Perpustakaan yang Berwawasan Lingkungan di Era Digital pada Perpustakaan Universitas Sumatera Utara

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi
Pada dasarnya semua perpustakaan merupakan suatu instansi yang
memiliki proses kerja sama, yaitu memberikan pelayanan informasi kepada
pengguna. Namun demikian dalam perkembangannya setiap jenis perpustakaan
memiliki definisi dan kriteria tertentu yang membedakannya dengan perpustakaan
lain. Perpustakaan perguruan tinggi merupakan salah satu jenis dari sekian banyak
jenis perpustakaan yang dikategorikan. Secara sederhana perpustakaan perguruan
tinggi adalah perpustakaan yang dikelola oleh perguruan tinggi dengan tujuan
membantu tercapainya tujuan perguruan tinggi.
2.1.1

Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi
Di dalam buku Pedoman Umum Pengelolaan Koleksi Perpustakaan

Perguruan Tinggi (2000: 4) dinyatakan bahwa, “perpustakaan perguruan tinggi
adalah perpustakaan yang berada dalam suatu perguruan tinggi dan merupakan
unit yang menunjang perguruan tinggi yang bersangkutan dalam mencapai
tujuannya”.

Menurut Perpustakaan Nasional yang dikutip oleh Hasugian (2009: 79)
mendefinisikan:
Perpustakaan perguruan tinggi sebagai perpustakaan yang diselenggrakan
oleh satuan pendidikan tinggi yang layanannya di peruntukan untuk sivitas
akademika perguruan tinggi yang bersangkutan. Secara sederhana
perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang dikelola oleh
perguruan tinggi dengan tujuan membantu tercapainya tujuan perguruan
tinggi.
Menurut Reitz yang dikutip oleh Hasugian (2009: 79) mendefinisikan
perpustakaan perguruan tinggi sebagai berikut: “A library or library system
established, administered, and funded by a university to meet the information,

research, and curriculum needs of its students, faculty, and staff”.
5

Universitas Sumatera Utara

Definisi ini menyatakan bahwa perpustakaan perguruan tinggi adalah
sebuah perpustakaan atau sistem perpustakaan yang dibangun, diadministrasikan
dan didanai oleh sebuah universitas untuk memenuhi kebutuhan informasi,

penelitian dan kurikulum dari mahasiswa, fakultas dan stafnya.
Perpustakaan Perguruan Tinggi sering juga disebut sebagai “jantungnya
universitas”, karena tanpa perpustakaan tersebut maka proses pelaksanaan
pembelajaran mungkin kurang optimal. Pemakai Perpustakaan Perguruan Tinggi
adalah masyarakat perguruan tinggi yang terdiri dari para staf pengajar (dosen),
mahasiswa, peneliti dan mereka yang terlibat di dalam kegiatan akademik (sivitas
akademika). Perpustakaan Perguruan Tinggi sering disebut juga research library
atau perpustakaan penelitian karena memang untuk sarana penelitian dan
merupakan salah satu kegiatan utama di perguruan tinggi (Sutarno, 2003: 35).
Sedangkan pengertian lainnya dalam Buku Pedoman Depdiknas (2004: 3)
menyatakan bahwa:
Perpustakaan perguruan tinggi adalah unsur penunjang perguruan tinggi,
yang bersama-sama dengan unsur penunjang lainnya, berperan serta dalam
melaksanakan tercapainya visi dan misi perguruan tingginya. Yang
dimaksud dengan perguruan tinggi adalah universitas, institut, sekolah
tinggi, akademi, politeknik, dan perguruan tinggi lain yang sederajat.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa perpustakaan perguruan tinggi
merupakan sebuah organisasi atau unit kerja di bawah perguruan tinggi yang
memiliki tugas dan fungsi untuk memenuhi kebutuhan akan informasi yang
diperlukan bagi kalangan akademika.

2.1.2

Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi
Menurut Hasugian (2009: 80) bahwa:
Tujuan perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia adalah untuk
memberikan layanan informasi untuk kegiatan belajar, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat dalam rangka melaksanakan Tri Dharma
Perguruan Tinggi. Oleh karena itu, koleksi perpustakaan perguruan tinggi
benar-benar diarahkan untuk mendukung pencapian tujuan dan
pelaksanaan Tri Dharma itu.
Sedangkan di dalam buku Pedoman Umum Pengelolaan Koleksi

Perpustakaan Perguruan Tinggi (2000: 4) dinyatakan bahwa, tujuan perpustakaan
6

Universitas Sumatera Utara

perguruan tinggi adalah untuk menunjang pelaksanaan program perguruan tinggi
sesuai dengan Tri Darma Perguruan Tinggi yaitu:
1. Dharma pertama yaitu pendidikan dan pengajaran dilaksanakan dengan

cara mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menyajikan dan
menyebarluaskan informasi bagi mahasiswa dan dosen sesuai dengan
kurikulum yang berlaku.
2. Dharma kedua yaitu penelitian, dilakukan melalui kegiatan
mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menyajikan dan menyebarluaskan
informasi bagi para peneliti.
3. Dharma ketiga yaitu pengabdian kepada masyarakat, diselenggarakan
melalui kegiatan mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menyajikan dan
menyebar luaskan informasi bagi masyarakat.
2.1.3

Tugas Perpustakaan Perguruan Tinggi
Berdasarkan Buku Pedoman Umum Pengelolaan Koleksi Perpustakaan

Perguruan Tinggi (2000: 5) tercantum bahwa, tugas perpustakaan perguruan
tinggi dapat dirincikan sebagai berikut:
1. Mengikuti perkembangan kurikulum serta perkuliahan dan menyediakan
bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pengajaran.
2. Menyediakan pustaka yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas
dalam rangka studinya.

3. Mengikuti perkembangan mengenai program-program penelitian yang
diselenggarakan di lingkungan perguruan tinggi induknya dan berusaha
menyediakan literatur ilmiah dan bahan lain yang diperlukan bagi para
peneliti.
4. Memutakhirkan koleksi dengan mengikuti terbitan-terbitan yang baru baik
berupa tercetak maupun tidak tercetak.
5. Menyediakan fasilitas yang memugkinkan pengguna mengakses
perpustakaan lain maupun pangkalan-pangkalan data melalui jaringan
lokal (intranet) maupun global (internet) dalam rangka pemenuhan
kebutuhan informasi yang diperlukan.
2.1.4

Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi
Fungsi perpustakaan perguruan tinggi adalah sebagai penyediaan fasilitas

pengajaran dan penelitian untuk memenuhi kebutuhan informasi yang dibutuhkan
sivitas akademikanya yang memiliki kualitas koleksi yang memadai dan sesuai

7


Universitas Sumatera Utara

terhadap kebutuhan sehingga menimbulkan kepuasan akan kebutuhan informasi
para pengguna.
Dalam Buku Pedoman Depdiknas (2004: 3), perpustakaan perguruan
tinggi memiliki berbagai fungsi sebagai berikut:
1. Fungsi Edukasi: perpustakaan merupakan sumber belajar para sivitas
akademika, oleh karena itu perpustakaan harus mampu mendukung
pencapaian tujuan menyediakan bahan pembelajaran setiap program studi,
koleksi tentang strategi belajar mengajar dan materi pendukung pelaksana
evaluasi pembelajaran.
2. Fungsi Informasi: perpustakaan merupakan sumber informasi yang mudah
diakses oleh pencari dan pengguna informasi.
3. Fungis Riset: perpustakaan mempersiapkan bahan-bahan primer dan
sekunder yang paling mutakhir sebagai bahan untuk melakukan penelitian
dan pengkajian ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
4. Fungsi Rekreasi: perpustakaan harus menyediakan koleksi rekreatif yang
bermakna untuk membangun dan mengembangkan kreativitas, minta dan
daya inovasi pengguna perpustakaan.
5. Fungsi Publikasi: perpustakaan selayaknya juga membantu melakukan

publikasi karya yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya yakni
sivitas akademika dan staf non-akademik.
6. Fungsi Deposit: perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh karya
dan pengetahuan yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya.
7. Fungsi Interprestasi: perpustakaan sudah seharusnya melakukan kajian dan
memberikan nilai tambahan terhadap sumber informasi yang dimiliki nya
untuk membanti pengguna dalam melakukan dharmanya.
2.2 Era Digital
Perkembangan dunia teknologi saat ini makin pesat ke arah serba digital.
Era digital telah membuat manusia memasuki gaya hidup baru yang tidak bisa
dilepaskan dari perangkat yang serba elektronik. Teknologi menjadi alat yang
membantu kebutuhan manusia. Era digital merupakan era di mana sebagian besar
masyarakat pada era tersebut menggunakan teknologi digital (yang dapat
mengalihkan tenaga atau energi) dalam kehidupan sehari-harinya.
2.2.1

Perpustakaan di Era Digital
Perkembangan dunia teknologi saat ini makin pesat ke arah serba digital.

Era digital telah membuat manusia memasuki gaya hidup baru yang tidak bisa

8

Universitas Sumatera Utara

dilepaskan dari perangkat yang serba elektronik. Teknologi menjadi alat yang
membantu kebutuhan manusia dalam mendapatkan sumber informasi tanpa batas.
Dengan teknologi, apapun dapat dilakukan dengan lebih mudah. Begitu
pentingnya peran teknologi inilah yang mulai membawa peradaban memasuki ke
era digital.

Arianto (2013) menyatakan bahwa:
Saat ini masyarakat dan produk-produk teknologi informasi merupakan
dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Fenomena yang ada, menunjukkan
bahwa masyarakat sangat bergantung kepada produk-produk teknologi
informasi. Sebagai konsekuensinya banyak kegiatan yang dilakukan oleh
masyarakat ditopang oleh produk-produk teknologi informasi.
Perkembangan teknologi informasi membawa masyarakat menuju era
digital seperti saat ini. Hal ini dimungkinkan karena produk-produk
teknologi informasi memungkinkan untuk memproduksi informasi, ilmu
pengetahuan, film dan lagu dalam format digital. Terkait dengan informasi

dan ilmu pengetahuan, perkembangan teknologi informasi menyebabkan
informasi serta ilmu pengetahuan dapat diproduksi dan didistribusikan
secara cepat, baik dengan memanfaatkan kemajuan teknologi cetak jarak
jauh, maupun dengan memanfaatkan teknologi lainnya.
Kondisi seperti ini menyebabkan masyarakat semakin mudah dan
memiliki peluang yang lebih besar dalam mengakses informasi. Masyarakat
semakin dimanjakan dengan kondisi seperti ini karena semakin mudah dan cepat
dalam mengakses informasi.
Perpustakaan di era digital merupakan perpustakaan yang menggunakan
konsep internet dan teknologi informasi dalam manajemen perpustakaan. Dalam
era digital perpustakaan berperan sebagai fasilitator bagi users atau pengguna
yang membutuhkan informasi dengan memanfaatkan semua fasilitas perpustakaan
dalam bentuk teknologi digital, dengan kemajuan teknologi kebutuhan informasi
para users juga berbeda, maka perpustakaan juga harus memacu pada standar
yang berlaku dan memperbaharui sistem ke arah teknologi digital. Namun, di era
digital seperti sekarang ini yang namaya perpustakaan mau tidak mau harus
9

Universitas Sumatera Utara


melakukan intropeksi kembali peran dan kinerjanya karena yang dihadapi adalah
perubahan perilaku users yang berbeda-beda.
2.2.2

Fungsi Perpustakaan di Era Digital
Fungsi perpustakaan di era digital sebagai berikut:

1. Meningkatkan layanan perpustakaan yang berbasis kebutuhan pengguna,
perkembangan teknologi informasi, dan perkembangan ilmu pengetahuan.
2. Memperluas jaringan informasi
3. Mempermudah akses kedalam sumber-sumber informasi apapun bentuk
dan jenisnya.
4. Meningkatkan perkembangan secara sistematis, perangkat untuk
mengumpulkan, menyimpan, dan mengatur informasi dan pengetahuan
dalam bentuk digital.
5. Menciptakan sistem terintegrasi yang lebih luas, terjangkau, dan mudah
diakses oleh seluruh pengguna kapan pun dan dimana pun mereka berada.
2.2.3

Peran Perpustakaan di Era Digital

Menurut Sugihartati bahwa:
Peran baru yang dialamatkan kepada perpustakaan pada era digital ini
tidak terlepas dari upaya adaptasi terhadap perubahan ekspektasi atau
harapan tinggi pemakai akan layanan perpustakaan. Perubahan ekspektasi
itu setidaknya disebabkan adanya kenyataan bahwa pemakai perpustakaan
atau masyarakat pada umumnya telah familiar dengan pemanfaatan
teknologi informasi dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi tersebut
memaksa penyelenggara perpustakaan melakukan berbagai penyesuaian
(adjustment) agar eksistensi perpustakaan tetap relevan dengan tuntutan
dan ekspekstasi masyarakat pemakai saat ini. Penyesuaian yang dilakukan
kemudian melahirkan sejumlah peran baru yang berbeda secara signifikan
dari peran yang selama ini dimainkan perpustakaan.
Menurut sejumlah pakar perpustakaan dan informasi, peran baru

perpustakaan pada era digital antara lain meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Perpustakaan sebagai Perantara & Agregator (kolektor)
Perpustakaan sebagai Penerbit
Perpustakaan sebagai Pendidik (Educator )
Perpustakaan sebagai Organisasi Riset dan Pengembangan (R&D)
Perpustakaan sebagai Wirausaha (Entrepreneur )
Perpustakaan sebagai Advokasi Kebijakan
Perpustakaan sebagai Konsumen
10

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan uraian di atas peran perpustakaan di era digital saat ini adalah
perpustakaan mampu mengatasi perubahan ekspektasi pengguna, dimana
pengguna sangat membutuhkan informasi yang bernar-benar relevan dan akurat.
Dan tentunya menyebabkan perpustakaan harus merubah paradigma layanannya.
Dari layanan yang konvensional menjadi layanan digital yang cepat, tepat, mudah
dan praktis.
Berikut beberapa peran perpustakaan di era digital sebagai berikut:
2.2.3.1 Koleksi Elektronik
Menurut Sugihartati bahwa:
Di era revolusi informasi, seorang users yang membutuhkan koleksi atau
informasi tertentu, ia tidak harus datang ke perpustakaan dan kemudian
mencari koleksi yang dibutuhkan di rak-rak dengan dibantu kartu katalog,
melainkan ia cukup duduk di kamarnya sendiri, membuka laptop, dan
kemudian berselancar di dunia maya untuk men-download ebook atau
mencari informasi yang dibutuhkan melalui mesin pencari seperti Google,
Yahoo, dan yang lainnya.
Berdasarkan uraian di atas di era digital yang namanya perpustakaan tidak
lagi hanya bersaing dengan toko-toko buku atau menjadi lembaga yang dapat
memonopoli layanan kebutuhan masyarakat akan buku bacaan atau koleksi yang
lain. Namun, pesaing yang paling mengancam kedudukan dan peran perpustakaan
justru adalah lautan informasi yang nyaris tak terbatas, yang terus berkembang
dinamis di dunia maya. Di era digital, perlu kita sadari bahwa yang namanya
perpustakaan

sesungguhnya

tidak

lagi

bisa

mendudukkan

diri

atau

mengembangkan peran semata sebagai lembaga sosial yang memiliki tugas mulia
untuk ikut mencerdaskan bangsa melalui tawaran buku-buku koleksi dan berbagai
bacaan yang dimiliki.
2.2.3.2 Layanan Berbasis Teknologi Informasi
Perpustakaan telah banyak di pengaruhi oleh perkembangan teknologi
informasi. Teknologi informasi pada perpustakaan sering menjadi tolak ukur
11

Universitas Sumatera Utara

kemajuan dan modernisasi, serta menjadi suatu kepentingan bagi institusi dan
pengguna perpustakaan.

Menurut Sugihartati bahwa:
Di era digital, upaya untuk meningkatkan kualitas layanan perpustakaan
tidak lagi mungkin hanya mengandalkan pada pembenahan yang sifatnya
kuantitatif dan rekayasa teknis, tetapi harus lebih bersifat kualitatif yang
menempatkan pengguna sebagai komponen utama sistem. Seorang
pustakawan yang hanya mengandalkan pada sikap ramah, dan sekadar
melayani apa yang menjadi kebutuhan users, niscaya pelan-pelan akan
ketinggalan zaman karena tidak melakukan perubahan yang signifikan. Di
era digital, seorang pustakawan yang profesional bukan hanya dituntut
mampu memahami karakteristik users, tetapi lebih dari itu mereka juga
dituntut untuk mampu bersikap pro-aktif, inovatif, dan bahkan yang
terpenting mampu menciptakan dan mengembangkan berbagai kebutuhan
yang membuat users pelan-pelan makin tergantung pada apa yang
ditawarkan pustakawan.
Berdasarkan uraian di atas, teknologi menjadi salah satu kebutuhan
manusia saat ini. Dengan adanya teknologi ini membawa masyarakat menuju era
digital saat ini. Semua kebutuhan informasi akan lebih mudah dan cepat untuk di
dapat dengan hadirnya teknologi terutama dengan ada layanan di era digital di
perpustakaan. Perpustakaan di era digital ini tidak hanya bersaing dengan tokotoko buku. Namun, pesaing yang paling mengancam perpustakaan adalah ledakan
informasi yang tak terbatas dan terus berkembang seiringnya zaman di dunia
maya. Oleh karena itu, perpustakaan harus memberi pelayanan yang lebih baik
lagi, agar perpustakaan tidak ditinggalkan oleh penggunanya. Di era digital ini
boleh dikatakan tidak ada satu informasi yang tidak terlacak, jika perpustakaan
masih terus menggunakan layanan konvensional cepat atau lambat pasti akan
ditinggalkan penggunanya dan perpustakaan akan dikalahkan oleh search engine
atau mesin pencari seperti Google, Yahoo dan lainnya yang bisa dikatakan
sebagai perpustakaan terbesar di era digital.
2.2.4

Pustakwan di Era Digital
12

Universitas Sumatera Utara

Menurut Sugihartati bahwa:
Salah satu tantangan yang dihadapi para pustakawan di era digital adalah
munculnya perubahan perilaku users atau pengguna yang makin familiar
dengan teknologi informasi, lebih kritis dan bersikap pro-aktif, dan
cenderung menginginkan layanan perpustakaan yang serba cepat dam
mudah. Users di era revolusi informasi adalah warga masyarakat yang
seringkali disebut sebagai net generation atau now generation yang makin
terbiasa berselancar di dunia maya dan menginginkan segala informasi
dapat diperoleh dengan seketika.
Di era digital, seorang pustakwan yang profesional bukan hanya dituntut
mampu

memahami

karakteristik

pengguna,

bukan

hanya

dituntut

mengembangkan sikap dan kualitas layanan yang profesional serta memiliki
koleksi informasi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna, tetapi pustakawan
juga dituntut mampu terus berkreasi, bersikap inovatif menciptakan berbagai daya
tarik untuk merekayasa selera dan cara berpikir pengguna agar mereka benarbenar memandang untuk berkunjung dan yang terpenting mampu menciptakan
dan mengembangkan berbagai kebutuhan yang membuat pengguna pelan-pelan
semakin tergantung pada apa yang ditawarkan oleh pustakawan serta menelusur
informasi dan membaca adalah bagian dari gaya hidup yang membanggakan dan
bahkan menimbulkan kerinduan ketika hal itu tidak dilakukan.
Sharma (2005) yang dikutip oleh Sugihartati menyatakan bahwa:
Peran tambahan pustakawan pada era reformasi adalah disamping harus
bekerja sebagai pustakawan, mereka juga harus bekerja sebagai manajer
informasi: mengetahui bagaimana cara pustakawan mengelola dan
memberikan layanan informasi sehingga kebutuhan informasi pengguna
terpenuhi. Di samping ini, pustakawan perlu bekerja sebagai penasihat
atau instruktur informasi: menjamin bahwa pengguna atau staf mengetahui
bagaimana mengakses sumber-sumber informasi yang relevan dan
pustakawan harus bekerja sebagai sistem atau jaringan: untuk
menyebarkan informasi kepada pengguna tentang cara yang tepat melalui
desain dan pengembangan sistem.
Berdasarkan uraian di atas para profesional bidang perpustakaan dan
informasi, termasuk pustakawan diharapkan dapat memainkan multiperan agar
ekspektasi dan kebutuhan pengguna dapat terpenuhi dengan lebih memuaskan.
13

Universitas Sumatera Utara

Menurut Helder (2009) yang dikutip oleh Sugihartati multiperan yang
harus dimainkan pustakawan yakni sebagai berikut:
1. Advokasi
2. Manajer Konsorsium
3. Konsultan
4. Manajer konten
5. Fasilitator
6. Pembimbing/guru
7. Perantara (intermediary)
8. Manajer Pengetahuan
9. Periset
10. Sifter/Data Mining (pustakawan ahli yang membantu pemakai
menemukan citarasa dan urutan sumber-sumber informasi), dan
11. Web Designer
Lebih lanjut Saha (2009) yang dikutip oleh Sugihartati menyatakan bahwa
peran yang harus dilakukan pustakawan pada era digital, antara lain sebagai
berikut:
1. Pengembangan koleksi: menyediakan bahan pustaka untuk keperluan riset
dan kegiatan ilmiah yang terdiri dari kegiatan seleksi, pengadaan,
pengolahan(untuk akses informasi), dan pengawasan.
2. Konsultasi informasi: membimbing mahasiswa dan dosen dalam kaitannya
dengan ketersedian bahan pustaka terbaik guna memenuhi kebutuhan
informasi mereka
3. Pengajaran: membantu mahasiswa dan dosen agar mereka menjadi warga
yang mampu dan lancar dalam menggunakan informasi secara etis.
4. Menyediakan akses terhadap informasi dalam berbagai format
5. Mengevaluasi ketersediaan sumber informasi
6. Mengorganisasikan dan menata informasi
7. Meyakinkan pelaksanaan preservasi informasi
8. Menyediakan staf khusus untuk keperluan pengajaran dan bantuan dalam
mengintepretasi dan mengakses sumber-sumber informasi aksesnya.
Berdasarkan uraian di atas, dalam konteks era digital pustakawan
diharuskan memiliki keterampilan (skills) dan kompetensi yang memnungkinkan
mereka berperan optimal sesuai dengan kebutuhan pengguna perpustakaan.
Keterampilan (kemampuan) yang diperlukan untuk menjalankan tugastugas pustakawan menurut Helder (2009) yang dikutip oleh Sugihartati adalah
sebagai berikut:
14

Universitas Sumatera Utara

1. Kemampuan Teknis,
2. Kemampuan Teknologi Informasi, dan
3. Kemampuan Manajerial.
Menurut Sugihartati dalam perspektif yang relevan dengan pendapat
Helder itu, National Knowledge Commision, India menyatakan bahwa
kemampuan yang perlu dimiliki pustakawan saat ini adalah kemampuan yang
relevan dengan perubahan peran perpustakaan, yakni sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.

Kemampuan pengelolaan perpustakaan dan informasi,
Orientasi pelayanan,
Pengetahuan dan kemampuan TIK,
Kemampuan berkomunikasi dan pelatihan,
Kemampuan memasarkan dan presentasi.

Studi terbaru yang berjudul Key Skills and Competencies of a New
Generation of Library and information Science (LIS) Professional yang ditulis
oleh Nonthacumjane (2011) menyebutkan bahwa pustakawan perlu memiliki 3
aspek yang terkait dengan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan pada
era digital, yakni:
1. Kemampuan Pribadi/Perorangan: perilaku yang sesuai, nilai-nilai, dan
sifat pribadi. Kemampuan pribadi ini meliputi:
a. Analitis,
b. Kreatif,
c. Teknis,
d. Fleksibel,
e. Rekletif,
f. Kemampuan berhubungan dengan pengguna (yang berbeda),
g. Detektif,
h. Mampu beradaptasi,
i. Responsif terhadap kebutuhan,
j. Antusias,dan
k. Motivasi Diri
2. Kemampuan Umum: kemamuan umum yang bersumber dari disiplin
lain, yakni:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Literasi Informsi,
Komunikasi,
Berpikir Kritis,
Teamwork,
Etika dan Tanggung Jawab Sosial,
Pemecahan masalah, dan
15

Universitas Sumatera Utara

g. Kepemimpinan.
3. Pengetahuan Spesifik: adalah pengetahuan yang diperoleh dari
pembelajaran dari program perpustakaan dan informasi pada level S1
dan S2. Pengetahuan itu meliputi:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Metadata,
Pengembangan Database dan Sistem Manajemen Database,
Kebutuhan Pengguna perpustakaan,
Arsip Digital,
Kegiatan Preservasi,
Pengembangan Koleksi,dan
Sistem Manajemen Kontent.

Berdasarkan uraian di atas, mengindikasikan bahwa pada era digital saat
ini, pustakawan memiliki begitu banyak peran baru yang harus dijalankan dan
lebih kompleks dari peran yang selama ini dilaksanakan. Namun, beberapa di
antara peran baru itu menjadikan peran pustakawan menjadi less-visible (kurang
nyata atau terlihat).
2.3 Wawasan Lingkungan yang Mempengaruhi Lingkungan Perpustakaan
2.3.1

Pengertian Wawasan Lingkungan
Wawasan lingkungan berkaitan erat dengan ekologi atau arsitektur ekologi

dan pembangunan berkelanjutan. Ekologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya.
Irwan (199: 108) menyatakan bahwa:
Lingkungan adalah suatu sistem kompleks yang berada di luar individu
yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme. Faktorfaktor yang ada dalam lingkungan selain berinteraksi dengan organisme,
juga berinteraksi sesama faktor tersebut, sehingga sulit untuk memisahkan
dan mengubahnya tanpa mempengaruhi bagian dari lain lingkungan itu.
Oleh karena itu untuk dapat memahami struktur dan kegiatannya perlu
dilakukan penggolongan faktor-faktor lingkungan tersebut, penggolangan
itu dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu:
1. Lingkungan Abiotik seperti suhu, udara, cahaya, atmosfer, hara mineral,
air, tanah dan api.

16

Universitas Sumatera Utara

2. Lingkungan Biotik yaitu makhluk-makhluk hidup di luar lingkungan
abiotik.
Irwan (1992: 12) menyatakan bahwa:
Untuk hidup dan hidup berkelanjutan bagi manusia harus belajar
memahami lingkungannya dan pandai mengatur pemakaian sumbersumber daya alam dengan cara-cara yang dapat di pertanggung jawabkan
demi pengamanan dan kelestariaan. Pada dasarnya masalah lingkungan itu
timbul karena kegiatan manusia sendiri yang tidak mengindahkan atau
mengerti prinsip-prinsip ekologi.
Menurut Amsyari (1995: 1) bahwa:
Manusia dan lingkungan pada hakekatnya satu bangunan yang seharusnya
saling menguatkan karena manusia amat bergantung pada lingkungan
sedang lingkungan juga bergantung pada aktivitas manusia. Sayangnya
manusia sering lupa bahwa lingkungan yang berkualitas buruk juga akan
berpengaruh pada kualitas kehidupannya juga. Dari sini jelas bahwa
subjek dari kehidupan manusia dan kondisi lingkungan yang pada
dasarnya adalah manusia itu sendiri. Lebih baik manusia, akan lebih baik
pula kualitas kehidupan dan lingkungannya, sedang lenih buruk manusia
tentu akan lebih buruk kualitas kehidupan dan lingkungannya.
Sedangkan menurut Salim (1986: 29) bahwa:
Makna lingkungan di sini tidaklah terbatas pada lingkungan alam sematamata, tetapi juga mencakup lingkungan sosial. Keselarasan hubungan
manusia dengan lingkungan tidak hanya dicapai dengan mengembangkan
daya dukung alam, tetapi juga dengan mengembangkan diri manusia dan
masyarakat, sehingga keselarasan hubungan dicapai berkat kemajuan
manusia dan alam.
Berdasarkan uraian di atas lingkungan sosial yang dimaksud adalah
interaksi dan sifat manusia atau pengguna dengan perpustakaan. Sifat manusia
yang pada umumnya sering merusak lingkungan disekitarnya akan berdampak
negatif di masa sekarang dan masa mendatang. Manusia dalam hal ini pengguna
dengan

lingkunganya

dalam

hal

ini

perpustakaan

diharapkan

mampu

berkerjasama dalam menciptakan perpustakaan berrwawasan lingkungan dengan
tidak merusak lingkungan perpustakaan itu sendiri.
Menurut Irwan (1992: 10) bahwa:

17

Universitas Sumatera Utara

Kalau direnungkan kemajuan teknologi dapat dikatakan merupakan
pedang bermata dua yang dapat digunakan untuk memahami keseluruhan
manusia dan alam atau untuk menghancurkannya. Oleh karena itu agar
teknologi yang ditemukan manusia itu, bermanfaat untuk kesejahteraan
manusia, maka manusia sebagai insan pemakai harus mempertimbangkan
prinsip-prinsip ekologi.
Sugandhy (2009: 29) juga menyatakan bahwa:
Ilmu pengetahuan dan teknologi dapat mendukung pola pengelolaan
lingkungan yang tepat dalam pembangunan saat ini dan yang akan datang.
Ilmu pengetahuan dan teknologi pengelolaan lingkungan adalah berupa
pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dalam hal pemilihan
teknologi pengelolaan lingkungan, yang merupakan keterpaduan dalam
pemanfaatan sumber daya alam dan manusia untuk pemantauan,
pengendalian, pemulihan, dan pengawasan pengembangan lingkungan
hidup. Dalam pengembangan berbagai disiplin ilmu, yang perlu
diperhitungkan adalah peluang unggulan dalam mempercepat laju
pembangunan, di samping perlu diketahui dan perlu diberi perhatian
khusus dalam pengembangan teknologi pelestarian lingkungan dan
pengendalian kerusakan serta pencemaran lingkungan.
Berdasarkan uraian di atas, lingkungan adalah alam sekitar, termasuk
orang-orang di dalamnya. Manusia dan lingkungan sangat bersimbiosis
mutualisme satu sama lain, manusia sangat tergantung pada alam, begitu pula
lingkungan sangat bergantung pada aktivitas manusia. Perkembangan teknologi
dapat membantu manusia dalam mengelola lingkungan, meningkatkan pelestarian
lingkungan, mencegah pencemaran lingkungan sehingga dapat terwujudnya
lingkungan yang diinginkan.
2.3.2

Konsep Wawasan Lingkungan
Konsep bangunan berwawasan lingkungan menjadi trend dunia bagi

pengembangan

properti

(gedung

beserta

sarana

dan

prasarana

yang

menggambarkan elemen yang tidak terpisahkan dari tanah dan gedung yang di
maksudkan) saat ini. Bangunan berwawasan lingkungan memiliki kontribusi
menahan lajunya pemanasan global dengan membenahi iklim mikro. Salah satu
pengaplikasiannya bisa diterapkan dalam membangun gedung perpustakaan
berwawasan lingkungan terutama di era kemajuan teknologi digital saat ini.
Keuntungan nyata yang paling besar yang diperoleh dari bangunan berwawasan
18

Universitas Sumatera Utara

lingkungan adalah mengurangi penggunaan air dan tanah serta sumber alam
lainnya. Bangunan berwawasan lingkungan diasumsikan memiliki kualitas udara
dalam ruangan dan lebih mudah untuk dijaga.
Berwawasan lingkungan adalah upaya sadar dan berencana menggunakan
dan mengelola sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan yang terencana
dan berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup. Dari uraian tersebut jelas
bahwa perpustakaan berwawasan lingkungan merupakan perpustakaan terencana
dalam pembangunan yang berkaitan dengan lingkungan dan berkisanambungan
untuk meningkatkan mutu hidup.
Konsep

perpustakaan

yang

berwawasan

lingkungan

antara

lain

Penggunaan Kembali (Recycle) dan Renewable Resources.
2.3.2.1 Penggunaan Kembali (Recycle)
Berbagai teknologi dikembangkan untuk mengejar efisiensi, kepraktisan,
kemudahan, dan sebagainya seringkali menjadi bumerang dengan pengurasan
sumber daya dan limbah yang berlebihan. Untuk menciptakan berwawsan
lingkungan mendaur ulang adalah salahh satu upaya unutk mencegah kerusakan
lingkunga seperti penggunaan kaleng, kotak, atau plastik. Penggunaan botol
sebagai kemasan minuman merupakan hal lebih bijaksana karena dapat
dipergunakan ulang.
Daur ulang merupakan suatu proses yang dilakukan pada barang-barang
bekas tertentu dengan maksud untuk menghasilkan sebuah barang baru yang dapat
dipakai kembali. Manfaat dari daur ulang ini untuk membuat penggunaan barangbarang menjadi lebih efisien, hemat, mengurangi penggunaan energi, mengurangi
polusi yang merusak lingkungan, jika dibandingkan dengan proses pembuatan
barang baru. Daur ulang merupakan sesuatu yang luar biasa, proses daur ulang
aluminium, seperti botol kaleng minuman dapat menghemat 95% energi dan
mengurangi polusi udara sebanyak 95% . Penghematan yang cukup besar pada
energi juga didapat mendaur ulang kembali kertas, logam, kaca dan plastik.
19

Universitas Sumatera Utara

Menurut Maczulak (2010: 31) bahwa:
The action of recycling wastes seems to symbolize the idea of
sustainability. Recycling can be done by a person living in a small
apartment or by a massive factory. Recycling fulfills two components of
sustainability. First, people conserve natural resources by recycling items
that industries use a raw materials. This decreases the demand that
industry puts on the envirotment by extracting new natural resouces from
the earth. Second, recycling lessens the amount of wastes that accumulate
on earth. The simple action of putting wastes into different recycling bins
also helps remind people of the amounts of waste they produce and might
help them think of ways to reduce it.

The National Recycling Coalition (NRC) countered Tierney’s opinion with
data that show recycling saves energy compared with making products
from new raw materials. The following recycled materials save energy
compared with manufacturing them :

1.
2.
3.
4.
5.

Aluminium, 95 percent
Plastics, 70 percent
Steel, 60 percent
Newspaper, 40 percent
Glass, 40 percent”

Maczulak (2010: 33) juga menyatakan bahwa:
Recycling will not solve all environmental ills. The achieve sustainability,
people must do more than recycle to conserve natural resources. But
recycling certainly help lessen pollution, waste, and natural resource
depletion, even if it alone cannot fix these problems. Recycling technology
continues to grow, and enterpreneurs have inveted new uses for wastes
while the recycling industry has found ways to make recycling less
expensive and more streamlined.

Secara singkat terjemahan dari uraian diatas adalah tindakan daur ulang
limbah terlihat mensimbolkan gagasan tentang keberlangsungan. The National
Recycling Coalition (NRC) memperhitungkan pendapat Tierney dengan data yang

memperlihatkan bagaimana daur ulang dapat menghemat energi dibandingkan
dengan membuat produk dari bahan baku. Daur ulang tidak akan mengatasi
penyakit lingkungan. Untuk mencapai kelangsungan itu, manusia harus
melakukan lebih dari sekedar daur ulang untuk mempertahankan sumber daya

20

Universitas Sumatera Utara

alam. Tetapi daur ulang dapat membantu mengurangi jumlah polusi, limbah dan
habisnya sumber daya alam.
Daur ulang yang dapat dilakukan untuk menciptakan perpustakaan yang
berwawasan lingkungan yaitu, Satu, dengan mengurangi penggunaan kertas,
plastik dan lainnya di dalam perpustakaan; Dua, mendaur ulang kembali limbah
air buangan toilet perpustakaan dapat digunakan untuk menyiram tanaman
perpustakaan

dengan demikian kita dapat menciptakan perpustakaan yang

berwawasan lingkungan.
2.3.2.2 Renewable Resources
Menurut Maczulak (2010: 172) bahwa:
The subject of renewable energy contains many questions yet to be
resolved. But innovations in renewable energy have emerged at an
encouraging rate and continue to offer new approaches in energy use. The
new ideas coming out of universities and small laboratories range from
sophisticated programs built on elegent equipment to projects of rather
modest technology but important all the same. For instance, under the
umbrella of renewable energy, a student can choose among these
technologies to pursue: space satellites that capture solar energy and
beam it to earth; unique power cells that use the energy systems of
microbes; or artificial wetlands that occupy a small area in backyard and
decompose wastes as nature decomposes them. There hardly seems to be a
discipline in science that offers the diversity of technologies found in
renewable energy. Fortunately, few problems in the environment have
been attacked with the fervor that science now has taken to renewable
energy. The opportunities in renewable technology must be sorted and
prioritized to be sure that the most feasibleideas are tired first, but also
that no seemingly farfetched idea becomes lost.

Secara singkat terjemahan dari uraian diatas adalah subjek dari energi
terbarukan memuat sejumlah pertanyaan yang harus dijawab. Tetapi inovasi
dalam energi terbarukan ini muncul pada laju dorongan dan terus menawarkan
pendekatan baru dalam penggunaan energi. Namun sedikit permasalahan dalam
lingkungan yang muncul dimana ilmu pengetahuan telah mengarahkannya pada
energi yang terbarukan.
2.3.3

Kebijakan Pembangunan Berwawasan Lingkungan
21

Universitas Sumatera Utara

Menurut Salim (1986: 172) kebijaksanaan lingkungan seperti diucapkan
Presiden Soeharto dalam Amanat Lingkungan 5 Juni 1982 memuat lima pokok
penting:
1. Menumbuhkan sikap kerja berdasarkan kesadaran saling
membutuhkan antara satu dengan yang lain. Hakekat lingkungan hidup
memuat hubungan saling kait-mengait dan hubungan saling
membutuhkan sektor satu dengan sektor lain, antara Negara satu
dengan Negara lain bahkan antara generasi kini dengan generasi nanti.
Karena itu diperlukan sikap kerjasama dengan semangat solidaritas
antarsektor, antardaerah, antarnegara dan antargenerasi.
2. Kemampuan menyerasikan kebutuhan dengan kemampuan sumber
alam dalam menghasilkan barang dan jasa. Kebutuhan manusia yang
terus-menerus meningkat perlu dikendalikan untuk disesuaikan dengan
pola penggunaan sumber alam secara bijaksana.
3. Mengembangkan sumber daya manusia agar mampu menanggapi
tantangan pembangunan tanpa merusak lingkungan.
4. Mengembangkan kesadaran lingkungan di kalangan masyarakat
sehingga tumbuh menjadi kesadaran berbuat.
5. Menumbuhkan lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang dapat
mendayagunakan dirinya untuk menggalakkan partisipasi masyarakat
dalam mencapai tujuan pengelolaan lingkungan hidup.
Berdasarkan uraian di atas, dengan adanya kebijakan pembangunan
berwawasan lingkungan ini bahwa untuk menyelamatkan lingkungan kita harus
memiliki sikap sadar untuk melindungi dan merawat lingkungan serta memiliki
kesadaran saling bergantung satu sama lain. Penggunaan sumber daya alam harus
bijaksana, karena persediaan sumber daya alam yang tak terbatas sementara
pemintaan cenderung naik. Lima pokok ikhtiar diatas memang belum lengkap,
namun apabila dilakukan dengan sungguh-sungguh akan cukup untuk
melaksanakan

pembangunan

yang

berwawasan

lingkungan,

yang

perlu

dikembangkan dimasa sekarang dan dimasa mendatang
2.3.4

Energi
Menurut Satwiko (2005: 1) bahwa: “energi adalah kemampuan untuk

mengerjakan sesuatu. Energi dapat ditemukan dalam beragam bentuk, seperti
energi kimia, energi lisrtik, energi cahaya, energi panas, energi mekanik dan
energi nuklir”.
22

Universitas Sumatera Utara

Satwiko (2005: 7) menyatakan bahwa:
Dari sisi ketersediaannya, energi dapat dibagi menjadi energi yang terbarui
(renewable) dan tak terbarui (non-renewable). Energi terbarui adalah
energi yang relatif tidak akan pernah habis, seperti energi matahari, angin,
air, dan massa bio seperti sampah rumah tangga dan limbah pertanian.
Energi tak terbarui tidak dapat diadakan lagi setelah habis, seperti minyak,
batubara, dan gas alam. Sekali habis kita tidak dapat membuatnya lagi.
Satwiko (2005: 7) juga menyatakan bahwa:
Energi terbarui cukup banyak dan saat ini masih terus-menerus
dikembangkan. Sering disebutkan bahwa energi terbarui tidak
mengganggu lingkungan hidup. Ini tidak sepenuhnya benar, karena
ternyata dalam praktiknya sumber energi ini pun dapat merusak
lingkungan. Demikian pula kumpulan sel surya untuk menuai energi dari
matahari dapat menghabiskan lahan yang sangat luas.
Berdasarkan uraian diatas, energi terbarui lebih baik daripada energi tak
terbarui, karena energi terbarui ini sangat cocok di kembangkan dalam
pembangunan perpustakaan yang berwawasan lingkungan seperti diketahui diatas
bahwa energi terbarui tidak dapat merusak lingkungan. Beberapa energi tebarui
yang kita kenal saat ini adalah sebagai berikut:
2.3.4.1 Energi Surya
Menurut Satwiko (2005: 8) bahwa:
Matahari adalah sumber energi utama bumi. Boleh dikatakan hampir
semua energi yang ada di bumi dapat dilacak asal-usulnya. Matahari
memancarkan energi ke segala arah. Energi surya dapat dipergunakan
secara langsung maupun tidak langsung. Kita dapat mengubah energi
surya menjadi listrik memakai sel surya (photo-voltaic) lalu disimpan di
baterai untuk dipergunakan sewaktu-waktu bila matahari tidak tampak.
Kita juga dapat menangkap panas matahari dengan panil surya (solar
panel) untuk memanaskan air buat mandi.
Menurut Satwiko dalam Gray (1996: 16) keuntungan sel surya adalah:
a. Membangkitkan listrik tanpa ada bagian yang bergerak sehingga tidak
menimbulkan kebisingan maupun asap
b. Memungkinkan untuk memperoleh listrik di lokasi yang tidak dilalui oleh
jaringan listrik umum
c. Ringan, mudah dipasang, mudah disetel untuk menghasilkan output
maksimal
23

Universitas Sumatera Utara

d.
e.
f.
g.
h.

Awet, bandel, tahan cuaca
Hanya perlu memerlukan perawatan kecil seperti pembersihan
Tanpa biaya bahan bakar, dan hampir tanpa biaya perawatan
Sekali dipasang, hampir selamanya membangkitkan listrik gratis
Menghasilkan listrik searah (DM, direct current) yang langsung dapat
disimpan di baterai
i. Tersedia dalam bentuk modul, sehingga mudah ditambah-kurangi sesuai
kebutahan dan dana
Berdasarkan uraian di atas bahwa energi surya merupakan energi utama di

bumi dan persediaannya tidak selalu ada tersedia. Karena energi surya merupakan
energi terbarui yang tidak merusak lingkungan, maka energi surya dapat dijadikan
salah satu energi yang bisa di terapkan untuk membangun perpustakaan yang
berwawasan lingkungan yang menghasilkan listrik secara alami tanpa
menimbulkan kebisingan dan asap.
2.3.4.2 Energi Massa Bio
Satwiko (2005: 30) menyatakan bahwa:
Massa bio adalah bahan organik yang menyimpan energi matahari dalam
bentuk kimiawi. Bahan bakar massa bio antara lain kayu, limbah
pertanian, dan sampah organik rumah tangga. Jika dibakar, energi kimiawi
yang terkandung dilepaskan dalam bentuk panas. Energi massa bio dapat
dipergunakan secara sederhana. Massa bio dimasukkan ke dalam tungku
pembakar. Panasnya digunakan untuk memanaskan air, kemudain uap air
akan memutar turbin listrik. Cara lain adalah dengan cara menumpuk
massa bio di tempat pembuangan. Ketika terurai maka akan timbul
gasmetan yang dapat dikumpulkan dengan pipa-pipa untuk dipergunkan
pada pembangkit listrik. Energi massa bio sangat berpotensi untuk di
kembangkan.
Berdasarkan uraian di atas bahwa energi massa bio merupakan energi
terbarui yang tidak merusak lingkungan, maka energi massa bio dapat dijadikan
salah satu energi yang bisa di terapkan untuk membangun perpustakaan yang
berwawasan lingkungan yang menghasilkan listrik secara alami tanpa merusak
lingkungan.
2.3.4.3 Energi Hidrogen
Satwiko (2005: 32) menyatakan bahwa:
24

Universitas Sumatera Utara

Hidrogen adalah elemen di alam yang paling sederhana dan paling banyak
di jumpai di alam semesta (75%). Hidrogen adalah energi massa depan.
Gas hidrogen tidak tersedia secara alami sehingga kita harus membuatnya
dengan memisahkan hidrogen dari air, massa bio dan gas alam. Beberapa
bakteri dan alga memproduksi hidrogen. Listrik juga dapat memisahkan
hidrogen dari air dengan proses elektrolisa. Saat ini teknologi pembuatan
hidrogen masih sangat mahal dan pengembangannya terus dilakukan agar
kelak dapat dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari dengan mudah,
murah dan aman.
Berdasarkan uraian di atas hidrogen dapat menyimpan energi. Energi
hidrogen bersih sehingga aman bagi lingkungan. Saat ini energi yang paling
fleksibel adalah listrik, yang dapat diubah menjadi panas, cahaya, bunyi, dan lainlainnya, kapan saja dan dimana saja. Hidrogen menawarkan bentuk sumber energi
yang luwes, mudah diangkut, dan diubah menjadi listrik untuk keperluan lain.
maka energi hidrogen dapat dijadikan salah satu energi yang bisa di terapkan
untuk membangun perpustakaan yang berwawasan lingkungan.
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa energi terbarui sangat aman bagi
lingkungan. Dari beberapa energi terbarui diatas dapat diterapkan salah satunya
untuk pembangunan perpustakaan berwawasan lingkungan. Seperti energi
matahari, energi massa bio dan energi hidrogen mempunyai peluang yang besar
untuk menghasilkan listrik yang banyak, sehingga perpustakaan dapat menghemat
penggunaan listrik dari PLN dan beralih menggunakan listrik dari sumber energi
terbarui yang aman bagi lingkungan

25

Universitas Sumatera Utara