KUKP 2010 2014 Edit TA Nov 2011....

KEBIJAKAN UMUM
KETAHANAN PANGAN
2010 – 2014

DEWAN KETAHANAN PANGAN
2010

.

PESAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Ketahanan Pangan mash merupakan su yang pentng bag bangsa Indonesa.
Sekalpun saat n Indonesa telah berhasl mencapa swasembada beras,
namun ketahanan pangan mash menjad salah satu prortas pembangunan
nasonal. Hal n antara lan karena pangan merupakan kebutuhan dasar
manusa yang tdak bsa dsubsttus dengan bahan lan. Sementara,
pertumbuhan jumlah penduduk ndonesa yang terus menngkat memerlukan
penyedaan bahan pangan dalam jumlah yang sangat besar. D ss lan,
kapastas penyedaan bahan pangan justru menghadap sejumlah tantangan
sepert perubahan klm global, kompets pemanfaatan sumberdaya lahan dan
ar untuk kegatan pertanan dan non pertanan, serta degradas lngkungan
yang menurunkan kapastas produks pangan nasonal. Kta juga menghadap

persoalan penanganan kerawanan pangan mash terjad d Indonesa.
Sehubungan dengan persoalan tersebut d atas, maka dalam RPJMN 20102014, Pemerntah menempatkan pembangunan ketahanan pangan sebaga
salah satu prortas nasonal. Dalam katan dengan pembangunan ketahanan
pangan, pemerntah memberkan penekanan pada perbakan subsstem
ketersedaan pangan, subsstem dstrbus pangan dan subsstem konsums
pangan.
Pembangunan subsstem ketersedaan darahkan guna menjamn ketahanan
dan kedaulatan pangan nasonal. Dalam hal n, Pemerntah berupaya
mencapa swasembada dan mempertahankan swasembada berkelanjutan bag
komodtas pangan strategs, melalu snerg dan keterpaduan antar sektor,
sehngga tujuan tersebut dapat dcapa secara efektf dan efsen. Upaya
pengembangan subsstem ketersedaan pangan juga darahkan sebaga bass
untuk mengks persoalan kerawanan pangan yang mash terjad dsebagan
wlayah Indonesa.
i



Pembangunan subsstem dstrbus pangan darahkan untuk menjamn
ketersedaan pangan, bak d tngkat nasonal maupun d setap daerah selalu

dalam konds cukup, memada, dan terkelola dengan bak, yang dtanda oleh
stabltas harga pangan yang terjangkau bag konsumen, namun dss lan juga
memberkan penghaslan yang memada bag petan. Upaya pembangunan
dstrbus pangan antara lan melalu pengembangan cadangan pangan dan
perbakan ranta dstrbus logstk nasonal yang efektf dan efsen.
Pengembangan substem konsums pangan dmaksudkan untuk memperbak
kualtas konsums pangan masyarakat, khususnya melalu penganekaragaman
konsums pangan dengan memanfaatkan sumberdaya pangan lokal, termasuk
menngkatkan aspek keamanan pangan. Kekayaan sumberdaya hayat
Indonesa perlu dmanfaatkan untuk menngkatkan kualtas dan keragaman
konsums pangan masyarakat, sekalgus mengatas ketergantungan pada beras.
Guna memberkan arahan mengena mplementas RPJMN bdang ketahanan
pangan, dsusun Kebjakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014. Penerbtan
buku n dmaksudkan sebaga pedoman bag seluruh pemangku kepentngan,
Pemerntah Pusat dan Daerah serta komponen bangsa lannya mengena
program-program pembangunan ketahanan pangan secara terpadu dan
snergs.
Saya berharap dengan berpedoman pada “Kebjakan Umum Ketahanan
Pangan 2010 – 2014” n, kta mampu secara terarah memusatkan semua
upaya dan sumberdaya untuk percepatan pencapaan tujuan pembangunan

ketahanan pangan nasonal. Karena tu, saya berharap semua pemangku
kepentngan menjadkan buku n sebaga acuan dalam perumusan langkah
operasonal pembangunan ketahanan pangan d bdang dan wlayah kerjanya
masng-masng sesua dengan peran dan tanggung jawabnya.

Jakarta,
Maret 2011
Presden RI/Ketua Dewan Ketahanan Pangan,

DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono
ii



SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN
Pembangunan Ketahanan Pangan bertujuan untuk menjamn ketersedaan
pangan yang cukup dar seg jumlah, mutu, keamanan dan keragaman
sehngga setap rumah tangga mampu mengkonsums pangan dalam setap
saat, mampu mengkonsum pangan yang cukup, aman, bergz dan sesua
plhannya, untuk menjalan hdup sehat dan produktf. Undang-undang

Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan mengamanatkan pembangunan pangan
untuk memenuh kebutuhan dasar manusa, dmana pemerntah bersama
masyarakat bertanggung jawab untuk mewujudkan ketahanan pangan. Untuk
mencapa tujuan n, pemerntah dan masyarakat bertanggung jawab sesua
dengan peran dan sumberdaya yang dmlknya. Pemerntah bertanggung
jawab menyelenggarakan pengaturan, pembnaan, pengendalan dan
pengawasan terhadap ketersedaan pangan, sedangkan masyarakat berperan
menyelenggarakan produks dan penyedaan, perdagangan, dstrbus dan
konsumen.
Mengngat pentngnya masalah pangan, setap negara memprortaskan
pembangunan ketahanan pangan dan pencapaannya dposskan sebaga
fondas bag pembangunan sektor-sektor lannya. Berbaga tantangan dan
perubahan lngkungan strategs bak secara global maupun nasonal, telah
mempengaruh stuas ketahanan pangan nasonal. Berkatan dengan hal
tersebut, pemerntah Indonesa menempatkan pembangunan ketahanan pangan
sebaga salah satu prortas pembangunan nasonal, sebagamana yang
tercantum d dalam RPJMN 2010-2014.
Sebaga tndak lanjut dan penjabaran dar kebjakan pembangunan ketahanan
pangan nasonal, maka dsusun Kebjakan Umum Ketahanan Pangan (KUKP)
2010-2014 sebaga kelanjutan penyempurnaan dar KUKP 2006-2009.

Dokumen KUKP 2010-2014 n dharapkan dapat menjad acuan atau
i



referens bag para perumus kebjakan, pelaksana pembangunan, pelaku
ekonom, serta masyarakat pada umumnya dalam melaksanakan
pembangunan ketahanan pangan d berbaga tngkatan, dem terwujudnya
ketahanan pangan nasonal, daerah dan rumah tangga secara berkelanjutan.
Buku KUKP 2010-2014 n juga dharapkan dapat dgunakan sebaga arahan
untuk menykap dnamka konds global yang mempengaruh stuas dan
dnamka ketahanan pangan d dalam neger, bak pada tngkat nasonal
maupun sampa pada tngkat daerah.
Penyusunan dokumen KUKP 2010-2014 n dmula dengan menugaskan
Kelompok Kerja (Pokja Ahl) Dewan Ketahanan Pangan (DKP) untuk
merumuskan de-de dasar dar pembangunan ketahanan pangan. Proses
penyusunan konsep awal KUKP 2010-2014 n dlakukan melalu peneltan,
stud pustaka, dskus nternal dengan Pokja Tekns, Tm Asstens dan Pokja
Khusus Pemberdayaan Ketahanan Pangan Masyarakat DKP. Konsep awal
KUKP 2010-2014 n telah dsemnarkan dan dbahas berkal-kal dalam

berbaga dskus publk, mula dar pengenalan, perumusan, dentfkas
masalah, prortsas kebjakan, langkah aks, sampa pada pembagan tugas
dan tanggung jawab stake holder. Dskus publk telah melbatkan unsur
lembaga pemerntah, perguruan tngg, swasta, organsas profes, lembaga
swadaya masyarakat, dan organsas kemasyarakatan lannya.
Mengngat setap daerah memlk sumberdaya dan persoalan ketahanan
pangan yang spesfk lokas, maka dhmbau agar setap daerah dapat juga
merumuskan Langkah Operasonal Pembangunan Ketahanan Pangan tngkat
propns dan kabupaten/kota sebaga penjabaran dan mplementas kebjakan
pembangunan ketahanan pangan d tngkat daerah, dengan mengacu pada
KUKP 2010-2014 n.
Jakarta,
Maret 2011
Menter Pertanan/
Ketua Haran Dewan Ketahanan Pangan,

Suswono
Suswono
ii
ii


v

DAFTAR ISI
Hal.
PESAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA.............................

SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN......................................... 
DAFTAR ISI .................................................................................. v
DAFTAR TABEL ........................................................................... v
DAFTAR GRAFIK DAN GAMBAR ............................................ v
I.

PENDAHULUAN ................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .............................................................. 1
1.2. Tujuan ........................................................................... 4
1.3. Landasan Hukum .......................................................... 4
1.4. Ruang Lngkup ............................................................. 11
1.5. Proses Penyusunan ....................................................... 13


II.

DINAMIKA KONSEP KETAHANAN PANGAN ............... 15
2.1. Konsep Global Ketahanan Pangan ............................... 15
2.2. Dnamka Konsep Ketahanan Pangan Nasonal ........... 19

III. KERAGAAN KETAHANAN PANGAN
TAHUN 2005 - 2009 .............................................................
3.1. Ketersedaan Pangan......................................................
3.2. Stablsas Harga Pangan ..............................................
3.3. Cadangan Pangan .........................................................
3.4. Konsums dan Penganekaragaman Pangan ..................
3.5. Keamanan Pangan ........................................................
3.6. Kesejahteraan Masyarakat ............................................

27
31
39
41
43

49
51

IV. POTENSI, PERMASALAHAN DAN TANTANGAN
KETAHANAN PANGAN .....................................................
4.1. Potens ..........................................................................
4.2. Permasalahan ...............................................................
4.3. Tantangan Ketahanan Pangan .......................................

59
59
85
87

v

V.

KEBIJAKAN UMUM KETAHANAN PANGAN
NASIONAL ...........................................................................

5.1. Arah dan Tujuan Kebjakan ...........................................
5.2. Sasaran Kebjakan Ketahanan Pangan ..........................
5.3. Strateg Umum ..............................................................
5.4. Kebjakan Umum Ketahanan Pangan ...........................

119
120
123
125
127

VI. RENCANA AKSI KETAHANAN PANGAN ........................ 149
VII. PENUTUP . ............................................................................ 161

v

DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 3.1. Perkembangan Produks Beberapa Komodtas
Pangan 2005-2009 ......................................................

Tabel 3.2. Ketersedaan Beberapa Komodtas Pangan
2005-2009....................................................................
Tabel 3.3. Neraca Ketersedaan dan Kebutuhan Komodtas
Pangan Pentng tahun 2005-2009................................
Tabel 3.4. Ketersedaan Energ dan Proten Tahun 2005-2009 ....
Tabel 3.5. Perbandingan Rata-rata Median dan Coeisien
Varas Harga Bahan Pangan Pokok - Strategs
Bulan Januar - Desember Tahun 2005 - 2008 ............
Tabel 3.6. Perbandngan Rata-rata Medan dan Persentase
Kenakan Harga Pangan Pokok Strategs
Bulan Januar-Agustus Tahun 2008-2009 ...................
Tabel 3.7. Perkembangan Rata-rata Konsums Energ dan
Proten Tahun 2005-2009 ............................................
Tabel 3.8. Rata-rata Konsums Kelompok Pangan Rumah
Tangga Tahun 2005 - 2009 ..........................................
Tabel 3.9. Konsums Penduduk Indonesa dan Selsh Aktual
terhadap Berbaga Kelompok Makanan
Tahun 2005-2009.........................................................
Tabel 3.10. Perkembangan Kejadan Luar Basa Keracunan
Pangan Tahun 2001-2009 ............................................
Tabel 3.11. Perkembangan Jumlah Penduduk Mskn dan
Penganggruan Tahun 2002-2009 .................................
Tabel 3.12. Persentase Pengeluaran Rata-rata per Kapta
Menurut Kelompok Barang Penduduk Indonesa
Tahun 2005-2008.........................................................
Tabel 4.1. Potens Ketesedaan Lahan Pertanan Indonesa .........
Tabel 4.2. Keragaman Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas
Menurut Status Pekerjaan Utama dan Lapangan
Pekerjaan Utama Tahun 2008......................................
Tabel 4.3. Proyeks Penduduk Indonesa Menurut Provns
Tahun 2009-2014.........................................................

33
35
37
39

40

41
44
45

48
50
52

57
62

66
103

v

Tabel 4.4. Proyeks Konsums Pangan Penduduk Indonesa
Tahun 2009-2015.........................................................
Tabel 4.5. Perkembangan Jumlah Penduduk Mskn 2005-2008 .
Tabel 5.1. Sasaran Skor PPH 2010-2014 .....................................
Tabel 5.2. Sasaran Penurunan Jumlah Penduduk Rawan
Pangan 2010-2014 .......................................................

104
115
123
124

DAFTAR GRAFIK DAN GAMBAR
Graik 3.1. Perkembangan Harga Pangan Pokok Strategis
d Pasar Dalam Neger Tahun 2004-2009 ................... 28
Graik 3.2. Perkembangan Harga Pangan Pokok Strategis
d Pasar Internasonal Tahun 2007-2009 ..................... 29
Gambar 3.3. Persentase Jumlah Penduduk Mskn d Perkantoran
dan Perdesaan Tahun 1976-2009 ............................... 53
Gambar 3.4. Pengeluaran Rata-rata per Kapta sebulan d Daerah
Perkotaan dan Perdesaan menurut Kelompok Barang
dan Golongan Pengeluaran per Kapta sebulan
Tahun 2008................................................................. 55

v

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan dasar manusa yang palng
utama, karena tu pemenuhannya menjad bagan dar hak asas setap
ndvdu. D Indonesa, pemenuhan kecukupan pangan bag seluruh
rakyat merupakan kewajban, bak secara moral, sosal, maupun
hukum termasuk hak asas setap rakyat Indonesa. Selan tu juga
merupakan nvestas pembentukan sumberdaya manusa yang lebh
bak d masa datang untuk melaksanakan pembangunan nasonal, dan
prasyarat bag pemenuhan hak-hak dasar lannya sepert penddkan,
pekerjaan, dan sebaganya.
Mengngat pentngnya memenuh kecukupan pangan, setap
negara mendahulukan pembangunan ketahanan pangannya sebaga
pondas bag pembangunan sektor-sektor lannya. Pembangunan
ketahanan pangan d Indonesa dtujukan untuk menjamn
ketersedaan dan konsums pangan yang cukup, aman, bermutu,
bergz, dan sembang pada tngkat rumah tangga, daerah, nasonal,
sepanjang waktu dan merata. Hal n dapat dlakukan melalu
pemanfaatan sumberdaya dan budaya lokal, teknolog novatf dan
peluang pasar, untuk memperkuat ekonom perdesaan dan
mengentaskan masyarakat dar kemsknan. Dengan demkan,
ketahanan pangan d Indonesa ddefnskan sebaga konds
terpenuhnya pangan bag rumah tangga yang tercermn dar
tersedanya pangan yang cukup, bak jumlah maupun mutunya, aman,
merata, dan terjangkau.
Berbaga tantangan dan perubahan lngkungan strategs bak
secara global maupun nasonal telah mempengaruh pelaksanaan
pembangunan ketahanan pangan tdak saja d Indonesa, tetap juga d
hampr semua negara d duna, bak negara maju maupun negara
11

berkembang. Tantangan dan perubahan lngkungan strategs secara
global dtanda oleh pergerakan harga-harga pangan strategs, bak
sebaga dampak beranta dar kenakan harga mnyak bum duna,
perubahan klm dan pemanasan global, maupun sebaga dampak dar
krss fnansal global yang mempengaruh daya bel konsumen
mskn, dan menngkatkan kerawanan pangan terutama d negaranegara berkembang. Hal n juga dapat bermplkas terhadap
ketahanan pangan dan pencapaan tujuan pembangunan millennium
(MDGs) menurunkan jumlah penduduk mskn dan rawan pangan
hngga setengahnya pada tahun 2015.
Serng dengan adanya perubahan fenomena dan dnamka
konds global yang mempengaruh stuas dan dnamka nternal d
dalam neger, maka dperlukan perubahan pada kebjakan ketahanan
pangan, bak secara umum maupun khusus d tngkat pusat dan
daerah. Kebjakan tersebut berupa pembentukan kelembagaan
ketahanan pangan tngkat daerah sebaga konsekuens dar ketentuan
terbaru bahwa ketahanan pangan adalah urusan wajb pemerntah
daerah. Selan tu, Indonesa juga telah berupaya untuk
mengembangkan kebjakan yang mengarah pada satu sasaran strategs
tentang “Indonesa Tahan Pangan dan Gz 2015” sebaga konsekuens
dar mplementas kebjakan dan kesepakatan pmpnan daerah,
Gubernur selaku Ketua Dewan Ketahanan Pangan (DKP) d tngkat
provns.
Pada dekade mendatang peranan pemerntah pusat dan
pemerntah daerah dalam mencapa ketahanan pangan mash sangat
pentng, walaupun akhr-akhr n terdapat kecenderungan semakn
aktfnya fungs sektor swasta dan kelembagaan pasar. Peran pemerntah
pusat pentng dalam menentukan arah kebjakan, strateg yang akan
dtempuh, dan sasaran yang akan dcapa menuju tngkat ketahanan
pangan dan kesejahteraan masyarakat secara umum. Ketdakjelasan dan
terputusnya herark level polts-strategs, organsas, dan mplementas
2

2

kebjakan sangat mempengaruh perjalanan serta kualtas ketahanan
pangan yang ngn dwujudkan, yang melput dmens ketersedaan,
aksesbltas dan stabltas harga, serta utlsas produk pangan. Dengan
demkan, kehadran DKP daerah, dmana gubernur dan bupat/walkota
selaku Ketua DKP Provns dan Kabupaten/Kota perlu berperan aktf
dan kreatf dalam melakukan koordnas dan snkronsas kebjakan
ketahanan pangan dan mplementasnya secara harmons yang dapat
membantu memperlancar terwujudnya pembangunan ketahanan pangan.
Desentralsas ekonom adalah ttk tolak untuk memperbak
kerja sama, terutama snerg kebjakan ketahanan pangan antara
pemerntah pusat dan pemerntah daerah. Sstem organsas dan
enforcement, rasa tanggung jawab pejabat pusat dan daerah juga perlu
dtngkatkan, terutama dalam hal tersedanya mekansme pengawasan
untuk menetapkan prortas alokas anggaran pusat dan daerah yang
dapat mendukung terwujudnya pembangunan ketahanan pangan.
Sebaga contoh adalah tersedanya kejelasan pembagan tugas dan
tanggung jawab dalam rehabltas nfrastruktur pertanan dan
perdesaan, sepert dkenal dengan stlah O&M (operation and
maintenance) jarngan rgas, saluran dranase, jalan produks, jalan
desa dan tentunya jalan provns, jalan negara, dan lan-lan.
Dalam rangka menghadap tantangan perubahan fenomena dan
dnamka ketahanan pangan sepert yang telah dkemukakan d atas,
dsusun Kebijakan Umum Ketahanan Pangan (KUKP) 2010-2014
sebaga penyempurnaan dar KUKP 2006-2009. Dokumen KUKP
2010-2014 n dharapkan dapat menjad acuan atau referens yang
berharga bag para perumus dan pelaksana kebjakan d lapangan,
pelaku ekonom, serta masyarakat madan pada umumnya dalam
menyusun penetapan kebjakan ketahanan pangan pada berbaga
tngkat dan terwujudnya pembangunan ketahanan pangan nasonal,
daerah dan rumah tangga d masa yang akan datang.

33

1.2.

Tujuan

Tujuan penyusunan Kebjakan Umum Ketahanan Pangan
(KUKP) 2010-2014, adalah untuk :
1.

Menjad acuan dan common platform bag para stakeholders
ketahanan pangan, mula dar nstans pemerntah, sektor
swasta, Badan Usaha Mlk Negara (BUMN), perguruan
tngg, petan, nelayan, ndustr pengolah, pedagang, penyeda
jasa lan dan masyarakat umum dalam peran dan upayanya
untuk memberkan kontrbus yang optmal dalam
mewujudkan ketahanan pangan.

2.

Menjad acuan dasar bag lembaga pemerntah dan pemerntah
daerah untuk membangun snerg, ntegras dan koordnas,
sehngga palng tdak kedua lembaga dapat salng
mengnformaskan kegatan yang dlaksanakan secara
transparan, akuntabel dan efektf (good governance), serta
secara maksmal dapat mendukung terwujudnya tujuan
ketahanan pangan.

1.3.

Landasan Hukum

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 mengamanatkan
pembangunan pangan untuk memenuh kebutuhan dasar manusa, dan
pemerntah bersama masyarakat bertanggung jawab untuk
mewujudkan ketahanan pangan, serta menjelaskan tentang konsep
ketahanan pangan, komponen dan phak yang berperan dalam
mewujudkan ketahanan pangan. Undang-undang tersebut telah
djabarkan dalam beberapa peraturan pemerntah (PP) antara lan:
(a) PP Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan mengatur
tentang ketahanan pangan yang mencakup aspek ketersedaan pangan,
cadangan pangan, penganekaragaman pangan, pencegahan dan
penanggulangan masalah pangan, peran pemerntah pusat dan daerah
4

4

serta masyarakat, pengembangan sumberdaya manusa dan kerja sama
nternasonal; (b) PP Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan
Pangan yang mengatur pembnaan dan pengawasan d bdang label
dan klan pangan dalam rangka mencptakan perdagangan pangan
yang jujur dan bertanggungjawab; dan (c) PP Nomor 28 Tahun 2004
yang mengatur tentang keamanan, mutu dan gz pangan, pemasukan
dan pengeluaran pangan ke wlayah Indonesa, pengawasan dan
pembnaan serta peran serta masyarakat mengena hal-hal d bdang
mutu dan gz pangan.
Undang-undang Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perkanan
yang terkat dengan Ketahanan Pangan, adalah mengena wlayah
penangkapan dan pembuddayaan kan yang berfungs sebaga potens
sumberdaya pangan. Kebjakan n bertujuan untuk mewujudkan
penyedaan kan dalam jumlah yang memada sebaga upaya
mencukup gz masyarakat dengan harga yang layak. Berbaga
peraran dan Zona Ekonom Eksklusf (ZEE) wlayah Indonesa, yang
mengandung berbaga sumberdaya jens kan akan memberkan
penngkatan ketahanan pangan dan pemerataan ketersedaan pangan
daerah provns, kabupaten/kota sampa pada tngkat rumah tangga,
serta menjad sumber pendapatan para nelayan yang juga dapat
menngkatkan daya bel untuk memperoleh pangan beragam bergz
dan sembang.
Undang-undang n secara tegas mengamanatkan snergtas
dalam pasal 24 ayat (1), (2) dan (3), bahwa pemerntah mendorong
penguatan nla tambah produk hasl pertanan, membatas ekspor
bahan baku ndustr pengolahan kan untuk menjamn ketersedaan
bahan baku d dalam neger. Hal n berart bahwa strateg d bdang
ketahanan pangan dan perkanan merupakan salah satu upaya untuk
mewujudkan ketahanan pangan nasonal guna menngkatkan
kesejahteraan petan dan masyarakat pada umumnya.

5

Undang-undang Nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan
Kesehatan Hewan khususnya pasal 35 ayat (2) menyebutkan bahwa
pemerntah dan pemerntah daerah memfasltas pengembangan unt
pasca panen produk hewan skala kecl dan menengah. Selan tu,
pemerntah juga berkewajban untuk membna penngkatan produks
dan konsums proten hewan dalam mewujudkan ketersedaan pangan
bergz sembang bag masyarakat dengan tetap menngkatkan
kesejahteraan pelaku usaha peternakan, serta mendorong dan
memfasltas pengembangan produk hewan yang dtetapkan sebaga
bahan pangan pokok strategs dalam mewujudkan ketahanan pangan
nasonal (pasal 76 ayat (4)).
Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlndungan
Lahan Pertanan Pangan Berkelanjutan, menyebutkan bahwa alh
fungs lahan pertanan merupakan ancaman terhadap pencapaan
ketahanan pangan dan kedaulatan pangan. Alh fungs lahan
mempunya mplkas yang serus terhadap produks pangan,
lngkungan fsk, serta kesejahteraan masyarakat pertanan dan
perdesaan yang kehdupannya tergantung pada lahannya.
Perlndungan lahan pertanan pangan berkelanjutan merupakan
upaya yang tdak terpsahkan dar reforma agrara, yatu penataan
yang terkat dengan aspek penguasaan/pemlkan serta aspek
penggunaan/pemanfaatan berdasarkan pasal 2 Ketetapan Majels
Permusyawaratan Rakyat RI Nomor IX/MPR-RI/2001 tentang
Pembaharuan Agrara dan Pengelolaan Sumberdaya Alam.
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan
merupakan acuan dar berbaga peraturan perundang-undangan yang
berkatan dengan pangan. Dalam pekembangannya peraturan
perundang-undangan yang berkatan dengan pangan antara lan:
1.

6

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perndustran
(Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3274);
6

2.

3.

4.

5.

6.
7.
8.

9.

10.

11.

Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sstem
Buddaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 46,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478);
Undang-undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantna
Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran Negara Tahun 1992
Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3482);
Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasan
(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3502);
Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecl
(Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 74, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3611);
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan
(Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 3612);
Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asas
Manusa;
Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3888;
Undang-undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlndungan
Varetas Tanaman (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 241,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4412);
Undang-undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4411);
Undang-undang Nomor 21Tahun 2004 tentang Pengesahan
Cartagena Protocol on Biossafety to The Convention on
Biological Diversity (Protokol Cartagena tentang Keamanan
Hayat atas Konvens Keanekaragaman Hayat) (Lembaran
Negara Tahun 2004 Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4414);

77

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

8

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerntahan
Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4437), sebagamana telah beberapa
kal dubah, terakhr dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2008 (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844);
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Ratfkas
Kovenan Internasonal Hak-Hak Ekonom, Sosal dan Budaya
(Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 118, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4557);
Undang-undang Nomor 4 Tahun 2006 Tentang Pengesahan
International Treaty on Plant Genetic Resources for Food and
Agriculture (Perjanjan mengena Sumberdaya Genetk
Tanaman untuk Pangan dan Pertanan);
Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perkanan
(Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 5073);
Undang-undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan
dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor
84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5015);
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlndungan
dan Pengelolaan Lngkungan Hdup (Lembaran Negara Tahun
2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5059;
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 5063);
Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlndungan
Lahan Pertanan Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara
Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Nomor
5068);

8

20.

21.

22.

23.

24.
25.

Peraturan Pemerntah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label
dan Iklan Pangan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 131,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3867);
Peraturan Pemerntah Nomor 68 Tahun 2002 tentang
Ketahanan Pangan (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor
142, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4254);
Peraturan Pemerntah Nomor 28 Tahun 2004 tentang
Keamanan, Mutu dan Gz Pangan (Lembaran Negara Tahun
2004 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4424);
Peraturan Pemerntah Nomor 21 Tahun 2005 tentang
Keamanan Hayat Produk Rekayasa Genetk (Lembaran
Negara Tahun 2005 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 498);
Peraturan Presden Nomor 83 Tahun 2006 tentang Dewan
Ketahanan Pangan;
Peraturan Presden Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebjakan
Percepatan Penganekaragaman Konsums Pangan Berbass
Sumberdaya Lokal.

Dsampng mengacu pada berbaga dokumen hukum nasonal
tersebut, pelaksanaan pembangunan ketahanan pangan juga mengacu
pada komtmen bangsa Indonesa dalam berbaga kesepakatan duna.
Indonesa sebaga salah satu anggota PBB berkomtmen untuk
melaksanakan aks-aks mengatas kelaparan, kekurangan gz serta
kemsknan duna. Komtmen tersebut antara lan tertuang dalam
Deklaras World Food Summit 1996 dan dtegaskan kembal dalam
World food Summit: five years later 2002, serta Millenium
Development Goals tahun 2000, untuk mengurang angka kemsknan
ekstrm dan kerawanan pangan duna sampa setengahnya d tahun
2015. Pada ntnya dketahu bahwa pencapaan sasaran tersebut
sangat sult dcapa dan perlu ada upaya sungguh-sungguh dar
masyarakat duna untuk mencapanya.

9

Beberapa konvens nternasonal yang memuat komtmen
bangsa-bangsa d duna termasuk Indonesa terhadap pembangunan d
bdang pangan, gz dan kesehatan antara lan adalah : (a) Deklaras
Unversal tentang Hak Asas Manusa (Universal Declaration of
Human Rights) tahun 1948 yang menyatakan bahwa hak atas pangan
adalah bagan yang tdak terpsahkan dar hak asas manusa; (b)
Konvens Internasonal tentang ekonom, sosal dan budaya
(ECOSOC) tahun 1968, yang mengaku hak setap ndvdu atas
kecukupan pangan dan hak dasar (asas) untuk terbebas dar
kelaparan; (c) Konvens tentang Hak Anak (International Convention
on the Right of Child) yang salah satu temnya menyatakan bahwa
negara anggota mengaku hak asas dar setap anak kepada standar
kehdupan yang layak bag perkembangan fsk, mental, sprtual,
moral dan sosal anak, juga mengaku hak anak untuk mendapatkan
gz yang bak.
Dar berbaga dokumen hukum serta kesepakatan nasonal
maupun nternasonal, maka pemerntah Indonesa menyusun Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2010-2014. Peran
pemerntah daerah dalam pembangunan ketahanan pangan, datur
dalam PP Nomor 3 tahun 2007 tentang pertanggungjawaban gubernur
dan bupat/walkota, dmana gubernur dan bupat/walkota wajb
melaporkan pembangunan ketahanan pangan d daerahnya. PP Nomor
38 tahun 2007 bahwa ketahanan pangan menjad urusan wajb
pemerntah provns dan kabupaten/kota. Berdasarkan kedua peraturan
pemerntah tersebut jelas secara tegas bahwa ketahanan pangan
menjad urusan wajib bag pemerntah provns dan kabupaten/kota,
dan berdasarkan PP Nomor 41 tahun 2007 bahwa perlu ada
kelembagaan atau unt kerja yang menangan ketahanan pangan untuk
menangannya.
Berdasarkan Peraturan Presden Nomor 83 Tahun 2006
tentang DKP, tugas DKP adalah membantu Ketua DKP (presden,
10

10

gubernur dan bupat/walkota) d pemerntah pusat, pemerntah
provns dan kabupaten/kota dalam menyusun dan merumuskan
kebjakan untuk mewujudkan ketahanan pangan nasonal dan wlayah.
Sebaga lembaga fungsonal, DKP dapat
menjalankan fungs
koordnas dengan cara memfasltas kerja sama lntas sektor d
tngkat wlayah (provns dan kabupaten/kota) dan nasonal. Tanpa
melebh batas kewenangan daerah otonom, serta mash dalam
kerangka sstem negara kesatuan, maka pada urusan pangan yang
bersfat lntas daerah, pembangunan ketahanan wlayah dan nasonal
tdak dapat dlepaskan dar dnamka kehdupan d tngkat lokal,
regonal, hngga nasonal. Oleh karena tu koordnas yang efektf
akan menngkatkan pemahaman terhadap makna, manfaat, ruang
lngkup, serta unsur-unsur yang berperan dalam mewujudkan
ketahanan pangan sebaga plar ketahanan nasonal.

1.4.

Ruang Lingkup

Mengacu pada pengertan dan landasan hukum d atas, maka
ruang lngkup dokumen Kebjakan Umum Ketahanan Pangan (KUKP)
2010-2014 mencakup tga plar utama yatu ketersedaan, dstrbus,
dan konsums pangan. Pada plar dstrbus dan konsums merupakan
penjabaran dar aksesbltas masyarakat terhadap pangan. Jka salah
satu plar tersebut tdak dpenuh maka suatu negara belum dapat
dkatakan mempunya ketahanan pangan yang bak. Walaupun pangan
terseda cukup d tngkat nasonal dan regonal, tetap jka akses
ndvdu untuk memenuh kebutuhan pangannya tdak merata, maka
ketahanan pangan mash dkatakan rapuh. Akses terhadap pangan,
ketersedaan pangan dan resko terhadap akses dan ketersedaan
pangan tersebut merupakan determnan yang esensal dalam ketahanan
pangan.
Aspek kesembangan ketahanan pangan, melput ketersedaan,
aksesbltas dan stabltas harga pangan, bak dalam skala rumah
11
11

tangga, regonal wlayah dan skala nasonal. Sesua dengan tujuan
penyusunan buku n sebaga salah satu acuan bag pemerntah dan
seluruh stakeholder dalam pelaksanaan pembangunan ketahanan
pangan, maka secara sstemats akan dsampakan substans dasar dar
kebjakan ketahanan pangan yang melput aspek-aspek yang
mendukung tercapanya ketahanan pangan yang deal.
KUKP n dawal dengan pendahuluan (Bab I) yang antara
lan memuat latar belakang, tujuan, landasan hukum, dan ruang
lngkup. Bab II mengurakan tentang dnamka konsep ketahanan
pangan saat n. Ketahanan pangan mengalam dnamka dan
tantangan baru yang semakn kompleks serng dengan beberapa
perubahan yang terjad pada tngkat global dan dnamka
perkembangan ekonom nasonal.
Keragaan ketahanan pangan saat n yang dgambarkan oleh
knerja umum ketahanan pangan yang dcapa selama 5 tahun, secara
lengkap dtamplkan pada bab III. Pada Bab IV djelaskan tentang
bagamana potens (peluang), permasalahan dan tantangan yang
dhadap dalam upaya pemantapan ketahanan pangan bak dar ss
sumberdaya alam, sumberdaya mansa, keanekaragaman hayat,
teknolog, nfrastruktur, stuas pasar komodtas, teknolog,
kelembagaan, dan konds budaya masyarakat yang sangat bervaras.
Dalam bab n juga dbahas mengena berbaga tantangan dalam upaya
penyedaan pangan strategs dan pangan pentng serta dampak krss
ekonom yang berkepanjangan dserta dengan tuntutan lngkungan
strategs bak domestk maupun nternasonal.
Bab V secara rnc membahas substans butr-butr kebjakan
umum ketahanan pangan yang terdr dar 18 elemen pentng yang
dharapkan menjad panduan bag pemerntah, swasta dan masyarakat
untuk bersama-sama mewujudkan ketahanan pangan d tngkat rumah
tangga, tngkat wlayah dan tngkat nasonal.

12

12

Pada Bab VI dtamplkan matrks Rencana Aks Ketahanan
Pangan Tahun 2010-2014 yang menjabarkan secara rnc tujuan
kebjakan, program kegatan, lembaga/nstans penanggung jawab dar
setap elemen kebjakan, dan ndkator keberhaslan (output). Matrks
tersebut dharapkan dapat menjad panduan bag para stakeholders
yang berkontrbus dalam pembangunan ketahanan pangan. Sebaga
penutup Bab VII menjelaskan harapan agar KUKP n dapat menjad
acuan bag seluruh stakeholders ketahanan pangan dalam
melaksanakan peran dan memberkan kontrbusnya untuk
pemantapan ketahanan pangan bak d tngkat nasonal maupun
wlayah.

1.5.

Proses Penyusunan

Penyusunan dokumen KUKP 2010-2014 dmula dengan
menugaskan Kelompok Kerja (Pokja) Ahl DKP untuk merumuskan
de-de dasar dar pembangunan ketahanan pangan. Proses
penyusunan konsep awal KUKP 2010-2014 n dlakukan melalu
peneltan, stud pustaka, dskus nternal dengan Tm Asstens dan
Kelompok Kerja Khusus (Pokjasus) Pemberdayaan Ketahanan Pangan
Masyarakat DKP. Pokjasus memberkan masukan yang sgnfkan ke
dalam KUKP n dengan saran tertuls yang sangat krts dan berharga.
Konsep awal KUKP 2010-2014, kemudan dsemnarkan dan dbahas
berkal-kal dalam berbaga dskus publk, mula dar pengenalan,
perumusan, dentfkas masalah, prortsas kebjakan, langkah aks,
sampa ada pembagan tugas dan tanggung jawab stakeholders.
Dskus publk telah melbatkan unsur lembaga pemerntah, perguruan
tngg, swasta, organsas profes, lembaga swadaya masyarakat, dan
organsas kemasyarakatan lannya.
Untuk mengolah kembal saran dan masukan dar peserta
dskus, dbentuk Tm Ad Hoc penyusunan KUKP 2010-2014 yang
lebh lengkap. Tahap terakhr proses n adalah dskus nternal
13
13

nstans pemerntah dalam wadah rapat koordnas Dewan Ketahanan
Pangan. Hasl dar pembahasan tersebut telah dmasukkan kedalam
“website Kementan” untuk mendapatkan masukan dar publk,
sebelum dfnalkan menjad dokumen resm yang dkeluarkan melalu
Dewan Ketahanan Pangan.

14

14

BAB II
DINAMIKA KONSEP KETAHANAN PANGAN
2.1.

Konsep Global Ketahanan Pangan

Ketahanan pangan yang merupakan terjemahan dar food
security mencakup banyak aspek dan luas, sehngga setap orang
mencoba menerjemahkan sesua dengan konds dan stuas yang
berkembang pada perode jamannya. Ketahanan pangan
dnterpretaskan dengan banyak cara, sehngga pemakaan stlah
ketahanan pangan tu sendr telah menmbulkan perdebatan.
Pada tahun 1950-1960-an, ketka Perang Duna II (PD II) baru
usa, setap negara, bahkan negara maju dan pemenang PD II pun harus
memkrkan pangan rakyatnya setelah beberapa tahun dtnggalkan
untuk menyapkan dan berkonsentras pada perang duna yang sedang
dhadap tersebut. Dengan konds sepert n tdak heran apabla pada
perode tersebut, pengertan ketahanan pangan lebh menekankan
perhatannya pada ketersedaan pangan, bak pada tngkat nasonal
maupun tngkat global darpada tngkat rumah tangga. Apalag pada
tahun 1970-an terjad krss pangan d Afrka karena gagal panen yang
dsebabkan karena kekerngan maupun perluasan penggurunan.
Keadaan n mendorong negara-negara donor dan masyarakat
nternasonal untuk semakn memberkan perhatan pada penyedaan
pangan secara global dan nasonal. Pemahaman ketahanan pangan
sepert n mendapatkan legtmasnya dalam Konferens Pangan
Duna tahun 1974 yang dselenggarakan oleh Badan Perserkatan
Bangsa-bangsa (PBB) – Food and Agriculture Organization (FAO).
Kedaulatan pangan menuntut hak rakyat atas pangan, yang
menurut FAO merupakan hak untuk memlk pangan secara teratur,
permanen dan bsa mendapatkannya secara bebas, bak secara cumacuma maupun membel dengan jumlah dan mutu yang mencukup,
serta
cocok
dengan
trads
kebudayaan
rakyat
yang
15
15

mengkonsumsnya. Menjamn pemenuhan hak rakyat untuk menjalan
hdup yang bebas dar rasa takut dan bermartabat, bak secara fsk
maupun mental, serta secara ndvdu maupun kolektf.
Kenyataannya, kelaparan sebaga ndkas tndasan terhadap
hak atas pangan mash berlangsung dmana-mana bahkan bertambah
buruk saja. Inda neger dengan jumlah penderta kelaparan tertngg
d duna, dsusul oleh Chna. Sektar 60 persen dar total penderta
kelaparan d seluruh duna berada d Asa dan Pasfk, dkut oleh
neger-neger Sub-Sahara dan Afrka sebesar 24 persen serta Amerka
Latn dan Karba sebesar 6 persen. Setap tahun orang yang menderta
kelaparan bertambah 5,4 juta. Juga setap tahunnya 36 juta rakyat mat
karena kelaparan dan gz buruk, bak secara langsung maupun tdak
langsung. Dalam usaha mengatas masalah kelaparan dan akses
pangan, PBB melalu FAO memperkenalkan stlah “ketahanan
pangan” dengan harapan adanya persedaan pangan setap saat,
dmana semua orang dapat mengaksesnya dengan bebas dengan
jumlah, mutu dan jens nutrs yang mencukup serta dapat dterma
secara budaya.
Keterbatasan pemahaman ketahanan pangan sebaga
ketersedaan pangan pada tngkat nasonal dan global sepert d atas
mendapatkan pencerahannya ketka terjad krss pangan, yang sekal
lag terjad d Afrka pada pertengahan tahun 1980-an, dmana secara
global ketersedaan pangan cukup untuk memenuh seluruh penduduk
duna. Hal n menunjukkan bahwa konds ketersedaan pangan yang
cukup pada tngkat nasonal dan global tdak secara otomats
menunjukkan konds ketahanan pangan pada tngkat ndvdu maupun
rumah tangga. Para pakar dan prakts pembangunan kemudan
menyadar bahwa kerawanan pangan bsa terjad dalam konds
dmana ketersedaan pangan cukup tetap kemampuan memperoleh
pangannya tdak cukup. Teor Sen tentang food entitlement
memperoleh pengaruh yang sangat luas dan membawa perubahan
16

16

pemkran dalam pemahaman konsep ketahanan pangan. Food
entitlement rumah tangga dperoleh bak dar produks sendr,
pendapatan yang dtermanya, atau mengumpulkan pangan dar
sumberdaya alam yang ada, dukungan dan bantuan dar masyarakat,
aset sendr maupun ketka mereka melakukan mgras untuk dapat
memperoleh pangan yang lebh bak. Dengan demkan, konds sosal
dan varabel ekonom rumah tangga memlk pengaruh yang besar
kepada rumah tangga dalam memperoleh pangan.
Memburuknya konds kerawanan pangan dapat dpandang
sebaga proses perubahan jangka panjang dmana korbannya tdak
secara pasrah menerma keadaan tersebut, tetap memang keadaanlah
yang menyebabkan mereka mengalam konds yang semakn buruk.
Para pakar anthropolog berpendapat bahwa populas yang rentan
terhadap kerawanan pangan sesungguhnya menunjukkan upaya-upaya
untuk mengatas masalah gangguan secara ekonom, sehngga
memberkan pemahaman tentang perlaku (behavioural) rumah
tangga dalam merespon masalah tersebut dan bagamana mereka
menghadap (coping mechanism) keadaan krss pangan.
Pada akhr tahun 1990-an, lembaga donor, pemerntah, dan
LSM mula mengumpulkan nformas dan varabel sosal ekonom d
dalam menganalss kerawanan pangan. Pendekatan ketahanan pangan
rumah tangga yang mula berkembang pada tahun 1980-an
menekankan bak ketersedaan maupun akses yang stabl terhadap
pangan. Dengan demkan, pemahaman ketahanan pangan pada
perode n mula menekankan dua aspek pentng dalam ketahanan
pangan, yatu ketahanan pangan dalam art ketersedaan pangan pada
tngkat nasonal (dan regonal) maupun akses yang stabl pada tngkat
lokal. Hal-hal lan yang menjad perhatan adalah berkenaan dengan
pemahaman pangan sebaga satu sstem (food system), sstem
produks, dan faktor-faktor lan yang dapat mempengaruh komposs
dar ketersedaan pangan serta akses rumah tangga terhadap
17

ketersedaan pangan tersebut secara terus menerus. Sekal lag,
perubahan pemahaman ketahanan pangan dengan menekankan aspek
aksesbltas pada tngkatan rumah tangga mendapatkan legtmasnya
pada Konferens Pangan Tngkat Tngg tahun 1996, yang
dselenggarakan oleh FAO, dengan memberkan pengertan baru
berkenaan dengan ketahanan pangan, yatu food security exists when
all people, at all times, have physical and economic access to
sufficient, safe and nutritious food to meet their dietary needs and
food preferences for an active and healthy life.
Hal lan yang juga belum begtu jelas hubungannya adalah
bagamana dampak nutrs dapat dntegraskan kedalam pemahaman
ketahanan pangan. Rset-rset tentang gz buruk (malnutrs)
menunjukkan bahwa pangan hanyalah salah satu faktor penyebab gz
buruk. Faktor-faktor lan yang memlk dampak kepada gz buruk
antara lan adalah konsums dan kompossnya (dietary intake and
diversity), kesehatan dan penyakt, serta perawatan bu dan anak
(maternal and child care), sehngga dapat dsmpulkan bahwa
ketahanan pangan rumah tangga merupakan prasyarat untuk ketahanan
gz, tetap belum cukup untuk menjamn ketahanan gz.
Para pakar menunjukkan bahwa ada dua proses utama yang
dapat mewujudkan ketahanan gz, yang pertama menentukan akses
dar rumah tangga terhadap pangan bag seluruh anggota rumah
tangganya, dan yang kedua menunjukkan bagamana pangan yang
telah dperoleh tersebut dtransmskan menjad kecukupan nutrs
bag setap anggota rumah tangga (World Bank, 1989). Proses yang
kedua menentukan dan berasal dar bdang kesehatan, lngkungan,
budaya dan perlaku yang dapat memberkan dampak postf bag
kecukupan gz dar pangan yang dkonsumsnya. Proses yang pertama
dsebut jalur ketersedaan dan akses, sedangkan jalur kedua dsebut
jalur konsums dan gz. Pemahaman kerawanan pangan sepert d
atas, telah merubah pemahaman ketahanan pangan rumah tangga dar
18

18

sekedar kemampuan/akses pangan rumah tangga dan sstem pangan,
menjad perluasan pemahaman tentang dampak dar kesehatan/
penyakt, santas lngkungan, daya dukung (carrying capacity),
kualtas dan komposs konsums sehngga dapat memberkan dampak
gz yang cukup.
Rset yang dlakukan pada akhr 1980-an dan awal 1990-an
menunjukkan bahwa ketahanan pangan dan gz sebagamana
pemahaman yang ada memerlukan pengembangan yang lebh
komprehensf. Hasl-hasl rset tersebut menunjukkan bahwa
ketahanan pangan hanyalah merupakan salah satu tujuan rumah
tangga mskn; kecukupan pangan hanyalah salah satu faktor yang
menentukan bagamana rumah tangga mskn menentukan
pengamblan keputusannya dan bagamana mereka mampu menyebar
berbaga resko sehngga akhrnya mereka mampu menyembangkan
berbaga tujuan agar tetap hdup bak dalam jangka pendek maupun
dalam jangka panjang. Beberapa kelompok mungkn berseda untuk
menahan lapar agar asetnya mash dapat dpertahankan atau untuk
memenuh kehdupan yang lebh jangka panjang. Oleh karena tu,
menempatkan ketahanan pangan sebaga satu-satunya kebutuhan yang
fundamental mungkn akan memberkan kesmpulan yang salah,
apabla tanpa memperhatkan kebutuhan-kebutuhan lannya.

2.2.

Dinamika Konsep Ketahanan Pangan Nasional

Setap pemerntahan suatu negara mempunya kewajban
memenuh hak masyarakat atas pangan. Sejarah perekonoman pangan
Negara Kesatuan Republk Indonesa (NKRI) mencatat dengan jelas
bahwa para pmpnan negara secara konssten meletakkan ekonom
pangan sebaga sesuatu hal yang sangat strategs. Presden RI pertama,
Ir. Soekarno menyadar betul pentngnya penyedaan pangan bag
kelangsungan kehdupan bangsanya. Pada tanggal 27 Aprl 1952, saat
acara peletakan batu pertama pembangunan gedung Fakultas Pertanan
19

Unverstas Indonesa d Bogor, Presden Soekarno menyatakan
bahwa: “……apa yang saya hendak katakan itu, adalah amat penting,
bahwa mengenai soal mati-hidupnya bangsa kita di kemudian
hari……… oleh karena itu, soal yang hendak saya bicarakan itu
mengenai soal persediaan makan rakyat”.
Pandangan dan pola pkr sepert n mash danut oleh Presden
RI kedua Soeharto. Hal In terbukt bahwa 21 tahun kemudan, pada
11 Me 1973, dalam salah satu acara kunjungan kerja d Yogyakarta,
Presden Soeharto waktu tu mengemukakan: “…………. jadi kalau
kita akan mengatasi kekurangan beras itu dengan mengimpor,
bilamana kemungkinan devisa itu ada, keadaan di duniapun juga
tidak mengijinkan kita”. Selanjutnya Presden Soeharto
mengemukakan “………Kita harus menghasilkan sendiri bahanbahan pangan khususnya beras dalam jumlah yang kita telah ketahui
agar kestabilan dari pada harga beras itu betul-betul akan
terjamin………”. Pada bagan lan Presden Soeharto berujar
“…….kalau kita simpulkan keseluruhannya jelas daripada harga
beras yang tidak bisa dikendalikan, stabilitas nasional akan
terganggu..........” (Sawt dkk, 2002). Dalam pdato Presden Soeharto
n, dengan sangat jelas pangan tu dartkan sebaga beras.
Implementas dar pandangan kedua pmpnan termasuk
dmula pada dekade tahun 1960-an pemerntah berupaya keras
menngkatkan produks pad nasonal dalam rangka mewujudkan
Swasembada Beras, dan mengatas krss (kelangkaan) beras yang
terjad saat tu. Program besar n dawal dengan suatu program
“Action Research” oleh Lembaga Pengabdan Masyarakat – Fakultas
Pertanan Unverstas Indonesa (IPB-belum terbentuk), dengan tujuan
mengajak para petan pad agar berseda menggunakan lmu
pengetahuan dan menerapkan teknolog produks pad modern dalam
mengelola usaha pertanannya. Mengubah pertanan tradsonal
menjad pertanan modern merupakan perjuangan panjang. Program
20

20

“Action Research” dlaksanakan dalam bentuk Proyek Panca Usaha
Karawang, d atas hamparan lahan sawah seluas 100 hektar tersebar d
tga desa dengan konds tata ar dan ragam perlaku petan yang
berbeda. Pelaksana lapangan juga harus menghadap petan yang
memlk phoba terhadap pendatang (orang asng). Untuk mengawal
pelaksanaan transfer teknolog kepada para petan, Fakultas Pertanan
melakukan pembmbngan dan pendampngan secara terus-menerus
dengan menempatkan para mahasswa untuk tnggal dan hdup
bersama para petan bnaannya. Program penerapan lmu pengetahuan
dan teknolog d atas hamparan sawah seluas 100 hektar berlangsung
sangat sukses. Keberhaslan tersebut kemudan dperluas ke seluruh
Indonesa secara bertahap dalam bentuk program BIMAS (Bmbngan
Massal) dengan melbatkan seluruh Fakultas Pertanan d Indonesa
melalu Program KKN (Kulah Kerja Nyata). BIMAS dkembangkan
lebh lanjut menjad Program INMAS (Intensfkas Massal) serng
dengan keberhaslan para penelt menghaslkan varetas pad unggul
dan upaya untuk melakukan ntroduks teknolog revolus hjau.
Upaya n membuahkan hasl dengan tercapanya swasembada beras
pada tahun 1984.
Pada masa reformas, yang dmula dar pemerntahan Presden
B.J. Habbe, Presden Abdurrahman Wahd dan Presden Megawat
Soekarnoputer, su pangan dan beras tetap menjad prortas. Dalam
masa-masa pemerntahan tersebut, yang dcrkan oleh adanya krss
ekonom yang cukup berat, swasembada beras tetap menjad sasaran
utama kebjakan pangan. Pada perode tersebut, untuk merespon
menurunnya produks beras domestk karena krss ekonom dan
anomal klm (kemarau panjang), pemerntah berkal-kal dalam
waktu relatf sngkat menakkan harga dasar gabah, mengeluarkan
kebjakan nsentf berproduks dan membuka lebar pasar domestk
bag beras mpor.

21

Pada era n program swasembada ala BIMAS dan INMAS
dkemas dan dperluas cakupannya dalam bentuk GEMA (Gerakan
Mandr) untuk gerakan swasembada pad, jagung dan kedele
(PALAGUNG), swasembada proten hewan (PROTEINA), dan
swasebada hortkultura (HORTINA). Untuk mengawal keberhaslan
GEMA, sebagamana program BIMAS dan INMAS, pemerntah
menyedakan tenaga pendampng dar perguruan tngg d Indonesa
yang dkoordnaskan oleh Insttut Pertanan Bogor (IPB) dan
mengalokaskan anggaran APBN yang sangat besar untuk
menyedakan kredt bag petan (Kredt Usaha Tan). Memang upaya
n belum mampu dalam jangka pendek menghaslkan hasl-hasl
sepert yang dharapkan, tetap beberapa waktu kemudan, pemerntah
mampu melakukan larangan mpor, tdak hanya pada waktu-waktu
tertentu (masa panen raya) saja, bahkan selama setahun penuh pada
tahun 2005.
Pada era Presden Suslo Bambang Yudhoyono, flosof
kebjakan umum perberasan pada ntnya tetap sama dengan era
pemerntahan sebelumnya, dengan varas pada tataran kebjakan
operasonalnya. Penegasan skap n dtanda dengan pencanangan
Revtalsas Pertanan, Perkanan dan Kehutanan (RPPK) oleh
Presden RI tanggal 11 Jun 2005 d Waduk Jatluhur, Purwakarta,
Jawa Barat. Tujuan RPPK adalah membangun ketahanan pangan
dengan: (a) mengoptmalkan pemanfaatan dan menngkatkan
kapastas sumberdaya pertanan; (b) menngkatan