DEFICIT APPROACHES PRESENCE CUELESSNESS. docx

DEFICIT APPROACHES:
PRESENCE, CUELESSNESS AND MEDIA RICHNESS MODELS
MAKALAH
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perkembangan Teknologi Komunikasi
Dosen Pengampu Muhibudin Wijaya Laksana, M.Si
oleh:
M. Widy Irsan

(1154060046)

Nurdilah Rachman (1154060060)
Wulan Mulya Asih (1154060083)

JURUSAN HUBUNGAN MASYARAKAT
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG

2017

2


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya
sehingga sehingga makalh ini dapat terselesaikan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga
senantiasa terlimpahkan kepada junjunan kita Nabi Muhammad SAW, kepada para keluarganya
dan sohabatnya, juga kita selaku umatnya di akhir jaman. Tak lupa kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1) Dosen Perkembangan Teknologi Komunikasi, Muhibudin Wijaya Laksana, M.Si.
yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan makalah ini
2) Rekan-rekan Mahasiswa jurusan ilmu komunikasi konsentrasi Humas yang telah
memberikan dukungan demi tercapainya target penyusunan makalah ini
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Perkembangan Teknologi Komunikasi yang ditugaskan kepada kami, sehingga kami tim penulis
bisa lebih memahami tentang materi Deficit Approaches: Presence, Cuelessness And Richness.
Kami menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kami mohon maaf yang
sebesar-besar nya jika ada kesalahan dalam cetakan atau bahasa yang kurang baku. Semoga
makalah ini bisa bermanfaat untuk pembaca. Amin.

Bandung, 23 Maret 2017


Tim Penulis

1

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................................................1
1.1

Latar Belakang..................................................................................................................1

1.2

Rumusan Masalah.............................................................................................................2

1.3

Identifikasi Masalah..............................................................................................................2


1.4

Tujuan...............................................................................................................................2

BAB 2 ISI........................................................................................................................................3
2.1
2.2

Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Di Kehidupan Nyata..............................................3
Cara Menganalisis Ketidakefektifan Komunikasi Antarpribadi Dalam Internet..................4

2.2.1

Model Kehadiran Sosial (The Social Presence Model).................................................4

2.2.2

The Cuelessness Model.................................................................................................5

2.2.3


Model Kekayaan Media (The Media Richness Model)................................................5

BAB 3 PENUTUP...........................................................................................................................7
3.1

Simpulan...........................................................................................................................7

3.2

Saran..................................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................8

2

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terjadinya dinamika individu dalam masyarakat membawa pengaruh yang cukup besar

dalam proses komunikasi. Dinamika individu ini merupakan perilaku individu dalam
berkomunikasi secara tatap muka atau FtF dengan menggunakan fasilitas internet. Dinamika
inidividu mempelajari tentang bagaimana orang berkomunikasi menggunakan internet, terutama
sekali dalam konteks komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi. Melihat bagaimana
komunikasi antarpribadi dilakukan bukan secara tata muka langsung melainkan melalui
perantara internet.
Ketika kita menganalisis komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh individu dengan
menggunakan internet maka kita bisa menggunakan deficit approaches sebagai alat analisisnya.
Deficit approaches merupakan salah satu cara pandang kritis, yang dikritisi oleh deficit
approaches ini mengenai ketidakefektiian komunikasi menggunakan internet. Menurut deficit
approach komunikasi menggunakan internet ini dianggap tidak efektif, terutama ketika orang
menggunakan internet berbasis text. Untuk bisa melihat ukuran kebenaran dari deficit
approaches maka digambarkanlah kedalam tiga model, yaitu The Social presence model, The
Cuelessness model and The Media Richness Model.
Ketiga model inilah yang akan memberikan penjelasan bahwa tidak efektifnya komunikasi
antar pribadi yang dilakukan oleh orang ketika menggunakan internet terutama teknologi internet
yang berbasis text.

1


1.2 Rumusan Masalah
Ketidakefektifan komunikasi antarpribadi berbasis teks dalam internet
1.3 Identifikasi Masalah
1. Bagaimana efektifitas komunikasi antarpribadi di kehidupan nyata ?
2. Bagaimana cara menganalisis ketidakefektifan komunikasi antarpribadi dalam internet ?
1.4 Tujuan
Untuk memaparkan mengenai ketidakefektifan komunikasi antarpribadi berbasis teks dalam
internet

2

BAB 2
ISI
2.1 Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Di Kehidupan Nyata
Efektivitas Komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum yang
dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung
(supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality). (Devito, 1997, p.259264).
a) Keterbukaan (Opennes) Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari
komunikasi antarpribadi. Pertama, komunikator antarpribadi yang efektif harus terbuka
kepada orang yang diajak berinteraksi. Kedua, mengacu kepada kesediaan komunikator

untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Ketiga, menyangkut
kepemilikan perasaan dan pikiran.
b) Empati (Empathy) Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai kemampuan
seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu,
dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu.
c) Sikap Mendukung (Supportiveness) Hubungan antarpribadi yang efektif adalah hubungan
dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya
dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb.
d) Sikap Positif (Positiveness) Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi
antarpribadi dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara
positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu
pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi antar pribadi.
e) Kesetaraan (Equality) Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan.Salah
seorang mungkin lebih pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis
daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal.
Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi antar pribadi akan lebih efektif bila
suasananya setara.

3


2.2 Cara Menganalisis Ketidakefektifan Komunikasi Antarpribadi Dalam Internet
Cara yang dapat kita gunakan untuk menganalisis ketidakefektifan komunikasi antarpribadi
melalui internet khususnya yang berbasis teks adalah dengan menggunakan pendekatan deficit
approaches. Deficit approaches ini menyatakan bahwa komunikasi antarpribadi menggunakan
internet itu tidak efektif terutama dalam basis teks. Untuk bisa mengukur kebenaran dari deficit
approach ini maka dijelaskan dalam tiga model berikut:
2.2.1

Model Kehadiran Sosial (The Social Presence Model)

Kehadiran sosial mengacu pada tingkat kontak interpersonal dan perasaan keintiman
yang berhubungan dengan pengalaman dalam berkomunikasi. Dalam teori komunikasi, jenis
pendekatan psikologi ini juga disebut dengan 'kedekatan'. Kehadiran sosial dikomunikasikan
melalui isyarat visual seperti ekspresi wajah, gerak tubuh dan kontak mata.
Social Presence (kehadiran sosial) adalah derajat dimana seseorang menerima orang lain
pada kenyataan sesungguhnya yaitu sebagai individu dan seluruh interaksi yang terdapat
didalamnya terdapat nilai-nilai ikatan hubungan saling timbal balik. Dalam komunikasi online,
kita kurang bisa memperhatikan atau pun menunjukan bahasa nonverbal pada orang yang sedang
berkomunikasi dengan kita. Misalnya ketika anda chating dengan teman di facebook. Anda
sedang merasa sedih karena baru putus dengan pacar. Anda bisa saja mengetik apa yang anda

rasakan, misalnya ”aku sedang sedih nih”. Namun teman anda tidak bisa benar-benar melihat
bahwa anda sedang sedih walaupun anda sudah menambahkan kata ”huhu...” (untuk menunjukan
bahwa anda menangis). Berbeda dengan komunikasi secara tatap muka atau pun melalui media
telepon. Anda bisa langsung menangis untuk menunjukan perasaan anda.
Perspektif ini kemudian memunculkan beberapa kritik, yaitu munculnya petunjuk
nonverbal seperti emoticon dan avatar. Inovasi ini meningkatkan derajat kehadiran sosial yang
sebelumnya tidak terakomodasi. Emoticon dapat anda tampilkan untuk mewakili perasaan anda.
Misalnya dalam facebook tersedia kolom untuk menampilkan kondisi mood anda hari ini. Ada
banyak emoticon yang tersedia, misalnya emoticon tersenyum untuk menggambarkan bahwa
anda merasa bahagia hari ini. Anda tinggal memilihnya sesuai dengan perasaan anda sehingga
teman-teman anda dapat mengetahui perasaan yang anda rasakan.
4

Tampilan avatar juga membantu anda untuk lebih mengungkapkan jati diri anda.
Misalnya mengenai jenis kelamin, anda dapat menggunakan avatar berbentuk perempuan dengan
menggunakan rok jika anda seorang perempuan. Atau anda ingin mencitrakan diri anda sebagai
mahasiswa yang pintar tapi terlihat modis, anda tinggal menambahkan kacamata serta pakaian
yang sesuai. Selain itu, ternyata ada pula perkembangan munculnya petunjuk nonverbal dari
pesan teks. Contohnya untuk mengungkapkan bahwa anda sedang bercanda, anda bisa
menggunakan simbol :P pada pesan.

2.2.2

The Cuelessness Model

Cuelessness berarti tidak adanya semua isyarat nonverbal (misalkan, gerak tubuh, wajah
ekspresi, nada suara, penampilan) dan penanda identitas (status misalnya, peran kerja, usia dan
jenis kelamin). Biasanya, isyarat dan tanda ini mengkomunikasikan berbagai informasi sosial
dan emosional, termasuk cara orang mengorientasikan ke topik pembicaraan dan orang yang
mereka ajak bicara. Model ini fokus terhadap ketidak-adaan isyarat dalam komunikasi berbasis
teks.
Dalam cara yang mirip dengan model Kehadiran Sosial, Sarjana lain (mis Rutter, 1987)
telah mengusulkan bahwa tidak adanya isyarat visual dan paralinguistik dalam mediasi teknologi
komunikasi berarti 'jarak psikologis' meningkat, yang mengarah ke komunikasi yang lebih
impersonal. Ini bisa menjadi hal yang baik, karena itu berarti kami kurang berprasangka oleh
status dan penampilan fisik, tetapi juga dapat menjadi hal yang buruk, karena komunikasi lebih
canggung dan tidak spontan. Menurut Russell Spears dan Martin Lea (1992), namun, salah satu
masalah yang paling jelas dengan Cuelessness Model adalah cara generalisasi tentang sifat
komunikasi dimediasi.

2.2.3


Model Kekayaan Media (The Media Richness Model)

Kekayaan media dari teknologi komunikasi ditentukan oleh (1) bandwidth atau
kemampuan untuk mengirimkan beberapa isyarat, (2) kemampuan untuk memberikan umpan
balik segera, (3) kemampuan untuk mendukung penggunaan bahasa alami atau percakapan, dan
(4) fokus pribadinya.
5

Model defisit ketiga yang dipertimbangkan di sini adalah model Kekayaan media dimana
Sarjana (Mis Daft dan Lengel, 1984) mengusulkan bahwa orang lebih suka menggunakan media
komunikasi 'terkaya' untuk memungkinkan cara yang paling efisien untuk memahami satu sama
lain. Lebih kompleks tugas komunikasi, kekayaan medialah yang diperlukan. Dalam hal ini,
pesan pribadi atau intim akan selalu membutuhkan media 'kaya' seperti telepon - atau, lebih baik
lagi, komunikasi FTF. Sebaliknya, diasumsikan bahwa miskin (or ‘lean’) Media seperti berbasis
teks CMC seperti email tidak dapat memfasilitasi interaksi emosional yang kompleks. Sekali
lagi, tatap muka, komunikasi lisan tentu berakhir menjadi istimewa atas technologically
mediated, text-based communication. Terlebih lagi, sebagai sarjana CMC Patrick O'Sullivan
(2000) telah menunjukkan, mungkin ada juga alasan yang sangat baik mengapa kita benar-benar
ingin media 'miskin' untuk berkomunikasi sesuatu yang kompleks. Untuk Misalnya, siswa dapat
menghindari menunjukkan kegugupan mereka lebih baik jika mereka menggunakan yang cepat,
email lugas untuk meminta perpanjangan dari pemimpin mereka saja. ‘Lean’ Media juga bisa
menjadi cara untuk menghindari ketidaknyamanan berita buruk kepada orang-orang; misalnya,
seorang anak muda melaporkan kadang-kadang ia putus dengan pacarnya menggunakan
instantmessaging (Pew Report, 2001) atau bahkan pesan teks (Thurlow dan Brown, 2003).

6

BAB 3
PENUTUP
3.1 Simpulan
Deficit approaches adalah pandangan kritis terhadap tingkat efektifitas komunikasi
antarpribadi dalam internet. Deficit approaches menyatakan bahwa, komunikasi antarpribadi
dalam internet khususnya yang berbasis teks sangat tidak efektif. Agar kita bisa mengukur
kebenaran dari deficit approach ini maka kita bisa menggunakan model-model untuk
menjelaskannya. Model tersebut adalah, The Social Presence Model, The Cuelessness Model,
dan The Media Richness Model. Berikut ini penjelasan dari masing-masing model tersebut.
1) The Social Presence Model, model ini melihat bagaimana komunikasi interpersonal
sangat dipengaruhi oleh perasaan keintiman, yang membuat komunikasi antarpribadi
melalui internet tidak efektif menurut model ini yaitu tidak adanya kehadiran seseorang.
2) The Cuelessness Model, menerangkan bahwa dalam komunikasi antarpribadi melalui
internet yang berbasis teks tidak efektif karena tidak adanya isyarat nonverbal seperti
gerak tubuh, ekspresi, identitas pada seseorang.
3) The Media Richness Model, menerangkan bahwa seseorang akan memilih media yang
paling lengkap untuk memenuhi kebutuhannya.
3.2 Saran
Pada dasarnya komunikasi antarpribadi melalui internet khususnya yang berbasis teks itu
memang kurang efektif, sehingga ketika kita berkomunikasi alangkah lebih baiknya jika kita
berkomunikasi secara langsung (tatap muka) agar pesan dari komunikasi tersebut dapat
tersampaikan dengan baik.

7

DAFTAR PUSTAKA

CRISPIN THURLOW, L. L. (2004). Computer Mediated Communication. London: SAGE
Publications Ltd.

http://www.dosenkomunikasi.com/komunikasi-termediasi-komputer/
http://tiarautami575.blogspot.co.id/2016/09/psikologi-dan-internet-dalam-lingkup_29.html

8