Permenhub No PM 49 Th 2014

MENTERIPERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA

PERATURANM ENTERI PERHUBUNGANREPUBLIK INDONESIA
NOM OR PM 49 TAHUN2014

bahwa untuk m elaksanakan ketentuan Pasal 56 dan Pasal
57 Peraturan Pem erintah Nom or 79 Tahun 2013 tentang
Jaringan
Lalu
Lintas
dan
Angkutan
Jalan,
perlu
m enetapkan Peraturan M enteri Perhubungan tentang Alat
Pem beri Isyarat Lalu Lintas;
1.

Undang-Undang Nom or 38 Tahun 2004 tentang Jalan
(Lem baran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nom or 132, Tam bahan Lem baran Negara Republik
Indonesia Nom or 4444);

2.

Undang-Undang Nom or 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas
dan
Angkutan
Jalan
(Lem baran
Negara
Republik
Indonesia
Tahun
2009
Nom or
96,
Tam bahan
Lem baran

Negara Republik
Indonesia
Nom or 5025);

3.

Peraturan Pem erintah Nom or 15 Tahun 2005 tentang
Jalan Tol (Lem baran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nom or 32, Tam bahan Lem baran Negara Republik
Indonesia Nom or 4489), sebagaim ana
telah diubah
dengan Peraturan Pem erintah Nom or 43 Tahun 2013
(Lem baran Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nom or 101, Tam bahan Lem baran Negara Republik
Indonesia Nom or 5422);

4.

Peraturan Pem erintah Nom or 34 Tahun 2006 tentang
Jalan (Lem baran Negara Republik Indonesia Tahun

2006 Nom or 86, Tam bahan Lem baran Negara Republik
Indonesia Nom or 4655);

5.

Peraturan Pem erintah N om or 32 Tahun 2011 tentang
M anajem en dan Rekayasa, A nalisis D am pak, Serta
M anajem en K ebutuhan Lalu Lintas (Lem baran N egara
Republik Indonesia Tahun 2011 N om or 61, Tam bahan
Lem baran N egara Republik Indonesia N om or 5221);

6.

Peraturan Pem erintah N om or 79 Tahun 2013 tentang
Jaringan Lalu Lintas dan A ngkutan Jalan (Lem baran
N egara Republik Indonesia Tahun 2013 N om or 193,
Tam bahan
Lem baran
N egara Republik Indonesia
N om or 5468);


7.

Peraturan Presiden N om or 47 Tahun 2009 tentang
Pem bentukan
dan O rganisasi K em enterian N egara,
sebagaim ana telah diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden N om or 13 Tahun 2014 (Lem baran N egara
Republik Indonesia Tahun 2014 N om or 24);

8.

Peraturan Presiden N om or 24 Tahun 2010 tentang
K edudukan, Tugas, dan Fungsi K em enterian N egara
serta Susunan O rganisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I
K em enterian
N egara,
sebagaim ana
telah
diubah

terakhir dengan Peraturan Presiden N om or 14 Tahun
2014 (Lem baran N egara Republik Indonesia Tahun
2014 N om or 25);

9.

Peraturan M enteri Perhubungan N om or K M 60 Tahun
2010 tentang O rganisasi dan Tata K erja K em enterian
Perhubungan,
sebagaim ana
telah
diubah
dengan
Peraturan M enteri Perhubungan N om or PM 68 Tabun
2013 (Berita N egara Republik Indonesia Tahun 2013
N om or 1113);

PERA TU RA N M EN TERI PERH U BU N G A N TEN TA N G A LA T
PEM BERI ISY A RA TLA LULIN TA S.
BA B I

K ETEN TU A NU M U M

1.

A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas adalah perangkat
elektronik yang m enggunakan
isyarat lam pu yang
dapat
dilengkapi
dengan
isyarat
bunyi
untuk
m engatur lalu lintas orang danl atau K endaraan di
persim pangan atau pada ruas jalan.

2.

Lum iner
adalah

seperangkat
peralatan
yang
m erupakan
bagian dari A lat Pem beri Isyarat Lalu
Lintas dan berfungsi untuk m enghasilkan, m engatur,
dan m endistribusikan pencahayaan.

3.

Tiang penyangga adalah pipa berbahan logam atau
bahan lainnya yang digunakan untuk m enam batkan
Lum iner.

4.

K endaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang
terdiri atas K endaraan Berm otor dan K endaraan Tidak
Berm otor.


5.

Pengguna Jalan adalah orang
jalan untuk berlalu lintas.

6.

Pejalan K aki adalah
Ruang Lalu Lintas.

7.

D irektur
Jenderal
Perhubungan D arat.

setiap

yang


orang

m enggunakan

yang

berjalan

di

Ruang lingkup pengaturan dalam Peraturan M enteri lnl
m eliputi:
a. jenis dan fungsi A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas;
b. spesifikasi teknis A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas;
c. penyelenggaraan A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas; dan
d. pem buatan A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas.
BA B II
JEN IS D A N FU N G SIA LA TPEM BERI
ISY A RA TLA LULIN TA S
Bagian K esatu

Jenis A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas

A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas terdiri atas:
a. lam pu tiga w arna;
b. lam pu dua w arna; dan
c. lam pu satu w arna.

(1 )

A lat Pem beri
dim aksud dalam
a. A lat Pem beri
b. A lat Pem beri

Isyarat
Lalu
Lintas
sebagaim ana
Pasa13 berupa:
Isyarat Lalu Lintas otonom ; dan

Isyarat Lalu Lintas terkoordinasi.

(2)

A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas otonom sebagaim ana
dim aksud pada ayat ( 1 ) huruf a, dalam pengaturan
w aktu siklusnya hanya dapat dilakukan oleh A lat
Pem beri Isyarat Lalu Lintas yang bersangkutan atau
berdiri sendiri.

(3)

A lat Pem beri Isyarat
Lalu Lintas
terkoordinasi
sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) huruf b, dalam
pengaturan
w aktu
siklusnya
terkoordinasi
dan
berinteraksi dengan A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas
yang dipasang pada lokasi lain.
Bagian K edua
Fungsi A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas

A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas sebagaim ana dim aksud
dalam Pasal 3 berfungsi untuk m engatur lalu lintas orang
dan/atau
K endaraan di persim pangan atau pada ruas
jalan.

(1)

A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas dengan lam pu tiga
w arna sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 3 huruf a
dipergunakan untuk m engatur K endaraan.

(2)

Lam pu tiga w arna sebagaim ana dim aksud pada ayat
(1) terdiri dari lam pu berw arna m erah, kuning, dan
hijau.

(3)

Lam pu berw arna m erah sebagaim ana dim aksud pada
ayat (2) untuk m enyatakan K endaraan harus berhenti
dan tidak boleh m elew ati m arka m elintang yang
berfungsi sebagai garis henti.

(4)

Lam pu berw arna kuning sebagaim ana dim aksud pada
ayat
(2) untuk
m em berikan
peringatan
bagi
pengem udi:
a. lam pu berw arna kuning yang m enyala sesudah
lam pu berw arna hijau padam , m enyatakan lam pu
berw arna m erah akan segera m enyala, K endaraan
bersiap untuk berhenti; dan
b. lam pu berw arna kuning yang m enyala bersam a
dengan lam pu berw arna
m erah,
m enyatakan
lam pu berw arna hijau akan segera m enyala,
K endaraan bersiap untuk bergerak.

(5)

Lam pu berw arna hijau sebagaim ana dim aksud pada
ayat (2) m enyatakan K endaraan berjalan.

A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas dengan lam pu tiga w arna
sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 6 tersusun secara:
a. vertikal berurutan dari atas ke baw ah berupa lam pu
berw arna m erah, kuning, dan hijau; atau
b. horizontal berurutan dari sudut pandang Pengguna
Jalan dari kanan ke kiri berupa lam pu berw arna m erah,
kuning, dan hijau.

(1)

A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas dengan lam pu dua
w arna sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 3 huruf b
dipergunakan untuk m engatur K endaraan dan/ atau
Pejalan K aki.

(2)

Lam pu dua w arna sebagaim ana dim aksud pada ayat
(1) terdiri dari lam pu berw arna m erah dan hijau.

(3)

Lam pu berw arna m erah sebagaim ana dim aksud pada
ayat (2) untuk m enyatakan K endaraan harus berhenti
dan tidak boleh m elew ati m arka m elintang yang
berfungsi sebagai garis henti.

(4)

Lam pu berw arna hijau sebagaim ana dim aksud pada
ayat (2) m enyatakan K endaraan berjalan.

A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas dengan lam pu dua w arna
sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 8 tersusun secara
vertikal dengan:
a. lam pu berw arna m erah di bagian atas; dan
b. lam pu berw arna hijau di bagian baw ah.

(1)

A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas dengan lam pu satu
w arna sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 3 huruf c
dipergunakan untuk m em berikan peringatan bahaya
kepada Pengguna Jalan.

(2)

Lam pu satu w arna sebagaim ana dim aksud pada ayat
(1) berw arna kuning kelap kelip atau m erah.

(3)

Lam pu berw arna kuning kelap kelip sebagaim ana
dim aksud pada ayat (2) untuk m enyatakan Pengguna
Jalan berhati-hati.

(4)

Lam pu berw arna m erah sebagaim ana dim aksud pada
ayat (2) untuk m enyatakan Pengguna Jalan berhenti.

Pengaturan w aktu siklus A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas
sebagaim ana dim aksud dalam Pasal4 terdiri atas:
a. w aktu siklus terkoordinasi; dan
b. w aktu siklus tidak terkoordinasi.

W aktu siklus terkoordinasi sebagaim ana dim aksud dalam
Pasal 11 huruf a berupa skem a rencana siklus antar A lat
Pem beri Isyarat Lalu Lintas diatur oleh sistem yang
terpusat.

W aktu siklus tidak terkoordinasi sebagaim ana
dalam Pasal11 huruf b terdiri atas:
a. siklus tetap;
b. siklus sem i-adaptif; dan
c. siklus adaptif.

dim aksud

W aktu siklus tetap sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 13
huruf a berupa rencana siklus yang tetap dan paling sedikit
m em iliki 8 (delapan) rencana siklus.

(1)

W aktu siklus sem i-adaptif sebagaim ana dim aksud
dalam Pasal 13 huruf b berupa rencana siklus yang
tetap pada kaki sim pang m ayor.

(2)

K aki sim pang m ayor sebagaim ana dim aksud pada ayat
(1) paling sedikit m em iliki 8 (delapan) rencana siklus
serta rencana
siklus yang bervariasi pada kaki
.
.
slm pang m m or.

W aktu siklus adaptif sebagaim ana dim aksud dalam Pasal
13 huruf c berupa rencana siklus yang bervariasi pada kaki
sim pang m ayor dan kaki sim pang m inor m enurut situasi
arus lalu lintas.

Pengaturan w aktu siklus A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas
sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 11 dilakukan dengan
m em pertim bangkan aspek:
a. m akroskopis, m eliputi:
1. volum e lalu lintas yang m enuju kaki sim pang;
2. volum e lalu lintas yang m eninggalkan kaki sim pang;
3. kapasitas pendekat m asing-m asing kaki sim pang
bagi lalu lintas yang m endekati kaki sim pang dan
yang m enjauhi kaki sim pang;
4. kom posisi lalu lintas kendaraan dan Pejalan K aki;
5. variasi lalu lintas periodik dan insidentil;
6. distribusi arah pergerakan lalu lintas;
7. tundaaan dan antrian;
8. kecepatan; dan
9. pengaturan arus lalu lintas.
b. m ikroskopis, m eliputi:
1. tundaan lalu lintas;
2. konflik lalu lintas; dan
3. percepatan lalu lintas.

Tata cara penentuan w aktu siklus A lat Pem beri Isyarat Lalu
Lintas sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 11 ditetapkan
oleh D irektur Jenderal.
BA BIII
SPESIFIK A SITEK N ISA LA TPEM BERI
ISY A RA TLA LULIN TA S

K om ponen utam a
A lat Pem beri Isyarat
Lalu
sebagaim ana dim aksud dalam Pasal3 terdiri atas:
a. Lum iner;
b. tiang penyangga;
c. bangunan konstruksi pondasi;
d. perangkat kendali; dan
e. kabel instalasi.

Lintas

(1)

Lum iner sebagaim ana dim aksud dalam Pasal19
a terdiri atas:
a. lam pu;
b. arm atur; dan
c. catu daya.

huruf

(2)

Lam pu sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) huruf a
m enggunakan lam pu dengan nilai koefisien ilum inasi
paling sedikit 30 (tiga puluh) m ilicande1a per m eter
persegi dan
paling besar
90 (sem bilan
puluh)
m ilicandela per m eter persegi.

(3)

A rm atur sebagaim ana dim aksud pad a ayat (1) huruf b
terdiri atas:
a. rum ah lam pu;
b. kom ponen
optis
yang
berfungsi
sebagai
pendistribusi cahaya;
c. dudukan dan/ atau konektor lam pu; dan
d. kom ponen
m ekanik
yang
berfungsi
sebagai
penam bat lum iner pada tiang penyangga.

(4)

K om ponen optis sebagaim ana dim aksud pada ayat (3)
huruf b berbentuk bulat dengan diam eter paling kecil
20 (dua puluh) sentim eter dan paling besar 30 (tiga
puluh) sentim eter.

(5)

K om ponen optis sebagaim ana dim aksud pada ayat (4)
dapat
digunakan
untuk
m enam pilkan
piktogram
panah, pejalan kaki, bus, dan/ atau sepeda.

(6)

Catu daya sebagaim ana dim aksud pad a ayat (1) huruf
c berupa sum ber tenaga dari jaringan listrik setem pat
atau dengan m enggunakan baterai.

(1 )

A rm atur sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 20 ayat
( 1 ) huruf b w ajib dipasang logo perhubungan berupa
stiker di bagian sam ping kanan atau kiri sebe1ah
baw ah.

(2)

Stiker logo perhubungan sebagaim ana dim aksud pada
ayat (1) diterbitkan oleh D irektur Jenderal, gubernur,
atau bupatijw alikota sesuai dengan kew enangan.

Tiang penyangga sebagaim ana dim aksud
huruf b berupa:
a. tiang lurus;
b. tiang lengkung;
c. tiang siku; dan
d. tiang gaw ang (gantry).

dalam Pasal 19

Bangunan konstruksi pondasi sebagaim ana dim aksud
dalam Pasal 19 huruf c berupa:
a. bangunan konstruksi pondasi cor di tem pat (cast in
situ); danj atau
b. bangunan konstruksi pondasi cor di luar (back casting).

Perangkat kendali sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 19
huruf d berupa:
a. kom ponen elektronika aktif dan pasif;
b. papan sirkuit tercetak (PCB) dan e1ektronika penuh;
dan
c. rangka yang m em punyai ketahanan
suhu 5 (lim a)
sam pai dengan 70 (tujuh puluh) derajat celcius dengan
kelem bapan nisbi m aksim um 95 (sem bilan puluh lim a)
per seratus.

(1)

A lat Pem beri Isyarat
Lalu Lintas
sebagaim ana
dim aksud dalam Pasal3 dapat dipasang:
a. alat pendeteksi kendaraan;
b. kam era;
c. Display Information System (D IS);danjatau
d. peralatan teknologi inform asi untuk kepentingan
lalu lintas.

(2)

Display

Information

System

(D IS) sebagaim ana
dim aksud pada ayat (1) huruf c m em iliki nilai koefisien
ilum inasi paling kedl 30 (tiga puluh) m ilicandela per
m eter persegi dan paling besar 70 (tujuh puluh)
m ilicande1a per m eter persegi.

(3)

Peralatan teknologi inform asi untuk kepentingan lalu
lintas sebagaim ana dim aksud pada ayat ( 1 ) huruf d
harus m em iliki sertifikasi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Spesifikasi teknis A lat Pem beri Isyarat
Lalu Lintas
sebagaim ana gam bar yang tercantum dalam Lam piran I
yang m erupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
M enteri ini.
BA BIV
PEN Y ELEN G G A RA AA
NLA TPEM BERI
ISY A RA TLA LULIN TA S
Bagian K esatu
U m um

Penyelenggaraan A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas m eliputi
kegiatan:
a. penem patan dan pem asangan;
b. pem eliharaan; dan
c. penghapusan.

(1 )

Penyelenggaraan A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas
sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 27 dilakukan
oleh:
a. D irektur Jenderal, untuk jalan nasional;
b. gubernur, untuk jalan provinsi;
c. bupati, untuk jalan kabupaten dan jalan desa; dan
d. w alikota, untuk jalan kota.

(2)

Penye1enggaraan A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas
untuk jalan tol dilakukan oleh penyelenggara jalan tol
setelah m endapatkan penetapan D irektur Jenderal.

(3)

D alam hal terjadi perpotongan antara jalan nasional
dengan jalan provinsi, penyelenggaraan A lat Pem beri
Isyarat Lalu Lintas sebagaim ana dim aksud pada ayat
( 1 ) dilakukan oleh D irektur Jenderal.

(4)

D alam hal terjadi perpotongan antara jalan nasional
dengan
jalan
kabupaten
dan
jalan
desa,
penye1enggaraan A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas
sebagaim ana dim aksud pada ayat ( 1 ) dilakukan oleh
D irektur J enderal.

(5)

D alam hal terjadi perpotongan antara jalan nasional
dengan jalan kota, penyelenggaraan A lat Pem beri
Isyarat Lalu Lintas sebagaim ana dim aksud pada ayat
( 1 ) dilakukan oleh D irektur Jenderal.

(6)

D alam hal terjadi perpotongan antara jalan provinsi
dengan
jalan
kabupaten
dan
jalan
desa,
penyelenggaraan A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas
sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) dilakukan oleh
gubernur.

(7)

D alam hal terjadi perpotongan antara jalan provm sl
dengan jalan kota, penyelenggaraan A lat Pem beri
Isyarat Lalu Lintas sebagaim ana dim aksud pada ayat
(1) dilakukan oleh gubernur.
Bagian K edua
Tata Cara Penem patan dan Pem asangan

(1)

Penem patan dan pem asangan A lat Pem beri Isyarat
Lalu Lintas sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 27
huruf a harus m em perhatikan:
a. desain geom etrik jalan;
b. kondisi tata guna lahan;
c. jaringan lalu lintas dan angkutan jalan;
d. situasi arus lalu lintas;
e. kelengkapan bagian konstruksi jalan;
f. kondisi struktur tanah; dan
g. konstruksi yang tidak berkaitan dengan Pengguna
Jalan.

(2)

Penem patan dan pem asangan A lat Pem beri Isyarat
Lalu Lintas sebagaim ana dim aksud pada ayat (1)
harus pada ruang m anfaat jalan.

(3)

A lat Pem beri Isyarat
Lalu Lintas
sebagaim ana
dim aksud pada ayat (2) dapat dipasang bersam aan
dengan ram bu lalu lintas dan m arkajalan.

A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas dengan lam pu tiga w am a
sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 3 huruf a dipasang
pada:
a. persim pangan; dan
b. ruas jalan.

(1)

A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas dengan lam pu tiga
w arna yang dipasang pada persim pangan sebagaim ana
dim aksud dalam Pasal 30 huruf a ditem patkan di
sebelah
kiri jalur
lalu
lintas
K endaraan
dan
m enghadap arah lalu lintas K endaraan.

(2)

A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas dengan lam pu tiga
w arna sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) dapat
ditam bah pada sisi kanan.

(3)

A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas dengan lam pu tiga
w arna
sebagaim ana
dim aksud
pada
ayat
(1)
ditem patkan pada jarak paling sedikit 60 (enam puluh)
sentim eter diukur dari bagian terluar arm atur ke tepi
paling luar bahu jalan.

(1)

A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas dengan lam pu tiga
w arna yang dipasang pada ruas jalan sebagaim ana
dim aksud dalam Pasal 30 huruf b ditem patkan di
pem isah jalur atau m edian m enghadap arah lalu lintas
K endaraan.

(2)

A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas dengan lam pu tiga
w arna
sebagaim ana
dim aksud
pad a
ayat
(1)
ditem patkan pada jarak paling sedikit 30 (tiga puluh)
sentim eter diukur dari bagian terluar arm atur ke tepi
paling luar kiri dan kanan dari pem isah jalur atau
m edian.

(1)

A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas dengan lam pu dua
w arna sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 3 huruf b
ditem patkan pada tem pat penyeberangan Pejalan K aki
dan pesepeda di sisi sebelah kiri jalur lalu lintas
K endaraan dan m enghadap arah lalu lintas Pejalan
K aki dan pesepeda.

(2)

A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas dengan lam pu dua
w arna sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) dilengkapi
dengan tom bol untuk m enyeberang.

(3)

A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas dengan lam pu dua
w arna
sebagaim ana
dim aksud
pada
ayat
(1)
ditem patkan pada jarak paling sedikit 60 (enam puluh)
sentim eter diukur dari bagian terluar arm atur ke tepi
paling luar bahu jalan.

(1)

A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas dengan lam pu satu
w arna sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 3 huruf c
ditem patkan di sebelah kiri jalur lalu lintas K endaraan
dan m enghadap arah lalu lintas K endaraan serta
dapat diulangi di atas ruang m anfaat jalan pada jarak
tertentu dari tepi paling luar bahu jalan atau jalur lalu
lintas K endaraan dan tidak m erintangi lalu lintas
K endaraan atau Pejalan K aki.

(2)

A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas dengan lam pu satu
w arna sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) berupa
w am a kuning kelap kelip ditem patkan sebelum lokasi
kem ungkinan ada bahaya.

(3)

A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas dengan lam pu satu
w arna sebagaim ana dim aksud pad a ayat (1) berupa
w arna m erah ditem patkan sebelum lokasi perlintasan
sebidang antara jalan reI dan jalan.

(4)

A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas dengan lam pu satu
w arna
sebagaim ana
dim aksud
pada
ayat
(1)
ditem patkan padajarak paling sedikit 60 (enam puluh)
sentim eter diukur dari bagian terluar arm atur ke tepi
paling luar bahu jalan.

(1)

A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas dengan lam pu tiga
w arna
sebagaim ana
dim aksud
dalam
Pasal 30
m em iliki tinggi penem patan arm atur paling rendah
300 (tiga ratus) sentim eter diukur dari perm ukaan
jalan tertinggi sam pai dengan sisi arm atur bagian
baw ah.

(2)

A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas dengan lam pu dua
w arna
sebagaim ana
dim aksud
dalam
Pasal 33
m em iliki tinggi penem patan arm atur paling rendah
175 (seratus tujuh puluh lim a) sentim eter dan paling
tinggi 265 (dua ratus enam puluh lim a) sentim eter
diukur dari perm ukaan jalan tertinggi sam pai dengan
sisi arm atur bagian baw ah.

(3)

A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas dengan lam pu satu
w arna
sebagaim ana
dim aksud
dalam
Pasal 34
m em iliki tinggi penem patan arm atur paling rendah
300 (tiga ratus) sentim eter diukur dari perm ukaan
jalan tertinggi sam pai dengan sisi arm atur bagian
baw ah.

(4)

D alam hal arm atur ditem patkan di atas ruang m anfaat
jalan, ketinggian arm atur paling rendah 500 (lim a
ratus) sentim eter diukur dari perm ukaan
ruang
m anfaat jalan tertinggi sam pai dengan sisi arm atur
bagian baw ah.

(5)

Posisi arm atur diputar ke kanan atau ke kiri paling
banyak 5 (lim a) derajat m enghadap perm ukaan jalan
dari posisi tegak lurus sum bu jalan sesuai dengan
arah lalu lintas.

Lokasi penem patan A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas
sebagaim ana gam bar yang tercantum dalam Lam piran II
yang m erupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
M enteri ini.

Pada satu tiang penyangga hanya dapat dipasang paling
banyak 3 (tiga) buah arm atur.

Pem bangunan dan/ atau pem asangan bangunan, utilitas,
m edia inform asi, iklan, pepohonan, atau benda-benda lain
dilarang m enghalangi A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas.

D alam hal tidak tersedianya ruang untuk pem asangan
tiang penyangga, A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas dapat
dipasang antara lain pada:
a. tem bok;
b. kaki jem batan;
c. bagian jem batan layang; dan
d. tiang bangunan utilitas.

Tata cara pem asangan A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas
sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 39 ditetapkan oleh
D irektur Jenderal.
Bagian K etiga
Tata Cara Pem eliharaan

(1)

Pem eliharaan
A lat Pem beri Isyarat
sebagaim ana dim aksud dalam Pasal
dilakukan secara:
a. berkala; dan
b. insidentil.

Lalu Lintas
27 huruf b

(2)

Pem eliharaan berkala sebagaim ana dim aksud pada
ayat (1) huruf a dilakukan paling sedikit setiap 6
(enam ) bulan.

(3)

Pem eliharaan berkala sebagaim ana dim aksud pada
ayat (2) dilakukan dengan m em pertim bangkan aspek:
a. um ur teknis m asing-m asing kom ponen;
b. perkem bangan
teknologi dan
inovasi bidang
transportasi dan telem atika; dan
c. rencana pengaturan lalu lintas.

(4)

Pem eliharaan berkala sebagaim ana dim aksud pada
ayat (2) m eliputi:
a. m enghilangkan benda di sekitar arm atur yang
dapat
m enghalangi
dan/atau
m engurangi
intensitas pencahayaan; dan
b. m em bersihkan
kom ponen
optis
dari
debu
dan/ atau kotoran;

c.
d.

(5)

m enghilangkan
tanda-tanda
korosi pada A lat
Pem beri Isyarat Lalu Lintas; dan
pengecatan tiang penyangga untuk m e1indungi dari
korosi.

Pem eliharaan insidentil sebagaim ana dim aksud pada
ayat ( 1 ) huruf b m eliputi:
a. penggantian kom ponen baru A lat Pem beri Isyarat
Lalu Lintas yang m engalam i kerusakan m endadak;
b. penyesuaian w aktu siklus dengan situasi arus lalu
lintas aktual; dan
c. penyesuaian letak kom ponen utam a dan tam bahan
yang bergeser dari posisi aw al pem asangan.
Bagian K eem pat
Tata Cara Penghapusan

(1 )

Penghapusan
A lat Pem beri Isyarat
Lalu Lintas
sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 27 huruf c harus
m em enuhi persyaratan yang ditentukan berdasarkan:
a. um ur teknis;
b. kebijakan pengaturan lalu lintas; dan
c. keberadaan fisik A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas.

(2)

U m ur teknis sebagaim ana dim aksud
huruf a paling lam a 5 (lim a) tahun.

(3)

K ebijakan
pengaturan
lalu
lintas
sebagaim ana
dim aksud pada ayat ( 1 ) huruf b dilakukan apabila
terjadi
perubahan
pengaturan
lalu
lintas
yang
ditentukan oleh pejabat yang berw enang.

(4)

K eberadaan fisik A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas
sebagaim ana dim aksud pada ayat ( 1 ) huruf c m eliputi
an tara lain:
a. kerusakan;dan
b. hilang.

(5)

Penghapusan
A lat Pem beri Isyarat
Lalu Lintas
dilakukan berdasarkan penilaian kinerja oleh Pejabat
sesuai dengan kew enangannya.

(6)

Tata cara penilaian kinerja sebagaim ana dim aksud
pada ayat (5) ditetapkan oleh D irektur Jenderal.

pada

ayat

(1 )

BA BV
PEM BU A TA NA LA TPEM BERIISY A RA TLA LULIN TA S

(1 )

Pem buatan A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas dilakukan
oleh badan usaha yang te1ah m em enuhi persyaratan:
a. bahan, perlengkapan, dan peralatan produksi; dan

b.

sum ber daya m anusia yang
bidang perlengkapan jalan.

berkom petensi

di

(2)

U ntuk m em enuhi persyaratan sebagaim ana dim aksud
penilaian oleh D irektur
pada ayat (1 ) dilakukan
Jenderal.

(3)

Badan usaha
yang telah m em enuhi
persyaratan
sebagaim ana
dim aksud pada ayat (1 ) didaftar di
D irektorat Jenderal Perhubungan D arat sebagai badan
usaha pem buat A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas.

(4)

Tata cara penilaian dan pendaftaran
sebagaim ana
dim aksud pada ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan oleh
D irektur J enderal.
BA B V I
K ETEN TU A NPERA LIH A N

A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas yang te1ah dipasang
sebe1um diterbitkannya Peraturan M enteri ini dinyatakan
tetap berlaku dan w ajib m enyesuaikan dengan ketentuan
yang diatur dalam Peraturan M enteri ini paling lam a 2
(dua) tahun terhitung sejak Peraturan M enteri ini m ulai
berlaku.
BA B V II
K ETEN TU A NLA IN -LA IN

D irektur Jenderal m elakukan pem binaan dan pengaw asan
teknis terhadap pelaksanaan Peraturan M enteri ini.

D irektur
Jenderal,
gubernur,
atau
bupatijw alikota
m elakukan sosialisasi terhadap Peraturan M enteri ini.
BA B V III
K ETEN TU A N PEN U TU P

Pada saat Peraturan M enteri ini m ulai berlaku, K eputusan
M enteri Perhubungan N om or K M 62 Tahun 1993 tentang
A lat Pem beri Isyarat Lalu dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.

Peraturan
M enteri
diundangkan.
Agar
setiap
pengundangan
penem patannya

Inl

m ulai

berlaku

pada

tanggal

orang
m engetahuinya,
m em erintahkan
Peraturan
M enteri
ini
dengan
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 25 Septem ber
M ENTERIPERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA,

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 26 Septem ber

2014

M ENTERI HUKUM DAN HAK ASASI M ANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

Salinan sesuai de
Kepala Bir

DR.UM AR

IS, SH, M M , M H

Pem bina Utam a M uda (IV/c)
NIP. 19630220 198903 1 001

2014

LAMPlRAN I
PERATURAN MENTER! PERHUBUNGAN
NOMOR PM 49 TAHUN 2014
TENTANG
ALAT PEMBER! ISYARAT LALU LINTAS

REPUBLIK INDONESIA

SPESIFlKASI TEKNIS
ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS

~ .30

30

30

90

4t


I






.-

g
1-



00
M IO

L

0
10

c