Renstra Disnakertrans

BAB.I .
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Permasalahan

bidang

Ketenagakerjaan,

Ketransmigrasian

dan

Kependudukan merupakan permasalahan yang tak akan pernah tuntas. Penanganan
permasalahan inipun tidak akan mampu diselesaikan secara sektoral maupun
regional, tetapi harus dilakukan secara komprehesif koordinatif, serentak dan
sinergis baik lintas sektoral maupun lintas wilayah (teritorial), serta bersifat terus
menerus, mengingat pertumbuhan penduduk yang merupakan generasi angkatan

kerja baru selalu muncul dan tidak akan pernah berhenti. Terlambat dalam
mempersiapkan penanganan dapat berakibat fatal bagi upaya pembangunan Kota
Semarang.
Tingginya angka pengangguran dan kemiskinan akan menimbulkan dampak
yang sangat luas, baik dibidang ekonomi, politik, Sosial budaya, hukum bahkan
sampai pada bidang pertahanan dan keamanan.
Permasalahan penting yang selalu mewarnai bidang ketenagakerjaan,
ketransmigrasian dan kependudukan adalah tingginya angka penganggguran,
rendahnya kualitas dan produktivitas tenaga kerja atau pekerja, kesempatan kerja
yang ada tidak sesuai dengan kompetensi pencari kerja, masih sering terjadinya
gejolak ketenagakerjaan berupa unjuk rasa dan mogok kerja, tingkat kesejahteraan
pekerja yang masih jauh dari harapan, lemahnya perlindungan tenaga kerja, pekerja
anak, perdagangan anak dan perempuan, serta pertumbuhan dan penyebaran
penduduk secara proporsional kurang merata.
Mengingat penanganan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian sangat
penting, maka diperlukan suatu perencanaan strategis dibidang ketenagakerjaan,
ketransmigrasian selama kurun waktu 5 (Lima) tahun kedepan terhitung mulai
tahun 2010 – 2015.

1


1.2

Landasan Hukum
1.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;

2.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah beberapa kali terakhir dengan Nomor 12 Tahun 2007
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah;

3.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah;


4.

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja / Serikat
Buruh;

5.

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

6.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial;

7.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025;


8.

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan

antara

Pemerintah,

Pemerintah

Daerah

Provinsi,

dan

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;
9.


Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Stuktur Organisasi dan
Tata Kerja Perangkat Daerah;

10.

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;

11.

Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan Stuktur;

14.

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata cara,
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah;

2


15.

Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Jangka Panjang
Menengah Nasional Tahun 2005 - 2009;

16.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas
Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah;

17.

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor : 09 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Pekerja Anak;

18.


Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun
2005-2025;

19.

Peraturan Gubernur No. 94 Tahun 2006 tentang Komite Aksi Provinsi
Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk Anak;

20.

Peraturan Gubernur No. 23 Tahun 2008 tentang Rencana Aksi Provinsi
Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk Anak;

1.2.

Maksud dan Tujuan.
Maksud
Rencana Strategis (Renstra) ini merupakan dokumen perencanaan pembangunan

bidang ketenagakerjaan, ketransmigrasian, periode 5 (lima) tahun terhitung sejak
tahun 2010 sampai dengan tahun 2015, ditetapkan dengan maksud memberikan
arah sekaligus menjadi acuan bagi pemangku program dan kegiatan di bidang
kesekretariatan maupun bidang-bidang teknis dan

UPTD di lingkungan Dinas

Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Semarang dalam upaya mendukung Visi,
Misi, dan Kebijakan Walikota Semarang dalam rangka mewujudkan Kota
Semarang yang lebih sejahtera dengan penekanan pada Pengurangan Pengangguran
dan Pengentasan Kemiskinan , Penangangan Banjir dan dan Rob , Peningkatan

3

Infrastruktur, Peningkatan Pelayanan Publik , Kesetaraan Gender, Kesehatan serta
Pendidikan yang diharapkan dapat mendukung pembangunan nasional.

Tujuan :
a.


Mewujudkan keterpaduan perencanaan Program dan mempertajam prioritas
pembangunan.

b.

Tercapainya

hasil-hasil

pembangunan

bidang

Ketenagakerjaan,

Ketransmigrasian secara optimal bagi kesejahteraan masyarakat.

1.3.

Sistimatika Penulisan

Rencana Strategis Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi Kota Semarang Tahun

2010-2015 disusun dengan sistematika sebagai berikut :
Bab I

: Pendahuluan
Didalamnya memuat tentang latar belakang penyusunan Renstra
ditinjau dari aspek keterkaitan dengan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 20102015 dan memuat secara ringkas tentang Sistematika penyusunan.

Bab II

: Gambaran Pelayanan Dinas Tenaga Kerja,
Transmigrasi Kota Semarang.
Secara substansi bab ini membahas tentang Struktur Organisasi,
Susunan Kepegawaian dan Perlengkapan, Tugas dan Fungsi.
Kondisi yang ada sekarang, Kondisi yang diinginkan, dan Rencana
Proyeksi ke depan tentang Ketenagakerjaan, Ketransmigrasian,
termasuk didalamnya tentang Standar Pelayanan Minimum dan Hasil
Capaian Kinerja yang ada sekarang, dan apa yang diharapkan ke

depan.

Bab III

: Isu-isu Strategis Berdasarkan Tugas Pokok Dan Fungsi

Bab V

: Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran, Strategi Dan
Kebijakan.

4

Dalam bab ini dimaksudkan sebagai acuan penyusunan dan
pelaksanaan program – program pembangunan untuk kurun waktu 5
(lima) tahun, yaitu tahun 2010 -2015.
Bab VI

: Rencana Program dan

Kegiatan, Indikator Kinerja Kelompok

Sasaran dan Pendanaan Indikatif .
Berisi tentang penjelasan prioritas-prioritas program dan kegiatan
serta indikasi pendanaan dan sumber dananya baik yang berasal dari
APBD Kota, APBD Provinsi, APBN dan Sumber pendanaan lainnya
dalam periode lima tahun dan tahunan. Indikator Kinerja adalah
refleksi capaian prioritas program dan kegiatan yang telah
direncanakan dan terukur, sedangkan indikator kinerja selain dengan
prosentase juga penjelasan naratif.
Bab VII

: Penutup
Berisi tentang penegasan fungsi Renstra yaitu berlaku sebagai acuan
dan pedoman bagi segenap unsur jajaran di lingkungan Dinas
Tenaga Kerja dan, Transmigrasi Kota Semarang dalam Penyusunan
Rencana Kerja, Penguatan peran Stakeholder, dan dasar evaluasi dan
pelaporan pelaksanan kinerja tahunan dan lima tahunan, serta hal-hal
yang ingin dicapai di masa yang akan datang.

5

BAB.II
GAMBARAN PELAYANAN SKPD

2.1.

Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD
A.

TUGAS
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor : 12 tahun 2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Semarang , Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi mempunyai tugas melaksanakan urusan
pemerintahan daerah dibidang tenaga kerja dan transmigrasi berdasarkan
asas otonomi dan tugas pembantuan.

B.

FUNGSI
Untuk melaksanakan tugas di atas Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasii
Kota Semarang mempunyai fungsi :
1.

Perumusan kebijaksanaan teknis di bidang Pelatihan Tenaga Kerja,
Bidang

Penempatan

dan

Transmigrasi,

Bidang

Hubungan

Industrial serta Bidang Pengawasan Ketenagakerjaan.
2.

Penyusunan rencana program dan rencana anggaran Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi.

3.

Pengkoordinasian peleksanaan tugas Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi.

4.

Pelaksanaan kebijakan operasional dan penyelenggaraan kajian
tknis pemberian perijinan dan / atau mau perijinan di bidang
Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian.

5.

Pembinaan ,pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan di bidang
Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian.

6.

Pelaksanaan

pertanggungjawaban

terhadap

kajian

teknis/rekomendasi perijinan dan / atau non perijinan di bidang
tenagakerja dan transmigrasi.

6

7.

Pelaksanaan pembinan, pemantauan,pengawasan dan pengendalian
serta monitoring, evaluasi dan pelaporan terhadap UPTD.

8.

Penyelenggaraan kesekretariatan

Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi.
9.

Pelaksanaan

pembinaan

,

pemantauan,

pengawasan

dan

pengendalian serta monitoring evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
tugas Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
10.

Penyelenggaraan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai
dengan bidang tugasnya.

C. STRUKTUR ORGANISASI.

7

2.2.

Sumber Daya SKPD
Secara organisatoris Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Semarang berada

dibawah Pemerintah Kota Semarang. Sedangkan tugasnya melaksanakan tugas
pemerintahan Kota Semarang di bidang Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian.
Susunan Organisasi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi terdiri dari :
1. Kepala Dinas
2. Sekretaris
3. Bidang Pelatihan
4. Bidang Penempatan Tenaga Kerja
5. Bidang Hubungan Industrial
6. Bidang Pengawasan
7. Unit Pelaksana Teknis Dinas
8. Kelompok Jabatan Fungsional

Jumlah karyawan / karyawati Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota
Semarang tercatat sebanyak 97 orang PNS , dengan perincian sebagai berikut :
a. Menurut jenis kelamin
Laki – laki

:

52

orang

Perempuan

:

45

orang

Pasca Sarjana (S2)

:

9

orang

Sarjana (S1)

:

48

orang

Sarjana Muda (D-3)

:

5

orang

SLTA

:

31

orang

SLTP

:

1

orang

SD

:

3

orang

Golongan IV

:

11

orang

Golongan III

:

75

orang

Golongan II

:

10

orang

Golongan I

:

1

orang

b. Menurut tingkat pendidikan

c. Menurut golongan

8

d. Pejabat struktural
Eselon II B

:

1

orang

Eselon III A

:

1

orang

Eselon III B

:

4

orang

Eselon IV A

:

16

orang

Eselon IV B

:

1

orang

Laki – laki

:

7

orang

Perempuan

:

9

orang

e. Pejabat fungsional

Guna menunjang kelancaran pelaksanaan operasional Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kota Semarang di dukung dengan dengan sarana kendaraan dinas
berupa :
a. Kendaraan roda 4 (empat)

:

2

buah

b. Kendaraan roda 2 (dua)

:

15

buah

c. Komputer

:

53

buah

d. Lap Top

:

15

buah

e. LCD

:

3

buah

f. Scener

:

1

buah

g. Foto Digital

:`

3

buah

h. Printer

:

64

buah

2.3.

Kinerja Pelayanan SKPD
Kinerja Pelayanan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Semarang
dapat digambarkan sebagai berikut :
Jumlah Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada tahun 2005 sebesar 63,45
%, dengan angkatan kerja sebanyak 699.016 0rang , pada tahun 2006 TPAK
sebesar 65,78 % dengan angkatan kerja 702.118 0rang , pada tahun 2007 TPAK
sebesar 62,52 % sedangkan pada tahun 2008 sebesar 64,27 % .dengan angkatan
kerja 744.439 0rang , pada tahun 2009 TPAK sebesar 64,75 % dengan angkatan
kerja 709.464 0rang.

9

Pembangunan di bidang pelayanan system antar kerja menunjukkan
adanya peningkatan bahwa pada tahun 2005 jumlah pencari kerja sebesar 16.444
Orang, tahun 2006 sebesar 23.292 0rang, tahun 2007 sebesar 24.525 0rang dan
tahun 2008 sebesar 24.378 0rang sedangkan pada tahun 2009

sebesar

21.951.Orang., sehingga total pencari kerja yang terdatar pada disnakertrans
selama kurun waktu 5 (lima ) tahun sebesar 86.212 0rang
Jumlah Lowongan Pekerjaan pada tahun 2005 sebesar 4.470.lowongan,
tahun 2006 sebesar 14.359 lowongan , tahun 2007 sebesar 23.095 lowongan ,
tahun 2008 sebesar 20.878 lowongan sedangkan pada tahun 2009 sebesar 12.525
lowongan , sehingga total lowongan yang tersedia selama kurun waktu 5 (lima)
tahun sebanyak 75.327 lowongan.
Jumlah Penempatan Tenaga Kerja pada tahun 2005 sebesar 4.470 0rang,
tahun 2006 sebesar 5.352 0rang, tahun 2007 sebesar 7.311 0rang , tahun 2008
sebesar 8.975 0rang sedangkan pada tahun 2009 sebesbesaar 8.449 Orang.
Sehingga total penempatan tenaga kerja selama kurun waktu 5 (lima) tahun
sebesar 34.557 0rang.
Jumlah Penempatan Transmigrasi tahun 2005 sebanyak 10.KK, tahun
2006 sebesar 15 KK, tahun 2007 sebesar 5 KK , tahun 2008 sebesar 12 KK pada
tahun 2009 sebanyak 9 KK. Sehingga total penempatan transmigrasi selama
kurun waktu 5 (lima) tahun sebanyak 51 KK
Disamping hal tersebut juga terbentuk Wira Usaha Baru (WUB) tahun
2006 sebanyak 1 kelompok / 20 Orang, tahun 2007 sebanyak 23 kelompok / 345
0rang, tahun 2008 sebanyak 42 kelompok / 630 0rang , tahun 2009 sebanyak 21
kelompok / 315 0rang dan 20 0rang TKM ( Tenaga Kerja Mandiri ) sehingga total
WUB selama kurun waktu 5 ( lima ) tahun sebanyak 87 kelompok / 1.310 0rang
serta Tenaga Kerja Mandiri sebanyak 20 Orang .
Pembangunan di

bidang pelatihan menunjukkan angka peningkatan

dimana pelaksanaan pelatihan pada tahun 2005 sebanyak 1.490 Orang, sedangkan
pada tahun 2006 sebanyak 75 0rang, tahun 2007 sebanyak 300 0rang , tahun
2008 sebanyak 410 0rang pada tahun 2009 sebanyak 280 Orang, dengan total
pelatihan selama kurun waktu 5 (lima) tahun sebanyak 2.555.Orang

10

Pembangunan di bidang hubungan industrial mengalami perbaikan,
dimana setiap menentukan Upah Minimum Kota tidak banyak menimbulkan
gejolak. Upah Minimum Kota mengalami peningkatan dimana pada tahun 2005
UMK sebesar Rp 473.600 pada tahun 2006 sebesar Rp.586.000,- Tahun 2007
sebesar Rp.650.000,-. Tahun 2008 sebesar Rp.715.700,- sedangkan pada tahun
2009 sebesar Rp. 838.500,-( 100 % KHL) perlu diketahui bahwa UMK mulai
tahun 2008 sudah menunjukkan angka 100 % dari Kebutuhan Hidup Layak
(KHL). Hal ini dapat meredam gejolak para pekerja / Serikat Pekerja / Serikat
Buruh di Kota Semarang. Jumlah kasus hubungan industrial ( PHI/PHK ) pada
tahun 2005 sebanyak 315 kasus dimana PHI sebanyak 52 kasus dan PHK
sebanyak 263 kasus, pada tahun 2006 sebanyak 218 kasus terdiri PHI sebanyak 38
kasus dan PHK sebanyak 180 kasus, pada tahun 2007 jumlah kasus sebanyak 258
kasus terdiri PHI sebanyak 54 kasus dan PHK sebanyak 204 kasus , pada tahun
2008 sebanyak 286 kasus terdiri PHI sebanyak 63 kasus dan PHK sebanyak 221
kasus , pada tahun 2009 jumlah kasus sebanyak 256 kasus terdiri PHI sebanyak 48
kasus dan PHK sebanyak 208 kasus , sedangkan kasus unjuk rasa pada tahun 2005
sebanyak 8 kasus, pada tahun 2006 sebanyak 7 kasus, pada tahun 2007 sebanyak
2 kasus, pada tahun 2008 sebanyak 9 kasus dan pada tahun 2009 sebanyak 8
kasus.
Penyelesaian kasus hubungan industrial antara pekerja / buruh atau serikat
pekerja / serikat buruh dengan pengusaha / organisasi pengusaha mengalami
penurunan dan dapat di selesaikan sesuai dengan peraturan perundang undangan
yang berlaku, demikian juga mogok kerja atau unjuk rasa mengalami penurunan.
Pembangunan di bidang Pengawasan Ketenagakerjaan dilakukan dengan
baik hal ini dapat dilihat jumlah kecelakaan kerja pada tahun 2005 sebanyak 429
kecelakaan dengan rincian meninggal 38 0rang , Cacat/luka berat 96 Orang, luka
ringan 295 0rang , dengan kejadian kecelakaan sebagai berikut kecelakaan di
tempat kerja 229 0rang kekecelekaan lalulintas /menuju tempat kerja 200 0rang ,
pada tahun 2006 sebanyak 461 0rang dengan rincian meninggal 7 0rang, luka
berat 34 0rang , luka ringan 420 0rang dengan kejadian kecelakaan sebagai
berikut kecelakaan di tempat kerja 248 0rang kecelakaan lalulintas /menuju

11

tempat kerja 312 0rang , padna tahun 2007 sebanyak 306 kecelakaan dengan
rincian meninggal 7 0rang, cacat/luka berat 11 0rang, luka ringan 288 0rang
dengan kejadian kecelakaan sebagai berikut , kecelakaan ditempat kerja 184
0rang kecelakaan lalulintas /menuju tempat kerja 122 0rang, pada tahun 2008
sebanyak 405 kecelakaan dengan rincian meninggal 11 0r ang , cacat / luka berat
9 0rang , luka ringan 385 0rang , dengan kejadian kecelakaan sebagai berikut
kecelakaan ditempat kerja 241 0rang , kecelakaan lalulintas / menuju tempat kerja
182 0rang sedangkan pada tahun 2009 sebanyak 372 kecelakaan. Dengan rincian
meninggal 4 0rang , cacat/luka berat 5 0rang , luka ringan 363 0rang dengan
kejadian kecelakaan sebagai berikut, kecelakaan ditempat kerja 218. 0rang ,
kecelakaan lalulintas / menuju tempat kerja 154 0rang . Dengan total kecelakaan
selama kurun waktu 5 ( lima ) tahun sebanyak 2.090 0rang

2.4.

Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan SKPD

Berdasarkan tugas pokok dan fungsi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota
Semarang dimaksud, maka pelayanan Dinas dapat digambarkan sebagai berikut :

A.

Bidang Ketenagakerjaan :

a.

Penurunan prosentase jumlah pengangguran di kota semarang sebesar :

b.

1.

Tahun 2011

:

14,26 %

2.

Tahun 2012

:

13,84`%

3.

Tahun 2013

:

13,33 %

5.

Tahun 2014

:

12,73 %

6

Tahun 2015

:

12,07 %

Peningkatan jumlah penempatan tenaga kerja di kota Semarang sebesar :
1

Tahun 2011

:

8.900 0rang

2.

Tahun 2012

:

9.350 0rang

3.

Tahun 2013

:

9.800 0rang

4.

Tahun 2014

:

10.250 0rang

5.

Tahun 2015

:

10.750 0rang

12

c.

Perluasan dan penciptaan lapangan kerja untuk mengurangi jumlah
penganggur.

d.

Pengembangan bursa tenaga kerja terpadu bagi tenaga kerja terlatih untuk
untuk memenuhi permintaan pasar

e.

Pemberdayaan dan peningkatan kompetensi dan profesionalisme tenaga
kerja bagi penganggur dan setengah penganggur.

f.

Peningkatan ketrampilan bagi pencari kerja

g.

Memasyarakatkan pelaksanaan uji kompetensi dan sertifikasi tenaga kerja

h.

Pemberdayaan kelembagaan Bipartit serta peningkatan pemahaman dan
kesadaran berbagai pihak untuk mengupayakan kesejahteraan dan
perlindungan pekerja.

i.

Peningkatan pengupahan tenaga kerja

j.

Peningkatan tingkat kesejahteraan tenaga kerja

k.

Lebih terjaminnya perlindungan tenaga kerja terhadap kesehatan dan
keselamatan kerja, serta penyakit akibat kerja.

l.

Peningkatan proses penyelesaian kasus PHI/PHK tenaga kerja

B.

Bidang Ketransmigrasian :

a.

Meningkatkan dan memantapkan fasilitasi / mediasi kerjasama bidang
ketransmigrasian dengan Provinsi / Kab.Kota Penempatan transmigrasi.

b.

Peningkatan kualitas penyelenggaraan transmigrasi

c.

Meningkat kembangan sistem informasi ketransmigrasian agar alebih
diketahui masyarakat.

d.

Mengembangkan

pola

apengerahan

melelui

forum-forum

komunikasi,informasi dan edukasi ( KIE)
e.

Meningkatkan kualitas dan produktivitas SDM calon transmigran asal kota
semarang dengan meningkatkan sumberdaya pelatihan transmigrasi

f.

Meningkatkan kualitas pelaksanaan pendaftaran dan seleksi calon
transmigran.

13

BAB.III.
ISU – ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI.
3.1.

Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi.
Isu – isu Strategis baik internal maupun external merupakan faktor –
faktor yang menyebabkan timbulnya permasalahan serta akan berpengaruh dan
mewarnai pembangunan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian di Kota Semarang
pata tahun 2010 – 2015.
Permasalahan pokok yang dihadapi dalam pembangunan ketenagakerjaan
dan ketransmigrasian adalah :
1.

Sempitnya kesempatan kerja yang disebabkan oleh :
a.

Ketidak seimbangnya antara kesempatan kerja yang ada dan
dengan kebutuhan masyarakat akan pekerjaan.

b.

Penyerapan angkatan kerja yang tidak sebanding dengan
pertumbuhan angkatan kerja sehingga jumlah pengangguran
bertambah

c.

Lowongan kerja yang ada tidak mampu diserap oleh pencari
kerja,

dikarenakan

keterbatasan

tingkat

kompetensi

ketrampilan yang dimiliki.
2.

Rendahnya kualitas dan produktivitas tenaga kerja yang disebabkan
oleh :
a.

Rendahnya ketrampilan tenaga kerja

b.

Rendahnya kompetensi tenaga kerja

c.

Ketidak sesuaian antara kualifikasi jabatan yang dibutuhkan
oleh pasar kerja dengan kompetensi yang dimiliki oleh tenaga
kerja.

3.

Belum optimalnya perlindungan tenaga kerja dan pengembangan
lembaga tenaga kerja yang disebabkan oleh :
a.

Kurang berfungsinya lembaga tenaga kerja.

14

b.

Belum optimalnya fungsi PPTKIS ( Pelaksana Penempatan
Tenaga Kerja Indonesia Swasta ) dalam memberikan
perlindungan kepada TKI ( Tenaga Kerja Indonesia )

c.

Rendahnya kesadaran pengusaha untuk melaksanakan segala
ketentuan yang berlaku dibidang ketenatenaga kerjaan

d.

Kurangnya kesadaran pengusaha dalam pelaksnaan peraturan
perundangan ketenagakerjaan.

e.

Lemahnya penegakan hukum dibidang ketenagakerjaan

f.

Rendahnya tingkat kesejahteraan pekerja / buruh disebabkan
banyak pengusaha yang menjadikan upah minimum Kota
( UMK ) merupakan upah standart.

3.

Belum optimalnya sarana – sarana hubungan industrial.

4.

Terbatasnya alokasi target penempatan transmigrasi

3.2. Telaahan Visi , Misi dan Program Kepala daerah dan Wakil kepala daerah
dan wakil kepala daerah Terpilih.

Visi

adalah

kondisi

yang

diinginkan

pada

akhir

perencanaan m – program yang direpresentasikan dalam sejumlah
sasaran hasil pembangunan yang dicapai melalui program –
program pembangunan dalam bentuk rencana kerja.
Visi

Kota Semarang adalah ” TERWUJUDNYA

SEMARANG KOTA PERDAGANGAN DAN JASA, YANG
BERBUDAYA MENUJU MASYARAKAT SEJAHTERA ” Visi
tersebut memiliki empat kunci pokok yakni Kota Perdagangan,
Kota Jasa, Kota Berbudaya dan Masyarakat yang Sejahtera.

Kota

Perdagangan,

mengandung

arti

Kota

yang

mendasarkan bentuk aktivitas pengembangan ekonomi yang
menitikberatkan pada aspek perniagaan sesuai dengan karakteristik
masyarakat kota, yang didalamnya melekat penyelenggaraan

15

fungsi jasa yang menjadi tulang punggung pembangunan dalam
rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dengan tidak
meninggalkan potensi lainya..Pengembangan kota Perdagangan
diarahkan pada upaya untuk lebih ,meningkatkan produktivitas,
sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi kota secara
keseluruhan.
Kota Jasa, sebutan sebagai kota jasa sebenarnya tidak lepas
dari status kota perdagangan, akrena perdagangan akan selalalu
terkait dengan persoalan perniagaan atau proses transaksi dan
distribusi barang dan jasa. Kota Jasa lebih menekankan pada fungsi
kota dalam pelayanan publik di berbagai bidang.
Kota Berbudaya, mengandung arti bahwa penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan senantiasa dilandasi seluruh aspek
kebudayaan yang terdiri dari cipta, rasa dan karsa yang telah
tumbuh

menjadi

pelaksanaan

nilai

kearifan

masyarakat

religiusitas

,

seperti

pelaksanaan

kemanusiaan,kebersamaan,

persaudaraan, ketertiban dan sikap ketauladanan lainya
lingkungan

budaya

masyarakat,

sehingga

dalam

menghasilkan

pembangunan karakter yang mengedepankan kehalusan budi dan
perasaan, manusiawi dan penghormatan terhadap hak azazi
manusia.
Sejahtera, pemberian otonomi kepada daerah, pada
hakekatnya merupakan proses pemberdayaan kolektif bagi seluruh
pemangku

kepentingan

yang

terkait

yang

terkait

dengan

penyelenggaraan pemerintahan daerah , agar disatu sisi tercipta
ruang yang lebih bagi segenap jajaran birokrasi pemerintah daerah
untuk memenuhi seluruh tugas dan tanggung jawabnya dengan
baik dan benar, sedangkan disisi yang lain terbuka peluang bagi
warga

masyarakat

dan

dunia

usaha

untuk

meningkatkan

keberdayaanya sehingga mampu dan mau secara mandiri
memenuhi segala kebutuhan hidup dan kehidupan. Sejahtera dalam

16

visi ini, mengarah pada tujuan terlayani dan terpenuhinya
kebutuhan dasar hidup dan rasa aman dan tentram serta adil dalam
segala bidang.
Dalam mewujudkan Visi ” Terwujudnya Semarang Kota
Perdagangan dan Jasa, yang Berbudaya Menuju Masyarakat
Sejahtera ” di tempuh melalui 5 ( lima ) misi pembangunan daerah
yaitu :
a. Mewujudkan sumberdaya manusia dan masyarakat
Kota Semarang yang berkualitas.
b. Mewujudkan pemerintahan kota yang efektif dan
efisien, meningkatkan kualitas pelayanan publik, serta
menjunjung tinggi supermasi hukum.
c. Meujudkan kemandirian dan dya saing daerah.
d. Mewujudkan tata ruang wilayah dan infrastruktur yang
berkelanjutan.
e. Mewujudkan kesejahteraan sosial masyarakat.
Terkait dengan misi Kota Semarang Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Kota Semarang melaksanakan Misi yang
Pertama yaitu Mewujudkan sumberdaya manusia dan masyarakat
Kota Semarang yang berkualitas.Untuk mencapai misi rencana
Pembangunan
dirumuskan

Jangka

Menengah

Daerah

tersebut

maka

tujuan dan sasaran misi yang terkait dengan

Disnakertrans sebagai berikut :
Fasilitasi

pengembangan

kesempatan

kerja

/

berusaha,

kesejahteraan dan perlindungan tenaga kerja, serta kualitas tenaga
kerja yang mampu bersaing di era global, dengan sasaran
pembangunan difokuskan pada :
a. Prosentase

Tingkat

Partisipasi

Angkatan

Kerja

produktivitas

tenaga

mencapai 66,71 %.
b. Prosentase

kompetensi

dan

kepelatihan mencapai 25 %

17

c. Prosentase Perlindungan dan Jaminan kesejahteraan
tenaga kerja mencapai 50 %
d. Prosentase penyelenggaraan dan sistem informasi pasar
kerja yang mudah diakses oleh masyarakat mencapai
100 %.
e. Prosentase fasilitasi penyelesaian masalah hubungan
industrial mencapai 10 %
Kebijakan pada urusan ketenagakerjaan diarahkan pada
upaya

pengurangan

pengangguran

melalui

penciptaan dan

perluasan kesempatan kerja dan kesejahteraan tenaga kerja melalui
:
a. Peningkatan kualitas tenaga kerja.
b. Peningkatan peran lembaga pelatihan / ketrampilan dan
penyalur tenaga kerja.
c. Meningkatkan informasi bursa kerja baik dalam negeri
maupun luar negeri.
d. Fasilitasi hubungan industrial dan perlindungan tenaga
kerja.
Program



program

pembangunan

pada

urusan

ketenagakerjaan yang dilaksanakan adalah :
a.

program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga
Kerja.

b.

Program Peningkatan Kesempatan Kerja.

c.

Program

Perlindungan

Pengembangan

Lembaga

Ketenagakerjaan.
3.3. Telaahan Renstra K/L dan Renstra Provinsi / Kabupaten / Kota
3.3.1.

Telaahan Renstra K/L.

Untuk mencapai tujuan pembangunan di bidang ketenagakerjaan dan
ketransmigrasian , Visi Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi lima

18

tahun kedepan adalah ” TERWUJUDNYA TENAGA KERJA DAN
MASYARAKAT TRANSMIGRASI YANG PRODUKTIF, BERDAYA
SING, MANDIRI DAN SEJAHTERA”
Upaya untuk pencapaian visi tersebut diimplementasikan melalui misi
sebagai berikut :
1.

Meningkatkan kompetensi dan produktivitas tenaga kerja dan
masyarakat transmigrasi.

2.

Memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan pelayanan
penempatan dan perlindungan tenaga kerja di dalam dan
diluar negeri.

3.

Meningkatkan pembinaan hubungan industrial dan jaminan
sosial tenaga kerja.

4.

Meningkatkan perlindungan tenaga kerja.

5.

Membangun kawasan serta memfasilitasi perpindahan dan
penempatan transmigrasi.

6.

Mengembangkan kapasitas masyarakat transmigrasi dan
kawasan transmigrasi.

7.

Menerapkan organisasi yang efisien, tatalaksana yang efektif
dan terpadu dengan prinsip tata kelola kepemerintahan yang
baik ( good govermance ), meningkatkan efektivitas
pengawasan

kinerja,dan

melaksanakan

penelitian,

pengembangan serta pengelolaan data dan informasi yang
efektif.
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembangunan bidang ketenagakerjaan
dan ketransmigrasian adalah :
1.

Menyediakan tenaga kerja yang kompeten, produktif dan
berdaya saing yang sesuai dengan perkembangan pasar kerja
serta menciptakan wirausaha baru.

2.

Meningkatkan penempatan tenaga kerja yang efektif, dan
perluasan penciptaan lapangan kerja.

19

3.

Menciptakan hubungan industrial yang harmonis dan
meningkatnya peran kelembagaan hubungan industrial.

4.

Menciptakan pengawasan ketenagakerjaan secara mandiri
( independent ) tidak memihak ( fair treatment), profesional
dan seragam di seluruh Indonesia.

5.

Mengembangkan kawasan transmigrasi menjadi tempat
tinggal dan usaha yang layak.

6.

Mengembangkan masyarakat transmigrasi yang mandiri dan
kawasan transmigrasi sebagai sebagai pusat pertumbuhan
baru.

7.

Mewujudkan good govermance di lingkungan Kementrian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi, efektivitas pengawasan
kinerja, memanfaatkan hasil penelitian dan pengembangan,
serta

menyediakan

data

dan

informasi

untuk

kebijakan/manajemen dan informtasi publik.
Sasaran Strategis dibidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian antara
lain :
1.

Terlaksananya pelatihan berbasis kompetensi dan berbasis
masyarakat sebanyak 700.000 0rang.

2.

Terciptanya pelayanan penempatan tenaga kerja ( bursa
kerja) di 551 Kab/Kota dan fasilitasi penempatan tenaga
kerja sebanyak 8.000.000 0rang

3.

Terbentuknya Lembaga Kerja Sama ( LKS ) Bipartit di
20.000 perusahaan serta LKS Tripartitdi 33 provinsi dan 400
kab/kota.

4.

Terselenggaranya pembinaan dan pengawasan dalam rangka
peningkatan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja ( SMK3 ) di 300.000 perusahaan.

5.

Terbangunnya 10 wilayah Pengembangan Transmigrasi
( WPT) dan 25 Lokasi Pemukiman Transmigrasi (LPT) baru

20

serta terfasilitasinya perpindahan dan penempatan 44.233
keluarga transmigran
6.

Terpenuhinya kebutuhan dasar dan meningkatnya kapasitas
sumberdaya

manusia

dan

kelembagaan

masyarakat

transmigrasi untuk 86.200 keluarga kawasan transmigrasi
( 344.800 jiwa) di 478 permukiman transmigrasi serta
berkembangnya 18 kawasan transmigrasi sebagai embrio
pusat pertumbuhan baru.
7.

Terciptanya tata kelola organisasi yang efektif, transparan,
akuntabel dan bersih dari KKN serta meningkatnya
pemanfaatan hasil penelitian sebagai acuan perumusan
kebijakan, serta meningkatnya ketersediaan data dan
informasi untuk kebijakan dn pelayanan informasi.

Kebijakan untuk melaksanakan

Visi dan Misi supaya pencapaian

sasaran strategis Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi adalah :
1.

Peningkatan kompetensi dan kualitas produktivitas tenaga
kerja untuk mencetak tenaga kerja dan wirausaha baru yang
berdaya saing.

2.

Perluasan penciptaan kesempatan kerja dan penempatan
tenaga kerja, baik dalam maupun di luar negeri.

3.

Pengelolaan iklim kerja yang kondusif melalui hubungan
industrial yang harmonis.

4.

Peningkatan

intensitas

dan

kualitas

pengawasan

ketenagkerjaan, keselamatan kerja dan kesehatan kerja serta
penegakan hukum.
5.

Mengembangkan dan memanfaatkan potensi sumberdaya
alam perdesaan terintegrasi dengan pengembangan perkotaan
dlam satu kesatuan sistem pengembangan ekonomi wilayah
dalam bentuk Wilayah Pengembangan Trnsmigrasi ( WPT)
atau Lokasi Pemukiman Transmigrasi ( LPT) serta fasilitasi
perpindahan dan penempatan penduduk untuk memenuhi

21

kebutuhan sumberdaya manusia dan memberikan peluang
usaha dikawasan transmigrasi.
6.

Pembinaan dan pemberdayaan masyarakat transmigrasi dan
pengembangan
pertumbuhan

kawasan
baru

transmigrasi

dalam

sebagai

mendukung

pusat

pengembangan

perdesaan dan ekonomi lokal dan daerah untuk mewujudkan
kemandirian

masyarakat

dan

daya

saing

kawasan

manajemen,

dukungan

transmigrasi.
7.

Peningkatan

fungsi

pembinaan

administratif, pengawasan fungsional, sumberdaya, serta
peningkatan

fungsi

penelitian,

pengembangan

dan

pengelolaan data dan informasi.

3.3.2.

Telaahan Renstra Provinsi.
Visi Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa
Tengah adalah :
TERWUJUDNYA TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRAN YANG
MANDIRI BERDAYA SAING DAN SEJAHTERA SERTA TERTIB
ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN.
Berdasarkan Visi tersebut, maka Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan
Kependudukan Provinsi Jawa Tengah mempunyai Misi sebagai berikut :
1.

Menyusun kebijakan teknis di bidang ketenagakerjaan dan
ketransmigrasian

sesuai

kebijakan

Gubernur

serta

mengembangkan kerjasama di bidang ketenagakerjaan dan
ketransmigrasian antar daerah dan negara maupun lintas
sektor.
2.

Mengembangkan dan memperluas kesempatan kerja dan
berwirausaha di Jawa Tengah, luar daerah / Provinsi dan luar
negeri

maupun

kesempatan

bertransmigrasi

serta

22

meningkatkan kualitas pelayanan informasi ketenagakerjaan
dan ketransmigrasian.
3.

Membina tenaga kerja dan transmigran melalui pelatihan dan
pengembangan produktifitas tenaga kerja.

4.

Menetapkan

Upah

minimum,

pedoman

jaminan

kesejahteraan purna kerja, pengawasan pelaksanaan upah
minimum, hubungan industrial, dan syarat kerja.
5.

Menetapkan kebijaksanaan dan mengawasi pelaksanaan per
Undang – undangan dibidang Norma Kerja dan Jamsostek,
Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri (AKAD), Luar
Negeri (AKAN), Penyandang Cacat (Penca), Tenaga Kerja
Warga Negara Asing Pendatang (TKWNAP), Keselamatan
dan Kesehatan Kerja, hygiene perusahaan dan lingkungan
kerja dan ergonomi.

6.

mengembangkan dan meningkatkan sumber daya aparatur
yang beretos kerja tinggi dan profesional,

sarana dan

prasarana perkantoran serta pelatihan dan pengujian yang
memadai.
Tujuan yang ingin dicapai selama 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun
yang akan datang dengan mengacu pada visi, misi, dan obsesi Gubernur
Jawa Tengah “ BALI DESO BANGUN DESO “ serta isu – isu dan
analisa strategi. Tujuan yang ingin dicapai Dinas Tenaga Kerja,
Transmigrasi dan Kependudukan adalah sebagai berikut :
1.

Meningkatkan Kesempatan Kerja didalam dan diluar Negeri
serta Kesempatan Berusaha disektor Informal

2.

Meningkatkan

kompetensi kualitas, produktivitas dan

profesionalisme tenaga kerja yang standar untuk mengisi
kesempatan kerja didalam maupun diluar negeri, serta
berusaha mandiri.

23

3.

Mengurangi jumlah penganggur dan setengah penganggur
melalui peningkatan kualitas kemandirian dan daya saing

4.

Mencegah dan menyelesaikan kasus-kasus penempatan
tenaga kerja dalam dan luar negeri.

5.

Meningkatan kuantitas dan kualitas program transmigrasi.

6.

Meningkatan kualitas dan kemandirian lembaga pelatihan
kerja dalam rangka memenuhi kebutuhan pasar kerja dan
penciptaan lapangan kerja.

7.

Mewujudkan

hubungan

industrial

yang

harmonis.dan

Meningkatkan Pelayanan Penyelesaian Kasus PHI/PHK.
8.

Meningkatkan perlindungan tenaga kerja dan peningkatan
keselamatan dan kesehatan kerja.

9.

Meningkatkan kualitas SDM aparatur, serta kuantitas dan
kualitas sarana dan prasarana perkantoran, serta pelatihan dan
pengujian.

10.

Menciptakan kesempatan kerja dan berusaha melalui
penciptaan wirausaha baru dengan diversifikasi usaha di
pedesaan.

11.

Meningkatkan ketertiban dalam penempatan tenaga kerja
dalam negeri (AKAD), luar negeri (AKAN), Penyandang
Cacat (Penca), Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang
(TKWNAP).

Sasaran yang yang ingin dicapai Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan
Kependudukan Provinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut :
1.

Terwujudnya pengembangan dan penambahan jaringan
Sistim Informasi Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian

2.

Terselenggaranya

kerjasama

Ketenagakerjaan

dan

Ketransmigrasian antar daerah dan luar negeri

24

3.

Terwujudnya peningkatan Kesempatan kerja di dalam dan di
luar Negeri serta kesempatan berusaha di sektor informal

4.

Terwujudnya akses pasar kerja melalui simnakertrans

5.

Terwujudnya peningkatan Kualitas dan Kuantitas Program
Transmigrasi

6.

Terwujudnya peningkatan kualitas kemandirian dan daya
saing melalui pelatihan

7.

Terwujudnya peningkatan relevansi lulusan pelatihan dengan
kebutuhan pasar di dalam dan di luar negeri

8.

Terwujudnya

peningkatan

kualitas,

produktifitas

dan

kemandirian lembaga pelatihan tenaga kerja dalam rangka
memenuhi kebutuhan pasar kerja dan penciptaan lapangan
kerja .
9.

Terwujudnya proses penyelesaian kasus PHI/PHK tingkat
Provinsi diluar PHI (Pengadilan Hubungan Industrial)
Hubungan industrial yang harmonis dan berkurangnya kasus
PHI/ PHK

10.

Terwujudnya peningkatan peran dan fungsi

lembaga

ketenagakerjaan dengan Indikator
11.

Terwujudnya

peningkatan

perlindungan

tenaga

kerja,

meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
12.

Terwujudnya peningkatan kualitas SDM aparatur yang
beretos kerja tinggi

13.

Terkuranginya kasus-kasus penempatan tenaga kerja dalam
dan luar negeri

14.

Meningkatnya Kualitas dan Kuantitas Program Transmigrasi

25

Strategi untuk mencapai Misi :
a.

Meningkatkan kerjasama dengan pihak-pihak terkait dalam
penyerapan tenaga kerja, baik regional, nasional maupun
internasional.

b.

Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya pelatihan
dan produktivitas.

c.

Meningkatkan

koordinasi

penyelenggaraan bursa

dan

kerjasama

kerja dan optimalisasi

dalam
sistem

informasi bursa kerja yang mudah diakses oleh masyarakat.
d.

Meningkatkan pengawasan dan perlindungan tenaga kerja
sesuai norma hukum yang berlaku, serta meningkatkan peran
lembaga ketenagakerjaan.

e.

Peningkatan pengakuan kompetensi dan profesionalisme
tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan pasar.

f.

Peningkatan kualitas dan optimalisasi kelembagaan pelatihan
serta

pengembangan

Net

Working

pelatihan

dan

produktivitas.
g.

Peningkatan kompetensi dan profesionalisme Sumber Daya
Manusia pelatihan.

h.

Peningkatan sarana dan prasarana pelatihan.

i.

Peningkatan penerapan program Trhree in One di lembaga
pelatihan kerja.

j.

Pengupahan dan kesejahteraan tenaga kerja yang layak.

k.

Peningkatan perlindungan dan kebebasan berserikat.

l.

Meningkatkan fungsi pengawasan ketenagakerjaan untuk
memberikan perlindungan hak-hak normatif tenaga kerja.

m.

Peningkatan

kelembagaan

aparatur

pengawasan

ketenagakerjaan.

26

n.

Peningkatan Hubungan Industrial yang harmonis, dinamis
dan berkeadilan.

o.

Peningkatan

penyelesaian

kasus-kasus

ketenagakerjaan

secara cepat, mudah dan bermartabat.
p.

Mengembangkan kerjasama dan koordinasi antar daerah serta
pelibatan

pihak-pihak

terkait

dalam

penyelenggaraan

transmigrasi.
q.

Mengoptimalkan media informasi untuk menyampaikan
pesan program transmigrasi.

r.

Meningkatkan kemampuan aparat dalam penyelenggaraan
transmigrasi.

s.

Meningkatkan ketrampilan calon transmigran sesuai dengan
kondisi dan potensi SDA di lokasi tujuan.

t.

Meningkatkan kualitas SDM yang profesional dan disiplin
aparatur untuk pelayanan bagi masyarakat.

u.

Meningkatnya kualitas sarana dan prasarana perkantoran dan
pelatihan.

Kebijakan pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah diarahkan
pada :
a.

Peningkatan dan perluasan lapangan pekerjaan di berbagai
sektor.

b.

Peningkatan kompetensi dan produktivitas tenaga kerja
sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.

c.

Penegakan hukum dan perlindungan tenaga kerja.

d.

Peningkatan kesejahteraan tenaga kerja

e.

Memantapkan hubungan industrial yang harmonis.

f.

Peningkatan kerjasama antar daerah dalam penyelenggaraan
dan pengembangan wilayah transmigrasi.

27

g.

Peningkatan

media

komunikasi,informasi

dan

edukasi

ketransmigrasian untuk menumbuhkan minat masyarakat.
h.

Peningkatan calon transmigran melalui pelatihan.

3.4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup
Strategi.

Angkatan Kerja Kota Semarang berdasar Kecamatan tahun 2009
berdasarkan hasil Survey dapat dilihat dalam tabel berikut:
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Kecamatan
Semarang Tengah
Semarang Timur
Semarang Selatan
Gajah Mungkur
Candi Sari
Semarang Barat
Semarang Utara
Genuk
Tugu
Ngalian
Gayamsari
Pedurungan
Tembalang
Banyumanik
Gunungpati
Mijen
Jumlah
Jumlah

Angkatan Kerja
Mencari Pekerjaan
L
P
L
P
15.524
12.862
2.408
2.563
14.376
13.680
4.698
5.053
25.235
25.224
2.859
2.860
14.848
9.287
1.780
1.113
17.673
14.185
3.248
1.361
46.705
7.286
4.846
2.423
34.189
14.680
2.951
2.899
20.471
18.103
764
887
8.153
4.813
749
398
23.436
19.596
6.780
5.418
19.751
17.821
223
211
25.326
25.248
12.538
9.904
44.577
28.385
769
596
34.412
23.357
992
598
2.672
1.113
17.324
4.635
12.355
6.788
1.840
1.645
359.703 242.428
64.769
42.564
602.131
107.333
Bekerja

Jumlah
L
P
17.932
15.425
19.074
18.733
28.094
28.084
16.628
10.400
20.921
15.546
51.551
9.709
37.140
17.579
21.235
18.990
8.902
5.211
30.216
25.014
19.974
18.032
37.864
35.152
45.346
28.981
35.404
23.955
19.996
5.748
14.195
8.i433
424.472
284.992
709.464

Jumlah
3.357
37.807
56.178
27.028
36.467
61.260
54.719
40.225
14.113
55.230
38.006
73.016
74.327
59.359
25.744
22.628
709.464

Dari Tabel tersebut diatas Jumlah Angkatan Kerja khususnya tenaga kerja
yang masih mencari pekerjaan sebanyak 107.333 0rang di arahkan untuk
mendukung kawasan kawasan industri antara lain :
a.

Kawasan Industri Genuk.

b.

Kawasan Industri Candisari.

c.

Kawasan Industri Tugu.

d.

Kawasan Industri Candi.

e.

Kawasan Industri Mijen.

28

f.

Kawasan Industri Pergudangan Tanjung Emas

Dengan banyak tenaga kerja yang terserap di wilayah kawasan Industri
tersebut maka akan meningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat di
sekitar wilayah kawasan industri.
3.5. Penentuan Isu – isu Strategis.
1. Berdasarkan hasil survey penganggur tahun 2009 jumlah penduduk usia 10 tahun
keatas sebanyak 1.296.304

0rang (85,77% ) dari jumlah penduduk total,

sedangkan jumlah penduduk usia kerja 15 – 59 tahun sebanyak .1.106.911.0rang.
Usia produktif terjadi pada struktur usia antara 15 – 44 tahun sebesar 875.764
0rang ( 79,11 %) dari usia kerja dan lebih spesifik lagi pada usia 15 – 19 tahun
sebanyak 138.584. 0rang ( .12,51.%) dari usia kerja.
2. Jumlah angkatan kerja tahun 2009 sebanyak 709.464. 0rang terdiri dari bekerja
sebanyak 602.131 0rang (84,87.%) dan pencari kerja sebanyak .107.333.0rang
( 15,12.%).
3. Jumlah bukan angkatan kerja ( sekolah,mengurus rumah tangga dan lain – lain )
sebanyak 586.840 .0rang terdiri dari sekolah sebanyak 277.129 .0rang ( 47,22.%)
, mengurus rumah tangga sebanyak 213.297.0rang ( 36,34.%) serta lain – lain
96.414.0rang ( 16,42.%).
4. Berdasarkan tingkat pendidikan penduduk yang bekerja tahun 2009 untuk SD
sebanyak 85.247 0rang ( 14,15.% ), SLTP sebanyak 132.298 .0rang ( 21,97.%)
dan SLTA sebanyak 195.101.0rang ( 32,40.%) ,Sarjana muda 85.094..0rang
(14,13.%) dan sarjana sebanyak 63,169.0rang (10,49.%) .
5. Jumlah pencari kerja tahun 2009 yang berpendidikan SD sebanyak 332. 0rang
(0,56.%) ,SLTP sebanyak 1.034.0rang ( 1,76.%) ,SLTA sebanyak 16.569 .0rang
( 28,28.%) Sarjana Muda 12,064 .0rang ( 20,59.%) dan Sarjana 28.583 .0rang
(.48,79.%) . Ada kecenderungan kenaikan pencari kerja terdidik.
6. Kesempatan kerja yang ada dalam negeri tidak sebanding dengan pencari kerja
yang ada hal ini terbukti pada tahun 2009 jum lah pencari kerja yang terdaftar
sebanyak 58.582 0rang, jumlah lowongan yang ada sebanyak .17.589. lowongarn,

29

sedangkan yang dapat ditempatkan hanya sebanyak 8.449 0rang ( 48,03.%) dari
jumlah lowongan kerja, sedangkan tingkat penyerapan pencari kerja sebanyak
14,42. % dari jumlah pencarai kerja yang ada.
7. Lembaga latihan kerja yang dikelola Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota
Semarang dalam bentuk Unit Pelaksanan Tehnis Daerah ( UPTD) yaitu Balai
Latihan Kerja.
8. Rendahnya relevansi dan daya saing kompetensi lulusan pelatihan di lembaga
kerja ( LPK ) dengan kebutuhan pasar.
9. Rendahnya tingkat produktivitas tenaga kerja , sehingga perlu peningkatan
pelatihan dan pengukuran untuk antara lain Pelatihan Motivasi Kerja, Total
Quality Control ( TQC), Total Quality Manajement ( TQM) , Manajemen
Usaha,Pengendalian Mutu Terpadu, Produktivitas Tenaga Kerja serta Pelatihan 5
S.
10. Hak dan kewajiban antara pekerja dan pengusaha diatur dengan Peraturan
Perusahaan (PP ) sebanyak 559 dan Perjanjian Kerja Bersama ( PKB ) sebanyak
71.
11. Rendahnya tingkat kesejahteraan pekerja / buruh dapat dilihat dari indikasi
besaranya upah minimum karena adanya peningkatan biaya hidup.Upah
Minimum kota / regional tahun 2009 sebesar Rp.838.500 sudah mencapai 100 %
KHL, namun demikian masih ada sebagian pengusaha yang belum melaksanakan
ketentuan yang menyangkut hak dasar pekerja seperti misalnya upah minimum,
upah lembur, cutti tahunan maupun cuti haid bagi pekerja wanita , kebebasan
berserikat bagi para pekerja / buruhnya.
12. Belum

efektifnya

(

baik

kualitas

maupun

kuantitas

)

lembaga

ketenagakerjaan/sarana Hubungan Industrial, hal ini ditunjukan pada Peraturan
Perusahaan ( PP ) yang ada 559 (37,19.% ) dari 1.503.perusahaan wajib PP,
Perjanjian Kerja Bersama ( PKB ) yang ada 71 ( 12,86 %) dari Perserikatan Unit
Kerja ( PUK ) SP/SB yang berjumlah 552, Lembaga Kerja ( LK) Bipartit
berjumlah 44 ( 4,86 % ) dari 905 perusahaan wajib membentuk LK Bipartit.

30

13. Masih banyaknya kasus norma Kecelakaan kerja, dari 2.154 perusahaan dengan
jumlah tenaga kerja 170.327 0rang terjadi 372 kasus akibat kecelakaan kerja
dengan rincian luka ringan 363 kasus, cacat 5 kasus dan mati 4 kasus.
14. Kurangnya komitmen perusahaan terhadap pelaksanaan keselamatan dan
kesehatan kerja kerja ( K3 ) yang di tandai :
a. Baru ada 79 poliklinik dari 558 perusahaan wajib.
b. Hanya terdapat 5 perusahaan yang telah memiliki sertifikasi Sistem
Manajemen K3 ( SMK3) dari 558 yang wajib menyelenggarakan.
c. Baru

ada 237 perushaan

yang telah terbentuk Pantia Pembina

Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( P2K3) dari 905 perushaan yang wajib
P2K3.
15. Terdapat beberapa obyek K3 yang belum mendapatkan pengesahan / perijinan,
yaitu :
a. Pesawat uap sebanyak 380 yang memiliki ijin 371, operator pesawat uap
70 0rang ,yang memiliki sertifikat sebanyak 70 0rang.
b. Pesawat angkat angkut sebanyak 400 buah yang memiliki pengesahan
sebanyak 390 buah
c. Instalasi listrik sebanyak 1.010 perusahaan yang memiliki

pengesahan

sebanyak 137 perusahaan.
d. Pesawat lift sebanyak 430 buah yang memiliki pengesahan sebanyak 406
buah
e. Instalasi penyalur petir sebanyak 500 buah yang memiliki pengesahan
sebanyak 404 buah.
f. Perusahaan jasa boga yang melayani tenaga kerja sebanyak 80 perushaan
yang memiliki rekomendasi sebanyak 63 perusahaan

31

BAB.IV.
VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
4.1.

Visi dan Misi SKPD
A.

Visi.
Visi merupakan pandangan jauh ke Depan, kemana dan bagaimana
instansi pemerintah harus dibawa dan berkarya agar tetap konsisten dan
eksis, antipatif, inovatif, inovatif serta produktif.
Visi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Semarang adalah :
TERWUJUDNYA

IKLIM

KETENAGAKERJAAN

DAN

KETRANSMIGRASIAN YANG KONDUSIF DAN BERKUALITAS
MENUJU MASYARAKAT SEJAHTERA.

B.

Misi
Berdasarkan Visi tersebut, maka Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kota Semarang mempunyai Misi sebagai berikut :
a.

Meningkatkan ketrampilan tenaga kerja.

b.

Meningkatkan perluasan kesempatan kerja dan penempatan
transmigrasi.

c.

Meningkatkan pembinaan hubungan industrial

d.

Meningkatkan perlindungan tenaga kerja

e.

Meningkatkan

sarana

pelayanan

ketenagakerjaan

dan

ketransnmigrasian
4.2.

Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah SKPD
A.

Tujuan
Tujuan adalah sesuatu yang ingin dicapai selama 1 ( satu ) sampai dengan
5 ( lima ) tahun yang akan datang dengan mengacu pada visi,misi serta isu
isu dan analisa strategi. Tujuan yang ingin dicapai Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kota Semarang adalah sebagai berikut :
1.

Mengurangi jumlah pengangguran melaui peningkatan kualitas dan
produktivitas tenaga kerja serta peningkatan profesionalisme
tenaga kepelatihan.

32

2.

Meningkatkan Kesempatan Kerja serta Kesempatan Berusaha
disektor informal.

3.

Mengurangi jumlah penganggur dan setengah penganggur melalui
peningkatan kualitas kemandirian dan daya saing.

4.

Menciptakan kesempatan kerja dan berusaha melalui penciptaan
wirausaha baru dengan disverifikasi usaha.

5.

Mewujudkan hubungan industrial yang harmonis, dinamis ,
berkeadilan serta meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan
pelayanan penyelesaian kasus PHI / PHK

6.

Meningkatkan perlindungan

tenaga kerja dan peningkatan

keselamatan dan kesehatan kerja.
7.

Meningkatkan kualitas SDM aparatur, serta kuantitas dan kualitas
sarana dan prasarana perkantoran.

B.

Sasaran
1.

Terwujudnya / Tersedianya tenaga kerja trampil dan tenaga
kepelatihan yang profesional dengan indikator :
a.

Terwujudnya

peningkatan

profesionalisme

tenaga

kepelatihan sebanyak 670 0rang
b.

Terwujudnya peningkatan produktivitas tenaga kerja
sebanyak 330 0rang

c.

Terwujudnya peningkatan pelatihan berbasis pemagangan
sebanyak 415 0rang

d.

Terwujudnya ketrampilan bagi pncari kerja sebanyak
2.310 0rang

e.

2.

Meningkatnya kompetensi tenaga kepelatihan 25 %

Terwujudnya peningkatan Kesempatan Kerja serta kesempatan
berusaha di sektor informal dengan indikator :
a.

Menurunya jumlah pengangguran sebesar 2,5 %

b.

Meningkatnya partisipasi angkatan kerja sebesar 66,71 %

c.

Angka partisipasi angkatan kerja sebesar 63,51 %

33

d.

Tingkat mendapatkan kesempatan Kerja(TKSP )sebanyak
1.050. 0rang

e.

Tingkat mendapatkan kesempatan berusaha di sektor inf
Ormal ( padat karya produktif ) sebanyak 1.980 0rang

c.
3.

Penempatan calon transmigran sebanyak 75 0rang

Terwujudnya akses pasar kerja melalui Simnakertrans dengan
indikator :
a.

Terwujudnya pelayanan bursa Kerja On line dan Job Fair
sebanyak 10 kali

b.
4.

Menempatkan tenaga kerja sebanyak 49.050 0rang

Terwujudnya peningkatan kualitas kemandirian dan daya saing
melalui pelatihan dengan indikator :.
a.

Terwujudnya kemandirian tenaga kerja melalui pelatihan
wirausaha baru sebanyak 2.970. 0rang dan Tenaga kerja
Mandiri sebanyak 1.250 0rang.

5.

Meningkatkan efektifitas lembaga-lembaga ketenagakerjaan dan
sarana – sarana hubungan industrial dengan indikator:
a.

Adanya

rekomendasi

LKS

Tripartit

di

bidang

ketenagakerjaan sebanyak 10 rekom.

6.

b.

Pendataan / pencatatan SP/SB sebayak 100 SP/SB

c.

Terbentuknya LKS Bipartit sebanyak 75 LKS

Meningkatkan syarat – syarat kerja ( PP,PKB) dan kesejahteraan
pekerja / buruh dengan indikator :
a.

Terbentuknya koperasi karyawan sebanyak 180 koperasi

b.

Terbentuknya PP/PKB yang berkualitas sebanyak 240
PP/PKB.

7.

c.

Tersedianya angka KHL sebanyak 60 KHL

d.

Tersedianya usulan UMK sebanyak 5 UMK

Meningkatkan pelayanan penyelesaian perselisihan dan unjuk rasa
/ mogok kerja dengan indikator :

34

a.

Menurunya angka perselisihan hubungan industrial PHI /
PHK / Unjuk Rasa 2 % pertahun.

b.

Terselesaikannya kasus hubungan industrial sebanyak
1.000 kasus.

c.

Terselesaiakanya pencegahan keresahan sebanyak 50
perusahaan.

d.

Terselesaikanya stiap unjuk rasa / mogok sebanyak 25
perusahaan.

8.

Terwujudnya

peningkatan

perlindungan

tenaga

kerja,

meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan indikator:
a.

Meningkatnya jumlah perusahaan yang menerapkan K3
/Keselamatan

dan

kesehatan

kerja

sebanyak

570

perusahaan ( 45,8 % )
9.

Terwujudnya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia aparatur
yang bereto