S PLS 100796 Chapter1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian
Usia lanjut adalah anugrah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa
bagi umatnya. Perkembangan penduduk usia lanjut di Indonesia hal yang menarik
untuk diamati. Setiap tahun jumlah penduduk usia lanjut makin meningkat.
Kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (KESRA) melaporkan
(dalam Kemenkes, 2007, online), jika tahun 1980 usia harapan hidup (UHH) 52,2
tahun dan jumlah usia lanjut 7.998.543 orang (5,45%) maka pada tahun 2006
menjadi 19 juta orang (8,90%) dan UHH juga meningkat (66,2 tahun). Pada tahun
2010 perkiraan penduduk usia lanjut di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau
9,77 % dan UHH sekitar 67,4 tahun (dalam Kemenkes, 2007, online). Sepuluh
tahun kemudian atau pada 2020 perkiraan penduduk usia lanjut di Indonesia
mencapai 28,8 juta atau 11,34 % dengan UHH sekitar 71,1 tahun (dalam
Kemenkes, 2007, online).
Dengan demikian pada tahun 2010, jumlah penduduk usia lanjut yang
tinggal di perkotaan sebesar 12.380.321 (9,58%) dan yang tinggal di perdesaan
sebesar 15.612.232 (9,97%) (dalam Kemenkes, 2007, online). Terlihat bahwa
penduduk usia lanjut lebih banyak memilih untuk tinggal di desa dibandingkan
dengan di kota. Hal ini terjadi karena penduduk usia lanjut yang tadinya berasal

dari desa lebih memilih kembali ke desa di hari tuanya, dan mungkin juga bisa
jadi karena penduduk perdesaan usia harapan hidupnya lebih besar karena tidak
menghirup udara yang sudah berpolusi, tidak sering menghadapi hal-hal yang
membuat mereka stress, lebih banyak tenteramnya ketimbang hari-hari tiada stres
atau juga bisa jadi karena makanan yang dikonsumsi tidak terkontaminasi dengan
pestisida sehingga membuat mereka tidak mudah terserang penyakit sehingga
berumur panjang (dalam Evira, 2012, online). Namun jika dilihat pada tahun 2020
walaupun jumlah penduduk usia lanjut tetap mengalami kenaikan yaitu sebesar

Teguh Akbar, 2014
Pelatihan Pembekalan Keterampilan Berwirausaha Dalam Menumbuhkan Kemampuan
Wirausaha Bagi Purnabakti
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

28.822.879 (11,34%), ternyata jumlah penduduk usia yang tinggal di perkotaan
lebih besar yaitu sebanyak 15.714.952 (11,20%) dibandingkan dengan yang

Teguh Akbar, 2014
Pelatihan Pembekalan Keterampilan Berwirausaha Dalam Menumbuhkan Kemampuan
Wirausaha Bagi Purnabakti

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3

tinggal di perdesaan yaitu sebesar 13.107.927 (11,51%) (dalam Evira, 2012,
online).
Kecenderungan bertambahnya penduduk usia lanjut yang menetap di
perkotaan bisa diakibatkan bahwa tidak banyak perbedaan antara rural dan urban.
Wilayah urban terbentuk karena adanya pemusatan penduduk disuatu wilayah
tertentu. Alasan lain mengapa pada tahun 2020 ada kecenderungan jumlah
penduduk Lansia yang tinggal di perkotaan menjadi lebih banyak karena para
remaja yang saat ini sudah banyak mengarah menuju kota, mereka itu nantinya
sudah tidak tertarik kembali ke desa lagi, karena saudara, keluarga dan bahkan
teman-teman tidak banyak lagi yang berada di desa. Sumber penghidupan dari
pertanian sudah kurang menarik lagi bagi mereka, hal ini juga karena pada
umumnya penduduk desa yang pergi mencari penghidupan di kota, pada
umumnya tidak mempunyai lahan pertanian untuk digarap sebagai sumber
penghidupan keluarganya (dalam Evira, 2012, online).
Dalam UU kesejahteraan penduduk usia lanjut (UU No 13/1998) pada ayat
2 disebutkan (dalam Evira, 2012, online) “penduduk usia lanjut adalah seseorang

yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas”. Kemudian mereka
dibagi dalam dua kategori yaitu lanjut usia potential (ayat 3) dan lanjut usia tidak
potnsial (ayat 4). Penduduk usia lanjut potensial merupakan penduduk usia lanjut
yang masih mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang dapat menghasilkan
barang atau jasa (dalam Evira, 2012, online). Sedangkan penduduk usia lanjut
tidak potensial adalah penduduk usia lanjut yang tidak berdaya mencari nafkah
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (dalam Evira, 2012,
online).
Bagi penduduk usia lanjut tidak potensial (ayat 7) pemerintah dan
masyarakat mengupayakan perlindungan sosial sebagai kemudahan pelayanan
agar penduduk usia lanjut dapat mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang
wajar (dalam Evira, 2012, online). Selanjutnya pada ayat 9 disebutkan bahwa
pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial adalah upaya perlindungan dan pelayanan
yang bersifat terus-menerus agar lanjut usia dapat mewujudkan dan menikmati
taraf hidup yang wajar (dalam Evira, 2012, online). Berdasarkan UU tentang
Teguh Akbar, 2014
Pelatihan Pembekalan Keterampilan Berwirausaha Dalam Menumbuhkan Kemampuan
Wirausaha Bagi Purnabakti
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


4

Kesejahteran usia lanjut itu, tampaknya yang terbanyak di Indonesia adalah
penduduk usia lanjut tidak potensial (dalam Evira, 2012, online). Sebab,
berdasarkan pekerjaaan, hanyak sedikit penduduk Indonesia yang tersalurkan di
sektor formal, sedangkan mayoritasnya adalah di sektor informal yang tidak jelas
jaminan sosial hidupnya (dalam Evira, 2012, online). Agar pelayanan lebih
professional di masa depan, perlu disiapkan pekerja sosial yang memiliki
pengetahuan mengenai gerontology atau sekitar yang berkaitan dengan penduduk
usia lanjut (dalam Evira, 2012, online). Diantara penduduk usia lanjut tersebut
dahulunya adalah orang-orang yang bekerja di Instansi-instansi pemerintahan.
Setelah mereka beranjak keusia pensiun yaitu ketika menginjak usia 58 tahun
mereka disebut memasuki usia purnabakti yang nantinya biasa juga disebut
penduduk usia lanjut.
Purnabakti bagi seseorang bisa menjadi sesuatu hal yang menyeramkan,
tetapi bagi sebagian orang lagi bisa menjadi sesuatu yang menyenangkan. Hal
demikian terjadi karena adanya perbedaan cara berpikir orang-orang yang akan
memasuki usia purnabakti dan penyikapannya akan hal yang dimaksud. Banyak
orang yang tidak selamat dalam proses memasuki purnabakti, tetapi disisi lain kita
juga akan bertemu dengan purnabakti yang dapat melalui masanya dengan

menyenangkan (dalam info training, 2013, online). Hal yang mendasar yang
berakibat pada kondisi stres, kecewa dan tidak bahagia dalam melewati masa
pensiun, disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah (dalam info training,
2013, online):
1.

Terjadinya perubahan pemanfaatan waktu selama kurang lebih 8 jam.
Biasanya mereka bangun pagi, berangkat kerja dan kembali sekitar jam 4
sore. Setelah purnabakti, waktu tersebut benar-benar tidak ada aktivitas, yang
secara psikologi akan berakibat pada penurunan daya tahan mental.

2.

Terjadinya pola perubahan pendapatan, dimana selama menjadi karyawan
terbiasa mendapatkan uang atau pendapatan secara pasti, setelah purna bakti,
maka praktis pendapatan tersebut akan berkurang atau bahkan tidak ada,
sementara disisi lain terutama untuk usia lanjut kebutuhan akan dana semakin
tinggi seiring dengan menurunnya kondisi kesehatan fisik.

Teguh Akbar, 2014

Pelatihan Pembekalan Keterampilan Berwirausaha Dalam Menumbuhkan Kemampuan
Wirausaha Bagi Purnabakti
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5

3.

Terjadinya pola perubahan sosial, dimana teman bergaul, topik pembicaraan,
pola pikir dan pola tindak akan berubah
Kondisi itulah yang akan berakibat pada penyakit Post power sindrom

(dalam info training, 2013, online). Sementara disisi lain perusahaanpun memiliki
tanggung jawab yang besar untuk mempersiapkan karyawan untuk secara materil
dan mental menghadapi masa purnabakti (dalam info training, 2013, online).
Secara materil perusahaan telah diberi rambu-rambu oleh pemerintah berkenaan
dengan pesangon dari setiap pegawai sesuai dengan UU yang berlaku. Dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 pasal 40 ayat 1
sebagai berikut (dalam Hrcentro, 2008, online):
Perluasan kesempatan kerja di luar hubungan kerja dilakukan melalui

penciptaan kegiatan yang produktif dan berkelanjutan dengan
mendayagunakan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan
teknologi tepat guna.

Terlihat pemerintah sudah mengantisipasi akan adanya peningkatan
jumlah usia lanjut yang mayoritas nantinya adalah penduduk usia lanjut tidak
produktif. Dengan demikian dimasing-masing intansi pemerintahan harus
menyediakan pelatihan pembekalan keterampilan bagi calon purnabakti untuk
menyongsong masa purnabakti, sehingga mereka mampu tetap produktif. Salah
satu bentuk keterampilan yang dibekali yaitu keterampilan kewirausahaan.
Keterampilan kewirausahaan dirasa sangat tepat diberikan agar para purnabakti
nantinya mampu menghasilkan sesuatu yang berdaya nilai. Menurut Zimmerer
dalam Kasmir (2006, hlm. 17) “kewirausahaan merupakan suatu proses penerapan
kreatifitas dan inovasi dalam memecahkan masalah dan menemukan peluang
untuk memperbaiki usaha atau kehidupan”.
Dari pernyataan Zimmer biasa dilihat bahwa dalam kewirausahaan
dibutuhkan kemampuan berinovasi untuk memecahkan suatu permasalahan
dimana dahulunya para purnabakti ketika masih bekerja di instansi pemerintahan
sudah terbiasa dengan hal seperti itu, sehingga setelah menjadi purnabakti mereka
diharapkan masih biasa melakukannya tapi dalam konteks yang berbeda ketika

masih bekerja dimana dahulunya itu lebih cendrung kegiatan kerja namun setelah
Teguh Akbar, 2014
Pelatihan Pembekalan Keterampilan Berwirausaha Dalam Menumbuhkan Kemampuan
Wirausaha Bagi Purnabakti
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6

menjadi purnabakti dengan segudang pengalaman kerja yang ada mereka dapat
menghasilkan sesuatu yang bernilai untuk mengisi waktu luang yang cukup
banyak dibandingkan ketika masih bekerja menjadi penambah perekonomiannya
karena setelah menjadi purnabakti tingkat penghasilan otomatis akan menurun
karena hanya mendapatkan uang pensiunan saja. Sebenarnya memiliki
keterampilan kewirausahaan tidak berarti mereka akan semerta-merta akan
langsung menjadi seorang wirausaha karena dalam kewirausahaan itu juga butuh
modal untuk memulainya.
Pelatihan pembekalan kewirausahaan bagi purnabkati yang dilakukan oleh
Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang dimana sasarannya adalah calon
purnabakti yang bergerak di lingkungan pertanian. Pelatihan pembekalan
kewirausahaan ini materinya lebih banyak dalam bentuk praktek lapangan yang

mungkin nanti setelah mengikuti pelatihan itu peserta dapat menerapkan hasil
pelatihannya untuk meningkatkan produktivitas.
Pelatihan ini bagus untuk memberikan pengetahuan berwirausaha bagi
calon purnabhakti dimana pengetahuan wirausahanya juga merupakan suatu
kegiatan dalam keilmuan yang sama mereka tekuni selama bekerja sebagai
pegawai negeri sipil akan tetapi masih banyak diantara peserta yang telah
mengikuti pelatihan ini belum memiliki rencana tindak lanjut yang jelas. Hal itu
terlihat dari hasil rencana tindak lanjut yang mereka buat dimana masih ada 10
orang dari 30 orang peserta pelatihan ini membuat belum ada rencana
berwirausaha, kemudian ada 5 orang yang mengalami permasalahan dalam modal
dan lahan berwirausaha nantinya setelah menjalani masa purnabhakti.
Berwirausaha memang tidak semudah yang dibayangkan, dimana kegiatan
berwirausaha ini membutuhkan proses dalam pelaksanaannya. Walaupun tidak
menutup kemungkinan seseorang dapat melakukan kegiatan berwirausaha dan
dapat meningkatkan produktivitasnya dalam waktu yang relatif singkat.

Teguh Akbar, 2014
Pelatihan Pembekalan Keterampilan Berwirausaha Dalam Menumbuhkan Kemampuan
Wirausaha Bagi Purnabakti
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


7

B. Identifikasi Masalah Penelitian
Beberapa permasalahan pokok yang berhasil diidentifikasi berdasarkan
latar belakang masalah di atas, yaitu:
1.

Usia angka harapan hidup meningkat, karena ini dibutuhkan suatu program
atau kegiatan untuk mengisi waktu luang.

2.

Masih tingginya angka usia lanjut yang tergolong dalam usia lanjut tidak
potensial

3.

Berwirausaha butuh modal, waktu dan persiapan.


4.

Hasil rencana tindak lanjut pelatihan kewirausahaan calon purbhakti masih
banyak peserta yang belum mempunyai rencana usaha yang jelas.

C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahannya, antara lain:
1.

Bagaimana perencanaan pelatihan pembekalan keterampilan berwirausaha
bagi purnabakti di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang ?

2.

Bagaimana proses pelatihan pembekalan keterampilan berwirausaha bagi
purnabakti di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang ?

3.

Bagaimana hasil pelatihan pembekalan keterampilan berwirausaha bagi
purnabakti di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang ?

D. Tujuan Penelitian
1.

Tujuan Umum
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memperoleh gambaran

mengenai pelatihan pembekalan keterampilan berwirausaha bagi purnabakti.
2.

Tujuan Khusus
a.

Untuk mengetahui perencanaan pelatihan pembekalan keterampilan
berwirausaha bagi purnabakti di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang.

b.

Untuk

mengetahui

proses

pelatihan

pembekalan

keterampilan

berwirausaha bagi purnabakti di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang.
Teguh Akbar, 2014
Pelatihan Pembekalan Keterampilan Berwirausaha Dalam Menumbuhkan Kemampuan
Wirausaha Bagi Purnabakti
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8

c.

Untuk mengetahui hasil pelatihan pembekalan keterampilan berwirausaha
bagi purnabakti di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang.

E. Manfaat Penelitian
1.

Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pada

perkembangan

ilmu

pendidikan,

terutama

pada

pelatihan

pembekalan

keterampilan berwirausaha bagi purnabakti.
2.

Manfaat Praktis
Manfaat praktisnya yaitu diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai

bahan acuan serta analisis bagi pengelola Balai Besar Pelatihan Pertanian
sehingga dapat mencapai pada tujuan yang ingin dicapai, serta diharapkan dapat
membantu peneliti lain yang akan melakukan penelitian di Balai Besar Pelatihan
Pertanian.

F. Struktur Organisasi
Skripsi ini disusun ke dalam lima bab merujuk pada pedoman penulisan
karya tulis ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia (2013, hlm. 12), diantaranya:
BAB I berisi mengenai pendahuluan yang di dalamnya membahas tentang
latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, serta struktur organisasi penelitian.
BAB II berisi mengenai kajian pustaka.
BAB III berisi mengenai metodologi penelitian yang terdiri dari metode
penelitian, lokasi dan sampel penelitian, instrumen penelitian teknik pengumpulan
data, pengolahan data, dan analisa data.
BAB IV berisi mengenai pengolahan data dan pembahasan hasil temuan
penelitian.
BAB V berisi mengenai kesimpulan dan rekomendasi.

Teguh Akbar, 2014
Pelatihan Pembekalan Keterampilan Berwirausaha Dalam Menumbuhkan Kemampuan
Wirausaha Bagi Purnabakti
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu