PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL ENGKLEK TERHADAP KONSENTRASI ANAK ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER (ADHD)

(1)

PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL ENGKLEK TERHADAP

KONSENTRASI ANAK ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY

DISORDER (ADHD)

SKRIPSI

Oleh : Astrie Cahyasari 201210230311290

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2016


(2)

PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL ENGKLEK TERHADAP

KONSENTRASI ANAK ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY

DISORDER (ADHD)

SKRIPSI

DiajukanKepadaUniversitasMuhammadiyah Malang sebagaisalahsatupersyaratanuntukMemperolehGelar

SarjanaPsikologi

Oleh : Astrie Cahyasari 201210230311290

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2016


(3)

i

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Skripsi : Pengaruh Permainan Tradisional Engklek Terhadap Konsentrasi Anak

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) 2. Nama Peneliti : Astrie Cahya Sari

3. NIM : 201210230311290

4. Fakultas : Psikologi

5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang 6. Waktu Penelitian : 11 Desember 2015

Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji pada tanggal 2 Februari 2016

Dewan Penguji

Ketua Penguji : Dr. Iswinarti., M.Si ( )

Anggota Penguji : 1. Zainul Anwar., M.Si ( )

2. Hudaniah, M.Si ( )

3. Istiqomah, M.Si ( )

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Iswinarti., M.Si Zainul Anwar., M.Psi

Malang, Mengesahkan,

Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang


(4)

ii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Astrie Cahya Sari

NIM : 201210230311290

Fakultas/Jurusan : Psikologi

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang

Menyatakan bahwa skripsi/karya ilmiah yang berjudul :

Pengaruh Permainan Tradisional Engklek Terhadap Konsentrasi Anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)

1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya

2. Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan Hak bebas Royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan undang-undang yang

berlaku.

Malang, Januari 2016

Mengetahui

Ketua Program Studi Yang Menyatakan

Yuni Nurhamida, S.Psi., M.Si Astrie Cahya Sari

Materai Rp. 6000


(5)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Puji Syukur yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Permainan Tradisional Engklek Terhadap Konsentrasi Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)” sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dra. Tri Dayakisni, M.Si., selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Dr. Iswinarti, M.Si dan Zainul Anwar, M.Psi., selaku Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Dra. Indrawati, M.Ed beserta terapis di Pusat Terapi Terpadu A Plus, yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

4. Ari Firmanto, S.Psi., M.Si., selaku dosen wali penulis yang telah mendukung dan memberi pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.

5. Segenap Dosen Fakultas Psikologi UMM yang telah banyak memberikan ilmu dan masukan selama perkuliahan.

6. Ayah dan Ibu, Tricahyono. S.E dan Endah W Asmorowati yang selalu menyisipkan nama penulis dalam setiap do’a-do’anya serta curahan kasih sayang yang tiada tara. Hal ini merupakan kekuatan terbesar bagi penulis untuk terus memiliki motivasi dalam perkuliahan dan proses skripsi ini.

7. Adikku tercinta, Gamas Cahya Ramadhan. Yang memberikan suport dan motivasi tiada henti.

8. Rekan bisnis, Muhammad Arya Samudra S.Psi yang banyak memberikan dorongan, semangat, kasih sayang dan bantuan baik secara moril maupun materil demi lancarnya penyusunan skripsi ini.

9. Teman-temanku tercinta, Aditya Utomo, Silfiasari, Ratna Danu, Fikhih Kartika, Delima, Ade Aisyah, Dyah Ayu, Dwi Putri & Trio Bangkit yang selalu memberikan semangat dan juga membantu proses pengerjaan skripsi ini.

10.Sahabat-sahabatku tercinta, Anita Tri, Meiyantika, Allan Denyzhar, Dery Lazuary, Christie Maharani, Furqan Ramdhan, Laila, Rari Inggararum, Rendy Praditya, & Genta Paduan yang selalu memberikan nasehat, hiburan, inspirasi dan dukungan tiada henti.

11.Kakak-kakak tingkatku Revina, Syahra, & Zaldy atas motivasi, dan saran sehingga peneliti semangat dalam menyelesaikan penyusunan skripsi.


(6)

iv

12.Keluarga besar kelas E angkatan 2012 Fakultas Psikologi semoga kedepannya semakin sukses.

13.Semua Pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah banyak memberikan bantuan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semuanya. Penulis menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga kritik dan saran demi perbaikan karya ini sangat penulis harapkan dan diterima dengan senang hati. Penulis berharap semoga ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.

Malang, Januari 2016

Penulis


(7)

v DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN i

SURAT PERNYATAAN ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

ABSTRAK 1

LATAR BELAKANG 2

LANDASAN TEORI 5

1. Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD)

a. Definisi Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) 5 b. Tipe Attention Deficit Hiperactivity Disorder ADHD) 6 c. Konsentrasi Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) 6

d. Faktor Pengaruh Konsentrasi ADHD 7

e. Kriteria ADHD 8

2. Permainan Tradisional Engklek

a. Definisi Permainan Tradisional Engklek 9

b. Jenis Engklek 10

c. Manfaat dalam Permainan Engklek 10

3. Hubungan Permainan Tradisional Engklek Terhadap Konsentrasi ADHD 11

4. Hipotesis 12

METODE PENELITIAN 12

1. Rancangan Penelitian 12

2. Subjek Penelitian 12

3. Variabel dan Instrumen Penelitian 12

4. Prosedur dan Analisa Data Penelitian 13

HASIL PENELITIAN 14

DISKUSI 19

SIMPULAN DAN IMPLIKASI 21


(8)

vi


(9)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian 15

Tabel 2. Uji Wilcoxon Data Pre-Test dan Post-Test 15


(10)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Berfikir 11

Gambar 2. Desain Penelitian Experimental 12

Gambar 3. Total Nilai Konsentrasi Ketiga Subjek 16

Gambar 4. Perbandingan Aspek Penyelesaian Tugas 16

Gambar 5. Perbandingan Aspek Ketekunan 17

Gambar 6. Perbandingan Aspek Pertahanan Fokus 17

Gambar 7. Perbandingan Aspek Keteraturan 18

Gambar 8. Hasil Observasi Permainan Engklek 18

Gambar 9. Petak Permainan Engklek 58

Gambar 10. Subjek Memasukkan Kelereng Kedalam Gelas 58

Gambar 11. Subjek Bermain Engklek 58

Gambar 12. Peneliti memberikan Intruksi permainan Engklek 59

Gambar 13. Mengurutkan Kelereng pada gelas 59

Gambar 14. Subjek memainkan permainan Engklek 59

Gambar 15. Subjek melakukan lempar holahop 60

Gambar 16. Kedua subjek melakukan suit 60


(11)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Modul Permainan Tradisional 24

Lampiran 2 Lembar Observasi Pre-Test & Post-Test 33

Lampiran 3 Hasil Perhitungan Konsentrasi Tiap Subjek 39

Lampiran 4 Hasil Penelitian Output SPSS 57

Lampiran 5 Dokumentasi 58


(12)

1

PENGARUH PERMAINAN ENGKLEK TERHADAP KONSENTRASI

ANAK ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER (ADHD)

Astrie Cahyasari

Fakultas Psikologi, Univeritas Muhammadyah Malang

Cahyasariastrie@gmail.com

Kognitif yang dialami anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan kemunduran satu tahun yang dialami anak normal, hal tersebut yang membuat anak susah berkonsentrasi. Apabila anak ADHD sulit berkonsentrasi akibatnya kurang bisa menangkap pelajaran disekolah maupun informasi di lingkungannya secara baik. Pada permainan tradisionalengklek terdapat indikator didalamnya yang mampu meningkatkan konsentrasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh permainantradisional engklek

terhadap konsentrasi anak ADHD. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen dengan desain variasi objek tunggal. Teknik pengambilan sampel yakni purpose samping dengan kriteria anak ADHD usia 6-8 tahun, memiliki surat keterangan pemeriksaan dari pihak terapis yang menyatakan anak ADHD. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi. Berdasarkan data yang diperoleh dilakukan analisa dengan menggunakan grafik untuk melihat perbedaan serta uji analisa non paramatrik Wilcoxon. Berdasarkan anlisis data yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa permainan tradisional engklek

memiliki pengaruh terhadap peningkatan konsentrasi anak ADHD dengan tingkat kepercayaan 94,6%.

Kata kunci : Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), permainan tradisional

engklek.

Cognitive children with Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) have a one year setback than normal children. Children with ADHD were hard to concentrate anddifficult to understand a lesson and information from the neighborhood. To overcome that problem, hopscoth game need to apply on the children with ADHD since it has the indicators to increase their concentration. The goals of this research were to understand the effect of hopscoth games against the children concentration with ADHD. This research was used single case experimental subject method and purpose sampling technique for children with ADHD at 6-8th years old which have recommendation letter from their therapist. The data collection was used observation method. Data obtained from that observation were then analyzed using graph to observe the differences and non-parametric Wilcoxon test analysis.Based on the analysis, it can be concluded that hopscoth game influence the concentration of children with ADHD with convidence level 94,6%.


(13)

2

Anak dapat dikatakan berkebutuhan khusus apabila ia berbeda dengan anak normal pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus memiliki jenisnya masing-masing misalnya autis, asperger, down syndrome, retardasi metal, ADHD dan lain sebagainya. Anak dengan kebutuhan khusus perlu ditangani lebih intens daripada anak normal.

Seperti halnya anak dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif, yakni gangguan yang dialami pada anak yang dilihat berdasaran ciri-ciri antara lain hiperaktif, impulsif, dan hal tersebut tersebut tidak dapat menyeimbangkan aktivitas seseorang yang menderita tersebut (Baihaqi & Sugiarmin,2006). Menurut Laufer, Demmhoff dan Solomonos Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan hiperkinesis biasanya ditunjukkan dengan lemahnya penyaringan stimuli yang diproses kedalam otak sehingga penderita tersebut lebih cenderung kepada rangsangan gerak berlebih atau hyperaktif. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan gangguan neubehavioral yang umumnya diderita pada masa anak-anak, memanifestasikan pada kegiatan motorik yang berlebihan atau impulsif, kurangnya perhatian bahkan bisa jadi gejala keduanya (Kuo & Taylor,2004).

Fenomena tentang Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) belakangan ini, marak berita di masyarakat mengenai seseorang anak yang dipasung akibat orang tua kurang memahami hal yang seharusnya dilakukan ketika memiliki anak dengan gangguan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Penanganan anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) perlu dilakukan intervensi yang tepat, apabila tidak ada penanganan terhadap konsentrasi anak yang memiliki gangguanAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) maka seperti yang diberitakan dua orang anak penderita Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) yakni I dan AS (Irwansyah,2011) . Anak tersebut kurang bimbingan bagaimana melatih konsentrasi yang menggakibatkan teralihnya gerak motorik berlebih. Akibatnya, motorik yang berlebih cenderung pada perilaku yang agresif, sehingga orang tua keduanya lebih memilih untuk memasung I dan AS. Hal tersebut menjadi suatu hal yang memprihatinkan bahwa kurangnya pengetahuan mengenai Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) maupun segala symptom yang dialami, membuat seseorang lebih menghentikan perilakunya dengan perbuatan yang kurang manusiawi.

Kesalahan penanganan akan membuat perkembangan anak semakin terganggu. Hal tersebut dikarenakan pemasungan membuat kognitif maupun perkembangan motorik pun tidak berkembang sesuai dengan umurnya, oleh karena itu perlu dilakukan penanganan khusus untuk anak penderita Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) maupun gangguan perkembangan lainnya.

Kognitif yang dialami anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan kemunduran satu tahun diantara anak normal seumurannya. Gerak motorik yang sangat berlebih, sehingga dalam melakukan segala aktifitas penyaringan stimuli tidak dapat dilakukan dan dieksplorasi kepada gerak motorik yang berlebihan. Berdasarkan penelitian Farrelly (2001) mengungkakan bahwa anak denganAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) dapat memiliki dampak dari berbagai segi. Beberapa orang tua yang memiliki anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)mengungkapkan ketika seseorang anaknya tidak dapat dikendalikan dalam bidang akademis maupun prestasi, terdapat permasalahan perilaku dirumah maupun disekolah, misalnya mengganggu teman, terkadang pula di tempat umum melakukan hal-hal diluar kendali dan mengalami kesulitan sosial bahkan hingga frustasi serta kurangnya toleransi pada lingkungan sekitarnya.


(14)

3

Tidak hanya itu saat ini beberapa orang tua terkadang merasa sedih akibat anak kurang bisa dikendalikan, dan tak jarang mengalami konflik diri mereka beranggapan telah gagal menjadi orang tua, merasa tidak bisa mendidik anaknya karena anak berbeda dengan teman sebayanya. Selain itu apabila anak dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) apabila tidak dikendalikan maka ia akan membahayakan orang disekitarnya seperti merusak atau mengobrak-abrik barang di mall, tak jarang biasanya orang tua yang memiliki anak

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) memilih untuk tidak membawa anaknya jalan-jalan karena takut ia berbuat onar di tempat umum. Padahal seharusnya anak dengan ADHD perlu juga melakukan interaksi di tempat umum demi perkembangannya. Selain itu kaitannya dengan gangguan konsentrasi hal yang dibutuhkan oleh anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) ialah konsentrasinya, akibat gerak berlebih anak menjadi susah untuk berkonsentrasi ia cenderung melakukan aktifitas fisik dan berlarian maupun bergerak kesana kemari. Sehingga perlu adanya penanganan untuk meningkatkan konsentrasi pada anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) tersebut.

Saat ini beberapa metode terapi banyak digunakan dalam penanganan pemusatan perhatian anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), baik farmakologi maupun terapi

behaviour. Penggunaan obat-obatan dalam penanganan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) rupanya tujuan utama bukanlah menyembuhkan hiperaktifnya menjadi tidak ada sama sekali. Melainkan mereduksi gangguannya tersebut. Untuk meningkatkan konsentrasi digunakan methylphenidate namun penggunakan apabila digunakan terus menerus kurang efektif dalam penyembuhan atau terapi untuk Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Penggunaan obat-obatan tersebut disertai diet ketat dan memiliki efek samping antara lain insomnia dan berkurangnya nafsu makan sehingga ketika anakAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) mengalami insomnia maka dilakukan pemberian obat tidur agar bisa tidur (Setyawan, 2010). Hal tersebut menunjukkan bahwa terapi dengan menggunakan obat-obatan nampaknya kurang efektif dan justru memiliki efek kurang baik apabila digunakan jangka panjang dalam penyembuhan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) secara alami.

Menurut komisi kesehatan mengungkapkan bahwa sekitar 80 persen anak yang menggunkan

methylphenidate (ritalin) mempunyai perbaikan yang nyata. 50-60 persen anak yang menggunakan ritalin terlihat memiliki perubahan normalisasi dari perilakunya. Bukan berarti perilakunya tidak dapat dibedakan dengan anak normal hanya saja anak tersebut membutuhkan perhatian (paternotte& Buitelaar, 2010). Pengobatan merupakan hal yang penting dalamAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD), namun permberiannya harus berdasarkan waktu dan pemberian yang tepat ketika anak yang didiagnosa tidak membutuhkan obat namun tetap diberikan obat untuk penanganannya maka dikhawatirkan akan membahayakan pada anak tersebut. Beberapa masyarakat memang banyak membutuhkan obat-obatan untuk penanganananAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) hal tersebut dikhawairkan akan membawa efek ketergantungan pada anak. Saat ini memang banyak beberapa metode terapi untuk melatih konsentrasi anak ADHD. bermain pun juga membawa efek terapeutik untuk anak-anak. Berdasarkan penelitian mengenai play therapy untukAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) (Jafari,dkk 2014) populasi anak yang menderitaAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) ialah mayoritas berjenis kelamin laki-laki, diantaranya mayoritas penderitaAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) mengalami gangguan pemusatan belajar,maupun kegiatan sekolah lainnya. Berdasar hasil yang dilakukan dengan menggunakan axlin play therapy

mengungkapkan bahwa anakAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) lebih senang bermain dan cepat menangkap hal maupun instruksi yang didapat karena dalam proses terapi


(15)

4

ini subjek tidak merasa bahwa sedang diterapi melainkan ia merasa sedang bermain. Dalam kegiatan ini bermain memang dapat meningkatkan kegembiraan dan berhubungan dengan emosi anak. Sehingga mampu membuat anak lebih mudah fokus dalam hal yang kaitannya membutuhkan konsentrasi.

Terapi bermain terbukti mempunyai hasil yang signifikan terhadap individu dan kehidupan anak-anak yang telah terdiagnosa dengan ADD, anak yang telah melakukan terapi bermain menunjukkan bahwa tingkat stress yang dimiliki berkurang, khususnya mengenai kecemasan, tekanan emosi dan menarik diri. Terapi bermain memiliki dampak positif terhadap gangguan perilaku yang menyeluruh, permasalahan internalisasi, perilaku bermasalah, konsep diri, self-efficacy, depresi, kecemasan dan treatment mengenai kepatuhan (Ray, Schottelkorb, & Amp; Tsai, 2007)

Menurut Tedjasaputra dalam Iswinarti (2010) bermain memiliki fungsi dalam mempengaruhi aspek fisik motorik kasar maupun halus, serta perkembangan sosioemosi dan kepribadian anak. Jadi media permainan dapat digunakan bagi pendidik maupun orang tua untuk mengarahkan anaknya maupun memberikan pembelajaran dengan perantara melalui media permainan tersebut. Saat ini pada era globalisasi terdapat banyak jenis permainan baik modern maupun tradisional. Permainan elektronik, permainan anak-anak, maupun dewasa. Segalanya disesuaikan dengan fungsinya. Dalam aspek motorik maupun sosial, permainan tradisional memang cukup baik untuk dilakukan. Permainan tradisional mampu memberikan unsur terapeutik pada seseorang yang melakukannya, salah satunya yakni ketika anak bermain maka mampu mengurangi kecemasan dan membuat seseorang menjadi tenang, Selain itu dengan bermain juga mampu melepas tekanan yang ada dalam diri, misalnya marah, takut dan diperbolehkan untuk mengekspresikan bentuk emosi tersebut dengan media permainan tradisional ini. Beberapa permainan tradisional pun juga mengandung efek terapeutik didalamnya.

Di Hindia permainan tradisional sangat diminati baik untuk kalangan menengah atas atau menengah bawah, terdapat 17 permainan di kota Bihar (Sahay, 2013). Permainan tradisional di berikan secara turun temurun dari orang tua kepada anaknya. Orang tua memahami bahwa disaat anak keluar malam untuk bermain dapat dimaklumi karena mereka sadar bahwa bermain tradisional bermanfaat untuk fisik maupun mental mereka. Di Hindia permainan menjadi hal yang bermanfaat untuk fisik maupun mental, disisi lain bermain permainan tradisional merupakan sumber untuk mengembangkan silaturahmi maupun interaksi sosial, strata sosial pun tidak menghalangi anak-anak di Bihar untuk bermain.

Di Afrika Selatan permainan tradisional masuk dalam kurikulum nasional, berdasarkan identifikasi permainan tradisional terbukti memiliki empat bidang antara lain bahasa (Africa), Sejarah dan sosial, budaya, serta orientasi kehidupan. Hal tersebut bertujun demi menggembangkan potensi peserta didik (Snel,2009)

Di Indonesia kaya akan budaya yang sangat menarik, ber aneka macam jenis permainan tradisional dan dari tiap daerah telah memiliki permainan yang khas dengan nama-nama yang beragam. Permainan tradisional mampu melatih motorik gerak, dan membuat anak menjadi aktif srta mampu membangun kepekaan sosial. Permainan tradisional di desa banyak ditemui salah satunya adalah Engklek. Pada permainan Engklek melatih gerak motorik misal seperti jalan menggunakan satu kaki, melompat dan lain-lain selain itu terdapat interaksi sosial karena perlu melakukan interaksi antara pemain satu dengan pemain yang lainnya. Tak jarang memang jaman dahulu emosi maupun motorik anak lebih sehat daripada anak pada zaman sekarang, karena zaman dahulu pun juga lebih banyak anak-anak yang memainkan permainan tradisional.


(16)

5

Kaitannya pada konsentrasi anakAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) apabila dilihat dari jenis dan unsur terapeutik didalam permainan tradisional diantaranya menurut Hughes dalam (Iswinarti, 2010) mengungkapkan bahwa bermain merupakan media komunikasi yang efektif dan alami karena dalam bermain terdapat interaksi didalamnya, bermain membuat orang dewasa diperbolehkan untuk masuk dalam dunia anak dan menunjukkan bahwa mereka diterima di lingkungan permainannya, bermain sebagai media observasi antara orang tua kepada anak, bermain mengurangi kecemasan, dan memberikan kesempatan untuk melepas kepenatannya. Maka dapat digunakan dalam melatih konsentrasi pada anakAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD). karena terdapat nilai-nilai yang bermanfaat terhadap permainan tradisional. Dalam (Iswinarti, 2010) menjelaskan bahwa permainan tradisional merupakan permainan yang telah diturunkan dari beberapa generasi dan memiliki makna baik dan dampak bagi seseorang yang melakukannya.

Terkait dengan beberapa fenomena di atas permainan tradisional yang dipilih sesuai dengan kebutuhanAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) ialah permainan Engklek.

Permainan Engklek merupakan salah satu permainan tradisional dengan prosedur permainan menggunakan beberapa kotak yang tersusun sedemikian rupa, peserta Engklek diminta untuk melewati kotak-kotak tersebut dan tidak boleh menginjak garis dengan melompat menggunakan satu kaki kemudian membawa gacu untuk dilempar. Dalam pelaksanaannya pemain melakukan interaksi satu dengan yang lain.

Penggunaan permainan tradisional Engklek tersebut karena dalam permainan Engklek mampu menimbulkan gerak motorik, konsentrasi dan aktifitas interaksi sosial. Oleh karena itu sesuai dengan penderitaAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) dimana dalam konsentrasiAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) mengalami ketidaksesuaian, sehingga diharapkan dengan dilakukannya Engklek maka dapat mengalihkan hiperaktifitasnya sehingga mampu berkonsentrasi pada kegiatan belajar maupun kegiatan lainnya karena dalam beberapa kegiatan seperti strategi maupun konsentrasi dalam melempar atau menaruh gacu mampu melatih konsentrasi didalamnya.

Dari serangkaian uraian di atas dilakukan permainan Engklek dengan subjek anak normal, dari sini peneliti tertarik melihat apakah penerapan nya dalam anakAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) memiliki manfaat atau efek yang sama. Kemudian banyak beberapa terapi untuk meningkatkan konsentrasi permainan anakAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD), apabila dilakukan dengan permainan Engklek apakah mampu untuk meningkatkan konsentrasi pada anak ADHD, maka peneliti tertarik untuk meneliti apakah terdapat pengaruh permainan tradisional Engklek terhadap konsentrasi anak ADHD.

Attention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD)

Definisi Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) berdasakan sejarahnya menurut Laufer, dkkAttention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan hiperkinesis biasanya ditunjukkan dengan lemahnya penyaringan stimuli yang diproses kedalam otak sehingga penderita tersebut lebih cenderung kepada rangsangan gerak berlebih atau hiperaktif. Attention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) merupakan gangguan neubehavioral yang umumnya diderita pada masa anak-anak, memanifestasikan pada kegiatan motorik yang berlebihan atau impulsif, kurangnya perhatian bahkan bisa jadi gejala keduanya. (Kuo & Taylor, 2004).Attention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) merupakan gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif, yakni gangguan yang dialami pada anak yang dilihat berdasarkan ciri-ciri antara lain hiperaktif, impulsif, dan hal tersebut tidak dapat menyeimbangkan aktivitas seseorang yang menderita tersebut (Baihaqi &


(17)

6

Sugiarmin, 2006). Menurut Profesor Russell Barkley mengemukakan bahwa unsur utama pada kondisi seseorang yang mengalamiAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) yakni kurangnya kemampuan untuk menghambat perilaku, jadi dalam pemikiran anak

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah semua beracuan pada masa kini, sehingga tidak ada pemikiran masa depan atau masalalu, yang ada hanya sekarang (Barkley, 1997). Berdasrkan definisi di atas maka dapat dikatakanAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) merupakan sebuah gangguan perilaku yang memiliki beberapa gejala yakni pemusatan perhatian dan konsentrasi, impulsifitas dan hiperaktifitas.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi munculnya anak dengan diagnosa Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) antara lain (Baihaqi & Sugiarmin, 2006) :

a. Faktor Genetika: faktor genetika muncul dari salah satu bahkan keduanya yang memiliki latar belakang garis keturunan Attention Deficit Hyperactivity Disorder

(ADHD), sehingga apabila menikah maka terjadi kemungkinan anak nya mengalami

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) pula.

b. Faktor Prenatal : Dalam masa kehamilan akibat ibu mengkonsumsi obat ataupun zat kimia lain, bisa jadi paparan limbah parik yang mengandung zat kimia berahaya maka dapat mempengaruhi munculnya anak dengan diagnosa Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).

c. Faktor keluarga dan lingkungan : permasalahan emosional karena adanya masalah lingkungan baik dalam keluarga maupun lingkungan sosial yang kerap kali dihadapi oleh anakAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD)

d. Neurobiologi : gangguan emosional sekunder ataupun akibat seringnya menghirup zat-zat

Tipe Attention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD)

Berdasarkan gejalanyaAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) terbagi menjadi 3 Tipe (DSM V-TR, 2013) diantaranya yakni: ADHD tipe Predominan Inatentif,Attention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) tipe hiperaktif impulsif,Attention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) tipe kombinasi. Tipe Predominan Inatentif dalam individu ini mengalami kurangnya fokus perhatian yang mendalam namun tanpa adanya hiperaktifitas/ impulsifitas. Tipe hiperaktif-impulsif, dalam tipe ini mengacu pada anak yang mengalami kesulitan yang lebih dominan adalah memory atau ingatan, dan persepsi gerak jadiAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) pada tipe tersebut lebih cenderung melamun dan menghindar dari lingkungan sosialnya. Sedangkan pada tipe kombinasi merupakan gabungan dari kedua tipe jadi gejala tersebut tampak sebelum anak mencapai 7 tahun dan diwujudkan paling sedikit dua setting tempat yang berbeda. Gejala tersebut ketika mncul menyebabkan hambatan yang signifikan dalam kemampuan akademik.

KonsentrasiAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD)

Konsentrasi merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan dengan pemusatan perhatian pada suatu subjek dan mengabaikan atau mengesampingkan subjek lain yang tidak memiliki keterkaitan pada subjek utama (Supriyo, 2008). Seseorang yang sedang berkonsentrasi cenderung memusatkan pada satu subjek saja, tidak jarang apabila kita berkonsentrasi maka akan lebih fokus pada subjek tersebut.

Kegiatan konsentrasi membutuhkan fokus, dalam hal ini disaat seseorang melakukan konsentrasi tentu perlu adanya atensi. Definisi atensi merupakan sebuah proses kognitif mngenai penangkapan informasi yang ada disekeliling kita, yang dilakukan melalui panca indra dengan proses seleksi, sehingga otak kita tidak menerima informasi secara berlebihan


(18)

7

atau overload karena kapasitas otak manusia terbatas (Solso, 2008). Kapasitas

neurlogismanusia sangat terbatas untuk menerima stimuli eksternal, sehingga perlu adanya atensi dalam penyaringan stimuli, dari atensi itu kemudian meningkat dengan melakukan konsentrasi.

Seseorang dapat dikatakan berkonsentrasi apabila sesuai dengan beberapa ciri-ciri berikut (Engkoswara, 2012):

a. Perilaku kognitif : perilaku kognitif diantaranya memiliki kesiapan pengetahuan, komperhensif dalam penyaringan info, mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh, dan mampu menganalisi informasi yang diprosesnya.

b. Perilaku afektif : terdapat adanya penerimaan perhatian dan merespon

c. Psikomotor : terdapat gerak anggota badan bahwa ia berkonsentrasi misal mimik muka, pandangan maata, maupun gerakan non verbal lainnya.

Krawietz (2007) dalam penelitiannya menemukan terdapat faktor kunci yang terkandung dalam konsentrasi yakni : a) Pengendalian fokus, b)Fokus yang tidak terkontrol, c) Membaca, & d) Mendengarkan). Jadi menurut krawietz seseorang akan melakukan fokus ketika ia sedang berada dalam keempat keadaan tersebut. Sedangkan dalam DSM V-TR (Diagnostik and Statistical Manual of Mental Health Disorder) (2013) dikatakan terdapat diagnosis khusus pada penderita ADHD dari segi atensi diantaranya kekurangan keteraturan dalaam penyelesaian tugas, kurangnya ketekunan, memiliki kesulitan dalam pertahanan fokus, dan kurangnya keteraturan pada diri subjek.

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) menurut DSM V-TR (Diagnostik and Statistical Manual of Mental Health Disorder) (2013), seseorang dapat dikatakanAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) apabila terdapat 6 atau lebih gejala-gelaja dan bersifat menghambat dalam lingkungan sosialnya. AnakAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) mengalami kesulitan dalam pemusatan perhatian, dan konsentrasi. Mereka cenderung tidak bisa menyaring stimuli-stimuli yang ada disekitarnya dengan berfokus pada satu hal saja, misalnya ketika disekolah mereka mendengarkan guru mengajar, mereka juga mendengarkan temannya yang sedang berbicara, serta mendengarkan suara motor dari luar ruang kelas juga. Sehingga anak tidak mampu untuk berfokus pada satu hal yang dirasa penting saja. Ia juga bukan hanya melihat guru menjelaskan didepan melainkan melihat orang diluar kelas berlari, melhat temannya berbicara, dan lain sebagainya. Ketidak mampuan anakAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) dalam memusatkan perhatian menjadikannya membutuhkan energi lebih banyak agar dapat berkonsentrasi dengan satu subjek dan tidak mempedulikan hal yang tidak dirasa penting tersebut. (Paternotte & Buitelaar, 2010). Ketidakmampuan penderitaAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) dalam pemusatan perhatian tersebut tidak ada kaitan dengan tinggi rendahnya intelegensi melainkan berkaitan dengan fungsi otak yang bekerja tidak seperti anak normal.

Faktor Pengaruh Konsentrasi ADHD

Berikut merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi hambatan konsentrasi padaAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) antara lain (Paternotte & Buitelaar, 2010):

a. Perkembangan sistem inhibisi : umumnya sistem inhibisi mulai diusia dua tahun, dan usia empat tahun berkembang secara kuat. Lingkungan meminta diusia empat tahun anak mampu mengontrol perilakunya begitu pula dengan ank usia 6 tahun. Apabila anakAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) perkembangan sistem inhibisi lebih berkembang dengan kapasitas lebih kecil. Sistem penghambatan didalam otak


(19)

8

tersebut kurang kuat sehingga anakAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) cenderung susah mengontrol kegiatan yang dilakukannya.

b. Perbedaan neuro-anatomi : terdapat adanya lapisan pre frontal, korpu kalosum yang menghubungkan belahan otak kiri dan kanan, serta lebih kecil 5-6% nukleus basalis. c. Perbedaan neuro-kimiawi : adanya gangguan pada dua sistem neurotrasnmiters yakni

dopamine dan adrenalin.

Kriteria ADHD

A. Menurut kriteria DSM V-TR (2013) seseorang dapat dikatakanAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) apabila memiliki pola kurangnya perhatian, Hiperaktifitas dan imulsif yang dapat menganggu fungsi pengembangan, yang memilik karakterisik :

1. Inattention : terdapat 6 atau lebih gejala berikut yang bersifat terus menerus dengan kurun waktu minimal 6 bulan yang bersifat tidak konsisten dengan tingkat perkembangan, dan berdampak negatif pada lingkungan sosial, serta hal akademis maupun kegiatan kerja. Dengan catatan gejala tersebut tidak semata-mata memanifestasi dari perilaku yang menentang, permusuhan mupun kegagalan dalam memahami tugas atau instruksi. Dalam usia remaja dan dewasa (17th-an) minimal diperlukan 5 gejala untuk mengindikasi bahwa seseorang tersebut mengalamiAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD).

a. Sering gagal dalam pemberian perhatian secara detail aatau sering ceroboh dan membuat kesalahan dalam tugas sekolah, tempat kerja atau selama kegiatan lainnya.

b. Sering mengalami kesulitan dalam hal mempertahankan perhatian, baik dalam tugas atau melakukan kegiatan bermain (misal dalam hal kuliah, percakapan, maupun membaca)

c. Sering tampak seperti tidak mendengar ketika berbicara atau melakukan percakapan (pikiran tampak ditempat lain bahkan tidak ada gangguan yang jelas)

d. Sering tidak mengikuti instruksi yang ada, dan gagal untuk menyelesaikan tugas sekolah, tugas yang sedang dilakuka atau tugas di tempat kerja (misalnnya mulai mengerjakan namun langsung kehilangan fokus)

e. Sering memiliki kesulitan mengenai pengorganisasian tugas dan kegiatan ( misal kesulitan mengelolah tugas secara berurutan, berantakan dalam menjaga barang, kerjanya tidak terorganisir, tidak bisaa memanajemen waktu, gagal memenuhi tenggat waktu)

f. Sering menghindari, tidak suka atau enggan terlibat dalam tugas tugas yang membutuhkan hal-hal yang membutuhkan pemikiran berat (misalnya tugas sekolah atau pekerjaan rumah, pembuatan dan menyelesaikan laporan bentuk atau membaca koran yang panjang)

g. Sering kehilangan sesuatu yang dibutuhkan untuk tugas maupun kegiatan (misal peralatan sekolah, pensil, buku, dompet, kunci, catatan, kacamata, dan

handphone)

h. Sering mudah terganggu oleh rangsangan asing (untuk remaja, dewasa, tidak berhubungan dengan pikiran)

i. Pelupa dalam kegiatan sehari-hari (misal melakukan tugas, menjalankan tugas untuk remaja dan dewasa, misal membayar tagihan, melakukan janji dengan seseorang).

2. Hiperaktivitas dan impulsivitas : enam atau lebih gejala berikut dan berlangsung terus menerus berlangsung selama minimal 6 bulan bersifat menetap dengan


(20)

9

tingkat perkembangan yang membawa dampak negatif pada lingkungan sosial dan akademis maupun lingkungan kerja atau kegiatan, note: gejala tidak semata memanifestasi dari perilaku, menantang, permusuhan atau kegagalan dalam memahami tugas maupun instruksi. Untuk remaja dan dewasa (usia 17 keatas sekiranya muncul minimal 5 gejala).

a. Sering gelisah dengan memukul-mukul tangan atau menggerak-gerakkan kaki pada kursi

b. Sering meninggalkan kursi dalam situasi dimana seharusnya ia duduk tenang (misalnya sering keluar kelas, dikantor, ataupun dalam situasi yang meminta dia untuk diam ditempat)

c. Sering berlari atau bahkan memanjat ditempat yang tidak tepat. Note: pada remaja dan dewasa, disaat kemungkinan mereka sedang merasa gelisah) d. Sering tidak mampu bermain atau terlibat dalam kegiatan yang membtuhkan

seseorang diam.

e. Sering bersifat ”on the go” bertindak seolah-olah dikendalikan oleh motor (misalnya tidak nyaman ketika berlama-lama dalam beberapa waktu, misalnya dalam restoran, rapat, dan mungkin gelisah dan sulit mengendalikan diri) f. Sering berbicara secara berlebihan

g. Sering menjawab langsung pertanyaan sebelum pertanyaan selesai diucapkan/ menyela (misalnya dalam sebuah percakapan ia langsung menyela pembicaraan)

h. Sering mengalami kesulitan menunggu giliran/ tidak sabar (ketika menunggu antrian secara berbaris)

i. Sering mengganggu orang lain ( dalam percakapan, games, kegiatan atau berfikir tanpa bertanya atau menerima persetujuan, untuk remaja dan dewasa mengganggu apa yang dilakukan orang lain).

B. Beberapa gejala gangguan inatensi atau hiperaktif impulsif muncul sebelum usia 12 tahun

C. Beberapa gejala ganggunan inatensi atau hiperaktif-imulsif muncul dalam lokasi dua atau lebih (mmisal dirumah, disekolah, ditempat kerja, bahkan dengan kerabat ataupun orang lain)

D. Terdapat bukti nyata bahwa gejala-gejala tersebut mengganggu atau mengurangi kualitas sosial, akademis, atau keberfungsian di pekerjaan

E. Gejala tidak tejadi secara ekslusif selama skizofrenia atau gangguan psikotik lainnya dan tidak sebaiknya dijelaskan dengan gangguan mental lainnya (misal gangguan suasana hati, gangguan kecemasan, gangguan kepribadian, subtansi keracunan atau menarik diri)

Permainan Tradisional Engklek

Permainan tradisional merupakan permainan yang telah diturunkan dari beberapa generasi dan memiliki makna baik dan dampak bagi seseorang yang melakukannya (Iswinarti, 2010) . Permainan tradisional memiliki beberapa aspek antara lain kognitif, motorik,dan sosial, dengan demikian seseorang atau anak yang melakukan kegiatan dolanan atau permainan tradisional mendapat beberapa manfaat diantaranya mampu bekonsentrasi dalam hal permainan, menggerakkan tubuh, dan interaksi sosial yang terjadi antar pemain.

Permainan tradisional sangat banyak sekali macamnya yang salah satunya ialah permainan

Engklek. Permainan tradisional telah diajarkan pada sebagian beberapa negara di timur tengah, mereka menyebut Engklek dengan sebutan Hopscocth bahkan di Kanada permainan tersebut masuk kedalam kurikulum di sekolah dasar. (Lichman, 2005). Definisi Engklek atau


(21)

10

hposcocth merupakan sebuah permainan tradisional yang menggunakan media gambaran pola kotak-kotak pada lantai yang di gambar sedemikian rupa ditambah dengan gacu sebagai alat untuk melakukan permainannya, pada umumnya permainan Engklek terdiri dari lebih dari dua orang dengan mengangkat salah satu kaki dan berjalan melompat. Prosedur yang tertera pada permainan Engklek biasanya berbeda dari jenis satu di jenis yang lainnya.

Jenis Engklek

Berdasarkan penelitian Iswinarti (2007) ditemukan 11 jenis permainan Engklek antara lain: a. Engklek bentuk kupingan, kapal balasam, sondah kapal, ebrekan.

b. Engklek bentuk gunung, gunungan

c. Engklek bentuk palang merah

d. Engklek bentuk sorok

e. Engklek bentuk sorok (variasi lain)

f. Engklek Bulet Payung

g. Engklek bentuk orang-orangan

h. Engklek bentuk pa’a

i. Engklek bentuk baling-baling

j. Engklek bentuk TV

k. Engklek Bentuk Menara

Permainan engklek memiliki peraturan yang berbeda setiap jenisnya, salah satunya pada peraturan permainan engklek pa’a perbedaan nya dengan engklek lain ialah dari segi petak engklek, serta cara memainkan gacu, yakni dengan cara ditaruh dipunggung tangan, di pundak maupun di kepala. Selain itu di akhir permainan melakukan gerak dengan kepala mendongak keatas dan sambil berbicara “pa’a” untuk melewati petak-petak engklek.

Manfaat yang Terkandung Dalam Permainan Tradisional Engklek

Permainan engklek mengandung beberapa manfaat kepada pemainnya. Diantarnya adalah terdapat manfaat yakni (Iswinarti.dkk, 2008):

a. Melatih perkembangan motorik: dalam permainan engklek mampu melatih keseimbangan tubuh ketahanan fisik maupun energi.

b. Peningkatan kemampuan kognitif : dalam hal ini kemampuan untuk meningkatkan konsentrasi maupun kemampuan meningkatkan kreatifitas dalam menyusun strategi c. Pengembangan sosial : melatih anak dalam hal komunikasi karena adanya interaksi

dalam permainan tersebut, serta sportifitas maupun empati terhadap teman.

d. Memupuk perkembangan emosi : melatih kesabaran maupun pengendalian diri baik emosi maupun fisik


(22)

11 Kerangka Berfikir

Gambar 1. Kerangka Berfikir

Pada anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) memiliki konsentrasi rendah, mulanya kurang dalam mempertahankan fokus, tidak mampu menyelesaikan tugas dengan baik, kurang dalam hal keteraturan, dan ketekunan anak rendah. Anak yang memiliki konsentrasi rendah diberikan permainan tradisioanl engklek. Kegiatan yang ada pada permainan tradisional engklek diantaranya melempar gacu dengan tepat sasaran, mempertahankan gacu agar tidak terjatuh saat melewati petak, dan membuat strategi. Ketiga kegiatan tersebut melakukan tingkat konsentrasi didalamnya. Sebelum melakukan kegiatan

engklek, mulanya dilakukan pengukuran tingkat konsentrasi dengan kegiatan pre-test dari kegiatan tersebut dapat dilihat tingkat konsentrasi subjek sebelum diberikan kegiatan permainan engklek. Setelah diukur tingkat konsentrasi awal kemudian subjek melakukan permainan engklek dan dilakukan selama ber ulang sebanyak 8 sesi. Setelah bermain engklek

selama 8 sesi telah selesai kemudian dilakukan pengukuran dengan kegiattan post-test, dalam kegiatan post-test dilakukan kegiatan yang sama dengaan pre-test, bertujuan untuk mengukur apakah ada perubahan yang meningkat setelah dilakukan permainan engklek. Hal ini diharapkan konsentrasi yang dimiliki anak dengan ADHD mampu meningkat dan mampu mempertahankan fokus, menyelesaikan tugas, menjadi lebh teratur dan lebih tekun.

Konsentrasi Rendah

1. Kurangnya focus 2. Tidak mampu

menyelesaikan tugas 3. Tidak teratur 4. Ketekunan rendah

Konsentrasi Meningkat

1. Pertahanan Fokus 2. Penyelesaian Tugas 3. Keteraturan 4. Ketekunan

Permainan Tradisional

Engklek

Permainan engklek :

1. Melempar gacu 2. Mempertahankan gacu

agar tidak terjatuh 3. Membuat strategi

menghadapi lawan.

Melakukan Kegiatan Bermain Engklek Selama

8 sesi


(23)

12 Hipotesis

Peneliti mengajukan hipotesis penelitian yakni:

Permainan tradisional Engklek mampu meningkatkan konsentrasi anakAttention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).

METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kuantitatif yakni eksperimental, yakni eksperimen merupakan situasi penelitian yang minimal terdapat satu varible bebas, yang disebut dengan varibel eksperimental dan dengan sengaja dimanipulasi oleh peneliti (Sugiyono, 2014). Dalam hal ini variasi yang dilakukan pada eksperimen kali ini ialah variasi objek tungal (singgel case experimental subject), yang merupakan desain penelitian dengan menggunakan efek suatu perlakuan dengan kasus yang spesifik dan subjeknya terbatas dan tidak mungkin untuk dilakukan komparasi antar kelompok. Pada desain ini dilakukan penelitian dengan melakukan observasi mengenai keadaan subjek sebelum diberi perlakuan/ keadaan subjek sesungguhnya, kemudian setelah diberikan perlakuan, dilakukan kembalipengukuran dengan menggunakan instrumen yang sama saat pretest (Seniati dkk, 2014)

Gambar 2. Desain Penelitian Experimen

Keterangan :

Pengukuran (O1) Merupakan Fase pre-Test

Manipulasi (X) pemberian permainan Engklek

Pengukuran (O2) merupakan fase post-Test setelah pemberian perlakuan

Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang digunakan ialah anak yang memiliki gangguanAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) berjumlah 3 orang subjek. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode purpose sampling yakni kriteria subjek telah ditentukan dan sesuai dengan yang diinginkan oleh peneliti (Winarsunu, 2006) Subjek yang akan diambil terbukti terindikasi ADHD dengan kriteria antara lain :

- Memiliki surat keterangan pemeriksaan dari pihak terapis bahwa subjek merupakan anak dengan gangguan ADHD.

- Telah dilakukan diagnosa bahwa anak tersebut ADHD dari dokter maupun psikolog. - Anak ADHD usia 6-8 tahun.

- Tidak memiliki gangguan selain ADHD.

Variabel dan Instrumen Penelitian


(24)

13

Penelitian ini terdapat dua variabel yakni variabel bebas atau bisa disebut variabel X dan variabel terikat yang disebut dengan variabel Y. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah permainan tradisional Engklek, yakni permainan tradisional Engklek adalah permainan yang merupakan tradisi turun temurun berupa rangkaian pola kotak-kotak yang disusun sedemikian rupa yang memiliki aturan tertentu, dimana pemain diminta untuk melewati beberapa kotak dengan cara mengangkat satu kaki dan melompat melewati kotak-kotak tersebut dengan membawa gacu ditangan, dari start kotak pertama hingga kotak terakhir dan perserta diminta untuk berbalik arah dan kembali ke kota start dengan melakukan hal yang sama yaknni menangkat satu kaki dan melompat dengan membawa gacu ditangannya.

Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini yakni konsentrasi anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) definisi konsentrasi anakAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) ialah kemampuan dalam hal memusatkan perhatian pada satu subjek dan mengesampingkan subjek lain yang tidak dibutuhkan dengan tujuan agar pemikiran tertuju pada satu subjek terkait hal belajar tersebut yang dilakukan oleh anak dengan gangguan atensi dan hiperaktifitas.

Mengamati konsentrasi anakAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) dapat dilihat melalui bagaimana anak mematuhi peraturan dan isntruksi yang diberikan dapat dilihat melalui kegiatan menggigit kelereng, memasukkan paku kedalam botol, dan melempar holahop tanpa melakukan kesalahan saat permainan. Hal tersebut dilakukan dalam 3 sesi, setiap sesi akan dinilai dan mendapatkan total nilai dari tiap-tiap sesinya.

Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah observasi langsung dengan cara mencatat beberapa skor yang didapat selama subjek pada pre-test yakni memindahkan kelereng, Memasukkan paku kedalam botol , dan lempar holahop, dan mencatat tingkah laku yang dilakukan saat pre-test, kemudian mencatat pula hasil post test. Observasi dilakukan disaat

pre-test, berjalannya treatment, serta post test. Bertujuan untuk mengamati perilaku subjek dan mencatat hal-hal penting tersebut. Pelaksanaan pre-test dilakukan dengan setting

halaman depan rumah yang akan dilakukan selama satu hari dengan 3 sesi, dan tiap sesinya akan dicatat sesuai dedngan lembar observasi dan lembar skoring pada table pre-test dan dilihat berapakah total skor konsentrasi yang dimiliki masing-masing subjek. Padapost testdilakukan observasi dengan tujuan untuk melihat apakah terdapat perubahan yang meningkat setelah dilakukan treartment permainan Engklek tersebut.

Prosedur dan Analisa Data

1. Tahap Awal

Langkah penelitian pada tahap awal mulanya peneliti melakukan tahapan persiapan yakni pembuatan rancangan penelitian berupa latar belakang penelitian serta pemilihan subjek yang akan dijadikan penelitian. Kemudian melakukan persiapan mengenai peralatan yang akan dipakai dalam pre-test, post-test serta treartment

Engklek tersebut. Menyiapkan lembar observasi serta melakukan koordinasi kepada pihak terapi maupun orang tua. Kemudian menggalih informasi tentang subjek kepada terapis yang menangani anak tersebut. Setelah informasi telah diperoleh kemudian melakukan pertimbangan apakah anak tersebut sesuai menurut kriteria penelitian atau tidak. Apabila sesuai maka dilakukan tindak lanjut dengan melakukan koordiinasi serta orang tua diminta untuk mengisi inform concent.

2. Tahap Pelaksanaan

Subjek yang sesuai dengan kriteria diminta untuk melakukan pre-test terlebih dahulu dengan tujuan untuk mengukur seberapa tingkat konsentrasi yang dimiliki subjek,


(25)

14

waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pre-test adalah 1 hari yang terdiri dari 3 sesi, diantaranya adalah memindahkan kelereng dengan sendok, memasukkan paku kedalam botol, dan lempar holahop. Kemudian dilakukan skoring pada pre-test dan menjumlah total nilai keseluruhan, selanjutnya melakukan treatment yakni permainan

Engklek Pelaksanaan treatment dilakukan selama 10 hari dengan 1 sesi tiap harnya dengan diminta untuk bermain Engklek. Sebelum melakukan treartment subjek diberikan penjelasan mengenai prosedur yang ada dalam permainan Engklek.

a. Peneliti mempersiapan tempat permainan engklek serta membuat petak-petak sebagai media permainan engklek.

b. Peneliti mempersiapkan gacu yang dibutuhkan sejumlah pemain (gacu bisa berupa pecahan genting atau batu kecil)

c. Permainan engklek dilakukan oleh peneliti dan satu subjek

d. Peserta diberitahu tentang prosedur permainan engklek dengan jelas

e. Pada tahap treatment I dan II subjek diminta untuk melempar gacu kemudian mengambil gacu tersebut dan melakukan lompat dengan satu kaki sesuai urutan, mulai dari nomor 1,2,3,4, dan melakukan “brek” pada nomor 5

f. Pada treatment III subjek diminta untuk menaruh gacu di punggung tangan diiringi dengn melompat dengan satu kaki melewati petak-petak

g. Treatment IV subjek diminta untuk menaruh gacu dipundak sambil melakukan lompat dengan satu kaki, kemudian dilatih pula untuk menaruh gacu di atas kepala.

h. Treatment V-VIII melakukan permainan engklek secara keseluruhan sesuai dengan prosedur yang ada.

3. Tahap Akhir

Dalam tahap akhir subjek diberikan post-test pasca pemberian treartment. Dalam hal ini peneliti melihat kembali bagaimana tingkat konsentrasi yang ada pada diri subjek, apakah ada peingkatan atau stagnan bahkan mengalami penurunan. Pada pelaksanaan

pos-test peneliti melakukan kegiatan yang sama dengan tahapan pre-test, antara lain dengan cara diminta untuk memindahkan kelereng dengan sendok, memasukkan paku kedalam botol, dan lempar holahop, kemudian dilakukan skoring dengan menjumlahkan nilai tiap sesinya. Kemudian melakukan pengukuran analisa data dengan membandingkan tingkat konsentrasi sebelum dilakukannya treatment dan setelah dilakukan treatment. Pelaksanaan post-test dilakukan selama 1 hari dengan 3 sesi.

Setelah beberapa tahapan telah dilakukan selanjutnya melakukan proses analisa data dengan menggunakan analisis grafik untuk melihat perbedaan perilaku sebelum dan sesudah melakuka treatment (Latipun, 2008). Dalam penelitian ini akan diolah dengan menggunakan program SPSS for windows ver. 20, yakni analisa nonparamatrik (Subjek < 30 orang)

wilcoxon serta dipaparkan secara deskriptif denggan hasil dari perbandingan dilakukannya

pre-test dan post-test untuk melihat perbedaan sebelum dan sesudah dilakuka tretatment. Apabila nilai yang diperoleh subjek lebih besar post-test daripada pre-testnya maka hipotesis penelitian diterima dan dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh peningkatan konsentrasi pada subjek.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelitian, dalam pemberian treatment permainan tradisional engklek

terdapat 3 anak ADHD yang dijadikan subjek penelitian. Subjek pertama adalah MZP, subjek tersebut mulanya mengalami hiperaktifitas melompat, salto dan sering berlari didalam kelas.


(26)

15

Menurut shadow, daya tangkap dalam belajar subjek MZP kurang dan suka berlarian didalam kelas saat guru menerangkan. Subjek yang kedua yakni subjek MAYN, subjek tersebut mulanya hampir setiap kali akan memulai treatment selalu menangis, bahkan tidak jarang ketika proses terapi pun menangis kemudian tidak sabar menunggu giilirannya. Pada subjek FEB, mulanya emosi cenderung tidak stabil, tiap kali melakukan kegiatan selalu mengomentari apapun hal yang terjadi disekitarnya, selain itu kurang sabar dalam melakukan kegiatan.

Setelah treatment permainan tradisional engklek dilakukan, diperoleh beberapa hasil yang akan dipaparkan melalui beberapa tabel dan grafik. Pada tabel 1 memaparkan mengenai karakteristik subjek penelitian permainan tradisional engklek yang berisi tentang nama subjek, Jenis kelamin, tanggal dimulainya penelitian, usia subjek penelitian, kelas, dan lokasi penelitian yang dilakukan.

Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian

Nama Jenis

Kelamin

Usia Kelas Lokasi Penelitian

MZP L 7 1

Pusat Terapi ABK A Plus

MAYN L 6 1

FEB L 7 2

Pada tabel 1 menunjukkan subjek penelitian sebanyak tiga orang dimana seluruh subjek berjenis kelamin laki-laki dengan usia subjek MZP dan FEB 7 tahun sedangkan MAYN usia 6 tahun, Ketiga subjek tersebut melakukan kegiatan di pusat terapi ABK A plus dengan waktu 60 menit tiap satu sesi pertemuan. Waktu yang dilakukan pada kegiatan treatment pada subjek MZP dan FEB pukul 14.00-15.00 sedangkan subjek FEB pukul 15.00-16.00.

Peneliti melakukan analisis data, dimulai dari memaparkan secara deskriptif menggunakan grafik kemudian dilakukan analisa dengan menggunakan SPSS dengan analisa uji Wilcoxon

untuk melihat pengaruh pre-test dan post test pada konsentrasi anak ADHD.

Tabel 2. Deskriptif uji wilcoxon data pre-test dan post-test

Total Pre-Test – Post Test

Asymp (2-tailed) 0.109

Berdasarkan hasil uji analisis Wilcoxon pada tabel 2 diperoleh hasil p> 0,05 (p= 0,054). Hasil tersebut menunjukkan penilaian signifikansi yang terjadi yakni sebesar 0,054 dapat dikatakan peningkatan konsentrasi dengan taraf kepercayaan yang diperoleh sebesar 94,6 %.


(27)

16 Nama

Subjek

Pre test Post test

1 2 3 4 Nilai

Total 1 2 3 4

Nilai Total MZP 17,5 18,5 17,5 17 70,5 27 31 22,5 26,5 107 MAYN 18,5 20 16 18,5 73 25,5 24 26 29 104,5

FEB 23 22 24 23 93 37,5 40 41 41,5 160

Keterangan

1 = Penyelesaian Tugas 2 = Ketekunan

3 = Pertahanan Fokus 4 = Keteraturan

Pada tabel diatas menjelaskan mengenai nilai pre-test dan post-test pada tiap aspeknya. Ketiga subjek secara keseluruhan mengalami peningkatan dari pre-test ke post-test, namun memiliki nilai yang bervariasi pada tiap subjeknya. Penilaian tersebut berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh kedua observer selama masa pre-test, treatment hingga post-test berakhir.

Gambar 3. Total Nilai Konsentrasi Ketiga Subjek

Hasil total perhitungan konsentrasi yang dilakukan oleh ketiga subjek, diperoleh nilai total

pre test subjek MZP sebesar 70,5 poin dan setelah dilakukan post test nilai konsentrasi meningkat menjadi 107 poin. Kemudian pada subjek MAYN nilai total konsentrasi pre test

yang dimiliki sebesar 73 poin, kemudian setelah dilakukan post test nilai konsentrasi naik menjadi 104,5 poin. Berbeda halnya dengan subjek FEB pada subjek FEB nilai total konsentrasi pada pre test sebesar 93 poin, kemudian setelah dilakukan post test nilai konsentrasi naik menjadi 160 poin.

70,5 73

93

107 104,5

160

0 50 100 150 200

Subjek MZP Subjek MAYN Subjek FEB

Total Keseluruhan Nilai Konsentrasi


(28)

17 Gambar 4. Perbandingan Aspek Penyelesaian Tugas

Pada aspek penyelesaian tugas dari ketiga subjek mendapatkan hasil yang bevariasi, pada subjek MZP nilai Post test sebesar 17,5 kemudian setelah dilakukan post test meningkat menjadi 27 poin. Peningkatan pada aspek penyelesaian tugas juga terjadi dengan subjek MAYN, pada subjek MAYN nilai pretest yang didapat sebesar 18,5 kemudian setelah dilakukan post test meningkat menjadi 25,5 poin. Pada subjek FEB nilai pre test aspek penyelesaian tugas yang didapat sebesar 23 poin kemudian setelah dilakukan post test

meningkat menjadi 37,5 poin.

Gambar 5. Perbandingan aspek Ketekunan

Pada aspek ketekunan dari ketiga subjek mendapatkan hasil yang bevariasi, pada subjek MZP nilai Post test sebesar 18,5 kemudian setelah dilakukan post test meningkat menjadi 31 poin. Peningkatan pada aspek ketekunan pun terjadi dengan subjek MAYN, pada subjek MAYN nilai pretest yang didapat sebesar 20 kemudian setelah dilakukan post test meningkat menjadi 24 poin. Pada subjek FEB nilai pre test aspek ketekunan yang didapat sebesar 22 poin kemudian setelah dilakukan post test meningkat menjadi 40 poin.

17,5 18,5

23

27 25,5

37,5

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Subjek MZP Subjek MAYN Subjek FEB

Aspek Penyelesaian Tugas

Pre Test Post Test

18,5 20 22

31

24

40

0 10 20 30 40 50

Subjek MZP Subjek MAYN Subjek FEB

Aspek Ketekunan


(29)

18 Gambar 6. Perbandingan Aspek Pertahanan Fokus

Pada aspek pertahanan fokus dari ketiga subjek mendapatkan hasil yang bevariasi, pada subjek MZP nilai Post test sebesar 17,5 kemudian setelah dilakukan post test meningkat menjadi 22,5 poin. Peningkatan pada aspek pertahanan fokus pun terjadi dengan Subjek MAYN, pada subjek MAYN nilai pretest yang didapat sebesar 16 kemudian setelah dilakukan post test meningkat menjadi 26 poin. Pada subjek FEB nilai pre test aspek pertahanan fokus yang didapat sebesar 24 poin kemudian setelah dilakukan post test

meningkat menjadi 41 poin.

Gambar 7. Perbandingan Aspek Keteraturan

Pada aspek keteraturan dari ketiga subjek mendapatkan hasil yang bevariasi, pada subjek MZP nilai Post test sebesar 17 kemudian setelah dilakukan post test meningkat menjadi 26,5 poin. Peningkatan pada aspek keteraturan pun terjadi dengan subjek MAYN, pada subjek MAYN nilai pretest yang didapat sebesar 18,5 kemudian setelah dilakukan post test

meningkat menjadi 29 poin. Pada subjek FEB nilai pre test aspek keteraturan yang didapat sebesar 23 poin kemudian setelah dilakukan post test meningkat menjadi 41,5 poin.

17,5 16

24

22,5 26

41

0 10 20 30 40 50

Subjek MZP Subjek A Subjek FEB

Pertahanan Fokus

Pre Test Post Test

17 18,5 23

26,5 29

41,5

0 10 20 30 40 50

Subjek MZP Subjek A Subjek FEB

Aspek Keteraturan


(30)

19 Gambar 8. Hasil Observasi Permainan Engklek

Pada kegiatan bermain engklek, penilaian observasi dilihat dari bagaimana perkembangan tiap sesi dalam treatment tersebut. Secara keseluruhan, ketiga subjek mengalami peningkatan pada tiap sesi treatment namun nilai yang diperoleh oleh tiap subjeknya bervariasi. Dapat dilihat pada grafik, tampak nilai subjek FEB saat treatment lebih tinggi dibanding kedua subjek lainnya. apabila dilihat sesi I didapatkan skor 54 poin, kemudian pada sesi II terjadi peningkatan sebanyak 4 poin, sesi III meningkat sebesar 3 poin, sesi IV naik 5,5 poin, sesi V terjadi peningkatan 6,5 poin,berikutnya sesi VI terdapat kenaikan 12 poin, sesi VII meningkat sebanyak 5,5 poin, kemudian sesi VIII pada sesi ini terjadi peningkatan sebesar 7 poin.

Kemudian disusul oleh subjek MAYN dengan mengalami peningkatan secara keseluruhan dari tiap sesinya diantaranya pada sesi I total skor yang diperoleh adalah 29 poin, kemudian meningkat pada sesi II sebanyak 8 poin, sesi III terjadi peningkatan nilai 13,5 poin; sesi IV naik 6 poin; sesi V terjadi peningkatan 10 poin; sesi VI terdapat kenaikan 9,5 poin; sesi VII sebanyak 2,5 poin, dan sesi VIII pada sesi ini terjadi peningkatan sebesar 15,5 poin. Berbeda halnya dengan subjek MZP, apabila kedua subjek tersebut mengalami peningkatan pada tiap sesinya, namun pada subjek MZP terjadi penurunan pada sesi ke III. perubahan yang terjadi ketika treatment pada subjke MZP antara lain sebagai berikut, sesi I didapatkan skor 31 poin; sesi II terjadi peningkatan seanyak 2 poin; sesi III terjadi penurunan nilai 0,5; IV naik 14 poin; sesi V terjadi peningkatan 1 poin; sesi VI pada sesi tersebut terdapat kenaikan 5 poin; VII terjadi kenaikaan sebanyak 8 poin; sesi VIII pada sesi ini terjadi peningkatan sebesar 18,5 poin.

DISKUSI

Penelitianmenunjukkan berdasarkan kegiatan yang dilakukan selama ±1,5 bulan terdapat perubahan peningkatan dalam hal konsentrasi pada anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) melalui permainan tradisional engklek. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai dari pre-test ke post test pada grafik,dengan taraf kepercayaan berdasarkan uji analisis Wilcoxonsebesar 94,6 %.

Anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) DSM V-TR (2013) memiliki kencenderungan kurangnya daya konsentrasi, hiperaktivitas, dan impulsif. Hal tersebut

31 33 32,5

46,5 45,5 50,5

58,5 77 29 37 50,5 56,5 65,5 75 77,5 93 54 58 61 66,5 73 85 95,5 102,5 0 20 40 60 80 100 120

S E S I I S E S I I I S E S I I I I S E S I I V S E S I V S E S I V I S E S I V I I S E S I V I I I

H A S I L O B S E RVA S I SA AT B E R M A I N

E N G K L E K


(31)

20

berdampak pada penangkapan konsentrasi dalam pembelajaran disekolah DSM V-TR (2013). Kekurangan konsentrasi menjadikan hambatan dalam menangkap pelajaran maupun informasi yang ada di sekitar, anak menjadi kurang fokus, tidak mampu menyelesaiakan tugas, kurang teratur, dan ketekunan yang dimiliki tergolong rendah. Sama halnya dengan ketiga subjek penelitian, pada subjek MZP menurut shadow subjek mengalami lambat belajar, sehingga informasi yang diperoleh soleh subjek di sekolah sulit dipahami olehnya. Tidak jarang tingkat hiperaktivitas muncul ketika disekolah, misalnya melompat, berlari, dan salto. Kemudian pada subjek MAYN mulanya keteraturan dan ketekunan pun sulit diterapkan pada dirinya, sesekali mudah menangis dan kurang tekun dalam melakukan sebuah kegiatan. Biasanya tidak menyelesaikan kegiatan hingga selesai. Pada subjek FEB subjek kurang tekun dan bersabar. Terkadang pula apabila terdapat stimulus lain subjek langsung mencari sumber suara. Pada ketiga subjek ini pertahanan fokus yang dimiliki pun rendah, terbukti ketika diluar ruangan terapis lainnya berbicara ketiganya selalu menoleh keluar ruangan.

Konsentrasi penting untuk di asah, khususnya anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder

(ADHD), ketika anak semakin mampu melakukan konsentrasi, maka secara otomatis akan mampu menangkap pelajaran di sekolah maupun informasi yang diperoleh dari lingkungan sekitar. Salah satu melatih konsentrasi dengan menggunakan permainan tradisional engklek.

Pada permainan engklek terdapat manfaat yang ada didalamnya, diantaranya permainan

engklek mampu melatih keseimbangan tubuh; meningkatkan kemampuan kognitif; mengembangkan interaksi sosial; melatih kontrol emosi (Iswinarti.dkk, 2008). Kegiatan

engklek tersebut secara otomatis mengharuskan subjek untuk fokus dan berhati-hati agar dirinya mampu memenangkan permainan engklek itu sendiri.

Mulanya ketiga subjek diukur seberapa nilai konsentrasi dengan melakukan kegiatan pre-test.

Pada kegiatan pre-test dilakukan sebanyak 3 sesi, mulanya subjek diminta untuk menggigit kelereng dan menaruhnya ke gelas yang tercantum angka dan diminta mengurutkan, kemudian melompat engklek dan memasukkan paku kedalam botol, setelah itu melempar holahop. Tidak jarang ekspresi yang dimunculkan subjek berbeda-beda, ada yang merasa geram karena tidak tepat sasaran, ada pula yang hampir menyerah karen terlalu lelah. Kedua observer menilai tingkaat konsentrasi subjek sebelum melakukan permainan engklek. Setelah

pre-test selesai maka dilakukan kegiatan bermain engklek.

Pada kegiatan permainan engklek ketiga subjek melakukan kegiatan yang membutuhkan konsentrasi, diantaranya cara melempar gacu agar tidak melewati ataupun menginjak garis, subjek melompat engklek dan berusaha bertahan agar seimbang, kemudian membuat strategi dalam melawan musuh. Peningkatan konsentrasi pun muncul hal tersebut dilihat dari hasil observasi tiap sesi ketika bermain engklek. Hal tersebut sesuai dengan indikator permainan

engklek pada penelitian Iswinarti.dkk (2008) apabila dilakukan secara berulang maka akan mampu meningkatkan perhatian.

Permainan engklekPa’a terdapat aturan berlaku didalamnya antara lain ketika melompat tidak boleh menginjak garis; menjaga keseimbangan dengan satu kaki;gacu yang dilempar harus masuk kedalam kotak dan tidak boleh keluar kotak; melompat harus sesuai dengan urutan;gacu yang diletakkan di punggung tangan; bahu, maupun kepala tidak boleh terjatuh; dan apabila terjatuh dikatakan mati dan akan digantikan oleh pemain yang lain. Hal tersebut sesuai dengan kebutuhan anakAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) dalam DSM V-TR (2013), dikatakan terdapat diagnosis khusus pada penderitaAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) dari segi atensi diantaranya kekurangan keteraturan dalam penyelesaian tugas, kurangnya ketekunan, memiliki kesulitan dalam pertahanan fokus, dan kurangnya keteraturan pada diri subjek. Ketika dilakukan kegiatan engklek dengan beberapa peraturan yang terkandung didalamnya maka yang terjadi anak tersebut akan memiliki


(32)

21

keteraturan yang lebih baik dari sebelumnya, kemudian anakAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) dapat menyelesaikan tugasnya. Pada ketekunan biasanya terjadi karena kurangnya fokus pada anak tersebut, sehingga ketika melakukanpermainan engklek anak mampu memusatkan perhatian hal tersebut dikarenakan saat melakukan lompat engklek

terdapat peraturan bahwa tidak boleh menginjak garis sehingga membuat anak tersebut lebih fokus dan berusaha agar melompat di petak secara tepat, dalam keteraturanpun demikian, ketika melompat anak harus melewati petak secara urut dan tidak boleh acak.

Setelah dilakukan permainan engklek, kemudian dilakukan post-test.pada penilaian post-test

terbukti konsentrasi yang dialami oleh ketiga subjek meningkat dari beberapa aspek, diantaranya pertahanan fokus yang mulanya kurang mampu mempertahankan fokus selalu memandang keluar tiap mendengar suara-suara, kemudian mampu menyelesaikan tugas tanpa mengeluh dan menggerutu, ketiga subjek mampu melakukan kegiatan secara teratur serta tekun. Dalam penelitian in terbukti memiliki pengaruh peningkatan konsentrasi anak

Attention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) ketika diberikan permainan tradisional

engklek.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan Hinduan (2015) mengungkapkan bahwa permainan tradisional engklek mampu meningkatkan konsentrasi pada anakAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD), Penelitian ini juga meneliti tentang permainan engklek

dengan subjek anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD), hal yang diteliti kaitannya juga dengan konsentrasi anak ADHD. Penelitian eksperimen ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan kosentrasi pada anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) ketika diberikan permainan engklek terutama pada perempuan. Hasil penelitian ini menunjukkan gambaran berdasarkan uji analisis grafik bahwa terdapat perbedaan peningktan konsentrasi dari pre-test ke post-test.

Terdapat juga variable lain yang mempengaruhi konsentrasi Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), Berdasar hasil yang dilakukan dengan menggunakan axlin play therapy

mengungkapkan bahwa anakAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) lebih senang bermain dan cepat menangkap hal maupun instruksi yang didapat karena dalam proses terapi ini subjek tidak merasa bahwa sedang diterapi melainkan ia merasa sedang bermain. Dalam kegiatan ini bermain memang dapat meningkatkan kegembiraan dan berhubungan dengan emosi anak (Jafari,dkk 2014). Pada penelitian tersebut terbukti penggunakn metode axlin play therapy mampu memberikan pengaruh sebesar 36% peningkatan konsentrasi pada anak

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).

Dengan berbagai paparan yang telah dijelaskan sebelumnya, bukan berarti penelitian tidak memiliki kekurangan. Berbagai keterbatasan muncul pada penelitian ini, terlebih pada proses kegiatan treatment. Pada kegiatan treatment dilakukan didalam ruangan dikarenakan cuaca yang kurang mendukung, serta kekurangan lain yakni faktor lingkungan ramainya lokasi treatment membuat subjek lebih memaksimalkan untuk memusatkan perhatian pada permainan engklek. Terlebih ketika banyak anak lain berjalan mengganggu subjek yang susah dikendalikan. Kelemahan penelitian ini terutama pada faktor ketidak hadiran subjek ke tempat terapi, beberapa subjek terkadang tidak masuk dan hal tersebut membuat jadwal penelitian diundur.


(33)

22

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

Berdasarkan hasil peneliitian dapat disimpulkan bahwa permainan tradisional engklek

memiliki pengaruh dalam meningkatkan konsentrasi anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD). Ketiga subjek yang cenderung aktif dan kurang stabil dalam pengendalian emosi mampu mengontrol dirinya dan lebih mampu berkonsentrasi. Hal tersebut dikarenakan seringnya diberikan permainan engklek yang terdiri dari beberapa aturan yang harus dipatuhi membuat subjek lebih berkonsentrasi didalamnya demi memenangkan sebuah permainan.

Implikasi dari penelitian ini yatu diharapkan bagi orang tua maupun terapis menjadikan alternatif permainan tradisional engklek sebagai terapi bagi anak dalam meningkatkan konsentrasi khususnya anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD). Bagi peneliti selanjutnya hendaknya mengembngkan penelitian ini dengan mengggunakan permainan

engklek dengan jenis yang berbeda pada anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder

(ADHD) karena memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda dan aturan yang berbeda pula. Selain itu bagi peneliti selanjutnya diharapkan mampu mengembangkan permainan tradisional engklek sebagai terapi bagi gangguan perkembangan dengan lainnya selain

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).

REFERENSI

American Psychiatric Assosiation. Highlights of Changeform fom DSM-IV TR to DSM-V TR. United States : American Psychiatric, 2013 : 97-102.

Astuti, Arini Yuli. (2010). Kumpulan Games Cerdas Kreatif. Yogyakarta : Pustaka Anggrek

Baihaqi, M., Sugiarmin, M. (2006). Memahami dan Membantu Anak ADHD.

Bandung. PT Relfika Aditama

Barkley,R. (1997). ADHD and the Nature Selft Control. Clevand OH: Therapeutic Resourche Company.

Darmeyeti, dkk. (2013). Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Permainan Traidisional Pada Anak Usia 5-6 Tahun.Universitas Tanjungpura, Pontianak.

Denny Irwansyah, Dokter ahli jiwa sesalkan anak hiperaktif dipasung (2011.25 Oktober) http://news.okezone.com/read/2011/10/25/340/520140/dokter-ahlijiwasesalkan-anak-hiperaktif-dipasung

Farrelly, Geraldine. (2001). The canadian of journal : ADHD. Canada.

Iswinarti, Fasicahah, S. S., & Sulismadi. (2008). Permainan anak tradisional sebagai model peningkatan kompetensi sosial anak usia sekolah. Laporan Penelitian Hibah Bersaing Tahun II. Malang: Lembaga Penelitian UMM.

Iswinarti, (2010). Nilai-Nilai Terapiutik Permainan Tradisional:Engklek Pada Anak Usia Sekolah Dasar.Malang.


(34)

23

Jafari.M, Nasirian.M, Bafrooee.K.B, (2014). Effectiveness of the training, play therapy Axlin approach on improving children's coping with attention deficit hyperactivity disorder, attention deficit. Technical Journal of Engineering and Applied Sciences4 (3): 170-175, 2014.

Krawietz, Sabine Anna. (2007). Concentration: Construct Refinement And Scale Development(A thesis submitted to the Department of Psychology). Thesis, Masters of ArtsThe University of West Florida, Florida.

Kuo, Frances., Faber Taylor. (2006). A Potential Natural Treatment for Attention Deficit/Hyperactivity Disorder: Evidence From a National Study. America. APAC.

Lichman, S. (2005). Dari Hopscotch ke Siji: Generasi-generasi bermain dalam lingkungan lintas budaya. Editor: Yovita Hadiwati. Permainan anak-anak zaman sekarang. Jakarta: PT. Grasindo.

Paternotte.A, Buitelaar. J, (2010). Attention Defici Hyperactivity Disorder (ADHD),Jakarta,Prenada.

Ray, D., Schottelkorb, A., & Tsai, M-H. (2007). Play therapy with children exhibiting symptoms of Attention Deficit Hyperactivity Disorder. International Journal of Play Therapy, 16, 95-111.

Sahay, Sarita. (2013). Traditional Games Of Bihar. Folklore Eel Journal Folklore, 54.

Schaefer Charles E., Kaduson Heidi., Hall Tara. M (2002) Fifteen Effective Play Therapy Techniques. Professional Psychology Research and Practice, 33 (6)

Snel, Chaterin. (2009). African Museums Using Culture for the Development of Children and Youth. The Creative Museum.4.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung :Alfabeta

Suliha siti., Fitriasari P.K., Kurnia, Iqlima Dwi, (2014). Flip Flop Game Meningkatkan Konsentrasi Anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) Jurnal: Psychiatry Nursing Journal, 3 (2).

Supriyo. 2008. Studi Kasus Bimbingan Konseling. Semarang.

Solso, R. L., Maclin. O.H,. Mavlin, M.K, (2008) Psikologi Kognitif Edisi Kedelapan.

Jakarta : Erlangga.

Setyawan, agung budi, (2010) Aspect Neurogical Attention Deficit Hyperactivity


(35)

24

MODUL

PERMAINAN TRADISIONAL

ENGKLEK


(36)

25

MODUL

TREATMENT ENGKLEK

Pengantar

Kognitif yang dialami anak ADHD merupakan kemunduran satu tahun diantara anak normal seumurannya. Karena gerak yang sangat berlebih tersebut sehingga dalam melakukan segala aktifitas penyaringan stimuli tidak dapat dilakukan dan dieksplorasi kepada gerak motorik yang berlebihan. Penanganan ADHD untuk meredakan hiperaktifitasnya terdapat beberapa macam, bisa dengan menggunakan farmakologi maupun terapi perilaku. Salah satunya dengan terapi bermain tradisional engklek,

Permainan Engklek merupakan salah satu permainan tradisional dengan prosedur permainan menggunakan beberapa kotak yang tersusun sedemikian rupa, dan peserta

Engklek diminta untuk melewati kotak-kotak tersebut dan tidak boleh menginjak garis dengan melompat menggunakan satu kaki dan membawa gacu untuk dilempar. Dalam pelaksanaannya pemain melakukan interaksi satu dengan yang lain.

Penggunaan permainan tradisional Engklek tersebut karena dalam permainan Engklek

mampu menimbulkan gerak motorik dan aktifitas interaksi sosial. Oleh karena itu sesuai dengan penderita ADHD dimana dalam konsentrasi ADHD mengalami ketidaksesuaian, sehingga diharapkan dengan dilakukannya Engklek maka dapat mengalihkan hiperaktifitasnya sehingga mampu berkonsentrasi pada kegiatan belajar maupun kegiatan lainnya.

Tujuan

Permainan tradisional engklek ini bertujuan untuk melihat pakah terdapat pengaruh pada konsentrasi anak ADHD apabila diberikan treatment berupa permainan tradisional, karena pada dasanya permainan engklek memberikan manfaat yang banyak dalam beberapa aspek yang berguna bagi konsentrasi anak ADHD.

Manfaat Penelitian

a. Untuk memberi referensi terapi kepada pendamping maupun terapis ADHD b. Lebih memahami mengenai peningkatan konsentrasi pada anak ADHD

c. Melestarikan permainan tradisional engklek sebagai media terapi yang menyenangkan

d. Memberikan intervensi yang tepat dalam penangannan konsentrasi untuk anak ADHD

e. Memberikan terapi yang menyenangkan untuk anak ADHD

Sasaran Penelitian

Sasaran dalam penelitian ini iala terapis dan pendamping anak ADHD, karena penelitian ini diharapkan mampu memberikan referensi terapi lain yang menyenangkan serta mampu mengembangkan untuk anak berkebutuhn khusus lainnya.

Rundown Kegiatan

Pertemuan Kegiatan Tempat

Pre-test Sesi 1 : memindahkan kelereng

Sesi 2 : memasukkan paku kedalam botol


(37)

26 Sesi 3 : melempar holahop

I Pemberian Treatment I & II Halaman Tempat Terapi

II Pemberian Treatment III Halaman Tempat Terapi

III Pemberian Treatment IV Halaman Tempat Terapi

IV-VIII Pemberian Treatment V dengan bermain

engklek secara keseluruan

Halaman Tempat Terapi

Post-Test Kegiatan seperti Pre-test Dalam Kelas

TREATMENT I & II

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini ialah menjelaskan prosedur permainan engklek

kemudian melakukan lempar gacu dan mengambil gacu dengan melakukan lompat satu kaki seusuai dengan aturan. Diharpkan pada treatment ini subjek mampu berlatih dalam hal melempar gacu dan mampu memahami intruksi. Tidak hanya itu kemampuan melompat dalam permainan membuat subjek nantinya lebih total dan lebih meyenangkan ketika melakuka permainan engklek. Tujuan dari treatment ini ialah agar subjek mampu untuk belajar melempar gacu agar lebih mudah dalam melakukan permainan engklek.

Alat yang Dibutuhkan

f. Gacu (berupa patahan genting atau beling) g. Petak engklek

h. Lembar observasi i. Alat tulis

Waktu

45 menit

Aturan Treatment I & II

1. Subjek diminta untuk melempar gacu dan tidak boleh melewati garis batas engklek

2. Subjek diminta untuk melewati petak-petak engklek dan tidak boleh menginjak atau melebihi garis yang tersedia.

3. Subjek melakukan engklek dengan cara mengangkat satu kaki dan berjalan melewati petak

Aspek yang Dikembangkan

j. Aspek konsentrasi dan motorik

Prosedur Treatment I & II

I. Pembuka

a. Peneliti mengucapkan salam kepada anak b. Peneliti menjelaskan maksud kegiatan hari itu c. Peneliti mennyakan kabar kepada subjek

d. Sebagai pemula kegiatan peneliti mengajak anak untuk berdoa e. Menanyakan apakah sudah siap untuk melakukan permainan II. Inti

a. Peneliti mengajak subjek kearah petak-petak engklek

b. Peneliti menjelaskan tentang prosedur permainan engklek

c. Subjek diminta untuk melakukan lompatan dengan menggunakan salah satu kaki diangkat dan melewati petak-petak


(1)

57 Tabel 6. Grafik hasil treatment observer I & II

Kegiatan treatment yang diberikan terdiri dari 8 sesi dan terdapat kegiatan yang berbeda dari tiap sesinya. Berdasarkan hasil rata-rata skor observer I dan II maka diperoleh hasil sebagai berikut. Pada sesi I kegiatan yang dilakukan subjek adalah melompat engklek dan melempar gacu, dari sesi I didapatkan skor 54 point, kemudian pada sesi II kegiatan yang dilakukan ialah mempertahankan gacu di punggung tangan sambil melompat engklek, berdasarkan kegiatan treatment tersebut terjadi peningkatan seanyak 4 point dari sesi yang sebelumnya, pada sesi II total nilai yang didapat adalah 58 point.

Pada sesi III kegiatan yang dilakukan adalah subjek diminta untuk menaruh gacu dikepala dan pundak sambil melompat engklek pada sesi III ini terjadi peningkatan nilai 3 point dari sesi sebelumnya, pada sesi ini total nilai yang diperoleh sebanyak 61 point. Pada sesi IV-VIII kegiatan treatment yang dilakukan adalah bermain permainan engklek secara keseluruhan. Pada treatment kali ini terdapat peningkatan nilai dan hasil yang berbeda pada tiap sesinya. Pada sesi IV naik 5,5 point dibandingkan sesi sebelumnya, total nilai yang diperoleh adalah 66,5 point. Pada sesi V terjadi peningkatan 6,5 point dibandingkan sesi IV dalam sesi V ini total nilai yang diperoleh sebanyak 73 point.

Kenaikan dalam melakukan treatment pun terjadi pada sesi VI pada sesi tersebut terdapat kenaikan 12 point dari sesi sebelumnya, total nilai yang diperoleh sebesar 85 point. Pada sesi VII selisih nilai dibanding point sesi sebelumnya sebanyak 5,5 point, dengan total nilai yang didapat adalah 95,5 point. Kemudian peningkatan secara signifikan terjadi pada kegiatan sesi VIII pada sesi ini terjadi peningkatan sebesar 7 point, dengan total nilai yang diperoleh adalah 102,5. Jadi berdasarkan rata-rata nilai dari hasil observasi obbserver I & II, treatment yang diberikan dari sesi I hingga sesi VIII terdapat peningkatan pada tiap-tiap sesinya. 54 58 61 66,5 73 85 95,5 102,5 0 20 40 60 80 100 120

Sesi I Sesi II Sesi III Sesi IV Sesi V Sesi VI Sesi VII Sesi VIII

H A S I L T R E A T M E N T


(2)

58

Hasil Uji SPSS Wilcoxon

Test Statisticsa

TotalPostTest - TotalPretest

Z -1.604b

Asymp. Sig. (2-tailed) .109

a. Wilcoxon Signed Ranks Test b. Based on negative ranks.

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

TotalPostTest - TotalPretest

Negative Ranks 0a .00 .00

Positive Ranks 3b 2.00 6.00

Ties 0c

Total 3

a. TotalPostTest < TotalPretest b. TotalPostTest > TotalPretest c. TotalPostTest = TotalPretest


(3)

59 DOKUMENTASI KEGIATAN

Gambar 9. Petak Permainan Engklek

Gambar 10. Subjek Memasukkan Kelereng Kedalam Gelas


(4)

60

Gambar 12. Peneliti memberikan Intruksi permainan Engklek

Gambar 13. Mengurutkan Kelereng pada gelas


(5)

61 Gambar 15. Subjek melakukan lempar holahop

Gambar 16. Kedua subjek melakukan suit


(6)

62 Surat Keterangan Penelitian