan besar. Pada saat dia sedang melepaskan mata pancing itu, ikan
tersebut memandangnya dengan penuh arti. Setibanya dirumah,
lelaki itu langsung membawa ikan besar ke dapur. Dia segera
mengambil kayu bakar. Ketika hendak menyalakan api, ternyata
kayu bakar didapur habis. Dia segera mengambil kayu bakar
dibawah kolong rumahnya, sambil membawa kayu bakar dia menuju
kedapur.
Pada saat didapur, dia terkejut karena ikan besar sudah tidak
ada lagi. Tetapi ditempat ikan itu tampak terhampar beberapa
keping emas. Karena terkejut dia meninggalkan dapur dan masuk ke
kamar. Ketika membuka pintu kamar, berdirilah seorang perempuan
dengan rambut yang panjang terurai. Lelaki itu menjadi sangat

terpesona karena wajah perempuan itu luar biasa cantiknya. Karena
hari sudah malam, perempuan itu minta agar lampu dinyalakan.
Lalu diceritakan oleh perempuan itu bahwa dia adalah penjelmaan
dari ikan besar tadi, dan beberapa keping uang emas adalah
penjelmaan sisiknya. Setelah beberapa minggu perempuan cantik
itu tinggal serumah, maka lelaki itu melamar perempuan tersebut
untuk menjadi istrinya. Perempuan itu bersedia dengan syarat :
“Lelaki itu harus bersumpah seumur hidupnya dia tidak akan pernah
mengungkit asal usul istrinya yang menjelma dari ikan.”
Setahun kemudian, mereka dikaruniai anak laki-laki yang diberi
nama Samosir. Anak itu sangat dimanjakan ibunya, mengakibatkan
anak itu bertabiat kurang baik dan pemalas. Setelah cukup besar,
anak itu disuruh ibunya setiap hari ke ladang mengantar nasi untuk
ayahnya. Namun sering dia menolak sehingga terpaksa ibunya yang
mengantar sendiri. Suatu hari, anak itu disuruh ibunya lagi
mengantar nasi. Karena dipaksa ibunya, dengan kesal pergilah dia
mengantarkan nasi itu. Ditengah jalan sebagian nasi dan lauknya

dia makan, lalu sisa nasi itu dia berikan kepada ayahnya. Saat
menerimanya si ayah sudah merasa lapar karena nasinya terlambat

diantar. Ayah sangat marah, nasi yang diberikan adalah sisa-sisa.
Amarahnya makin bertambah ketika anaknya mengaku bahwa dia
yang memakan nasi itu. Kesabaran si ayah hilang dan dia pukuli
anaknya sambil mengatakan : “Anak yang tak bisa diajari, tidak tau
diuntung, betul-betul kau anak keturunan perempuan yang berasal
dari ikan.”
Sambil menangis, anak itu berlari pulang menemui ibunya. Dia
adukan semua kata-kata cercaan yang diucapkan ayahnya.
Mendengar cerita anaknya, si ibu sedih sekali, terutama karena
suaminya sudah melanggar sumpahnya dengan kata-kata cercaan
yang dia ucapkan kepada anaknya. Si ibu menyuruh anaknya agar
segera pergi mendaki bukit yang terletak tidak jauh dari rumah
mereka. Tanpa bertanya lagi, sia anak segera melakukan perintah
ibunya. Dia berlari-lari menuju bukit dan mendakinya.
Ketika tampak oleh si ibu anaknya sudah hampir sampai ke
puncak pohon kayu yang dipanjatnya diatas bukit, diapun berlari
menuju sungai yang tidak begitu jauh letaknya dari rumah mereka.
Ketika tiba ditepi sungai itu, kilat menyambar disertai bunyi
gemuruh yang menggelegar. Sesaat kemudian dia melompat ke
dalam sungai dan tiba-tiba berubah menjadi seekor ikan besar. Pada

saat yang sama, sungai itupun banjir besar dan turun pula hujan
yang sangat lebat. Beberapa waktu kemudian sungai itu meluap
kemana-mana. Pak Toba tak bisa menyelamatkan diri, ia mati
tenggelam oleh genangan air. Lama kelamaan, genangan air itu
semakin luar dan berubah menjadi danau yang sangat besar yang
kemudian hari dinamakan “Danau Toba”. Sedangkan pulau kecil
ditengah-tengahnya diberi nama “Pulau Samosir”.