Tingkat Kesesuaian Deskripsi Bibliografi Bahan Monograf dengan AACR2 pada Perpustakaan Institut Sains dan Teknologi TD Pardede

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Perpustakaan Perguruan Tinggi
Sejarah perpustakaan diawali dengan ditemukannya tulisan, bahan tulis

dan alat tulis. Kumpulan dari sejumlah buku merupakan embrio lahirnya sebuah
perpustakaan. Perpustakaan adalah koleksi atau sekumpulan koleksi buku yang
diorganisasikan

atau

dipelihara

penggunaan/keperluan(membaca,konsultasi,belajar,meneliti),

untuk
dikelola


oleh

pustakawan dan staf terlatih lainnya dalam rangka menyediakan layanan untuk
memenuhi kebutuhan pengguna.
Secara umum perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang
terdapat pada sebuah perguruan tinggi. Perpustakaan ini dinaungi oleh perguruan
tinggi dimana perpustakaan itu berada. Semua kebijakan yang akan dilakukan
oleh perpustakaan harus diketahui oleh perguruan tinggi yang bersangkutan.
Secara keseluruhan perpustakaan perguruan tinggi termasuk ke dalam ruang
lingkup perguruan tinggi.
Perpustakaan perguruan tinggi sering juga disebut sebagai jantung
universitas. Penyelengaraanya dilakukan oleh lembaga pendidikan tinggi yang
bersangkutan. Menurut Sulistyo-Basuki (1991:51), “Perpustakaan perguruan
tinggi adalah perpustakaan yang terdapat pada perguruan tinggi, badan
bawahanya, maupun lembaga yang berafiliasi dengan perguruan tinggi,dengan
tujuan utama membantu perguruan tinggi mencapai tujuannya”.
Dalam Buku Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004:3) yang termasuk
perguruan tinggi adalah universitas, institute, sekolah tinggi, akademik,
politeknik, dan perguruan tinggi lain yang sederajat. Perpustakaan perguruan
tinggi adalah perpustakaan jurusan, fakultas, universitas, institute, maupun

sekolah tinggi, misalnya lembaga penelitian dan lembaga pengabdian masyarakat
juga dimasukkan ke dalam kelompok perpustakaan perguruan tinggi.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Hasugian dalam bukunya “Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan
Informasi” Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang dikelola
perguruan tinggi dengan tujuanmembantu tercapainya tujuan perguruan tinggi.
Perpustakaan Nasional mendefenisikan perpustakaan perguruan tinggi sebagai
perpustakaan yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan tinggi yang
layanannya diperuntukkan sivitas akademika perguruan tinggi yang bersangkutan
(2009:35).
Menurut Reitz (2004) Perpustakaan perguruan tinggi adalah sebuah
perpustakaan atau sistem perpustakaan yang dibangun, diadministrasikan dan
didanai oleh sebuah universitas untuk memenuhi kebutuhan informasi, penelitian
dan kurikulum dari mahasiswa, fakultas dan stafnya.
Perpustakaan perguruan tinggi boleh berupa sebuah perpustakaan atau
sistem perpustakaan. Sistem perpustakaan maksudnya adalah kemungkinan
adanya berbagai perpustakaan baik perpustakaan pada tingkat universitas,
fakultas, departemen/jurusan dan juga pada lembaga lain di bawah suatu

perguruan tinggi. Artinya, pada sebuah perguruan tinggi dimungkinkan terdapat
berbagai perpustakaan yang dimaksudkan untuk mendukung perguruan tinggi itu
sendiri.
Dalam pelaksanaan pengelolaannya, perpustakaan perguruan tinggi
mengenal sistem sentralisasi dan desentralisasi. Pada perpustakaan perguruan
tinggi yang menganut sistem sentralisasi (terpusat), semua koleksi dijadikan satu,
termasuk semua kegiatannya. Dengan sistem ini, maka kegiatan pemilihan,
pengadaan, pengolahan hingga layanan sirkulasi dan layanan informasi lainnya
dilakukan oleh pusat. Biasanya bagi perguruan tinggi yang menganut sistem ini
perpustakaannya hanyalah perpustakaan pusat dan mungkin ada perpustakaan
cabang yang ditempatkan pada fakultas tertentu atau gedung lain, tetapi tetap
dalam satu kesatuan manajemen.
Pada sistem sentralisasi, ada kalanya terdapat beberapa perpustakaan
namun masing-masing dibagi menurut subjeknya, misalnya perpustakaan ilmuilmu sosial, perpustakaan ilmu-ilmu kesehatan, perpustakaan ilmu-ilmu teknologi,
perpustakaan ilmu-ilmu pertanian dan sebagainya akan tetapi manajemennya

Universitas Sumatera Utara

tetapsatu atau terpusat. Sedangkan perguruan tinggi yang menganut sistem
perpustakaan desentralisasi, semua perpustakaan yang ada di dalam perguruan

tinggi itu berdiri sendiri. Dalam sistem ini dikenal perpustakaan pusat,
perpustakaan pada setiap fakultas, departemen dan /atau program studi,
perpustakaan lembaga dan sebagainya dan semuanya berdiri sendiri dalam aspek
manajerial dan kegiatan teknis dan pelayanannya.
Perpustakaan perguruan tinggi memiliki tugas-tugas yang khas yang
meliputi :
a.

Memenuhi kebutuhan informasi masyarakat Perguruan Tinggi yang
lajimnya mencakup staf pengajar, mahasiswa dan staf administrasi
Perguruan Tinggi.

b.

Menyediakan bahan rujukan atau referensi pada semua tingkat akademis,
mulai dari mahasiswa tahun pertama hingga mahasiswa program pasca
sarjana.

c.


Menyediakan jasa peminjaman guna berbagai pemakai serta menyediakan
ruang belajar bagi pemakai perpustakaan.

d.

Menyediakan jasa informasi aktif yang tidak saja terbatas pada lingkungan
perguruan tinggi, tetapi juga lembaga industri lokal yang ada di sekitar
perguruan tinggi tersebut.
Tujuan perguruan tinggi di Indonesia dikenal dengan nama Tri Darma

Perguruan Tinggi (pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat). Maka
perpustakaan perguruan tinggi pun bertujuan membantu melaksanakan ketiga
darma perguruan tinggi.Mahasiswa datang ke perpustakaan pada dasarnya untuk
membaca.
Berdasarkan pendapat dan uraian diatas, dapat diketahui bahwa
perpustakaan perguruan tinggi merupakan perpustakaan yang berada dalam ruang
lingkup perguruan tinggi yang turut dalam menjalankan Tri Darma perguruan
tinggi (pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat). Dengan cara
mengumpulkan informasi dan menyebarluaskannya kepada penggunanya.


Universitas Sumatera Utara

2.2

Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi
Berdirinya sebuah perpustakaan perguruan tinggi tidak lepas dari tujuan

awal didirikannya perpustakaan tersebut, yaitu untuk menunjang program Tri
Darma perguruan tinggi.
Secara umum tujuan perpustakaan perguruan tinggi menurut SulistyoBasuki (1993:52) adalah :
1. Memenuhi keperluan informasi masyarakat perguruan tinggi, lazimnya staf
pengajar dan mahasiswa. Sering pula mencakup tenaga adsministrasi perguruan
tinggi.
2. Menyediakan bahan pustaka rujukan (referensi) pada semua tingkat akademis,
artinya mulai dari mahasiswa tahun pertama sampai pada mahasiswa program
pasca sarjana dan pengajar.
3. Menyediakan ruang belajar bagi pemakai perpustakaan.
4. Menyediakan jasa peminjaman yang tepat bagi berbagai jenis pemakai.
5. Menyediakan jasa informasi aktif yang tidak terbatas pada lingkungan
perguruan tinggi tetapi juga lembaga indrustri lokal.

6. Perpustakaan berperan dalam mengimpun dan melestarikan koleksi bahan
pustaka agar tetap dalam keadaan baik.

2.2.1 Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi
Sebagai pusat informasi di suatu perguruan tinggi, perpustakaan perguruan
tinggi selalu berusaha semaksial mungkin dalam memenuhi kebutuhan informasi
pengguna. Untuk itu perpustakaan perguruan tinggi harus mampu melakukan
fungsinya sebagai perpustakaan pada sebuah perguruan tinggi.
Dapat diketahui bahwa fungsi perpustakaan perguruan tinggi terbagi
kedalam berbagai fungsi, seperti fungsi edukasi, informasi, riset, rekreasi dan
deposit. Selain itu fungsi perpustakaan perguruan tinggi juga mencakup proses
pemgumpulan informasi, pengolahan dan pemanfaatan penyebaran informasi.

Universitas Sumatera Utara

Di dalam buku pedoman perpustakaan perguruan tinggi (2004:3) fungsi
perpustakaan perguruan tinggi adalah sebagai berikut :
1. Fungsi Edukasi
Perpustakaan merupakan sumber belajar para sivitas akademika, oleh karena itu
koleksi yang disediakan adalah koleksi yang mendukung pencapaian

pembelajaran, pengorganisasian bahan pembelajaran.
2. Fungsi Informasi
Perpustakaan merupakan sumber informasi yang mudah diakses oleh pencari
dan pengguna informasi.
3. Fungsi Riset
Perpustakaan mempersembahkan bahan-bahan primer dan sekunder yang paling
mutakhir sebagai bahan untuk melakukan penelitian dan pengkajian ilmu
pengetahuan dan teknologi serta seni.
4. Fungsi Rekreasi
Pengguna perpustakaan dapat menikmati rekreasi dengan cara membaca.
Perpustakaan

harus

menyediakan

koleksi

yang


mengandung

aspek

rekreasiterutama bacaan umum dan karya fiksi seperti surat kabar dan majalah
umum.

2.3

Koleksi Perpustakaan
Salah satu unsur pokok dari perpustakaan adalah koleksi perpustakaan.

Dengan adanya paradigma baru dapat disimpulkan bahwa, salah satu kriteria
dalam penilaian layanan perpustakaan melalui kualitas koleksinya.Koleksi
perpustakaan dibina dengan cara mengumpulkan serta memilih buku yang
diperoleh dari mana saja.
Dalam buku Pedoman Pembinaan dan Koleksi dan Pengetahuan Literature
(1998:2) menyatakan bahwa “Koleksi perpustakaan adalah semua bahan pustaka
yang dikumpulkan, diolah dan disimpan untuk disajikan kepada masyarakat guna
memenuhi kebutuhan pengguna informasi”.


Universitas Sumatera Utara

Sedangkan menurut Ade Kohar (2003:6) “Koleksi perpustakaan adalah
mencakup berbagai format bahan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan
alternatif para pemakai perpustakaan terhadap rekam media informasi”.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa koleksi perpustakaan
adalah semua bahan pustaka yang ada sesuai dengan kebutuhan sivitas akademika
dan dapat digunakan oleh para pengguna perpustakaan.
Dalam buku Psikologi Perpustakaan (2009:109) Koleksi bahan pustaka
yang memadai merupakan salah satu kunci keberhasilan perpustakaan. Kekuatan
koleksi bahan pustaka merupakan daya tarik bagi pemakai, sehingga makin
banyak dan lengkap koleksi bahan pustaka yang dibaca dan dipinjam, akan
semakin ramai perpustakaan dikunjungi masyarakat.
Pada awalnya koleksi perpustakaan semuanya berupa bahan tercetak atau
berbasis kertas. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya, dengan penemuan
media lain selain buku yang dapat menyimpan atau merekam informasi, maka
perpustakaan tidak lagi hanya mengelola buku (bahan tercetak) akan tetapi juga
menyimpan dan menyediakan akses ke berbagai media penyimpanan informasi
(dokumen) lainnya seperti: mikrofilm, mikrofiche, tape audio, CD, CD-ROM,

disk, tape video, DVD dan sebagainya serta menyediakan fasilitas umum untuk
mengakses berbagai database baik yang dilanggan maupun yang gratis melalui
internet.
Pemanfaatan koleksi perpustakaan oleh pengguna menjadi tujuan sebuah
perpustakaan.Semua bahan perpustakaan atau dokumen yang menjadi koleksi
perpustakaan digunakan untuk kepentingan pembaca, oleh karena itu tujuan
perpustakaan bukanlah mencari laba.

2.3.1

Koleksi Karya Cetak (Monograf)
Menurut buku Peraturan katalogisasi Indonesi (1994:166) menyatakan

bahwa koleksi karya cetak (bahan monograf) adalah bahan bukan terbitan berseri.
Suatu bahan pustaka yang paling umum dan dapat dijumpai pada setiap
perpustakaan. Ada kemungkinan bahwa buku hanya terdiri dari beberapa halaman
saja , buku dapat pula terbit dalam satu jilid atau beberapa jilid.

Universitas Sumatera Utara

2.4

Katalogisasi
Dalam pembuatan kartu katalog manual ada beberapa langkah yang harus

diperhatikan agar kartu katalog tersebut dapat berjalan sesuai dengan fungsinya.
Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam pembuatan kartu katalog dapat
dilihat sebagai berikut;
a.

Langkah pertama, menentukan pengarang yang menjadi tajuk entri utama

b.

Langkah kedua, membuat deskripsi bibliografi

c.

Langkah ketiga, menentukan subjek

d.

Langkah keempat, membuat nomor kelas buku
Pengatalogan deskriptif adalah deskripsi bibliografi suatu bahan pustaka

dan hal-hal lain yang menyangkut fisik bahan pustaka tersebut.
Pengatalogan deskriptif tidak sama untuk semua jenis bahan pustaka, baik
monograf, terbitan berseri, maupun bahan bukan buku (audio visual). Peraturan
katalogisasi untuk masing-masing bahan tersebut berbeda. Perbedaan ini
disebabkan oleh sumber informasi yang digunakan untuk pengatalogan dan data
lain dari bahan, serta bentuk bahan yang berbeda-beda.
Pedoman yang digunakan untuk katalogisasi adalah:
1) Anglo American Cataloging Rules 2 (AACR2)
2) Standar deskripsi untuk monografi
3) Standar deskripsi untuk terbitan berseri
4) Peraturan Katalogisasi Indonesia (PKI)
5) Format MARC INDONESIA (INDOMARC)
Peraturan katalogisasi yang lebih terinci ada dalam buku Anglo American
Catologuing Rules (AACR2). Pada AACR2 jelas dibuat aturan katalogisasi untuk
semua jenis bahan pustaka. AACR2 terbagi dalam dua bagian, bagian pertama
membahas tentang deskripsi dan bagian kedua membahs tentang “Acces Points
(titik temu), tajuk (headings), judul seragam (uniform titles) dan penunjukan

Universitas Sumatera Utara

(reference). Bagian yang pertama merupakan peraturan yang membahas tentang
deskripsi, yang terbagi atas 13 bab menurut jenis bahan.Peraturan deskripsi ini
disusun berdasarkan ISBD.

2.5

Katalog Perpustakaan
Perpustakaan memerlukan katalog untuk menunjukkan ketersediaan

koleksi yang dimilikinya. Untuk itu, perpustakaan memerlukan suatu daftar yang
berisikan informasi bibliografis dari koleksi yang dimilikinya. Daftar tersebut
disebut katalog perpustakaan.Katalog adalah sarana untuk menemubalikkan suatu
bahan perpustakaan dari koleksi suatu perpustakaan.
Pengguna perpustakaan menggunakan koleksi perpustakaan dengan
bermacam-macam keperluan.Untuk mengetahui buku-buku apa saja yang dimiliki
oleh suatu perpustakaan diperlukan alat bantu yang disebut katalog perpustakaan.
Secara singkat katalog dapat diartikan sebagai daftar. Katalog perpustakaan
merupakan suatu daftar buku yang dimiliki oleh suatu perpustakaan dan disusun
secara sistematis untuk dapat memudahkan pengguna dalam menemukan
informasi dan bahan pustaka yang disediakan oleh perpustakaan.
Menurut Gates (1989:62) katalog perpustakaan adalah suatu daftar yang
sistematis dari buku dan bahan-bahan lain dalam suatu perpustakaan dengan
informasi deskriptif mengenai oengarang, judul, penerbit, tahun terbit, bentuk
fisik, subjek, ciri khas bahan dan tempatnya.
Katalog perpustakaan memegang peranan penting dalam penelusuran
informasi, karna katalog memuat keterangan bibliografi tentang sebuah buku
mulai dari nama pengarang, judul buku (anak judul dan judul tambahan), edisi,
impresum (kota terbit, nama penerbit,tahun terbit).
Menurut Tairas dan Soekarman (1981:182) katalog adalah”suatu daftar
buku atau bahan pustaka lainnya yang disusun menurut suatu rencana tertentu”.
Sedangkan menurut Soetminah (1992:96) katalog adalah “daftar pustaka yang

Universitas Sumatera Utara

dimiliki oleh suatu perpustakaan yang disusun secara sistematis sehingga dapat
digunakan untuk mencari dan menemukan lokasi bahan pustaka”.

Katalogisasi adalah proses pembentukan katalog yang meliputi :
a. Katalogisasi deskriptif, merekam data bibliografi
b. Katalogisasi subjek, merekam subjek buku dengan menentukan tajuk entri
utama
Katalogisasi

deskriptif

merupakan

tahapan

pencatatan

pemberian

identifikasi dan deskripsi sebuah buku yang menjadi koleksi perpustakaan.
Katalogisasi perpustakaan bertujuan untuk : pertama, mengenali suatu bahan
perpustakaan yang diproses sehingga dapat memberikan informasi kepada
pembaca untuk membedakannya dengan bahan

perpustakaan lainnya. kedua,

memberikan karakter pada suatu bahan perpustakaan yang dapat membantu para
pembaca dalam memilih bahan pustaka yang diperlukan. Ketiga, menempatkan
entri pada tajuk yang paling menguntungkan pembaca.
Dapat disimpulkan bahwa katalog perpustakaan merupakan suatu daftar
buku yang dimiliki oleh suatu perpustakaan dan disusun secara sistematis untuk
dapat memudahkan pengguna dalam menemukan informasi dari bahan pustaka
yang disediakan oleh perpustakaan.
Secara garis besar, susunan katalog dibagi menjadi tiga bagian besar,
seperti yang dinyatakan Sulistyo-Basuki (1991:319):
1.Katalog abjad
a. katalog pengarang
b. katalog judul
c. katalog subjek
d. katalog leksika
2. Katalog kelas
3. Katalog terbagi

2.6

Pengertian Bibliografi

Universitas Sumatera Utara

Bibliografi berasal dari dua perkataan yang berasal dari bahasa Greek
(Yunani), yaitu biblion yang berarti buku dan graphien berarti menulis. Jadi arti
bibliography adalah menulis buku dan kemudian berubah menjadi menulis
tentang buku. Dalam arti menulis tentang buku, bibliography dapat dibedakan
(Soedibyo, 1988:204) :
1. Sebagai keterangan sistematis dari kumpulan buku-buku, manuskrip dan
terbitan yang berisi “nama penulis”, titel buku, edisi inprint dan kemudian
disusun menjadi suatu daftar yang dapat dipakai sebagai sumber keterangan.
2. Sebagai sebuah daftar buku, manuskrip dan terbitan lain yang disusun secara
sistematis dan sudah merupakan buku cetakan yang dapat terdiri dari beberapa
jilid, dalam hal ini bibliografi dapat dibedakan:
a.) Bibliography umum, yaitu yang tidak terbatas pada suatu subjek,
penulis, waktu dan tempat. Bahan pustaka yang termasuk ke dalam
bibliografi umum, antara lain:
(1) Bibliografi Karya Tulis Ilmiah Staf Pengajar Institut Pertanian
Bogor 1981-1984.
Bogor: Perpustakaan IPB, 1984.
(2) Bibliografi Koleksi Karya Ilmiah.
Jember: Sub Proyek Pembinaan Perpustakaan Universitas Jember,
1982.
(3) Bibliografi Textbook dan Reference.
Jember: Sub Proyek Pembinaan Perpustakaan Universitas Jember,
1982.
(4) Bibliografi Skripsi Universitas Pajajaran.
Jakarta: LIPI KITLV, 1981.
(5) Judul-Judul Penelitian di Perguruan Tinggi.
Jakarta: Ditjen Dikti, Depdikbud, 1980.
b.) Bibliography khusus, yaitu yang hanya terbatas pada satu subjek,
waktu dan tempat saja. Bibliografi khusus dapat berarti khusus dalam satu
bidang subjek tertentu secara terbatas, atau dapat juga khusus dalam arti
media yang didaftarnya yang terbatas. Contoh bibliografi khusus tentang

Universitas Sumatera Utara

media pandang dengar, dan bibliografi khusus tentang musik. Bahan
pustaka yang termasuk ke dalam bibliografi umum, antara lain:
(1) Bibliografi

Administrasi

Negara;

Bahan

Pustaka

yang

Diterbitkan dalam Kurun Waktu 1945-1983.
Jakarta: Lembaga Administrasi Negara, 1985.
(2) Bibliografi Pancasila.
Jakarta: Sekretariat Negara RI, 1985.
(3) Bibliography Agriculture with Subject Index.
Phoenix: The Oryx Press, 1979.
(4) Sam Kula, Bibliography of Film Librarianship.
London: The Library Association, 1969.
(5) Nel Pestman, Zeina Hadad, dan Hernandono, Bibliografi
Wanita Indonesia (Bibliography of Woman in Indonesia).
Jakarta: Kantor Menmud UPW & PDIN LIPI, 1980.
(6) Marie Ballew Bingham, A Catalog of Yucatan Collection on
Microfilm in teh University of Alabama Libraries.
Alabama: The University of Alabama Press, 1972.
3. Sebagai ilmu tentang buku, maka bibliography juga menyelidiki sejarah
dan teknik dari karya tertulis, buku-buku manuskrip diteliti untuk
diketahui asal usulnya. Bibliography dapat diolah secara:
a.)

Discriptive,

yaitu

dengan

disertai

keterangan-keterangan

singkatyang didapat dari halaman titel atau dari halaman kata
pengantar dan lainlain halaman.
b.) Evaluative, yaitu dengan disertai komentar, kritik-kritik dan uraian
yang berisi penilaian terhadap suatu buku (Soedibyo, 1988:205).
Bibliografi adalah publikasi yang memuat daftar dokumen baik
yang“diterbitkan” dalam bentuk buku maupun artikel majalah atau sumber
kepustakaan lain yang berhubungan dengan bidang ilmu pengetahuan atau hasil
karya seseorang yang dipakai pengarang sebagai sumber saat menulis bukunya
(Saleh dan Sujana, 2009:59-60).

Universitas Sumatera Utara

Bibliografi tidak saja mendaftar semua jenis penerbitan yang ada di
perpustakaan, berupa media cetak ataupun rekaman lainnya tetapi mungkin
penerbitan yang ada di luar perpustakaan yang tentu tidak ada katalognya.
Bibliografi lebih bervariasi dalam jenis maupun bentuk penerbitan yang
didaftarnya.
Penyusunan bibliografi berdasarkan urutan abjad nama pengarang atau
yang dianggap pengarang, judul, dan subjek. Dari segi penyusunan entrinya
bibliografi mempunyai kesamaan dengan katalog perpustakaan yaitu disusun
berdasarkan pengarang, judul ataupun subjek. Ada pula bibliografi yang disusun
berdasarkan urutan yang lain, misalnya berdasarkan komoditi dan lain-lain.
Bibliografi dapat juga disusun dengan cara tertentu yang terpenting adalah
sistematis dan mudah dibaca orang banyak. Bibliografi media cetak bukan buku,
biasanya susunannya dengan judul-judul media tersebut. Ada yang disusun
berdasarkan urutan subjek besar, kemudian disusul oleh subjek-subjek khusus,
dan susunannya kronologis peristiwa.
Data bibliografi yang dicatat antara lain adalah nama pengarang, nama
penyunting, judul pustaka, tempat terbit, penerbit, tahun terbit dan edisi, volume,
nomor, halaman (untuk majalah), serta keterangan fisik dokumen pustaka
tersebut, misalnya jumlah halaman, tinggi buku, ilustrasi.
Bibliografi biasanya diterbitkan oleh perpustakaan atau badan-badan
penerbit dengan tujuan untuk disebarkan kepada lembaga-lembaga perpustakaan
lain dan lembaga-lembaga informasi, atau juga sebagai bahan rujukan bagi para
pencari informasi tercetak atau terekam. Bibliografi yang diterbitkan oleh penerbit
mempunyai tujuan komersial; dengan jalan mempromosikan buku-buku
terbitannya diharapkan para pembaca tertarik untuk membelinya.
Penerbit juga sering mengirimkan bibliografinya ke berbagai perpustakaan
atau lembaga-lembaga pendidikan dan informasi tertentu yang dianggapnya
berkeinginan untuk membeli buku-buku yang didaftarnya ini.
Aspek-aspek yang dikaji suatu bibliografi adalah:
1) Halaman-halaman judulnya (termasuk hiasan-hiasan dan batasbatasnya),

Universitas Sumatera Utara

2) Keterangan-keterangan tentang penerbitnya imprints,
3) Item-item yang tampak jelas ataupun yang tidak tampak,
4) Penjilidan dan cetakannya,
5) Imprimatur-nya (pernyataan, yang ditemukan dalam buku-buku
tertentu, tentang perizinan mereka),
6) Teks-teks dan kolasinya,
7) Kata pengantarnya,
8) Dedikasi-dedikasinya.
Berdasarkan uraian pendapat di atas maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa bibliografi merupakan daftar buku, manuskrip dan
terbitan lain yang disusun secara sistematis dan berhubungan dengan ilmu
pengetahuan atau hasil karya seseorang yang dipakai pengarang sebagai
sumber penulisan.

2.7

Tujuan dan Fungsi Bibliografi
2.7.1 Tujuan Bibliografi
Tujuan bibliografi sebagai jasa layanan informasi (Trimo, 1998:152)
yaitu:
1. Untuk mengetahui tentang isi ringkas (abstraksi) dari suatu judul
tertentu dalam suatu bidang studi atau topik.
2. Mengetahui apakah suatu judul yang akan diapakai dalam kajiannya
merupakan karya-karya standar dalam subyek/topik kajiannya.
3. Pusat-pusat

informasi

yang

menyimpan/memiliki

judul

yang

dibutuhkan dan tidak tersedia dalam bibliografi nasional ataupun
bibliografi yang diterbitkan oleh suatu pusat jaringan tertentu, mencari
dalam bibliografi yang menyebutkan tempat/sumber dari setiap item
yang tercantum di dalamnya.
4. Mengetahui keterangan-keterangan (memverifikasikan) lebih lanjut
tentang pengarang, judul, isi, atau edisi.

Universitas Sumatera Utara

2.7.2 Fungsi Bibliografi
Bibliografi berfungsi sebagai alat bantu penelusuran sumber
informasi. Sebagai sarana untuk penelusuran informasi bibliografi
mempunyai tiga fungsi utama (Saleh dan Sujana, 2009:99) yaitu:
1. Fungsi Identifikasi dan Verifikasi
Umumnya bibliografi dilengkapi dengan informasi buku yaitu
keterangan kepengarangan, judul, edisi (jika lebih dari satu edisi),
tempat terbit, penerbit, tanggal terbit, deskripsi fisik (jumlah halaman,
ilustrasi, ukuran fisik dan lain-lain) dan untuk keperluan tertentu
dilengkapi pula dengan harga buku.
2. Fungsi Lokasi
Fungsi lokasi disini menunjukkan dimana buku/dokumen tersebut
diterbitkan, di perpustakaan mana buku tersebut berada, atau dimana
buku tersebut dapat dibeli.
3. Fungsi Seleksi
Dengan fungsi seleksi maka bibliografi disini dapat digunakan untuk
mencari petunjuk buku-buku yang ada dalam bidang tertentu atau oleh
pengarang tertentu, atau informasi dalam bentuk tertentu, bahkan
petunjuk bahwa informasi tersebut diperlukan oleh kelompok pembaca
tertentu.

2.8

Manfaat Bibliografi
Bibliografi sebagai bahan rujukan terutama berguna untuk (Saleh dan

Sujana, 2009:64) :
1. Memberi petunjuk lengkap kepada pengguna atau pencari informasi di
perpustakaan

tentang

terbitan,

baik

mengenai

hasil

karya

seseorang/sekelompok orang atau mengenai suatu subjek tertentu,

Universitas Sumatera Utara

2. Merupakan perlengkapan dalam melakukan pemilihan bahan pustaka
untuk dibeli dan disimpan di perpustakaan,
3. Merupakan suatu petunjuk tentang masalah apa saja yang pernah ditulis
orang atau merupakan petunjuk perkembangan penulisan suatu masalah
atau subjek.

2.9 Jenis-Jenis Bibliografi
Saleh dan Sujana membagi bibliografi menjadi tiga kelompok (Saleh dan
Sujana, 2009:61) yaitu:
1. Bibliografi Nasional
Bibliografi Nasional adalah terbitan yang memuat daftar dokumen yang
diterbitkan pada suatu negara tertentu. Bibliografi ini biasanya diterbitkan oleh
perpustakaan nasional atau negara. Bibliografi Nasional Indonesia Mendaftar
semua terbitan dari setiap penerbit yang tergabung dalam Ikatan Penerbit
Indonesia (IKAPI).

Contoh bibliografi nasional:

BIBLIOGRAFI NASIONAL INDONESIA: INDONESIAN NATIONAL
BIBLIOGRAPHY. Jakarta: Perpustakaan Nasional.
Terbit tiga bulan sekali.
BRITISH NATIONAL BIBLIOGRAPHY. London: British Library,
Bibliographic Services, 1950.
Terbit tiap minggu dengan terbitan kumulasi (gabungan beberapa nomor
sebelumnya) tiap empat bulan dan tiap satu tahun.

2. Bibliografi Universal
Bibliografi universal memuat daftar dokumen yang pernah terbit tanpa
membatasi negara penerbitnya. Sesungguhnya bibliografi jenis ini belum pernah
ada, karena senantiasa ada pembatasan cakupan dalam penerbitan suatu
bibliografi. Diperlukan waktu dan dana yang besar untuk bisa membuat sebuah

Universitas Sumatera Utara

bibliografi universal. Masalah ini lebih dipersulit lagi dengan adanya
kemungkinan yang sangat besar data yang bisa diperoleh saling berlainan
standarnya, sehingga membutuhkan keahlian dan ketelitian yang tinggi untuk
mengolahnya.

Contoh bibliografi universal adalah:

NATIONAL UNION CATALOG, PRE-1956 IMPRINTS. London: Mansell,
1968. Paris. Bibliotheque Nationale. CATALOGUE GENERAL DES
LIVRES

IMPREMES: AUTEURS. Paris: Imprimerie Nationale, 1899-. 227 volume.
British Museum.

GENERAL CATALOGUE OF PRINTED BOOKS. London: Trustees of the
British Museum, 1956-1966. 263 volume.

3. Bibliografi Restrospektif
Bibliografi restrospektif adalah daftar yang memuat informasi kepustakaan
dari dokumen yang terbit tanpa pembatasan waktu. Bibliografi seperti ini juga
jarang bisa ditemui, karena sesungguhnya penyusunan bibliografi akan menemui
kesulitan dalam mencari dokumen terbitan yang sudah cukup tua.

Contoh bibliografi yang termasuk restrospektif:

INDEX TO THE EARLY PRINTED BOOKS IN THE BRITISH MUSEUM
FROM THE INVENTION OF PRINTING TO THE YEAR 1500.
London: Kegan Paul, 1898-1899. 2 volume.

Universitas Sumatera Utara

Terbitan bibliografi sering tidak menggunakan kata bibliografi. Beberapa
contoh ada yang menggunakan kata index, catalog. Namun pada hakekatnya dari
segi isi semua terbitan tersebut dimaksudkan sebagai bibliografi.
Clapp (1955) mengelompokkan bibliografi menjadi dua kelompok besar
yaitu:
a) Bibliografi analitis (Analitical bibliograpghy) ialah bibliografi yang
memberikan penjelasan (fakta) mengenai pengarang, terbitan dan
asal mula naskah. Bibliografi ini disebut juga sebagai bibliografi
kritis atau bibliografi historis. Contoh bibliografi ini pada penulisan
ilmiah.
b) Bibliografi sistematis (Sytematic bibliography) disusun menurut
sistem tertentu, sesuai dengan tujuan penyusunannya. Dalam hal ini
seni penyusunan yang berperan. Bibliografi sistematis dapat berupa
daftar buku yang bersifat beranotasi atau tidak beranotasi. Selain
itu bibliografi sistematis dapat bersifat enumeratif atau bibliografi
subjek, yang berarti buku yang terdaftar di dalamnya merupakan
satu kumpulan buku dan satu cabang ilmu pengetahuan saja.

2.10

Deskriptif Bibliografi Bahan Monograf (Buku)
Dalam pengatalogan dikenal kegiatan penentuan deskripsi bibliografi.

Deskripsi bibliografi merupakan keterangan mengenai terbitan monograf.
Pembuatan deskripsi bibiografi bertujuan untuk menyediakan data tentang buku
bagi pengguna perpustakaan. Pedoman untuk menentukan deskripsi bibliografi
adalah Anglo American Cataloging Rules edisi kedua revisi (AACR2).
Katalogisasi

deskriptif

merupakan

tahapan

pencatatan

pemberian

identifikasi dan deskripsi sebuah buku yang menjadi koleksi perpustakaan.
Katalogisasi deskrptif bertujuan untuk : pertama, mengenali suatu bahan
perpustakaan yang diproses sehingga dapat memberikan informasi kepada
pembaca untuk membedakannya dengan bahan perpustakaan lainnya, Kedua,
memberikan karakter pada suatu bahan perpustakaan yang dapat membantu para
pembaca dalam memilih bahan pustaka yang diperlukan.

Universitas Sumatera Utara

Peraturan deskripsi bibliografi buku digunakan untuk menentukan 8
(tujuh) bidang deskripsi yaitu

NO

DAERAH

TANDA

ELEMEN

BACA
=
1.

Judul pararel

Judul dan pernyataan :

Anak judul/subjudul

tanggung jawab

/

Pengarang pertama

;

Pengarang

kedua

atau

yang

berikutnya.

2.

Edisi

.--

Keterangan edisi

/

Pernyataan edisi

/

Ket.Pengarang pertama sehubungan
dengan edisi

;

Ket. pengarang kedua atau yang
berikutnya

3.

Data khusus

. --

Hanya

digunakan

kartografi,serial,

untuk

bahan

musik,

file

komputer dalam bentuk mikro
4.

Penerbit

.--

Tempat terbit

:

Penerbit

,

Tahun terbit

Jumlah halaman atau jumlah jilid

5.

Deskripsi fisik

:

Ilustrasi

Universitas Sumatera Utara

,

Ukuran

.--

Seri

6.

Seri

7.

Catatan

Judul asli, bibliografi, indeks, dll.

8.

Nomor standar

ISBN

2.10.1 Sumber Informasi Deskriptif Bibliografibahan monograf
Sumber informasi dalam pengatalogan deskriptif adalah bagian-bagian
dari bahan pustaka atau sumber yang mencantumkan informasi yang dibutuhkan
untuk membuat suatu deskripsi katalog sebuah bahan pustaka. Dalam hal ini yang
disebut dengan sumber informasi utama yaitu bagian utama dari bahan pustaka
tersebut yang memuat informasi yang sangat dibutuhkan dalam pengatalogan.

No.

DAERAH

SUMBER INFORMASI UTAMA

1.

Judul dan pernyataan tanggungjawab

Halaman judul

2.

Edisi

Halaman

judul,

lain-lain

halaman,

kolofon
3.

Publikasi dan distribusi

Halaman

judul,

lain-lain

halaman,kolofon
4.

Kolasi

Publikasi bersangkutan

5.

Seri

Publikasi bersangkutan

6.

Catatan

Sumber apa saja

7.

Nomor standard dan harga

Sumber apa saja

2.10.2 Peraturan-Peraturan Deskriptif Bibliografi Bahan Monograf
Menurut Peraturan Katalogisasi Indonesia (Perpustakaan Nasional RI :
1994,27) menjelaskan bahwa
1. Peraturan-peraturan ini didasarkan pada ketentuan-ketentuan yang terdapat
dalam ISBD,International Standard Bibliographic Description ISBD
prepared by the joint Working Group set up by the

commitee on

Universitas Sumatera Utara

Catalouging and the IFLA Commitee on Cataloguing and the IFLA
Commitee.
2. Organisasi dan struktur daripada katalogisasi deskriptif menurut ISBD
terdiri atas bidang-bidang menurut urutan sebagai berikut:
a. Bidang judul dan keterangan penanggung jawab
- Judul biasa
- Judul paralel
- Informasi judul lain (judul tambahan dsb)
- Keterangan penanggung jawab
b. Bidang edisi
- Keterangan edisi
- Keterangan penanggung jawab yang berhubungan
dengan edisi, bila ada
c.

Bidang penerbitan dan distribusi (impresum)
- Tempat penerbitan dan distribusi
- Nama penerbit/distributor
- Tanggal penerbitan
- Tempat Percetakan
- Nama Percetakan

d.

Bidang deskripsi fisik
- Jumlah jilid
- Keterangan ilustrasi
- Ukuran

e. Bidang Seri
-Keterangan Seri
-Penomoran seri
-ISSN
f. Bidang catatan
g. Bidang ISBN
-ISBN
-Jilidan

Universitas Sumatera Utara

-Harga

1. Penggunaan tanda-tanda baca (Fungtuasi)
Unsur-unsur dari deskripsi bibliografi dipisahkan satu dengan yang berikutnya
oleh tanda baca tertentu, termasuk spasi dan pengguna simbol.
Simbol-simbol tanda baca diberikan secara detail diatas tiap bidang.
Tanda baca yang telah ditetapkan itu didahului dan diikuti oleh spasi, kecuali titik
(.) dan koma (,) yang hanya diikuti oleh spasi lain tanda baca yang
dapatdimasukkan atas kebijaksanaan badan bibliografis, diberikan dengan spasi
yangbiasa. Bila lain tanda baca dimasukkan, maka harus diberikan tanda baca
yangtelah ditetapkan sekalipun hal ini akan menghasilkan tanda baca ganda
Dua tanda baca yang berikut ini dipakai semua atau hampir smua bidang :
a. Tanda baca kurung siku [] dipakai untuk menyatakan bahwa informasi diambil
dari luar sumber utama bidang bersangkutan.
b. Tiga titik (...) dipakai untuk menyatakan penghilangan sebagian dari unsur
dalam bidang tertentu.
Simbol-simbol yang dipakai untuk tanda baca adalah tanda-tanda yang
bisa,ditambah dengan tanda sama dengan (=), garis miring (/), dan tanda baca
ampersand (&).
Tanda sama dengan mendahului suatu judul paralel atau suatu judul seri
paralel.Garis miring mendahului keterangan penanggung jawab pertama. Tanda
(&) mendahului suatu keterangan dari bahan yang diikutsertakan.
Titik, spasi, garis, spasi(.-) dipakai untuk memisahkan bidang yang satu dari
berikutnya. Bila, oleh karena paragraf, tipografi atau indensi, suatu bidang sudah
jelas terpisah dari bidang yang mendahuluinya, maka titik, spasi, garis, spasi yang
menyelanginya dapat dihilangkan atau diganti hanya dengan titik (.) yang
diberikan pada bidang yang mendahulu.

2.11

Struktur AACR2
AACR2 dibagi menjadi 2 bagian terdiri dari 26 bab. Bagian pertama

mengenai deskripsi terdiri dari bab 1 sampai dengan 13. Sedangkan bagian kedua

Universitas Sumatera Utara

mengenai titik akses terdiri dari bab 22 sampai dengan bab 26. Berikut rincian
struktur AACR2 :
Bagain 1 Deskripsi
1. Peraturan umum untuk deskripsi
2. Buku, Pamflet, dan lembar tercetak
3. Bahan Kartografi
4. Manuskrip
5. Musik
6. Rekaman suara
7. Gambar hidup dan Rekaman video
8. Bahan Grafis
9. Sumber elektronik (E-Resources)
10. Artefak dan Realia Tiga dimensi
11. Bentuk mikro
12. Sumber daya berlanjut (serial)
13. Analisis

Bagian 2 Pilihan titik akses
22. Tajuk untuk orang
23. Nama Geografis
24. Tajuk Badan Korporasi
25. Judul seragam
26. Referensi
Bagian pertama, Bab 1 “Peraturan umum deskripsi” dapat diterapkan
untuk semua jenis bahan perpustakaan yang terdapat pada bab 2 sampai dengan
bab 12. Peraturan pada bagian pertama ini didasarkan atas kerangka umum untuk
deskripsi bahan perpustakaan: International Standard Bibliographic Discription
(General) = ISBD (G). Sedangkan untuk peraturan yang lebih rinci diatur pada
masing-masing jenis bahan perpustakaan. Berikut rincian pada Bab 1 “Peraturan
umum deskripsi”:
1. Peraturan umum :

Universitas Sumatera Utara

1. Daerah judul dan pernyataan tanggung jawab
2. Daerah edisi
3. Daerah rincian spesifik bahan (data khusus)
4. Daerah publikasi, distribusi, dsb.
5. Daerah deskripsi fisik
6. Daerah judul seri
7. Daerah catatan
8. Daerah penomoran standar standar (ISBN dan ISSN)
9. Bahan suplemen
10. Butiran terdiri dari beberapa jenis bahan
11. Faksimile, fotokopi, dan reproduksi lain
Karena peraturan berdasarkan 12 kerangka umum di atas, maka
penomoran peraturan mengandung unsur mnemorik artinya mudah diingat.
Penomoran peraturan sebagai berikut:

Nomor bab + Nomor daerah + Kode unsur + Nomor perincian

2.12

Pengertian Analisis Subjek
Subjek didefinisikan sebagai topik yang dibicarakan dalam satu karya atau

suatu disiplin ilmu yang terkandung dalam suatu karya. Suatu entri subjek adalah
entri katalog dengan topik subjek merupakan sebagai media penyusun.
Sebelum menentukan subjek dari suatu dokumen terlebih dahulu
mengadakan analisis terhadap dokumen atau suatu karya. Kegiatan ini yang
disebut dengan istilah analisis subjek. Dalam menentukan subjek suatu dokumen
disebut juga dengan pengindeksan yang menghasilkan deskripsi indeks (index
description) pengindeks harus mengetahui dokumen tersebut baik secara umum
ataupun khusus. Oleh sebab itu pengindeks harus memiliki pengetahuan mengenai
sifat, struktur dan hubungan yang terdapat diantara bidang-bidang pengetahuan.
Dalam penentuan subyek buku atau bahan pustaka lainnya diperlukan
analisis subyek. Kegiatan analisis subyek memerlukan kemampuan yang

Universitas Sumatera Utara

memadai, sebab di sinilah pengindeks dituntut kemampuannya untuk menentukan
subyek apa yang dikandung dalam bahan pustaka yang diolah. Ada tiga hal yang
mendasar perlu dikenali pengindeks dalam menganalisis subyek (Pangaribuan
2010: 3) yakni :
1. Jenis Konsep
Dalam satu bahan pustaka dapat dibedakan tiga jenis konsep (Miswan
2003: 4) yaitu:
a) Subjek Dasar atau Disiplin Ilmu, yaitu istilah yang digunakan untuk
satu bidang atau cabang ilmu pengetahuan. Seorang pengindeks harus
tahu kandungan dari intelektual yang ada di dalam subjek mengandung
2 (dua) konsep (Suwarno, 2010:120) antara lain:
1. Disiplin fundamental atau cabang ilmu utama yang terdiri dari 3
(tiga) kelompok ilmu pengetahuan yaitu ilmu kemanusian, ilmu
alamiah dan ilmu sosial.
2. Sub disiplin fundamental merupakan bidang spesialisasi dalam suatu
disiplin fundamental. Misalnya, dalam kelompok ilmu-ilmu alamiah,
subdisiplin yang merupakan spesialisasi atau cabang, antara lain
ialah fisika, kimia, biologi, sosiologi,ekonomi, dan politik.
b) Objek Pembahasan atau Fenomena, dapat diartikan konsep yang
menunjukkan apa dokumen itu dan cara penyajian dokumen tersebut,
dan dapat diartikan dengan konsep subjek yang dikaji dalam suatu
ilmu atau sub disiplin, fenomena adalah benda atau wujud yang dikaji
dalam disiplin illmu.
Contoh

: Sosiologi Kenakalan Disiplin

Ilmunya : Sosiologi
Fenomena : Kenakalan Fenomena yang dikaji oleh berbagai disiplin
ilmu dapat merupakan wujud konkrit dan dapat juga merupakan ide
abstrak.
Fenomena berperan sebagai konsep subjek dalam analisis subjek. Konsep
subjek menunjukkan dokumen itu mengenai apa. Apabila fenomena merupakan

Universitas Sumatera Utara

perwujudan dari suatu faset maka perlu ditetapkan urutan faset yang sering
disebut kombinasi atau formula faset.
c) Bentuk ialah cara bagaimana suatu subyek dasajikan. Dibedakan
menjadi tiga jenis:
1. Bentuk fisik, yakni medium atau sarana yang digunakan dalam
menyajikan suatu subyek. Misalnya dalam bentuk buku, majalah,
pita rekaman, dan sebagainya.
2. Bentuk penyajian, yang menunjukkan pengaturan atau organisasi
isi bahan pustaka. Ada tiga bentuk penyajian, yaitu: menggunakan
lambang-lambang dalam penyajiannya seperti bahasa, gambar, dll,
memperhatikan tata susunan tertentu misalnya abjad, kronologis,
sistematis, dsb, serta menyajikannya untuk kelompok tertentu,
misalnya bahasa Inggris untuk pemula.
3. Bentuk intelektual, yaitu aspek yang ditekankan dalam pembahasan
suatu subyek. Misalnya Filsafat Sejarah disini yang menjadi
subyeknya adalah sejarah sedangkan filsafat adalah bentuk
intelektual.
2. Jenis Subjek
Dalam kegiatan analisis subyek dokumen terdapat dalam bermacammacam jenis subyek. Secara umum digolongkan dalam 4 kelompok (Yuslina
2011:12) yaitu:
1. Subyek dasar, yaitu subyek yang hanya terdiri dari satu disiplin ilmu
atau sub disiplin ilmu saja. Misalnya, Pengantar Ekonomi, yaitu
menjadi subyek dasarnya Ekonomi.
2. Subyek sederhana, yaitu subyek yang hanya terdiri dari satu faset
yang berasal dari satu subyek dasar (Faset ialah sub kelompok klas
yang terjadi disebabkan oleh satu ciri pembagian. Tiap bidang ilmu
mempunyai faset yang khas sedangkan fokus ialah anggota dari satu
faset). Misalnya, Pengantar ekonomi Pancasila terdiri dari subyek
dasar ekonomi dan faset Pancasila.

Universitas Sumatera Utara

3. Subyek majemuk, yaitu subyek yang terdiri dari subyek dasar disertai
fokus dari dua atau lebih faset. Misalnya, Hukum adat di Indonesia.
Subyek dasarnya yaitu Hukum dan dua fasetnya yaitu Hukum Adat
(faset jenis) dan Indonesia (faset tempat).
4. Subyek kompleks, yaitu subyek yang terdiri dari dua atau lebih
subyek dasar dan saling berinteraksi antara satu sama lain. Misalnya,
Pengaruh Agama Hindu Terhadap Agama Islam. Disini terdapat dua
subyek dasar yaitu Agama Hindu dan Agama Islam.
Untuk menentukan subyek yang diutamakan dalam subyek kompleks
terdapat 4 (empat) fase, yaitu:
(1) Fase bias, yaitu suatu subyek yang disajikan untuk kelompok
tertentu. Dalam hal ini subyek yang diutamakan ialah subyek yang
disajikan. Misalnya, Statistik Untuk Wartawan subyek yang
diutamakan ialah Statistik bukan Wartawan.
(2) Fase pengaruh, yaitu bila dua atau lebih subyek dasar saling
mempengaruhi antara satu sama lain. Dalam hal ini subyek yang
diutamakan adalah subyek yang dipengaruhi. Misalnya, Pengaruh
Abu Merapi Terhadap Pertanian di D.I Yogyakarta. Disini subyek
yang diutamakan ialah Pertanian bukan Abu Merapi.
(3) Fase alat, yaitu subyek yang digunakan sebagai alat untuk
menjelaskan atau membahas subyek lain. Disini subyek yang
diutamakan ialah subyek yang dibahas atau dijelaskan. Misalnya,
Penggunaan Alat Kimia Dalam Analisis Darah. Disini yang
diutamakan adalah Darah bukan Kimia.
(4) Fase perbandingan, yaitu dalam satu dokumen/bahan pustaka
terdapat berbagai subyek tanpa ada hubungannya antara satu sama
lain.
3. Urutan Sitasi
Menurut Ranganatan dalam buku Suwarno hanya ada 5 (lima) faset
fundamental yang memungkinkan terwujud dalam fenomena, antara lain :
1. Personality, yang wujudnya meliputi jenis, produk, atau hasil dan tujuan.

Universitas Sumatera Utara

2. Matter, meliput i bahan atau material.
3. Energy, yang meliputi kegiatan atau masalah.
4 .Space, yang meliputi tempat atau geografis.
5 .Time, yang meliputi waktu dan periode.
Contoh: Industri kayu jati di Lampung sebelum tahun 1987.
Cara menganalisis:
P : Kayu
M : Jati
E : Industri
S : Jepara
T : Sebelum tahun 1978
Faset P M E merupakan faset-faset yang khas untuk disiplin ilmu artinya
subjek yang ditampilkan pada faset- faset P. Faset S dan T merupakan faset umum
yang sama untuk semua disiplin. Sedangkan faset M dan E selalu terkait dengan
subjek disiplin masing-masing.Kelima faset fundamental itu ditentukan harus
selalu ada dalam setiap konsep subjek, oleh karena itu analisis subjek diperlukan
untuk menentukan faset apa saja yang terwujudkan konsep subjek. Urutan faset
yang digunakan pada analisis faset untuk pengindeksan subjek sebagai sarana
temu kembali katalog perpustakaan harus menyatakan berdasarkan urutan atau
formula faset yang ditetapkan sebelumnya.
Contoh: Direktori partai politik di Indonesia
Analisisnya:
Disiplin Ilmu : Ilmu Sosial
Fenomena

: Ilmu Politik

Faset
P : Partai
S : Indonesia
Based : Direktori
Batasan untuk satu faset ditentukan ciri pembagian, oleh karena itu tiap
bidang pengetahuan tentunya mempunyai faset yang khas. Untuk dibidang itu
terkecuali faset S dan T yang merupakan faset umum sehingga bisa terdapat pada

Universitas Sumatera Utara

semua bagian bidang pengetahuan. Di dalam faset ada 2 (dua) hubungan yang
berupa fokus (Lumban Siantar, 2011: 11) yaitu :
1. Hubungan generik atau genus spesies yaitu hubungan antara fokus
dengan faset yang sifatnya menyatu Misalnya: Karbohidrat, Protein,
Vitamin, itulah fokus yang menyatu dengan faset gizi.
2. Hubungan yang beragam terdapat pada fokus yang berbeda seperti
hubungan benda dengan kekiatannya. Misalnya: Besi, Timah, Baja
dengan Lebur. Bentuk dapat didefinisikan konsep yang menunjukkan
subjek dokumen itu. Berbeda dengan fenomena atau subjek yang
menunjukkan subjek itu mengenai apa.

Universitas Sumatera Utara