Kontestasi Elite Dan Marginalisasi Penduduk Lokal Di Lokasi Pertambangan Batu Bara Kutai Kartanegara | Yuwana | Jurnal Pemikiran Sosiologi 23436 45951 2 PB

Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No.2 , November 2012

Kontestasi Elit dan Marginalisasi Penduduk Lokal
di Lokasi Pertambangan Batubara Kutai Kartanegara
Oleh
Nurhadi Yuwana, Heru Nugroho, Irwan Abdullah1

Abstrak
Konstitusi Indonesia menjelaskan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam dikuasai oleh negara dan sebesarbesarnya digunakan untuk kemakmuran rakyat. Akan tetapi kenyataannya berbeda, pengelolaan
kekayaan alam, khususnya barang tambang seperti mineral dan batubara tidaklah semudah yang
dibayangkan dalam konsep teoritis, banyak kepentingan di belakangnya. Alih-alih memikirkan
kepentingan rakyat, pemerintah justru membiarkan pengelolaan itu kepada investor asing. Kontestasi
politik terjadi tidak hanya antara negara dengan korporasi tapi juga dengan warga lokal. Artikel ini
mencoba menjelaskan fenomena kontestasi dan marginalisasi yang terjadi di Kutai Kartanegara,
Kalimantan Timur.
Kata Kunci : kontestasi, kapitalisme, marginalisasi

Abstract
Indonesian constitution explain that earth, water and natural resources are belongs to state and used for
the prosperity of Indonesian people. But the fact is different, the management of natural resources
especially mining such as mineral and coal is not as easy as what the theoretical concept told, lots of

interest behind that. Rather than thinking about people s prosperity, government let the foreign
corporations to controls the mining. Political contestation happens not just between state and
corporation but also the local people. This article wants to explain the phenomena of contestation and
marginalization that happened in Kutai Kartanegara, East Kalimantan.
Keywords: contestation, capitalism, marginalization.

A. Latar Belakang

intervensi negara dalam pengelolaan kekayaan
alam, tetapi harus untuk kepentingan rakyat. Oleh

Konstitusi mengamanatkan bahwa bumi, air, dan

karena itu setiap kebijakan pemerintah yang

kekayaan alam dikuasai oleh negara dan sebesar-

berkaitan dengan kekayaan alam harus bersifat

besarnya digunakan untuk kemakmuran rakyat.


populis dengan tekanan pada distribusi hasil

Amanat konstitusi itu sesuai dengan prinsip

tambang bagi pemegang kedaulatan, yaitu rakyat.

sosialisme demokrasi yang membuka peluang bagi

Akan
1

tetapi

pada

Nurhadi Yuwana adalah mahasiswa S3 di Kajian Budaya dan Media, Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah
Mada. Heru Nugroho adalah Guru Besar Sosiologi Fisipol Universitas Gadjah Mada. Ketua Prodi Pascasarjana Kajian
Budaya dan Media UGM serta Ketua Jurusan Sosiologi, Fisipol UGM. Irwan Abdullah adalah Guru Besar Antropologi
Fakultas Ilmu Budaya, UGM. Pengajar pada Jurusan Antropologi, UGM


1

Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No. 2, 2012
Kontestasi Elit dan Marginalisasi Penduduk Lokal di Lokasi Pertambangan Batubara Kutai Kartanegara
Nurhadi Yuwana, Heru Nugroho, Irwan Abdullah

kenyataannya,pengelolaankekayaan

alam,

Kehadiran pihak ekternal, yaitu kaum kapitalisme

khususnya barang tambang seperti mineral dan

global mau tidak mau harus berurusan dengan

batubara tidaklah semudah yang dibayangkan,

negara yang memegang kewenangan pengelolaan


karena

sumber daya alam. Oleh karena itu negara melalui

banyak

ke-

pentingan

bermain

di

belakangnya. Alih- alih memikirkan kepentingan

pemerintah

rakyat, pemerintah justru membiarkan pengelolaan


pengelolaan sumber daya alam ini demi sebesar-

itu kepada investor asing dengan pertimbangan

besarnya untuk kepentingan rakyat banyak. Akan

lebih

tetapi

cepat

menambah

penerimaan

negara.

mengatur


dalam

praksis

pemanfaatan

tidak

dan

semudah

yang

Akibatnya dalam banyak kasus, justru di daerah di

diformulasikan seperti yang tercantum dalam

mana memiliki potensi pertambangan yang besar,


berbagai peraturan legalistik. Di samping itu,

tetapi rakyat di sekitarnya tetap saja miskin. Lebih

sejumlah produk perundangan, prosesnya juga

jauh lagi, ketika pengelolaan diserahkan pada pihak

diwarnai oleh hubungan yang dominatif, karena

asing, maka meskipun eksploitasi sumber daya alam

bagaimanapun peraturan adalah produk politik

meningkat pesat namun tetap diikuti pertumbuhan

sehingga

manufaktur yang rendah


kelahirannya. Sebagai ilustrasi misalnya, ketika

sejumlah

menyadari potensi kekayaan sumber daya alam di

karena

Melimpahnya kekayaan sumber daya alam juga

konteks

politik

dalam

yang

nuansanya


sangat

kekuatan

kapitalisme

global,

prosesnya

memang

mendapat

Serikat. PP No 20/1994 tentang penananman modal

sumber konflik baik secara internal maupun

asing, isinya mempersilahkan investor asing dengan


eksternal. Dimanapun kekayaan sumber daya alam

leluasa mengeksplorasi dan bahkan mengeksploitasi

di muka bumi ini akan menjadi pusat perhatian dan

sektor pertambangan. Demikian pula pada era

mengundang para kapitalisme global. Bahkan

reformasi,

kepentingan untuk mengeksplorasi sumber-sumber

seperti

UU

No


25/2007

tentang

Penanaman Modal yang menggelar karpet merah

kekayaan alam inilah yang terbukti menjadi faktor
politik

dari

tekanan dari kekuatan Barat, terutama Amerika

sekaligus menyadarkan bahwa akan menjadi

ekonomi,

regulasi

menguntungkan

Indonesia, terutama dari sektor pertambangan.

dinamika

lepas

rezim Orde Baru berkuasa maka melahirkan

Pemerintah sendiri sebenarnya sejak dulu telah

determinan

tidak

buat investasi asing karena tidak lagi pembedaan

dan

dengan investasi dalam negeri, bagaikan komprador

pertahanan. Berbagai perang yang melibatkan

asing yang kian membabat nasionalisme ekonomi

secara masif dari berbagai bangsa di dunia selama

yang sebenarnya ditopang dalam UUD 1945.

ini, juga tidak lepas dari perebutan sumber daya
alam. Konflik internasional kontemporer, terutama

Khusus dalam peraturan sektor Mineral dan

juga dipicu oleh perebutan energi minyak sehingga

Batubara, telah diundangkan UU No 4/2009 yang

kawasan Timur Tengah misalnya, akan senantiasa

mengamanatkan agar pengelolaan pertambangan

terus menjadi daerah konflik yang berkepanjangan

Mineral dan Batubara harus berasaskan manfaat,

seiring dengan tingginya nilai energi minyak.

keadilan, dan keseimbangan serta berpihak pada
kepentingan bangsa. Paling tidak ada enam isu
2

Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No. 2, 2012
Kontestasi Elit dan Marginalisasi Penduduk Lokal di Lokasi Pertambangan Batubara Kutai Kartanegara
Nurhadi Yuwana, Heru Nugroho, Irwan Abdullah

strategis harus dipatuhi: luas wilayah kerja

penerimaan bukan pajak. Penerimaan negara bukan

pertambangan, perpanjangan kontrak, penerimaan

pajak (PNBP) terkait dengan pertambangan selama

negras, kewajiban divestasi, kewajiban pengolahan

ini menunjukkan kecenderungan meningkat. PNBP

dan perhunian, kewajiban penggunaan barang dan

dari migas meningkat sekitar 15 persen per tahun

jasa dalam negeri. Akan tetapi pada kenyataannya

selama

dalam praktik banyak kejadian yang menyimpang

pertumbuhan

dari amanat undang-undang tersebut.

termasuk batubara, meningkat rata-rata 41,5 persen
per

Dalam kasus tambang batubara juga tidak jauh

tersebut

perizinan tambangnya yang sangat mudah didapat

barang

pemerintah pusat. Akibatnya eksportir batubara

Investasi

asing

diikuti

oleh

peningkatan

tambang

terbilang

baik

dan

bisa

sengsara. Belum lagi kerugian sosial budaya yang
ditimbulkannya. Pada kenyataannya kehadiran para
penambang batubara oleh perusahaan swasta

mengundang investor asing itu berbagai mineral,

menimbulkan dampak sosial budaya yang sangat

batubara, hingga minyak dan gas di perut bumi

serius. Hilangnya modal sosial seperti nilai gotong

negeri ini dikeruk serta sebagian besar dijual ke luar

royong, solidaritas, toleransi, dan kebersamaan di

negeri. Batubara misalnya, hanya 23 persen

masyarakat sekitar pertambangan adalah sederet

produksinya dikonsumsi domestik. Semua itu

persoalan sosial budaya yang disebabkan oleh

dilakukan karena pemerintah ingin mendapatkan

ekploitasi tambang batubara.

pemasukan negara secara lebih mudah dan cepat.
sektor

tidak

batubara, tetapi rakyat pada umumnya masih

185 persen pertahun. Melalui kebijakan yang

dengan

meningkatnya

investor sangat menikmati hasil penambangan

terus

penanaman modal asing yang meningkat rata-rata

dibandingkan

semakin

sektor

di Kalimantan Timur misalnya, para elit politik dan

meningkat sebagaimana ditunjukan pada realisasi

Memang,

maraknya

lingkungan masih jauh dari harapan. Berbagai kasus

diserahkan pada pihak swasta atau investor,
asing.

dan

tetapi,

pertambangan,

perbaikan kesejahteraan rakyat dan kelestarian

tidak

dilakukan oleh pemerintah, tetapi lebih banyak

pihak

sektor

itu,

bagi hasil yang berkeadilan, manfaatnya bagi

investor asing menjamur karena kemudahan

terutama

PNBP

Akan

Sementara

meningkatkan penerimaan negara, soal perhitungan

menjadi raja-raja baru yang sangat kaya raya, dan

batubara

2010.

kesejahteraan rakyat. Meskipun prestasi ekspor

dari pemimpin daerah tanpa kontrol memadai dari

pengelolaan

hingga

pendapatan negara atas eksploitasi barang tambang

miliar ton, tetapi anehnya membebaskan ekspor dan

Jadi

tahun.

pertambangan

berbeda, Indonesia memiliki cadangan sekitar 28

perizinan.

2005

lain,

Demikian pula yang terjadi di wilayah Kalimantan

pemasukan devisa dari ekspor mineral, batubara,

Timur yang merupakan wilayah dengan kandungan

dan migas adalah paling besar. Seperempat hingga

batubara terbesar di Indo pula dengan sebutan emas

sepertiga total penerimaan negara berasal dari

hitam

usaha pertambangan. Aliran uang ke kas negara dari

Berbagai investor berdatangan ke wilayah ini baik

kegiatan pertambangan secara umum bisa melalui

dari dalam maupun luar negeri untuk mengeruk

dua pos, yakni pos penerimaan pajak dan pos

keuntungan
3

ini

berlangsung

secara

sebesar-besarnya

besar-besaran.

dari

tambang

Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No. 2, 2012
Kontestasi Elit dan Marginalisasi Penduduk Lokal di Lokasi Pertambangan Batubara Kutai Kartanegara
Nurhadi Yuwana, Heru Nugroho, Irwan Abdullah

batubara. Didukung oleh kebijakan pemerintah

Kapasitas produksi dari perusahaan batubara

daerah, eksploitasi emas hitam semakin menjadi-

tersebut mencapai 3.158 990 355 ton. Dari sejumlah

jadi, sehingga menimbulkan kerusakan ekologi

perusahaan tersebut, sekitar 60 persen merupakan

cukup signifikan. Maraknya penambangan batubara

perusahaan

dapat

kapitalisme global.

dilihat

dari

banyaknya

kapal-kapal

pengangkut batubara atau yang populer disebut
tongkang.

Berdasarkan

hasil

pengamatan

asing

sehingga

terkait

dengan

Kabupaten Kukar benar-benar menjadi tempat

di

hunian dan sekaligus arena pertarungan para aktor

lapangan, setiap hari lebih dari 10 kapal tongkang

yang memburu

lalulalang di sungai Mahakam mengangkut batubara

emas hitam . Atmosfir kota

Tenggarong pada khususnya, dan Kalimantan Timur

untuk diekspor. Satu kapal tongkang berkapasitas

pada umumnya penuh dengan wacana di seputar isu

rata-rata 8 ribu ton batubara, dengan nilai antara 6-

batubara. Barang milik alam ini telah menjadi teks

9 milyar rupiah. Jika pada dekade tujuhpuluhan

dan praktik kebudayaan yang sarat dengan nuansa

hingga sembilanpuluhan, sungai Mahakam ramai

politik. Batubara tidak lagi bermakna sebagai benda

dengan kapal-kapal yang mengangkut kayu dari

mati yang berfungsi sebagai salah satu sumber

hutan tropis Kalimantan, sekarang lebih banyak

energi, tetapi telah berfungsi menjadi penentu

didominasi komoditas barang tambang, khususnya

dalam memaknai hidup. Dengan batubara warga

batubara. Memang masih ada perdangangan kayu,

Kutai Kartanegara mengkonstruksi identitasnya

tetapi volumenya jauh menurun dibandingkan era

secara dinamik yang termanifestasi pada gaya

Orde Baru. Sekarang berganti batubara yang

hidupnya sehari-hari.

menjadi komoditas strategis dan menjadi faktor
determinan

terhadap

denyut

Akan tetapi tidak jauh berbeda dengan daerah lain,

perekonomian

maraknya pertambangan batubara di Kaltim tidak

Kalimantan Timur. Dengan deposit sekitar 8 milyar

berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan

ton batubara, maka tidak mengherankan jika daerah

penduduk setempat. Penduduk di sekitar lokasi

ini sekarang bergantung pada komoditas batubara.

pertambangan kurang menikmati hasil emas hitam

Oleh karena itu batubara berada dalam posisi

tersebut, hasilnya lebih banyak dinikmati oleh para

sentral dan menentukan terhadap berbagai sektor

investor dan jajaran pejabat daerah. Bahkan

lainnya, terutama sektor perdagangan dan industri.

masyarakat di sekitar pertambangan semakin
Kaum kapitalis di Kutai Kertanegara telah memiliki

termarginalisasikan baik secara sosial maupun

perusahaan yang bergerak dalam pertambangan

kultural. Semangat kebersamaan yangnesia. Dalam

batubara antara lain CV Arya Duta, CV Benua Bara

duabelas tahun terakhir eksploitasi batubara atau

Lestari, CV Binamitra Sumberarta, CV Firman

yang dikenal dahulu menjadi modal sosial bagi

Bersaudara, Gerbang Petani Mandiri, Kaltim Batu

tatanan kehidupan warga secara harmonis, kini

Manunggal, Komunitas Bangun Bersama, Mery Jaya,

semakin memudar karena terkikis oleh arus

Perdana Maju Utama, Permata Hitam Indah, Rindu

kapitalisasi yang kian deras. Oleh karena itu studi ini

Alam, Sejahtera, Tahta Pokmas, Tunas Jaya, Mega

akan melihat bagaimana kondisi warga di seputar

Prima Persada, dan PT Bukit Berdiri Enterprice.

lokasi pertambangan dari perspektif kajian budaya.
4

Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No. 2, 2012
Kontestasi Elit dan Marginalisasi Penduduk Lokal di Lokasi Pertambangan Batubara Kutai Kartanegara
Nurhadi Yuwana, Heru Nugroho, Irwan Abdullah

Sejumlah pertanyaan diajukan dalam studi ini

(Young Rae Kim dkk., 2002). Suatu proses

antara lain: siapa aktor dalam berebut batubara dan

meningkatnya

bagaimana proses tarik-menarik kepentingannya?;

sehingga satu peristiwa terjadi di wilayah tertentu

bagaimana ideologi kapitalis global beroperasi

semakin lama akan kian berpengaruh terhadap

dalam struktur kesadaran lokal dan menghancurkan

manusia dan masyarakat yang hidup di bagian lain

nilai lokal?; dan bagaimana perlawanan warga di

di muka bumi (Baylis dan Smith, 1997).

seputar lokasi pertambangan terhadap maraknya

keterkaitan

antar

masyarakat

Sebuah teori globalisasi yang banyak dibicarakan

pertambangan batubara?

dalam forum akademik secara meluas, antara lain
teori sistem-dunia dari Immanuel Wallerstein. Teori
ini merupakan teori tentang sejarah, dan sejarah

B. Kajian Teoretik.

yang diteorisasikannya adalah sejarah kapitalisme
Sebagai

usaha

untuk

menjelaskan

berbagai

global. Karya besar Wallerstein terdiri dari tiga

fenomena di seputar marginalisasi warga di sekitar

volume berjudul The Modern World System diawali

lokasi pertambangan maka peneliti menggunakan

abad awal keenambelas yang panjang, periode lepas

teori globalisasi neo-Marxian dan teori modernisasi

landas ekonomi dunia kapitalis. Inti dari sistem

mulai dari Wallerstein hingga Anthony Giddens.

dunia pada periode awal kapitalis yang terjadi di

Sementara itu tidak menutup kemungkinan akan

Prancis dan sekitarnya yang membentang di tepian

menggunakan teori lain yang dipandang relevan

sungai Rhine, Inggris, dan juga kota-kota Italia utara

dengan isu marginalisasi penduduk lokal.

berubah ke arah industri manufaktur sambil terus
mengandalkan pada daerah-daerah periferi untuk
mendapatkan produk-produk pertanian dan bahan-

1. Teori Globalisasi

bahan baku lainnya. Didukung oleh kekuatan dan
Holm dan Sorensen memahami globalisasi sebagai

kekuasaan negara-negara yang semakin mapan,

semakin meningkatnya intensitas hubungan lintas

kelas- kelas kapitalis di pusat (center) membentuk

batas negara baik dalam bidang ekonomi, politik,

suatu siklus superioritas ekonomi dan militer yang

sosial, dan budaya (Holton, 1998). Wallerstein

saling mendukung. Industrialisasi negara-negara

memandang globalisasi tidak lebih dari wujud

inti pada abad kedelapan belas dan abad kesembilan

kejayaan ekonomi kapitalis dunia yang diterapkan

belas meningkatkan keunggulan relatif negara-

oleh logika akumulasi kapital (Holton, 1998). Jin-

negara pusat itu, yang melahirkan satu fase

Young Chung mendefinisikan globalisasi sebagai

kolonisasi intensif dalam sejarah dunia yang

terintegrasinya dunia melalui peningkatan arus

tampaknya membawa seluruh bumi ini ke dalam

kapital, hasil-hasil produksi, jasa, ide, dan manusia

ekonomi dunia kapitalis dibawah kepemimpinan

yang lintas batas negara. Proses ini merupakan hasil
dari

perkembangan

komunikasi

yang

teknologi

informasi

revolusioner,

imperium-imperium

dan

yang

kekuasaannya

membentang hingga ke berbagai belahan bumi dan

liberalisasi

berpusat di tangan keuatan-kekuatan inti yang

perdagangan, dan keuangan di negara- negara besar

saling bersaing (Boli dan Lechner, 2009: 558).
5

Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No. 2, 2012
Kontestasi Elit dan Marginalisasi Penduduk Lokal di Lokasi Pertambangan Batubara Kutai Kartanegara
Nurhadi Yuwana, Heru Nugroho, Irwan Abdullah

Jadi, dalam pegertian yang lebih abstrak, teori

meningkatkan akumulasi kapital di negara-negara

sistem-dunia memahami ekonomi dunia ini sebagai

inti, tetapi menghambatnya di periferi sehingga

terdiri dari tiga zona: inti (core), periferi, dan semi-

melanggengkan struktur sistem dunia yang paling

periferi. Inti adalah zona yang memimpin, yang

mendasar.

bercirikan pasar-pasar yang relatif bebas untuk

ketidaksetaraan yang sangat menganakemaskan

memperdagangkan tenaga kerja, tanah, dan kapital;

negara inti dan menganaktirikan yang bukan inti,

teknologi maju, tenaga kerja terampil dan dengan

menguntungkan pemilik kapital dan merugikan

demikian, produktivitas tenaga kerja yang tinggi;

buruh,

kapital dalam jumlah yang besar dan akumulasi

menganaktirikan kelas menengah dan kelas bawah.

kapital berlangsung terus-menerus; keunggulan-

Ketidaksetaraan atau ketidakadilan tidak terlalu

keunggulan yang mengikutinya dalam bentuk

parah di negara-negara inti di mana buruh

sumber-sumber daya dan kekuatan koersif yang

terorganisir dengan baik (seperti di negarta-negara

memungkinkannya mendominasi ekonomi dunia.

kesejahteraan di Eropa Barat dan Utara) tetapi

Periferi, sangat tunduk kepada dan dieksploitasi

sangat parah di tempat-tempat lain. Negara-negara

oleh negara-negara inti, pada awalnya bercirikan

tertentu boleh saja berdiri, berjaya, atau runtuh,

bentuk-bentuk tenaga kerja paksa (penghambatan,

tetapi struktur stratifikasi pasar umumnya tetap

perbudakan, status kontrak, dan semacamnya),

kukuh, dan tendensi inheren ekonomi dunia

pasar-pasar tanah dan kapital yang serba terbatas,

kapitalis adalah meningkatkan ketidakadilan.

Munculah

ketidakadilan

menganakemaskan-elit

nasional

atau

dan

rendahnya tingkat teknologi dan keterampilan
buruh, rendahnya produktivitas dan terbatasnya
2 . Globalisasi dan Teknokapitalisme

akumulasi kapital. Negara-negara semi-periferi
menduduki satu zona

antara

dengan tingkat

Menurut Anthony Giddens, globalisasi sebagai

perkembangan yang sedang, dieksploitasi oleh

sebuah proses sosial yang ditandai dengan semakin

negara-negara inti atau pusat tetapi mengeksploitasi

intensifnya hubungan sosial yang mengglobal.

bagian-bagian tertentu wilayah periferi. Dengan

Kehidupan sosial di satu wilayah akan berpengaruh

demikian semi- periferi memediasi ketegangan-

pada kehiduapan manusia di wilayah lain, dan

ketegangan antara inti dan periferi, berkonstribusi

begitu sebaliknya. Jika sepakat dengan Anthony

bagi stabilitas keseluruhan sistem dunia sekaligus

Giddens ketika ia bicara dalam bukunya Modernity

merupakan satu ancaman tersendiri bagi negara-

and Self Identity (1991), modernitas melakukan

negara inti.

detradisionalisasi yang diciptakan oleh globalisasi.
Mengikuti pandangan Giddens, modernitas adalah

Mengingat teori ini berlandaskan pada analisis

sebuah gerakan perubahan di segala bidang yang

Marxian dan penekannya pada ekonomi, teori

pada intinya mengklaim perlunya efisiensi dan serba

sistem-dunia mengedepankan dua isu yang saling

praktis atas nama peningkatan kualtias hidup

berkaitan: eksploitasi dan ketidaksetaraan. Inti

manusia yang menggunakan logika positivistik.

mengeksploitasi yang bukan negara inti, kapital
mengeksploitasi

tenaga

buruh.

Dalam

Eksploitasi
6

pandangan

positivistik,

perkembangan

Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No. 2, 2012
Kontestasi Elit dan Marginalisasi Penduduk Lokal di Lokasi Pertambangan Batubara Kutai Kartanegara
Nurhadi Yuwana, Heru Nugroho, Irwan Abdullah

masyarakat bergerak secara linier, dimulai dari

yang tumbuh dari bawah. Yang kedua ini adalah

masyarakat primitif, tradisional, dan modern.

akibat dari kontestasi dan rekonfigurasi hal-hal yang

Konsekuensi atas obsesi berkembang menjadi

diterapkan pada tingkat masyarakat yang lebih

masyarakat modern, maka asumsi utamanya adalah

rendah. Demokrasi bisa berasal dari bawah, dan

bahwa primitivitas dan tradisionalisme adalah

pada taraf global hal ini bertentangan dengan

penghambat masyarakat modern. Karena itu jika

kekuatan otoriter dari atas (Kellner, 2002, dalam

pilihannya menjadi masyarakat moderen, maka

Ritzer, 2004: 636).

harus diikuti oleh detradisionalisasi.

Sementara itu Ulrich Beck membedakan tiga konsep

Menurut Anthony Giddens, globalisasi sebagai

utama, yaitu globalisme, globalitas, dan globalisasi.

sebuah proses sosial ditandai dengan semakin

Globalisme adalah pandangan bahwa dunia ini

intensifnya hubungan sosial yang mengglobal.

didominasi oleh ekonomi dan bahwa kita tengah

Kehidupan sosial di satu wilayah akan berpengaruh

menyaksikan munculnya hegemoni pasar dunia

pada kehidupan manusia di wilayah lain. Pada

kapitalis

kenyataannya, yang mengalami globalisasi adalah

mendukungnnya. Bagi Beck, hal itu melibatkan

nilai-nilai modernitas yang berekspansi ke wilayah-

pemikiran

wilayah tradisional, terutama ke daerah pedesaan

Multidimensionalitas perkembangan global seperti

dan pinggiran. Oleh karena itu modernitas sebagai

ekologi, politik, kebudayaan, dan masyarakat sipil

sebuah gerakan yang mengglobal terus melakukan

secara tidak tepat direduksi menjadi satu dimensi

tekanan pada tradisionalisme.

ekonomi tunggal. Kendati mengkritik globalisme,

Sementara

itu,

Douglas

Kellner

kunci

untuk

produk

revolusi

yang berdaulat dikotak-kotakan dan digerogoti oleh
aktor-aktor transnasional dengan beragam prospek

restrukturisasi global atas kapitalisme. Namun,

kekuasaan, orientasi, identitas, dan jaringan. Proses

perubahan itu terkait erat dengan faktor-faktor

transnasional itu bukan hanya bersifat ekonomis,

politik dan sosial, karena itu ia menganjurkan agar

tetapi

melihat globalisasi dari perspektif dialektik antara
ekonomi,politik,

dan

Perspektif

dialektik juga menjelaskan bahwa

linier.

globalisasi, atau proses ketika negara-negara bangsa

dan

teknologi,

dan

semakin menjadi ilusi. Mereka menjadi ilusi karena

memahami

teknologi

kausal

yang

khususnya yang diasosiasikan dengan bangsa,

globalisasi adalah dengan meneorikannya sekaligus
sebagai

mono

neoliberal

gagasan globalitas, di mana ruang-ruang tertutup,

dilihatnya dari perspektif kritis dan neo-Marxian. Ia
bahwa

ideologi

Beck melihat adanya sejumlah nilai lebih dalam

mempunyai

perhatian terhadap fenomena globalisasi yang

berargumen

dan

juga

melibatkan

masalah

ekologi,

kebudayaan, batas-batas negara, dan masyarakat

kebudayaan.

sipil. Proses transnasional itu melewati batas-batas
bangsa, mendorongnya untuk terus meluber,

terdapat ciri-ciri progresif dan emansipatoris

kalaupun tidak menjadi sesuatu yang tak relevan.

globalisasi dan bahwa orang harus berbicara

Globalitas berarti bahwa mulai dari sekarang, tidak

tentang keduanya. Faktor pemisah utama, sekali lagi

ada lagi kejadian-kejadian di atas planet bumi ini

dengan perspektif dialektik adalah perbedaan
antara globalisasi yang dipaksakan dari atas dengan
7

Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No. 2, 2012
Kontestasi Elit dan Marginalisasi Penduduk Lokal di Lokasi Pertambangan Batubara Kutai Kartanegara
Nurhadi Yuwana, Heru Nugroho, Irwan Abdullah

yang akan jadi kejadian lokal semata (Beck, 2000:

bagi pertemuan semacam itu. Selanjutnya Giddens

11).

(1984) menggunakan konsep Goffman (1969)
tentang wilayah
mengilustrasikan

depan
suatu

dan

belakang

divergensi

untuk

mendasar

aktivitas sosial-spasial. Ruang depan adalah tempat
di mana kita memasukkan ke dalam pertunjukkan
di atas panggung publik segala aktivitas yang

3. Teori Ruang

dibuat-buat, formal dan dapat diterima secara sosial.
Sejak era 1970-an, telah muncul banyak minat

Wilayah belakang adalah ruang di mana kita berada

dalam teori sosial dan teori kultural sehubungan

di belakang layar , menyiapkan pertunjukkan bagi

dengan persoalan ruang dan tempat. Sebelumnya,

publik atau tempat dimana kita bisa santai atau

teori modern lebih tertarik kepada waktu, dengan

tampil dengan perilaku dan tuturan tidak terlalu

melihatnya sebagai lapangan dinamis perubahan

formal. Pembagian ruang secara sosial ke dalam

sosial, sedangkan tempat dipandang sebagai sesuatu

kawasan depan dan belakang atau ke dalam

yang mati, mapan dan tidak bergerak, yang dilalui

pemakaian dapur, kamar tidur dan parlour secara

oleh gerak sejarah. Sebagaimana kata Foucault,

benar tentu saja bersifat kultural. Kebudayaan yang

seluruh sejarah tetap tertulis ke dalam ruang-ruang

berbeda mendesain rumah dengan cara yang

yang pada saat yang sama akan menjadi sejarah

berbeda, mengalokasikan pertentangan makna atau

kekuasaan, keduanya bersifat plural-mulai dari

cara berperilaku yang sesuai. Dalam konteks dengan

strategi-strategi besar geopolitik sampai taktik

masalah studi ini, teori ruang yang juga sering

sederhana suatu habitat (Foucault, dikutip oleh Soja,

dipakai dalam tradisi Cultural Studies, adalah yang

1995b:14, dalam Barker, 2000: 307). Sebagaimana

berkaitan

dikatakan Giddens (1984), pemahaman tentang

dengan

ruang

perkotaan.

Dengan

mengambil lokasi di kota Tenggarong yang

bagaimana aktivitas manusia didistribusikan dalam

digerakan oleh komoditas batubara, maka akan

ruang adalah satu hal mendasar dalam analisis

dilihat bagaimana ruang perkotaan menjadi arena

kehidupan sosial. interaksi manusia terjadi pada

dan tempat bagi kontestasi diantara para aktor yang

ruang tertentu yang mengandung berbagai makna

terlibat dalam berebut emas hitam atau batubara.

sosial. Sebagai contoh, rumah dibagi kedalam

Oleh karena itu akan digunakan karya Harvey (1973,

ruang-ruang hunian-ruang depan, dapur, ruang

1985) dan Castells (1977, 1983) yang menekankan

makan, kamar tidur, dll yang

kepada strukturasi dan restrukturisasi ruang

digunakan dengan berbagai cara dan tempat di

sebagai suatu lingkungan yang diciptakan melalui

mana kita melakukan berbagai aktivitas dengan

perluasan

makna sosial yang berbeda. Menurut argumen ini,

berpendapat bahwa geografi kota bukan merupakan

kamar tidur adalah ruang intim di mana kita jarang

akibat dari kekuatan alamiah melainkan kekuasaan

mengundang orang asing, sementara ruang depan

kapitalisme

atau parlour dipandang sebagai tempat yang cocok

kapitalisme

dalam

industri.

menciptakan

Mereka

pasar

dan

mengendalikan tenaga kerja. Komodifikasi dan
8

Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No. 2, 2012
Kontestasi Elit dan Marginalisasi Penduduk Lokal di Lokasi Pertambangan Batubara Kutai Kartanegara
Nurhadi Yuwana, Heru Nugroho, Irwan Abdullah

pencarian pasar baru yang didorong oleh korporasi

reorganisasi

kapitalis menjadikan mereka sensitif terhadap

restrukturisasi kapitalisme pada skala global,

pertanyaan tentang lokasi keuntungan relatif yang

mengilustrasikan

mereka peroleh. Upah kerja yang lebih rendah,

perkotaan tengah berada di atas jalan panjang

unionisasi yang lebih lemah dan konsesi pajak

ketergantungan dan eksploitasi yang membangun

mengarahkan perusahaan untuk lebih memilih

kapitalisme di seluruh penjuru dunia (Barker,

tempat-tempat tertentu ketimbang tempat lain

2000:316). Dengan penjelasan Harvey dan Castells

sebagai

dan

tersebut kota Tenggarong tumbuh pesat karena

pembangunan. Mirip dengan itu, kebutuhan untuk

kehadiran kaum kapitalis yang mengekplorasi dan

menemukan bentuk investasi alternatif, dan kondisi

mengeksploitasi sumber daya alam, khususnya

khas pasar dan intervensi negara, membantu

batubara. Para kapitalis mencari wilayah baru dan

sejumlah sektor ekonomi (dan beberapa tempat)

memperluas

untuk mendapatkan preferensi (Barker, 2000:316).

diversifikasi usaha, setelah menjadikan bisnis

lokasi

perkebunan,

pasar

kota

adalah

bahwa

usahanya

suatu

aspek

tempat

dengan

dari

kehidupan

melakukan

batubara sebagai bisnis utama. Para pemburu

Bagi Harvey, negara telah memainkan peran utama

batubara ini kemudian meramaikan dan bahkan

dalam reproduksi kapitalisme dan pembentukan

menjadi faktor penentu bagi berbagai sektor di

lingkungan perkotaan. Sebagai contoh, ekspansi

Tenggarong.

pasca perang warga suburban adalah akibat dari,

Berkelindan

dengan

kekuatan

birokrasi dan politik lokal, maka perburuan

paling tidak sebagian, pembebasan pajak yang

batubara menjadikan Tenggarong benar-benar

diberikan kepada pemilik rumah dan perusahaan

menjadi

konstruksi, dijalankannya pengaturan pinjaman

arena

kepentingan.

oleh bank/asosiasi pengembang, dan beroperasinya

pertarungan

Praktik

dari

kebudayaan

berbagai
kota

pun

mengalami dinamika luar biasa, dan tentu saja

transportasi, telekomunikasi dan infrastruktur

dalam pertarungan itu ada pihak yang dominan dan

kesejahteraan yang diperlukan agar kawasan

ada yang terpinggirkan.

suburban bisa berkembang. Bagi Castells, rumah,
sekolah, jasa transportasi, fasilitas hiburan dan
pembagian kesejahteraan adalah suatu aspek dari

4. Teori Marginalitas

konsumsi kolektif yang melekat dalam kapitalisme

Sementara

dan penciptaan suatu lingkungan perkotaan yang

itu

untuk

menjelaskan

fenomena

marginalitas penduduk lokal dalam kaitannya

kondusif bagi bisnis.

dengan globalisasi sebagai sebuah gerakan, bisa
Kota dikatakan sebagai tempat perjuangan kelas

meminjam penjelasan dari teori ketergantungan.

yang ditimbulkan oleh kapitalisme dan ditandai oleh

Dalam konteks global, hubungan pusat dan

perseteruan atas kontrol ruang dan distribusi

pinggiran ada yang mencoba mengkaji dari teori

sumber daya. Ini meliputi konflik atas pemotongan

ketergantungan.

pengeluaran untuk kesejahteraan selama masa

Gunther

Frank

(1957)

mengenalkan teori ketergantungan pada tahun

restrukturisasi kapitalisme pada tahun 1980-an dan

1967 dengan memanfaatkan tesis Paul Baran yang

1990-an. Memang, bagi Harvey dan Castells,
9

Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No. 2, 2012
Kontestasi Elit dan Marginalisasi Penduduk Lokal di Lokasi Pertambangan Batubara Kutai Kartanegara
Nurhadi Yuwana, Heru Nugroho, Irwan Abdullah

menyatakan bahwa eksploitasi Dunia Ketiga tidak

kekuasaan. Penggunaan gagasan marjinalitas paling

hanya makin meluas setelah berakhirnya era

kontemporer

kolonial, tetapi juga menjadi makin

menggabungkan

Keterbelakangan

baru

kekuatan

untuk

dominasi

dengan spasial dengan membangun metafora

penghisapan ekonomi dari daerah tertinggal oleh

menjadi marjinal terkadang lebih dipilih untuk

metropolitan

akibat

gagasan

ide

dari

kapitalisme

merupakan

efektif.

melahirkan

yang

maju.

Frank

memiliki lebih sedikit daya dan menjadi agak jauh
dari pusat kekuasaan .

memberikan frase menarik untuk proses ini dengan
istilah

pembangunan

keterbelakangan .

Menurutnya, pembangunan dan keterbelakangan
C. Metode Penelitian

bukan hanya relatif dan kuantitatif, tetapi juga
relasional dan kualitatif karena berbeda secara

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan

struktural. Mekanisme kapitalis yang sama akan

dengan

menghasilkan perkembangan atau kemajuan di

observasi langsung ke lokasi yang menjadi subyek

pusat dan keterbelakangan di pinggiran (Frank,

utama penelitian, yaitu masyarakat lokal di seputar

1957). Konsep marjinal dalam konteks ini merujuk

pertambangan Batubara Kutai Kartanegara. Dalam

ke individu atau kelompok yang terisolasi atau

usaha mengembangkan teori berdasarkan data

tidak sesuai dengan masyarakat atau budaya yang

lapangan,

dominan dan dianggap sebagai pinggiran dalam

dilakukan. Studi lapangan ini terutama digunakan

masyarakat atau unit sosial, termasuk kelompok

untuk mengidentifikasi situasi dan kondisi obyektif

minoritas dengan implikasi yang merugikan. Di sisi

dinamika masyarakat lokal di seputar lokasi

lain, marjinal dari sudut pandang administrasi

pertambangan.

dianggap penting karena di luar arus utama yang

Disamping itu penelitian ini juga merupakan studi

dekat dengan kekuasaan dan pusat kendali

dokumentasi sehingga membimbing penelitian ini

dibutuhkan dukungan kekuatan yang merujuk pada

pada pengumpulan data sekunder berupa dokumen-

daerah pinggiran atau perbatasan.

dokumen dari segenap teks, yang berkaitan dengan

Dalam beberapa dekade terakhir, kelompok politik

proses marginalisasi penduduk lokal di sekitar

kehilangan

mengekspresikan

pertambangan Batubara. Dengan kata lain, studi ini

perasaan mereka tentang tempat mereka dalam

merupakan perpaduan antara kerja lapangan (field

demokrasi,

global.

work) dan kerja pustaka dengan penggalian data

Beberapa individu dan kelompok menggunakan ide

skunder melalui pelacakan dari dokumen otentik.

marjinalitas untuk menggambarkan kelompok yang

Kerja

dianggap berada di luar arus utama. Para ahli ilmu

mengeksplorasi dan memperoleh data primer (first

politik telah mengembangkan ide marjinalitas ini,

hand informations) dan kerja pustaka dimaksudkan

dan konsep yang menyertainya tentang pusat dan

untuk mengkaji data sekunder (second hand

dalam mengerti atau memahami bahasa dan

primer dan sekunder diharapkan akan dapat

haknya

atau

untuk

bahkan di

ekonomi

pinggiran , untuk menciptakan cara-cara baru

pendekatan

metode

lapangan

kualitatif,

observasi

dimaksudkan

yaitu

dengan

partisipasi

untuk

juga

dapat

informations). Penggunaan perpaduan antara data

10

Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No. 2, 2012
Kontestasi Elit dan Marginalisasi Penduduk Lokal di Lokasi Pertambangan Batubara Kutai Kartanegara
Nurhadi Yuwana, Heru Nugroho, Irwan Abdullah

menghasilkan akurasi analisis dan kedalaman

adalah bagaimana agar batubara dikuasai dan digali

interpretasi atas masalah tersebut.

secara besar-besaran untuk kemudian dijual. Lebih
dari itu, Pemkab Tenggarong memang secara
sengaja mengundang para investor asing itu dengan

D. Pembahasan

sikap

Tenggarong adalah sebuah panggung kontestasi

pasrah ,

sepenuhnya

dalam

pada

investor

arti

menyerahkan

untuk

melakukan

perebutan batubara. Berbagai aktivitas politik dan

sekehendak hatinya dalam menambang batubara.

ekonomi bahkan kultural adalah sebuah manifestasi

Tidak ada negosiasi kritis, apalagi semacam

kontestasi untuk meraih rejeki batubara. Kabupaten

pengawasan terhadap beroperasinya para investor

Kutai Kartanegara merupakan daerah yang kaya

dalam menambang batubara, tidak peduli bahwa itu

akan sumber daya alam terutama minyak bumi dan

semua akan merusak lingkungan alam, termasuk

gas

dampak sosial-budayanya.

alam

(migas)

serta

batubara

sehingga

perekonomian Kutai Kartanegara masih didominasi

Cara berpikir yang berorientasi pada pertumbuhan

oleh sektor pertambangan dan penggalian yang

merasuk

mencapai lebih dari 77%. Sektor pertanian dan

pada

jajaran

birokrasi,

sehingga

pendapatan dari sektor pertambangan, khususnya

kehutanan hanya memberikan konstribusi sekitar

batubara, harus dilipatgandakan. Batubara harus

11%, sedangkan sisanya disumbangkan dari sektor

dijadikan sebagai sumber utama dalam pendapatan

perdagangan dan hotel, yakni kurang lebih 3%,

daerah, setelah kayu glondongan sudah habis

industri pengolahan sekitar 2,5%, bangunan 3%,

dibabat. Akibat dari orientasi pertumbuhan, yang

keuangan 1% dan sektor lainnya sekitar 2%. Tidak

berarti terobsesi pelipatgandaan pendapatan, maka

ada pembicaraan yang begitu antusias bagi warga

sejumlah aturan diproduksi agar eksplorasi besar-

masyarakat Tenggarong kecuali batubara. Hampir

besaran terhadap batubara semakin terbuka dan

setiap orang,

lancar.

terlepas dari

posisi

sosialnya,

Karena

itu,

kebijakan

pemerintah

semuanya berbicara soal batubara menurut tafsir,

Tenggarong sangat membuka terhadap hadirnya

pemaknaan, dan kepentingan masing-masing. Di

investor asing agar mengeksplorasi batubara. Maka

kalangan

sejumlah perusahaan asing berdatangan ikut

elite

Tenggarong,

batubara

adalah

komoditas tambang yang bagaimanapun harus
dieksplorasi
daerah.

Para

untuk

meningkatkan

petinggi

di

jajaran

menambang batubara dalam skala besar.

pendapatan
birokrasi,
1. Aktor Kontestasi

menempatkan batubara sebagai barang strategis
yang bernilai ekonomi tinggi oleh karena itu harus

Setidaknya terdapat beberapa aktor yang berhasil

dikelola dan dikuasai. Segenap peraturan harus

diidentifikasi dalam kontestasi memperebutkan

dibuat agar batubara dapat dieksplorasi, ditambang,

batubara. Pertama adalah pemerintah baik pusat

dan dijual. Tidak penting bahwa apakah di masa

maupun kabupaten; investor baik asing maupun

mendatang akan membawa dampak atau risiko

nasional; politisi dan Parpol, aparat keamanan,

negatif bagi kehidupan bersama, yang penting

tokoh
11

masyarakat,

ormas,

LSM,

dan

warga

Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No. 2, 2012
Kontestasi Elit dan Marginalisasi Penduduk Lokal di Lokasi Pertambangan Batubara Kutai Kartanegara
Nurhadi Yuwana, Heru Nugroho, Irwan Abdullah

masyarakat pada umumnya. Semuanya berusaha

perusahaan penambangan batu-bara. Pembuatan

menunjukkan eksistensinya manakala berurusan

peraturan

dengan batubara, dan tentu saja di antara mereka

merupakan cara untuk berebut kue batubara. Ketika

saling berkontestasi berebut rejeki batubara, yang

berkontestasi dengan pemerintah pusat, mereka

oleh

bertarung untuk mendapatkan restribusi batubara.

masyarakat

Kaltim

populer

diplesetkan

oleh

Perda

Pemkab

Kukar

juga

kepanjangan dari Batu Tuhan Bagi Rata.

Sementara kontestasinya dengan para investor,

Pemerintah melalui Kementerian ESDM, mengklaim

dengan senjata Perda Pembuangan Limbah, adalah

cara untuk mendapatkan bagian kue batubara

mempunyai kewenangan utama dalam kepemilikan

dengan menekan para investor.

batubara, sehingga siapa pun yang ingin mengelola
batubara harus berurusan dengan pemerintah

Memang harus diakui bahwa niat awal Pemkab

pusat. Oleh karena itu hasil tambang batubara

Kukar menerbitkan berbagai produk hukum, seperti

sebagian besar harus diambil pemerintah pusat.

Perda dan SK Bupati misalnya, untuk mengatur tata

Sementara itu pemerintah daerah baik Pemprov

kelola pertambangan batubara demi kepentingan

Kaltim dan Pemkab Kutai Kartanegara juga menjadi

kesejahteraan rakyat, dan sekaligus peduli pada

kontestan perebutan batubara. Dengan mengklaim

pelestarian lingkungan hidup. Perda Pembuangan

sebagai tanah wilayahnya, maka siapa pun yang

Limbah tersebut misalnya, jelas spirit utama produk

ingin

seiizin

hukum ini adalah demi menjaga pelestarian

pemerintah daerah. Meskipun sama-sama aktor dari

lingkungan hidup. Munculnya peraturan ini pun

kalangan

juga

merupakan respons atas munculnya masalah

retribusi

ketidaktertiban dan ketidakpedulian perusahaan

tarik-menarik

batubara terhadap lingkungan hidup. Akan tetapi

kepentingan antara pemerintah pusat dan pemkab

Perda semacam itu jika dicermati secara teliti

Kukar masih terus terjadi. Pemkab Kukar merasa

merupakan modus elite pemerintah untuk berebut

memiliki wilayah luas yang kaya kandungan

rejeki batubara. Ada celah yang digunakan untuk

batubara, tetapi kurang memberikan kontribusi

memeras para perusahaan sehingga menjadi pintu

signifikan terhadap APBD. Karena itu pernah

masuk untuk mengakses rejeki batura. Jadi

Pemkab Kukar membuat Perda untuk memungut

modusnya menjual pasal-pasal yang berisi sanksi

retribusi 50 cen US Dollar per tonnya, tetapi Perda

atau ancaman kepada para investor, tetapi sekaligus

ini ditolak oleh pemerintah pusat. Merasa sulit
memungut dari Perda retribusi, maka Pemkab

membuka ruang untuk negosiasi . Sudah menjadi

Kukar membuat Perda lain yang berpotensi untuk

bersifat transaksional. Karena itu soal Amdal

mendapatkan rejeki emas hitam . Perda No.

misalnya, akan dengan mudah menjadi ajang

Tahun 2006 Tentang Izin Pembuangan Limbah

permainan negosiasi yang ujung-ujungnya adalah

untuk Kegiatan Pertambangan Batubara, adalah

uang dengan prinsip tahu sama tahu.

menambang

pemerintah,

berkontestasi.
batubara,

batubara

diantara

Misalnya

hingga

harus

mereka

persoalan

sekarang

rahasia umum jika makna negosiasi di sini adalah

sebuah produk perundangan yang pada praktiknya

Sudah menjadi rahasia umum pula jika kalangan

sangat membuka peluang Pemkab untuk menekan

birokrat pemerintahan jika berelasi dengan kaum
12

Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No. 2, 2012
Kontestasi Elit dan Marginalisasi Penduduk Lokal di Lokasi Pertambangan Batubara Kutai Kartanegara
Nurhadi Yuwana, Heru Nugroho, Irwan Abdullah

bisnis menjadikan segenap produk hukum sebagai

implementasinya

komoditas untuk memperoleh keuntungan. Teks

memperoleh keuntungan penambangan batubara.

peraturan adalah memiliki kandungan kekuasaan,

kemudian

dilunakkan

untuk

Aktor lain adalah para investor baik asing maupun

yaitu ketentutan sah untuk memaksa para pihak

dalam negeri yang sejak lama berkepentingan

yang dikenai peraturan. Celah ini akan dimanfaatkan

mengeksplorasi batubara di Kalimantan. Para

oleh segenap birokrat yang memiliki kekuasaan

investor asing, umumnya datang dari RRC, Malaysia,

untuk menutup perusahaan atau ijin dicabut, atau

Jepang, dan Korea Selatan. Setidaknya hingga tahun

juga setidaknya tidak diperpanjang, jika melanggar

2010, pemerintah Kalimantan Timur telah memberi

aturan yang sejak awal sulit dipenuhi. Jadi posisi

izin kepada 33 perusahaan asing dan nasional

perusahaan berada dalam posisi dependen ketika

berskala besar mengeruk batubara. Pemerintah juga

berhadapan dengan para birokrat. Di balik teks

memberi 1.212 izin untuk Konsensi Pertambangan

Perda itulah, para birokrat memainkan kekuasaan

atau yang populer dengan singkatan KP bagi

dengan motif laba.

perusahaan tambang berskala kecil. Sepanjang

Tidak pernah menyadari bahwa teks Perda adalah

tahun

amanat

melalui

mengeluarkan 247 izin penambangan. Setahun

perdebatan di lembaga perwakilan rakyat. Jadi di

kemudian terdapat 687 izin KP yang dikeluarkan di

sini

demi

salah satu distrik di Kaltim. Mereka itu saling

kepentingan bisnis. Yang mendapat untung adalah

bersaing menguasai 22,1 persen luas Provinsi

para penguasa, dan bukan rakyat biasa yang

Kaltim. Pada tahun berikutnya izin tambang di

merupakan pemilik sah kekayaan alam. Ketika

Kaltim membengkak menjadi 1.271 pengelola yang

masih dalam proses pembuatan aturan, para

beroperasi di lahan seluas 4,4 juta hektar tambang.

penguasa

dengan

Izin seperti itu bertebaran di wilayah Kabupaten

menerapkan politik representasi, tetapi setelah

Kutai Kartanegara (Majalah Loka, 24 Agustus,2012).

menjadi produk resmi, dimanfaatkan menjadi

Di wilayah Kecamatan Samboja saja misalnya,

komoditas. Perda adalah sebuah teks yang syarat

terdapat beberapa perusahaan yang beroperasi

dengan muatan kekuasaan, dan sekaligus berpotensi

dengan kapasitas penuh. Antara lain adalah PT

menjadi sumber meraih keuntungan ekonomi.

Lembuswana Perkasa Kutai Kartanegara; PT Mitra

Karena itu Perda dalam konteks perebutan

Alam Persada Kaltim; PT Berkat Borneo Coal; PT

batubara, dengan mudah tergelincir pada proses

Internusa Samarinda; PT Energi Batu Hitam Muara

komodifikasi produk hukum. Dengan kewenangan

Lawa Kaltim; PT Cipta Anugerah Sakti; PT Bara

memberikan ijin, maka Pemkab akan dengan cerdik

Kumala Sakti Group Samarinda; dan masih banyak

memanfaatkannya untuk menekan perusahaan.

lagi yang lainnya. Sejumlah perusahaan itu satu

Tidak heran jika dalam proses membuat produk

sama lain berkontestasi dalam berbagai bentuk, dan

hukum memang sengaja membuat pasal yang keras

adakalanya mengalami gesekan kepentingan. Akan

dengan

tetapi yang lebih sering tarik-menarik kepentingan

rakyat,

mandat

karena

rakyat

prosesnya

diselewengkan

mengatasnamakan

memberi

sanksi

rakyat

berat,

tetapi

pada

2007-2008,

Pemprov

Kaltim

telah

adalah antara sejumlah perusahaan dengan segenap
13

Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No. 2, 2012
Kontestasi Elit dan Marginalisasi Penduduk Lokal di Lokasi Pertambangan Batubara Kutai Kartanegara
Nurhadi Yuwana, Heru Nugroho, Irwan Abdullah

elemen masyarakat yang juga merupakan aktor

Sejumlah aktor lain pun kemudian bermunculan

kontestasi perebutan batubara. Dengan kata lain,

mengikuti pergeseran hubungan kultural menjadi

perusahaan batubara di Kukar terus bertarung dan

hubungan transaksional tersebut. Tiba-tiba saja

berhadapan dengan sejumlah elemen masyarakat

sejumlah organisasi massa, organisasi kepemudaan,

selama

dan

mereka

berproduksi.

Jadi

eksistensi

organisasi

adat

pun

bermunculan

perusahaan penambang batubara itu sendiri sejak

mengakumulasikan daya tawar lokal, yaitu klaim

awal merupakan eksistensi kontestatif. Ia di mana
pun, kapan pun, dan pada saat apa pun harus terus

warga asli dan jumlah anggota banyak . Sebagai

berkontestasi dengan sejumlah aktor lain yang ingin

(GEPAK) misalnya, ormas kepemudaan ini tiba-tiba

mengais rejeki penambangan batubara.

keberadaannya menjadi menguat ketika berelasi

Ketika

berhadapan

dengan

warga

ilustrasi, Gerakan Pemuda Asli Kalimantan Timur

dengan perusahaan penambangan. Di Samboja

misalnya,

terpampang

perusahaan harus siap dengan sejumlah tuntutan

ormas lain sehingga perusahaan penambang harus

Sebagai ilustrasi misalnya di Kecamatan Samboja

memperhitungkannya. Karena sudah dapat diduga,

Kukar, sehari-hari dilewati ribuan truk pengangkut

munculnya kekuatan dan keberadaan laten menjadi

batubara menuju ke pelabuhan. Dampaknya warga

manifes dari sejumlah ormas tersebut adalah

merasa terganggu kebisingan dan tebaran debu

kemunculan dalam rangka . Artinya, merupakan

yang berakibat pada kesehatan, sehingga masalah

usaha penguatan eksistensi untuk meningkatkan

ini menimbulkan konflik antara pihak perusahaan

daya

dengan warga masyarakat. Menariknya adalah

menggunakan

mekanisme

bukan

kultural

munculnya

transaksional.
masalah

yang

Bersamaan

terhadap

segenap

perusahaan

mendapatkan bagian rejeki batubara dalam bentuk

dengan

uang solusi . Daripada terus mendapat gangguan

dari sejumlah ormas, solusi paling mudah adalah

dengan

ditimbulkan

tawar

penambang batubara, yang pada akhirnya akan

lagi

mengedepankan musyawarah,tetapi berubah pada
hubungan

kantor

warga. Situasi itu juga dilakukan oleh sejumlah

dengan hilir-mudik truk dalam frekuensi tinggi.

ditawarkan

di

tidak ada kecuali bangunan kecil milik salah satu

di jalan menuju ke arah pelabuhan sangat padat

yang

besar

ada aktivitas organisasional, dan bahkan gedungnya

maraknya penambangan batubara denyut lalu-lintas

solusi

nama

sekretariat , yang meskipun kantor itu sendiri tidak

warga yang semuanya bersifat transaksional. Sejak

bahwa

papan

uang, dan inilah pergeseran cepat ke arah hubungan

oleh

serba transaksional.

perusahaan penambangan batubara, berkembang
peningkatan kesadaran ekonomi warga yang

Gangguan warga masyarakat sekitar pun sering

mengarah pada hubungan transaksional. Oleh

terjadi dan kontestasi pun semakin sengit. Sebagai

karena itu warga pun menjual masalah gangguan

ilustrasi, pada saat sedang proses pengangkutan,

yang ditimbulkan oleh perusahaan penambangan,

sering kali truk mendapat kecelakaan di sekitar

sehingga muncul istilah uang debu , uang bising ,

pemukiman

dan uang-uang yang lain.

warga.

Bentuknya

mulai

dari

menyerempet pejalan kaki, pengendara sepeda dan
sepeda motor, atau menyerempet hewan piaraan.
14

Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No. 2, 2012
Kontestasi Elit dan Marginalisasi Penduduk Lokal di Lokasi Pertambangan Batubara Kutai Kartanegara
Nurhadi Yuwana, Heru Nugroho, Irwan Abdullah

Bahkan ada kalanya terjadi kecelakaan , dalam arti

sedangkan Rp 3.000 dibagikan ke warga melalui unit

kecelakaan artifisial yang dilakukan oleh warga

sosial RT. Tidak ada dasar hukum apa yang

dengan melempar sepeda motor ke kolong truk

digunakan oleh Koperasi Oasis tersebut untuk

pengangkut batubara yang sedang lewat. Kalau

mengutip jasa tersebut. Oleh karena itu jika dilihat

perlu sepeda motor yang tadinya rusak ringan, oleh

dari aspek hukum formal, maka tindakan koperasi

warga sengaja di remuk sendiri, agar mendapat

itu merupakan ilegal dan merupakan bentuk

ganti rugi sepeda motor baru. Jika sudah terjadi

pemalakan terorganisir.

kecelakaan, pihak perusahaan penambang harus
membayar ganti rugi yang besarnya ditentukan
2. Negara Lemah

secara sepihak oleh warga yang terorganisir. Ada
juga yang meminta ganti rugi atas makam yang

Dalam situasi kontestatif seperti itu, ironisnya

terkena lahan penambangan, dengan harga yang

negara tidak tampil cukup kuat dalam upaya

mahal.

makam

menyeselesaikan konflik-konflik yang terjadi antara

leluhurnya terkena penambangan batubara, minta

perusahaan penambangan batubara dengan warga.

ganti rugi 1 milyar per makam. Modus-modus

Konflik yang terjadi di kawasan jalan negara,

semacam itu sering terjadi, yang motif utamanya

seharusnya kepolisian tampil tegas menegakkan

adalah perolehan ganti rugi. Argumennya adalah

aturan

imajinasi para warga, bahwa penambang batubara

berhadapan dengan ormas dan warga, seringkali

adalah pengeruk kekayaan dan banyak uang dan

justru bukan polisi yang melerai tetapi ormas-ormas

cara semacam itu adalah cara yang paling mudah

tersebut dan di Kecamatan Samboja adal