Pertambangan Batubara Rakyat Di Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara.

(1)

DI KECAMATAN SAMBOJA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA (KAJIAN HISTORIS TAHUN 1999-2013)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Sejarah

Oleh

Muhammad Imaduddin 1009175

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

DI KECAMATAN SAMBOJA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA (KAJIAN HISTORIS TAHUN 1999-2013)

Oleh

Muhammad Imaduddin

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Departemen Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Muhammad Imaduddin 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

MUHAMMAD IMADUDDIN

PERTAMBANGAN BATUBARA RAKYAT

DI KECAMATAN SAMBOJA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA (KAJIAN HISTORIS TAHUN 1999-2013)

disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

Dra. Murdiyah Winarti, M.Hum NIP. 19600529 198703 2 002

Pembimbing II

Drs. H. Ayi Budi Santosa, M.Si NIP. 19630311 198901 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Sejarah

Dr. Agus Mulyana, M.Hum NIP. 19660808 199103 1 002


(4)

Skripsi ini berjudul “Pertambangan Batubara Rakyat Di Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara (Kajian Historis Tahun 1999-2013)”. Masalah utama

yang diangkat pada penulisan skripsi ini yaitu “Bagaimana pertambangan batubara rakyat di Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara berkembang selama tahun 1999-2013?”Penelitian ini dilakukan degan tujuan untuk menganalisis pertambangan batubara rakyat di Kecamatan Samboja semenjak tahun 1999 sampai 2013, memahamai latar belakang pertambangan batubara r akyat di Kecamatan Samboja. Penelitian ini menggunakan metode historis yang terdiri dari empat tahapan kegiatan yakni heuristic, kritik, interpretasi dan hisoriografi. Menjelaskan kondisi secara umumKecamatan Samboja meliputi keadaan geografis maupun demografis. Pertambangan Batubara Rakyat di Kecamatan Samboja mengalami pekembangan semenjak beridirnya KUD Rukun Sentosa Tahun 1999 yang mengalami perkembangan pesat semenjak tahun 2003-2005 disebabkan kebijakan pengurus Koperasi, kenaikan permintaan batubara, dan harga yang terus mengalami kenaikan. Penambang batubara rakyat di Samboja melakukan berbagai upaya untuk tetap bertahan dengan meningkatkan permodalan, usaha mendapatkan legalitas, mengembangkan manajemen sendiri, menghadapi lembaga swadaya masyarakat lingkungan dan perusahaan pemilik Kuasa Pertambangan. Kontibusi pertambangan rakyat terhadap lingkungan sekitar meliputi lingkungan social ekonomi dan lingkungan geologis. Hasilnya pertambangan batubara menjadi basis ekonomi masyarakat Samboja yang mampu meningkatkan penghasilan penduduk. Namun juga terdapat dampak yang merusak secara sistematis yaitu dampak lingkungan yang dirasakan langsung maupun dalam jangka panjang. Dampak secara langsung meliputi banjir yang dirasakan setiap kali hujan, rusaknya bentang alam, dan jalan yang rusak.

Kata kunci: Batubara, Koperasi, Kutai Kartanegara, Lingkungan, Penambang Rakyat, Pertambangan, Samboja, social, economic.


(5)

This thesis entitled "Coal People Mining In Samboja county, District Kutai Kartanegara (Historical research Year 1999-2013)". The main issue raised in this thesis was "How do the coal people mining in Samboja county, District Kutai Kartanegara evolved over the years 1999-2013?" This study was conducted to analyze the coal mining of Samboja people in the district since 1999 through 2013, to understand the background of coal mining in the district Samboja people. This study used historical method which consists of four stages of activity that is heuristic, criticism, interpretation and historiography. This Thesis Explained the general condition of the District Samboja include geographic and demographic circumstances. Coal mining in the District People Samboja has developed since the establishment of cooperatives Sentosa Pillars of 1999 who experienced rapid development since 2003-2005 due to the Cooperative board policy, the increase in coal demand, and prices have continued to rise. Coal miners in Samboja people make efforts to survive by raising capital, procurement of legality, to develop its own management, the face of environmental non-governmental organizations and the corporate owner of the Mining Authority. Artisanal mining, contributing to the surrounding environment includes socio-economic environment and geological environment. The result of coal mining into the economic base of society Samboja were able to increase the income of the population. But there are also systematically devastating impact that the environmental impact was felt directly and in the long term. Direct impacts include flooding was felt every time it rains, damage to the landscape, and the roads are damaged.

Keywords: Coal, Cooperative, Kutai, Environment, People Miners, Mines, Samboja, social, economic,


(6)

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR PETA ... ix

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN……….. ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Metode Penelitian ... 9

1.6 Struktur Organisasi Skripsi ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

2.1 Pertambangan Batubara Rakyat ... 11

2.2 Kebijakan Pemerintah Terhadap Tambang Rakyat ... 15

2.3 Perubahan Sosial Ekonomi Di Kawasan Pertambangan ... 19

2.4 Hubungan Penambangan Batubara Dengan Kualitas Lingkungan ... 22

2.5 Penelitian Terdahulu ... 25

2.5.1 Pertambangan Timah Rakyat Di Pulau Belitung (Kajian Historis Tahun 1991-2005) ... 25

2.5.2 Pengaruh Penambangan Pasir Terhadap Kualitas Lingkungan Di Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya ... 26

2.5.3 Perubahan Perilaku Bergotong Royong Masyarakat Sekitar Perusahaan Tambangan Batubara Di Desa Mulawarman Kecamatan Tenggarong Seberang ... 26


(7)

3.1 Persiapan Penelitian ... 31

3.1.1 Pemilihan Dan Pengajuan Tema Penelitian ... 31

3.1.2 Penyusunan Rancangan Penelitian ... 31

3.1.3 Mengurus Perizinan ... 33

3.1.4 Menyiapkan Perlengkapan Penelitian... 33

3.1.5 Proses Bimbingan ... 34

3.2 Pelaksanaan Penelitian ... 35

3.2.1 Pengumpulan Sumber (Heuristik) ... 35

3.2.1.1 Sumber Tertulis ... 36

3.2.1.2 Sumber Lisan (wawancara) ... 36

3.2.2 Kritik Sumber ... 40

3.2.2.1 Kritik Eksternal... 41

3.2.2.2 Kritik Internal ... 43

3.2.3 Penafsiran Sumber (Interpretasi) ... 45

3.2.4 Historiografi ... 46

3.3 Laporan Hasil Penelitian ... 47

BAB IV PASANG SURUT PERTAMBANGAN BATUBARA RAKYAT DI KECAMATAN SAMBOJA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA ... 49

4.1 Gambaran Umum Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara ... 49

4.1.1 Kondisi Geografis Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara ... 49

4.1.2 Kondisi Demografis Masyarakat Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara ... 55

4.2 Perkembangan Pertambangan Batubara Rakyat di Kecamatan Samboja .... 62

4.2.1 Awal Munculnya Pertambangan Rakyat di Kecamatan Samboja ... 62

4.2.2 Tambang Batubara Rakyat di Kecamatan Samboja 1999-2013 ... 66

4.3 Upaya yang DIlkaukan Penambang Batubara Rakyat ... 75

4.3.1 Tantangan Internal ... 75

4.3.1.1 Permodalan yang Dibutuhkan Penambang Rakyat ... 75


(8)

4.3.2 Tantangan Eksternal ... 84

4.3.2.1 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lingkungan ... 84

4.3.2.2 Usaha Penambang Rakyat Menghadapi Perusahan Pemilik Kuasa Pertambangan (KP)... 86

4.4 Kontribusi Pertambangan Rakyat Terhadap Lingkungan Sekitar ... 87

4.4.1 Dampak Pertambangan Terhadap Lingkungan Sosial Ekonomi Masyarakat Samboja ... 87

4.4.2 Dampak Pertambangan Terhadap Lingkungan Geografis Di Kecamatan Samboja ... 94

4.4.2.1 Rusaknya Bentang Alam ... 96

4.4.2.2 Banjir Setiap Kali Hujan ... 98

4.4.2.3 Jalan Publik Rusak ... 99

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 101

5.1 Kesimpulan ... 101

5.2 Rekomendasi ... 103


(9)

Halaman Peta 4.1 : Peta Administrasi Kabupaten Kutai Kartanegara ... 50 Peta 4.2 : Peta Sebaran Sumber Daya Alam Kecamatan Samboja ... 53


(10)

Halaman Tabel 4.1: Jumlah Penduduk di Kecamatan Samboja Tahun 1999-2013... 56 Tabel 4.2: Jumlah Penduduk Berdasarkan Tamatan Sekolah 2000-2013 ... 59 Tabel 4.3 : Menurut Jenis Mata Pencarian Penduduk Samboja ... 61 Tabel 4.4 : Perkembangan Jumlah Pertambanagn Batubara yang Melakukan Eksploitasi Berdasarkan Luas Wilayah (ha) di Kecamatan Samboja Tahun 2001-2013 ... 69 Tabel 4.5 : Permodalan yang Dibutuhkan Untuk Mengoperasikan Pertambangan Batubara Di Kecamatan Samboja Tahun 2000-2013 ... 77 Tabel 4.6 : Perubahan Ekonomi Terhadap Tiga Penambang ... 88 Tabel 4.7 : Omset Perbulan Warung Makan Di Sekitar Lokasi Tambang Batubara


(11)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam cukup besar, baik sumber daya yang tidak dapat terbaharui maupun diperbaharui. Sumber daya alam Indonesia beragam, khususnya di sektor pertambangan serta energi terdapat minyak bumi, batubara, bijih besi, timah, bijih nikel, dan lain-lain. Sejak 1999, Indonesia lebih menitik beratkan pembangunan ekonomi ekstratif, seperti pertambangan batubara. Walaupun cadangan batubara hanya 3% dari total cadangan batubara dunia sebesar 104 miliar ton dan cadangan 21 miliar ton. Sektor ini diekploitasi secara besar-besar sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya beberapa daerah provinsi maupun kabupaten/kota yang kaya sumberdaya alam.

Kalimantan merupakan pulau terbesar yang memiliki sumberdaya alam khususnya di sektor energi dan pertambangan . Sesuai dengan kondisi sumber daya dan geografis Pulau Kalimantan, Pemerintah Pusat menetapkan wilayah ini sebagai pusat produksi dan pengolahan hasil tambang serta lumbung energi nasional dalam MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia). Menurut data yang diolah Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa penopang utama perekonomian koridor Kalimantan adalah sektor migas dan pertambagan berkontribusi sekitar 50% dari total PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kalimantan. Pulau ini memiliki cadangan batubara sebesar 51,9 milliar ton atau 49,6 % sumberdaya indonesia, eksploitasi dan industri migas terbesar kedua di Indonesia setelah blok Cepu, 84 persen cadangan besi baja primer Indonesia terdapat di Kalimantan, 80 persen bauksit (bahan baku almunium) berada di Kalimatan, perkebunan kelapa sawit, kayu, gambut, Granit, dan lainnya. ( www.bapeddakaltim.com, 23 Mei 2015).

Pembangunan ekonomi wilayah Kalimantan lebih mengutamakan eksploitasi sumberdaya alam. Kalimantan Barat merupakan provinsi yang mengutamakan penambangan bauksit (bahan baku almunium), kelapa sawit, dan


(12)

pariwisata. Kalimantan Tengah mengutamakan penambangan batubara, perkebunan kelapa sawit dan penambangan bijih besi. Kalimantan Selatan ditopang oleh penambangan batubara, pertanian dan industri pengolahan. Sedangkan, pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur digerakan oleh eksploitasi migas, batubara, hasil hutan dan perkebunan kelapa sawit.

Sejak masa kolonial Belanda, kawasan Kalimantan Timur dikenal sebagai lumbung energi khususnya adanya sumur, pengilangan minyak dan LNG (Liquefied natural gas). Dikenal kawasan Blok Mahakam, Sanga-sanga, Memburungan, Selat Makasar, Handil, Kutai dan lainnya sebagai ladang minyak dan gas. Untuk memperkuat hegemoninya dalam Perang Dunia ke-2, Jepang membutuhkan sumber daya energi yang besar. Pada tahun 1941, ladang minyak di Tarakan, Sanga-sanga dan kilang minyak di Balikpapan dikuasai Jepang sebelum menguasai wilayah Indonesia yang lainnya. Industri minyak Kalimantan Timur di Kota Balikpapan merupakan blok terbesar kedua setelah Blok Cepu, Jawa Tengah. Sisa kejayaan industri minyak pada masa Kolonial dan Orde masih terlihat hingga saat ini sebagai PDRB kedua setelah batubara. Walaupun, kini sumur-sumur minyak di Kalimantan Timur sudah tua

Provinsi terluas di Pulau Kalimantan ini, pada tahun 1970-an menjadi lumbung longging nasional. Masa itu dikenal sebagai “timber boom” (Manning, 1971, hlm. 30). Kalimantan Timur kala itu bertanggung jawab terhadap naiknya produksi kayu nasional, meskipun hanya 25 persen dari total produksi hutan ada di provinsi ini, tapi memasok 50 persen ekspor kayu gelondongan pada 1970. Tiga puluh persen dari 89 proyek investasi hutan berada di sini. Masa itu dikenal dengan istilah “banjir kap”. Kini hanya tersisa bangunan-bangunan tua pabrik pengolahan kayu.

Kalimantan Timur sebagai provinsi penyumbang PDRB terbesar dibandingkan daerah lain di pulau Kalimantan. Ditopang oleh pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota yang tumbuh pesat dalam sektor penambangan batubara, eksploitasi migas dan industri migas. Berdasarkan data Dirjen Minerba tahun 2009, porsi cadangan batubara di Kalimantan hampir 50 persen dari cadangan batubara nasional terdapat di Kalimantan. Lebih dari 70 persen cadangan batubara


(13)

Kalimantan terkonsentrasi di provinsi Kalimantan Timur. Sehingga, PAD rata-rata Pemerintah Kabupaten di Kalimantan Timur diatas 40 persen berasal dari pertambangan batubara. Batubara menjadi urat nadi pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur selama periode diberlakukannya Otonomi Daerah. Ambil contoh, Kabupaten Kutai Kartanegara 67 persen PDRB-nya berasal dari penambangan batubara diikuti kabupaten lain seperti Kutai Timur, Kutai Barat, Penajam Paser Utara, Paser dan lainnya (Kalimantan Timur Dalam Angka 2010, hlm. 8).

Kutai Kartanegara dengan ibukota Tenggarong dikenal sebagai kabupaten terkaya di Kalimantan Timur. Daerah penghasil minyak bumi, logging (kayu), batubara,dan perkebunan kelapa sawit. Minyak bumi terkonsentari diwilayah pesisir dan lepas pantai yakni Delta Mahakam yang dikuasai perusahaan Multi nasional. Kutai Kartanegara menjadi sentra industri kayu merupakan dampak dari kebijakan pemerintahan pusat. Jika dulu menjadi produsen beragam produk alam, maka pada masa Orde baru menjadi sentra kayu. Di sepanjang tepian Sungai Mahakam muncul pabrik-pabrik pengolahan kayu. Pertambangan yang diusahakan rakyat dan perusahaan di Kutai lebih dikenal di daerah Loa Kulu, sudah dimulai aktivitasnya sejak jaman kolonial. Untuk perkebunan kelapa sawit terkonsetrasi di daerah pedalaman Kabupaten.

Kekuatan ekonomi Kutai Kartanegara ditopang oleh kecamatan-kecamatan yang berada di pesisir. Kecamatan Samboja sebagai kecamatan di pesisir yang kaya minyak (PT TOTAL Indonesie beroperasi di Senipah), sentral perikanan laut (Senipah), kayu, perkebunan kelapa sawit, pertanian, peternakan dan batubara. Kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kota Balikpapan, membuat Samboja merasakan dampak pertumbuhan ekonomi Kota Balikpapan . Samboja merupakan penyumbang PAD terbesar Kabupaten Kutai Kartanegara dibandingkan kecamatan lainnya. Kecamatan Samboja ikut berperan aktif pada masa timber boom tahun 1970 hingga 1990 yang dialami Kalimantan Timur. Samboja memiliki wilayah yang strategis dikarenakan dekat dengan pelabuhan Semayang Balikpapan. sehingga, sepanjang jalan Balikpapan- Handil 2 berdiri berbagai pengolahan kayu rakyat maupun pabrik-pabrik plywood. Setiap


(14)

kelurahan minimal ada 5 pengolahan kayu rakyat, orang setempat menyebutnya Somel. Somel dan pabrik plywood merupakan mesin pendorong penebangan pohon-pohon hutan yang berada di Samboja. Somel didirikan oleh pendatang dari jawa dan Sulawesi, yang membawa anak buah dan keluarganya untuk menetap. Warga yang berusia diatas 50 tahun pernah terlibat dalam masa itu. Industri

logging mengalami penurunanpasca diterbitkanya Undang-undang kehutanan

pada tahun 1999 disertai berkurangnya kawasan hutan yang mudah diakses dengan biaya yang rendah.

Di Samboja, Pertambangan batubara mulai diminati masyarakat setelah bisnis kayu lesu, persediaan kayu hutan menipis. Babak baru pertambangan batubara rakyat dimulai dengan berdirinya KUD Rukun Sentosa sebagai koperasi pertambangan pertama di Kecamatan Samboja. Satu per satu penambang rakyat bermunculan. Koperasi dijadikan sebagai induk segala legalitas dikarenakan memiliki surat Kuasa Pertambangan (KP). Namun, pertumbuhan penambang batubara illegal lebih cepat dikarenakan tanah mereka dapat diubah jadi lahan tambang dengan bantuan buruh-buruh yang didatangkan dari Jawa dan Sulawesi.

Jumlah penambang batubara rakyat terus meningkat seiring dengan mudahnya mendapatkan Surat Keterangan Asal Barang (SKAB) dari KUD Rukun Sentosa. Bukan rahasia umum, semua lapisan masyarakat bisa mendapatkan SKAB hanya dengan membayar fee kepada pengurus. Batubara menjadi berita publik ditempat berkumpul seperti di pasar, warung, masjid, ronda dan lainnya. Semua masyarakat ‘demam’ batubara seperti pada sektor logging beberapa tahun sebelumnya. Bahkan, anak kecil tau bahwa mereka berdiri diatas pulau batubara. Ada semacam kebanggaan mereka lahir dan besar di pulau paling kaya dan besar di republik ini. Sebagian besar penambang rakyat menambang di tanahnya sendiri atau menambang ditanah milik orang lain dengan sistem bagi hasil ( Pak Tajudin, wawancara pada tanggal 11 Juni 20115 ).

Masyarakat Samboja mengalami pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat semenjak pertambangan batubara menjadi pilihan mata pencarian. Sebelumnya, truk-truk pengangkut kayu kini mengangkut karung-karung berisi batubara. Masyarakat lebih mengenal pengepul batubara daripada kayu. Seiring tumbuhnya


(15)

tambang batubara, warung-warung kecil pun ikut bermunculan di sekitar kawasan tambang. Usaha rental mobil dan truk ikut tumbuh. Bengkel kendaraan roda empat juga mengalami pertumbuhan signifikan, utamanya untuk service truk pengangkut batubara. Untuk memenuhi kurangnya tenaga kerja. Penambang mendatangkan buruh dari pulau jawa, utamanya Jawa Timur dan Tengah. Sehingga, pembangunan rumah maupun bisnis penginapan merasakan efek dari tumbuhnya pertambangan batubara di kawasan Samboja. Rumah-rumah yang dulunya berdinding kayu, berubah berdindingkan batu beton.

Selain penambang rakyat, beberapa perusahaan yang memiliki modal besar mulai ikut terlibat, sebut saja namanya PT Singlurus Pratama yang memiliki PKP2B (Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara) untuk wilayah Kecamatan Samboja. Penambang yang ingin menambang ditanahnya harus mengurus ijin pertambangannya ke pihak perusahaan. Karena, kawasan Samboja sebagian besar sudah diplot oleh PT Singlurus Pratama. Dengan keterbatasan dana, sulit bagi masyarakat untuk mengurus perijinan tambang yang membutuhkan waktu 1 sampai 2 tahun. Ruang gerak penambang rakyat mulai terbatas sehingga presentase jumlah penambang mulai menurun.

Pada tahun 2005, keluar kebijakan pemerintahn mengenai Undang-Undang yang melarang pertambangan. Kebijakan mulai diimplementasikan di Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 2006. Penambangan rakyat sulit untuk melakukan pertambangan karena sebagian besar dari para penambang rakyat tidak memiliki surat izin pertambangan. Sebagian yang memiliki dana membuat surat izin usaha pertambangan (IUP). Menurut Koordinator Hukum jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Merah Johansyah, Samboja memiliki 92 ijin pertambangan batubara. 91 ijin berstatus Ijin Usaha Pertambangan (IUP) yang dikeluarkan pemerintahan Kabupaten. 1 ijin berstatus Perjanjian Karya Pengusahaan pertambangan Batubara (PKP2B) yang dikeluarkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Dari data tersebut, sekita 50 persen wilayah Samboja masuk dalam kawasan IUP. Dari luas IUP 500km2 itu, sekitar 20 persen sudah dieksploitasi, sekitar 50 persen diantaranya masuk dalam tahap eksploitasi dan 30 persen berstatus penyelidikan umum. Belum termasuk penambang illegal yang tidak terdata. Dengan status 92


(16)

ijin pertambangan batubara dalam satu kecamatan, Samboja layak mendapatkan predikat daerah setingkat kecamatan yang memiliki ijin tambang batubara terbanyak di dunia. Penambang rakyat yang tidak punya dana dan ‘nakal’. Lebih memilik menambang secara illegal dikarenakan harus membayar iuran tambang pada pemerintah daerah. Sepanjang tahun, 2006-2007 banyak penambang illegal yang ditangkap dan dipenjara.

Tidak dapat dipungkiri, dampak negatif sektor pertambangan dialami oleh Kecamatan Samboja. Pembangunan ekstratif memberikan dampak besar dan cepat bagi pertumbuhan ekonomi masyakat Samboja. Tapi juga, berdampak buruk bagi lingkungan. Kecamatan Samboja sebelumnya tidak pernah terkena banjir, sejak adanya pertambangan batubara setiap kali hujan besar pasti banjir. Jalanan dipenuhi debu hitam, jalan raya rusak dikarenakan adanyanya truk pengangkut batubara yang hilir mudik, kemacetan, sering terjadi kecelakaan warga dengan truk pengangkut batubara, genteng-genteng rumah berdebu hitam, air sungai tercemar, semakin sempitnya kawasan hutan dan lahan pertanian.

Berdasarkan uraian dan alasan di atas, menarik bagi penulis untuk mengkaji lebih dalam terkait pertambangan batubara rakyat di Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara. Maka penulis merumuskan judul: “Pertambangan Batubara Rakyat di Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara ( Kajian Historis tahun 1999-2013)”. Perspektif ini bukan untuk dilihat dalam kacamata penghakiman. Untuk menghindari hal tersebut, kajian ini ditempatkan dalam konteks wacana intelektual. Kajian ini ditekankan pada pencarian solusi terhadap realitas sejarah yang terjadi.

Adapun untuk pengambilan kurun waktu tahun 1999-2013, karena pada tahun 1999 merupakan tahun berdirinya Koperasi Tambang pertama di Kecamatan Samboja yaitu KUD Rukun Sentosa, mulai munculnya konsep Otonomi Daerah dengan keluarnya kebijakan desentralisasi berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999, Kabupaten Keistimewaan Kutai sebagai induk Kutai mengubah nama menjadi Kabupaten Kutai Kartanegara , dan diangkatnya Syaukani Hasan Rais sebagai bupati pertama Kabupaten Kutai Kartanegara. Tahun 2013, jumlah


(17)

penambang rakyat berkurang drastis dikarenakan turun harga dan permintaan batubara dikarenakan semakin tingginya biaya operasional penambangan.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan pokok-pokok pikiran di atas, terdapat beberapa permasalahan yang akan menjadi kajian dalam penulisan skripsi ini. Adapun permasalahan pokok adalah “Bagaimana perkembangan dan tantangan penambangan batubara rakyat di Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara tahun 1999-2013)”.

Sementara untuk membatasi kajian penelitian ini, maka diajukanlah beberapa pertanyaan sekaligus sebagai rumusan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah:

1. Bagaimana kondisi penduduk Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara?

2. Bagaimana perkembangan pertambangan batubara rakyat di Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara?

3. Bagaimana upaya penambang batubara rakyat di Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara?

4. Bagaimana kontribusi penambang batubara rakyat terhadap lingkungan sosial-ekonomi dan geologis di Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok pemikiran diatas, untuk menjawab dan memecahkan rumusan masalah yang ada merupakan tujuan utama yang ingin dicapai oleh penulis. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memaparkan Pertambangan

Batubara Rakyat di Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara (Kajian Historis Tahun 1999-2013). Selain itu, tujuan yang hendak dicapai penulis dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memperoleh gambaran mengenai keadaan sosial-ekonomi masyarakat Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara yang meliputi mata pencarian, kondisi geologis, kependudukan, serta aspek-aspek sosial lainnya.


(18)

2. Mendeskripsikan perkembangan pertambangan rakyat di Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara tahun 1999-2013 dengan melihat aspek jumlah pengusaha, modal, jumlah tenaga kerja, pemasaran dan lainnya.

3. Mendeskripsikan perkembangan sosial-ekonomi masyarakat kecamatan Samboja sebelum tahun 1999.

4. Mendeskripsikan perkembangan sosial-ekonomi masyarakat samboja setelah otonomi daerah Kutai tahun 1999.

5. Mendeskripsikan kemunculan penambangan batubara rakyat di kecamatan Samboja.

6. Mendeskripsikan permasalahan yang dihadapi oleh penambang rakyat yang terdiri dari perijinan, manajemen produksi, pemasaran dan lingkungan.

7. Mendekripsikan pola sosial ekonomi masyarakat kecamatan Samboja semenjak keterbatasan ruang gerak penambang lokal tahun 2013.

1.4 Manfaat Penelitian

Terdapat beberapa manfaat yang didapatkan dengan mengkaji Pertambangan Batubara Rakyat di Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara (Kajian Historis Tahun 1999-2013) diantaranya:

1. Bagi penulis, dapat menghasilkan sebuah karya ilmiah sebagai aplikasi teori yang didapatkan selama perkuliahaan untuk menarik sebuah kesimpulan, serta dapat dpertanggungjawabkan secara objektif dan ilmiah. Selain itu, untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam ilmu ekonomi dan sosiologi.

2. Bagi UPI khususnya jurusan Pendidikan Sejarah, memperkaya penulisan sejarah lokal dengan tema Pertambangan Rakyat khususnya di Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur.

3. Bagi masyarakat, dapat memberikan informasi tentang dinamika perkembangan pertambangan rakyat di Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara, serta memberikan pendidikan mengenai perekonomian di Indonesia.


(19)

1.6 Struktur Organisasi Skripsi

Adapun mengenai sistematika penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab I, yaitu Pendahuluan yang didalamnya berisi mengenai latar belakang masalah yang menguraikan tentang Pertambangan Batubara Rakyat di Kutai Kartanegara ( Kajian Historis Tahun 1999-2013), yang akan diperjelas dengan rumusan masalah dan pembatasan masalah yang sesuai dan relevan sehingga dapat dikaji dalam penulisan skripsi. Dalam bab ini juga berisi mengenai, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan skrips guna menjadikan suatu karya tulis ilmiah yang layak dibaca.

Bab II, berisi mengenai Kajian Pustaka. Dalam bab ini dijlaskan beberapa sumber literatur mengenai kajian serta materi bersangkutan, berdasarkan sumber-sumber yang kevaliditasnya dapat dipercaya serta relevan. Kajian ini menjadi acuan dasar bagi penulis untuk memahami temuan-temuan yang penulis peroleh di lapangan. Pokok-pokok yang akan digambarkan dalam bab ini adalah mengenai sejarah pertambangan batubara di Indonesia khususnya di Kabupaten Kutai Kartanegara.

Bab III berisi mengenai Metode Penelitian. Dalam bab ini penulis memaparkan pelaksanaa enelitian yang telah dilaksanakan mulai dari tempat, waktu dan tahapan yang telah dilaksanakan dengan menggunakan Metode Historis yang terdiri dari empat langkah yaitu, Heuristik, Kritik, Interpretsi, dan Historiografi. Heuristik adalah pengumpulan dan pencarian sumber-sumber tertulis yang sesuai dengan kajian tulisan. Kritik adalah penilaian dan pengolahan data sejarah yang dilihat dari sisi internal dan sisi eksternalnya sehingga dapat menghasilkan fakta yang objektif, valid, dan dapat dipercaya. Interpretasi adalah proses penafsiran penulis terhadap fakta-fakta yang telah didapatkan pada dua tahap sebelumnya sesuai dengan metode dan pendekatan yang dilakukan oleh penulis. Kemudian akhir, Historiografi yaitu proses penulisanfakta-fakta sejarah ke dalam suatu bentuk tulisan yang dalam hal ini berupa skripsi.

Bab IV berisi mengenai pembahasan. Dalam bab ini akan membahas lebih dalam dan terperinci mengenai studi kajian yang dilakukan penulis, sesuai dengan


(20)

sumber-sumber tertulis yang relevan dan sesuai hasil wawancara yang penulis lakukan. Bab ini merupakan pembahasan dari pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan penulis pada bab I.

Bab V berisi menegani Simpulan dan Saran. Pada bab terkahir ini akan dikemukakan mengani kesimpulan seluruh rangkaian penulisan sejarah berupa jawaban-jawaban dari pernyataan yang diajukan, sebagai intisari dari ringkasan pada ba-bab sebelumnya serta mendeskripsikan hasil-hasil temuan penulis mengenai permasalahan yang dikaji dalam penulisan skripsi ini. Selain itu juga saran yang dikemukakan penulis sehingga kelak dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait.


(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan mengenai metode serta teknik penelitian yang digunakan penulis untuk mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan skripsi yang berjudul “Pertambangan Batubara Rakyat Di Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara (Kajian Historis Tahun 1999-2013)”. Penulis mencoba untuk memaparkan berbagai langkah yang digunakan dalam mencari sumber-sumber, cara pengelolaan sumber, melakukan wawancara keberbagai kalangan yang berkaitan langsung maupun tidak langsung mengenai penelitian ini.

Metode yang digunakan untuk mengkaji penelitian yaitu dengan menggunakan metode historis dibantu dengan studi dokumentasi, studi literatur dan wawancara sebagai teknik penelitiannya. Metode sejarah adalah suatu proses menguji, menjelaskan dan menganalisisi peninggalan masa lalu (Gottschalk, 1986, hlm. 32). Sama dengan pendapat Garragan bahwa metode sejarah merupakan seperangkat aturan yang sistematis dalam mengumpulkan sumber sejarah secara afaktif, penelitian secara kritis dan sintesis dari hasil-hasil yang dicapai dalam bentuk tulisan (Abdurrahman, 1999, hlm. 43). Pendapat lainnya mengenai metode sejarah ialah dari Sjamsuddin (2007, hlm. 14) bahwa metode sejarah ialah subuah cara bagaimana mengetahui sejarah dengan tahapan-tahapan tertentu.

Metode historis merupakan cara untuk mengkaji suatu peristiwa, tokoh atau permasalahan yang dianggap layak dan penting yang terjadi pada masa lampau secara deskriptif, kritis dan analitis. Penelitian sejarah tidak hanya mengungkapkan suatu peristiwa secara kronologis, lebih dari itu perlu adanya kajian dan analisis tajam yang didukung dengan teori yang relevan. Penelitian sejarah mempunyai lima tahap, yaitu: pemilihan topik, pengumpulan sumber, verifikasi (kritik sejarah dan keabsahan sumber), interpretasi: analisis dan sintesis, dan yang terakhir ialah historiografi. Adapun langkah-langkah penelitian ini


(22)

mengacu pada proses metodologi penelitian sejarah sebagaimana dijelaskan oleh Ismaun (2005, hlm. 48-50), yang mengandung empat langkah penting.

a. Heuristik, yaitu pengumpulan sumber-sumber yang relevan dengan masalah yang akan diangkat oleh penulis. Sebuah kegiatan mencari sumber-sumber untuk mendapatkan data-data, atau mencari materi sejarah. Tentunya sumber sejarah yang relevan dengan permasalahan penelitian, dimana nantinya sumber yang ditemukan dapat menceritakan kepada kita baik secara langsung maupun tidak langsung terkait pertambangan batubara rakyat di kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara tahun 1999-2013. Dalam proses mencari sumber-sumber ini, penulis mengunjungi berbagai perpustakaan, berbagai toko buku, browsing internet serta berusaha mencari tulisan-tulisan yang sejaman dalam surat kabar dan berkaitan dengan inti bahasan penelitian.

b. Kritik, pada tahap ini penulis melakukan pengkajian terhadap sumber-sumber yang didapatkan kebenaran sumber-sumber. Pada tahap ini, penulis melakukan kritik ekstern dan intern. Kritik ekstern dilakukan untuk mengetahui sejauh mana otentisitas dari sumber yang diperoleh. Khusus mengenai buku, penulis akan melihat sejauh mana kompetensi dari penulis buku sehingga isisnya dapat dipertanggung jawabkan. Kritik intern lebih menekankan pada isis dari sumber sejarah. Sejarawan harus memutuskan apakah kesaksian atau data yang diperoleh dari berbagai sumber itu dapat diandalkan atau tidak. Kritik yang dilakukan oleh penulis ialah dengan cara melihat isis buku kemudian membandingkan dengan buku-buku yang lain. Bila terdapat perbedaan isi dalam sebuah buku, maka penulis melihat dari buku lain yang menggunakan referensi-referensi yang dapat diandalkan. c. Interpretasi, yaitu memaknai atau memberikan penafsiran terhadap

fakta-fakta yang terkumpul dari sumber primer maupun sekunder dengan cara menghubungkan dan merangkaikannya sehngga tercipta suatu fakta sejarah yang sesuai dengan permasalahan penelitian. yakni Fakta sejarah yang telah ditemukan kemudian dihubungkan dengan konsep yang berhubungan


(23)

dengan permasalahan yang dikaji yaitu mengenai pertambangan batubara rakyat di Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara.

d. Historiografi, merupakan langkah terakhir dalam penelitian. Menurut Ismaun (2005, hlm. 28), historiografi merupakan usaha untuk mensistesiskan data-data dan fakta sejarah menjadi suatu kisah yang jelas dalam bentuk lisan maupun tulisan, baik dalam buku atau artikel maupun perkuliahan sejarah. Pada tahapan ini penulis menyajikan hasil temuan pada tiga tahapan sebelumnya dengan cara menyusun dalam penulisan yang baik dan benar. Tulisan tersebut tertuang dalam bentuk skripsi dengan judul Pertambangan Batubara Rakyat Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara.

Agar metode sejarah memiliki makna yang utuh dan komprehensip, maka dalam melaksanakan penelitian sejarah sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut :

1. Dalam historiografi diperlukan pendekatan fenomenologis yang didasarkan atas pengalaman dan pemahaman pelaku sendiri.

2. Pengungkapan yang bersifat reflektif, sehingga dimungkinkan tetap adanya kesadaran akan subjektivitas diri sendiri, seperti kepentingan, perhatian, logika, metode, serta latar belakang historisnya.

3. Bersifat komprehensip sehingga memiliki relavensi terhadap realitas sosial dari berbagai tingkat dan ruang lingkup.

4. Perlu pula memiliki relavensi terhadap kehidupan praktis (Kuntowijoyo, 2003, hlm. 236).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, pada dasarnya terdapat suatu kesamaan dalam menjelaskan metode historis ini. Pada umumnya langkah-langkah yang ditempuh dalam metode ini adalah pengumpulan sumber, menganalisis dan mengajikannya dalam bentuk karya tulis ilmiah.

Dalam penelitian skripsi ini, peneliti berusaha menjabarkan langkah-langkah penelitian dengan menggunakan metode historis tersebut menjadi tiga bagian, yaitu persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, dan penelitian laporan penelitian.


(24)

3.1 Persiapan Penelitian

Langkah awal yang dilakukan ialah menentukan tema penelitian. Sebagaimana Kuntowijoyo (2003, hlm. 91) berpendapat bahwa “Pemilihan topik

sebaiknya dipilih berdasarkan kedekatan emosional dan kedekatan intelektual”.

Hal ini mengungkapkan bahwa suatu topik dipilih berdasarkan dua aspek, yaitu adanya kegemaran atau ketertarikan dan keterkaitan dengan ilmu yang penulis sukai. Pada tahap ini ada beberapa langkah yang harus dilakukan oleh penulis sebelum melakukan penelitian lebih lanjut. Pertama, sebelum memilih dan menentukan topik penelitian, penulis membaca berbagai literatur serta melakukan wawancara. Adapun berbagai persiapan penelitian terdiri dari beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan, yaitu:

3.1.1 Pemilihan dan Pengajuan Tema Penelitian

Tahap awal, penulis membaca berbagai literatur dari buku, makalah, jurnal, dan lainnya serta melakukan wawancara. Setelah itu, penulis mengajukan usul penelitian kepada Tim Pertimbangan dan Penelitian Skripsi (TPPS) yang secara khusus menangani masalah penelitian skripsi di Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI Bandung. Judul yang diajukan saat itu mengenai“Pertambangan Batubara Rakyat di Kabupaten Kutai Kartanegara ( Kajian Historis tahun 2001-2014) ”. Setelah pengajuan judul tersebut disetujui oleh pihak TPPS, tahap selanjutnya melakukan rancangan penelitian dalam bentuk proposal skripsi, untuk diajukan dan diseminarkan kepada calon pembimbing skripsi I dan calon pembimbing skripsi II.

3.1.2 Penyusunan Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian merupakan kerangka dasar yang dijadikan acuan dalam penyusunan laporan penelitian, terlebih dahulu peneliti membaca beberapa buku yang berkaitan dengan permasalahan yang hendak dikaji. Selanjutnya, membuat rancangan penelitian berupa proposal skripsi . Rancangan penelitian ini kemudian dijabarkan dalam bentuk proposal penelitian skripsi yang diajukan kembali kepada Tim Pertimbangan Penelitian Skripsi (TPPS) untuk


(25)

dipersentasikan dalam seminar pada tanggal 25 maret 2015. Adapun proposal penelitian tersebut pada dasarnya berisi tentang :

a. Judul penelitian

b. Latar belakang masalah penelitian

c. Rumusan masalah penelitian serta batasan masalah d. Tujuan penelitian

e. Manfaat penelitian

f. Tinjaun pustaka, merupakan penggunaan teori serta kajian terhadap buku yang digunakan dalam penelitian

g. Metode dan teknik penelitian h. Struktur Organisasi skripsi i. Daftar pustaka

Setelah rancangan diseminarkan dan disetujui. Selanjutnya penulis melakukan revisi rancangan untuk mendapatkan pengesahan penelitian. Adapun pengesahan penelitian ditetapkan dengan surat keputusan bersama TPPS dan ketua jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI dengan No.06/TPPS/JPS/PEM/2015, seminar proposal skripsi diselenggarakan pada tanggal 25 Maret 2015 sekaligus penunjukan Dra. Murdiyah Winarti, M.Hum sebagai dosen pembimbing skripsi I dan Drs. H. Ayi Budi Santosa, M. Si sebagai dosen pembimbing skripsi II dalam penelitian skripsi ini.

Selanjutnya, setelah melaksanakan seminar proposal, penulis kemudian melakukan revisi terhadap proposal yang telah diseminarkan. Perbaikan terhadap proposal penelitian dilakukan berdasarkan perbaikan dan saran yang diberikan pembimbing dan dosen lain ketika seminar proposal. Perbaikan dilakukan terutama pada ruang lingkup penelitian yang terlalu luas yaitu awalnya kabupaten kemudian penelitian dipersempit dengan kajian penelitian tingkat kecamatan

Samboja. Sehingga Judul penelitian menjadi “ Pertambangan Batubara Rakyat Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara ( Kajian Historis tahun 1999-2013)”.


(26)

3.1.3 Mengurus Perizinan

Tahapan ini dilakukan penulis untuk mempermudah dan memperlancar penelitian yang akan dilakukan. Selain iitu, tahaan ini dilakukan untuk mendapatkan sumber-sumber yang diperlukan. Penulis meminta surat pengantar dari Jurusan Pendidikan Sejarah untuk mengajukan permohonan melaksanakan pra-penelitian dan penelitian ke Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) untuk memperoleh izin dari Dekan FPIPS. Adapun surat-surat perizinan tersebut diajukan kepada:

1. Badan Kesatuan Bangsa Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Kutai Kartanegara

2. Badan Perencanaan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Kutai Kartanegara 3. Dinas Pertambangan Kabupaten Kutai Kartanegara

4. Badan Pusat Statistik Kabupaten Kutai Kartanegara 5. Camat Samboja

6. KUD Rukun Sentosa 7. PT Singlurus Pratama

8. Jaringan Advokasi Tambang ( Jatam) Kalimantan Timur

3.1.4 Menyiapkan Perlengkapan Penelitian

Perlengkapan yang harus disiapkan oleh penulis dalam melakukan penelitian adalah segala fasilitas penunjang untuk kelancaran penelitian skripsi. Untuk mendapatkan hasil yang baik, harus direncanakan rancangan penelitian yang dapat berguna bagi kelancaran penelitian dengan perlengkapan penelitian. Adapun perlengkapan penelitian ini antara lain :

A. Surat izin penelitian dari DEKAN I FPIPS UPI Bandung B. Instrument wawancara

C. Alat perekam D. Kamera digital

E. Alat tulis/catatan lapangan

Perlengkapan penelitian berikutnya yang sangat penting adalah surat keputusan izin penelitian dari pihak dekan UPI Bandung. Surat keputusan izin


(27)

penelitian ini digunakan penulis sebagai surat pengantar yang bertujuan dan berfungsi mengantarkan atau menjelaskan kepada suatu instasi atau perorangan bahwa penulis sedang melaksanakan suatu penelitian dengan harapan agar instansi tersebut dapat memberikan informasi data dan fakta yang penulis butuhkan selama proses penelitian.

3.1.5 Proses Bimbingan

Dalam tahap ini, penulis melakukan proses bimbingan dalam penelitian laporan penelitian yang dikerjakan dengan dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II. Bimbingan ini diperlukan untuk menentukan langkah–langkah yang tepat tentang proses pengerjaan skripsi ini melalui jalan diskusi dan bertanya mengenai permasalahan yang penulis temukan di tempat penelitian sehingga diperoleh arahan dan masukan ketika penelitian skripsi.

Dalam proses bimbingan ini selain menentukan teknis dari bimbingan itu sendiri. Penulis juga menerima masukan dan arahan terhadap proses penulisan skripsi ini, baiktekis penulisan maupun terhadap isi dari skrispsi ini. Setelah melakukan beberapa kali bimbingan dan konsultasi dengan dosen pembimbing, penulis menerima masukan permasalahan-permasalahan penting yang harus dikaji

dalam penelitian ini diantaranya perubahan judul dari “Pertambangan Batubara Rakyat Di Kabupaten Kutai Kartanegara ( Kajian Historis 2001-2014)” menjadi “Pertambangan Batubara Rakyat Di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kajian

Historis Tahun 1999-2006)” kemudian “Pertambangan Batubara Rakyat

Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara (Kajian Historis Tahun 1999-2006) dan berubah lagi menjadi “Pertambangan Batubara Rakyat Di Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara ( Kajian Historis Tahun 1999-2013)”. Selain itu penulis juga menerima masukan dari segi teknis penulisan karya ilmiah yang bak sehingga dirasa sangat membantu dalam proses penelitian.

Dalam menjalani proses bimbingan penulis mengalami suka dan duka dengan pembimbing I dan II. Adapun suka yang dialami penulis adalah ketika pembimbing I dan II meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dari segi konten materi dan penulisan yang benar. Pembimbing I dan II dengan sabar


(28)

membimbing penulis yang banyak melakukan kesalahan dalam penulisan karya ilmiah dan kurangnya fokus materi permasalahan. Dengan menjalani proses bimbingan, perlahan penulis mulai memperbaiki kesalahan dengan mengikuti berbagai saran pembimbing I dan II. Sedikit demi sedikit penulis belajar mengenai penulisan karya ilmiah yang baik dan benar serta menuangkan permasalahan penelitian yang tepat sasaran.

3.2 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian merupakan salah satu tahapan penting dari sebuah proses penelitian. Dalam tahapan ini, terdapat serangkaian langkah-langkah yang harus dilakukan berdasarkan metode historis, yaitu heuristik, kritik (internal dan eksternal) dan interpretasi. Adapun uraian dari ketiga tahap tersebut ialah sebagai berikut :

3.2.1 Pengumpulan Sumber (Heuristik)

Pengumpulan sumber atau heuristik merupakan langkah awal yang dilakukan penulis, dalam upaya mencari, menemukan, dan mengumpulkan bahan-bahan dari berbagai sumber informasi yang diperlukan dari sumber-sumber sejarah. Menurut Helius Sjamsuddin dalam buku Metodologi Sejarah yang dimaksud dengan sumber sejarah adalah segala sesuatu yang langsung atau tidak langsung menceritakan kepada kita, tentang sesuatu kenyataan atau kegiatan dimasa lalu. Sumber sejarah berupa bahan-bahan sejarah yang membuat bukti-bukti aktivitas manusia dimasa lampau yang berbentuk tulisan atau cerita. Kegiatan penulis untuk mencari, menemukan, dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah dalam penelitian ini dengan menggunakan literatur (sumber tertulis).

Dalam artian penulis menggunakan teknik studi kepustakaan, studi dokumentasi dan wawancara. Studi kepustakaan merupakan suatu kegiatan untuk meneliti dan mempelajari buku-buku dan berbagai tulisan penelitian yang berhubungan dan relevan dengan permasalahan penelitian, studi dokumentasi dimana penulis juga mempelajari dokumen-dokumen atau sumber tertulis lainnya yang berhubungan dengan topik yang dikaji, dan wawancara merupakan sebuah


(29)

kegiatan penelitian untuk mencari informasi dari berbagai tokoh dan berkaitan dengan topik melalui instrumen wawancara yang sudah dipersiapkan.

3.2.1.1 Sumber Tertulis

Penulis mencari sumber- sumber yang relevan dengan pokok masalah penelitian yang terdiri dari buku, karya ilmiah (berupa skripsi dan tesis), dan artikel yang berkaitan tidak langsung dengan tema kajian. Proses pencarian sumber-sumber tersebut dilakukan dengan cara mengunjungi beberapa tempat, sebagai berikut:

1. Perpustakaan yang terdapat di Bandung, Yogyakarta, Balikpapan, Tenggarong dan Samarinda; seperti Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia, Perpustakaan Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI, perpustakaan Institut Teknologi Bandung (ITB), Perpustakaan Universitas Islam Indonesia (UII) Jogja, Perpustakaan Universitas Gadjah Mada (UGM), Perpustakaan Universitas Mulawarman, Perpusda Kabupaten Kutai Kartanegara.

2. Badan Pusat Statistik Kabupaten Kutai Kartanegara di Kota Tenggarong 3. Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Kutai Kartanegara.

Penulis juga mengunjugi beberapa toko buku, seperti Gramedia, Palasari, dan Mas Aji Agency. Dalam mengumpulkan literatur, penulis berhasil mengumpulkan data-data yang diperlukan seperti data statistik penduduk diperoleh dari BPS Kabupaten Kutai Kartanegara, Monografi kecamatan diperoleh dari bagian Kesekretariatan Kecamatan Samboja. Adapun hasil yang didapatkan dari perpustakaan yang kunjungi, penulis menemukan beberapa buku yang berkaitan dengan sektor pertambangan yang diusahakan oleh masyarakat maupun perusahaan

3.2.1.2 Sumber Lisan (Wawancara)

Terbatasnya sumber tertulis yang menerangkan mengenai perubahan sosial penambangan rakyat di Kecamatan Samboja . Disebabkan kurangnya penulisan


(30)

sejarah pada tingkat lokal. Sehingga tidak ada catatan tentang perkembangan penambang rakyat. Oleh karena itu digunakanlan teknik wawancara untuk meminta keterangan lebih lanjut pada pihak-pihak terkait. Sumber lisan memiliki peranan yang tidak kalah pentingnya sebagai sumber sejarah yang lainya. Dalam mengali sumber lisan dilakukan dengan teknik wawancara, yaitu mengajukan beberapa pertanyaan yang relavan dengan pertanyaan yang dikaji kepada pihak-pihak terkait. Dalam mengumpulkan sumber lisan, dimulai dengan mencari narasumber yang relavan agar dapat menemukan informasi yang sesuai dengan permasalahan yang dikaji melalui teknik wawancara. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara narasumber melalui pertimbangan-pertimbangan yang sesuai dengan ketentuan yang didasarkan pada faktor mental dan fisik (kesehatan), perilaku (kejujuran dan sifat sombong) serta kelompok usia yaitu umur yang cocok, tepat dan memadai.

Teknik wawancara merupakan suatu cara untuk mendapatkan informasi secara lisan dari narasumber sebagai pelengkap dari sumber tertulis (Kuntowijoyo, 2003, hlm. 23). Berdasarkan uraian diatas wawancara adalah mendapat informasi tambahan dari kekurangan atau kekosongan informasi dari sumber tertulis. Oleh karena itu, kedudukan sejarah lisan (oral history) menjadi semakin penting. Abdulrahman (1999, hlm. 57), menyatakan bahwa wawancara dan interview merupakan teknik yang sangat penting untuk mengumpulkan sumber-sumber lisan. Melalui wawancara sumber-sumber lisan dapat diungkap dari para pelaku-pelaku sejarah. Bahkan peristiwa-peristiwa sejarah yang belum jelas betul persoalannya sering dapat diperjelas justru berdasarkan pengungkapan sumber-sumber sejarah lisan.

Menurut Koentjaraningrat (1997 : hlm. 138-139) teknik wawancara dibagi menjadi dua bagian :

1. Wawancara terstruktur atau berencara terdiri dari suatu daftar pertanyaan yang telah direncanakan dan disusun sebelumnya. Semua responden yang diselidiki untuk diwawancara diajukan pertanyaan yang sama dengan kata-kata dan urutan yang seragam.

2. Wawancara tidak terstruktur atau tidak berencana adalah wawancara yang tidak mempunyai suatu persiapan sebelumnya dari suatu daftar pertanyaan dengan susunan kata-kata dan tata urut yang harus dipatuhi penulis.


(31)

Dalam melakukan wawancara di lapangan, penulis mengunakan kedua teknik wawancara tersebut. Hal itu digunakan agar informasi yang ditulis dapat lebih lengkap dan mudah diolah. Selain itu, dengan pengabungan dua teknis wawancara tersebut penulis tidak kaku dalam bertanya dan narasumber menjadi lebih bebas dalam mengungkapkan berbagai informasi yang disampaikannya.

Sebelum wawancara dilakukan, disiapkan daftar pertanyaan terlebih dahulu. Daftar pertanyaan tersebut dijabarkan secara garis besar. Pada pelaksanannya, pertanyaan tersebut diatur dan diarahkan sehingga pembicaraan sesuai dengan pokok permasalahan. Apabila informasi yang diberikan oleh narasumber kurang jelas, maka penulis mengajukan kembali pertanyaan yang masih terdapat dalam kerangka pertanyaan besar. Pertanyaan-pertanyaan itu diberikan dengan tujuan untuk membantu narasumber dalam mengingat kembali peristiwa sehingga informasi menjadi lebih lengkap. Teknik wawancara ini berkaitan erat dengan pengunaan sejarah lisan (oral history), seperti yang diungkapkan oleh Kuntowijoyo (2003, hlm. 26-28) yang mengemukakan bahwa :

Sejarah lisan sebagai metode dapat dipergunakan secara tunggal dan dapat pula sebagai bahan dokumenter. Sebagai metode tunggal sejarah lisan tidak kurang pentingnya jika dilakukan dengan cermat. Banyak sekali permasalahan sejarah bahkan zaman modern ini yang tidak tertangkap dalam dokumen-dokumen. Dokumen hanya menjadi saksi dari kejadian-kejadian penting menurut kepentingan membuat dokumen dan zamannya, tetapi tidak melstarikan kejadian-kejadian individual dan yang unik yang dialami oleh seorang atau segolongan selain sebagai metode, sejarah lisan digunakan sebagai sumber sejarah.

Dalam melakukan wawancara, penulis membagi narasumber menjadi beberapa kategori yaitu pemilik tambang batubara rakyat yang tumbuh dari kalangan masyarakat lokal. Penulis juga melakukan wawancara dengan salah satu pelaku dalam pemberian kebijakan KUD Rukun Sentosa. Secara umum, penulis mewawancarai masyarakat lokal yang merasakan era-logging dan batubara untuk mendapatkan gambaran umum mengenai perkembangan perekonomian Kecamatan Samboja. Penulis juga melakukan wawancara dengan kalangan LSM lingkungan yang memberikan informasi dampak-dampak lingkungan maupun ekonomi pada masa yang akan datang.


(32)

Narasumber yang diwawancarai oleh penulis diantaranya:

1. Pemilik tambang batubara rakyat, dalam melakukan wawancara ini penulis menanyakan mengenai awal melakukan penambangan, perubahan ekonomi yang dirasakan sampai cara mengelola tambang yang dilakukan pemilik, dan pandangan mengenai bisnis tambang. Diantaranya yang diwawancarai adalah Bapak Aziz sebagai penambang yang mampu bertahan melewati krisis dan mantan pengurus ASPEBARA dilakukan pada tanggal 8 Agustus 2015 di Kelurahan Sungai Seluang, Bapak Hasyim yang dulu pernah menjadi penambang batubara yang paling sukses tapi kini dinyatakan bangkrut dan terlilit hutang seta diwawancarai pada tanggal 10 Juli 2015, dan beberapa pemilik tambang yang tidak mau disebutkan namanya.

Pak Aziz sebagai penambang sekaligus mantan sekretaris ASPERABA (Asosiasi Pertambangan Batubara Rakyat) Samboja yang banyak mengungkapkan berbagai permasalahan yang dialami masyakat dalam pengelolaan tambang. proses alih fungsi teknologi yang semula berbagai kegiatan tambang dilakukan dengan cara manual, hingga ketika pertambangan tumbuh dan mulai penggunaan alat berat untuk mengupas lapisan tanah atau dikenal dengan sebutan era semi-manual. 2. KUD Rukun Sentosa, penting untuk mewawancarai koperasi tambang

ini dikarenakan sangat berperan dalam mendorong pertumbuhan penambangan batubara rakyat di Kecamatan Samboja pada tahun 2000-an. Penulis menanyakan mengenai pandangan pengurus mengenai pertambangan batubara, sejarah KUD Rukun Sentosa, keterlibatan Koperasi ini dalam mendorong pertumbuhan penambang batubara rakyat, dan latarbelakang kebijakan koperasi. Penulis hanya mampu melakukan wawancara dengan mantan pengurus KUD Rukun Sentosa periode 2003-2006 yaitu Pak Tajudin pada tanggal 10 Agustus 2015 di kediamannya Kelurahan Salok Api Darat.

3. Masyarakat umum, penulis melakukan wawancara dengan masyarakat untuk mengetahui perkembangan logging dan batubara yang terjadi di


(33)

Kecamatan Samboja selama 9 Juli sampai 15 Agustus 2015. Dengan pak Cipto dan Kholiq.

4. Dinas terkait, penulis melakukan perjalanan menuju kota Tenggarong yang menempuh perjalanan 3 jam dari Kecamatan Samboja agar mendapatkan data dari pihak dinas mengenai pertambangan batubara. Penulis menginap di Kota Tanggarong selama lima hari. Namun, dinas-dinas yang penulis tuju tidak memberikan tanggapan, hanya BPS Kabupaten Kutai Kartanegara yang menerima dan memberikan data-data yang penulis butuhkan.

Hasil wawancara dengan para narasumber di atas kemudian disalin dalam bentuk tulisan untuk memudahkan penulis dalam proses pengkajian yang akan dibahas pada bagian selanjutnya. Setelah semua sumber yang berkenaan dengan masalah penulisan ini diperoleh dan dikumpulkan, kemudian dilakukan penelaahan serta pengklafikasian terhadap sumber-sumber informasi. Sehingga benar-benar dapat diperoleh sumber yang relavan dengan masalah penulisan yang dikaji.

Pengunaan teknik wawancara dalam memperoleh data dilakukan dengan pertimbangan bahwa mereka yang diwawancarai benar-benar mengetahui dan mengalami sendiri perubahan sosial dan merasakan dampak dari perkembangan pariwisata. Dengan demikian pengunaan teknik wawancara sangat diperlukan untuk memperoleh informasi yang objektif mengenai permasalahan yang menjadi objek kajian dalam penulisan ini.

3.2.2 Kritik Sumber

Langkah kedua setelah melakukan heuristik dalam penulisannya, penulis tidak lantas menerima begitu saja apa yang tercantum dan tertulis pada sumber-sumber itu. Penulis harus melakukan penyaringan secara kritis terhadap sumber-sumber yang diperoleh, terutama terhadap sumber-sumber primer, agar menjadi fakta yang terjaring pilihannya. Langkah-langkah inilah yang disebut kritik sumber, baik terhadap materi sumber maupun isi sumber. Dalam tahapan ini data-data yang telah diperoleh berupa sumber tulisan maupun sumber lisan disaring dan


(34)

dipilih untuk nilai dan diselidiki kesesuaian sumber, keterkaitan dan keobjektifannya.

Dalam bukunya Sjamsuddin (2007 : hlm. 133) terdapat lima pertanyaan yang harus digunakan untuk mendapatkan kejelasan keamanan sumber-sumber tersebut yaitu :

1. Siapa yang mengatakan itu ?

2. Apakah dengan satu atau cara yang lain kesaksian itu telah diubah ? 3. Apakah sebenarnya yang dimaksud oleh orang itu dengan kesaksiannya ? 4. Apakah orang yang memberikan kesaksian itu seorang saksi mata yang kompeten. Apakah ia mengetahui fakta ?

5. Apakah saksi itu mengatakan yang sebenarnya dan memberikan kepada kita fakta yang diketahui itu ?

Kegiatan ini perlu dilakukan mengingat semua data yang diperoleh dari sumber tertulis atau lisan tidak mempunyai tingkat yang sama. Fungsi kritik sumber erat kaitannya dengan tujuan sejarahwan itu dalam rangka mencari kebenaran. Sejarahwan diharapkan dengan kebutuhan untuk membedakan apa yang benar, apa yang tidak benar, apa yang mungkin dan apa yang meragukan atau mustahil (Sjamsuddin, 2007 : hlm. 131). Dengan kritik ini maka akan memudahkan penulisan dalam karya ilmiah yang benar-benar objektif tanpa rekayasa sehingga dapat dipertangungjawabkan secara keilmuan. Adapun kritik yang dilakukan oleh penulis dalam penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut :

3.2.2.1 Kritik Eksternal

Kritik eksternal ingin menguji otentitas (keahlian) suatu sumber, agar diperoleh sumber yang sunguh-sunguh asli dan bukannya tiruan atau palsu. Sumber yang asli biasanya waktu dan tempat diketahui. Makin luas dan makin dapat dipercaya pengetahuan kita mengenai suatu sumber, akan makin asli sumber itu. Dalam hubungannya dengan historiografi otentitas suatu sumber mengacu kepada masalah sumber primer dan sumber skunder. Maka konsep otentitas memiliki derajat tertentu, dan terdapat tiga kemungkinan otentitas suatu sumber, yakni sepenuhnya asli, sebagian asli dan tidak asli. Dalam hubungan ini dapat


(35)

diinterpretasikan bahwa sumber primer adalah sumber yang sepenuhnya asli, sedangkan sumber sekunder memiliki derajat keahlian tertentu.

Kritik eksternal merupakan suatu penulisan atas asal-usul dari sumber. Suatu pemeriksaan atas catatan-catatan atau hasil dari wawancara itu sendiri untuk mendapatkan semua informasi. Selain itu juga guna mengetahui apakah pada suatu waktu sejak awal mulanya sumber tersebut telah diubah oleh orang-orang tertentu atau tidak. Sumber kritik eksternal harus menerangkan fakta dan kesaksian yang benar-benar diberikan oleh orang itu atau pada waktu itu otentik, serta kesaksian yang diberikan orang tersebut telah bertahan dan tanpa ada perubahan. Kritik eksternal terhadap sumber tertulis dilakukan dengan cara memilih buku-buku yang ada kaitannya dengan permasalahan yang akan dikaji. Kritik terhadap sumber-sumber buku tidak terlalu ketat dengan pertimbangan bahwa buku-buku yang penulis pakai merupakan buku-buku hasil cetakan yang didalamnya membuat nama penerbit, nama penulis dan tahun terbit, dan tempat dimana buku tersebut diterbitkan. Kriteria tersebut dapat dianggap sebagai suatu jenis pertangungjawaban atas buku yang telah diterbitkan.

Penulis melakukan kritik eksternal terhadap sumber lisan yaitu dengan cara mengidentifikasi narasumber apakah mengetahui, mengalami, atau melihatperistiwa yang menjadi objek kajian dalam penulisan. Adapun faktor-faktor yang diperhatikan dari narasumber yaitu usia narasumber yang disesuaikan dengan tahun kajian penulis (1999-2013). Kemudian kesehatan mental maupun fisik dan kejujuran narasumber, pendidikannya, kedudukannya, pekerjaannya, tempat tinggal, serta keberadaannya pada saat adanya pengembangan kawasan wisata. Pproses ini dilakukan karne semua data yang diperoleh dari sumber tertulis maupun sumber lisan tingkat keberadaannya tidak sama.

Dalam melaksanakan kritik eksternal, penulis melakukannya terhadap sumber dokumen dan laporan tahunan Kabupaten Kutai Kartanegara yang didapatkan di Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Kutai Kartanegara salah satu contohnya adalah sumber yang penulis dapat terbitan tahun 2005, yang Kukar

dalam angka 2004-2005 terlihat cover dan jilidannya masih sangat sederhana


(36)

menemukan koran April 2007, sumber yang membahas mengenai banjir pertama yang terjadi Kutai Kartanegara dikarenakan pertambangan batubara, termasuk didalamnya samboja.

Sedangkan untuk sumber lisan penulis melakukannya kepada narasumber yang diwawancara. Narasumber yang diwawancara telah diseleksi terlebih dahulu mulai dari usia dan kemampuan daya ingat. Seperti pak Aziz yang berusia 50 tahun, merupakan salah satu yang terlibat dan merasakan pertambangan batubara di Samboja. Selain itu, penulis juga melakukan wawancara kepada pak Tajudin yang masih menginjak usia 43 tahun merupakan salah satu pengurus KUD Rukun Sentosa pada tahun 2003-2006. Dengan begitu, kritik eksternal terhadap sumber lisan dan tulisan telah penulis lakukan untuk menjaga kredibelitas dan validitas sumber-sumber tersebut.

3.2.2.2 Kritik Internal

Kritik internal merupakan suatu cara pengujian yang dilakukan terhadap aspek dalam yang berupa isi dari sumber. Kritik ini diperlukan untuk memutuskan apakah sumber tersebut dapat diandalkan (reliable) atau tidak. Kritik internel terhadap sumber tertulis berupa buku-buku dilakukan dengan cara membandingkannya dengan sumber lain. Adapun terhadap sumber berupa data arsip maupun dokumen dari pemerintah tidak dilakukan kritik karena dianggap sudah ada lembaga yang berwenang melakukan. Dalam tahapan ini penulis melakukan kritik internal baik terhadap sumber-sumber tertulis maupun terhadap sumber lisan. Dengan kata lain bahwa kritik ekstern terhadap sumber tertulis bertujuan untuk menguji keaslian dokomen, sedangkan kritik intern menguji makna isi dokumen atau sumber tertulis tersebut (Shafer, 1974, hlm. 177-179).

Kritik internal bertujuan untuk mengetahui kelayakan sumber yang telah diperoleh penulis dari hasil wawancara dengan narasumber sebagai sumber sejarah yang berhubungan dengan permasalahan yang penulis teliti. Sebagai langkah pertama yang dilakukan oleh penulis dalam melakukan kritik internal dalam sumber lisan adalah dengan melihat kualitas informasi yang dipaparkan oleh narasumber, konsistensi pemaparan dalam menyampaikan informasi tersebut,


(37)

serta kejelasan dan keutuhan informasi yang diberikan oleh narasumber. Karena semakin konsisten informasi yang diberikan oleh narasumber akan semakin menentukan kualitas sumber tersebut dan juga dapat dipertangung jawabkan.

Kritik internal terhadap sumber lisan ini pada dasarnya dilakukan dengan cara membandingkan hasil wawancara antara narasumber yang satu dengan narasumber yang lainnya sehingga penulis mendapatkan data dan informasi mengenai perubahan sosial masyarakat kecamatan Samboja khususnya penambang batubara rakyat. Setelah penulis melakukan kaji banding pendapat narasumber yang satu dengan yang lainya dan membandingkan pendapat narasumber dengan sumber tertulis maka akan diperoleh kebenaran fakta-fakta yang didapat dari sumber tertulis maupun sumber lisan yang dibutuhkan dalam penulisan ini.

Adapun kritik internal untuk sumber tertulis dilakukan penulis dengan membandingkan dengan mengkonfirmasi berbagai informasi dalam suatu sumber dengan sumber lain yang membahas masalah serupa. Selain itu juga penulis melalukan proses perbandingan antara sumber tertulis dengan sumber lisan yang didapat oleh penulis. Tahap ini bertujuan bertujuan untuk memilah-milah data dan fakta yang berasal dari sumber primer dan sekunder yang diperoleh sesui dengan judul penulisan.

Kritik internal dilakukan pada buku Pembangunan Berkelanjutan: Peran

dan kontribusi emil salim karya Aziz dengan buku Mencari Makroman Di Tanah Pinjaman : Perempuan Makroman di Tengah Perubahan Agraria dan Perjuangan Komunitas Menghadapi Pengerukan Batubara karya Maimunah.

Kedua penulis ini memiliki pandangan yang sama mengenai peran batubara dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan dampak kerusakannya. Namun, padangan Emil Salim dalam buku karya Aziz, bahwa pertambangan yang dilakukan oleh masyarakat (PETI) lebih merusak dibandingkan perusahaan. Pertambangan rakyat melakukan penambangan tanpa perhitungan dampak lingkungan dan banyak merugikan Negara karena tidak berizin usaha. Berbeda dengan Maimunah yang mengungkapkan pertambangan perusahaan yang lebih merusak dikarenakan penggunaan alat-alat berat dan kepemiliki izin usaha


(38)

pertambangan membuat mereka melakukan pemaksaan pada masyarakat. Perusahaan lebih banyak mengabaikan hak-hak rakyat untuk mengoptimalkan hasil pertambangan tanpa melakukan reklamasi.

Kritik internal juga penulis lakukan pada sumber lisan melalui narasumber yang diwawancai. Untuk mendapatkan konten yang baik, penulis menguji beberapa padangan narasumber dengan membandingkan dengan narasumber lainnya. Kritik internal dilakukan untuk meminimalisir subjektivitas sehingga wawancara yang dilakukan memiliki kridebilitas yang baik.

3.2.3 Interpretasi (Penafsiran Sumber)

Setelah dilakukannya kegiatan kritik terhadap sumber yang dikumpulkan, penulis menempuh langkah selanjutnya yaitu interpretasi atau penafsiran sumber. Intrepretasi merupakan tahap pemberian makna terhadap data-data yang telah diperoleh. Upaya penyusunan fakta-fakta disesuaikan dengan pokok permasalahan yang dibahas dalam penulisan. Setelah fakta-fakta tersebut dirumuskan dan disimpulkan berdasarkan data yang berhasil diperoleh, maka kemudian fakta tersebut kemudian disusun dan ditafsirkan. Suatu fakta dihubungkan dengan fakta lainnya, sehingga diperoleh gambaran mengenai permasalahan yang dikaji dalam penulisan ini.

Penulis menggunakan pendekatan interdisipliner dalam penulisan penulisan ini agar mempermudah dalam menyusun fakta-fakta yang didapatkan. Pendekatan interdisipliner merupakan suatu pendekatan yang menggunakan sudut pandang disiplin ilmu satu rumpun yaitu ilmu sosial. Pendekatan interdisipliner maksudnya menganalisis berbagai peristiwa atau fenomena masa lalu, sejarah menggunakan konsep-konsep dari berbagai ilmu sosial tertentu yang relevan dengan pokok kajiannya ( Ismaun, 2005, hlm. 198). Dalam hal ini, ilmu sejarah merupakan disiplin ilmu utama dalam mengkaji permasalahan, namun juga dibantu dengan disiplin ilmu sosial lainnya yang serumpun seperti ilmu sosiologi, ilmu ekonomi dan ilmu geografi. Dengan pendekatan ini diharapkan membantu penulis memperoleh gambaran yang jelas.


(39)

3.2.4 Historiografi

Tahapan ini merupakan hasil dari upaya penulis dalam mengerahkan kemampuan menganalisis dan mengkritisi sumber yang diperoleh dan kemudian dihasilkan sintesis dari penulisannya yang terwujud dalam penulisan skripsi dengan judul“Pertambangan Batubara Rakyat Di Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara (Kajian Historis Tahun 1999-2013)”. Tahap ini merupakan langkah terakhir dari keseluruhan penulisan laporan penulisan prosedur penulisan merupakan kegiatan intelektual dan cara utama dalam memahami sejarah (Sjamsuddin, 2007, hlm. 153). Laporan penulisan ini disusun dengan mengunakan gaya bahasa sederhana, ilmiah dan mengunakan cara-cara penulisan sesuai dengan ejaan yang disempurnakan sedangkan sistematika penulisan yang digunakan mengacu pada buku pedoman penulisan karya ilmiah tahun 2014 yang dikeluarkan oleh UPI. Dalam proses penyusunan laporan ini, penulis juga dibimbing oleh pembimbing I dan pembimbing II.

Untuk memudahkan penulis dalam menyusun laporan penulisan atau historiografi ini maka bentuk skrpsi ini disusun secara sistematis dalam lima bab, setiap bab memiliki fungsi yang saling berkaitan dengan bab lainnya. Pada bab pertama merupakan pendahuluan yang menguraikan mengenai latar belakang penulisan, rumusan dan batasan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, serta sistematika penulisan. Bab kedua yang merupakan kajian pustaka, diuraikan mengenai sumber-sumber /literatur tertulis yang yang digunakan mendukung penulisan ini. Kemudian bab ketiga menguraikan mengenai langkah-langkah yang dilakukan dalam penulisan mulai dari persiapan penulisan hingga pelaksanaan penulisan yang terbagi ke dalam empat tahap yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi.

Selanjutnya pada bab keempat yang merupakan isi dari penulisan yang sebelumnya telah melewati beberapa tahapan metodologi penulisan sejarah, yaitu heuristik, kritik sumber, dan intrepretasi terhadap informasi yang diperoleh baik dari sumber tulisan maupun lisan. Adapaun bab kelima yaitu kesimpulan dan saran yang merupakan jawaban dari rumusan masalah. Adapun saran diberikan


(40)

untuk memberikan masukan atau rekomendasi yang diharapkan berguna bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Kecamatan Samboja.

3.3 Laporan Hasil Penelitian

Seluruh tahapan metode penelitian yang telah dilakukan, akhirnya hasil kajian dan analisis penulis akan dipaparkan dalam sebuah bentuk karya tulis ilmiah atau laporan hasil penelitian. Tahap ini merupakan tahap paling akhir dalam sebuah penelitian dimana penulis menampilkan keseluruh hasil kerjanya secara utuh serta menggambarkan tentang keseimpulan dari hasil penelitiannya. Dalam penulisan laporan hasi penelitian ini, penulis harus dapat mendeskripsikan seluruh pemikiran dan hasil analisinya ke dalam bentuk narasi yang sesuai dengan penulisan karya tulis ilmiah yang baik dan benar.

Pada tahap ini, peran pembimbing skrisi sangat penting berkaitan dengan cara penulisan karya ilmiah yang sesuai dengan aturan yang berlaku dalam dunia akademik. Dalam penulisan skripsi yang berjudul “ Pertambangan Batubara Rakyat Di Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara (Kajian Historis Tahun 1999-2013) menggunakan buku Pedoman Karya Ilmiah (UPI) 2014

sebagai panduan dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini merupakan tulisan karya ilmiah pertama penulis, sehingga penulis merasa masih banyak kekurangan baik dalam penulisan maupun fakta. Oleh karena itu, penulis mengharapkan berbagai masukan demi penyempurnaan karya tulis ini. Mengenai penyusunan skripsi ini, sesuai dengan Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI tahun 2014, penulis membagi pokok-pokok pikiran utama pada ksripsi ini ke dalam lima bab dengan struktur organisasi skripsi sebagai berikut:

1. BAB I Latar Belakang Penelitian

Bab I, berisi latar belakang penelitian, memaparkan alasan mengapa penulis memilih tema pertambangan batubara rakyat di Kecamatan Sambja, memeparkan keresahan penulis , dan jelaskan tujuan penulis dalam memilih tema


(41)

serta menguraikan beberapa pertanyaan utama penelitian. Dalam bab ini juga dibahas rumusan masalah yang bertujuan agar pembahasannya lebih terfokus. Rumusan masalah merupakan fokus utama yang diangkat serta uraian dari sebuah maslaah utama. Selain itu, bab ini juga memuat tujuan penulisan yang menjelaskan tentang hal-hal yang akan disampaikan untuk menjawab berbagai permasalahan yang telah ditentukan. Selanjutnya mengenai sistematika penulisan. Pokok pemikiran utama pada bab ini ialah gambaran umum keseluruhan isi kajian skripsi serta sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan karya ilmiah ini.

2. Kajian Pustaka

Bab II menjelaskan tentang literature yang digunakan penulis dalam menyelesaikan penelitian serta gambaran umum mengenai resensi buku sumber yang digunakan sebagai referensi pemikiran penulisnya. Pada bab ini juga terdapat konsep-konsep yang sesuai dengan variabel penelitian penulis, selanjutnya dibuat kerangka konsep yang lebih terarah. Penggunaan konsep ini untuk memudahkan penulis dalam proses analisis hasil kajian serta menguji kesesuaian fakta demi mendapatkan gambaran sejarah yang utuh. Pokok pikiran utama pada bab ini ialah penjelasan mnegenai sumber-sumber bacaan yang relevan dengan penelitian penulis.

3. Metode Penelitian

Bab II, di dalam menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan penulis, yaitu metode historis dengan cara studi literature dan wawancara. Pada bab ini penulis menggunakan kesimpulan terhadap beberapa permaslaahn yang telah diajukan sebelumnya. Dijelaskan juga menenai tahapan metodelogi penelitian sejarah yang terdiri dari heuristic, kritik sumber (eksternal dan internal),, interpretasi dan historiografi. Pada bab ini dielaskan mengenai langkah-langkah penelitian yang dilakukan penulis hingga menghasilkan karya tulisn ilmiah yang baik dan sesuai dan benar.


(42)

4. Pembahasan

Bab IV merupakan bagian utama dalam struktur organisasi skripsi yang menjadi kajian penelitian. Pada bab ini dibahas bagian-bagian penting dari konten pembahasan sesuai dengan judul yang diangkat. Bagian ini menjadi pokok pikiran penulis dalam menganalisa permaslaahn yang diangkat. Bab ini juga untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah. selain itu juga memaparkan secara rinci mengenai pertambangan batubara rakyat di Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Katanegara. Menjelaskan pula kondisi social ekonomi awal otonomi daerah, perkembangan awal pertambangan rakyat, berbagai upaya yang dilakukan penambang rakyat untuk tetap bertahan, dan kontribusi pertambangan terhadap lingkungan sosial maupun geologis.

5. Simpulan dan Saran

Pad bab ini berisi mengenai simpulan penulis mengenai kajian “Pertambangan Batubara Rakyat Di Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai

Kartanegara (Kajian Historis Tahun 1999-2013)” bedasarkan perspektif penulis. Bab ini juga berisi saran dari penulis berkenaan dengan tindak lanjut penelitian maupun berkaitan dengan pemanfaatan yang terkadung dalam skripsi. Pemahaman secara utuh dipaparkan pada bagian ini yang merupakan pemikiran dan hasil analisi penulis.


(43)

BAB V

Kesimpulan dan Saran

Berdasarka hasil penelitian dan pembahasan skripsi mengenai ‘Pertambangan Batubara Rakyat Di Kecamatan Smaboja Kabupaten Kutai Kartanegara (Kajian Historis Tahun 1999-2013), maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan dan rekomendasi mengenai hasil penelitian sebagai berikut:

5.1 Kesimpulan

Pertama, wilayah Kecamatan Samboja yang berada di daerah pesisir

Kabupaten Kutai Kartanegara Propinsi Kalimantan Timur. Kecamatan Samboja memiliki luas wilayah 1.161,13 km2 terbagi menjadi 23 kelurahan/desa. Sebagai daerah penyangga pembangunan bagi Kota Balikpapan maupun Kota Samarinda. Kecamatan Samboja terbagi menjadi 2 zona berdasarkan potensi alamnya, yaitu pertama wilayah pesisir pantai yang kaya akan hasil laut, perkebunan kelapa ( kopra), dan pertambangan migas. Kedua, wilayah perbukitan yang kaya akan pertambangan batubara, hasil hutan, dan pertanian (dalam arti luas meliputi hortikultura dan perternakan unggas). Secara umum penduduka Samboja berprofesi sebagai petani, peternak, penambang dan nelayan pada awal masa otonomi daerah tahun 2000. Dengan penduduk yang multi suku yaitu Jawa, Bugis, Dayak. Dalam perkembangannya suku-suku tersebut dapat berbaur untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi samboja dengan bukti perkembangan usaha batubara rakyat yang melibatkan berbagai suku

Kedua, Pertambangan batubara dilirik kembali setelah masa bisnis logging

berakhir dikarenakan terbatasnya bahan baku kayu hutan dan keluarnya ketentuan disertai sanksi yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999. Dimana dengan berdirinya KUD Rukun Sentosa yang merupakan Koperasi Tambang pertama di Kecamatan Samboja yang berdiri pada tahun 1999 dengan KP seluas 88 ha di Kelurahan Margomulyo menjadi penggerak awal tumbuhnya minat masyarakat mengusahakan pertambangan batubara. Kegiatan pertambangan


(44)

batubara diusahakan secara massif oleh masyarakat setempat setelah mendapatkan momentum yang tepat dengan adanya kenaikan harga batubara, kebutuhan pasar yang meningkat untuk memenuhi industri di jawa, sulawesi serta luarnegei, terbentuknya Koperasi Tambang Rukun Sentosa yang memiliki KP, serta dukungan aparat pemerintah yang membutuhkan uang tambahan.

Pertambangan Batubara di Kecamatan Samboja merupakan usaha yang melibatkan berbagai unsur masyarakat. Menurut perannya, pihak yang terlibat dalam kegiatan pertambangan batubara rakyat dapat dibedakan menurut perannya masing-masing, yaitu pemodal, penambang (pemilik tambang rakyat dan buruh), pengepul/kolektor, dan pemasok. Pemodal merupakan orang atau sekelompok orang yang menyediakan modal seluruh proses penambangan atau yang memiliki Ijin Usaha Pertambangan (IUP). Pemodal berasal dari berbagai kalangan mulai dari penambang lokal yang sukses, pejabat lokal sampai pengusaha Tionghoa dari Surabaya. Berdasarkan teknologi, pertambangan batubara rakyat dibedakan dalam 2 masa, di masa awal masih menggunakan alat-alat manual berupa cangkul, linggis dan lainnya yang terjadi sebelum tahun 2006. Masa selanjutnya, sejak 2006 pertambangan batubara rakyat menggunakan alat-alat berat untuk mengupas tanah dan pengambilan batubara tapi tetap dengan melibatkan buruh tambang yang banyak untuk mengarungi batubara dan mengangkutnya ke truk pengangkut. Besarnya keterlibatan buruh tambang sebagai ciri dari pertambangan rakyat. Berdasarkan pertumbuhan penambang maka tahun 2009 merupakan masa paling subur pertambangan kecil yang mencapai 171 penambang sedangkan tahun 2013 tinggal 16 penambang yang dikenal sebagai tahun kematian bagi pertambangan batubara yang disebabkan oleh turunnya harga dan permintaan batubara.

Ketiga, pertambangan batubara merupakan salah satu usaha yang paling

menjanjikan dalam kekayaan di Kalimantan. Namun, juga memiliki tantangan tersendiri baik internal maupun eksternal. Tantangan internal bagi penambang rakyat diantaranya karena keterbatasan modal, legalitas, kurangnya keamanan selama buruh melakukan penambang, dan buruknya manajemen usaha pemilik tambang rakyat.Tantangan eksternal yang harus dihadapi penambang rakyat yaitu LSM Lingkungan yang selalu menganngap pertambangan rakyat merupakan


(1)

Muhammad Imaduddin, 2015

PERTAMBANGAN BATUBARA RAKYATDI KECAMATAN SAMBOJA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pertambangan paling merusak, Perusahaan Swasta yang membatasi gerakan penambang rakyat dengan dalil legalitas, dan pungutan liar yang marak terjadi dilokasi tambang maupun di pelabuhan.

Keempat, usaha pertambangan batubara rakyat memberikan kontribusi positif maupun negatif terhadap lingkungan sekitar. Lingkungan sosial merasakan dampak positif terutama sosial ekonomi dimana peningkatan pendapatan bagi penambang maupun usaha yang mendukung tambang yaitu rumah makan. Pertambangan tumbuh dengan pesat hingga memunculkan beberapa orang kaya baru pada tahun 2009 sepeti pak Hasyim, Aziz, dan Andi. Namun, ketika tahun 2013 yang mampu bertahan diusaha pertambangan batubara hanya pak Aziz dengan kondisi keuangan yang cukup stabil, berbeda dnegan pak Hasyim yang bangkrut sehingga seluruh asetnya disita bank. Sedangkan pak Andi memutuskan beralih menjadi penjual sembako untuk tetap bertahan hidup. Ketika tahun 2007-2009 pertambangan tumbuh baik, usaha warung makan merasakan dampaknya sepeti pak Cipto pemiliki warung makan yang sampai mendapatkan omset 80-100 juta/bulan. Namun ketika usaha pertambangan mengalami kejatuhan omset pak Cipto turun hingga hanya mencapai omset 19-25 juta/bulan begitu pula dengan warung makan lainnya bahkan ada yang sampai tutup.

Secara dampak lingkungan geologis, pertambangan merupakan penyebab utama kerusakan yang terjadi di kecamatan Samboja. Berdasarkan kerusakan lingkungan yang dirasakan masyarakat yaitu dengan rusaknya bentang alam dimana bekas tambang tidak lagi bisa ditanami tumbuhan, rutinitas banjir setiap kali hujan turun sejak beroperasinya pertambangan batubara dan jalan publik yang rusak menyebabkan banyaknya terjadi tingkat kecelakaan.

5.2 Rekomendasi

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan mengenai Pertambangan baatubara rakyat di Kecamatan Samboja ada beberapa rekomendasi, yaitu:

1. Penulis berharap agar penelitian ini dapat dimanfaatkan bagi pengembangan kebijakan pemerintah di bidang pertambangan batubara


(2)

rakyat. Khususnya yang berhubungan dengan perijinan pertambangan batubara, penyuluhan pengelolaan lingkungan hidup.

2. Penulis berharap semakin banyak penelitian mengenai pertambangan batubara rakyat khususnya di Kalimantan Timur dikarenakan untuk saat ini sulit ditemukan karya ilmiah yang mengkaji lebih dalam tema tersebut. Padahal sejarah pertambangan khususnya basis energi memiliki peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia khususnya wilayah yang mengandalkan sumber daya alam seperti Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara.

3. Berdasarkan fakta dilapangan karena daerah penelitian merupakan daerah pertanian dan pemukiman penduduk, sehingga perlu diperhatikan dampak negatif yang akan ditimbulkan akibat pertambangan batubara. maka dibutuhkan kerjasama berbagai pihak untuk mengatasi permasalahn tersebut.

4. Bila dianalisa dampak pada lingkungan, tambang batubara sangat merusak kualitas lingkungan geografis sehingga untuk membangun usaha berbasis energi dapat dilakukan beberapa alternatif seperti biomassa dari kayu yang dikenal dengan wood pellet yang tersedia cukup banyak di Kecamatan Samboja dan Biogas sebagai alternatif energi dari kotoran hewan ternak.

5. Skripsi ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pengetahuan mengenai sejarah lokal khususnya mengenai sejarah lokal di Kabupaten Kutai Kartanegara. Selain itu, juga dapat menambah referensi bagi siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas XII mengenai pelajaran sejarah

pada materi ‘Kehidupan politik dan ekonomi Bangsa Indonesia pada amasa awal Reformasi’Materi pokok tersebut didukung dengan Kompetensi Dasar sebagai berikut (3.6) Mengevaluasi kehidupan politik dan ekonomi bangsa Indonesia pada masa awal Reformasi. (4.6) Melakukan penelitian sederhana tentang kehidupan politik dan ekonomi bangsa Indonesia pada masa awal Reformasi dan menyajikannya dalam


(3)

Muhammad Imaduddin, 2015

PERTAMBANGAN BATUBARA RAKYATDI KECAMATAN SAMBOJA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daftar Pustaka

Sumber Buku:

Abdurrahman, D. (1999). Metodologi Penelitian Sejarah. Jakarta : PT Logos. Aziz, I dkk. (2010). Pembangunan Berkelanjutan: Peran dan kontribusi emil

salim. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Baky, A.L. (2007). Pengaruh Pengaturan Pertambangan Umum Pra dan Pasca Berlakunya Otonomi Daerah Terhadap Investasi Di Sektor Pertambangan Umum. UGM Press : Tesis Jurusan Hukum Bisnis

Darmono, J. dkk. (2009). Mineral dan Energi Kekayaan Bangsa: Sejarah pertamabngan dan energi Indonesia. Jakarta: Terbitan Departemen Energi dan Sumber Daya Alam.

Djajadiningrat, Surna Tjahya. (2001). Pemikiran, Tantangan dan Permasalahan Lingkungan. Bandung : Studi Tekno Ekonomi Depatemen Teknik Industri ITB.

Fauzi, A. (2006). Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Gottschalk, L. (1985). Mengerti Sejarah: Pengantar Metode Sejarah [Terjemahan: Nugroho Notosusanto]. Jakarta: Yayasan Penerbit UI.

Hoover, E.M. and F. Giarratani. (1984). An Introduction to Regional Economics. Third Edition, Alfred A. Knopf, Inc., New York

Ismaun. ( 2005). Pengantar Belajar Sejarah Sebagai Ilmu dan Wahana Pendidikan. Bandung : Historia Utama Press

______. (2005b). Sejarah Sebagai Ilmu. Bandung : Historia Utama Press. Koentjaraningrat. (1992). Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian. Kuntowijoyo. (2003). Metodologi Sejarah Edisi kedua. Yogyakarta : Tirta

Wacana Yogya.

Maimunah, S. (2014). Mencari Makroman Di Tanah Pinjaman : Perempuan Makroman di Tengah Perubahan Agraria dan Perjuangan Komunitas Menghadapi Pengerukan Batubara. Bogor: Sajogyo Institute.


(4)

Manan, B. (2003). Menyongsong Fajar Otonomi Daerah. Yogyakarta: FSH-UII. Partomo, T.S dan Soejoedono, A.R. (2004). Ekonomi Kecil/Menengah dan

Koperasi. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Shafer, R.J . (1974). A Guide to Historical Method. Illionis : The Dorsey Press Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Ombak.

Soekanto, S. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada Soemarwotto, O. (1991). Ekologi, Lingkungan Hidup Dan Pembangunan. Jakarta:

Penerbit Djambatan.

Sukandarrumidi. (2008). Bahan Galian Industri. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Syamtasiyah, A. ( 2013). Kesultanan Kutai 825-1910: Politik dan ekonomi akibat penetrasi kekuasaan belanda. Tangerang: Serat Alam Media.

Taneko, S.B. (1990). Struktur dan Proses Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Zulkarnain, I dkk (2003). Konflik di kawasan Pertambangan Emas: kasus Pongkor dan Cikotok. Jakarta: LIPI Press

Sjafrizal. (2008). Ekonomi Regional : Teori dan aplikasi. Jakarta: Niaga Swadaya. Suyanto, B. (2013). Sosiologi Ekonomi: Kapitalisme dan Konsumsi di Era

Mayarakat Post-Modernisme. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Zulkarnain, I dkk. 2004. Konflik di Daerah Pertambangan: menuju penyusunan

konsep solusi awal dengan kasus pada pertambangan emas dan batubara. Jakarta : LIPI Press.

Laporan Penelitian

Haug, Michaela. (2007). Kemiskinan dan Desentralisasi di Kutai Barat : Dampak Otonomi Daerah terhadap Kesejahteraan Dayak Benuaq. Bogor: Center for Internastional Forestry Research (CIFOR).

Herman, D. (2006). Pertambangan Tanpa Izin (PETI) Dan Kemungkinan Alih Status Menjadi Pertambangan Skala Kecil. Jakarta: Pusat Sumber Daya Geologi.


(5)

Muhammad Imaduddin, 2015

PERTAMBANGAN BATUBARA RAKYATDI KECAMATAN SAMBOJA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Raden, I. dkk. ( 2010). Kajian Dampak Penambangan Batubara Terhadap Pengembangan Sosial Ekonomi dan Lingkungan di Kabupaten Kutai Kartanegara. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Dalam Negeri. Laporan Penelitian.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Skripsi

Aliyah, F. (2011). Pertambangan Timah Rakyat Di Pulau Belitung (Kajian Historis Tahun 1999-2005). (Skripsi). Bandung: Departemen Pendidin Sejarah FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia.

Anggarini, N. (2014). Pengaruh Penambangan Pasir Terhadap Kualitas Lingkungan Di Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya. (Skripsi). Bandung : Departemen Pendidikan Geografi FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia.

Suprihatin, I. (2014). Perubahan Perilaku Bergotong Royong Masyarakat Sekitar Perusahaan Tambang Batubara Di Desa Mulawarman Kecamatan Tenggarong Seberang. (Skripsi). Samarinda: Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Mulawarman.

Internet

___ . (2015). Diskusi : Pertambangan Ilegal di Indonesia dan Tantangannya Menuju Ekonomi ASEAN. [Online]. Diakses dari [http://www.iesr.or.id/2013/10/diskusi-pertambangan-ilegal-di-indonesia-dan-tantangannya-menuju-ekonomi-asean-2/] pada tanggal 8 September 2015.

____. (2015). Sumber Daya Alam Kalimantan Timur. Diakses dari www.bappedakaltim.com/headlines/225-,p3ei.html pada tanggal 23 mei 2015.


(6)