Lingkungan Perpustakaan yang Menarik Minat Berkunjung ke Perpustakaan Universitas Sumatera Utara

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Perpustakaan
Pengertian perpustakaan menurut Sutarno (2006: 11-12):
Perpustakaan yaitu suatu ruangan, bagian dari gedung/ bangunan, atau
gedung tersendiri yang berisi buku-buku koleksi, yang disusun dan diatur
sedemikian rupa, sehingga mudah untuk dicari dan dipergunakan apabila
sewaktu-waktu diperlukan oleh pembaca.
Menurut UUD No. 43 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 1:
Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak,
dan/ atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna
memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan
rekreasi para pemustaka.
Melengkapi pendapat di atas Lasa (2005: 48) menyatakan bahwa
pengertian perpustakaan adalah:
Sistem informasi yang di dalamnya terdapat aktivitas pengumpulan,
pengolahan, pengawetan, pelestarian dan penyajian serta penyebaran
informasi. Informasi meliputi produk intelektual dan artistik manusia.
Pelaksanaan aktivitas tersebut memerlukan ilmu pengetahuan yang
diperoleh melalui pendidikan formal atau nonformal di bidang
perpustakaan, dokumentasi, dan informasi.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa perpustakaan adalah
suatu tempat mendapatkan beberapa informasi dari sumber-sumber seperti koleksi
yang telah diatur dan diolah secara profesional sehingga memudahkan pengguna
dalam mencari informasi tersebut guna memenuhi kebutuhan pemustaka dan suatu
tempat untuk mengembangkan informasi dan pengetahuan yang dikelola oleh
lembaga pendidikan sebagai sarana edukatif.
2.2 Perpustakaan Perguruan Tinggi
2.2.1

Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi

Pengertian perpustakaan perguruan tinggi menurut Hermawan dan
Zulfikar (2006: 33), “perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang
terdapat di lingkungan lembaga pendidikan tinggi seperti universitas, institut,
sekolah tinggi, akademi dan lembaga perguruan tinggi lainnya”.

4

Universitas Sumatera Utara


Selanjutnya menurut pendapat Syahrial-Pamuntjak (2000: 4):
Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang tergabung dalam
lingkungan lembaga pendidikan tinggi, baik yang berupa perpustakaan
unversitas, perpustakaan fakultas, perpustakaan akademi, perpustakaan
sekolah tinggi. Tujuannya membantu perguruan tinggi dalam menjalankan
program pengajaran.
Sedangkan pengertian lainnya dalam Buku Pedoman Perpustakaan
Perguruan Tinggi, Depdiknas (2004: 3):
Perpustakaan perguruan tinggi adalah unsur penunjang perguruan tinggi,
yang bersama-sama dengan unsur penunjang lainnya, berperan serta dalam
melaksanakan tercapainya visi dan misi perguruan tinggi. Yang dimaksud
dengan perguruan tinggi adalah universitas, institut, sekolah tinggi,
akademi, politeknik, dan perguruan tinggi lainnya yang sederajat.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian dari
perpustakaan perguruan tinggi adalah suatu perpustakaan yang berada di
lingkungan perguruan tinggi yang bertujuan untuk membantu perguruan tinggi
dalam menjalankan program belajar mengajar agar tercapainya visi dan misi serta
membantu pengguna khususnya mahasiswa untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan.
2.2.2


Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi
Menurut Depdiknas (2004: 3) sebagai unsur penunjang perguruan tinggi

dalam mencapai visi dan misi, Perpustakaan memiliki berbagai fungsi sebagai
berikut:
1. Fungsi Edukasi
Perpustakaan merupakan sumber belajar para sivitas akademika, oleh
karena itu perpustakaan harus mampu mendukung pencapaian tujuan
menyediakan bahan pembelajaran setiap program studi, koleksi tentang
strategi belajar mengajar dan materi pendukung pelaksana evaluasi
pembelajaran.
2. Fungsi Informasi
Perpustakaan merupakan sumber informasi yang mudah diakses oleh
pencari dan pengguna informasi.
5

Universitas Sumatera Utara

3. Fungsi Riset

Perpustakaan mempersiapkan bahan-bahan primer dan sekunder yang
paling mutakhir sebagai bahan untuk melakukan penelitian dan
pengkajian ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
4. Fungsi Rekreasi
Perpustakaan harus menyediakan koleksi rekreatif yang bermakna
untuk membangun dan mengembangkan kreativitas, minat dan daya
inovasi pengguna perpustakaan.
5. Fungsi Publikasi
Perpustakaan selayaknya juga membantu melakukan publikasi karya
yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya yakni civitas
akademika dan staf non-akademik.
6. Fungsi Deposit
Perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh karya dan
pengetahuan yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya.
7. Fungsi Interpretasi
Perpustakaan sudah seharusnya melakukan kajian dan memberikan
nilai tambah terhadap sumber-sumber informasi yang dimilikinya
untuk membantu pengguna dalam melakukan dharmanya.
2.2.3


Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi
Menurut pendapat Hemawan dan Zulfikar (2006: 34):
Secara umum tujuan perpustakaan perguruan tinggi adalah menunjang tri
dharma Perguruan Tinggi, yaitu penyelenggaraan pendidikan, penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat. Secara khusus adalah untuk
membantu para dosen dan mahasiswa, serta tenaga kependidikan di
perguruan tinggi dalam proses pembelajaran.
Sedangkan pendapat Hasugian (2009: 80) mengatakan:
Tujuan perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia adalah untuk
memberikan layanan informasi untuk kegiatan belajar, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat dalam rangka melaksanakan tri dharma
Perguruan Tinggi.
Menurut Perpustakaan Nasional RI (2011: 3), “tujuan perpustakan

perguruan tinggi adalah menyediakan materi perpustakaan dan akses informasi
bagi pengguna untuk kepentingan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat”.
6

Universitas Sumatera Utara


Dapat disimpulkan dari pendapat di atas bahwa tujuan perpustakaan
perguruan tinggi adalah membantu pengguna dengan memberikan layanan
informasi dan menyediakan materi perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan
pengguna dalam kegiatan belajar atau dalam kegiatan penelitiannya serta
membantu dosen dan mahasiswa dalam proses belajar mengajar.

2.2.4

Tugas Perpustakaan Perguruan Tinggi
Menurut Sutarno (2006: 53) Tugas perpustakaan perguruan tinggi adalah:
Menghimpun, menyediakan, mengolah, memelihara dan mendayagunakan
semua koleksi bahan pustaka, menyediakan sarana pemanfaatannya, dan
melayani masyarakat pengguna, yang membutuhkan informasi dan bahan
bacaan.
Sedangkan

menurut

Syahrial-Pamuntjak


(2000:

2)

menyatakan,

“perpustakaan mempunyai tugas sebagai pengantar ilmu dan informasi yang
terhimpun itu kepada masyarakat yang memerlukannya dan menarik orang untuk
mempergunakan koleksi perpustakaan”.
Selain itu dalam Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi,
Depdiknas (2004: 3) menyatakan, “tugas perpustakaan perguruan tinggi adalah
mengembangkan koleksi, mengolah dan merawat bahan perpustakaan, memberi
layanan, serta melaksanakan administrasi perpustakaan”.
Dari uraian diatas dapat dinyatakan bahwa tugas perpustakaan perguruan
tinggi adalah sebagai pusat sumber informasi yang menghimpun, mengolah, dan
memberi layanan kepada sivitas akademika perguruan tinggi.
2.3 Lingkungan Perpustakaan
2.3.1


Lingkungan
Menurut pendapat Irwan (1992: 108) bahwa:
Lingkungan adalah suatu sistem kompleks yang berada di luar individu
yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme. Faktorfaktor yang ada dalam lingkungan selain berinteraksi dengan organisme,
juga berinteraksi sesama faktor tersebut, sehingga sulit untuk memisahkan
dan mengubahnya tanpa mempengaruhi bagian lain dari lingkungan itu.
Oleh karena itu untuk dapat memahami struktur dan kegiatannya perlu

7

Universitas Sumatera Utara

dilakukan penggolongan faktor-faktor lingkungan tersebut, penggolongan
itu dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu:
1. Lingkungan Abiotik seperti suhu, udara, cahaya, atmosfer, hara
mineral, air, tanah dan api.
2. Lingkungan Biotik yaitu makhluk-makhluk hidup di luar lingkungan
abotik.
Selanjutnya menurut Grand yang dikutip oleh Suwandi (2005: 25)
Pengertian lingkungan perpustakaan adalah:

Lingkungan dari semua faktor internal dan ekternal yang mempengaruhi
pengambilan keputusan perpustakaan serta hasil pelaksanaannya. Masalahmasalah yang ada pada semua faktor tersebutakan mempengaruhi
perpustakaan. Lingkungan perpustakaan harus memiliki kenyamanan dan
ketenangan sehingga dapat memberikan kepuasan kepada pengguna yang
berkunjung ke perpustakaan.
Menurut Grand yang dikutip oleh Suwandi (2005: 25), aspek-aspek dari
lingkungan perpustakaan yang nyaman yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.

Memiliki sistem pencahayaan yang baik.
Memiliki sirkulasi udara.
Kenyamanan ruang.
Sistem warna dinding yang sesuai.
Pengaturan suara di dalam suatu ruangan.

Dapat disimpulkan bahwa lingkungan perpustakaan adalah lingkungan

yang berada di dalam perpustakaan yang sangat mempengaruhi pada semua
kegiatan di perpustakaan yang tujuannya adalah memberi kepuasan dalam bentuk
kenyamanan kepada pengguna atau pengunjung perpustakaan.
2.3.1.1 Sistem Akustik
Menurut pendapat Lasa (2005: 164) bahwa:
Sistem Akustik juga menjadi hal penting yang harus diperhatikan oleh
pustakawan. Menurut Lasa kenyamanan ruangan dipengaruhi oleh
kenyamanan suara, baik dari dalam ruangan atau dari luar. Suara dari
dalam mungkin ditimbulkan oleh bunyi mesin (ketik, komputer, fotokopi,
penjilidan, AC, kipas angin) suara orang, langkah orang. Oleh karena itu
dalam mendesain ruang perpustakaan perlu diperhatikan adanya suara/
bunyi yang dapat menetukan tingkat gangguan bagi manusia.
Dari uraian pendapat di atas dapat diketahui bahwa sistem akustik dalam
suatu ruangan sangat mempengaruhi kenyamanan dari ruangan tersebut, sehingga
8

Universitas Sumatera Utara

perpustakaan harus memperhatikan dalam merancang atau mendesain ruang
perpustakaan.

2.3.1.2 Sistem Ventilasi
Menurut Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi, Depdiknas
(2004: 130):
1. Ventilasi pasif
Bangunan perpustakaan yang direncanakan dengan pemanfaatan
ventilasi pasif (alam) haruslah didirikan dengan mempertimbangkan
kondisi angin tempat bangunan perpustakaan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk perancangan perpustakan
dengan ventilasi pasif adalah sebagai berikut:
a. Menempatkan lubang ventilasi jendela/ lubang angin pada sisi
dinding yang berhadapan
b. Mengusahakan agar lubang ventilasi tersebut sejajar dengan arah
angina
c. Mengusahakan luas lubang ventilasi sebanding dengan persyaratan
dan fasilitas ruang.
Persyaratan dan fasilitas ruang dengan luas ruang sekurang-kurangnya
10% dari luas ruang yang bersangkutan. Penentuan letak lubang ventilasi
perlu diperhatikan agar kondisi ruang mempunyai tingkat kelembaban
(relative humidity) yang rendah sehingga keamanan koleksi buku dan
pustaka yang lain dapat terjamin.
2. Ventilasi aktif
Bangunan perpustakaan dapat direncankan dengan menggunakan
sistem ventilasi aktif atau sistem pengawaan buatan.
Merencanakan ruang perpustakaan perlu dibuat ruangan yang nyaman.
Kondisi ruangan akan mempengaruhi kemampuan manusia dalam melaksanakan
pekerjaan fisik dan mental.
Menurut Lasa (2005:168) untuk mengetahui kenyamanan udara,
diperlukan pemasangan alat pengatur suhu:
1. Memasang AC (air conditioner ) untuk mengatur udara di dalam
ruangan.
2. Mengusahakan agar peredaran udara dalam ruangan itu cukup baik,
misalnya dengan memasang lubang-lubang angin dan membuka
jendela pada saat kegiatan di perpustakaan sedang berlangsung.
3. Memasang kipas angin untuk mempercepat pertukaran udara dalam
ruangan.
Berdasarkan uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
perpustakaan harus dirancang menggunakan sistem ventilasi baik pasif maupun
9

Universitas Sumatera Utara

aktif, karena dengan merancang ventilasi yang baik di setiap ruangan dapat
mempengaruhi pengguna dalam melakukan kegiatannya, dan juga dapat mengatur
kelembaban yang rendah di suatu ruangan agar menjamin keamanan koleksi.

2.3.1.3 Temperatur Ruangan
Temperatur ruangan merupakan hal yang penting dalam memberikan
kenyamanan bagi pengguna serta dalam pemeliharaan dan perawatan bahan
pustaka. Kestabilan temperatur perlu diperhatikan agar pengguna dalam ruangan
tersebut betah dan koleksi perpustakaan dapat terhindar dari kerusakan dokumen.
Menurut Lasa (2005:163), “apabila temperatur lebih rendah dari 170 C,
berarti temperatur udara berada di bawah tubuh untuk menyesuaikan diri (35% di
bawah normal), maka tubuh manusia akan mengalami kedinginan”.
Dengan demikian temperatur ruangan dapat mempengaruhi lama tidaknya
pengguna di dalam ruangan. Pengguna yang mengalami kedinginan ataupun
kepanasan akan merasa tidak nyaman sehingga diperlukan kestabilan temperatur
yang disesuaikan dengan tubuh manusia. Selain temperatur, yang perlu
diperhatikan juga yaitu kelembaban. Kelembaban ini juga dapat mempengaruhi
kenyamanan ruangan.
Dalam Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi, Depdiknas
(2004:131), Tingkat pengkondisian ruang yang diinginkan ialah sebagai berikut:
Temperatur 22-240o C
Temperatur 200 oC
Kelembaban 45-45%.

(untuk ruang koleksi buku, ruang baca dan
ruang kerja).
(untuk ruang komputer).

Menurut Feather dalam Dewiyana, Himma (2015: 8) menyatakan bahwa:
Memperlambat kerusakan yang disebabkan oleh pengaturan temperatur
yang buruk dapat dilakukan dengan mengatur ruang penyimpanan bahan
pustaka dengan sangat hati-hati, temperatur yang sangat ideal adalah
sekitar 22-22oC. Temperatur tersebut tergolong aman untuk bahan pustaka.

10

Universitas Sumatera Utara

Dapat disimpulkan bahwa temperatur ruangan menjadi hal yang harus
diperhatikan di dalam ruangan perpustakaan. Hal ini dilakukan agar kondisi
temperatur dan kelembaban ruang perpustakaan tetap stabil serta koleksi
perpustakaan dapat terjamin keawetannya.

2.3.1.4 Pencahayaan Ruangan
Menurut pendapat Harvey dalam Dewiyana, Himma (2015: 7) menyatakan
bahwa:
Dalam mengontrol lingkungan tempat penyimpanan, cahaya adalah satu
hal yang diperhatikan di dalamnya. Cahaya yang terlalu terang akan
merusak bahan pustaka karena dalam cahaya lampu terdapat gelombang
ultra violet yang dapat merusak bahan pustaka, sementara bila terlalu gelap
pun akan membuat bahan pustaka menjadi rusak. Oleh karena itu,
pencahayaan yang baik tidak lebih dari 50 lux untuk ruang penyimpanan
sementara untuk ruang baca boleh hingga 100 lux dengan tingkat ultra
violet yang kurang dari 75 mikrowatt.
Seperti yang dinyatakan Suma’mur yang dikutip oleh Lasa (2005:168-169)
Perpustakaan memerlukan cahaya yang cukup.Hal ini dikarenakan
kegiatan di perpustakaan sebagian besar merupakan kegiatan membaca.
Cahaya kadang menyilaukan, bahkan kadang menimbulkan hal-hal yang
tidak dingikan, seperti:
1. Kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi kerja.
2. Kelelahan mental
3. Keluhan pegal di daerah mata
4. Keluhan kerusakan alat penglihat
5. Meningkatkan kecelakaan
Selanjutnya menurut Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi
(2007: 131-132):
Pembagian area/ ruang yang berdasarkan pada kemungkinan penerapan
sistem penerangan yang efisien baik dari penerangan alami maupun
penerangan buatan, dapat dilakukan dengan cara menempatkan ruangruang yang memerlukan intensitas terang yang kuat (ruang baca) pada area
dekat jendela, dan sebaliknya menempatkan area yang memerlukan sedikit
intensitas terang pada area yang jauh dari sumber cahaya alami.
Penerangan seharusnya tidak menyebabkan terjadinya penurunan gairah
membaca serta membuat silau. Usaha yang ditempuh dengan cara:
11

Universitas Sumatera Utara

1. Menghindari sinar matahari langsung
2. Memilih jenis lampu yang dapat memberikan sifat dan taraf
penerangan yang tepat, misalnya lampu pijar akan memberikan cahaya
yang bersifat setempat, lampu TL/PL/Fluorescent akan memberikan
cahaya yang merata (Difused), sedangkan lampu sorot akan
memberikan cahaya yan terfokus pada obyek tertentu.
Penggunaan lampu TL/Fluorescent sebagai alat penerangan sebaiknya
dengan menggunakan komponen lampu TL yang baik sehingga dapat
mengurangi getaran yang timbul dari sumber cahaya tersebut.
Sedangkan menurut Kepmenkes RI No.14045/MENKES/XI/2002 tentang
Persyaratan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri:
Standar kadar intensitas cahaya yaitu minimal 100 Lux. Nilai pencahayaan
(lux) yang terlalu rendah akan berpengaruh terhadap proses akomodasi
mata yang terlalu tinggi, sehingga akan berakibat terhadap kerusakan
retina pada mata. Upaya pencahayaan agar memenuhi persyaratan
kesehatan perlu dilakukan tindakan, seperti pencahayaan alam maupun
buatan diupayakan agar tidak menimbulkan kesilauan dan memiki
intensitas sesuai dengan peruntukannya. Penempatan bola lampu yang baik
dapat menghasilkan penyinaran yang optimum. Bola lampu yang terlihat
mulai berdebu sebaiknya dibersihkan dan bola lampu yang mulai tidak
berfungsi dengan baik segera diganti.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pencahayaan ruangan harus
diperhatikan karena hal ini sangat berdampak pada pemustaka dan bahan pustaka.
Apabila pencahayaan ruangan tidak sesuai dengan standar maka akan
mengakibatkan penurunan gairah membaca pemustaka dan terjadinya kerusakan
pada bahan pustaka. Pengaturan intensitas cahaya harus sesuai dengan standar
kadar intensitas cahaya yaitu minimal 100 Lux.
2.3.2

Gedung dan Ruang Perpustakaan
Menurut pendapat Lasa (2005: 147) bahwa:
Bangunan maupun ruang untuk perpustakaan sebenarnya tidak
sesederhana yang dibayangkan orang. Ditinjau dari segi bangunan,
perpustakaan merupakan suatu oraganisasi yang memiliki sub-sub sistem
yang memiliki fungsi berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam perencanaan
gedung dan tata ruang perlu memperhatikan fungsi tiap ruang, unsur-unsur
keharmonisan dan keindahan, baik dari segi interior maupun eksterior.
Ruang yang tertata baik akan memberikan kepuasan kepada pemakainya.
Gedung perpustakaan merupakan salah satu fasilitas perpustakaan yang
12

Universitas Sumatera Utara

mutlak perlu ada sebab perpustakaan tidak mungkin digabungkan dengan
unit kerja lainnya di dalam satu ruangan.
Dalam membangun gedung perpustakaan ada beberapa aspek yang dapat
dijadikan sebagai pertimbangan.
Menurut Sutarno (2006:80-81), aspek yang perlu diperhatikan pada unsur
gedung adalah:
a. Lokasi, harus di tempat yang mudah dan ekonomis didatangi
masyarakat pemakainya.
b. Luas tanah (jika perpustakaan menempatkan gedung tersendiri),
diusahakan cukup menampung bangunan gedung, dengan
kemungkinan perluasan dalam kurun waktu 10-15 tahun mendatang.
c. Luas gedung atau ruangannya harus cukup menampung ruang koleksi
bahan pustaka, ruang baca dengan kapasitas minimal 10 % dari jumlah
masyarakat yang akan dilayani, ruang layanan, ruang kerja pengolahan
dan administrasi.
d. Ruangan-ruangan lain yang diperlukan, seperti gudang dan kamar
kecil.
e. Konstruksi, mencakup aspek kekuatan dan pengamanan.
f. Cahaya di dalam ruang harus tenang.
g. Kesejukan di dalam ruangan dan pertukaran udara/ ventilasi harus
baik.
h. Lingkungan yang tenang.
i. Tempat parkir kendaraan secukupnya.
j. Taman, dan lain-lain.
Jika diperhatikan dari aspek unsur gedung di atas, lokasi gedung
perpustakaan merupakan hal pertama yang perlu diperhatikan. Dalam perencanaan
gedung, pemusatan lokasi gedung perpustakaan sebaiknya diperhatikan bagi
setiap perguruan tinggi sebab sangat dianjurkan perpustakaan perguruan tinggi
tersebut berada di dalam satu lingkungan universitas yang mudah dijangkau dari
segala arah. Jika hal tersebut tidak memungkinkan, misalnya jarak antara fakultas
dengan perpustakaan cukup jauh maka adanya perpustakaan fakultas sangat
dianjurkan.

Hal

ini

dapat

mempengaruhi

keinginan

pengguna

dalam

memanfaatkan perpustakaan. Oleh karena itu dalam penempatan perpustakaan
perlu dipilih lokasi yang strategis. Dalam membangun perpustakaan, setelah
adanya gedung perpustakaan unsur lainnya yang perlu dimiliki adalah ruang

13

Universitas Sumatera Utara

perpustakaan. Ruang perpustakaan pada dasarnya disediakan untuk koleksi,
pengguna, staf atau pegawai (pustakawan), dan keperluan lainnya.
Menurut Sjahrial-Pamuntjak (2000: 18), pada dasarnya
perpustakaan, besar ataupun kecil memerlukan ruangan yang berikut:
1.
2.
3.
4.
5.

setiap

Ruangan untuk menyimpan buku, majalah dan bahan rekaman lain
Ruangan untuk membaca
Ruangan untuk mengadakan administrasi peminjaman
Ruangan kerja untuk pegawai
Ruangan kantor kepala perpustakaan

Menurut Perpustakaan Nasional RI: Standar Nasional Indonesia Bidang
Perpustakaan dan Kepustakawanan (2011: 6):
Perpustakaan menyediakan gedung dengan ruang yang cukup untuk
koleksi, staf dan penggunanya. Perpustakaan harus menyediakan ruang
sekurang-kurangnya 0,5 m2 untuk setiap mahasiswa.
1. Ruang koleksi
Areal koleksi seluas 45% yang terdiri dari ruang koleksi buku, ruang
multimedia, ruang koleksi majalah ilmiah.
2. Ruang pengguna
Ruang pengguna seluas 30% yang terdiri dari ruang baca dengan meja
baca, meja baca berpenyekat, ruang baca khusus, ruang diskusi, lemari
katalog/komputer, meja sirkulasi tempat penitipan tas dan toilet.
3. Ruang staf
Ruang staf perpustakaan seluas 25% terdiri dari ruang pengolahan,
ruang penjilidan, ruang pertemuan, ruang penyimpanan buku yang
baru diterima, dapur dan toilet.
Selain ruangan-ruangan ini, dapat pula disediakan ruangan ruangan lain
jika keadaan menginzinkan. Misalnya ruangan untuk mengadakan pertemuan,
diskusi, ruangan untuk membaca microfilm dan sesuai dengan keperluan masingmasing perpustakaan.
Adapun pembagian persentase yang diberikan untuk ruang-ruang tersebut
menurut Soedibyo (1987: 148), alokasinya sebagai berikut:
1. 25 % untuk keperluan pemakai
2. 50 % untuk keperluan koleksi
3. 25 % untuk keperluan ruang kerja petugas
Menurut Soedibyo (1987: 156-157), perincian perlengkapan untuk
ruangan:
14

Universitas Sumatera Utara

1. Ruang administrasi, diperlukan meja dan kursi-meja, meja dan kursi
khusus untuk pengetik; mesin tik, almari, filing cabinet.
2. Ruang pelayanan teknis, memerlukan meja dan kursi petugas (sesuai
dengan jumlahnya); almari, kereta buku, almari katalog, filing cabinet.
3. Gudang, diperlukan almari, rak buku.
4. Ruang penjilidan dan penggandaan. Untuk penjilidan diperlukan alat
pemotong kertas, alat penjilid, alat press, gunting, dan lainnya. Untuk
penggandaan diperlukan mesin stensil, meja dan kursi petugas, almari,
alat fotocopy.
Dari uraian di atas dapat dimpulkan bahwa fasilitas yang disediakan untuk
tiap ruangan tentu saja berbeda-beda. Ruangan difasilitasi sesuai kebutuhan
kegiatan yang dilakukan di ruangan tersebut sehingga kegiatan di perpustakaan
menjadi lebih efisien dan efektif.
2.4 Minat Berkunjung
2.4.1

Pengertian Minat Berkunjung
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2005: 744) bahwa:
Minat diartikan kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, atau
keinginan yang kuat. Berkunjung diartikan pergi atau datang untuk melihat
sesuatu. Jadi minat berkunjung itu sendiri adalah keinginan yang kuat
untuk berkunjung (membeli jasa yang ada), dalam hal ini jasa
perpustakaan.
Sedangkan menurut Lasa (2006: 26-27)
Minat, kebiasaan, dan budaya baca perpustakaan ketiga istilah itu
merupakan kata-kata yang mengandung pengertian yang saling
berhubungan. Minat seseorang terhadap sesuatu adalah kecendrungan hati
yang tinggi, gairah atau keinginan seseorang tersebut terhadap sesuatu.
Minat baca seseorang dapat diartikan sebagai kecendrungan hati yang
tinggi orang tersebut kepada suatu sumber bacaan tertentu. Budaya adalah
pikiran atau akal budi yang tercermin di dalam pola pikir, sikap, ucapan,
dan tindakan seseorang didalam hidupnya.

Selanjutnya menurut Sutarno (2006: 256-258) minat dan budaya baca
masyarakat rendah, hal itu terjadi pada kelompok masyarakat yang menghadapi
beberapa keterbatasan seperti:
1. Akses informasi dari dan ke perpustakaan
2. Tingkat pendidikannya yang masih berada di bawah standar
3. Kondisi sosial ekonominya kurang menguntungkan
4. Layanan perpustakaan kepada masyarakat yang belum merata
15

Universitas Sumatera Utara

5. Apresiasi dan respon masyarakat masih perlu ditingkatkan
Lebih lanjut Sutarno menyatakan (2006: 261-264) minat baca masyarakat
harus dilakukan dengan beberapa cara:
1. Mulai sejak usia anak-anak (dini).
2. Dilakukan secara terus-menerus.
3. Tersedia bahan bacaan yang mencukupi, baik jumlah, jenis, dan mutu.
4. Ditanamkan suatu kebiasaan.
5. Lingkungan yang mendukung.
6. Adanya suatu kebutuhan.
7. Menghadapi tantangan, target, dan penyelesaian masalah.
8. Tersedia fasilitas dan kemudahan seperti teknologi informasi dan
peralatan yang lain.
2.4.2

Tujuan Kunjungan
Menurut Sutarno (2006: 122) bahwa:
Tujuan kunjungan antara pengguna yang satu berbeda dengan pengguna
lainnya, karena pengguna yang datang ke perpustakaan memiliki
kepentingan masing-masing. Ada bertujuan memanfaatkan fasilitas yang
ada di perpustakan atau hanya sekedar duduk dan membaca buku dengan
tujuan bersantai sambil menunggu jam kuliah yang akan berlangsung.
Biasanya pengguna berkunjung ke perpustakaan dengan tujuan utama
untuk mencari sumber informasi yang dibutuhkan untuk bahan kuliah atau
penelitian seperti buku, tesis, majalah ilmiah, dan koleksi-koleksi lainnya.
Dari uraian pendapat di atas dapat diketahui bahwa tujuan pengguna

berkunjung perpustakaan berbeda-beda karena pengguna perpustakaan memiliki
kepentingan masing-masing. Ada pengguna perpustakaan yang hanya sekedar
membaca buku atau menfaatkan fasilitas perpustakaan.

2.4.3

Faktor-Faktor Minat Berkunjung
Faktor yang menjadi pendorong atas bangkitnya minat baca ialah
ketertarikan, kegemaran dan hobi, membaca, dan pendorong tumbuhnya
kebiasaan membaca adalah kemauan dan kemampuan membaca.
Berseminya budaya baca adalah kebiasaan membaca, sedangkan kebiasaan
membaca terpelihara dengan tersedianya bahan bacaan yang baik,
menarik, memadai, baik, jenis, jumlah, maupun mutunya.

Menurut Sutarno (2006:123),
dipengaruhi oleh:
1. Tahu arti dan manfaatnya

faktor

kunjungan

ke

perpustakaan

16

Universitas Sumatera Utara

2.
3.
4.
5.

Mereka membutuhkan sesuatu diperpustakaan
Tertarik dengan perpustakaan
Merasa senang dengan perpustakaan
Dilayani dengan baik.

Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa banyak faktor yang mempengaruhi
keinginan

pengguna

dalam

mengunjungi

perpustakaan

dalam

rangka

memanfaatkan perpustakaan. Pengguna hanya tertarik ke perpustakaan jika
mereka merasa butuh ke perpustakaan sehingga keinginan pengguna datang ke
perpustakaan juga rendah. Selain itu fasilitas yang disediakan perpustakaan juga
harus mendukung agar pengguna tertarik untuk memanfaatkan perpustakaan.
Dalam mengantisipasi rendahnya kunjungan pengguna dalam memanfaatkan
perpustakaan maka perlu dilakukan berbagai upaya seperti menumbuhkan minat
baca.

17

Universitas Sumatera Utara