Kontestasi Elite Dan Marginalisasi Penduduk Lokal Di Lokasi Pertambangan Batu Bara Kutai Kartanegara | Yuwana | Jurnal Pemikiran Sosiologi 23436 45951 2 PB
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No.2 , November 2012
Kontestasi Elit dan Marginalisasi Penduduk Lokal
di Lokasi Pertambangan Batubara Kutai Kartanegara
Oleh
Nurhadi Yuwana, Heru Nugroho, Irwan Abdullah1
Abstrak
Konstitusi Indonesia menjelaskan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam dikuasai oleh negara dan sebesarbesarnya digunakan untuk kemakmuran rakyat. Akan tetapi kenyataannya berbeda, pengelolaan
kekayaan alam, khususnya barang tambang seperti mineral dan batubara tidaklah semudah yang
dibayangkan dalam konsep teoritis, banyak kepentingan di belakangnya. Alih-alih memikirkan
kepentingan rakyat, pemerintah justru membiarkan pengelolaan itu kepada investor asing. Kontestasi
politik terjadi tidak hanya antara negara dengan korporasi tapi juga dengan warga lokal. Artikel ini
mencoba menjelaskan fenomena kontestasi dan marginalisasi yang terjadi di Kutai Kartanegara,
Kalimantan Timur.
Kata Kunci : kontestasi, kapitalisme, marginalisasi
Abstract
Indonesian constitution explain that earth, water and natural resources are belongs to state and used for
the prosperity of Indonesian people. But the fact is different, the management of natural resources
especially mining such as mineral and coal is not as easy as what the theoretical concept told, lots of
interest behind that. Rather than thinking about people s prosperity, government let the foreign
corporations to controls the mining. Political contestation happens not just between state and
corporation but also the local people. This article wants to explain the phenomena of contestation and
marginalization that happened in Kutai Kartanegara, East Kalimantan.
Keywords: contestation, capitalism, marginalization.
A. Latar Belakang
intervensi negara dalam pengelolaan kekayaan
alam, tetapi harus untuk kepentingan rakyat. Oleh
Konstitusi mengamanatkan bahwa bumi, air, dan
karena itu setiap kebijakan pemerintah yang
kekayaan alam dikuasai oleh negara dan sebesar-
berkaitan dengan kekayaan alam harus bersifat
besarnya digunakan untuk kemakmuran rakyat.
populis dengan tekanan pada distribusi hasil
Amanat konstitusi itu sesuai dengan prinsip
tambang bagi pemegang kedaulatan, yaitu rakyat.
sosialisme demokrasi yang membuka peluang bagi
Akan
1
tetapi
pada
Nurhadi Yuwana adalah mahasiswa S3 di Kajian Budaya dan Media, Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah
Mada. Heru Nugroho adalah Guru Besar Sosiologi Fisipol Universitas Gadjah Mada. Ketua Prodi Pascasarjana Kajian
Budaya dan Media UGM serta Ketua Jurusan Sosiologi, Fisipol UGM. Irwan Abdullah adalah Guru Besar Antropologi
Fakultas Ilmu Budaya, UGM. Pengajar pada Jurusan Antropologi, UGM
1
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No. 2, 2012
Kontestasi Elit dan Marginalisasi Penduduk Lokal di Lokasi Pertambangan Batubara Kutai Kartanegara
Nurhadi Yuwana, Heru Nugroho, Irwan Abdullah
kenyataannya,pengelolaankekayaan
alam,
Kehadiran pihak ekternal, yaitu kaum kapitalisme
khususnya barang tambang seperti mineral dan
global mau tidak mau harus berurusan dengan
batubara tidaklah semudah yang dibayangkan,
negara yang memegang kewenangan pengelolaan
karena
sumber daya alam. Oleh karena itu negara melalui
banyak
ke-
pentingan
bermain
di
belakangnya. Alih- alih memikirkan kepentingan
pemerintah
rakyat, pemerintah justru membiarkan pengelolaan
pengelolaan sumber daya alam ini demi sebesar-
itu kepada investor asing dengan pertimbangan
besarnya untuk kepentingan rakyat banyak. Akan
lebih
tetapi
cepat
menambah
penerimaan
negara.
mengatur
dalam
praksis
pemanfaatan
tidak
dan
semudah
yang
Akibatnya dalam banyak kasus, justru di daerah di
diformulasikan seperti yang tercantum dalam
mana memiliki potensi pertambangan yang besar,
berbagai peraturan legalistik. Di samping itu,
tetapi rakyat di sekitarnya tetap saja miskin. Lebih
sejumlah produk perundangan, prosesnya juga
jauh lagi, ketika pengelolaan diserahkan pada pihak
diwarnai oleh hubungan yang dominatif, karena
asing, maka meskipun eksploitasi sumber daya alam
bagaimanapun peraturan adalah produk politik
meningkat pesat namun tetap diikuti pertumbuhan
sehingga
manufaktur yang rendah
kelahirannya. Sebagai ilustrasi misalnya, ketika
sejumlah
menyadari potensi kekayaan sumber daya alam di
karena
Melimpahnya kekayaan sumber daya alam juga
konteks
politik
dalam
yang
nuansanya
sangat
kekuatan
kapitalisme
global,
prosesnya
memang
mendapat
Serikat. PP No 20/1994 tentang penananman modal
sumber konflik baik secara internal maupun
asing, isinya mempersilahkan investor asing dengan
eksternal. Dimanapun kekayaan sumber daya alam
leluasa mengeksplorasi dan bahkan mengeksploitasi
di muka bumi ini akan menjadi pusat perhatian dan
sektor pertambangan. Demikian pula pada era
mengundang para kapitalisme global. Bahkan
reformasi,
kepentingan untuk mengeksplorasi sumber-sumber
seperti
UU
No
25/2007
tentang
Penanaman Modal yang menggelar karpet merah
kekayaan alam inilah yang terbukti menjadi faktor
politik
dari
tekanan dari kekuatan Barat, terutama Amerika
sekaligus menyadarkan bahwa akan menjadi
ekonomi,
regulasi
menguntungkan
Indonesia, terutama dari sektor pertambangan.
dinamika
lepas
rezim Orde Baru berkuasa maka melahirkan
Pemerintah sendiri sebenarnya sejak dulu telah
determinan
tidak
buat investasi asing karena tidak lagi pembedaan
dan
dengan investasi dalam negeri, bagaikan komprador
pertahanan. Berbagai perang yang melibatkan
asing yang kian membabat nasionalisme ekonomi
secara masif dari berbagai bangsa di dunia selama
yang sebenarnya ditopang dalam UUD 1945.
ini, juga tidak lepas dari perebutan sumber daya
alam. Konflik internasional kontemporer, terutama
Khusus dalam peraturan sektor Mineral dan
juga dipicu oleh perebutan energi minyak sehingga
Batubara, telah diundangkan UU No 4/2009 yang
kawasan Timur Tengah misalnya, akan senantiasa
mengamanatkan agar pengelolaan pertambangan
terus menjadi daerah konflik yang berkepanjangan
Mineral dan Batubara harus berasaskan manfaat,
seiring dengan tingginya nilai energi minyak.
keadilan, dan keseimbangan serta berpihak pada
kepentingan bangsa. Paling tidak ada enam isu
2
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No. 2, 2012
Kontestasi Elit dan Marginalisasi Penduduk Lokal di Lokasi Pertambangan Batubara Kutai Kartanegara
Nurhadi Yuwana, Heru Nugroho, Irwan Abdullah
strategis harus dipatuhi: luas wilayah kerja
penerimaan bukan pajak. Penerimaan negara bukan
pertambangan, perpanjangan kontrak, penerimaan
pajak (PNBP) terkait dengan pertambangan selama
negras, kewajiban divestasi, kewajiban pengolahan
ini menunjukkan kecenderungan meningkat. PNBP
dan perhunian, kewajiban penggunaan barang dan
dari migas meningkat sekitar 15 persen per tahun
jasa dalam negeri. Akan tetapi pada kenyataannya
selama
dalam praktik banyak kejadian yang menyimpang
pertumbuhan
dari amanat undang-undang tersebut.
termasuk batubara, meningkat rata-rata 41,5 persen
per
Dalam kasus tambang batubara juga tidak jauh
tersebut
perizinan tambangnya yang sangat mudah didapat
barang
pemerintah pusat. Akibatnya eksportir batubara
Investasi
asing
diikuti
oleh
peningkatan
tambang
terbilang
baik
dan
bisa
sengsara. Belum lagi kerugian sosial budaya yang
ditimbulkannya. Pada kenyataannya kehadiran para
penambang batubara oleh perusahaan swasta
mengundang investor asing itu berbagai mineral,
menimbulkan dampak sosial budaya yang sangat
batubara, hingga minyak dan gas di perut bumi
serius. Hilangnya modal sosial seperti nilai gotong
negeri ini dikeruk serta sebagian besar dijual ke luar
royong, solidaritas, toleransi, dan kebersamaan di
negeri. Batubara misalnya, hanya 23 persen
masyarakat sekitar pertambangan adalah sederet
produksinya dikonsumsi domestik. Semua itu
persoalan sosial budaya yang disebabkan oleh
dilakukan karena pemerintah ingin mendapatkan
ekploitasi tambang batubara.
pemasukan negara secara lebih mudah dan cepat.
sektor
tidak
batubara, tetapi rakyat pada umumnya masih
185 persen pertahun. Melalui kebijakan yang
dengan
meningkatnya
investor sangat menikmati hasil penambangan
terus
penanaman modal asing yang meningkat rata-rata
dibandingkan
semakin
sektor
di Kalimantan Timur misalnya, para elit politik dan
meningkat sebagaimana ditunjukan pada realisasi
Memang,
maraknya
lingkungan masih jauh dari harapan. Berbagai kasus
diserahkan pada pihak swasta atau investor,
asing.
dan
tetapi,
pertambangan,
perbaikan kesejahteraan rakyat dan kelestarian
tidak
dilakukan oleh pemerintah, tetapi lebih banyak
pihak
sektor
itu,
bagi hasil yang berkeadilan, manfaatnya bagi
investor asing menjamur karena kemudahan
terutama
PNBP
Akan
Sementara
meningkatkan penerimaan negara, soal perhitungan
menjadi raja-raja baru yang sangat kaya raya, dan
batubara
2010.
kesejahteraan rakyat. Meskipun prestasi ekspor
dari pemimpin daerah tanpa kontrol memadai dari
pengelolaan
hingga
pendapatan negara atas eksploitasi barang tambang
miliar ton, tetapi anehnya membebaskan ekspor dan
Jadi
tahun.
pertambangan
berbeda, Indonesia memiliki cadangan sekitar 28
perizinan.
2005
lain,
Demikian pula yang terjadi di wilayah Kalimantan
pemasukan devisa dari ekspor mineral, batubara,
Timur yang merupakan wilayah dengan kandungan
dan migas adalah paling besar. Seperempat hingga
batubara terbesar di Indo pula dengan sebutan emas
sepertiga total penerimaan negara berasal dari
hitam
usaha pertambangan. Aliran uang ke kas negara dari
Berbagai investor berdatangan ke wilayah ini baik
kegiatan pertambangan secara umum bisa melalui
dari dalam maupun luar negeri untuk mengeruk
dua pos, yakni pos penerimaan pajak dan pos
keuntungan
3
ini
berlangsung
secara
sebesar-besarnya
besar-besaran.
dari
tambang
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No. 2, 2012
Kontestasi Elit dan Marginalisasi Penduduk Lokal di Lokasi Pertambangan Batubara Kutai Kartanegara
Nurhadi Yuwana, Heru Nugroho, Irwan Abdullah
batubara. Didukung oleh kebijakan pemerintah
Kapasitas produksi dari perusahaan batubara
daerah, eksploitasi emas hitam semakin menjadi-
tersebut mencapai 3.158 990 355 ton. Dari sejumlah
jadi, sehingga menimbulkan kerusakan ekologi
perusahaan tersebut, sekitar 60 persen merupakan
cukup signifikan. Maraknya penambangan batubara
perusahaan
dapat
kapitalisme global.
dilihat
dari
banyaknya
kapal-kapal
pengangkut batubara atau yang populer disebut
tongkang.
Berdasarkan
hasil
pengamatan
asing
sehingga
terkait
dengan
Kabupaten Kukar benar-benar menjadi tempat
di
hunian dan sekaligus arena pertarungan para aktor
lapangan, setiap hari lebih dari 10 kapal tongkang
yang memburu
lalulalang di sungai Mahakam mengangkut batubara
emas hitam . Atmosfir kota
Tenggarong pada khususnya, dan Kalimantan Timur
untuk diekspor. Satu kapal tongkang berkapasitas
pada umumnya penuh dengan wacana di seputar isu
rata-rata 8 ribu ton batubara, dengan nilai antara 6-
batubara. Barang milik alam ini telah menjadi teks
9 milyar rupiah. Jika pada dekade tujuhpuluhan
dan praktik kebudayaan yang sarat dengan nuansa
hingga sembilanpuluhan, sungai Mahakam ramai
politik. Batubara tidak lagi bermakna sebagai benda
dengan kapal-kapal yang mengangkut kayu dari
mati yang berfungsi sebagai salah satu sumber
hutan tropis Kalimantan, sekarang lebih banyak
energi, tetapi telah berfungsi menjadi penentu
didominasi komoditas barang tambang, khususnya
dalam memaknai hidup. Dengan batubara warga
batubara. Memang masih ada perdangangan kayu,
Kutai Kartanegara mengkonstruksi identitasnya
tetapi volumenya jauh menurun dibandingkan era
secara dinamik yang termanifestasi pada gaya
Orde Baru. Sekarang berganti batubara yang
hidupnya sehari-hari.
menjadi komoditas strategis dan menjadi faktor
determinan
terhadap
denyut
Akan tetapi tidak jauh berbeda dengan daerah lain,
perekonomian
maraknya pertambangan batubara di Kaltim tidak
Kalimantan Timur. Dengan deposit sekitar 8 milyar
berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan
ton batubara, maka tidak mengherankan jika daerah
penduduk setempat. Penduduk di sekitar lokasi
ini sekarang bergantung pada komoditas batubara.
pertambangan kurang menikmati hasil emas hitam
Oleh karena itu batubara berada dalam posisi
tersebut, hasilnya lebih banyak dinikmati oleh para
sentral dan menentukan terhadap berbagai sektor
investor dan jajaran pejabat daerah. Bahkan
lainnya, terutama sektor perdagangan dan industri.
masyarakat di sekitar pertambangan semakin
Kaum kapitalis di Kutai Kertanegara telah memiliki
termarginalisasikan baik secara sosial maupun
perusahaan yang bergerak dalam pertambangan
kultural. Semangat kebersamaan yangnesia. Dalam
batubara antara lain CV Arya Duta, CV Benua Bara
duabelas tahun terakhir eksploitasi batubara atau
Lestari, CV Binamitra Sumberarta, CV Firman
yang dikenal dahulu menjadi modal sosial bagi
Bersaudara, Gerbang Petani Mandiri, Kaltim Batu
tatanan kehidupan warga secara harmonis, kini
Manunggal, Komunitas Bangun Bersama, Mery Jaya,
semakin memudar karena terkikis oleh arus
Perdana Maju Utama, Permata Hitam Indah, Rindu
kapitalisasi yang kian deras. Oleh karena itu studi ini
Alam, Sejahtera, Tahta Pokmas, Tunas Jaya, Mega
akan melihat bagaimana kondisi warga di seputar
Prima Persada, dan PT Bukit Berdiri Enterprice.
lokasi pertambangan dari perspektif kajian budaya.
4
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No. 2, 2012
Kontestasi Elit dan Marginalisasi Penduduk Lokal di Lokasi Pertambangan Batubara Kutai Kartanegara
Nurhadi Yuwana, Heru Nugroho, Irwan Abdullah
Sejumlah pertanyaan diajukan dalam studi ini
(Young Rae Kim dkk., 2002). Suatu proses
antara lain: siapa aktor dalam berebut batubara dan
meningkatnya
bagaimana proses tarik-menarik kepentingannya?;
sehingga satu peristiwa terjadi di wilayah tertentu
bagaimana ideologi kapitalis global beroperasi
semakin lama akan kian berpengaruh terhadap
dalam struktur kesadaran lokal dan menghancurkan
manusia dan masyarakat yang hidup di bagian lain
nilai lokal?; dan bagaimana perlawanan warga di
di muka bumi (Baylis dan Smith, 1997).
seputar lokasi pertambangan terhadap maraknya
keterkaitan
antar
masyarakat
Sebuah teori globalisasi yang banyak dibicarakan
pertambangan batubara?
dalam forum akademik secara meluas, antara lain
teori sistem-dunia dari Immanuel Wallerstein. Teori
ini merupakan teori tentang sejarah, dan sejarah
B. Kajian Teoretik.
yang diteorisasikannya adalah sejarah kapitalisme
Sebagai
usaha
untuk
menjelaskan
berbagai
global. Karya besar Wallerstein terdiri dari tiga
fenomena di seputar marginalisasi warga di sekitar
volume berjudul The Modern World System diawali
lokasi pertambangan maka peneliti menggunakan
abad awal keenambelas yang panjang, periode lepas
teori globalisasi neo-Marxian dan teori modernisasi
landas ekonomi dunia kapitalis. Inti dari sistem
mulai dari Wallerstein hingga Anthony Giddens.
dunia pada periode awal kapitalis yang terjadi di
Sementara itu tidak menutup kemungkinan akan
Prancis dan sekitarnya yang membentang di tepian
menggunakan teori lain yang dipandang relevan
sungai Rhine, Inggris, dan juga kota-kota Italia utara
dengan isu marginalisasi penduduk lokal.
berubah ke arah industri manufaktur sambil terus
mengandalkan pada daerah-daerah periferi untuk
mendapatkan produk-produk pertanian dan bahan-
1. Teori Globalisasi
bahan baku lainnya. Didukung oleh kekuatan dan
Holm dan Sorensen memahami globalisasi sebagai
kekuasaan negara-negara yang semakin mapan,
semakin meningkatnya intensitas hubungan lintas
kelas- kelas kapitalis di pusat (center) membentuk
batas negara baik dalam bidang ekonomi, politik,
suatu siklus superioritas ekonomi dan militer yang
sosial, dan budaya (Holton, 1998). Wallerstein
saling mendukung. Industrialisasi negara-negara
memandang globalisasi tidak lebih dari wujud
inti pada abad kedelapan belas dan abad kesembilan
kejayaan ekonomi kapitalis dunia yang diterapkan
belas meningkatkan keunggulan relatif negara-
oleh logika akumulasi kapital (Holton, 1998). Jin-
negara pusat itu, yang melahirkan satu fase
Young Chung mendefinisikan globalisasi sebagai
kolonisasi intensif dalam sejarah dunia yang
terintegrasinya dunia melalui peningkatan arus
tampaknya membawa seluruh bumi ini ke dalam
kapital, hasil-hasil produksi, jasa, ide, dan manusia
ekonomi dunia kapitalis dibawah kepemimpinan
yang lintas batas negara. Proses ini merupakan hasil
dari
perkembangan
komunikasi
yang
teknologi
informasi
revolusioner,
imperium-imperium
dan
yang
kekuasaannya
membentang hingga ke berbagai belahan bumi dan
liberalisasi
berpusat di tangan keuatan-kekuatan inti yang
perdagangan, dan keuangan di negara- negara besar
saling bersaing (Boli dan Lechner, 2009: 558).
5
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No. 2, 2012
Kontestasi Elit dan Marginalisasi Penduduk Lokal di Lokasi Pertambangan Batubara Kutai Kartanegara
Nurhadi Yuwana, Heru Nugroho, Irwan Abdullah
Jadi, dalam pegertian yang lebih abstrak, teori
meningkatkan akumulasi kapital di negara-negara
sistem-dunia memahami ekonomi dunia ini sebagai
inti, tetapi menghambatnya di periferi sehingga
terdiri dari tiga zona: inti (core), periferi, dan semi-
melanggengkan struktur sistem dunia yang paling
periferi. Inti adalah zona yang memimpin, yang
mendasar.
bercirikan pasar-pasar yang relatif bebas untuk
ketidaksetaraan yang sangat menganakemaskan
memperdagangkan tenaga kerja, tanah, dan kapital;
negara inti dan menganaktirikan yang bukan inti,
teknologi maju, tenaga kerja terampil dan dengan
menguntungkan pemilik kapital dan merugikan
demikian, produktivitas tenaga kerja yang tinggi;
buruh,
kapital dalam jumlah yang besar dan akumulasi
menganaktirikan kelas menengah dan kelas bawah.
kapital berlangsung terus-menerus; keunggulan-
Ketidaksetaraan atau ketidakadilan tidak terlalu
keunggulan yang mengikutinya dalam bentuk
parah di negara-negara inti di mana buruh
sumber-sumber daya dan kekuatan koersif yang
terorganisir dengan baik (seperti di negarta-negara
memungkinkannya mendominasi ekonomi dunia.
kesejahteraan di Eropa Barat dan Utara) tetapi
Periferi, sangat tunduk kepada dan dieksploitasi
sangat parah di tempat-tempat lain. Negara-negara
oleh negara-negara inti, pada awalnya bercirikan
tertentu boleh saja berdiri, berjaya, atau runtuh,
bentuk-bentuk tenaga kerja paksa (penghambatan,
tetapi struktur stratifikasi pasar umumnya tetap
perbudakan, status kontrak, dan semacamnya),
kukuh, dan tendensi inheren ekonomi dunia
pasar-pasar tanah dan kapital yang serba terbatas,
kapitalis adalah meningkatkan ketidakadilan.
Munculah
ketidakadilan
menganakemaskan-elit
nasional
atau
dan
rendahnya tingkat teknologi dan keterampilan
buruh, rendahnya produktivitas dan terbatasnya
2 . Globalisasi dan Teknokapitalisme
akumulasi kapital. Negara-negara semi-periferi
menduduki satu zona
antara
dengan tingkat
Menurut Anthony Giddens, globalisasi sebagai
perkembangan yang sedang, dieksploitasi oleh
sebuah proses sosial yang ditandai dengan semakin
negara-negara inti atau pusat tetapi mengeksploitasi
intensifnya hubungan sosial yang mengglobal.
bagian-bagian tertentu wilayah periferi. Dengan
Kehidupan sosial di satu wilayah akan berpengaruh
demikian semi- periferi memediasi ketegangan-
pada kehiduapan manusia di wilayah lain, dan
ketegangan antara inti dan periferi, berkonstribusi
begitu sebaliknya. Jika sepakat dengan Anthony
bagi stabilitas keseluruhan sistem dunia sekaligus
Giddens ketika ia bicara dalam bukunya Modernity
merupakan satu ancaman tersendiri bagi negara-
and Self Identity (1991), modernitas melakukan
negara inti.
detradisionalisasi yang diciptakan oleh globalisasi.
Mengikuti pandangan Giddens, modernitas adalah
Mengingat teori ini berlandaskan pada analisis
sebuah gerakan perubahan di segala bidang yang
Marxian dan penekannya pada ekonomi, teori
pada intinya mengklaim perlunya efisiensi dan serba
sistem-dunia mengedepankan dua isu yang saling
praktis atas nama peningkatan kualtias hidup
berkaitan: eksploitasi dan ketidaksetaraan. Inti
manusia yang menggunakan logika positivistik.
mengeksploitasi yang bukan negara inti, kapital
mengeksploitasi
tenaga
buruh.
Dalam
Eksploitasi
6
pandangan
positivistik,
perkembangan
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No. 2, 2012
Kontestasi Elit dan Marginalisasi Penduduk Lokal di Lokasi Pertambangan Batubara Kutai Kartanegara
Nurhadi Yuwana, Heru Nugroho, Irwan Abdullah
masyarakat bergerak secara linier, dimulai dari
yang tumbuh dari bawah. Yang kedua ini adalah
masyarakat primitif, tradisional, dan modern.
akibat dari kontestasi dan rekonfigurasi hal-hal yang
Konsekuensi atas obsesi berkembang menjadi
diterapkan pada tingkat masyarakat yang lebih
masyarakat modern, maka asumsi utamanya adalah
rendah. Demokrasi bisa berasal dari bawah, dan
bahwa primitivitas dan tradisionalisme adalah
pada taraf global hal ini bertentangan dengan
penghambat masyarakat modern. Karena itu jika
kekuatan otoriter dari atas (Kellner, 2002, dalam
pilihannya menjadi masyarakat moderen, maka
Ritzer, 2004: 636).
harus diikuti oleh detradisionalisasi.
Sementara itu Ulrich Beck membedakan tiga konsep
Menurut Anthony Giddens, globalisasi sebagai
utama, yaitu globalisme, globalitas, dan globalisasi.
sebuah proses sosial ditandai dengan semakin
Globalisme adalah pandangan bahwa dunia ini
intensifnya hubungan sosial yang mengglobal.
didominasi oleh ekonomi dan bahwa kita tengah
Kehidupan sosial di satu wilayah akan berpengaruh
menyaksikan munculnya hegemoni pasar dunia
pada kehidupan manusia di wilayah lain. Pada
kapitalis
kenyataannya, yang mengalami globalisasi adalah
mendukungnnya. Bagi Beck, hal itu melibatkan
nilai-nilai modernitas yang berekspansi ke wilayah-
pemikiran
wilayah tradisional, terutama ke daerah pedesaan
Multidimensionalitas perkembangan global seperti
dan pinggiran. Oleh karena itu modernitas sebagai
ekologi, politik, kebudayaan, dan masyarakat sipil
sebuah gerakan yang mengglobal terus melakukan
secara tidak tepat direduksi menjadi satu dimensi
tekanan pada tradisionalisme.
ekonomi tunggal. Kendati mengkritik globalisme,
Sementara
itu,
Douglas
Kellner
kunci
untuk
produk
revolusi
yang berdaulat dikotak-kotakan dan digerogoti oleh
aktor-aktor transnasional dengan beragam prospek
restrukturisasi global atas kapitalisme. Namun,
kekuasaan, orientasi, identitas, dan jaringan. Proses
perubahan itu terkait erat dengan faktor-faktor
transnasional itu bukan hanya bersifat ekonomis,
politik dan sosial, karena itu ia menganjurkan agar
tetapi
melihat globalisasi dari perspektif dialektik antara
ekonomi,politik,
dan
Perspektif
dialektik juga menjelaskan bahwa
linier.
globalisasi, atau proses ketika negara-negara bangsa
dan
teknologi,
dan
semakin menjadi ilusi. Mereka menjadi ilusi karena
memahami
teknologi
kausal
yang
khususnya yang diasosiasikan dengan bangsa,
globalisasi adalah dengan meneorikannya sekaligus
sebagai
mono
neoliberal
gagasan globalitas, di mana ruang-ruang tertutup,
dilihatnya dari perspektif kritis dan neo-Marxian. Ia
bahwa
ideologi
Beck melihat adanya sejumlah nilai lebih dalam
mempunyai
perhatian terhadap fenomena globalisasi yang
berargumen
dan
juga
melibatkan
masalah
ekologi,
kebudayaan, batas-batas negara, dan masyarakat
kebudayaan.
sipil. Proses transnasional itu melewati batas-batas
bangsa, mendorongnya untuk terus meluber,
terdapat ciri-ciri progresif dan emansipatoris
kalaupun tidak menjadi sesuatu yang tak relevan.
globalisasi dan bahwa orang harus berbicara
Globalitas berarti bahwa mulai dari sekarang, tidak
tentang keduanya. Faktor pemisah utama, sekali lagi
ada lagi kejadian-kejadian di atas planet bumi ini
dengan perspektif dialektik adalah perbedaan
antara globalisasi yang dipaksakan dari atas dengan
7
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No. 2, 2012
Kontestasi Elit dan Marginalisasi Penduduk Lokal di Lokasi Pertambangan Batubara Kutai Kartanegara
Nurhadi Yuwana, Heru Nugroho, Irwan Abdullah
yang akan jadi kejadian lokal semata (Beck, 2000:
bagi pertemuan semacam itu. Selanjutnya Giddens
11).
(1984) menggunakan konsep Goffman (1969)
tentang wilayah
mengilustrasikan
depan
suatu
dan
belakang
divergensi
untuk
mendasar
aktivitas sosial-spasial. Ruang depan adalah tempat
di mana kita memasukkan ke dalam pertunjukkan
di atas panggung publik segala aktivitas yang
3. Teori Ruang
dibuat-buat, formal dan dapat diterima secara sosial.
Sejak era 1970-an, telah muncul banyak minat
Wilayah belakang adalah ruang di mana kita berada
dalam teori sosial dan teori kultural sehubungan
di belakang layar , menyiapkan pertunjukkan bagi
dengan persoalan ruang dan tempat. Sebelumnya,
publik atau tempat dimana kita bisa santai atau
teori modern lebih tertarik kepada waktu, dengan
tampil dengan perilaku dan tuturan tidak terlalu
melihatnya sebagai lapangan dinamis perubahan
formal. Pembagian ruang secara sosial ke dalam
sosial, sedangkan tempat dipandang sebagai sesuatu
kawasan depan dan belakang atau ke dalam
yang mati, mapan dan tidak bergerak, yang dilalui
pemakaian dapur, kamar tidur dan parlour secara
oleh gerak sejarah. Sebagaimana kata Foucault,
benar tentu saja bersifat kultural. Kebudayaan yang
seluruh sejarah tetap tertulis ke dalam ruang-ruang
berbeda mendesain rumah dengan cara yang
yang pada saat yang sama akan menjadi sejarah
berbeda, mengalokasikan pertentangan makna atau
kekuasaan, keduanya bersifat plural-mulai dari
cara berperilaku yang sesuai. Dalam konteks dengan
strategi-strategi besar geopolitik sampai taktik
masalah studi ini, teori ruang yang juga sering
sederhana suatu habitat (Foucault, dikutip oleh Soja,
dipakai dalam tradisi Cultural Studies, adalah yang
1995b:14, dalam Barker, 2000: 307). Sebagaimana
berkaitan
dikatakan Giddens (1984), pemahaman tentang
dengan
ruang
perkotaan.
Dengan
mengambil lokasi di kota Tenggarong yang
bagaimana aktivitas manusia didistribusikan dalam
digerakan oleh komoditas batubara, maka akan
ruang adalah satu hal mendasar dalam analisis
dilihat bagaimana ruang perkotaan menjadi arena
kehidupan sosial. interaksi manusia terjadi pada
dan tempat bagi kontestasi diantara para aktor yang
ruang tertentu yang mengandung berbagai makna
terlibat dalam berebut emas hitam atau batubara.
sosial. Sebagai contoh, rumah dibagi kedalam
Oleh karena itu akan digunakan karya Harvey (1973,
ruang-ruang hunian-ruang depan, dapur, ruang
1985) dan Castells (1977, 1983) yang menekankan
makan, kamar tidur, dll yang
kepada strukturasi dan restrukturisasi ruang
digunakan dengan berbagai cara dan tempat di
sebagai suatu lingkungan yang diciptakan melalui
mana kita melakukan berbagai aktivitas dengan
perluasan
makna sosial yang berbeda. Menurut argumen ini,
berpendapat bahwa geografi kota bukan merupakan
kamar tidur adalah ruang intim di mana kita jarang
akibat dari kekuatan alamiah melainkan kekuasaan
mengundang orang asing, sementara ruang depan
kapitalisme
atau parlour dipandang sebagai tempat yang cocok
kapitalisme
dalam
industri.
menciptakan
Mereka
pasar
dan
mengendalikan tenaga kerja. Komodifikasi dan
8
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No. 2, 2012
Kontestasi Elit dan Marginalisasi Penduduk Lokal di Lokasi Pertambangan Batubara Kutai Kartanegara
Nurhadi Yuwana, Heru Nugroho, Irwan Abdullah
pencarian pasar baru yang didorong oleh korporasi
reorganisasi
kapitalis menjadikan mereka sensitif terhadap
restrukturisasi kapitalisme pada skala global,
pertanyaan tentang lokasi keuntungan relatif yang
mengilustrasikan
mereka peroleh. Upah kerja yang lebih rendah,
perkotaan tengah berada di atas jalan panjang
unionisasi yang lebih lemah dan konsesi pajak
ketergantungan dan eksploitasi yang membangun
mengarahkan perusahaan untuk lebih memilih
kapitalisme di seluruh penjuru dunia (Barker,
tempat-tempat tertentu ketimbang tempat lain
2000:316). Dengan penjelasan Harvey dan Castells
sebagai
dan
tersebut kota Tenggarong tumbuh pesat karena
pembangunan. Mirip dengan itu, kebutuhan untuk
kehadiran kaum kapitalis yang mengekplorasi dan
menemukan bentuk investasi alternatif, dan kondisi
mengeksploitasi sumber daya alam, khususnya
khas pasar dan intervensi negara, membantu
batubara. Para kapitalis mencari wilayah baru dan
sejumlah sektor ekonomi (dan beberapa tempat)
memperluas
untuk mendapatkan preferensi (Barker, 2000:316).
diversifikasi usaha, setelah menjadikan bisnis
lokasi
perkebunan,
pasar
kota
adalah
bahwa
usahanya
suatu
aspek
tempat
dengan
dari
kehidupan
melakukan
batubara sebagai bisnis utama. Para pemburu
Bagi Harvey, negara telah memainkan peran utama
batubara ini kemudian meramaikan dan bahkan
dalam reproduksi kapitalisme dan pembentukan
menjadi faktor penentu bagi berbagai sektor di
lingkungan perkotaan. Sebagai contoh, ekspansi
Tenggarong.
pasca perang warga suburban adalah akibat dari,
Berkelindan
dengan
kekuatan
birokrasi dan politik lokal, maka perburuan
paling tidak sebagian, pembebasan pajak yang
batubara menjadikan Tenggarong benar-benar
diberikan kepada pemilik rumah dan perusahaan
menjadi
konstruksi, dijalankannya pengaturan pinjaman
arena
kepentingan.
oleh bank/asosiasi pengembang, dan beroperasinya
pertarungan
Praktik
dari
kebudayaan
berbagai
kota
pun
mengalami dinamika luar biasa, dan tentu saja
transportasi, telekomunikasi dan infrastruktur
dalam pertarungan itu ada pihak yang dominan dan
kesejahteraan yang diperlukan agar kawasan
ada yang terpinggirkan.
suburban bisa berkembang. Bagi Castells, rumah,
sekolah, jasa transportasi, fasilitas hiburan dan
pembagian kesejahteraan adalah suatu aspek dari
4. Teori Marginalitas
konsumsi kolektif yang melekat dalam kapitalisme
Sementara
dan penciptaan suatu lingkungan perkotaan yang
itu
untuk
menjelaskan
fenomena
marginalitas penduduk lokal dalam kaitannya
kondusif bagi bisnis.
dengan globalisasi sebagai sebuah gerakan, bisa
Kota dikatakan sebagai tempat perjuangan kelas
meminjam penjelasan dari teori ketergantungan.
yang ditimbulkan oleh kapitalisme dan ditandai oleh
Dalam konteks global, hubungan pusat dan
perseteruan atas kontrol ruang dan distribusi
pinggiran ada yang mencoba mengkaji dari teori
sumber daya. Ini meliputi konflik atas pemotongan
ketergantungan.
pengeluaran untuk kesejahteraan selama masa
Gunther
Frank
(1957)
mengenalkan teori ketergantungan pada tahun
restrukturisasi kapitalisme pada tahun 1980-an dan
1967 dengan memanfaatkan tesis Paul Baran yang
1990-an. Memang, bagi Harvey dan Castells,
9
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No. 2, 2012
Kontestasi Elit dan Marginalisasi Penduduk Lokal di Lokasi Pertambangan Batubara Kutai Kartanegara
Nurhadi Yuwana, Heru Nugroho, Irwan Abdullah
menyatakan bahwa eksploitasi Dunia Ketiga tidak
kekuasaan. Penggunaan gagasan marjinalitas paling
hanya makin meluas setelah berakhirnya era
kontemporer
kolonial, tetapi juga menjadi makin
menggabungkan
Keterbelakangan
baru
kekuatan
untuk
dominasi
dengan spasial dengan membangun metafora
penghisapan ekonomi dari daerah tertinggal oleh
menjadi marjinal terkadang lebih dipilih untuk
metropolitan
akibat
gagasan
ide
dari
kapitalisme
merupakan
efektif.
melahirkan
yang
maju.
Frank
memiliki lebih sedikit daya dan menjadi agak jauh
dari pusat kekuasaan .
memberikan frase menarik untuk proses ini dengan
istilah
pembangunan
keterbelakangan .
Menurutnya, pembangunan dan keterbelakangan
C. Metode Penelitian
bukan hanya relatif dan kuantitatif, tetapi juga
relasional dan kualitatif karena berbeda secara
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan
struktural. Mekanisme kapitalis yang sama akan
dengan
menghasilkan perkembangan atau kemajuan di
observasi langsung ke lokasi yang menjadi subyek
pusat dan keterbelakangan di pinggiran (Frank,
utama penelitian, yaitu masyarakat lokal di seputar
1957). Konsep marjinal dalam konteks ini merujuk
pertambangan Batubara Kutai Kartanegara. Dalam
ke individu atau kelompok yang terisolasi atau
usaha mengembangkan teori berdasarkan data
tidak sesuai dengan masyarakat atau budaya yang
lapangan,
dominan dan dianggap sebagai pinggiran dalam
dilakukan. Studi lapangan ini terutama digunakan
masyarakat atau unit sosial, termasuk kelompok
untuk mengidentifikasi situasi dan kondisi obyektif
minoritas dengan implikasi yang merugikan. Di sisi
dinamika masyarakat lokal di seputar lokasi
lain, marjinal dari sudut pandang administrasi
pertambangan.
dianggap penting karena di luar arus utama yang
Disamping itu penelitian ini juga merupakan studi
dekat dengan kekuasaan dan pusat kendali
dokumentasi sehingga membimbing penelitian ini
dibutuhkan dukungan kekuatan yang merujuk pada
pada pengumpulan data sekunder berupa dokumen-
daerah pinggiran atau perbatasan.
dokumen dari segenap teks, yang berkaitan dengan
Dalam beberapa dekade terakhir, kelompok politik
proses marginalisasi penduduk lokal di sekitar
kehilangan
mengekspresikan
pertambangan Batubara. Dengan kata lain, studi ini
perasaan mereka tentang tempat mereka dalam
merupakan perpaduan antara kerja lapangan (field
demokrasi,
global.
work) dan kerja pustaka dengan penggalian data
Beberapa individu dan kelompok menggunakan ide
skunder melalui pelacakan dari dokumen otentik.
marjinalitas untuk menggambarkan kelompok yang
Kerja
dianggap berada di luar arus utama. Para ahli ilmu
mengeksplorasi dan memperoleh data primer (first
politik telah mengembangkan ide marjinalitas ini,
hand informations) dan kerja pustaka dimaksudkan
dan konsep yang menyertainya tentang pusat dan
untuk mengkaji data sekunder (second hand
dalam mengerti atau memahami bahasa dan
primer dan sekunder diharapkan akan dapat
haknya
atau
untuk
bahkan di
ekonomi
pinggiran , untuk menciptakan cara-cara baru
pendekatan
metode
lapangan
kualitatif,
observasi
dimaksudkan
yaitu
dengan
partisipasi
untuk
juga
dapat
informations). Penggunaan perpaduan antara data
10
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No. 2, 2012
Kontestasi Elit dan Marginalisasi Penduduk Lokal di Lokasi Pertambangan Batubara Kutai Kartanegara
Nurhadi Yuwana, Heru Nugroho, Irwan Abdullah
menghasilkan akurasi analisis dan kedalaman
adalah bagaimana agar batubara dikuasai dan digali
interpretasi atas masalah tersebut.
secara besar-besaran untuk kemudian dijual. Lebih
dari itu, Pemkab Tenggarong memang secara
sengaja mengundang para investor asing itu dengan
D. Pembahasan
sikap
Tenggarong adalah sebuah panggung kontestasi
pasrah ,
sepenuhnya
dalam
pada
investor
arti
menyerahkan
untuk
melakukan
perebutan batubara. Berbagai aktivitas politik dan
sekehendak hatinya dalam menambang batubara.
ekonomi bahkan kultural adalah sebuah manifestasi
Tidak ada negosiasi kritis, apalagi semacam
kontestasi untuk meraih rejeki batubara. Kabupaten
pengawasan terhadap beroperasinya para investor
Kutai Kartanegara merupakan daerah yang kaya
dalam menambang batubara, tidak peduli bahwa itu
akan sumber daya alam terutama minyak bumi dan
semua akan merusak lingkungan alam, termasuk
gas
dampak sosial-budayanya.
alam
(migas)
serta
batubara
sehingga
perekonomian Kutai Kartanegara masih didominasi
Cara berpikir yang berorientasi pada pertumbuhan
oleh sektor pertambangan dan penggalian yang
merasuk
mencapai lebih dari 77%. Sektor pertanian dan
pada
jajaran
birokrasi,
sehingga
pendapatan dari sektor pertambangan, khususnya
kehutanan hanya memberikan konstribusi sekitar
batubara, harus dilipatgandakan. Batubara harus
11%, sedangkan sisanya disumbangkan dari sektor
dijadikan sebagai sumber utama dalam pendapatan
perdagangan dan hotel, yakni kurang lebih 3%,
daerah, setelah kayu glondongan sudah habis
industri pengolahan sekitar 2,5%, bangunan 3%,
dibabat. Akibat dari orientasi pertumbuhan, yang
keuangan 1% dan sektor lainnya sekitar 2%. Tidak
berarti terobsesi pelipatgandaan pendapatan, maka
ada pembicaraan yang begitu antusias bagi warga
sejumlah aturan diproduksi agar eksplorasi besar-
masyarakat Tenggarong kecuali batubara. Hampir
besaran terhadap batubara semakin terbuka dan
setiap orang,
lancar.
terlepas dari
posisi
sosialnya,
Karena
itu,
kebijakan
pemerintah
semuanya berbicara soal batubara menurut tafsir,
Tenggarong sangat membuka terhadap hadirnya
pemaknaan, dan kepentingan masing-masing. Di
investor asing agar mengeksplorasi batubara. Maka
kalangan
sejumlah perusahaan asing berdatangan ikut
elite
Tenggarong,
batubara
adalah
komoditas tambang yang bagaimanapun harus
dieksplorasi
daerah.
Para
untuk
meningkatkan
petinggi
di
jajaran
menambang batubara dalam skala besar.
pendapatan
birokrasi,
1. Aktor Kontestasi
menempatkan batubara sebagai barang strategis
yang bernilai ekonomi tinggi oleh karena itu harus
Setidaknya terdapat beberapa aktor yang berhasil
dikelola dan dikuasai. Segenap peraturan harus
diidentifikasi dalam kontestasi memperebutkan
dibuat agar batubara dapat dieksplorasi, ditambang,
batubara. Pertama adalah pemerintah baik pusat
dan dijual. Tidak penting bahwa apakah di masa
maupun kabupaten; investor baik asing maupun
mendatang akan membawa dampak atau risiko
nasional; politisi dan Parpol, aparat keamanan,
negatif bagi kehidupan bersama, yang penting
tokoh
11
masyarakat,
ormas,
LSM,
dan
warga
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No. 2, 2012
Kontestasi Elit dan Marginalisasi Penduduk Lokal di Lokasi Pertambangan Batubara Kutai Kartanegara
Nurhadi Yuwana, Heru Nugroho, Irwan Abdullah
masyarakat pada umumnya. Semuanya berusaha
perusahaan penambangan batu-bara. Pembuatan
menunjukkan eksistensinya manakala berurusan
peraturan
dengan batubara, dan tentu saja di antara mereka
merupakan cara untuk berebut kue batubara. Ketika
saling berkontestasi berebut rejeki batubara, yang
berkontestasi dengan pemerintah pusat, mereka
oleh
bertarung untuk mendapatkan restribusi batubara.
masyarakat
Kaltim
populer
diplesetkan
oleh
Perda
Pemkab
Kukar
juga
kepanjangan dari Batu Tuhan Bagi Rata.
Sementara kontestasinya dengan para investor,
Pemerintah melalui Kementerian ESDM, mengklaim
dengan senjata Perda Pembuangan Limbah, adalah
cara untuk mendapatkan bagian kue batubara
mempunyai kewenangan utama dalam kepemilikan
dengan menekan para investor.
batubara, sehingga siapa pun yang ingin mengelola
batubara harus berurusan dengan pemerintah
Memang harus diakui bahwa niat awal Pemkab
pusat. Oleh karena itu hasil tambang batubara
Kukar menerbitkan berbagai produk hukum, seperti
sebagian besar harus diambil pemerintah pusat.
Perda dan SK Bupati misalnya, untuk mengatur tata
Sementara itu pemerintah daerah baik Pemprov
kelola pertambangan batubara demi kepentingan
Kaltim dan Pemkab Kutai Kartanegara juga menjadi
kesejahteraan rakyat, dan sekaligus peduli pada
kontestan perebutan batubara. Dengan mengklaim
pelestarian lingkungan hidup. Perda Pembuangan
sebagai tanah wilayahnya, maka siapa pun yang
Limbah tersebut misalnya, jelas spirit utama produk
ingin
seiizin
hukum ini adalah demi menjaga pelestarian
pemerintah daerah. Meskipun sama-sama aktor dari
lingkungan hidup. Munculnya peraturan ini pun
kalangan
juga
merupakan respons atas munculnya masalah
retribusi
ketidaktertiban dan ketidakpedulian perusahaan
tarik-menarik
batubara terhadap lingkungan hidup. Akan tetapi
kepentingan antara pemerintah pusat dan pemkab
Perda semacam itu jika dicermati secara teliti
Kukar masih terus terjadi. Pemkab Kukar merasa
merupakan modus elite pemerintah untuk berebut
memiliki wilayah luas yang kaya kandungan
rejeki batubara. Ada celah yang digunakan untuk
batubara, tetapi kurang memberikan kontribusi
memeras para perusahaan sehingga menjadi pintu
signifikan terhadap APBD. Karena itu pernah
masuk untuk mengakses rejeki batura. Jadi
Pemkab Kukar membuat Perda untuk memungut
modusnya menjual pasal-pasal yang berisi sanksi
retribusi 50 cen US Dollar per tonnya, tetapi Perda
atau ancaman kepada para investor, tetapi sekaligus
ini ditolak oleh pemerintah pusat. Merasa sulit
memungut dari Perda retribusi, maka Pemkab
membuka ruang untuk negosiasi . Sudah menjadi
Kukar membuat Perda lain yang berpotensi untuk
bersifat transaksional. Karena itu soal Amdal
mendapatkan rejeki emas hitam . Perda No.
misalnya, akan dengan mudah menjadi ajang
Tahun 2006 Tentang Izin Pembuangan Limbah
permainan negosiasi yang ujung-ujungnya adalah
untuk Kegiatan Pertambangan Batubara, adalah
uang dengan prinsip tahu sama tahu.
menambang
pemerintah,
berkontestasi.
batubara,
batubara
diantara
Misalnya
hingga
harus
mereka
persoalan
sekarang
rahasia umum jika makna negosiasi di sini adalah
sebuah produk perundangan yang pada praktiknya
Sudah menjadi rahasia umum pula jika kalangan
sangat membuka peluang Pemkab untuk menekan
birokrat pemerintahan jika berelasi dengan kaum
12
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No. 2, 2012
Kontestasi Elit dan Marginalisasi Penduduk Lokal di Lokasi Pertambangan Batubara Kutai Kartanegara
Nurhadi Yuwana, Heru Nugroho, Irwan Abdullah
bisnis menjadikan segenap produk hukum sebagai
implementasinya
komoditas untuk memperoleh keuntungan. Teks
memperoleh keuntungan penambangan batubara.
peraturan adalah memiliki kandungan kekuasaan,
kemudian
dilunakkan
untuk
Aktor lain adalah para investor baik asing maupun
yaitu ketentutan sah untuk memaksa para pihak
dalam negeri yang sejak lama berkepentingan
yang dikenai peraturan. Celah ini akan dimanfaatkan
mengeksplorasi batubara di Kalimantan. Para
oleh segenap birokrat yang memiliki kekuasaan
investor asing, umumnya datang dari RRC, Malaysia,
untuk menutup perusahaan atau ijin dicabut, atau
Jepang, dan Korea Selatan. Setidaknya hingga tahun
juga setidaknya tidak diperpanjang, jika melanggar
2010, pemerintah Kalimantan Timur telah memberi
aturan yang sejak awal sulit dipenuhi. Jadi posisi
izin kepada 33 perusahaan asing dan nasional
perusahaan berada dalam posisi dependen ketika
berskala besar mengeruk batubara. Pemerintah juga
berhadapan dengan para birokrat. Di balik teks
memberi 1.212 izin untuk Konsensi Pertambangan
Perda itulah, para birokrat memainkan kekuasaan
atau yang populer dengan singkatan KP bagi
dengan motif laba.
perusahaan tambang berskala kecil. Sepanjang
Tidak pernah menyadari bahwa teks Perda adalah
tahun
amanat
melalui
mengeluarkan 247 izin penambangan. Setahun
perdebatan di lembaga perwakilan rakyat. Jadi di
kemudian terdapat 687 izin KP yang dikeluarkan di
sini
demi
salah satu distrik di Kaltim. Mereka itu saling
kepentingan bisnis. Yang mendapat untung adalah
bersaing menguasai 22,1 persen luas Provinsi
para penguasa, dan bukan rakyat biasa yang
Kaltim. Pada tahun berikutnya izin tambang di
merupakan pemilik sah kekayaan alam. Ketika
Kaltim membengkak menjadi 1.271 pengelola yang
masih dalam proses pembuatan aturan, para
beroperasi di lahan seluas 4,4 juta hektar tambang.
penguasa
dengan
Izin seperti itu bertebaran di wilayah Kabupaten
menerapkan politik representasi, tetapi setelah
Kutai Kartanegara (Majalah Loka, 24 Agustus,2012).
menjadi produk resmi, dimanfaatkan menjadi
Di wilayah Kecamatan Samboja saja misalnya,
komoditas. Perda adalah sebuah teks yang syarat
terdapat beberapa perusahaan yang beroperasi
dengan muatan kekuasaan, dan sekaligus berpotensi
dengan kapasitas penuh. Antara lain adalah PT
menjadi sumber meraih keuntungan ekonomi.
Lembuswana Perkasa Kutai Kartanegara; PT Mitra
Karena itu Perda dalam konteks perebutan
Alam Persada Kaltim; PT Berkat Borneo Coal; PT
batubara, dengan mudah tergelincir pada proses
Internusa Samarinda; PT Energi Batu Hitam Muara
komodifikasi produk hukum. Dengan kewenangan
Lawa Kaltim; PT Cipta Anugerah Sakti; PT Bara
memberikan ijin, maka Pemkab akan dengan cerdik
Kumala Sakti Group Samarinda; dan masih banyak
memanfaatkannya untuk menekan perusahaan.
lagi yang lainnya. Sejumlah perusahaan itu satu
Tidak heran jika dalam proses membuat produk
sama lain berkontestasi dalam berbagai bentuk, dan
hukum memang sengaja membuat pasal yang keras
adakalanya mengalami gesekan kepentingan. Akan
dengan
tetapi yang lebih sering tarik-menarik kepentingan
rakyat,
mandat
karena
rakyat
prosesnya
diselewengkan
mengatasnamakan
memberi
sanksi
rakyat
berat,
tetapi
pada
2007-2008,
Pemprov
Kaltim
telah
adalah antara sejumlah perusahaan dengan segenap
13
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No. 2, 2012
Kontestasi Elit dan Marginalisasi Penduduk Lokal di Lokasi Pertambangan Batubara Kutai Kartanegara
Nurhadi Yuwana, Heru Nugroho, Irwan Abdullah
elemen masyarakat yang juga merupakan aktor
Sejumlah aktor lain pun kemudian bermunculan
kontestasi perebutan batubara. Dengan kata lain,
mengikuti pergeseran hubungan kultural menjadi
perusahaan batubara di Kukar terus bertarung dan
hubungan transaksional tersebut. Tiba-tiba saja
berhadapan dengan sejumlah elemen masyarakat
sejumlah organisasi massa, organisasi kepemudaan,
selama
dan
mereka
berproduksi.
Jadi
eksistensi
organisasi
adat
pun
bermunculan
perusahaan penambang batubara itu sendiri sejak
mengakumulasikan daya tawar lokal, yaitu klaim
awal merupakan eksistensi kontestatif. Ia di mana
pun, kapan pun, dan pada saat apa pun harus terus
warga asli dan jumlah anggota banyak . Sebagai
berkontestasi dengan sejumlah aktor lain yang ingin
(GEPAK) misalnya, ormas kepemudaan ini tiba-tiba
mengais rejeki penambangan batubara.
keberadaannya menjadi menguat ketika berelasi
Ketika
berhadapan
dengan
warga
ilustrasi, Gerakan Pemuda Asli Kalimantan Timur
dengan perusahaan penambangan. Di Samboja
misalnya,
terpampang
perusahaan harus siap dengan sejumlah tuntutan
ormas lain sehingga perusahaan penambang harus
Sebagai ilustrasi misalnya di Kecamatan Samboja
memperhitungkannya. Karena sudah dapat diduga,
Kukar, sehari-hari dilewati ribuan truk pengangkut
munculnya kekuatan dan keberadaan laten menjadi
batubara menuju ke pelabuhan. Dampaknya warga
manifes dari sejumlah ormas tersebut adalah
merasa terganggu kebisingan dan tebaran debu
kemunculan dalam rangka . Artinya, merupakan
yang berakibat pada kesehatan, sehingga masalah
usaha penguatan eksistensi untuk meningkatkan
ini menimbulkan konflik antara pihak perusahaan
daya
dengan warga masyarakat. Menariknya adalah
menggunakan
mekanisme
bukan
kultural
munculnya
transaksional.
masalah
yang
Bersamaan
terhadap
segenap
perusahaan
mendapatkan bagian rejeki batubara dalam bentuk
dengan
uang solusi . Daripada terus mendapat gangguan
dari sejumlah ormas, solusi paling mudah adalah
dengan
ditimbulkan
tawar
penambang batubara, yang pada akhirnya akan
lagi
mengedepankan musyawarah,tetapi berubah pada
hubungan
kantor
warga. Situasi itu juga dilakukan oleh sejumlah
dengan hilir-mudik truk dalam frekuensi tinggi.
ditawarkan
di
tidak ada kecuali bangunan kecil milik salah satu
di jalan menuju ke arah pelabuhan sangat padat
yang
besar
ada aktivitas organisasional, dan bahkan gedungnya
maraknya penambangan batubara denyut lalu-lintas
solusi
nama
sekretariat , yang meskipun kantor itu sendiri tidak
warga yang semuanya bersifat transaksional. Sejak
bahwa
papan
uang, dan inilah pergeseran cepat ke arah hubungan
oleh
serba transaksional.
perusahaan penambangan batubara, berkembang
peningkatan kesadaran ekonomi warga yang
Gangguan warga masyarakat sekitar pun sering
mengarah pada hubungan transaksional. Oleh
terjadi dan kontestasi pun semakin sengit. Sebagai
karena itu warga pun menjual masalah gangguan
ilustrasi, pada saat sedang proses pengangkutan,
yang ditimbulkan oleh perusahaan penambangan,
sering kali truk mendapat kecelakaan di sekitar
sehingga muncul istilah uang debu , uang bising ,
pemukiman
dan uang-uang yang lain.
warga.
Bentuknya
mulai
dari
menyerempet pejalan kaki, pengendara sepeda dan
sepeda motor, atau menyerempet hewan piaraan.
14
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No. 2, 2012
Kontestasi Elit dan Marginalisasi Penduduk Lokal di Lokasi Pertambangan Batubara Kutai Kartanegara
Nurhadi Yuwana, Heru Nugroho, Irwan Abdullah
Bahkan ada kalanya terjadi kecelakaan , dalam arti
sedangkan Rp 3.000 dibagikan ke warga melalui unit
kecelakaan artifisial yang dilakukan oleh warga
sosial RT. Tidak ada dasar hukum apa yang
dengan melempar sepeda motor ke kolong truk
digunakan oleh Koperasi Oasis tersebut untuk
pengangkut batubara yang sedang lewat. Kalau
mengutip jasa tersebut. Oleh karena itu jika dilihat
perlu sepeda motor yang tadinya rusak ringan, oleh
dari aspek hukum formal, maka tindakan koperasi
warga sengaja di remuk sendiri, agar mendapat
itu merupakan ilegal dan merupakan bentuk
ganti rugi sepeda motor baru. Jika sudah terjadi
pemalakan terorganisir.
kecelakaan, pihak perusahaan penambang harus
membayar ganti rugi yang besarnya ditentukan
2. Negara Lemah
secara sepihak oleh warga yang terorganisir. Ada
juga yang meminta ganti rugi atas makam yang
Dalam situasi kontestatif seperti itu, ironisnya
terkena lahan penambangan, dengan harga yang
negara tidak tampil cukup kuat dalam upaya
mahal.
makam
menyeselesaikan konflik-konflik yang terjadi antara
leluhurnya terkena penambangan batubara, minta
perusahaan penambangan batubara dengan warga.
ganti rugi 1 milyar per makam. Modus-modus
Konflik yang terjadi di kawasan jalan negara,
semacam itu sering terjadi, yang motif utamanya
seharusnya kepolisian tampil tegas menegakkan
adalah perolehan ganti rugi. Argumennya adalah
aturan
imajinasi para warga, bahwa penambang batubara
berhadapan dengan ormas dan warga, seringkali
adalah pengeruk kekayaan dan banyak uang dan
justru bukan polisi yang melerai tetapi ormas-ormas
cara semacam itu adalah cara yang paling mudah
tersebut dan di Kecamatan Samboja adal
Kontestasi Elit dan Marginalisasi Penduduk Lokal
di Lokasi Pertambangan Batubara Kutai Kartanegara
Oleh
Nurhadi Yuwana, Heru Nugroho, Irwan Abdullah1
Abstrak
Konstitusi Indonesia menjelaskan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam dikuasai oleh negara dan sebesarbesarnya digunakan untuk kemakmuran rakyat. Akan tetapi kenyataannya berbeda, pengelolaan
kekayaan alam, khususnya barang tambang seperti mineral dan batubara tidaklah semudah yang
dibayangkan dalam konsep teoritis, banyak kepentingan di belakangnya. Alih-alih memikirkan
kepentingan rakyat, pemerintah justru membiarkan pengelolaan itu kepada investor asing. Kontestasi
politik terjadi tidak hanya antara negara dengan korporasi tapi juga dengan warga lokal. Artikel ini
mencoba menjelaskan fenomena kontestasi dan marginalisasi yang terjadi di Kutai Kartanegara,
Kalimantan Timur.
Kata Kunci : kontestasi, kapitalisme, marginalisasi
Abstract
Indonesian constitution explain that earth, water and natural resources are belongs to state and used for
the prosperity of Indonesian people. But the fact is different, the management of natural resources
especially mining such as mineral and coal is not as easy as what the theoretical concept told, lots of
interest behind that. Rather than thinking about people s prosperity, government let the foreign
corporations to controls the mining. Political contestation happens not just between state and
corporation but also the local people. This article wants to explain the phenomena of contestation and
marginalization that happened in Kutai Kartanegara, East Kalimantan.
Keywords: contestation, capitalism, marginalization.
A. Latar Belakang
intervensi negara dalam pengelolaan kekayaan
alam, tetapi harus untuk kepentingan rakyat. Oleh
Konstitusi mengamanatkan bahwa bumi, air, dan
karena itu setiap kebijakan pemerintah yang
kekayaan alam dikuasai oleh negara dan sebesar-
berkaitan dengan kekayaan alam harus bersifat
besarnya digunakan untuk kemakmuran rakyat.
populis dengan tekanan pada distribusi hasil
Amanat konstitusi itu sesuai dengan prinsip
tambang bagi pemegang kedaulatan, yaitu rakyat.
sosialisme demokrasi yang membuka peluang bagi
Akan
1
tetapi
pada
Nurhadi Yuwana adalah mahasiswa S3 di Kajian Budaya dan Media, Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah
Mada. Heru Nugroho adalah Guru Besar Sosiologi Fisipol Universitas Gadjah Mada. Ketua Prodi Pascasarjana Kajian
Budaya dan Media UGM serta Ketua Jurusan Sosiologi, Fisipol UGM. Irwan Abdullah adalah Guru Besar Antropologi
Fakultas Ilmu Budaya, UGM. Pengajar pada Jurusan Antropologi, UGM
1
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No. 2, 2012
Kontestasi Elit dan Marginalisasi Penduduk Lokal di Lokasi Pertambangan Batubara Kutai Kartanegara
Nurhadi Yuwana, Heru Nugroho, Irwan Abdullah
kenyataannya,pengelolaankekayaan
alam,
Kehadiran pihak ekternal, yaitu kaum kapitalisme
khususnya barang tambang seperti mineral dan
global mau tidak mau harus berurusan dengan
batubara tidaklah semudah yang dibayangkan,
negara yang memegang kewenangan pengelolaan
karena
sumber daya alam. Oleh karena itu negara melalui
banyak
ke-
pentingan
bermain
di
belakangnya. Alih- alih memikirkan kepentingan
pemerintah
rakyat, pemerintah justru membiarkan pengelolaan
pengelolaan sumber daya alam ini demi sebesar-
itu kepada investor asing dengan pertimbangan
besarnya untuk kepentingan rakyat banyak. Akan
lebih
tetapi
cepat
menambah
penerimaan
negara.
mengatur
dalam
praksis
pemanfaatan
tidak
dan
semudah
yang
Akibatnya dalam banyak kasus, justru di daerah di
diformulasikan seperti yang tercantum dalam
mana memiliki potensi pertambangan yang besar,
berbagai peraturan legalistik. Di samping itu,
tetapi rakyat di sekitarnya tetap saja miskin. Lebih
sejumlah produk perundangan, prosesnya juga
jauh lagi, ketika pengelolaan diserahkan pada pihak
diwarnai oleh hubungan yang dominatif, karena
asing, maka meskipun eksploitasi sumber daya alam
bagaimanapun peraturan adalah produk politik
meningkat pesat namun tetap diikuti pertumbuhan
sehingga
manufaktur yang rendah
kelahirannya. Sebagai ilustrasi misalnya, ketika
sejumlah
menyadari potensi kekayaan sumber daya alam di
karena
Melimpahnya kekayaan sumber daya alam juga
konteks
politik
dalam
yang
nuansanya
sangat
kekuatan
kapitalisme
global,
prosesnya
memang
mendapat
Serikat. PP No 20/1994 tentang penananman modal
sumber konflik baik secara internal maupun
asing, isinya mempersilahkan investor asing dengan
eksternal. Dimanapun kekayaan sumber daya alam
leluasa mengeksplorasi dan bahkan mengeksploitasi
di muka bumi ini akan menjadi pusat perhatian dan
sektor pertambangan. Demikian pula pada era
mengundang para kapitalisme global. Bahkan
reformasi,
kepentingan untuk mengeksplorasi sumber-sumber
seperti
UU
No
25/2007
tentang
Penanaman Modal yang menggelar karpet merah
kekayaan alam inilah yang terbukti menjadi faktor
politik
dari
tekanan dari kekuatan Barat, terutama Amerika
sekaligus menyadarkan bahwa akan menjadi
ekonomi,
regulasi
menguntungkan
Indonesia, terutama dari sektor pertambangan.
dinamika
lepas
rezim Orde Baru berkuasa maka melahirkan
Pemerintah sendiri sebenarnya sejak dulu telah
determinan
tidak
buat investasi asing karena tidak lagi pembedaan
dan
dengan investasi dalam negeri, bagaikan komprador
pertahanan. Berbagai perang yang melibatkan
asing yang kian membabat nasionalisme ekonomi
secara masif dari berbagai bangsa di dunia selama
yang sebenarnya ditopang dalam UUD 1945.
ini, juga tidak lepas dari perebutan sumber daya
alam. Konflik internasional kontemporer, terutama
Khusus dalam peraturan sektor Mineral dan
juga dipicu oleh perebutan energi minyak sehingga
Batubara, telah diundangkan UU No 4/2009 yang
kawasan Timur Tengah misalnya, akan senantiasa
mengamanatkan agar pengelolaan pertambangan
terus menjadi daerah konflik yang berkepanjangan
Mineral dan Batubara harus berasaskan manfaat,
seiring dengan tingginya nilai energi minyak.
keadilan, dan keseimbangan serta berpihak pada
kepentingan bangsa. Paling tidak ada enam isu
2
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No. 2, 2012
Kontestasi Elit dan Marginalisasi Penduduk Lokal di Lokasi Pertambangan Batubara Kutai Kartanegara
Nurhadi Yuwana, Heru Nugroho, Irwan Abdullah
strategis harus dipatuhi: luas wilayah kerja
penerimaan bukan pajak. Penerimaan negara bukan
pertambangan, perpanjangan kontrak, penerimaan
pajak (PNBP) terkait dengan pertambangan selama
negras, kewajiban divestasi, kewajiban pengolahan
ini menunjukkan kecenderungan meningkat. PNBP
dan perhunian, kewajiban penggunaan barang dan
dari migas meningkat sekitar 15 persen per tahun
jasa dalam negeri. Akan tetapi pada kenyataannya
selama
dalam praktik banyak kejadian yang menyimpang
pertumbuhan
dari amanat undang-undang tersebut.
termasuk batubara, meningkat rata-rata 41,5 persen
per
Dalam kasus tambang batubara juga tidak jauh
tersebut
perizinan tambangnya yang sangat mudah didapat
barang
pemerintah pusat. Akibatnya eksportir batubara
Investasi
asing
diikuti
oleh
peningkatan
tambang
terbilang
baik
dan
bisa
sengsara. Belum lagi kerugian sosial budaya yang
ditimbulkannya. Pada kenyataannya kehadiran para
penambang batubara oleh perusahaan swasta
mengundang investor asing itu berbagai mineral,
menimbulkan dampak sosial budaya yang sangat
batubara, hingga minyak dan gas di perut bumi
serius. Hilangnya modal sosial seperti nilai gotong
negeri ini dikeruk serta sebagian besar dijual ke luar
royong, solidaritas, toleransi, dan kebersamaan di
negeri. Batubara misalnya, hanya 23 persen
masyarakat sekitar pertambangan adalah sederet
produksinya dikonsumsi domestik. Semua itu
persoalan sosial budaya yang disebabkan oleh
dilakukan karena pemerintah ingin mendapatkan
ekploitasi tambang batubara.
pemasukan negara secara lebih mudah dan cepat.
sektor
tidak
batubara, tetapi rakyat pada umumnya masih
185 persen pertahun. Melalui kebijakan yang
dengan
meningkatnya
investor sangat menikmati hasil penambangan
terus
penanaman modal asing yang meningkat rata-rata
dibandingkan
semakin
sektor
di Kalimantan Timur misalnya, para elit politik dan
meningkat sebagaimana ditunjukan pada realisasi
Memang,
maraknya
lingkungan masih jauh dari harapan. Berbagai kasus
diserahkan pada pihak swasta atau investor,
asing.
dan
tetapi,
pertambangan,
perbaikan kesejahteraan rakyat dan kelestarian
tidak
dilakukan oleh pemerintah, tetapi lebih banyak
pihak
sektor
itu,
bagi hasil yang berkeadilan, manfaatnya bagi
investor asing menjamur karena kemudahan
terutama
PNBP
Akan
Sementara
meningkatkan penerimaan negara, soal perhitungan
menjadi raja-raja baru yang sangat kaya raya, dan
batubara
2010.
kesejahteraan rakyat. Meskipun prestasi ekspor
dari pemimpin daerah tanpa kontrol memadai dari
pengelolaan
hingga
pendapatan negara atas eksploitasi barang tambang
miliar ton, tetapi anehnya membebaskan ekspor dan
Jadi
tahun.
pertambangan
berbeda, Indonesia memiliki cadangan sekitar 28
perizinan.
2005
lain,
Demikian pula yang terjadi di wilayah Kalimantan
pemasukan devisa dari ekspor mineral, batubara,
Timur yang merupakan wilayah dengan kandungan
dan migas adalah paling besar. Seperempat hingga
batubara terbesar di Indo pula dengan sebutan emas
sepertiga total penerimaan negara berasal dari
hitam
usaha pertambangan. Aliran uang ke kas negara dari
Berbagai investor berdatangan ke wilayah ini baik
kegiatan pertambangan secara umum bisa melalui
dari dalam maupun luar negeri untuk mengeruk
dua pos, yakni pos penerimaan pajak dan pos
keuntungan
3
ini
berlangsung
secara
sebesar-besarnya
besar-besaran.
dari
tambang
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No. 2, 2012
Kontestasi Elit dan Marginalisasi Penduduk Lokal di Lokasi Pertambangan Batubara Kutai Kartanegara
Nurhadi Yuwana, Heru Nugroho, Irwan Abdullah
batubara. Didukung oleh kebijakan pemerintah
Kapasitas produksi dari perusahaan batubara
daerah, eksploitasi emas hitam semakin menjadi-
tersebut mencapai 3.158 990 355 ton. Dari sejumlah
jadi, sehingga menimbulkan kerusakan ekologi
perusahaan tersebut, sekitar 60 persen merupakan
cukup signifikan. Maraknya penambangan batubara
perusahaan
dapat
kapitalisme global.
dilihat
dari
banyaknya
kapal-kapal
pengangkut batubara atau yang populer disebut
tongkang.
Berdasarkan
hasil
pengamatan
asing
sehingga
terkait
dengan
Kabupaten Kukar benar-benar menjadi tempat
di
hunian dan sekaligus arena pertarungan para aktor
lapangan, setiap hari lebih dari 10 kapal tongkang
yang memburu
lalulalang di sungai Mahakam mengangkut batubara
emas hitam . Atmosfir kota
Tenggarong pada khususnya, dan Kalimantan Timur
untuk diekspor. Satu kapal tongkang berkapasitas
pada umumnya penuh dengan wacana di seputar isu
rata-rata 8 ribu ton batubara, dengan nilai antara 6-
batubara. Barang milik alam ini telah menjadi teks
9 milyar rupiah. Jika pada dekade tujuhpuluhan
dan praktik kebudayaan yang sarat dengan nuansa
hingga sembilanpuluhan, sungai Mahakam ramai
politik. Batubara tidak lagi bermakna sebagai benda
dengan kapal-kapal yang mengangkut kayu dari
mati yang berfungsi sebagai salah satu sumber
hutan tropis Kalimantan, sekarang lebih banyak
energi, tetapi telah berfungsi menjadi penentu
didominasi komoditas barang tambang, khususnya
dalam memaknai hidup. Dengan batubara warga
batubara. Memang masih ada perdangangan kayu,
Kutai Kartanegara mengkonstruksi identitasnya
tetapi volumenya jauh menurun dibandingkan era
secara dinamik yang termanifestasi pada gaya
Orde Baru. Sekarang berganti batubara yang
hidupnya sehari-hari.
menjadi komoditas strategis dan menjadi faktor
determinan
terhadap
denyut
Akan tetapi tidak jauh berbeda dengan daerah lain,
perekonomian
maraknya pertambangan batubara di Kaltim tidak
Kalimantan Timur. Dengan deposit sekitar 8 milyar
berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan
ton batubara, maka tidak mengherankan jika daerah
penduduk setempat. Penduduk di sekitar lokasi
ini sekarang bergantung pada komoditas batubara.
pertambangan kurang menikmati hasil emas hitam
Oleh karena itu batubara berada dalam posisi
tersebut, hasilnya lebih banyak dinikmati oleh para
sentral dan menentukan terhadap berbagai sektor
investor dan jajaran pejabat daerah. Bahkan
lainnya, terutama sektor perdagangan dan industri.
masyarakat di sekitar pertambangan semakin
Kaum kapitalis di Kutai Kertanegara telah memiliki
termarginalisasikan baik secara sosial maupun
perusahaan yang bergerak dalam pertambangan
kultural. Semangat kebersamaan yangnesia. Dalam
batubara antara lain CV Arya Duta, CV Benua Bara
duabelas tahun terakhir eksploitasi batubara atau
Lestari, CV Binamitra Sumberarta, CV Firman
yang dikenal dahulu menjadi modal sosial bagi
Bersaudara, Gerbang Petani Mandiri, Kaltim Batu
tatanan kehidupan warga secara harmonis, kini
Manunggal, Komunitas Bangun Bersama, Mery Jaya,
semakin memudar karena terkikis oleh arus
Perdana Maju Utama, Permata Hitam Indah, Rindu
kapitalisasi yang kian deras. Oleh karena itu studi ini
Alam, Sejahtera, Tahta Pokmas, Tunas Jaya, Mega
akan melihat bagaimana kondisi warga di seputar
Prima Persada, dan PT Bukit Berdiri Enterprice.
lokasi pertambangan dari perspektif kajian budaya.
4
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No. 2, 2012
Kontestasi Elit dan Marginalisasi Penduduk Lokal di Lokasi Pertambangan Batubara Kutai Kartanegara
Nurhadi Yuwana, Heru Nugroho, Irwan Abdullah
Sejumlah pertanyaan diajukan dalam studi ini
(Young Rae Kim dkk., 2002). Suatu proses
antara lain: siapa aktor dalam berebut batubara dan
meningkatnya
bagaimana proses tarik-menarik kepentingannya?;
sehingga satu peristiwa terjadi di wilayah tertentu
bagaimana ideologi kapitalis global beroperasi
semakin lama akan kian berpengaruh terhadap
dalam struktur kesadaran lokal dan menghancurkan
manusia dan masyarakat yang hidup di bagian lain
nilai lokal?; dan bagaimana perlawanan warga di
di muka bumi (Baylis dan Smith, 1997).
seputar lokasi pertambangan terhadap maraknya
keterkaitan
antar
masyarakat
Sebuah teori globalisasi yang banyak dibicarakan
pertambangan batubara?
dalam forum akademik secara meluas, antara lain
teori sistem-dunia dari Immanuel Wallerstein. Teori
ini merupakan teori tentang sejarah, dan sejarah
B. Kajian Teoretik.
yang diteorisasikannya adalah sejarah kapitalisme
Sebagai
usaha
untuk
menjelaskan
berbagai
global. Karya besar Wallerstein terdiri dari tiga
fenomena di seputar marginalisasi warga di sekitar
volume berjudul The Modern World System diawali
lokasi pertambangan maka peneliti menggunakan
abad awal keenambelas yang panjang, periode lepas
teori globalisasi neo-Marxian dan teori modernisasi
landas ekonomi dunia kapitalis. Inti dari sistem
mulai dari Wallerstein hingga Anthony Giddens.
dunia pada periode awal kapitalis yang terjadi di
Sementara itu tidak menutup kemungkinan akan
Prancis dan sekitarnya yang membentang di tepian
menggunakan teori lain yang dipandang relevan
sungai Rhine, Inggris, dan juga kota-kota Italia utara
dengan isu marginalisasi penduduk lokal.
berubah ke arah industri manufaktur sambil terus
mengandalkan pada daerah-daerah periferi untuk
mendapatkan produk-produk pertanian dan bahan-
1. Teori Globalisasi
bahan baku lainnya. Didukung oleh kekuatan dan
Holm dan Sorensen memahami globalisasi sebagai
kekuasaan negara-negara yang semakin mapan,
semakin meningkatnya intensitas hubungan lintas
kelas- kelas kapitalis di pusat (center) membentuk
batas negara baik dalam bidang ekonomi, politik,
suatu siklus superioritas ekonomi dan militer yang
sosial, dan budaya (Holton, 1998). Wallerstein
saling mendukung. Industrialisasi negara-negara
memandang globalisasi tidak lebih dari wujud
inti pada abad kedelapan belas dan abad kesembilan
kejayaan ekonomi kapitalis dunia yang diterapkan
belas meningkatkan keunggulan relatif negara-
oleh logika akumulasi kapital (Holton, 1998). Jin-
negara pusat itu, yang melahirkan satu fase
Young Chung mendefinisikan globalisasi sebagai
kolonisasi intensif dalam sejarah dunia yang
terintegrasinya dunia melalui peningkatan arus
tampaknya membawa seluruh bumi ini ke dalam
kapital, hasil-hasil produksi, jasa, ide, dan manusia
ekonomi dunia kapitalis dibawah kepemimpinan
yang lintas batas negara. Proses ini merupakan hasil
dari
perkembangan
komunikasi
yang
teknologi
informasi
revolusioner,
imperium-imperium
dan
yang
kekuasaannya
membentang hingga ke berbagai belahan bumi dan
liberalisasi
berpusat di tangan keuatan-kekuatan inti yang
perdagangan, dan keuangan di negara- negara besar
saling bersaing (Boli dan Lechner, 2009: 558).
5
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No. 2, 2012
Kontestasi Elit dan Marginalisasi Penduduk Lokal di Lokasi Pertambangan Batubara Kutai Kartanegara
Nurhadi Yuwana, Heru Nugroho, Irwan Abdullah
Jadi, dalam pegertian yang lebih abstrak, teori
meningkatkan akumulasi kapital di negara-negara
sistem-dunia memahami ekonomi dunia ini sebagai
inti, tetapi menghambatnya di periferi sehingga
terdiri dari tiga zona: inti (core), periferi, dan semi-
melanggengkan struktur sistem dunia yang paling
periferi. Inti adalah zona yang memimpin, yang
mendasar.
bercirikan pasar-pasar yang relatif bebas untuk
ketidaksetaraan yang sangat menganakemaskan
memperdagangkan tenaga kerja, tanah, dan kapital;
negara inti dan menganaktirikan yang bukan inti,
teknologi maju, tenaga kerja terampil dan dengan
menguntungkan pemilik kapital dan merugikan
demikian, produktivitas tenaga kerja yang tinggi;
buruh,
kapital dalam jumlah yang besar dan akumulasi
menganaktirikan kelas menengah dan kelas bawah.
kapital berlangsung terus-menerus; keunggulan-
Ketidaksetaraan atau ketidakadilan tidak terlalu
keunggulan yang mengikutinya dalam bentuk
parah di negara-negara inti di mana buruh
sumber-sumber daya dan kekuatan koersif yang
terorganisir dengan baik (seperti di negarta-negara
memungkinkannya mendominasi ekonomi dunia.
kesejahteraan di Eropa Barat dan Utara) tetapi
Periferi, sangat tunduk kepada dan dieksploitasi
sangat parah di tempat-tempat lain. Negara-negara
oleh negara-negara inti, pada awalnya bercirikan
tertentu boleh saja berdiri, berjaya, atau runtuh,
bentuk-bentuk tenaga kerja paksa (penghambatan,
tetapi struktur stratifikasi pasar umumnya tetap
perbudakan, status kontrak, dan semacamnya),
kukuh, dan tendensi inheren ekonomi dunia
pasar-pasar tanah dan kapital yang serba terbatas,
kapitalis adalah meningkatkan ketidakadilan.
Munculah
ketidakadilan
menganakemaskan-elit
nasional
atau
dan
rendahnya tingkat teknologi dan keterampilan
buruh, rendahnya produktivitas dan terbatasnya
2 . Globalisasi dan Teknokapitalisme
akumulasi kapital. Negara-negara semi-periferi
menduduki satu zona
antara
dengan tingkat
Menurut Anthony Giddens, globalisasi sebagai
perkembangan yang sedang, dieksploitasi oleh
sebuah proses sosial yang ditandai dengan semakin
negara-negara inti atau pusat tetapi mengeksploitasi
intensifnya hubungan sosial yang mengglobal.
bagian-bagian tertentu wilayah periferi. Dengan
Kehidupan sosial di satu wilayah akan berpengaruh
demikian semi- periferi memediasi ketegangan-
pada kehiduapan manusia di wilayah lain, dan
ketegangan antara inti dan periferi, berkonstribusi
begitu sebaliknya. Jika sepakat dengan Anthony
bagi stabilitas keseluruhan sistem dunia sekaligus
Giddens ketika ia bicara dalam bukunya Modernity
merupakan satu ancaman tersendiri bagi negara-
and Self Identity (1991), modernitas melakukan
negara inti.
detradisionalisasi yang diciptakan oleh globalisasi.
Mengikuti pandangan Giddens, modernitas adalah
Mengingat teori ini berlandaskan pada analisis
sebuah gerakan perubahan di segala bidang yang
Marxian dan penekannya pada ekonomi, teori
pada intinya mengklaim perlunya efisiensi dan serba
sistem-dunia mengedepankan dua isu yang saling
praktis atas nama peningkatan kualtias hidup
berkaitan: eksploitasi dan ketidaksetaraan. Inti
manusia yang menggunakan logika positivistik.
mengeksploitasi yang bukan negara inti, kapital
mengeksploitasi
tenaga
buruh.
Dalam
Eksploitasi
6
pandangan
positivistik,
perkembangan
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No. 2, 2012
Kontestasi Elit dan Marginalisasi Penduduk Lokal di Lokasi Pertambangan Batubara Kutai Kartanegara
Nurhadi Yuwana, Heru Nugroho, Irwan Abdullah
masyarakat bergerak secara linier, dimulai dari
yang tumbuh dari bawah. Yang kedua ini adalah
masyarakat primitif, tradisional, dan modern.
akibat dari kontestasi dan rekonfigurasi hal-hal yang
Konsekuensi atas obsesi berkembang menjadi
diterapkan pada tingkat masyarakat yang lebih
masyarakat modern, maka asumsi utamanya adalah
rendah. Demokrasi bisa berasal dari bawah, dan
bahwa primitivitas dan tradisionalisme adalah
pada taraf global hal ini bertentangan dengan
penghambat masyarakat modern. Karena itu jika
kekuatan otoriter dari atas (Kellner, 2002, dalam
pilihannya menjadi masyarakat moderen, maka
Ritzer, 2004: 636).
harus diikuti oleh detradisionalisasi.
Sementara itu Ulrich Beck membedakan tiga konsep
Menurut Anthony Giddens, globalisasi sebagai
utama, yaitu globalisme, globalitas, dan globalisasi.
sebuah proses sosial ditandai dengan semakin
Globalisme adalah pandangan bahwa dunia ini
intensifnya hubungan sosial yang mengglobal.
didominasi oleh ekonomi dan bahwa kita tengah
Kehidupan sosial di satu wilayah akan berpengaruh
menyaksikan munculnya hegemoni pasar dunia
pada kehidupan manusia di wilayah lain. Pada
kapitalis
kenyataannya, yang mengalami globalisasi adalah
mendukungnnya. Bagi Beck, hal itu melibatkan
nilai-nilai modernitas yang berekspansi ke wilayah-
pemikiran
wilayah tradisional, terutama ke daerah pedesaan
Multidimensionalitas perkembangan global seperti
dan pinggiran. Oleh karena itu modernitas sebagai
ekologi, politik, kebudayaan, dan masyarakat sipil
sebuah gerakan yang mengglobal terus melakukan
secara tidak tepat direduksi menjadi satu dimensi
tekanan pada tradisionalisme.
ekonomi tunggal. Kendati mengkritik globalisme,
Sementara
itu,
Douglas
Kellner
kunci
untuk
produk
revolusi
yang berdaulat dikotak-kotakan dan digerogoti oleh
aktor-aktor transnasional dengan beragam prospek
restrukturisasi global atas kapitalisme. Namun,
kekuasaan, orientasi, identitas, dan jaringan. Proses
perubahan itu terkait erat dengan faktor-faktor
transnasional itu bukan hanya bersifat ekonomis,
politik dan sosial, karena itu ia menganjurkan agar
tetapi
melihat globalisasi dari perspektif dialektik antara
ekonomi,politik,
dan
Perspektif
dialektik juga menjelaskan bahwa
linier.
globalisasi, atau proses ketika negara-negara bangsa
dan
teknologi,
dan
semakin menjadi ilusi. Mereka menjadi ilusi karena
memahami
teknologi
kausal
yang
khususnya yang diasosiasikan dengan bangsa,
globalisasi adalah dengan meneorikannya sekaligus
sebagai
mono
neoliberal
gagasan globalitas, di mana ruang-ruang tertutup,
dilihatnya dari perspektif kritis dan neo-Marxian. Ia
bahwa
ideologi
Beck melihat adanya sejumlah nilai lebih dalam
mempunyai
perhatian terhadap fenomena globalisasi yang
berargumen
dan
juga
melibatkan
masalah
ekologi,
kebudayaan, batas-batas negara, dan masyarakat
kebudayaan.
sipil. Proses transnasional itu melewati batas-batas
bangsa, mendorongnya untuk terus meluber,
terdapat ciri-ciri progresif dan emansipatoris
kalaupun tidak menjadi sesuatu yang tak relevan.
globalisasi dan bahwa orang harus berbicara
Globalitas berarti bahwa mulai dari sekarang, tidak
tentang keduanya. Faktor pemisah utama, sekali lagi
ada lagi kejadian-kejadian di atas planet bumi ini
dengan perspektif dialektik adalah perbedaan
antara globalisasi yang dipaksakan dari atas dengan
7
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No. 2, 2012
Kontestasi Elit dan Marginalisasi Penduduk Lokal di Lokasi Pertambangan Batubara Kutai Kartanegara
Nurhadi Yuwana, Heru Nugroho, Irwan Abdullah
yang akan jadi kejadian lokal semata (Beck, 2000:
bagi pertemuan semacam itu. Selanjutnya Giddens
11).
(1984) menggunakan konsep Goffman (1969)
tentang wilayah
mengilustrasikan
depan
suatu
dan
belakang
divergensi
untuk
mendasar
aktivitas sosial-spasial. Ruang depan adalah tempat
di mana kita memasukkan ke dalam pertunjukkan
di atas panggung publik segala aktivitas yang
3. Teori Ruang
dibuat-buat, formal dan dapat diterima secara sosial.
Sejak era 1970-an, telah muncul banyak minat
Wilayah belakang adalah ruang di mana kita berada
dalam teori sosial dan teori kultural sehubungan
di belakang layar , menyiapkan pertunjukkan bagi
dengan persoalan ruang dan tempat. Sebelumnya,
publik atau tempat dimana kita bisa santai atau
teori modern lebih tertarik kepada waktu, dengan
tampil dengan perilaku dan tuturan tidak terlalu
melihatnya sebagai lapangan dinamis perubahan
formal. Pembagian ruang secara sosial ke dalam
sosial, sedangkan tempat dipandang sebagai sesuatu
kawasan depan dan belakang atau ke dalam
yang mati, mapan dan tidak bergerak, yang dilalui
pemakaian dapur, kamar tidur dan parlour secara
oleh gerak sejarah. Sebagaimana kata Foucault,
benar tentu saja bersifat kultural. Kebudayaan yang
seluruh sejarah tetap tertulis ke dalam ruang-ruang
berbeda mendesain rumah dengan cara yang
yang pada saat yang sama akan menjadi sejarah
berbeda, mengalokasikan pertentangan makna atau
kekuasaan, keduanya bersifat plural-mulai dari
cara berperilaku yang sesuai. Dalam konteks dengan
strategi-strategi besar geopolitik sampai taktik
masalah studi ini, teori ruang yang juga sering
sederhana suatu habitat (Foucault, dikutip oleh Soja,
dipakai dalam tradisi Cultural Studies, adalah yang
1995b:14, dalam Barker, 2000: 307). Sebagaimana
berkaitan
dikatakan Giddens (1984), pemahaman tentang
dengan
ruang
perkotaan.
Dengan
mengambil lokasi di kota Tenggarong yang
bagaimana aktivitas manusia didistribusikan dalam
digerakan oleh komoditas batubara, maka akan
ruang adalah satu hal mendasar dalam analisis
dilihat bagaimana ruang perkotaan menjadi arena
kehidupan sosial. interaksi manusia terjadi pada
dan tempat bagi kontestasi diantara para aktor yang
ruang tertentu yang mengandung berbagai makna
terlibat dalam berebut emas hitam atau batubara.
sosial. Sebagai contoh, rumah dibagi kedalam
Oleh karena itu akan digunakan karya Harvey (1973,
ruang-ruang hunian-ruang depan, dapur, ruang
1985) dan Castells (1977, 1983) yang menekankan
makan, kamar tidur, dll yang
kepada strukturasi dan restrukturisasi ruang
digunakan dengan berbagai cara dan tempat di
sebagai suatu lingkungan yang diciptakan melalui
mana kita melakukan berbagai aktivitas dengan
perluasan
makna sosial yang berbeda. Menurut argumen ini,
berpendapat bahwa geografi kota bukan merupakan
kamar tidur adalah ruang intim di mana kita jarang
akibat dari kekuatan alamiah melainkan kekuasaan
mengundang orang asing, sementara ruang depan
kapitalisme
atau parlour dipandang sebagai tempat yang cocok
kapitalisme
dalam
industri.
menciptakan
Mereka
pasar
dan
mengendalikan tenaga kerja. Komodifikasi dan
8
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No. 2, 2012
Kontestasi Elit dan Marginalisasi Penduduk Lokal di Lokasi Pertambangan Batubara Kutai Kartanegara
Nurhadi Yuwana, Heru Nugroho, Irwan Abdullah
pencarian pasar baru yang didorong oleh korporasi
reorganisasi
kapitalis menjadikan mereka sensitif terhadap
restrukturisasi kapitalisme pada skala global,
pertanyaan tentang lokasi keuntungan relatif yang
mengilustrasikan
mereka peroleh. Upah kerja yang lebih rendah,
perkotaan tengah berada di atas jalan panjang
unionisasi yang lebih lemah dan konsesi pajak
ketergantungan dan eksploitasi yang membangun
mengarahkan perusahaan untuk lebih memilih
kapitalisme di seluruh penjuru dunia (Barker,
tempat-tempat tertentu ketimbang tempat lain
2000:316). Dengan penjelasan Harvey dan Castells
sebagai
dan
tersebut kota Tenggarong tumbuh pesat karena
pembangunan. Mirip dengan itu, kebutuhan untuk
kehadiran kaum kapitalis yang mengekplorasi dan
menemukan bentuk investasi alternatif, dan kondisi
mengeksploitasi sumber daya alam, khususnya
khas pasar dan intervensi negara, membantu
batubara. Para kapitalis mencari wilayah baru dan
sejumlah sektor ekonomi (dan beberapa tempat)
memperluas
untuk mendapatkan preferensi (Barker, 2000:316).
diversifikasi usaha, setelah menjadikan bisnis
lokasi
perkebunan,
pasar
kota
adalah
bahwa
usahanya
suatu
aspek
tempat
dengan
dari
kehidupan
melakukan
batubara sebagai bisnis utama. Para pemburu
Bagi Harvey, negara telah memainkan peran utama
batubara ini kemudian meramaikan dan bahkan
dalam reproduksi kapitalisme dan pembentukan
menjadi faktor penentu bagi berbagai sektor di
lingkungan perkotaan. Sebagai contoh, ekspansi
Tenggarong.
pasca perang warga suburban adalah akibat dari,
Berkelindan
dengan
kekuatan
birokrasi dan politik lokal, maka perburuan
paling tidak sebagian, pembebasan pajak yang
batubara menjadikan Tenggarong benar-benar
diberikan kepada pemilik rumah dan perusahaan
menjadi
konstruksi, dijalankannya pengaturan pinjaman
arena
kepentingan.
oleh bank/asosiasi pengembang, dan beroperasinya
pertarungan
Praktik
dari
kebudayaan
berbagai
kota
pun
mengalami dinamika luar biasa, dan tentu saja
transportasi, telekomunikasi dan infrastruktur
dalam pertarungan itu ada pihak yang dominan dan
kesejahteraan yang diperlukan agar kawasan
ada yang terpinggirkan.
suburban bisa berkembang. Bagi Castells, rumah,
sekolah, jasa transportasi, fasilitas hiburan dan
pembagian kesejahteraan adalah suatu aspek dari
4. Teori Marginalitas
konsumsi kolektif yang melekat dalam kapitalisme
Sementara
dan penciptaan suatu lingkungan perkotaan yang
itu
untuk
menjelaskan
fenomena
marginalitas penduduk lokal dalam kaitannya
kondusif bagi bisnis.
dengan globalisasi sebagai sebuah gerakan, bisa
Kota dikatakan sebagai tempat perjuangan kelas
meminjam penjelasan dari teori ketergantungan.
yang ditimbulkan oleh kapitalisme dan ditandai oleh
Dalam konteks global, hubungan pusat dan
perseteruan atas kontrol ruang dan distribusi
pinggiran ada yang mencoba mengkaji dari teori
sumber daya. Ini meliputi konflik atas pemotongan
ketergantungan.
pengeluaran untuk kesejahteraan selama masa
Gunther
Frank
(1957)
mengenalkan teori ketergantungan pada tahun
restrukturisasi kapitalisme pada tahun 1980-an dan
1967 dengan memanfaatkan tesis Paul Baran yang
1990-an. Memang, bagi Harvey dan Castells,
9
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No. 2, 2012
Kontestasi Elit dan Marginalisasi Penduduk Lokal di Lokasi Pertambangan Batubara Kutai Kartanegara
Nurhadi Yuwana, Heru Nugroho, Irwan Abdullah
menyatakan bahwa eksploitasi Dunia Ketiga tidak
kekuasaan. Penggunaan gagasan marjinalitas paling
hanya makin meluas setelah berakhirnya era
kontemporer
kolonial, tetapi juga menjadi makin
menggabungkan
Keterbelakangan
baru
kekuatan
untuk
dominasi
dengan spasial dengan membangun metafora
penghisapan ekonomi dari daerah tertinggal oleh
menjadi marjinal terkadang lebih dipilih untuk
metropolitan
akibat
gagasan
ide
dari
kapitalisme
merupakan
efektif.
melahirkan
yang
maju.
Frank
memiliki lebih sedikit daya dan menjadi agak jauh
dari pusat kekuasaan .
memberikan frase menarik untuk proses ini dengan
istilah
pembangunan
keterbelakangan .
Menurutnya, pembangunan dan keterbelakangan
C. Metode Penelitian
bukan hanya relatif dan kuantitatif, tetapi juga
relasional dan kualitatif karena berbeda secara
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan
struktural. Mekanisme kapitalis yang sama akan
dengan
menghasilkan perkembangan atau kemajuan di
observasi langsung ke lokasi yang menjadi subyek
pusat dan keterbelakangan di pinggiran (Frank,
utama penelitian, yaitu masyarakat lokal di seputar
1957). Konsep marjinal dalam konteks ini merujuk
pertambangan Batubara Kutai Kartanegara. Dalam
ke individu atau kelompok yang terisolasi atau
usaha mengembangkan teori berdasarkan data
tidak sesuai dengan masyarakat atau budaya yang
lapangan,
dominan dan dianggap sebagai pinggiran dalam
dilakukan. Studi lapangan ini terutama digunakan
masyarakat atau unit sosial, termasuk kelompok
untuk mengidentifikasi situasi dan kondisi obyektif
minoritas dengan implikasi yang merugikan. Di sisi
dinamika masyarakat lokal di seputar lokasi
lain, marjinal dari sudut pandang administrasi
pertambangan.
dianggap penting karena di luar arus utama yang
Disamping itu penelitian ini juga merupakan studi
dekat dengan kekuasaan dan pusat kendali
dokumentasi sehingga membimbing penelitian ini
dibutuhkan dukungan kekuatan yang merujuk pada
pada pengumpulan data sekunder berupa dokumen-
daerah pinggiran atau perbatasan.
dokumen dari segenap teks, yang berkaitan dengan
Dalam beberapa dekade terakhir, kelompok politik
proses marginalisasi penduduk lokal di sekitar
kehilangan
mengekspresikan
pertambangan Batubara. Dengan kata lain, studi ini
perasaan mereka tentang tempat mereka dalam
merupakan perpaduan antara kerja lapangan (field
demokrasi,
global.
work) dan kerja pustaka dengan penggalian data
Beberapa individu dan kelompok menggunakan ide
skunder melalui pelacakan dari dokumen otentik.
marjinalitas untuk menggambarkan kelompok yang
Kerja
dianggap berada di luar arus utama. Para ahli ilmu
mengeksplorasi dan memperoleh data primer (first
politik telah mengembangkan ide marjinalitas ini,
hand informations) dan kerja pustaka dimaksudkan
dan konsep yang menyertainya tentang pusat dan
untuk mengkaji data sekunder (second hand
dalam mengerti atau memahami bahasa dan
primer dan sekunder diharapkan akan dapat
haknya
atau
untuk
bahkan di
ekonomi
pinggiran , untuk menciptakan cara-cara baru
pendekatan
metode
lapangan
kualitatif,
observasi
dimaksudkan
yaitu
dengan
partisipasi
untuk
juga
dapat
informations). Penggunaan perpaduan antara data
10
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No. 2, 2012
Kontestasi Elit dan Marginalisasi Penduduk Lokal di Lokasi Pertambangan Batubara Kutai Kartanegara
Nurhadi Yuwana, Heru Nugroho, Irwan Abdullah
menghasilkan akurasi analisis dan kedalaman
adalah bagaimana agar batubara dikuasai dan digali
interpretasi atas masalah tersebut.
secara besar-besaran untuk kemudian dijual. Lebih
dari itu, Pemkab Tenggarong memang secara
sengaja mengundang para investor asing itu dengan
D. Pembahasan
sikap
Tenggarong adalah sebuah panggung kontestasi
pasrah ,
sepenuhnya
dalam
pada
investor
arti
menyerahkan
untuk
melakukan
perebutan batubara. Berbagai aktivitas politik dan
sekehendak hatinya dalam menambang batubara.
ekonomi bahkan kultural adalah sebuah manifestasi
Tidak ada negosiasi kritis, apalagi semacam
kontestasi untuk meraih rejeki batubara. Kabupaten
pengawasan terhadap beroperasinya para investor
Kutai Kartanegara merupakan daerah yang kaya
dalam menambang batubara, tidak peduli bahwa itu
akan sumber daya alam terutama minyak bumi dan
semua akan merusak lingkungan alam, termasuk
gas
dampak sosial-budayanya.
alam
(migas)
serta
batubara
sehingga
perekonomian Kutai Kartanegara masih didominasi
Cara berpikir yang berorientasi pada pertumbuhan
oleh sektor pertambangan dan penggalian yang
merasuk
mencapai lebih dari 77%. Sektor pertanian dan
pada
jajaran
birokrasi,
sehingga
pendapatan dari sektor pertambangan, khususnya
kehutanan hanya memberikan konstribusi sekitar
batubara, harus dilipatgandakan. Batubara harus
11%, sedangkan sisanya disumbangkan dari sektor
dijadikan sebagai sumber utama dalam pendapatan
perdagangan dan hotel, yakni kurang lebih 3%,
daerah, setelah kayu glondongan sudah habis
industri pengolahan sekitar 2,5%, bangunan 3%,
dibabat. Akibat dari orientasi pertumbuhan, yang
keuangan 1% dan sektor lainnya sekitar 2%. Tidak
berarti terobsesi pelipatgandaan pendapatan, maka
ada pembicaraan yang begitu antusias bagi warga
sejumlah aturan diproduksi agar eksplorasi besar-
masyarakat Tenggarong kecuali batubara. Hampir
besaran terhadap batubara semakin terbuka dan
setiap orang,
lancar.
terlepas dari
posisi
sosialnya,
Karena
itu,
kebijakan
pemerintah
semuanya berbicara soal batubara menurut tafsir,
Tenggarong sangat membuka terhadap hadirnya
pemaknaan, dan kepentingan masing-masing. Di
investor asing agar mengeksplorasi batubara. Maka
kalangan
sejumlah perusahaan asing berdatangan ikut
elite
Tenggarong,
batubara
adalah
komoditas tambang yang bagaimanapun harus
dieksplorasi
daerah.
Para
untuk
meningkatkan
petinggi
di
jajaran
menambang batubara dalam skala besar.
pendapatan
birokrasi,
1. Aktor Kontestasi
menempatkan batubara sebagai barang strategis
yang bernilai ekonomi tinggi oleh karena itu harus
Setidaknya terdapat beberapa aktor yang berhasil
dikelola dan dikuasai. Segenap peraturan harus
diidentifikasi dalam kontestasi memperebutkan
dibuat agar batubara dapat dieksplorasi, ditambang,
batubara. Pertama adalah pemerintah baik pusat
dan dijual. Tidak penting bahwa apakah di masa
maupun kabupaten; investor baik asing maupun
mendatang akan membawa dampak atau risiko
nasional; politisi dan Parpol, aparat keamanan,
negatif bagi kehidupan bersama, yang penting
tokoh
11
masyarakat,
ormas,
LSM,
dan
warga
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No. 2, 2012
Kontestasi Elit dan Marginalisasi Penduduk Lokal di Lokasi Pertambangan Batubara Kutai Kartanegara
Nurhadi Yuwana, Heru Nugroho, Irwan Abdullah
masyarakat pada umumnya. Semuanya berusaha
perusahaan penambangan batu-bara. Pembuatan
menunjukkan eksistensinya manakala berurusan
peraturan
dengan batubara, dan tentu saja di antara mereka
merupakan cara untuk berebut kue batubara. Ketika
saling berkontestasi berebut rejeki batubara, yang
berkontestasi dengan pemerintah pusat, mereka
oleh
bertarung untuk mendapatkan restribusi batubara.
masyarakat
Kaltim
populer
diplesetkan
oleh
Perda
Pemkab
Kukar
juga
kepanjangan dari Batu Tuhan Bagi Rata.
Sementara kontestasinya dengan para investor,
Pemerintah melalui Kementerian ESDM, mengklaim
dengan senjata Perda Pembuangan Limbah, adalah
cara untuk mendapatkan bagian kue batubara
mempunyai kewenangan utama dalam kepemilikan
dengan menekan para investor.
batubara, sehingga siapa pun yang ingin mengelola
batubara harus berurusan dengan pemerintah
Memang harus diakui bahwa niat awal Pemkab
pusat. Oleh karena itu hasil tambang batubara
Kukar menerbitkan berbagai produk hukum, seperti
sebagian besar harus diambil pemerintah pusat.
Perda dan SK Bupati misalnya, untuk mengatur tata
Sementara itu pemerintah daerah baik Pemprov
kelola pertambangan batubara demi kepentingan
Kaltim dan Pemkab Kutai Kartanegara juga menjadi
kesejahteraan rakyat, dan sekaligus peduli pada
kontestan perebutan batubara. Dengan mengklaim
pelestarian lingkungan hidup. Perda Pembuangan
sebagai tanah wilayahnya, maka siapa pun yang
Limbah tersebut misalnya, jelas spirit utama produk
ingin
seiizin
hukum ini adalah demi menjaga pelestarian
pemerintah daerah. Meskipun sama-sama aktor dari
lingkungan hidup. Munculnya peraturan ini pun
kalangan
juga
merupakan respons atas munculnya masalah
retribusi
ketidaktertiban dan ketidakpedulian perusahaan
tarik-menarik
batubara terhadap lingkungan hidup. Akan tetapi
kepentingan antara pemerintah pusat dan pemkab
Perda semacam itu jika dicermati secara teliti
Kukar masih terus terjadi. Pemkab Kukar merasa
merupakan modus elite pemerintah untuk berebut
memiliki wilayah luas yang kaya kandungan
rejeki batubara. Ada celah yang digunakan untuk
batubara, tetapi kurang memberikan kontribusi
memeras para perusahaan sehingga menjadi pintu
signifikan terhadap APBD. Karena itu pernah
masuk untuk mengakses rejeki batura. Jadi
Pemkab Kukar membuat Perda untuk memungut
modusnya menjual pasal-pasal yang berisi sanksi
retribusi 50 cen US Dollar per tonnya, tetapi Perda
atau ancaman kepada para investor, tetapi sekaligus
ini ditolak oleh pemerintah pusat. Merasa sulit
memungut dari Perda retribusi, maka Pemkab
membuka ruang untuk negosiasi . Sudah menjadi
Kukar membuat Perda lain yang berpotensi untuk
bersifat transaksional. Karena itu soal Amdal
mendapatkan rejeki emas hitam . Perda No.
misalnya, akan dengan mudah menjadi ajang
Tahun 2006 Tentang Izin Pembuangan Limbah
permainan negosiasi yang ujung-ujungnya adalah
untuk Kegiatan Pertambangan Batubara, adalah
uang dengan prinsip tahu sama tahu.
menambang
pemerintah,
berkontestasi.
batubara,
batubara
diantara
Misalnya
hingga
harus
mereka
persoalan
sekarang
rahasia umum jika makna negosiasi di sini adalah
sebuah produk perundangan yang pada praktiknya
Sudah menjadi rahasia umum pula jika kalangan
sangat membuka peluang Pemkab untuk menekan
birokrat pemerintahan jika berelasi dengan kaum
12
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No. 2, 2012
Kontestasi Elit dan Marginalisasi Penduduk Lokal di Lokasi Pertambangan Batubara Kutai Kartanegara
Nurhadi Yuwana, Heru Nugroho, Irwan Abdullah
bisnis menjadikan segenap produk hukum sebagai
implementasinya
komoditas untuk memperoleh keuntungan. Teks
memperoleh keuntungan penambangan batubara.
peraturan adalah memiliki kandungan kekuasaan,
kemudian
dilunakkan
untuk
Aktor lain adalah para investor baik asing maupun
yaitu ketentutan sah untuk memaksa para pihak
dalam negeri yang sejak lama berkepentingan
yang dikenai peraturan. Celah ini akan dimanfaatkan
mengeksplorasi batubara di Kalimantan. Para
oleh segenap birokrat yang memiliki kekuasaan
investor asing, umumnya datang dari RRC, Malaysia,
untuk menutup perusahaan atau ijin dicabut, atau
Jepang, dan Korea Selatan. Setidaknya hingga tahun
juga setidaknya tidak diperpanjang, jika melanggar
2010, pemerintah Kalimantan Timur telah memberi
aturan yang sejak awal sulit dipenuhi. Jadi posisi
izin kepada 33 perusahaan asing dan nasional
perusahaan berada dalam posisi dependen ketika
berskala besar mengeruk batubara. Pemerintah juga
berhadapan dengan para birokrat. Di balik teks
memberi 1.212 izin untuk Konsensi Pertambangan
Perda itulah, para birokrat memainkan kekuasaan
atau yang populer dengan singkatan KP bagi
dengan motif laba.
perusahaan tambang berskala kecil. Sepanjang
Tidak pernah menyadari bahwa teks Perda adalah
tahun
amanat
melalui
mengeluarkan 247 izin penambangan. Setahun
perdebatan di lembaga perwakilan rakyat. Jadi di
kemudian terdapat 687 izin KP yang dikeluarkan di
sini
demi
salah satu distrik di Kaltim. Mereka itu saling
kepentingan bisnis. Yang mendapat untung adalah
bersaing menguasai 22,1 persen luas Provinsi
para penguasa, dan bukan rakyat biasa yang
Kaltim. Pada tahun berikutnya izin tambang di
merupakan pemilik sah kekayaan alam. Ketika
Kaltim membengkak menjadi 1.271 pengelola yang
masih dalam proses pembuatan aturan, para
beroperasi di lahan seluas 4,4 juta hektar tambang.
penguasa
dengan
Izin seperti itu bertebaran di wilayah Kabupaten
menerapkan politik representasi, tetapi setelah
Kutai Kartanegara (Majalah Loka, 24 Agustus,2012).
menjadi produk resmi, dimanfaatkan menjadi
Di wilayah Kecamatan Samboja saja misalnya,
komoditas. Perda adalah sebuah teks yang syarat
terdapat beberapa perusahaan yang beroperasi
dengan muatan kekuasaan, dan sekaligus berpotensi
dengan kapasitas penuh. Antara lain adalah PT
menjadi sumber meraih keuntungan ekonomi.
Lembuswana Perkasa Kutai Kartanegara; PT Mitra
Karena itu Perda dalam konteks perebutan
Alam Persada Kaltim; PT Berkat Borneo Coal; PT
batubara, dengan mudah tergelincir pada proses
Internusa Samarinda; PT Energi Batu Hitam Muara
komodifikasi produk hukum. Dengan kewenangan
Lawa Kaltim; PT Cipta Anugerah Sakti; PT Bara
memberikan ijin, maka Pemkab akan dengan cerdik
Kumala Sakti Group Samarinda; dan masih banyak
memanfaatkannya untuk menekan perusahaan.
lagi yang lainnya. Sejumlah perusahaan itu satu
Tidak heran jika dalam proses membuat produk
sama lain berkontestasi dalam berbagai bentuk, dan
hukum memang sengaja membuat pasal yang keras
adakalanya mengalami gesekan kepentingan. Akan
dengan
tetapi yang lebih sering tarik-menarik kepentingan
rakyat,
mandat
karena
rakyat
prosesnya
diselewengkan
mengatasnamakan
memberi
sanksi
rakyat
berat,
tetapi
pada
2007-2008,
Pemprov
Kaltim
telah
adalah antara sejumlah perusahaan dengan segenap
13
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No. 2, 2012
Kontestasi Elit dan Marginalisasi Penduduk Lokal di Lokasi Pertambangan Batubara Kutai Kartanegara
Nurhadi Yuwana, Heru Nugroho, Irwan Abdullah
elemen masyarakat yang juga merupakan aktor
Sejumlah aktor lain pun kemudian bermunculan
kontestasi perebutan batubara. Dengan kata lain,
mengikuti pergeseran hubungan kultural menjadi
perusahaan batubara di Kukar terus bertarung dan
hubungan transaksional tersebut. Tiba-tiba saja
berhadapan dengan sejumlah elemen masyarakat
sejumlah organisasi massa, organisasi kepemudaan,
selama
dan
mereka
berproduksi.
Jadi
eksistensi
organisasi
adat
pun
bermunculan
perusahaan penambang batubara itu sendiri sejak
mengakumulasikan daya tawar lokal, yaitu klaim
awal merupakan eksistensi kontestatif. Ia di mana
pun, kapan pun, dan pada saat apa pun harus terus
warga asli dan jumlah anggota banyak . Sebagai
berkontestasi dengan sejumlah aktor lain yang ingin
(GEPAK) misalnya, ormas kepemudaan ini tiba-tiba
mengais rejeki penambangan batubara.
keberadaannya menjadi menguat ketika berelasi
Ketika
berhadapan
dengan
warga
ilustrasi, Gerakan Pemuda Asli Kalimantan Timur
dengan perusahaan penambangan. Di Samboja
misalnya,
terpampang
perusahaan harus siap dengan sejumlah tuntutan
ormas lain sehingga perusahaan penambang harus
Sebagai ilustrasi misalnya di Kecamatan Samboja
memperhitungkannya. Karena sudah dapat diduga,
Kukar, sehari-hari dilewati ribuan truk pengangkut
munculnya kekuatan dan keberadaan laten menjadi
batubara menuju ke pelabuhan. Dampaknya warga
manifes dari sejumlah ormas tersebut adalah
merasa terganggu kebisingan dan tebaran debu
kemunculan dalam rangka . Artinya, merupakan
yang berakibat pada kesehatan, sehingga masalah
usaha penguatan eksistensi untuk meningkatkan
ini menimbulkan konflik antara pihak perusahaan
daya
dengan warga masyarakat. Menariknya adalah
menggunakan
mekanisme
bukan
kultural
munculnya
transaksional.
masalah
yang
Bersamaan
terhadap
segenap
perusahaan
mendapatkan bagian rejeki batubara dalam bentuk
dengan
uang solusi . Daripada terus mendapat gangguan
dari sejumlah ormas, solusi paling mudah adalah
dengan
ditimbulkan
tawar
penambang batubara, yang pada akhirnya akan
lagi
mengedepankan musyawarah,tetapi berubah pada
hubungan
kantor
warga. Situasi itu juga dilakukan oleh sejumlah
dengan hilir-mudik truk dalam frekuensi tinggi.
ditawarkan
di
tidak ada kecuali bangunan kecil milik salah satu
di jalan menuju ke arah pelabuhan sangat padat
yang
besar
ada aktivitas organisasional, dan bahkan gedungnya
maraknya penambangan batubara denyut lalu-lintas
solusi
nama
sekretariat , yang meskipun kantor itu sendiri tidak
warga yang semuanya bersifat transaksional. Sejak
bahwa
papan
uang, dan inilah pergeseran cepat ke arah hubungan
oleh
serba transaksional.
perusahaan penambangan batubara, berkembang
peningkatan kesadaran ekonomi warga yang
Gangguan warga masyarakat sekitar pun sering
mengarah pada hubungan transaksional. Oleh
terjadi dan kontestasi pun semakin sengit. Sebagai
karena itu warga pun menjual masalah gangguan
ilustrasi, pada saat sedang proses pengangkutan,
yang ditimbulkan oleh perusahaan penambangan,
sering kali truk mendapat kecelakaan di sekitar
sehingga muncul istilah uang debu , uang bising ,
pemukiman
dan uang-uang yang lain.
warga.
Bentuknya
mulai
dari
menyerempet pejalan kaki, pengendara sepeda dan
sepeda motor, atau menyerempet hewan piaraan.
14
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No. 2, 2012
Kontestasi Elit dan Marginalisasi Penduduk Lokal di Lokasi Pertambangan Batubara Kutai Kartanegara
Nurhadi Yuwana, Heru Nugroho, Irwan Abdullah
Bahkan ada kalanya terjadi kecelakaan , dalam arti
sedangkan Rp 3.000 dibagikan ke warga melalui unit
kecelakaan artifisial yang dilakukan oleh warga
sosial RT. Tidak ada dasar hukum apa yang
dengan melempar sepeda motor ke kolong truk
digunakan oleh Koperasi Oasis tersebut untuk
pengangkut batubara yang sedang lewat. Kalau
mengutip jasa tersebut. Oleh karena itu jika dilihat
perlu sepeda motor yang tadinya rusak ringan, oleh
dari aspek hukum formal, maka tindakan koperasi
warga sengaja di remuk sendiri, agar mendapat
itu merupakan ilegal dan merupakan bentuk
ganti rugi sepeda motor baru. Jika sudah terjadi
pemalakan terorganisir.
kecelakaan, pihak perusahaan penambang harus
membayar ganti rugi yang besarnya ditentukan
2. Negara Lemah
secara sepihak oleh warga yang terorganisir. Ada
juga yang meminta ganti rugi atas makam yang
Dalam situasi kontestatif seperti itu, ironisnya
terkena lahan penambangan, dengan harga yang
negara tidak tampil cukup kuat dalam upaya
mahal.
makam
menyeselesaikan konflik-konflik yang terjadi antara
leluhurnya terkena penambangan batubara, minta
perusahaan penambangan batubara dengan warga.
ganti rugi 1 milyar per makam. Modus-modus
Konflik yang terjadi di kawasan jalan negara,
semacam itu sering terjadi, yang motif utamanya
seharusnya kepolisian tampil tegas menegakkan
adalah perolehan ganti rugi. Argumennya adalah
aturan
imajinasi para warga, bahwa penambang batubara
berhadapan dengan ormas dan warga, seringkali
adalah pengeruk kekayaan dan banyak uang dan
justru bukan polisi yang melerai tetapi ormas-ormas
cara semacam itu adalah cara yang paling mudah
tersebut dan di Kecamatan Samboja adal