MAKALAH TRANSAKSI JUAL BELI VIA MEDIA EL (3)
MAKALAH
TRANSAKSI JUAL BELI VIA MEDIA ELEKTRONIK (E-COMMERCE) DALAM
PERSEPEKTIF HUKUM ISLAM
Disusun untuk memenuhi salah satu matakuliah Fiqih Mu’amalah Kontemporer
Dosen Pengampu : Imam Mustofa, SHI, MSI.
Di Susun Oleh
Rahmana Lufi Fadhillah
14124679
JURUSAN SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM
PRODI HUKUM EKONOMI SYARI’AH (S1)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
JURAI SIWO METRO
TAHUN 2017 M/1438 H
1
JUAL BELI ON LINE (E- COMMERCE)
A. Pendahuluan
Di era globalisasi yang serba moderen ini, semua aktifitas
manusia diupayakan dapat dilaksanakan dengan cepat dan mudah .
aktifitas manusia
terminimalisir dengan alat bantu, alat- alat canggih
berupa elektronik semuanya dibuat
untuk mempermudah pekerjaan
manusia1.
Jual beli merupakan salah satu pemenuhan kebutuhan manusia .
namun, jual beli dahulu pada umumnya dilaksanakan ditempat khusus ,
yaitu
tempat bertemunya penjual dan pembeli
transaksi
jual beli. Seperti
perbelanjaan lainya.
dalam melakukan
pasas , mall, supermarket, dan pusat
Akan tetapi, untuk
melakukan
transaksi
diharuskan datang ke tempat transaksi. Dengan padatnya pekerjaan
dan aktifitas manusia
di zaman modern ini untuk datang
ke pusat
perbelanjaa akan menyita waktu kerjanya dan waktu istirahatnya. Oleh
karenanya, inisiatif manusia modern mencari jalan jual beli yang tidak
menyita waktu dan dapat dilakukan dimana saja tanpa mengganggu
aktifitas wajibnya.
E- commerce adalah kegiatan komunikasi komersial bisnis dan
menegement
yang dilaksanakan
menggunakan metode-metode
elektronik seperti halnya elektronik data interchange dan automated
data –collection system.
E-commerce
juga
dapat maliputi
transfer
informasi secara elektronis antarbisnis , dalam hal ini menggunakan
elektronic data interchange( EDI).
E- commerce
atau transaksi elektronik merupakan transaksi
yang dilakukan menggunakan sistem informasi . elektronik commerce (
e- commerce)
adalah kegiatan-kegiatan
bisnis
yang menyangkut
konsument ( consumers), manufaktur (manufactures), service providers,
dan pedagang penata (intermediaries) dengan menggunakan jaringan –
jaringan konputer ( computer network) yaitu internet .
Witono , ”Pembuatan Aplikasi Web Jual Beli Dan Lelang Online”, jurnal
sistem informasi , (Maranatha : Universitas kristen Maranatha , volume 6, No. 1 (2011),
h. 9-10
1
2
E- commerce
merupakan salah satu implementasi dari bisnis
on line , berbicara mengenai bisnis online tidak terlepas dari transaksi
seperti jual beli via internet. Transaksi inilah yang kemudian dikenal
dengan
elektronik commerce
commerce. E- commerce
yang lebih populer
dengan istilah
e-
merupakan aktivitas pembelian , penjualan,
, pemasaran, dan pelayanan atas produk dan jasa
yang ditawarkan
melalui jaringan komputer. Dunia industri teknologi informasi melihatnya
sebuah aplikasi bisnis secara elektronik yang mengacu pada transaksi
–transaksi komersial.
Adanya hubungan yang secara
langsung antara satu jaringan
komputer dengan jaringan yang lain maka sangat memungkin untuk
melakukan satu transaksi langsung melalui jaringan komputer. Transaksi
langsung inilah yang kemudian disebut
dengan transaksi
on line2.
Dalam lingkup pembahansan hukum islam yang menjadi bahan
pembicaraan adalah bagaimanakah hukumnya transaksi yang dilakukan
bila hanya melalui jariangan tanpa melihat langsung barang, antara
pembelii dengan penjual hanya menyatakan kesepakatan melalui telefon
secra tertulis atau komunikasi tanpa kehadiran di majlis akad. Apakah
diperboleh kan atau tidak dan sah atau tidakkah akad yang demikian itu.
Makalah ini akan membahas masalah hukum jual beli melalui elektroonik
commerce atau sering di sebut dengan jula beli on-line.
2
Assafa Endeshaw, hukum E- Commerce dan Internet, ( jakarta : pustaka pelajar
, 2011 ), hal
3
BAB II
PEMBAHASAN
TRANSAKSI JUAL BELI VIA MEDIA ELEKTRONIK (E-COMMERCE) DALAM
PERSEPEKTIF HUKUM ISLAM
Transaksi pertukaran (mu’awadhah( adalah salah satu transaksi yang
diperoleh melalui proses atau perbuatan memperoleh sesuatu dengan
memberikan sesuatu. Bentuk transaksi pertukaran ini meliputi transaksi tukarmenukar ( al- mubadalah/al-mu’awadhah(, jual – beli ( al- bai’(, dan sewa –
menyewa ( al- ijaroh)3.
Bisnis Online atau disebut juga bisnis internet adalah satu bentuk usaha
yang medianya
memakai akses internet. Sebagai satu bentuk bisnis yang
mempergunakan dunia maya, bisnis ini mulai banyak digandrungi oleh banyak
pengguna internet. Dikatakan demikian,
Karena rata-rata pengguna
internet
akan lebih enjoy ketika berhadapan dengan komputer dan bahkan bisa berlamalama di depan komputer ketika mereka sedang akses.
Di dalam dunia bisnis online dikenal istilah work from home atau bekerja
dari rumah. Ini yang mengasyikkan. Hanya dengan memiliki kursi, sebuah meja,
dan dihadapannya ada komputer yang dihubungkan dengan server internet,
pengguna bisa menghasilkan uang. Bahkan uang itu bisa datang tanpa kita
duga. Misalnya datang pada saat kita tidur. Uang bisa datang otomatis ditransfer
ke rekening kita. Uang itu bisa berbentuk dollar, euro atau Rupiah. Berbeda
dengan bisnis off line. Bisnis di luar rumah, kita harus keluar rumah untuk
mencari dan mendapatkannya. Seperti menjadi sales sebuah perusahaan yang
menjual suatu produk.
Untuk menyampaikan produk dari perusahaan ke konsumen maka kita
sebagai sales wajib keluar rumah. Kita harus rela mengeluarkan keringat, rela
bercapek-capek di jalan raya, rela berkorban meninggalkan istri dan anak, serta
berbagai capek yang lain. Jika tidak bisa menyampaikan
barang-barang
perusahaan ke konsumen resikonya adalah kita akan dipecat oleh pemilik
perusahaan. Bisnis online tidal demikian.
3
Fathurrahman Djamil, Hukum Ekonomi Islam ( Sejarah, Teori Dan Konsep), (
Jakarta Timur: Sinar Grafika , 2013), Hal...212
4
Didalam E- commerce
berbeda dengan
akad dalam transaksi elektronik di dunia maya
akad secara langsung. transaksi
elektronik biasanya
menggunakan akad secara tertulis, ( E- mail , short message servis / SMS ,
Black Barry Messager/BBM atau sejenisnya).
Pada dasarnya praktek ekonomi , bisnis, wirausaha dan lainya bertujuan
untuk meningkatkan
kemakmuran
dan kesejahteraan
masyarakat
dan di
pandu baik oleh aturan-aturan ekonomi yang bersifat rasional dan dan di tuntut
oleh nilai agama sebagai petunjuk4.
E- commerce sebagai bentuk transaksi jual beli, maka keabsahanya
tergantung pada terpenuhi atau tidaknya rukun dan syarat yang berlaku dalam
jual beli. Apabila rukun dan syarat terpenuhi maka e-commerce sah sebagai
sebuah transaksi yang mengikat , dan sebaliknya , apabila tidak terpenuhi maka
tidak sah5.
Beberapa syarat yang terkait dengan pembahasan transaksi e-commerce
dijelaskan dalam uraian berikut6:
يشترط الع م ء اتج د المج س (فيم عدا ال به اايص ء ال ك له( تشترط
العرف ا تشترط ف ري ال ب ل عند الجم ر عدا
عن الطريق الكت
يشترط تط بق اايج
ال ب ل بحس
الم ااة بين اايج
الش فعي دفع ل ضرر ليتمكن من الت ءمل اذا ك ن ااءيج
المراس فيشترط حص ل ال ب ل في مج ليس ص ل الكت
اعراض احد الع قدين عن التع قد يصح عند الجم ر
ال ب ل عد صد ر يدل ع
عند الحن ي اذا اشتغل ب مر اخر ي ج اختاف المج لس ث
عدا الم لكي رج ع الم ج
قبل ا ينع د
Maksud dari pernyataan diatas adalah bahwa Ulama mensyaratkan satu
majlis (ijtihad al-majlis) dala sebuah transaksi , kecualimdalam hibah , wasiat,
dan wakalah. Selain itu disyaratkan pula keberlangsungan antara ijab dan qobul
Aris Baidowi, “Etika Bisnis Persepektif Islam”,Jurnal Hukum Islam, ( Volume 9
, No. 2, Desember 2011) Hal...248
5
Imam Mustofa, Ijtihad Kontemporer Menuju Fiqih Kontekstual, ( Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada, 2013), Hal...63
6
Ibid, hal...64
4
5
dengan mengacu pada kebiasaan
yang berlaku dalm masyarakat
Hanya saja jumhur ulama dan kalangan
syafi’iyah
tertentu.
tidak disyaratkan qobul
langsung diucapkan oleh pihak penerima tawaran. Apabila ijab atau penawaran
dilakukan melalui tulisan atau surat maka qobul harus dilakukan atau diucapkan
ditempat surat atau tulisan itu diterima . syarat lainya adalah kesuaian antara
ijab dan qobul dan tidak adanya indikasi pengingkaran antara kedua belah pihak
yang bertransaksi.
Akad dalam transaksi
elektronik berbeda dengan akad secara
langsung. Transaksi elektronik biasanya menggunakan akad secara tertulis, ( email , short messaage servis / sms, black berry massager / bbm dan sejenisnya)
atau meggunakan lisan via televon atau video seperti teleconference.
Umumnya, penawaran dan akad dalam transaksi elektronik dilakukan
secara tertulis , dimana suatu barng dipajang dilaman internet dengan dilebeli
harga tertentu . kemudian bagi konsumen atau pembeli
yang menghendaki
maka mentransfer uang sesuai dengan harga yang tertera dan ditambah ongkos
kirim.
Suatu akad dilakukan dengan isyarat saja bisa absah, terlebih dengan
menggunakan tulisan , gambar dan ilustrasi yang lebih jelas. Isyarat dalam akad
pada dasarnya mempunyai kekuatan hukum sebagaimana penjelasan dengan
lisan. Hal ini berdasrkan kaidah7 :
ااش رة المع دة لاخرس ك لبي ن ب لس ن
“isyarat (yang dapat dipahami) bagi orang yang bisu (hukumnya) sama
dengan penjelasan dengan lisan.”
Transaksi elektronik penjualan barang yang ditawarkan melalui internet
merupakan transaksi tertulis8 . jual beli dapat menggunakan transaksi secara
lisan dan tulisan . keduanya memiliki kekuatan hukum yang sama. Hal ini sesuai
dengan kaidah fiqhiyah:
7
Ibid, hal...65
Arifin nur sodig, “ E-Commerce dan Jual Beli Online”, karya ilmiyah mahasiswa S1
sistem informasi , (Yogyakarta : STMIK AMIKOM Yogyakarta , 2012 ) hal 13-15
8
6
ك لخط
الكت
“tulisan ( mempunyai kakuatan hukum ) sebagimana ucapan.”
Akad jual beli yang dilakukan secara tertulis sama hukumnya dengan
akad yang dilakukan secara lisan. Berkaitan dengan kaidah ini al-dasuqi
mengatakan:
يصح ب ل من الج نبين ا كت ب من م ا ق ل من احدهم كت ب من اجر
Kalangan malikiyah , hanbaliyah dan sebagian syafiiyah berpendapat
bahwa tulisan sama hanya , hanya dengan lisan dalam hal sebagai indikasi
kesuka relaan , baik saat para pihak yang melakukan akad hadir (ada) maupun
tidak. Namun demikian, hal ini tidak berlaku untuk akad nikah.
Al-dimyati dalam kitab I’anah al-tholibin menjelaskan syarat transaksi
atau akad ada delapan , di antaranya adalah lafadz akad dapat didengar atau
inti akad dapat diterima masing-masing pihak.
Al-dimyati menyatakan :
يبحث يسمعه من ي رب ع دة ان ل يسمعه المخ ط – يتص ر ج د ال ب ل منه مع عد
ف بل كذل ا قبل
سم عه بم اذا ب غ السمع ف بل ف را ا حمل الريح اليه ل ظ اايج
كم في البجيرمي ن ا عن س ف ل يسمعه من ب ربه ل يصحTransaksi
ات
menggunakan tulisan merupakan transaksi kinayah yang
keabsahanya sama dengan transaksi dengan lisan , selama maksud masingmasing pihak yang berakad tercapai. Al-syarwani menyatakan bahwa tulisan
selama dapat menyampaikan pesan dan maksud pihak yang melkasanakan
akad maka dapat diterima9:
ل لح ضر ف ي بل ف را عند ع مه
م ىع ا ه اء كن ي فينع د ب مع الني
الكت ب ا ع
يمتد خي رهم ان ض ء مج س قب له
9
Imam Mustofa, Fiqih Muamalah Kontemporer ,( Yogyakarta : Kaukaba
Dipantara, 2014), Hal ...27-28
7
“transaksi
bukan pada zat cair atau udara termasuk kinayah. maka jual beli
dengan tulisan yang jelas bila disertai dengan niat maka hukum sah.meskipun
bertransaksi dengan orang hadir dalam majlis akad, maka ia harus menerima
akad
tersebut ketika mengetahuinya. Khiyar mereka berlaku sampai majlis
menerimaan (qobul ) tersebut berakhir.”
Senada dengan al-Syarwani, al- Romli juga menyatakan:
ل لح ضر كم رجحه السبكي
م ىع ا ه اء كن ي فينع د ب مع الني
الكت ب ا ع
غيره ف ي بل ف را عند ع مه يمتد خي رهم ان ض ء مج س قب له ل ب ع من غ ى
كبع داريي ل ان ه غ ى ف بل حين ب غه الجبر صح كم ك تبه بل ا ل
“tulisan bukan pada zat zair atauu udara termasuk kinyah. Maka jual beli dengan
tulisan yang jelas bila disertai dengan niat maka hukumnnya sah. Meskipun
bertransaksi denbgan orang yang hadir dalam majlis akad, (pendapat ini)
sebagaimana didukung oleh pendapat imam subki. Maka calon pembeli harus
segera menjawab ijab ketika mengetahuinya. Adapun khiyarnya berlaku sampai
majlis qobul transaksi tersebut berakhir. Apabila seseorang menjual sebuah
rumah kepada orang yang tidak jelas atau tidak ada dengan mengatakan ‘ aku
jual rumah ini kepada si fulan’ padahal saat itu fulan tidak ada, namun saat
penawaran tersebut sampai kepada si fulan, kemudian dia langsung menjawab ,
maka transaksi tersebut sah. Hal ini sama dengan bila penawaran dilakukan
secara tertulis. Bahkan transaksi tersebut lebih kuat dari pada dengan tulisan.”
Selain penjelasan tentang kekuatan transaksi secara
tertulis di atas,
perlu ditekankan bahwa yang menjadi acuan hukum suatu perbuatan adalah
maksud dan tujuanya, bukan zhohirnya. Transaksi elektronik sebagai suatu
perbuatan hukum , maka yang menjadi acuan adalah niat dan tujuan masingmasing pihak yang terlibat dalam transaksi tersebut. Dalam hal ini berlaku kaidah
fiqhiyah10.
العبرة ف الع د ل م صد المع ن ا ل ال ظ المب ن
10
Imam Mustofa, Ijtihad Kontemporer Menuju Fiqih Kontekstual, Hal...67
8
“Acuan dalam suatu akad adalah tujuan dan subtansinya, bukan bentuk dan
lafazdnya.”
Lafazd ini merupakan derivasi dan pengembangan kaidah umum lainya “
al umuru bimaqosidiha” . dua kaidah diatas menunujukan bahwa yang menjadi
acuan suatu perbuatan adlah niat dan tujuanya. Dalam sebuah akad ,, maka
lafazd dan mediatidak menjadi pertimbangan
atau acuan hukum. Berkaitan
dengan hal ini ibnu al-qoyyim al-jauziyah mengatakan11 :
ا ص ره ال ظ
مع ني
ق اعد ال ه اص له تش د ان المرع ف الع د ح ى
“kaidah fiqh dan ushul fiqh mengakui bahwa yang menjadi acuan utama
adalam akad dalah tujuan dan hakikatnya, bukna bentuk dan lafazdnya.”
Al-Syatiri juga mengatakan :
العب رة ف الع د لمع ني ا لص ر اال ظ
“Acuan dalam akad adalah maknanya bukan bentuk dan lafazdnya.”
Menguatkna pendapat tersebut Ibnu Qoyyim juga mengatakan :
“tidak ada perbedaan antara lafazd dengan lafazd, acuan utama dalam
sebuah
akad
adalah hakikat
dan tujuanya, bukan
hanya mengacu pada
lafaznya.
Berkaitan dengan hal diatas, maka berlaku juga kaidah :
يغت ر في ال س ىل م ا يغت ر ف الم صد
Maksud kaidah ini adlah hukum perantara terhadap suatu tindakan atau
peristiwa hukum berbeda dengan hukum tujuanya12. Contohnya, apabila orang
hendak melakukan jual beli, maka yang menjadi perhatian hukumnya adalah
tujuan dan maksud dari transaksi jual beli tersebut. Adapun perantara
atau
media untuk melaksanakan transaksi tersebut tersebut tidak dipermasalahkan.
11
Ibid.,hal...68
C Ahmad , D Hermawan, E- Business dan E- Commerrce, (Yogyakarta : Andi
, 2013), hal 40
12
9
Bila mengacu pada tnjauan dan pendakatan fiqih, maka sah tidaknya
suatu akad harus ditinjau dari sisi syarat dan rukunya. Berbagai rukun dan
syaratnya sebagaimana dijelaskan pada subbab di atas dapat terpenuhi dalam
sebuah transaksi elektronik via internet tablet atau media online lainya. Hanya
saja ada permasalahan pada syarat akad
(ittihad al-majlis).
Ulama fiqih kontemporer
atau transaksi harus satu majlis
seperti mustofa al- zarqo dan
wahbah al-zuhaili berpendapat bahwa suatu majlis tidak harus diartikan hadir
dalam satu lokasi
atau sebuah tempat , tetapi
satu situasi dan kondisi ,
meskipun antara kedua belah pihak berjauhan , tetapi membicarakan objek yang
sama. Terlebih dengan kecanggihan teknologi telekomunikasi saat ini, dimana
seseornag yang berlainan tempat dan berjauhan bisa saling melihat gambar dan
mendengar suara secara langsung dengan jelas seakan berhadapan langsung.
Hal ini tentunya memenuhi kriteria satu majlis dalam syarat sebuah transaksi jual
beli.
Zakariya al-Anshori mengatakan 13:
ك
ق له ف عتبر م يدل ع يه من ال ظ اا ا م ف معن ه مم ه عب رة عنه
م مه ك ش رة ااخرس
لخط ا ق ى
” suatu yang dapat menunjukan tujuan lafaz maka dapat menjadi media
dalam akad, seperti tulisan atau sejenisnya, seperti isyarat bagi orang yang bisu.”
An- Nawawi mengatakan 14:
ه م يحصل به اارتب ط
المراد ب لمج لس الذى يشترط ط يه ااعط ء الت اج
ال ب ل ا مك ن الع د
بين اايج
“majelis yang disyaratkan dalam transaksi jual beli maksudnya adalah majlis
tawajub ( saling menetapkan) yaitu majlis yang menghasilkan keterkaitan antara
ijab dan qobul. Hal ini dilakukan dengan tidak mempertimbangkan tempat akad.”
As- Syatari
menjelaskan
bahwa akad
atau transaksi
dengan
menggunakan teknologi elektronik , seperti telepon, faaks dan sejenisnya adalah
13
14
Ibid.,hal...68
Imam Mustafa , “ Transaksi Elektronik ....., hal. 171-172
10
sah. Akad yang dilafazkan , tertulis, isyarat atau menggunakan media lainya
yang sering sering digunakan dewasa ini adalah sah.
Hampir sama dengan pendapat ini , mengenai jual beli dengan transaksi
elektronik al- zuhaili menjelaskan15 :
“ pertemuan qobul dan ijab, yaitu apabila keduanya diucapkan dalam satu
majelis , bila kedua pihak yang bertransaksi
sama –sama hadir dalam satu
majelis atau dalam suatu majelis yang diketahui bahwa pihak yang tidak hadir
telah menyampaikan ijab. Pertemuan qobul dan ijab benar-benar terjadi apabila
masing-masing pihak
mengetahui keputusan pihak lain, yaitu
dengan
mendengarkan ijab dan memahaminya dan dengan mengetahui pihak tersebut
tidak berpaling dri akad baik dari akad baik dari pihak yang manetapkan (almujib) , maupun dari pihak yang menerima (al-qobil) . maksud dari majelis akad
adalah kondisi saat kedua belah pihak sedang melakukan bertransaksi. Dengan
kata lainn, kesepakatan kata di tempat akad16.”
Lebih lanjut
al- zuhaili menjelaskan bahwa mengenai syarat adanya
barang dan uang sebagai
pengganti harga barang, maka dalam transaksi
elektronik atau e-commerce tidak dilakukan secara langsung dalam dunia
nyata. Dalam hal bentuk dan wujud barang yang menjadi objek transaksi,
dalam e-commerce biasanya hanya berupa gambar ( foto atau video) yang
menunjukan
jenisnya.
barang
aslinya
kemudian dijelaskan
spesifikasi sifat
dan
Pembeli dapat dengan bebas memilih barang yang sesuai dengan
spesifikasi yang diinginkan. Barang akan dikirim
setelah uang dibayar.
Mengenai sistem pembayaran atau penyerahan uang pengganti barang, maka
umumnya adalah dilakukan
dengan cara transfer. Bila sistem yang berlaku
seperti ini, maka pada dasarnya jual beli ini adalah jual beli salam. Pembeli
memilih barang dengan spesifikasi tertentu, kemudian membayarnya, setelah itu
barang akan diserahkan
atau dikirim kepada
pembeli. Hanya saja dalam
transaksi salam , uang yang dibayarkan dimuka sebagai mana jual beli salam.
15
Imam Mustofa, Fiqih Muamalah Kontemporer, Hal...37-38
Menurut wahbah zuhaili yang dikutip oleh imam mutafa dalam , fikih
muamalah kontemporer, hal 27-29
16
11
Apabila sistem salam yang dilakukan dalm e-commerce, maka rukun
dan syaratnya juga harus sesuai dengan transaksi salam. Rukun salam yaitu17:
a. Muslim ( pembeli atau pemesan)
b. Muslam ilaih (penjual atau penerima pesanan)
c. Muslam fih ( barang yang dipesan)
d. Ra’sul
mal ( harga
pesanan
atau modal
yang
dibayarkan)
e. Shighot ijab – qobul ( ucapan serah terima)
Adapun mengenai syarat salam , secara umum sama dengan syarat jual beli ,
yaitu : barang yang di pesan merupakan sepenuhnya milik penjual , bukan
barang najis dan bisa diserahterimakan. Hanya saja dalam akad salam tidak ada
syarat bagi pemesan untuk melihat barang yang dipesan, ia hanya sisyaratkan
menentukan sifat-sifat dan jenis atau spesifikasi barang yang dipesan secara
jelas18.
Sedangkan syarat secara rinci dapat dilihat dalam rukun-rukun salam :
a. Syarat para pihak yang bertransaksi:
1) Harus cakap hukum
2) Harus rela, tidak dalam keadaan
dipaksa , terpaksa atau dalam
tekanan.
b. Syarat ra’s al-mal uang atau dana yang dibayarkan :
1) Jelas harganya
2) Dana harus diserahkan pada saat akad tunai
c. Syarat barang yang dipesan :
1) Ditentukan dengan sifat-sifat tertentu , jenis, kualitas dan jumblah :
2) Satu jenis , tidak bercampur dengan jenis lainya
3) Barang yang sah diperjaul belikan.
17
Imam Mustofa, Ijtihad Kontemporer Menuju Fiqih Kontekstual, Hal...72-75
18
Belly riawan , perlindungan konsumen dalam kegiatan transaksi jual beli
online di indonesia ( kertha semaya , volume 03 , NO . 01, januari 2015) hal 47
12
d. Syarat ijab qobul19 :
1) Harus dijelaskan secar spesifik dengan siapa berakat
2) Antara ijab dan qobul harus selaras, baik dalam spesifikasi barang
maupun harga yang disepakati
3) Tidak mengandung hal-hal yang
bersifat
menggantungkan
keabsahan transaksi pada kejadian yang akan datang
4) Akad harus pasti , tidak boleh ada khiyar syarat.
Beberapa ulama nenentukan syarat transaksi yang dilakukan dengan perantara:
1) Kesinambungan antara ijab dan qobul . menurut jumhur , selain
syafi’iiyah qobul tidak harus langsung
2) Qobul dilakukan di tempat sampainya ijab
3) Kesesuaian antara ijab dan qobul
4) Tidak adannya pengingkaran dari salah satu
pihak yang
bertransaksi.
Model transaksi jarak jauh yang dilakukan dengan perantara menurut ulama
kontemporer, seperti muhammad buhats al- muthi’i, mustafa al-zarqa, wahbah
az-zuhaili , syekh abdullah bin munni’ adalah secara hukum fiqih . alasan ulama
tersebut adalah20:
1) Ulama masa lalu telah membolehkan transaksi yang dilakukan dengan
perantara, ijab sah saat pesan telah sampai kepada penerima pesan.
2) Maksud dari satu majlis
dalam syarat transaksi
adalah satu waktu
dimana kedua belah pihak melakukan transaksi , bukan berarti satu
lokasi
atau tempat , dan
hal ini dapat
berlangsung dengan
menggunakan telepon atau internet dan media lainya.
Hukum transaksi via teknologi modern seperti telepon , i- pad , tablet, atau
media internet lain telah dibahas pada muktamar
VI fiqih islam yang
dilaksanakan di jeddah sauidi arabia tanggal 14- 20 maret 1990. Melihat
perkembangan teknologi modern yang berdamapak pada segala bidang ,
termasuk transaksi perdagangan
19
20
demi kecepatan kegiatan bisnis
dan
Imam Mustofa, Fiqih Muamalah Kontemporer, Hal...39-40
Imam Mustofa, Ijtihad Kontemporer Menuju Fiqih Kontekstual, Hal...76-77
13
ekonomi lainya, maka perlu diputuskan hukum tentang penggunaan media
tersebut
dalam persepektif fiqih islam. hal ini tentunya dengan tetap
berpegang pada persyaratan-persyaratan transaksi yangg telah ditetapkan
oleh fuqoha
baik transaksi secra lisan , tulisan maupun via
surat,
persyaratan antara ijab dan qobul , tidak adanya maksud salah satu pihak
untuk melakukan wanprestasi dan kesinambungan antara ijab dan qobul.
Muktamamar tersebut memutuskan sebagai berikut21:
1. Apabila transaksi telah dilakukan oleh dua belah pihak yang tidak
bertemu
langsung secra
fisik, tidak saling melihat dan
mendengar satu sama lain, serta hanya menggunakn perantara
surat , faksmili, atau internet, maka transaksi tersebut telah sah
dan mengikat secra hukum dengan syarat
kedua belah pihak
saling memahami dan menerima maksud transaksi secara tepat.
2. Apabila transaksi dilakukan oleh dua belah pihak yang berjauhan
dengan perantara telepon atau media teknnologi modern lainya,
maka transaksi kedua belah pihak
tersebut
berlaku sebagai
mana transaksi yang dilakukan secara langsung.
3. Apabila
salah satu pihak melakukan wanprestasi terhadap
transaksi dilakukan dengan alat teknologi modern tersebut
dengan batasan waktu tertentu, maka dia tidak dapat menarik
kembali yang telah dilakukan.
4. Transaksi via teknologi tersebut tidak berlaku pada akad nikah,
karena dalam akad nikah diisyaratkan adanya saksi, tidak berlaku
pada menukar, karena adanya syarat penyerahan, dan jual beli
inden, karena diisyaratkan down painment.
5. Apabila terjadi pemalsuan , pengingkaran, atau kekeliruan, maka
hukum yang berlaku sama dengan transaksi yang dilakukan
secara langsung. Dalam hal ini , dalam transaksi ada sistem
pengawasan sebagai upaya untuk menjamin terpenuhinya hak
para pihak yng melakukan transaksi. Sistem pengawasan ini
21
Adi Sulistyo, jual beli e-comerce , teori dan implementasi, (jakarta timur
ekuilibria,2014) hal 41-43
14
disebut dengan process control yang menjadi bagian dari proses
transaksi elektronik.
Transaksi jual beli melalui media elektronik dianggap
sebgai ittihad majlis , sehingga akad jual beli tersebut sah, karena
masing-masing mutaaqidain saling mengetahui dan mengetahui
objeknnya sehingga tidak terjadi ghoror( ketidak jelsan). Dengan
demikian maka akan terealisasi
ijab dan qobul
yang didasari
suka sama suka.
Ittihat majlis bisa bermakna ittihad al-zaman ( satu waktu),
satu lokasi
(ittihad zaman) dan satu posisi(ittihad haiah).
Perbedaan tempat
yang disatukan melalui
media komunikasi
modern , membuat tempat yang berjauhan bisa
dianggap
22
menyatu .
Berbagaikan perbapat para ulama dan penjelasan yang
telah dipaparkan diatas, maka cukup jelas, bahwa transaksi
perdagangan atau jual beli yang dilakukan via media elektronik
hukumnya sah. Kecanggihan media elektronik dapat membuat
suasana dalam dunia
maya menjadi seolah nyata. Namun
demikian, transaksi tersebut dikategorikan sebgai transaksi
kinayah yang keabsahannya dan kekuatan hukumnya sama
dengan transaksi yang dilakukan secra langsung23.
Imam mustafa , “transaksi elektronik ( e- commerce ) dalam persepektif fikih “,
jurnal hukum islam , ( pekalongan : STAIN Pekalongan, volume 10 , no.2, desember
2012 ), hal 159-160
23
Imam Mustofa, Ijtihad Kontemporer Menuju Fiqih Kontekstual, Hal...79-80
22
15
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
E- commerce sebagai bentuk transaksi jual beli, maka
keabsahanya tergantung pada terpenuhi atau tidaknya rukun dan
syarat yang berlaku dalam jual beli. Apabila rukun dan syarat
terpenuhi maka e-commerce sah sebagai sebuah transaksi yang
mengikat , dan sebaliknya , apabila tidak terpenuhi maka tidak
sah. Transaksi jual beli via media elektronik disamakan akadnya
dengan jual beli akad salam.
Dan dari berbagai perbapat para ulama dan penjelasan
yang telah dipaparkan diatas, maka cukup jelas, bahwa transaksi
perdagangan atau jual beli yang dilakukan via media elektronik
hukumnya sah. Kecanggihan media elektronik dapat membuat
suasana dalam dunia maya menjadi seolah nyata. Namun
demikian, transaksi tersebut dikategorikan sebgai transaksi
kinayah yang keabsahannya dan kekuatan hukumnya sama
dengan transaksi yang dilakukan secara langsung.
16
DAFTAR PUSTAKA
Aris Baidowi, “Etika Bisnis Persepektif Islam”,Jurnal Hukum Islam,
Volume 9 , No. 2, Desember 2011
Djamil, Fathurrahman Hukum Ekonomi Islam ( Sejarah, Teori Dan
Konsep), (Jakarta Timur: Sinar Grafika , 2013
Endeshaw , Assafa, hukum E- Commerce dan Internet, jakarta : pustaka
pelajar , 2011
Fathurrahman Djamil, Hukum Ekonomi Islam ( Sejarah, Teori Dan
Konsep), Jakarta Timur: Sinar Grafika , 2013
Imam Mustofa, Fiqih Muamalah Kontemporer , Yogyakarta : Kaukaba
Dipantara, 2014
Imam Mustofa, Ijtihad Kontemporer Menuju Fiqih Kontekstual, Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada, 2013
mustafa , Imam “transaksi elektronik ( e- commerce ) dalam persepektif
fikih “, jurnal hukum islam , pekalongan : STAIN Pekalongan, volume 10 , no.2,
desember 2012
nur sodig, Arifin “ E-Commerce dan Jual Beli Online”, karya ilmiyah
mahasiswa S1 sistem informasi , Yogyakarta : STMIK AMIKOM Yogyakarta ,
2012
riawan , Belly perlindungan konsumen dalam kegiatan transaksi jual beli
online di indonesia , kertha semaya , volume 03 , NO . 01, januari 2015
Sulistyo,Adi ,jual beli e-comerce , teori dan implementasi, jakarta timur
ekuilibria,2014
Witono , ”Pembuatan Aplikasi Web Jual Beli Dan Lelang Online”, jurnal
sistem informasi , (Maranatha : Universitas kristen Maranatha , volume 6, No. 1,
2 011
17
TRANSAKSI JUAL BELI VIA MEDIA ELEKTRONIK (E-COMMERCE) DALAM
PERSEPEKTIF HUKUM ISLAM
Disusun untuk memenuhi salah satu matakuliah Fiqih Mu’amalah Kontemporer
Dosen Pengampu : Imam Mustofa, SHI, MSI.
Di Susun Oleh
Rahmana Lufi Fadhillah
14124679
JURUSAN SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM
PRODI HUKUM EKONOMI SYARI’AH (S1)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
JURAI SIWO METRO
TAHUN 2017 M/1438 H
1
JUAL BELI ON LINE (E- COMMERCE)
A. Pendahuluan
Di era globalisasi yang serba moderen ini, semua aktifitas
manusia diupayakan dapat dilaksanakan dengan cepat dan mudah .
aktifitas manusia
terminimalisir dengan alat bantu, alat- alat canggih
berupa elektronik semuanya dibuat
untuk mempermudah pekerjaan
manusia1.
Jual beli merupakan salah satu pemenuhan kebutuhan manusia .
namun, jual beli dahulu pada umumnya dilaksanakan ditempat khusus ,
yaitu
tempat bertemunya penjual dan pembeli
transaksi
jual beli. Seperti
perbelanjaan lainya.
dalam melakukan
pasas , mall, supermarket, dan pusat
Akan tetapi, untuk
melakukan
transaksi
diharuskan datang ke tempat transaksi. Dengan padatnya pekerjaan
dan aktifitas manusia
di zaman modern ini untuk datang
ke pusat
perbelanjaa akan menyita waktu kerjanya dan waktu istirahatnya. Oleh
karenanya, inisiatif manusia modern mencari jalan jual beli yang tidak
menyita waktu dan dapat dilakukan dimana saja tanpa mengganggu
aktifitas wajibnya.
E- commerce adalah kegiatan komunikasi komersial bisnis dan
menegement
yang dilaksanakan
menggunakan metode-metode
elektronik seperti halnya elektronik data interchange dan automated
data –collection system.
E-commerce
juga
dapat maliputi
transfer
informasi secara elektronis antarbisnis , dalam hal ini menggunakan
elektronic data interchange( EDI).
E- commerce
atau transaksi elektronik merupakan transaksi
yang dilakukan menggunakan sistem informasi . elektronik commerce (
e- commerce)
adalah kegiatan-kegiatan
bisnis
yang menyangkut
konsument ( consumers), manufaktur (manufactures), service providers,
dan pedagang penata (intermediaries) dengan menggunakan jaringan –
jaringan konputer ( computer network) yaitu internet .
Witono , ”Pembuatan Aplikasi Web Jual Beli Dan Lelang Online”, jurnal
sistem informasi , (Maranatha : Universitas kristen Maranatha , volume 6, No. 1 (2011),
h. 9-10
1
2
E- commerce
merupakan salah satu implementasi dari bisnis
on line , berbicara mengenai bisnis online tidak terlepas dari transaksi
seperti jual beli via internet. Transaksi inilah yang kemudian dikenal
dengan
elektronik commerce
commerce. E- commerce
yang lebih populer
dengan istilah
e-
merupakan aktivitas pembelian , penjualan,
, pemasaran, dan pelayanan atas produk dan jasa
yang ditawarkan
melalui jaringan komputer. Dunia industri teknologi informasi melihatnya
sebuah aplikasi bisnis secara elektronik yang mengacu pada transaksi
–transaksi komersial.
Adanya hubungan yang secara
langsung antara satu jaringan
komputer dengan jaringan yang lain maka sangat memungkin untuk
melakukan satu transaksi langsung melalui jaringan komputer. Transaksi
langsung inilah yang kemudian disebut
dengan transaksi
on line2.
Dalam lingkup pembahansan hukum islam yang menjadi bahan
pembicaraan adalah bagaimanakah hukumnya transaksi yang dilakukan
bila hanya melalui jariangan tanpa melihat langsung barang, antara
pembelii dengan penjual hanya menyatakan kesepakatan melalui telefon
secra tertulis atau komunikasi tanpa kehadiran di majlis akad. Apakah
diperboleh kan atau tidak dan sah atau tidakkah akad yang demikian itu.
Makalah ini akan membahas masalah hukum jual beli melalui elektroonik
commerce atau sering di sebut dengan jula beli on-line.
2
Assafa Endeshaw, hukum E- Commerce dan Internet, ( jakarta : pustaka pelajar
, 2011 ), hal
3
BAB II
PEMBAHASAN
TRANSAKSI JUAL BELI VIA MEDIA ELEKTRONIK (E-COMMERCE) DALAM
PERSEPEKTIF HUKUM ISLAM
Transaksi pertukaran (mu’awadhah( adalah salah satu transaksi yang
diperoleh melalui proses atau perbuatan memperoleh sesuatu dengan
memberikan sesuatu. Bentuk transaksi pertukaran ini meliputi transaksi tukarmenukar ( al- mubadalah/al-mu’awadhah(, jual – beli ( al- bai’(, dan sewa –
menyewa ( al- ijaroh)3.
Bisnis Online atau disebut juga bisnis internet adalah satu bentuk usaha
yang medianya
memakai akses internet. Sebagai satu bentuk bisnis yang
mempergunakan dunia maya, bisnis ini mulai banyak digandrungi oleh banyak
pengguna internet. Dikatakan demikian,
Karena rata-rata pengguna
internet
akan lebih enjoy ketika berhadapan dengan komputer dan bahkan bisa berlamalama di depan komputer ketika mereka sedang akses.
Di dalam dunia bisnis online dikenal istilah work from home atau bekerja
dari rumah. Ini yang mengasyikkan. Hanya dengan memiliki kursi, sebuah meja,
dan dihadapannya ada komputer yang dihubungkan dengan server internet,
pengguna bisa menghasilkan uang. Bahkan uang itu bisa datang tanpa kita
duga. Misalnya datang pada saat kita tidur. Uang bisa datang otomatis ditransfer
ke rekening kita. Uang itu bisa berbentuk dollar, euro atau Rupiah. Berbeda
dengan bisnis off line. Bisnis di luar rumah, kita harus keluar rumah untuk
mencari dan mendapatkannya. Seperti menjadi sales sebuah perusahaan yang
menjual suatu produk.
Untuk menyampaikan produk dari perusahaan ke konsumen maka kita
sebagai sales wajib keluar rumah. Kita harus rela mengeluarkan keringat, rela
bercapek-capek di jalan raya, rela berkorban meninggalkan istri dan anak, serta
berbagai capek yang lain. Jika tidak bisa menyampaikan
barang-barang
perusahaan ke konsumen resikonya adalah kita akan dipecat oleh pemilik
perusahaan. Bisnis online tidal demikian.
3
Fathurrahman Djamil, Hukum Ekonomi Islam ( Sejarah, Teori Dan Konsep), (
Jakarta Timur: Sinar Grafika , 2013), Hal...212
4
Didalam E- commerce
berbeda dengan
akad dalam transaksi elektronik di dunia maya
akad secara langsung. transaksi
elektronik biasanya
menggunakan akad secara tertulis, ( E- mail , short message servis / SMS ,
Black Barry Messager/BBM atau sejenisnya).
Pada dasarnya praktek ekonomi , bisnis, wirausaha dan lainya bertujuan
untuk meningkatkan
kemakmuran
dan kesejahteraan
masyarakat
dan di
pandu baik oleh aturan-aturan ekonomi yang bersifat rasional dan dan di tuntut
oleh nilai agama sebagai petunjuk4.
E- commerce sebagai bentuk transaksi jual beli, maka keabsahanya
tergantung pada terpenuhi atau tidaknya rukun dan syarat yang berlaku dalam
jual beli. Apabila rukun dan syarat terpenuhi maka e-commerce sah sebagai
sebuah transaksi yang mengikat , dan sebaliknya , apabila tidak terpenuhi maka
tidak sah5.
Beberapa syarat yang terkait dengan pembahasan transaksi e-commerce
dijelaskan dalam uraian berikut6:
يشترط الع م ء اتج د المج س (فيم عدا ال به اايص ء ال ك له( تشترط
العرف ا تشترط ف ري ال ب ل عند الجم ر عدا
عن الطريق الكت
يشترط تط بق اايج
ال ب ل بحس
الم ااة بين اايج
الش فعي دفع ل ضرر ليتمكن من الت ءمل اذا ك ن ااءيج
المراس فيشترط حص ل ال ب ل في مج ليس ص ل الكت
اعراض احد الع قدين عن التع قد يصح عند الجم ر
ال ب ل عد صد ر يدل ع
عند الحن ي اذا اشتغل ب مر اخر ي ج اختاف المج لس ث
عدا الم لكي رج ع الم ج
قبل ا ينع د
Maksud dari pernyataan diatas adalah bahwa Ulama mensyaratkan satu
majlis (ijtihad al-majlis) dala sebuah transaksi , kecualimdalam hibah , wasiat,
dan wakalah. Selain itu disyaratkan pula keberlangsungan antara ijab dan qobul
Aris Baidowi, “Etika Bisnis Persepektif Islam”,Jurnal Hukum Islam, ( Volume 9
, No. 2, Desember 2011) Hal...248
5
Imam Mustofa, Ijtihad Kontemporer Menuju Fiqih Kontekstual, ( Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada, 2013), Hal...63
6
Ibid, hal...64
4
5
dengan mengacu pada kebiasaan
yang berlaku dalm masyarakat
Hanya saja jumhur ulama dan kalangan
syafi’iyah
tertentu.
tidak disyaratkan qobul
langsung diucapkan oleh pihak penerima tawaran. Apabila ijab atau penawaran
dilakukan melalui tulisan atau surat maka qobul harus dilakukan atau diucapkan
ditempat surat atau tulisan itu diterima . syarat lainya adalah kesuaian antara
ijab dan qobul dan tidak adanya indikasi pengingkaran antara kedua belah pihak
yang bertransaksi.
Akad dalam transaksi
elektronik berbeda dengan akad secara
langsung. Transaksi elektronik biasanya menggunakan akad secara tertulis, ( email , short messaage servis / sms, black berry massager / bbm dan sejenisnya)
atau meggunakan lisan via televon atau video seperti teleconference.
Umumnya, penawaran dan akad dalam transaksi elektronik dilakukan
secara tertulis , dimana suatu barng dipajang dilaman internet dengan dilebeli
harga tertentu . kemudian bagi konsumen atau pembeli
yang menghendaki
maka mentransfer uang sesuai dengan harga yang tertera dan ditambah ongkos
kirim.
Suatu akad dilakukan dengan isyarat saja bisa absah, terlebih dengan
menggunakan tulisan , gambar dan ilustrasi yang lebih jelas. Isyarat dalam akad
pada dasarnya mempunyai kekuatan hukum sebagaimana penjelasan dengan
lisan. Hal ini berdasrkan kaidah7 :
ااش رة المع دة لاخرس ك لبي ن ب لس ن
“isyarat (yang dapat dipahami) bagi orang yang bisu (hukumnya) sama
dengan penjelasan dengan lisan.”
Transaksi elektronik penjualan barang yang ditawarkan melalui internet
merupakan transaksi tertulis8 . jual beli dapat menggunakan transaksi secara
lisan dan tulisan . keduanya memiliki kekuatan hukum yang sama. Hal ini sesuai
dengan kaidah fiqhiyah:
7
Ibid, hal...65
Arifin nur sodig, “ E-Commerce dan Jual Beli Online”, karya ilmiyah mahasiswa S1
sistem informasi , (Yogyakarta : STMIK AMIKOM Yogyakarta , 2012 ) hal 13-15
8
6
ك لخط
الكت
“tulisan ( mempunyai kakuatan hukum ) sebagimana ucapan.”
Akad jual beli yang dilakukan secara tertulis sama hukumnya dengan
akad yang dilakukan secara lisan. Berkaitan dengan kaidah ini al-dasuqi
mengatakan:
يصح ب ل من الج نبين ا كت ب من م ا ق ل من احدهم كت ب من اجر
Kalangan malikiyah , hanbaliyah dan sebagian syafiiyah berpendapat
bahwa tulisan sama hanya , hanya dengan lisan dalam hal sebagai indikasi
kesuka relaan , baik saat para pihak yang melakukan akad hadir (ada) maupun
tidak. Namun demikian, hal ini tidak berlaku untuk akad nikah.
Al-dimyati dalam kitab I’anah al-tholibin menjelaskan syarat transaksi
atau akad ada delapan , di antaranya adalah lafadz akad dapat didengar atau
inti akad dapat diterima masing-masing pihak.
Al-dimyati menyatakan :
يبحث يسمعه من ي رب ع دة ان ل يسمعه المخ ط – يتص ر ج د ال ب ل منه مع عد
ف بل كذل ا قبل
سم عه بم اذا ب غ السمع ف بل ف را ا حمل الريح اليه ل ظ اايج
كم في البجيرمي ن ا عن س ف ل يسمعه من ب ربه ل يصحTransaksi
ات
menggunakan tulisan merupakan transaksi kinayah yang
keabsahanya sama dengan transaksi dengan lisan , selama maksud masingmasing pihak yang berakad tercapai. Al-syarwani menyatakan bahwa tulisan
selama dapat menyampaikan pesan dan maksud pihak yang melkasanakan
akad maka dapat diterima9:
ل لح ضر ف ي بل ف را عند ع مه
م ىع ا ه اء كن ي فينع د ب مع الني
الكت ب ا ع
يمتد خي رهم ان ض ء مج س قب له
9
Imam Mustofa, Fiqih Muamalah Kontemporer ,( Yogyakarta : Kaukaba
Dipantara, 2014), Hal ...27-28
7
“transaksi
bukan pada zat cair atau udara termasuk kinayah. maka jual beli
dengan tulisan yang jelas bila disertai dengan niat maka hukum sah.meskipun
bertransaksi dengan orang hadir dalam majlis akad, maka ia harus menerima
akad
tersebut ketika mengetahuinya. Khiyar mereka berlaku sampai majlis
menerimaan (qobul ) tersebut berakhir.”
Senada dengan al-Syarwani, al- Romli juga menyatakan:
ل لح ضر كم رجحه السبكي
م ىع ا ه اء كن ي فينع د ب مع الني
الكت ب ا ع
غيره ف ي بل ف را عند ع مه يمتد خي رهم ان ض ء مج س قب له ل ب ع من غ ى
كبع داريي ل ان ه غ ى ف بل حين ب غه الجبر صح كم ك تبه بل ا ل
“tulisan bukan pada zat zair atauu udara termasuk kinyah. Maka jual beli dengan
tulisan yang jelas bila disertai dengan niat maka hukumnnya sah. Meskipun
bertransaksi denbgan orang yang hadir dalam majlis akad, (pendapat ini)
sebagaimana didukung oleh pendapat imam subki. Maka calon pembeli harus
segera menjawab ijab ketika mengetahuinya. Adapun khiyarnya berlaku sampai
majlis qobul transaksi tersebut berakhir. Apabila seseorang menjual sebuah
rumah kepada orang yang tidak jelas atau tidak ada dengan mengatakan ‘ aku
jual rumah ini kepada si fulan’ padahal saat itu fulan tidak ada, namun saat
penawaran tersebut sampai kepada si fulan, kemudian dia langsung menjawab ,
maka transaksi tersebut sah. Hal ini sama dengan bila penawaran dilakukan
secara tertulis. Bahkan transaksi tersebut lebih kuat dari pada dengan tulisan.”
Selain penjelasan tentang kekuatan transaksi secara
tertulis di atas,
perlu ditekankan bahwa yang menjadi acuan hukum suatu perbuatan adalah
maksud dan tujuanya, bukan zhohirnya. Transaksi elektronik sebagai suatu
perbuatan hukum , maka yang menjadi acuan adalah niat dan tujuan masingmasing pihak yang terlibat dalam transaksi tersebut. Dalam hal ini berlaku kaidah
fiqhiyah10.
العبرة ف الع د ل م صد المع ن ا ل ال ظ المب ن
10
Imam Mustofa, Ijtihad Kontemporer Menuju Fiqih Kontekstual, Hal...67
8
“Acuan dalam suatu akad adalah tujuan dan subtansinya, bukan bentuk dan
lafazdnya.”
Lafazd ini merupakan derivasi dan pengembangan kaidah umum lainya “
al umuru bimaqosidiha” . dua kaidah diatas menunujukan bahwa yang menjadi
acuan suatu perbuatan adlah niat dan tujuanya. Dalam sebuah akad ,, maka
lafazd dan mediatidak menjadi pertimbangan
atau acuan hukum. Berkaitan
dengan hal ini ibnu al-qoyyim al-jauziyah mengatakan11 :
ا ص ره ال ظ
مع ني
ق اعد ال ه اص له تش د ان المرع ف الع د ح ى
“kaidah fiqh dan ushul fiqh mengakui bahwa yang menjadi acuan utama
adalam akad dalah tujuan dan hakikatnya, bukna bentuk dan lafazdnya.”
Al-Syatiri juga mengatakan :
العب رة ف الع د لمع ني ا لص ر اال ظ
“Acuan dalam akad adalah maknanya bukan bentuk dan lafazdnya.”
Menguatkna pendapat tersebut Ibnu Qoyyim juga mengatakan :
“tidak ada perbedaan antara lafazd dengan lafazd, acuan utama dalam
sebuah
akad
adalah hakikat
dan tujuanya, bukan
hanya mengacu pada
lafaznya.
Berkaitan dengan hal diatas, maka berlaku juga kaidah :
يغت ر في ال س ىل م ا يغت ر ف الم صد
Maksud kaidah ini adlah hukum perantara terhadap suatu tindakan atau
peristiwa hukum berbeda dengan hukum tujuanya12. Contohnya, apabila orang
hendak melakukan jual beli, maka yang menjadi perhatian hukumnya adalah
tujuan dan maksud dari transaksi jual beli tersebut. Adapun perantara
atau
media untuk melaksanakan transaksi tersebut tersebut tidak dipermasalahkan.
11
Ibid.,hal...68
C Ahmad , D Hermawan, E- Business dan E- Commerrce, (Yogyakarta : Andi
, 2013), hal 40
12
9
Bila mengacu pada tnjauan dan pendakatan fiqih, maka sah tidaknya
suatu akad harus ditinjau dari sisi syarat dan rukunya. Berbagai rukun dan
syaratnya sebagaimana dijelaskan pada subbab di atas dapat terpenuhi dalam
sebuah transaksi elektronik via internet tablet atau media online lainya. Hanya
saja ada permasalahan pada syarat akad
(ittihad al-majlis).
Ulama fiqih kontemporer
atau transaksi harus satu majlis
seperti mustofa al- zarqo dan
wahbah al-zuhaili berpendapat bahwa suatu majlis tidak harus diartikan hadir
dalam satu lokasi
atau sebuah tempat , tetapi
satu situasi dan kondisi ,
meskipun antara kedua belah pihak berjauhan , tetapi membicarakan objek yang
sama. Terlebih dengan kecanggihan teknologi telekomunikasi saat ini, dimana
seseornag yang berlainan tempat dan berjauhan bisa saling melihat gambar dan
mendengar suara secara langsung dengan jelas seakan berhadapan langsung.
Hal ini tentunya memenuhi kriteria satu majlis dalam syarat sebuah transaksi jual
beli.
Zakariya al-Anshori mengatakan 13:
ك
ق له ف عتبر م يدل ع يه من ال ظ اا ا م ف معن ه مم ه عب رة عنه
م مه ك ش رة ااخرس
لخط ا ق ى
” suatu yang dapat menunjukan tujuan lafaz maka dapat menjadi media
dalam akad, seperti tulisan atau sejenisnya, seperti isyarat bagi orang yang bisu.”
An- Nawawi mengatakan 14:
ه م يحصل به اارتب ط
المراد ب لمج لس الذى يشترط ط يه ااعط ء الت اج
ال ب ل ا مك ن الع د
بين اايج
“majelis yang disyaratkan dalam transaksi jual beli maksudnya adalah majlis
tawajub ( saling menetapkan) yaitu majlis yang menghasilkan keterkaitan antara
ijab dan qobul. Hal ini dilakukan dengan tidak mempertimbangkan tempat akad.”
As- Syatari
menjelaskan
bahwa akad
atau transaksi
dengan
menggunakan teknologi elektronik , seperti telepon, faaks dan sejenisnya adalah
13
14
Ibid.,hal...68
Imam Mustafa , “ Transaksi Elektronik ....., hal. 171-172
10
sah. Akad yang dilafazkan , tertulis, isyarat atau menggunakan media lainya
yang sering sering digunakan dewasa ini adalah sah.
Hampir sama dengan pendapat ini , mengenai jual beli dengan transaksi
elektronik al- zuhaili menjelaskan15 :
“ pertemuan qobul dan ijab, yaitu apabila keduanya diucapkan dalam satu
majelis , bila kedua pihak yang bertransaksi
sama –sama hadir dalam satu
majelis atau dalam suatu majelis yang diketahui bahwa pihak yang tidak hadir
telah menyampaikan ijab. Pertemuan qobul dan ijab benar-benar terjadi apabila
masing-masing pihak
mengetahui keputusan pihak lain, yaitu
dengan
mendengarkan ijab dan memahaminya dan dengan mengetahui pihak tersebut
tidak berpaling dri akad baik dari akad baik dari pihak yang manetapkan (almujib) , maupun dari pihak yang menerima (al-qobil) . maksud dari majelis akad
adalah kondisi saat kedua belah pihak sedang melakukan bertransaksi. Dengan
kata lainn, kesepakatan kata di tempat akad16.”
Lebih lanjut
al- zuhaili menjelaskan bahwa mengenai syarat adanya
barang dan uang sebagai
pengganti harga barang, maka dalam transaksi
elektronik atau e-commerce tidak dilakukan secara langsung dalam dunia
nyata. Dalam hal bentuk dan wujud barang yang menjadi objek transaksi,
dalam e-commerce biasanya hanya berupa gambar ( foto atau video) yang
menunjukan
jenisnya.
barang
aslinya
kemudian dijelaskan
spesifikasi sifat
dan
Pembeli dapat dengan bebas memilih barang yang sesuai dengan
spesifikasi yang diinginkan. Barang akan dikirim
setelah uang dibayar.
Mengenai sistem pembayaran atau penyerahan uang pengganti barang, maka
umumnya adalah dilakukan
dengan cara transfer. Bila sistem yang berlaku
seperti ini, maka pada dasarnya jual beli ini adalah jual beli salam. Pembeli
memilih barang dengan spesifikasi tertentu, kemudian membayarnya, setelah itu
barang akan diserahkan
atau dikirim kepada
pembeli. Hanya saja dalam
transaksi salam , uang yang dibayarkan dimuka sebagai mana jual beli salam.
15
Imam Mustofa, Fiqih Muamalah Kontemporer, Hal...37-38
Menurut wahbah zuhaili yang dikutip oleh imam mutafa dalam , fikih
muamalah kontemporer, hal 27-29
16
11
Apabila sistem salam yang dilakukan dalm e-commerce, maka rukun
dan syaratnya juga harus sesuai dengan transaksi salam. Rukun salam yaitu17:
a. Muslim ( pembeli atau pemesan)
b. Muslam ilaih (penjual atau penerima pesanan)
c. Muslam fih ( barang yang dipesan)
d. Ra’sul
mal ( harga
pesanan
atau modal
yang
dibayarkan)
e. Shighot ijab – qobul ( ucapan serah terima)
Adapun mengenai syarat salam , secara umum sama dengan syarat jual beli ,
yaitu : barang yang di pesan merupakan sepenuhnya milik penjual , bukan
barang najis dan bisa diserahterimakan. Hanya saja dalam akad salam tidak ada
syarat bagi pemesan untuk melihat barang yang dipesan, ia hanya sisyaratkan
menentukan sifat-sifat dan jenis atau spesifikasi barang yang dipesan secara
jelas18.
Sedangkan syarat secara rinci dapat dilihat dalam rukun-rukun salam :
a. Syarat para pihak yang bertransaksi:
1) Harus cakap hukum
2) Harus rela, tidak dalam keadaan
dipaksa , terpaksa atau dalam
tekanan.
b. Syarat ra’s al-mal uang atau dana yang dibayarkan :
1) Jelas harganya
2) Dana harus diserahkan pada saat akad tunai
c. Syarat barang yang dipesan :
1) Ditentukan dengan sifat-sifat tertentu , jenis, kualitas dan jumblah :
2) Satu jenis , tidak bercampur dengan jenis lainya
3) Barang yang sah diperjaul belikan.
17
Imam Mustofa, Ijtihad Kontemporer Menuju Fiqih Kontekstual, Hal...72-75
18
Belly riawan , perlindungan konsumen dalam kegiatan transaksi jual beli
online di indonesia ( kertha semaya , volume 03 , NO . 01, januari 2015) hal 47
12
d. Syarat ijab qobul19 :
1) Harus dijelaskan secar spesifik dengan siapa berakat
2) Antara ijab dan qobul harus selaras, baik dalam spesifikasi barang
maupun harga yang disepakati
3) Tidak mengandung hal-hal yang
bersifat
menggantungkan
keabsahan transaksi pada kejadian yang akan datang
4) Akad harus pasti , tidak boleh ada khiyar syarat.
Beberapa ulama nenentukan syarat transaksi yang dilakukan dengan perantara:
1) Kesinambungan antara ijab dan qobul . menurut jumhur , selain
syafi’iiyah qobul tidak harus langsung
2) Qobul dilakukan di tempat sampainya ijab
3) Kesesuaian antara ijab dan qobul
4) Tidak adannya pengingkaran dari salah satu
pihak yang
bertransaksi.
Model transaksi jarak jauh yang dilakukan dengan perantara menurut ulama
kontemporer, seperti muhammad buhats al- muthi’i, mustafa al-zarqa, wahbah
az-zuhaili , syekh abdullah bin munni’ adalah secara hukum fiqih . alasan ulama
tersebut adalah20:
1) Ulama masa lalu telah membolehkan transaksi yang dilakukan dengan
perantara, ijab sah saat pesan telah sampai kepada penerima pesan.
2) Maksud dari satu majlis
dalam syarat transaksi
adalah satu waktu
dimana kedua belah pihak melakukan transaksi , bukan berarti satu
lokasi
atau tempat , dan
hal ini dapat
berlangsung dengan
menggunakan telepon atau internet dan media lainya.
Hukum transaksi via teknologi modern seperti telepon , i- pad , tablet, atau
media internet lain telah dibahas pada muktamar
VI fiqih islam yang
dilaksanakan di jeddah sauidi arabia tanggal 14- 20 maret 1990. Melihat
perkembangan teknologi modern yang berdamapak pada segala bidang ,
termasuk transaksi perdagangan
19
20
demi kecepatan kegiatan bisnis
dan
Imam Mustofa, Fiqih Muamalah Kontemporer, Hal...39-40
Imam Mustofa, Ijtihad Kontemporer Menuju Fiqih Kontekstual, Hal...76-77
13
ekonomi lainya, maka perlu diputuskan hukum tentang penggunaan media
tersebut
dalam persepektif fiqih islam. hal ini tentunya dengan tetap
berpegang pada persyaratan-persyaratan transaksi yangg telah ditetapkan
oleh fuqoha
baik transaksi secra lisan , tulisan maupun via
surat,
persyaratan antara ijab dan qobul , tidak adanya maksud salah satu pihak
untuk melakukan wanprestasi dan kesinambungan antara ijab dan qobul.
Muktamamar tersebut memutuskan sebagai berikut21:
1. Apabila transaksi telah dilakukan oleh dua belah pihak yang tidak
bertemu
langsung secra
fisik, tidak saling melihat dan
mendengar satu sama lain, serta hanya menggunakn perantara
surat , faksmili, atau internet, maka transaksi tersebut telah sah
dan mengikat secra hukum dengan syarat
kedua belah pihak
saling memahami dan menerima maksud transaksi secara tepat.
2. Apabila transaksi dilakukan oleh dua belah pihak yang berjauhan
dengan perantara telepon atau media teknnologi modern lainya,
maka transaksi kedua belah pihak
tersebut
berlaku sebagai
mana transaksi yang dilakukan secara langsung.
3. Apabila
salah satu pihak melakukan wanprestasi terhadap
transaksi dilakukan dengan alat teknologi modern tersebut
dengan batasan waktu tertentu, maka dia tidak dapat menarik
kembali yang telah dilakukan.
4. Transaksi via teknologi tersebut tidak berlaku pada akad nikah,
karena dalam akad nikah diisyaratkan adanya saksi, tidak berlaku
pada menukar, karena adanya syarat penyerahan, dan jual beli
inden, karena diisyaratkan down painment.
5. Apabila terjadi pemalsuan , pengingkaran, atau kekeliruan, maka
hukum yang berlaku sama dengan transaksi yang dilakukan
secara langsung. Dalam hal ini , dalam transaksi ada sistem
pengawasan sebagai upaya untuk menjamin terpenuhinya hak
para pihak yng melakukan transaksi. Sistem pengawasan ini
21
Adi Sulistyo, jual beli e-comerce , teori dan implementasi, (jakarta timur
ekuilibria,2014) hal 41-43
14
disebut dengan process control yang menjadi bagian dari proses
transaksi elektronik.
Transaksi jual beli melalui media elektronik dianggap
sebgai ittihad majlis , sehingga akad jual beli tersebut sah, karena
masing-masing mutaaqidain saling mengetahui dan mengetahui
objeknnya sehingga tidak terjadi ghoror( ketidak jelsan). Dengan
demikian maka akan terealisasi
ijab dan qobul
yang didasari
suka sama suka.
Ittihat majlis bisa bermakna ittihad al-zaman ( satu waktu),
satu lokasi
(ittihad zaman) dan satu posisi(ittihad haiah).
Perbedaan tempat
yang disatukan melalui
media komunikasi
modern , membuat tempat yang berjauhan bisa
dianggap
22
menyatu .
Berbagaikan perbapat para ulama dan penjelasan yang
telah dipaparkan diatas, maka cukup jelas, bahwa transaksi
perdagangan atau jual beli yang dilakukan via media elektronik
hukumnya sah. Kecanggihan media elektronik dapat membuat
suasana dalam dunia
maya menjadi seolah nyata. Namun
demikian, transaksi tersebut dikategorikan sebgai transaksi
kinayah yang keabsahannya dan kekuatan hukumnya sama
dengan transaksi yang dilakukan secra langsung23.
Imam mustafa , “transaksi elektronik ( e- commerce ) dalam persepektif fikih “,
jurnal hukum islam , ( pekalongan : STAIN Pekalongan, volume 10 , no.2, desember
2012 ), hal 159-160
23
Imam Mustofa, Ijtihad Kontemporer Menuju Fiqih Kontekstual, Hal...79-80
22
15
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
E- commerce sebagai bentuk transaksi jual beli, maka
keabsahanya tergantung pada terpenuhi atau tidaknya rukun dan
syarat yang berlaku dalam jual beli. Apabila rukun dan syarat
terpenuhi maka e-commerce sah sebagai sebuah transaksi yang
mengikat , dan sebaliknya , apabila tidak terpenuhi maka tidak
sah. Transaksi jual beli via media elektronik disamakan akadnya
dengan jual beli akad salam.
Dan dari berbagai perbapat para ulama dan penjelasan
yang telah dipaparkan diatas, maka cukup jelas, bahwa transaksi
perdagangan atau jual beli yang dilakukan via media elektronik
hukumnya sah. Kecanggihan media elektronik dapat membuat
suasana dalam dunia maya menjadi seolah nyata. Namun
demikian, transaksi tersebut dikategorikan sebgai transaksi
kinayah yang keabsahannya dan kekuatan hukumnya sama
dengan transaksi yang dilakukan secara langsung.
16
DAFTAR PUSTAKA
Aris Baidowi, “Etika Bisnis Persepektif Islam”,Jurnal Hukum Islam,
Volume 9 , No. 2, Desember 2011
Djamil, Fathurrahman Hukum Ekonomi Islam ( Sejarah, Teori Dan
Konsep), (Jakarta Timur: Sinar Grafika , 2013
Endeshaw , Assafa, hukum E- Commerce dan Internet, jakarta : pustaka
pelajar , 2011
Fathurrahman Djamil, Hukum Ekonomi Islam ( Sejarah, Teori Dan
Konsep), Jakarta Timur: Sinar Grafika , 2013
Imam Mustofa, Fiqih Muamalah Kontemporer , Yogyakarta : Kaukaba
Dipantara, 2014
Imam Mustofa, Ijtihad Kontemporer Menuju Fiqih Kontekstual, Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada, 2013
mustafa , Imam “transaksi elektronik ( e- commerce ) dalam persepektif
fikih “, jurnal hukum islam , pekalongan : STAIN Pekalongan, volume 10 , no.2,
desember 2012
nur sodig, Arifin “ E-Commerce dan Jual Beli Online”, karya ilmiyah
mahasiswa S1 sistem informasi , Yogyakarta : STMIK AMIKOM Yogyakarta ,
2012
riawan , Belly perlindungan konsumen dalam kegiatan transaksi jual beli
online di indonesia , kertha semaya , volume 03 , NO . 01, januari 2015
Sulistyo,Adi ,jual beli e-comerce , teori dan implementasi, jakarta timur
ekuilibria,2014
Witono , ”Pembuatan Aplikasi Web Jual Beli Dan Lelang Online”, jurnal
sistem informasi , (Maranatha : Universitas kristen Maranatha , volume 6, No. 1,
2 011
17