RKPD Provinsi Sulawesi Selatan 2016
1
GUBERNUR SULAWESI SELATAN
PERATURAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN
NOMOR : 35 TAHUN 2015
TENTANG
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2016
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR SULAWESI SELATAN,
Menimbang :
a. bahwa
untuk
melaksanakan
dan
menindaklanjuti
ketentuan Pasal 26 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (SPPN), maka dipandang perlu menetapkan
Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan tentang Rencana
Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2016;
b. bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan
Gubernur Sulawesi Selatan tentang Rencana Kerja
Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun
2016.
Mengingat :
1. Undang-Undang
Nomor
17
Tahun
2003
tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4286);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
3. Undang-Undang
Nomor
33
Tahun
2004
tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan
Pemerintahan
Indonesia
Daerah
Tahun
(Lembaran
2004
Nomor
Negara
126,
Republik
Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
4. Undang-Undang
Nomor
12
Tahun
2011
tentang
Pembentukan Peraturan Perundang - undangan
2
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234);
5. Undang-Undang
Pemerintahan
Indonesia
Nomor
Daerah
Tahun
23
Tahun
(Lembaran
2014
Nomor
2014
Negara
224,
tentang
Republik
Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587),
sebagaimana
telah
diubah
beberapa
kali
terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi
Perangkat
Daerah
(Lembaran
Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8
Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan,
Pengendalian
Pembangunan
Dan
Evaluasi
Daerah
Pelaksanaan
(Berita
Negara
Rencana
Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 517);
8. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 10
Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2008-2028, (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi
Selatan Tahun 2008 Nomor 10, Tambahan Lembaran
Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 243);
9. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 10
Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun
2013-2018 (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2013 Nomor 10 );
10. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 2
Tahun 2010 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Daerah Provinsi Sulawesi Selatan (Lembaran Daerah
3
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010 Nomor 2,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan
Nomor 251);
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG RENCANA KERJA
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN
TAHUN 2016.
Pasal 1
Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan:
1. Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi
Selatan
yang selanjutnya disingkat RKPD adalah
dokumen perencanaan daerah periode Tahunan.
2. Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah, selanjutnya
disingkat SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah
yang
mempunyai
tugas
melaksanakan
pengelolaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
3. Satuan Kerja Perangkat Daerah, selanjutnya disingkat
SKPD adalah Perangkat Daerah
Pemerintah Provinsi
Sulawesi Selatan selaku Pengguna Anggaran/Biaya.
Pasal 2
(1) RKPD
Tahun
Rencana
2016
merupakan
Pembangunan
Jangka
penjabaran
Menengah
Provinsi Sulawesi Selatan untuk Tahun
dari
Daerah
2013-2018,
dengan memperhatikan Rencana Kerja Pemerintah
(RKP) Tahun 2015, dan
disesuaikan dengan kondisi
dan kebutuhan nyata daerah dalam upaya perbaikan di
segala bidang pembangunan.
(2) RKPD Tahun 2016 dijadikan sebagai :
a. pedoman bagi
Setiap SKPD dalam menyusun
rencana kerja (RENJA);
b. acuan bagi Pemerintah Kabupaten/Kota di Sulawesi
Selatan dalam mendukung capaian target dan
sasaran Pembangunan Daerah; dan
c. pedoman dalam menyusun Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Sulawesi
Selatan (RAPBD) Tahun 2016.
4
Pasal 3
(1) RKPD
Tahun
2016, yaitu
Dokumen
Perencanaan
Daerah untuk periode 1 (satu) Tahun yang dimulai
pada tanggal 1 Januari 2016 dan berakhir pada
tanggal 31 Desember 2016,
(2) RKPD Tahun 2016 sebagaimana dimaksud pada ayat
(1),
terdiri atas 6 (enam) Bab tercantum dalam
lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Gubernur ini.
(3) Dalam
rangka
sebagaimana
pelaksanaan
dimaksud
pada
RKPD
ayat
Tahun
2,
2016
ditetapkan
Program dan Kegiatan prioritas.
(4) Program dan kegiatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), disertai dengan pagu anggaran setiap kegiatan
yang sifatnya indikatif terdapat pada Bab V.
Pasal 4
Dalam rangka penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah Tahun 2016 :
a. Pemerintah
Daerah
Provinsi
Sulawesi
Selatan
menggunakan RKPD Tahun 2016 sebagai bahan acuan
pembahasan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan
Belanja
Daerah
Sementara
dan
Anggaran
Prioritas
Plafon
Pendapatan
Anggaran
Belanja
Daerah
bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; dan
b. SKPD menggunakan
RKPD
Tahun 2016 dalam
melakukan pembahasan Rencana Kerja dan Anggaran
SKPD bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Pasal 5
(1) SKPD membuat laporan kinerja triwulan dan tahunan
atas pelaksanaan rencana kerja dan anggaran yang
berisi uraian tentang keluaran kegiatan dan indikator
kinerja masing-masing program dan kegiatan.
(2) Laporan
sebagaimana
dimaksud
disampaikan kepada SKPD dan
pada
ayat
(1),
Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah paling lama 14 (empat belas)
hari setelah berakhirnya triwulan dimaksud.
5
(3) Laporan
kinerja
pertimbangan
bagi
menjadi
masukan
analisis
dan
dan
bahan
evaluasi
usulan
anggaran tahun berikutnya yang diajukan oleh SKPD
masing-masing.
Pasal 6
Kepala
Badan
Perencanaan
Pembangunan
Daerah
menelaah kesesuaian antara rencana kerja dan anggaran
SKPD
Tahun 2016 hasil pembahasan bersama Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.
Pasal 7
Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar
setiap
orang
pengundangan
mengetahuinya,
Peraturan
memerintahkan
Gubernur
ini
dengan
penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Sulawesi
Selatan.
Ditetapkan di Makassar
pada tanggal 24 Juni 2015
Diundangkan di Makassar
pada tanggal 24 Juni 2015
SEKRETARIS DAERAH PROVINSI
SULAWESI SELATAN,
BERITA DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2015 NOMOR 35
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................
1
1.1. Latar Belakang ..................................................................................
1
1.2. Dasar Hukum Penyusunan ...............................................................
2
1.3. Hubungan Antar Dokumen................................................................
3
1.4. Sistimatika Dokumen RKPD ..............................................................
4
1.5. Maksud dan Tujuan ..........................................................................
6
BAB II. EVALUASI PELAKSANAAN RKPD TAHUN
KINERJA PENCAPAIAN PENYELENGGARAN PEMERINTAH ................
7
2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah .....................................................
7
2.2. Evaluasi Kinerja Tahun Lalu .............................................................
44
2.3. Permasalahan Pembangunan Derah ...........................................
47
BAB III. RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH .......................
59
3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah .......................................................
59
3.2. Arah Kebijakan Keuangan Daerah .....................................................
65
BAB IV. PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN TAHUN 2016 .....
71
4.1. Tujuan dan Sasaran Pembangunan ...................................................
71
4.2. Prioritas Pembangunan Daerah .........................................................
79
BAB V. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH ...
94
BAB V. PENUTUP ...............................................................................
95
1
LAMPIRAN
NOMOR
TANGGAL
TENTANG
: PERATURAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN
: 35 TAHUN 2015
: 24 JUNI 2015
: RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SULAWESI
SELATAN TAHUN 2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Rencana Kerja Pemerintah Daerah disusun berdasarkan Undang Undang
25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang pelaksanaan
Peraturan
Pemerintah
No.8
tentang
tahapan,
tatacara,
penyusunan,
pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah yang di
dalamnya mengatur tahapan tatacara, penyusunan, pengendalian dan evaluasi
pelaksanaan rencana pembangunan daerah, Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Tahun
2016Pemerintah
Provinsi
Sulawesi
Selatansenantiasa
mempertimbangkan kondisi dan permasalan daerah, serta arah kebijakan
pembangunan tahun 2016.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2016, diarahkan untuk pencapaian sasaran program pembangunan yang
tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013-2018. Dalam proses penyusunan
dokumen rencana tahunan ini dilakukan melalui empat pendekatan, yaitu
pendekatan sinergitas perencanaan dari bawah dan perencanaan
pendekatan
partisipatif,
politis
dan
teknokratis.
dari atas,
Berlandaskan
empat
pendekatan ini, Dokumen rencana tahunan ini merupakan penjabaran dari
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sulawesi
Selatan Tahun 2013-2018 yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 10
Tahun 2013. Dalam menyusun RKPD Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2016 ini
selaras
dengan
Rencana
Kerja
Pemerintah,
dengan
senantiasa
mempertimbangkan kondisi dan permasalahan daerah, serta arah kebijakan
pembangunan tahun 2016 sebagaimana yang tertuang dalam RPJMD dan
Rancangan Teknokratik Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) Tahun 2015-2020.
Keberhasilan pelaksanaan salah satu
arah kebijakan juga turut
menentukan keberhasilan agenda kebijakan lainnya. Dokumen RKPD sebagai
dokumen yang sifatnya lebih operasional memuat tema, prioritas RKPD dan
arah kebijakan serta program prioritas yang sifatnya strategis dan pada Bab
2
Vberupa matriks rencanaprogram dan kegiatan prioritas setiap Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) disertai dengan pagu anggaran yang sifatnya indikatif.
Dokumen
rencana
pembangunan
Tahunan
ini,
sekaligus
menjadi
pedoman dalam proses penyusunan Rencana Kerja SKPD dan menjadi pedoman
sinergitas bagi setiap pelaku pembangunan. Memperhatikan perkembangan
lingkungan strategis Provinsi Sulawesi Selatan, maka titik berat pembangunan
Tahun 2016diarahkan pada upaya percepatan peningkatan posisi Sulawesi
Selatan sebagai pilar utama pembangunan nasional sesuai dengan potensi dan
peluang pada setiap Daerah Kabupaten/Kota. Posisi Sulawesi Selatan dalam
koridor 4 nasional
berfokus pada peningkatan produksi komoditi unggulan
sektor pertanian, pengembangan industri utamanya industri pengolahan hasilhasil pertanian, pengembangan usaha mikro kecil dan menengah dalam
membuka peluang kesempatan kerja, serta peningkatan kualitas infrastruktur
wilayah
berlandaskan
pembangunan
berkelanjutan
yang
berwawasan
lingkungan. Dengan optimalisasi pelaksanaan prioritas pembangunan tersebut,
maka diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya
golongan ekonomi menengah kebawah dengan prinsip pemerataan yang
berkeadilan.
Dokumen ini sekaligus menjadi acuan dalam mensinergikan program dan
kegiatan antar Prioritas Pemeritah Daerah dengan program dan kegiatan
Pemerintah Kabupaten/Kota. Berdasarkan dengan cakupan proses tersebut,
maka RKPD Provinsi Sulawesi Selatan mempunyai fungsi pokok;
1. menjadi acuan bagi seluruh komponen masyarakat, karena memuat seluruh
kebijakan publik,
2. menjadi pedoman dalam menyusun Renja-SKPD dengan melihat arah
kebijakan pembangunan daerah dalam satu Tahun kedepan,
3. menciptakan kepastian Arah kebijakan dan Program Kegitan Prioritas, yang
merupakan komitmen Pemerintah daerah dengan pemangku kepentingan,
dan
4. menjadi acuan dalam menyusun Kebijakan umum anggaran dan Prioritas
plafon anggaran sementara.
1.2 Dasar Hukum Penyusunan
Peraturan perundang‐undangan yang melatar belakangi penyusunan
RKPD Provinsi Sulawesi selatan Tahun 2016 adalah sebagai berikut :
1. Undang‐Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
3
2. Undang‐Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang‐Undang Nomor 12 Tahun
2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang‐Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008
Nomor
59,
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Nomor4844);
3. Undang‐Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara
Pemerintah
Pusat
dan
Pemerintahan
Daerah
(Lembaran
NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
4. Peraturan
Pemerintah
Nomor
6
Tahun
2008
tentang
Pedoman
EvaluasiPenyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4815);
5. Peraturan
Menteri
Dalam
Negeri
Nomor
13
Tahun
2006
tentang
PedomanPengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan
PeraturanMenteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentangPerubahan
atasPeraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata cara
penyusunan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);
7. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaga Daerah Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2006 Nomor 13 Tambahan Lembaran Daerah
Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 230); sebagaimana diubah dengan
Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 6 Tahun 2009 Nomor 6,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sulwesi Selatan Nomor 248);
8. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 02 Tahun 2010 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah (SPPD) Provinsi Sulawesi Selatan
1.3 Hubungan Antar Dokumen
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2016 merupakan dokumen perencanaan teknis operasional untuk kurun
waktu satu tahun yang merupakan lanjutan dokumen Rencana Tahunan
sebelumnya yang memuat rencana program dan kegiatan tahunan dan memuat
alokasi pembiayaan yang sifatnya indiatif. Dokumen rencana pembangunan
4
diharapkan memperlihatkan adanya keterkaitan antar satu dengan lainnya
dengan melihat target dan indikator sasaran masing-masing sehingga proses
pembangunan terwujud dalam suatu system yang terencana, terpadu dan
berkelanjutan.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Serta Kedudukan Keuangan Sebagai Wakil
Pemerintah diwilayah Provinsi. Besarnya distribusi keuangan didasarkan atas
distribusi kewenangan, tugas dan tanggung jawab masing-masing, memuat
hubungan
antaradokuman
Pemerintahpusat
dengan
Pemerintah
daerah
tercermin dalam pembagian kewenangan, tugas dan tanggung jawab yang jelas
antar tingkat Pemerintahan antara lain termuatdi dalamnya. Demikian juga
Pola hubungan keuangan antara pusat dan daerah didasarkan atas 4 (empat)
prinsip, yaitu sebagai berikut.
1. urusan yang merupakan tugas pusat di daerah dalam rangka dekonsentrasi
dibiayai dari dan atas beban APBN.
2. urusan yang merupakan tugas Pemda sendiri dalam rangka desentralisasi
dibiayai dari dan atas beban APBD.
3. urusan yang merupakan tugas Pusat atau Daerah tingkat atasnya, yang
dilaksanakan dalam rangka tugas pembantuan, dibiayai oleh Pusat atas
beban APBN atau oleh Pemda tingkat atasnya atas beban APBD sebagai
pihak yang menugaskan.
4. sepanjang sumber-sumber keuangan daerah belum mencukupi, maka
Pemerintah Pusat memberikan sejumlah bantuan.
1.4 Sistematika Dokumen RKPD
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2016, disusun dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menjelaskan tentang latar belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD) Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2016
1.2. Landasan Hukum
Menjelaskan
dasar
hukum
yang
digunakan
dalam
Rencana
Kerja
Pemerintah
Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2016.
1.3. Hubungan Antar Dokumen
Menjelaskan Sulawesi selatan Tahun 2016 dengan dokumen‐dokumen
perencanaan lainnya.
1.4. Sistematika
5
Sistematika Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi
Selatan Tahun 2016.
1.5. Maksud dan Tujuan
Menjelaskan tentang maksud dan tujuan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD) Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2016.
BAB II. EVALUASI PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN PENCAPAIAN
KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah
Menjelaskan
tentang
kondisi
terkini
berdasarkan
capaian
target
pembangunan
tahun 2013.
2.2. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD sampai tahun berjalan
dan Realisasi RPJMD Menjelaskan realisasi, hasil capaian program dan
kegiatan yang direncanakan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD) Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2016serta pencapaian indikator
Rencana
Pembangunan
Jangka
Menengah
Daerah
(RPJMD)
Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2013-2018.
2.3 Permasalahan Pembangunan;
Menjelaskan dan melakukan Identifikasi permasalahan berdasarkan hasil
evaluasi pelaksanaan pembangunan tahun 2013
BAB III. RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN
KEUANGAN DAERAH
3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah
Menjelaskan arah kebijakan pembangunan ekonomi nasional dan provinsi,
proyeksi dan tantangan pembangunan ekonomi tahun 2016
3.2. Arah Kebijakan Keuangan Daerah
Menjelaskan arah kebijakan pendapatan, belanja dan pembiayaan tahun
2016 serta pendanaan pembangunan lainnya.
BAB IV. PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN TAHUN 2016
4.1 Tujuan dan Sasaran Pembangunan
Menjelaskan tujuan dan sasaran pembangunan tahun 2016
4.2 Prioritas Pembangunan Daerah;
Mengemukakan tentang prioritas pembangunan untuk tahun 2016, isu
strategis, serta prioritas program pembangunan daerah berdasarkan isu
strategis.
BAB V. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH
Rincian program dan kegiatan prioritas RKPD Tahun 2016, instansi
pelaksana/SKPD indikator capaian masing‐masing program dan kegiatan serta
pagu indikatifnya pada lampiran II.
6
BAB VI. PENUTUP
Menguraikan tentang hal‐hal pokok yang termuat dalam keseluruhan
dokumen RKPD, sebagai pedoman bagi semua pihak dalam memfungsikan
sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku. Pada bagian ini juga
memuat antara lain:
a. Keterpaduan dan sinkronisasi penyusunan program dan kegiatan di SKPD
dan Kabupaten/Kota
dengan
memperhatikan
Kewenagan
serta
peran/tanggung jawab/tugas SKPD;
b. Peranan stakeholder pembangunan dalam perencanaan,
pelaksanaan,
pemantauan, dan evaluasi kebijakan, program, dan kegiatan RKPD;
c. Penegasan RKPD sebagai acuan penyusunan rencana kerja SKPD dan APBD;
d. Penegasan tentang kewajiban pemerintah daerah untuk mengevaluasi
pelaksanaan program RKPD.
1.5 Maksud dan Tujuan
Dokumen
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) disusun dengan
maksud dan tujuan agar seluruh SKPD Provinsi menjadikan dokumen ini
sebagai acuan dalam menyusun Rencana Kerja Tahunan SKPD sebagaimana
Pasal 21 ayat(3) Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional serta Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun
2010 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Sulawesi
Selatan.
Diharapkan seluruh SKPD Provinsi Sulawesi Selataan dalam
menyusun
Renja-SKPD
senantiasa
mengacu
kepada
RKPD
dengan
memperhatikan dan mensinergikan beberapa hal sbb.:
1. Arah dan Kebijakan Pemerintah Daerah dalam RPJMD dan RESTRA-SKPD;
2. Tema dan Prioritas RKPD Provinsi;
3. Indikator Kinerja yang ingin dicapai khusunya target dan indikator sasaran
program dan kegiatan yang ingin dicapai;
4. Program dan Kegiatan telah disusun berdasarkan Skala Prioritas; dan
5. Sasaran utama yang ingin dicapai dari setiap kegiatan dalam Renja-SKPD.
Seluruh
komponen
diatas
merupakan
satu
kesatuan
yang
tidak
terpisahkan dan saling mendukung antara satu dengan lainnya, sehingga
diharapkan meningkatnya hasil pembangunan daerah signifikan terhadap
meningkatnya kesejahteraan masyaratakat didaerah Kabupaten dan Kota dalam
wilayah Provinsi Sulawesi Selatan.
7
BAB II
EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN
KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
2.1. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1.1
Aspek Geografis dan Demografi
a) Karakteristik lokasi dan Wilayah
Provinsi Sulawesi selatan
mempunyai luas wilayah seluas 45.764,53
KM persegi memiliki daerah administratif 21 kabupaten, 3 kota, 304 kecamatan
dan 2.953 desa/kelurahan.
Provinsi Sulawesi Selatan terletak di antara 0 12’- 8 lintang selatan dan
116’48 - 122’ 36’ Bujur Timur, dengan batas wilayahnya meliputi : Provinsi
Sulawesi selatan berbatasan dengan provinsi Sulawesi barat di sebelah utara
dan teluk bone serta provinsi Sulawesi tenggara di sebelah timur serta sebelah
barat dan timur masing-masing dengan selat Makassar dan laut flores
Kondisi Topografi
Wilayah Sulawesi selatan membentang mulai dari daratan rendah hingga
dataran tinggi. Kondisi kemiringan tanah 0-3 persen merupakan tanah yang
relative datar, 3 sampai 8 persen merupakan tanah relative bergelombang, 8
sampai 45 persen merupakan tanah yang kemiringannya agak curam, lebih dari
45 persen tanahnya curam dan bergunung. Wilayah daratan terluas berada
pada 400 hingga 1000 meter DPL
Geologi
Daerah Sulawesi Selatan termasuk ke dalam propinsi Busur Volkanik
Tersier Sulawesi Barat, yang memanjang dari Lengan Selatan sampai ke Lengan
Utara.Secara umum, busur ini tersusun oleh batuan-batuan plutonik-volkanik
berumur Paleogen- Kuarter serta batuan-batuan metamorf dan sedimen
berumur Tersier.Geologi Sulawesi Selatan bagian timur dan barat sangat
berbeda, di mana keduanya dipisahkan oleh Depresi Walanae yang berarah
UUB-SST.Secara struktural, Sulawesi Selatan terpisah dari anggota Busur Barat
Sulawesi lainnya oleh suatu depresi berarah UB-ST yang melintas di sepanjang
Danau Tempe (van Leeuwen, 1981). Struktur geologi batuan di Provinsi Sulawesi
Selatan memiliki karakteristik geologi yang dicirikan oleh adanya berbagai jenis
satuan batuan yang bervariasi. Struktur dan formasi geologi wilayah Provinsi
8
Sulawesi Selatan terdiri dari volkan tersier, Sebaran formasi volkan tersier ini
relatif
luas
mulai
dari
Cenrana
sampai
perbatasan
Mamuju,
daerah
Pegunungan Salapati (Quarles) sampai Pegunungan Molegraf, Pegunungan
Perombengan sampai Palopo, dari Makale sampai utara
Enrekang, di sekitar
Sungai Mamasa, Sinjai sampai Tanjung Pattiro, di deretan pegunungan sebelah
barat dan timur Ujung Lamuru sampai Bukit Matinggi. Batuan volkan kwarter,
Formasi batuan ini ditemukan di sekitar Limbong (Luwu Utara), sekitar Gunung
Karua (Tana Toraja) dan di Gunung Lompobatang (Gowa).
Hidrologi
Jumlah sungai yang mengaliri wilayah Sulawesi Selatan tercatat sekitar
67 aliran sungai, dengan jumlah aliran terbesar di Kabupaten Luwu, yakni 25
aliran sungai.Sungai terpanjang tercatat ada satu sungai yakni Sungai Saddang
yang mengalir meliputi Kabupaten Tator, Enrekang dan, Pinrang.Panjang sungai
tersebut masing-masing 150 km. Di Sulawesi Selatan terdapat empat danau
yakni Danau Tempe dan Sidenreng yang berada di Kabupaten Wajo, serta danau
Matana dan Towuti yang berlokasi di Kabupaten Luwu Timur.
Klimatologi
Propinsi Sulawesi Selatan pada umumnya sama dengan daerah lain yang
ada di Indonesia, mempunyai dua musim yaitu musim kemarau yang terjadi
pada bulan Juni sampai September dan musim penghujan yang terjadi pada
bulan Desember sampai dengan Maret. Berdasarkan pengamatan ditigal Stasiun
Klimatologi (Maros, Hasanuddin dan Maritim Paotere) selama tahun 2010 ratarata suhu udara 27,4 C di Kota Makassar dan sekitarnya tidak menunjukkan
perbedaan
yang
nyata.
Suhu
udara
maksimum
di
stasiun
klimatologi
Hasanuddin 32,1 C dan suhu minimum 24,0 C. Berdasarkan klasifikasi tipe
iklim menurut oldeman, Provinsi Sulawesi Selatan memiliki 5 jenis iklim, yaitu
Tipe iklim A termasuk kategori iklim sangat basah dimana curah hujan rata-rata
3500-4000 mm/Tahun. Wilayah yang termasuk ke dalam tipe ini adalah
Kabupaten Enrekang, Luwu, Luwu Utara dan Luwu Timur.Tipe Iklim B, iklim
basah dimana curah hujan rata-rata 3000-3500 mm/tahun.Wilayah tipe terbagi
2 tipe yaitu (B1) meliputi kab.Tana toraja, Luwu utara, Luwu timur.Tipe B2
meliputi Gowa, Bulukumba dan Bantaeng, tipe C termasuk iklim agak basah
dimana curah hujan rata-rata 2500-3000 mm/tahun.Tipe iklim C terbagi 3 yaitu
iklim tipe C1 meliputi kabupaten Wajo, Luwu dan Tana toraja.Iklim C2 meliputi
Kabupaten Bulukumba, Bantaeng, Barru, Pangkep, Enrekang, Maros dan
Jeneponto. Sedangkan tipe iklim C3 terdiri dari Makassar, Bulukumba
Jeneponto, Pangkep, Barru, Maros, Sinjai, Gowa, Enrekang, Tana toraja, Parepare, Selayar. Tipe iklim D dengan curah hujan rata-rata 2000-2500 MM/tahun.
Tipe iklim ini terbagi 3 yaitu wilayah yang masuk ke dalam iklim D1 meliputi
9
kabupaten Wajo,Bone, Soppeng, Luwu, Tana toraja dan Enrekang. Wilayah yang
termasuk ke dalam iklim D2 terdiri dari kabupaten Wajo, Bone, Soppeng, Sinjai,
Luwu, Enrekang dan Maros. Wilayah yang termasuk iklim D3 meliputi
Kabupaten Bulukumba, Gowa, Pangkep, Jeneponto, Takalar, Sinjai dan kota
Makassar. Tipe iklim E dengan curah hujan rata-rata antara 1500-2000
mm/tahun dimana tipe iklim ini disebut sebagai tipe iklim kering.Tipe iklim E1
terdapat di Kabupaten Maros, Bone dan Enrekang, Bantaeng dan Selayar.
b) Potensi Pengembangan Wilayah
Rencana struktur ruang provinsi Sulawesi Selatan dibangun dengan
beberapa pusat kegiatan seperti pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan wilayah
pusat, kegiatan lokal maupun sub pusat kegiatan lokal, serta kawasan
perkotaan berupa kota, ibukota kabupaten, ibukota kecamatan dan kawasan
pusat pertumbuhan industri dan perdagangan yang padat dengan kegiatan
perkotaan dan fasilitas permukiman.
Pusat Kegiatan Nasional (PKN) provinsi Sulawesi Selatan adalah Kawasan
Metropolitan Mamminasata yang terdiri dari Kota Makassar, Kota Maros, Kota
Sungguminasa, dan Kota Takalar. Mamminasata berfungsi sebagai pusat jasa
pelayanan perbankan yang cakupan pelayanannya berskala nasional, pusat
pengolahan dan atau pengumpul barang secara nasional khususnya KTI,
menjadi simpul transportasi udara maupun laut skup pelayanan nasional, pusat
jasa publik lainnya seperti pendidikan tinggi dan kesehatan yang skup
pelayanannya nasional khususnya KTI, berdaya dorong pertumbuhan wilayah
sekitarnya, dan menjadi pintu gerbang internasional terutama jalur udara dan
laut. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) adalah Kota Palopo, Watampone di
Kabupaten Bone, Parepare, Barru, Pangkajene, Jeneponto, dan Bulukumba,
serta arahan pengembangan Kabupaten Selayar untuk menjadi PKW sebagai
pusat distribusi kebutuhan bahan pokok KTI. PKW minimal berfungsi sebagai;
pusat jasa pelayanan keuangan/perbankan yang melayani beberapa kabupaten,
pusat pengolahan/pengumpul barang yang melayani beberapa kabupaten,
simpul transportasi yang melayani beberapa kabupaten, simpul transportasi
yang melayani beberapa kabupaten, serta pusat pelayanan publik lainnya untuk
beberapa kabupaten. Ibukota kabupaten yang tidak termasuk sebagai PKW atau
dalam PKN Mamminasata akan menjadi Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang
berfungsi sebagai pusat pengolahan atau pengumpulan barang yang melayani
kabupaten dan beberapa kecamatan kabupaten tetangga, sebagai simpul
transportasi yang melayani kabupaten dan beberapa kecamatan tetangga,
sebagai jasa pemerintahan kabupaten, serta sebagai pusat pelayanan publik
lainnya
untuk
kabupaten
dan
beberapa
kecamatan
tetangga.
PKL
di
wilayahSulawesi Selatan adalah Malili, Masamba, Toraja Utara, Makale,
10
Enrekang, Pangkajene, Sengkang, Soppeng, Sinjai, Bantaeng, Watansawitto,
Belopa, Benteng, dan Pamatata.
Berdasarkan PP 26 Tahun 2008 tentang RTRWN, terdapat Kawasan
Andalan yang berfungsi sebagai; tempat aglomerasi pusat-pusat permukiman
perkotaan, pusat kegiatan produksi dan atau pusat pengumpulan/pengolahan
komoditas wilayahnya dan wilayah sekitarnya, dan kawasan yang memiliki
sector-sektor unggulan berdasarkan potensi sumber daya alam kawasan.
Adapun kawasan andalan di wilayah provinsi Sulawesi Selatan adalah :
a. Mamminasata dan sekitarnya (Makassar, Maros, Gowa, Takalar, Pangkep)
dengan sektor unggulan pariwisata, pertanian, perikanan, industry umum,
dan agroindustri serta perdagangan;
b. Palopo dan sekitarnya dengan sektor unggulan pariwisata, perkebunan,
pertanian, dan perikanan.
c. Bulukumba-Watampone dan sekitarnya dengan sektor unggulan pertanian,
perkebunan, agroindustri, pariwisata, perikanan dan perdagangan.
d. Parepare dan sekitarnya dengan sektor unggulan pertanian, perkebunan,
perikanan, agroindustri dan perdagangan.
e. Kawasan laut Kapoposang dan sekitarnya dengan sektor unggulan perikanan
dan pariwisata.
f. Kawasan laut Teluk Bone dan sekitarnya dengan sektor unggulan perikanan,
pariwisata dan pertambangan.
g. Kawasan laut Singkarang-Takabonerate dan sekitarnya dengan sektor
unggulan perikanan dan pariwisata.
h. Kawasan laut Selat Makassar dengan sektor unggulan perikanan dan
pariwisata.
Selain itu, terdapat kawasan yang diarahakan sebagai wilayah yang dapat
dibudidayakan dan difungsikan untuk kepentingan pembangunan dalam bentuk
kegiatan usaha berbagai sektor dan atau sub sektor pembangunan.
Pada sektor pengembangan pertanian tanaman pangan, perkebunan, dan
peternakan
hewan
besar,
provinsi
Sulawesi
Selatan
diarahkan
pada
pengembangan beberapa komuditas unggulan berupa Padi Sawah, Padi
Ladang/Tadah Hujan, Jagung, Kako, kelapa Sawit, Kopi Robusta, Jambu Mete,
Jarak, dan Sapi yang tersebar ke seluruh kabupaten kota yaitu; Kapupaten
Bantaeng luar area 16.044,24 ha, Kabupaten Barru (18.195,73 ha), Kabupaten
Bone (203.883,63 ha), Kabupaten Bulukumba (69.772,85 ha), Kabupaten
Enrekang
(16.525,21
ha),
Kabupaten
Gowa
(41.249,14
ha),
Jeneponto
(39.238,05 ha), Luwu (66.279,81 ha), Luwu Timur (55.563,72 ha), Luwu Utara
(124.095,96 ha), Kota Makassar (5.465,20 ha), Kabupaten Maros (48.593,69 ha),
Kota Palopo (6.032,93 ha), Kabupaten Pangkep (30.352,96 ha), Kota Parepare
(4.268,30 ha), Kabupaten Pinrang (76.445,75 ha), Kabupaten Selayar (34.311,28
ha), Kabupaten Sidrap (91.266,84 ha), Kabupaten Sinjai (14.407,44 ha),
11
Kabupaten
Soppeng
(50.520,92
ha),
Kabupaten
Takalar
39.663,68
ha,
Kabupaten Tana Toraja (3.421,02 ha), Kabupaten Toraja Utara (1.857,66 ha),
dan Kabupaten Wajo dengan luas area 183.907,44 ha. Untuk pengembangan
perikanan, provinsi Sulawesi
Selatan mengarahkan
pengembangan
pada
komoditi unggulan Udang Windu. Lokasi diarahkan terdapat pada 5 Kabupaten
yaitu; Kabupaten Barru seluas 2.860,74 ha atau sebesar 6,77%, Kabupaten
Pangkep (8.307.12 ha) atau 19,67%, Kabupaten Bone (8.401,13 ha) atau
19,89%, Kabupaten Wajo (9.100,43 ha) atau 21,55%, dan Kabupaten Pinrang
seluas 13.559,01 atau 32,11%.
Untuk kawasan pertambangan, terdapat 8 blok wilayah pertambangan
minyak yang potensil yaitu; Blok Segeri Barat, Blok Bone, Blok Sidrap, Blok
Enrekang, Blok Bone Utara, Blok Kambuno, Blok Karaengta dan Blok Selayar.
Diarahkan
eksplorasi
tambang
minyak
ini
menyebabkan
daya
ungkit
perekonomian wilayah Sulawesi Selatan dan sekaligus meningkatkan ekonomi
rakyat melauli kebijakan Coorporate Social Responsibility (CSR), serta harus
dipikirkan pembangunan sumber pendapatan baru dari hasil keuntungan
penambangan ini, serta revitalisasi fungsi lingkungan pasca tambang. Bahan
tambang galian potensiil lainnya seperti; Besi, Emas, Emas Plaser, Kromit,
Mangan, Timbal, Nikel, Pasir Besi, Tembaga, Seng, Batubara, Batubara Muda,
Basal, Dolomit, Andesit, Batuapung, Kaolin, Marmer, Jasper, Gipsum, Pasir
Kuansa, Pasir dan Sirtu, Tras dan Zeolit yang juga tersebar di seluruh wilayah
Provinsi Sulawesi Selatan dapat dimanfaatkan apabila mampu meningkatkan
perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor serta kegiatan
ekonomi
sekitarnya,
pelestarian
meningkatkan
kemampuan
sumber
fungsi
daya
lindung,
alam,
meningkatkan
meningkatkan
upaya
pendapatan
masyarakat, meningkatkan pendapatan daerah dan nasional, menciptakan
kesempatan kerja, meningkatkan ekspor, serta meningkatkan kesejahteraan
rakyat.
Berdasarkan potensi sumber daya alam baik berupa komoditas pertanian
maupun pertambangan dan posisi geografis wilayah Provinsi Sulawesi Selatan,
serta mempertimbangkan pemerataan kesejahteraan antar wilayah dan antar
lapisan masyarakat, maka selain kawasan industri besar juga diarahkan
tumbuh dan berkembangnya kawasan-kawasan industri kecil di sentra-sentra
produksi yang berorientasi ke pengembangan industri rakyat sebagai komunitas
lokal.
Kawasan
industri
pengolahan
yang
bersifat
umum
diarahkan
pembangunannya terpadu dan berada di pusat kegiatan nasional serta pusatpusat kegiatan wilayah yang mempunyai aksesibilitas pelabuhan laut tinggi
seperti;
Mamminasata,
Bulukumba,
Watampone,
Pangkep,
Barru,
Parepar.Kawasan industri initerutama diarahkan untuk mengolah barangbarang setengah jadi terutama hasil agroindustri rakyat.Selain itu juga dibuka
kesempatan pembangunan kawasan industri khusus yang mengolah bahan
12
bakunya di sentra pertambangan seperti pabrik semen, marmer di Maros dan
pangkep, serta pabrik pengolahan nikel di Sorowako.Kawasan perdagangan juga
diarahkan tumbuh berkembang terpadu dengan pengembangan kawasan
industri lokal di sentra-sentra produksi di seluruh wilayah provinsi Sulawesi
Selatan.Kawasan
perdagangan
ukuran
sedang
diarahkan
berkembang
di
ibukota-ibukota kabupaten, sedangkan kawasan perdagangan skala besar
diarahkan
pada
Pusat
Wilayah.Pembangunan
Kegiatan
kawasan
Nasional
perdagangan
dan
Pusat
diarahkan
Kegiatan
perencanaannya
terpadu dengan fasilitas pendukungnya seperti; perkantoran swasta, perbankan,
pertokoan, hotel dan restoran, terminal bis pembantu, pergudangan dan
lainnya.
Pada sektor pariwisata, berbagai aspek seperti daya tarik keindahan alam
darat maupun laut, budaya, sejarah, olahraga, konvensi, dan belanja bisa
dijadikan tujuan.Secara umum obyek wisata budaya dan alam Tanah Toraja
merupakan
ikon
pariwisata
Sulawesi
Selatan
yang
sudah
dikenal
mendunia.Taman laut Takabonerate juga sangat potensil untuk menjadi ikon
wisata bahari dengan mengembangkan faktor aksesibilitas, akomodasi, dan
perlindungan terumbu karang dan anak-anak ikan. Selain itu, banyak ragam
obyek wisata dengan daya tarik regional, nasional maupun lokal yang lokasinya
tersebar di kabupaten-kabupaten dan kota di wilayah Sulawesi Selatan yang
dapat dikembangkan secara aktif sehingga tumbuh berkembangnya lapangan
kerja pemandu wisata, jasa transportasi, perhotelan, restoran, informasi
pariwisata, komunikasi, cindera mata, kesenian, serta perdagangan jasa
maupun produk lainnya yang bermuara pada peningkatan ragam sumber dan
volume pendapatan masyarakat lokal. Pengembangan pariwisata ini diharapkan
tidak menurunkan kualitas lingkungan dan terganggunya habitat berbagai flora
dan fauna.
Selain
itu,
pemanfaatan
kawasan
pesisir
dan
pulau-pulau
kecil
merupakan salah satu faktur urgen yang harus dipertimbangkan, daya dukung
fisik, sosial, ekonomi, dan budaya perlu diperhatikan dengan; menyediakan
ruang untuk kehidupan manusia yang sehat dan nyaman beserta segenap
kegiatan pembangunannya, menyediakan sumber daya alam untuk kepentingan
manusia baik melalui penggunaan langsung maupun melauli proses produksi
atau pengolahan, menyerap atau menetralisir limbah, serta melakukan fungsifungsi penunjang kehidupan termasuk siklus biogeokimia, silus hidrologi dan
lainnya. Mengacu pada azas keadilan, maka akses transportasi laut dan
terutama akses informasi dan komunikasi perlu dipertimbangkan sampai ke
seluruh pulau-pulau kecil.Perairan pantai selatan dan pantai timur Sulawesi
Selatan yang potensiil sebagai budidaya rumput laut dapat dikembangkan
dengan agrobisnis maupun agroindustri khusus rumput laut yang mengikut
sertakan komunitas petani rumput laut. Untuk peningkatan perekonomian
13
rakyat dan perekonomian wilayah, maka wisata bahari tepat dikembangkan
dengan potensi Kawasan Wisata Bahari Kapoposang dan sekitarnya, termasuk
pulau-pulau di wilayah Kota Makassar dan Kabupaten Takalar, kawasan WIsata
Bahari pulau-pulau kecil di Kabupaten Sinjai, serta Kawasan Wisata Bahari
Takabonerate. Perairan pantai bila diperlukan juga dapat direklamasi untuk
penambahan luas daratan untuk pembangunan dan atau perluasan pelabuhan,
bandara, kawasan perkotaan seperti permukiman, perdagangan, industri, dan
pergudangan.
c) Wilayah Rawan Bencana
Berdasarkan sejarah bencana alam dan peta garis sesar gempa dari BMG
Makassar, beberapa bagian wilayah Sulawesi Selatan rawan terhadap bencana
alam seperti Tsunami di pantai Kabupaten Pinrang, longsor di kaki Gunung
Bawakaraeng, banjir di Kabupaten Sinjai, sebagian Kota Makassar, Maros,
Pangkep, Barru, Parepare, Pinrang, Kawasan Danau Tempe, Enrekang, serta
daerah rawan gempa di sepanjang garis sesar gempa yang membujur dari
Kabupaten Selayar, Bulukumba, Soppeng, Sidrap, Enrekang, dan Kabupaten
Tana Toraja.
Beberapa kawasan yang diidentifikasi berpotensi rawan bencana alam di
Provinsi Sulawesi Selatan menurut prioritas penanganannya meliputi :
1. Kawasan rawan gempa bumi terutama di sebagian besar wilayah Sulawesi
Selatan meliputi kawasan pusat gempa Taccipi dan sekitar Watampone
Kabupaten Bone, sekitar pantai di Kabupaten Pinrang dan sekitar wilayah
Kabupaten Tana Toraja, Luwu, Luwu Utara, serta Enrekang.
2. Kawasan rawan banjir terutama di wilayah Allu, Topa, Tamalatea, Binamu,
Arungkeke dan Batang di Kabupaten Jeneponto, wilayah Maros Baru,
Marusu, dan Bantimurung di kabupaten Maros, wilayah Labbakkang dan
Bungoro di kabupaten Pangkep, wilayah Bissapu dan Kota Bantaeng di
kabupaten
Bantaeng, wilayah
Gangking, Ujung
Bulu, Ujung
Loe
di
Kabupaten Bulukumba, wilayah Sinjai Timur dan Sinjai Utara di Kabupaten
Sinjai, wilayah Kajuara, Cina dan Sibulue di Kabupaten Bone,wilayah
Duampanua di Kabupaten Pinrang, Baebunta dan Malangke Barat di
Kabupaten Luwu, serta wilayah Wotu dan Angkona di Kabupaten Luwu
Timur.
3. Kawasan rawan gerakan tanah atau longsor terutama di wilayah Kelara, dan
Rumbia di Kabupaten Jeneponto, wilayah Sinoa, Bulu Ere, Tompo Bulu dan
Eremerasa di Kabupaten Bantaeng, wilayah Rindang, Rialau Ale dan
Bulukumpa di Kabupaten Bulukumba, wilayah Sinjai Barat, Sinjai Borong,
Sinjai Selatan, Tellu Limpoe, Sinjai Tengah dan Bulupoddo di Kabupaten
Sinjai, wilayah Buntucani, Kajuara di Kabupaten Bone, wilayah Mangkutana
dan Wasuponda di Kabupaten Luwu Timur.
14
Kawasan potensi tsunami, terdapat di sekitar pantai wilayah Kabupaten
Pinrang, Makassar, Bulukumba, dan Selayar.
15
d) Demografi
Jumlah penduduk Sulawesi Selatan dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan dimana pada tahun 2009 jumlah penduduk daerah ini tercatat
mencapai 7,91 juta jiwa dan pada tahun 2013 yang ditunjukkan tabel diatas,
penduduk telah mengalami peningkatan menjadi 8,34 juta jiwa. Peningkatan
tersebut menunjukkan bahwa jumlah penduduk Sulawesi selatan dalam
kurun waktu terakhir telah bertambah kurang lebih 433 ribu jiwa lebih.
Tabel 2.1
Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009-2013
Tahun
Kabupaten/Kota
2009
2010
2011
2012
01.Selayar
121.749
122.055
123,283
124.563
02.Bulukumba
394.746
394.560
398,531
400.990
03.Bantaeng
174.176
176.699
178,477
179.505
04.Jeneponto
334.175
342.700
346,149
348.138
05.Takalar
257.974
269.603
272,316
275.034
06.Gowa
617.317
652.941
659,512
670.465
07.Sinjai
228.304
228.879
231,182
232.612
08.Maros
306.687
319.002
322,212
325.401
09.Pangkep
298.701
305.737
308,814
311.604
10.Barru
162.985
165.983
167,653
168.034
11.Bone
711.748
717.682
724,905
168.034
12.Soppeng
230.744
223.826
226,079
226.202
13.Wajo
381.066
385.109
388,985
389.552
14.Sidrap
252.483
271.911
274,648
277.451
15.Pinrang
351.042
351.118
354,652
357.095
16.Enrekang
190.576
190.248
192,163
193.683
17.Luwu
328.180
332.482
335,828
338.609
18.Tator
240.249
221.081
223,306
224.523
19.LuwuUtara
321.979
287.472
290,365
292.765
20.LuwuTimur
237.354
243.069
245,515
250.608
21.TorajaUtara
229.090
216.762
218,943
220.304
22.Makassar
1.271.870 1.338.663 1,352,136 1.369.606
23.Pare-Pare
118.842
129.262
130,563
132.048
2013
127.220
404.896
181.006
351.111
280.590
696.096
234.886
331.796
317.110
169.302
734.119
225.512
390.603
283.307
361.293
196.394
343.793
226.212
297.313
263.012
222.393
1.408.072
135.192
24.Palopo
152.703
160.819
8.190.222
8.342.047
146.482
147.932
149,421
Provinsi
7.908.519 8.034.776 8,115,638
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Selatan
Proporsi penduduk Sulawesi Selatan yang berusia 15 tahun keatas yang
di tunjukkan pada tabel diatas, menunjukkan bahwa pergeseran tenaga kerja
menurut lapangan usaha ini menandai pergeseran atau transformasi struktur
perekonomian Sulawesi Selatan.Berdasarkan kondisi tersebut diatas nampak
bahwa telah terjadi sedikit pergeseran dari sektor pertanian ke sektor jasa – jasa
walaupun hingga saat ini sektor pertanian masih mendominasi penyerapan
tenaga kerja terbesar di Sulawesi Selatan.
16
Tabel 2.2
PENDUDUK BERUMUR 15 TAHUN KE ATAS YANG BEKERJA
MENURUT LAPANGAN USAHA DI SULAWESI SELATAN TAHUN 2009 -2013
No
Lapangan Usaha
2009
2010
2011
2012
2013
1
Pertanian
1.588.626
1.572.479
1.469.245
1.475.783
1.423.086
2
IndustriPengolahan
214.668
197.342
223.246
225.880
196.160
3
Perdagangan,
636.714
803.655
654.516
614.082
603.950
Hotel,
dan
Restoran
4
Jasa – jasa
362.460
499.938
575.863
574.976
599.013
5
Lainnya
419.788
398.951
452.628
461.187
464.070
3.222.256
3.272.365
3.375.498
3.351.908
3.291.280
TOTAL
Sumber : BPS Prov Sulsel
2.1.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat
1.Kondisi umum Kesejahteraan masyarakat
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai indikator pembangunan
sulawesi
selatan
merupakan
tolak
ukur
pembangunan
suatu
wilayah
pada kurun tahun 2012-2013 mengalami peningkatan,
berdasarkan angka estimasi dari Biro Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi
selatan
pada tahun 2013
capaian IPM
Provinsi Sulawesi
selatan 73,28 dan tahun 2012 sebesar 72,70. Angka IPM Sulawesi selatan
masih dibawah IPM Nasional (73,81) namun setiap tahun, selalu mengalami
peningkatan seperti halnya IPM Nasional
Komponen pendidikan ;
Angka indeks pendidikan Sulawesi Selatan selalu berada di bawah
nasional. Pada tahun 2012 indeks pendidikan Sulawesi selatan hanya berkisar
76,82 dan nasional 80,13 sedangkan tahun 2013 indeks pendidikan Sulawesi
selatan sebesar 77,59 dan Nasional sebesar 80,85. Peningkatan indeks
komponen pendidikan diakibatkan oleh peningkatan dua komponen yaitu;
indeks Rata-rata lama bersekolah & angka melek huruf. Angka indeks rata-rata
lama bersekolah penduduk usia 15 tahun ke atas untuk provinsi Sulawesi
selatan pada tahun 2013 sebesar 8,01 tahun artinya bahwa rata-rata
pendidikan sekolah menengah pertama apabila dibandingkan dengan tingkat
nasional 8,14 tahun, namun satu hal menggembirakan bahwa angka rata-rata
lama bersekolah penduduk Sulawesi selatan terus mengalami peningkatan,
walwpun tidak terlalu tinggi. Sedangkan komponen indeks angka melek huruf
menggambarkan besarnya penduduk berumur 15 tahun keatas yang dapat
membaca dan menulis dengan huruf latin/arab/lokal.Di Sulawesi selatan pada
tahun 2012 mereka yang melek huruf sebesar 93,25 dan meningkat menjadi
94,14 pada tahun 2013 sedangkan angka melek huruf nasional sudah mencapai
17
94,14. Apabila angka tersebut dibandingkan dengan tingkat nasional maka
terlihat angka melek huruf Sulawesi selatan relatif lebih rendah (sumber;analisis
IPM Sulawesi selatan).
Indeks kesehatan sulawesi selatan pada tahun 2012 mencapai 75,75 dan
tahun 2013 mencapai 76,00. Komponen kesehatan mengalami peningkatan
sebagai dampak dari meningkatnya
angka harapan hidup (AHH) pada tahun
2013 mencapai 70,60 dan tahun 2012 yaitu 70.45
2.1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi (Bid. ekonomi)
2.2. Kesejahteraan Sosial
Tabel 2.3
Angka Melek Huruf Provinsi Sulawesi Selatan 2009 - 2013
No
Bidang/Urusan
Tahun
2009
2010
1
Jumlah
Penduduk Usia
Di
atas
15
Tahun
yang
bisa membaca
menulis
4.942.743
4.885.570
2
Jumlah
Penduduk Usia
15 Tahun ke
atas
5.660.624
5,567.601
Nasional
92,6
Prov. Sulawesi
Selatan
87.
2011
2012
4.946.636
5.008.398
2013*
5.142.608
5.733.758
5.616.709
1.334.461
92,91
92,99
93.25
94.14
87.75
88.07
88.73
89.69
Sumber :BPS Prov Sulsel
Tidak jauh berbeda dengan rata-rata lama sekolah nasional,
selisih
Angka Melek Huruf penduduk Sulawesi Selatan jika dibanding rata-rata
nasional masih menunjukkan kesenjangan, dimana pada tahun 2010 angka
melek huruf pendudukSulawesi Selatan mencapai 87,75 persen sementara ratarata nasional sebesar 92,91 persen. Dalam kurun waktu empat tahun yakni
pada tahun 2012 indikatorpendidikan tersebut telah mencapai 88,73 persen di
Sulawesi Selatan sementara secara nasional telah mencapai 93,25 persen.
Kemudian pada tahun 2013 angka melek huruf di daerah ini akan mengalami
peningkatan menjadi 89,69 persen sementara nasional akan mencapai 94.14
persen (tabel).
Penduduk Sulawesi Selatan yang berusia 15 tahun ke atas yang melek
huruf dalam lima tahun terakhir ini terus mengalami peningkatan. Pada tahun
2010 penduduk Sulsel yang melek huruf sebesar 87,75 persen, dan pada tahun
2011 angka melek huruf Sulawesi Selatan meningkat sebesar 88,07 persen atau
18
hanya naik sebesar 0,36 poin dibanding tahun 2010 yang hanya sebesar 87,75
persen, Kemudian pada tahun 2011 meningkat menjadi 88,07 persen atau
hanya naik sebesar 0,33 poin, dibandingkan tahun 2010, dan pada tahun 2012
meningkat menjadi 88,73 persen atau naik sebesar 0,75 poin dari tahun
sebelumnya yakni tahun 2011, dan pada tahun 2013 angka melek huruf
penduduk Sulawesi Selatan naik sebesar 89,69 persen atau meningkat 1,61
poin dari tahun 2012. Besar harapan bahwa beberapa tahun yang akan datang
data mewujudkan Sulawesi Selatan yang bebas buta aksara.
Angka melek huruf menurut kabupaten/kota, sebagaimana tabel di bawah ini
daerah yang mempunyai persentase paling tinggi angka melek hurufnya pada
tahun 2013 di miliki oleh daerah perkotaan yaitu Kota Makassar, Palopo, dan
Pare – pare dengan angka melek huruf masing – masing sebesar 97.83;97.45
serta 97.36.
Sedangkan kabupaten/kota
yang memiliki angka melek huruf
terendah yaitu Kabupaten Takalar (84.69), Gowa (83.11) dan Bantaeng (81.40)
Tabel. 2.4
Angka Melek Huruf Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009-2013
No
Kabupaten/Kota 2009
2010
2011
2012
2013
1
Kep.Selayar
89,2
89.23
90.86
91.88
91.76
2
Bulukumba
85,4
85.35
85.45
85.26
88.23
3
Bantaeng
77,5
78.98
79.03
80.10
81.40
4
Jeneponto
77,2
77.27
77.31
77.42
78.92
5
Takalar
80,8
81.80
81.85
83.10
84.69
6
Gowa
80,3
81.92
82.32
82.50
83.11
7
Sinjai
86,5
86.45
86.59
87.71
88.44
8
Maros
82,9
82.97
83.1
83.98
85.52
9
Pangkep
86,9
87.55
87.59
88.82
90.21
10
Barru
88,5
89.23
89.25
89.31
89.55
11
Bone
84,9
84.86
86.41
87.88
89.04
12
Soppeng
85,1
86.67
86.71
86.99
88.74
13
Wajo
82,7
83.53
84.97
84.99
85.62
14
Sidrap
89,6
89.63
89.77
89.90
90.25
15
Pinrang
89,7
89.9
91.48
91.63
91.99
16
Enrekang
90,4
90.44
90.49
91.26
91.35
17
Luwu
91,5
91.48
91.63
91.70
91.82
18
Tana Toraja
85,5
86.28
87.76
88.94
90.14
19
LuwuUtara
92,1
92.36
92.86
92.99
93.11
20
LuwuTimur
93.2
93.24
93.28
93.43
93.87
21
TorajaUtara
83
83.8
83.83
85.85
87.38
22
Makassar
96.7
96.79
96.82
96.88
97.83
23
Pare-Pare
97.1
97.16
97.17
97.33
97.36
24
Palopo
97.3
97.33
97.34
97.43
97.45
19
SulawesiSelatan
87
87.75
88.07
88.37
89.69
Nasional
92.6
92.91
92.99
93.25
94.14
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Selatan
Angka Partisipasi sekolah
Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan persentase penduduk yang
bersekolah menurut kelompok umur tertentu. APS merupakan ukuran daya
serap sistem pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. APS yang tinggi
menunjukkan tingginya partisipasi sekolah dari usia tertentu.
Tabel
di
bawah
ini memperlihatkan
perkembangan
APS
menurut
kelompok umur pada tahun 2012 dan 2013.Secara umum, partisipasi sekolah
mengalami peningkatan dari tahun ketahun pada setiap kelompok umur. APS
penduduk usia 7 – 12 tahun pada tahun 2012 sebesar 97,59 persen, meningkat
menjadi 98,11 pada tahun 2013. Peningkatan APS juga terjadi pada kelompok
umur 13 – 15 tahun, dari 87,69 persen pada tahun 2012 menjadi 89,53 persen
pa
GUBERNUR SULAWESI SELATAN
PERATURAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN
NOMOR : 35 TAHUN 2015
TENTANG
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2016
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR SULAWESI SELATAN,
Menimbang :
a. bahwa
untuk
melaksanakan
dan
menindaklanjuti
ketentuan Pasal 26 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (SPPN), maka dipandang perlu menetapkan
Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan tentang Rencana
Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2016;
b. bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan
Gubernur Sulawesi Selatan tentang Rencana Kerja
Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun
2016.
Mengingat :
1. Undang-Undang
Nomor
17
Tahun
2003
tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4286);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
3. Undang-Undang
Nomor
33
Tahun
2004
tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan
Pemerintahan
Indonesia
Daerah
Tahun
(Lembaran
2004
Nomor
Negara
126,
Republik
Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
4. Undang-Undang
Nomor
12
Tahun
2011
tentang
Pembentukan Peraturan Perundang - undangan
2
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234);
5. Undang-Undang
Pemerintahan
Indonesia
Nomor
Daerah
Tahun
23
Tahun
(Lembaran
2014
Nomor
2014
Negara
224,
tentang
Republik
Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587),
sebagaimana
telah
diubah
beberapa
kali
terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi
Perangkat
Daerah
(Lembaran
Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8
Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan,
Pengendalian
Pembangunan
Dan
Evaluasi
Daerah
Pelaksanaan
(Berita
Negara
Rencana
Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 517);
8. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 10
Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2008-2028, (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi
Selatan Tahun 2008 Nomor 10, Tambahan Lembaran
Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 243);
9. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 10
Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun
2013-2018 (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2013 Nomor 10 );
10. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 2
Tahun 2010 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Daerah Provinsi Sulawesi Selatan (Lembaran Daerah
3
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010 Nomor 2,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan
Nomor 251);
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG RENCANA KERJA
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN
TAHUN 2016.
Pasal 1
Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan:
1. Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi
Selatan
yang selanjutnya disingkat RKPD adalah
dokumen perencanaan daerah periode Tahunan.
2. Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah, selanjutnya
disingkat SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah
yang
mempunyai
tugas
melaksanakan
pengelolaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
3. Satuan Kerja Perangkat Daerah, selanjutnya disingkat
SKPD adalah Perangkat Daerah
Pemerintah Provinsi
Sulawesi Selatan selaku Pengguna Anggaran/Biaya.
Pasal 2
(1) RKPD
Tahun
Rencana
2016
merupakan
Pembangunan
Jangka
penjabaran
Menengah
Provinsi Sulawesi Selatan untuk Tahun
dari
Daerah
2013-2018,
dengan memperhatikan Rencana Kerja Pemerintah
(RKP) Tahun 2015, dan
disesuaikan dengan kondisi
dan kebutuhan nyata daerah dalam upaya perbaikan di
segala bidang pembangunan.
(2) RKPD Tahun 2016 dijadikan sebagai :
a. pedoman bagi
Setiap SKPD dalam menyusun
rencana kerja (RENJA);
b. acuan bagi Pemerintah Kabupaten/Kota di Sulawesi
Selatan dalam mendukung capaian target dan
sasaran Pembangunan Daerah; dan
c. pedoman dalam menyusun Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Sulawesi
Selatan (RAPBD) Tahun 2016.
4
Pasal 3
(1) RKPD
Tahun
2016, yaitu
Dokumen
Perencanaan
Daerah untuk periode 1 (satu) Tahun yang dimulai
pada tanggal 1 Januari 2016 dan berakhir pada
tanggal 31 Desember 2016,
(2) RKPD Tahun 2016 sebagaimana dimaksud pada ayat
(1),
terdiri atas 6 (enam) Bab tercantum dalam
lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Gubernur ini.
(3) Dalam
rangka
sebagaimana
pelaksanaan
dimaksud
pada
RKPD
ayat
Tahun
2,
2016
ditetapkan
Program dan Kegiatan prioritas.
(4) Program dan kegiatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), disertai dengan pagu anggaran setiap kegiatan
yang sifatnya indikatif terdapat pada Bab V.
Pasal 4
Dalam rangka penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah Tahun 2016 :
a. Pemerintah
Daerah
Provinsi
Sulawesi
Selatan
menggunakan RKPD Tahun 2016 sebagai bahan acuan
pembahasan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan
Belanja
Daerah
Sementara
dan
Anggaran
Prioritas
Plafon
Pendapatan
Anggaran
Belanja
Daerah
bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; dan
b. SKPD menggunakan
RKPD
Tahun 2016 dalam
melakukan pembahasan Rencana Kerja dan Anggaran
SKPD bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Pasal 5
(1) SKPD membuat laporan kinerja triwulan dan tahunan
atas pelaksanaan rencana kerja dan anggaran yang
berisi uraian tentang keluaran kegiatan dan indikator
kinerja masing-masing program dan kegiatan.
(2) Laporan
sebagaimana
dimaksud
disampaikan kepada SKPD dan
pada
ayat
(1),
Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah paling lama 14 (empat belas)
hari setelah berakhirnya triwulan dimaksud.
5
(3) Laporan
kinerja
pertimbangan
bagi
menjadi
masukan
analisis
dan
dan
bahan
evaluasi
usulan
anggaran tahun berikutnya yang diajukan oleh SKPD
masing-masing.
Pasal 6
Kepala
Badan
Perencanaan
Pembangunan
Daerah
menelaah kesesuaian antara rencana kerja dan anggaran
SKPD
Tahun 2016 hasil pembahasan bersama Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.
Pasal 7
Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar
setiap
orang
pengundangan
mengetahuinya,
Peraturan
memerintahkan
Gubernur
ini
dengan
penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Sulawesi
Selatan.
Ditetapkan di Makassar
pada tanggal 24 Juni 2015
Diundangkan di Makassar
pada tanggal 24 Juni 2015
SEKRETARIS DAERAH PROVINSI
SULAWESI SELATAN,
BERITA DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2015 NOMOR 35
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................
1
1.1. Latar Belakang ..................................................................................
1
1.2. Dasar Hukum Penyusunan ...............................................................
2
1.3. Hubungan Antar Dokumen................................................................
3
1.4. Sistimatika Dokumen RKPD ..............................................................
4
1.5. Maksud dan Tujuan ..........................................................................
6
BAB II. EVALUASI PELAKSANAAN RKPD TAHUN
KINERJA PENCAPAIAN PENYELENGGARAN PEMERINTAH ................
7
2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah .....................................................
7
2.2. Evaluasi Kinerja Tahun Lalu .............................................................
44
2.3. Permasalahan Pembangunan Derah ...........................................
47
BAB III. RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH .......................
59
3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah .......................................................
59
3.2. Arah Kebijakan Keuangan Daerah .....................................................
65
BAB IV. PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN TAHUN 2016 .....
71
4.1. Tujuan dan Sasaran Pembangunan ...................................................
71
4.2. Prioritas Pembangunan Daerah .........................................................
79
BAB V. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH ...
94
BAB V. PENUTUP ...............................................................................
95
1
LAMPIRAN
NOMOR
TANGGAL
TENTANG
: PERATURAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN
: 35 TAHUN 2015
: 24 JUNI 2015
: RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SULAWESI
SELATAN TAHUN 2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Rencana Kerja Pemerintah Daerah disusun berdasarkan Undang Undang
25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang pelaksanaan
Peraturan
Pemerintah
No.8
tentang
tahapan,
tatacara,
penyusunan,
pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah yang di
dalamnya mengatur tahapan tatacara, penyusunan, pengendalian dan evaluasi
pelaksanaan rencana pembangunan daerah, Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Tahun
2016Pemerintah
Provinsi
Sulawesi
Selatansenantiasa
mempertimbangkan kondisi dan permasalan daerah, serta arah kebijakan
pembangunan tahun 2016.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2016, diarahkan untuk pencapaian sasaran program pembangunan yang
tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013-2018. Dalam proses penyusunan
dokumen rencana tahunan ini dilakukan melalui empat pendekatan, yaitu
pendekatan sinergitas perencanaan dari bawah dan perencanaan
pendekatan
partisipatif,
politis
dan
teknokratis.
dari atas,
Berlandaskan
empat
pendekatan ini, Dokumen rencana tahunan ini merupakan penjabaran dari
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sulawesi
Selatan Tahun 2013-2018 yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 10
Tahun 2013. Dalam menyusun RKPD Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2016 ini
selaras
dengan
Rencana
Kerja
Pemerintah,
dengan
senantiasa
mempertimbangkan kondisi dan permasalahan daerah, serta arah kebijakan
pembangunan tahun 2016 sebagaimana yang tertuang dalam RPJMD dan
Rancangan Teknokratik Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) Tahun 2015-2020.
Keberhasilan pelaksanaan salah satu
arah kebijakan juga turut
menentukan keberhasilan agenda kebijakan lainnya. Dokumen RKPD sebagai
dokumen yang sifatnya lebih operasional memuat tema, prioritas RKPD dan
arah kebijakan serta program prioritas yang sifatnya strategis dan pada Bab
2
Vberupa matriks rencanaprogram dan kegiatan prioritas setiap Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) disertai dengan pagu anggaran yang sifatnya indikatif.
Dokumen
rencana
pembangunan
Tahunan
ini,
sekaligus
menjadi
pedoman dalam proses penyusunan Rencana Kerja SKPD dan menjadi pedoman
sinergitas bagi setiap pelaku pembangunan. Memperhatikan perkembangan
lingkungan strategis Provinsi Sulawesi Selatan, maka titik berat pembangunan
Tahun 2016diarahkan pada upaya percepatan peningkatan posisi Sulawesi
Selatan sebagai pilar utama pembangunan nasional sesuai dengan potensi dan
peluang pada setiap Daerah Kabupaten/Kota. Posisi Sulawesi Selatan dalam
koridor 4 nasional
berfokus pada peningkatan produksi komoditi unggulan
sektor pertanian, pengembangan industri utamanya industri pengolahan hasilhasil pertanian, pengembangan usaha mikro kecil dan menengah dalam
membuka peluang kesempatan kerja, serta peningkatan kualitas infrastruktur
wilayah
berlandaskan
pembangunan
berkelanjutan
yang
berwawasan
lingkungan. Dengan optimalisasi pelaksanaan prioritas pembangunan tersebut,
maka diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya
golongan ekonomi menengah kebawah dengan prinsip pemerataan yang
berkeadilan.
Dokumen ini sekaligus menjadi acuan dalam mensinergikan program dan
kegiatan antar Prioritas Pemeritah Daerah dengan program dan kegiatan
Pemerintah Kabupaten/Kota. Berdasarkan dengan cakupan proses tersebut,
maka RKPD Provinsi Sulawesi Selatan mempunyai fungsi pokok;
1. menjadi acuan bagi seluruh komponen masyarakat, karena memuat seluruh
kebijakan publik,
2. menjadi pedoman dalam menyusun Renja-SKPD dengan melihat arah
kebijakan pembangunan daerah dalam satu Tahun kedepan,
3. menciptakan kepastian Arah kebijakan dan Program Kegitan Prioritas, yang
merupakan komitmen Pemerintah daerah dengan pemangku kepentingan,
dan
4. menjadi acuan dalam menyusun Kebijakan umum anggaran dan Prioritas
plafon anggaran sementara.
1.2 Dasar Hukum Penyusunan
Peraturan perundang‐undangan yang melatar belakangi penyusunan
RKPD Provinsi Sulawesi selatan Tahun 2016 adalah sebagai berikut :
1. Undang‐Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
3
2. Undang‐Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang‐Undang Nomor 12 Tahun
2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang‐Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008
Nomor
59,
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Nomor4844);
3. Undang‐Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara
Pemerintah
Pusat
dan
Pemerintahan
Daerah
(Lembaran
NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
4. Peraturan
Pemerintah
Nomor
6
Tahun
2008
tentang
Pedoman
EvaluasiPenyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4815);
5. Peraturan
Menteri
Dalam
Negeri
Nomor
13
Tahun
2006
tentang
PedomanPengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan
PeraturanMenteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentangPerubahan
atasPeraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata cara
penyusunan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);
7. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaga Daerah Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2006 Nomor 13 Tambahan Lembaran Daerah
Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 230); sebagaimana diubah dengan
Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 6 Tahun 2009 Nomor 6,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sulwesi Selatan Nomor 248);
8. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 02 Tahun 2010 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah (SPPD) Provinsi Sulawesi Selatan
1.3 Hubungan Antar Dokumen
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2016 merupakan dokumen perencanaan teknis operasional untuk kurun
waktu satu tahun yang merupakan lanjutan dokumen Rencana Tahunan
sebelumnya yang memuat rencana program dan kegiatan tahunan dan memuat
alokasi pembiayaan yang sifatnya indiatif. Dokumen rencana pembangunan
4
diharapkan memperlihatkan adanya keterkaitan antar satu dengan lainnya
dengan melihat target dan indikator sasaran masing-masing sehingga proses
pembangunan terwujud dalam suatu system yang terencana, terpadu dan
berkelanjutan.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Serta Kedudukan Keuangan Sebagai Wakil
Pemerintah diwilayah Provinsi. Besarnya distribusi keuangan didasarkan atas
distribusi kewenangan, tugas dan tanggung jawab masing-masing, memuat
hubungan
antaradokuman
Pemerintahpusat
dengan
Pemerintah
daerah
tercermin dalam pembagian kewenangan, tugas dan tanggung jawab yang jelas
antar tingkat Pemerintahan antara lain termuatdi dalamnya. Demikian juga
Pola hubungan keuangan antara pusat dan daerah didasarkan atas 4 (empat)
prinsip, yaitu sebagai berikut.
1. urusan yang merupakan tugas pusat di daerah dalam rangka dekonsentrasi
dibiayai dari dan atas beban APBN.
2. urusan yang merupakan tugas Pemda sendiri dalam rangka desentralisasi
dibiayai dari dan atas beban APBD.
3. urusan yang merupakan tugas Pusat atau Daerah tingkat atasnya, yang
dilaksanakan dalam rangka tugas pembantuan, dibiayai oleh Pusat atas
beban APBN atau oleh Pemda tingkat atasnya atas beban APBD sebagai
pihak yang menugaskan.
4. sepanjang sumber-sumber keuangan daerah belum mencukupi, maka
Pemerintah Pusat memberikan sejumlah bantuan.
1.4 Sistematika Dokumen RKPD
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2016, disusun dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menjelaskan tentang latar belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD) Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2016
1.2. Landasan Hukum
Menjelaskan
dasar
hukum
yang
digunakan
dalam
Rencana
Kerja
Pemerintah
Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2016.
1.3. Hubungan Antar Dokumen
Menjelaskan Sulawesi selatan Tahun 2016 dengan dokumen‐dokumen
perencanaan lainnya.
1.4. Sistematika
5
Sistematika Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi
Selatan Tahun 2016.
1.5. Maksud dan Tujuan
Menjelaskan tentang maksud dan tujuan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD) Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2016.
BAB II. EVALUASI PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN PENCAPAIAN
KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah
Menjelaskan
tentang
kondisi
terkini
berdasarkan
capaian
target
pembangunan
tahun 2013.
2.2. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD sampai tahun berjalan
dan Realisasi RPJMD Menjelaskan realisasi, hasil capaian program dan
kegiatan yang direncanakan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD) Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2016serta pencapaian indikator
Rencana
Pembangunan
Jangka
Menengah
Daerah
(RPJMD)
Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2013-2018.
2.3 Permasalahan Pembangunan;
Menjelaskan dan melakukan Identifikasi permasalahan berdasarkan hasil
evaluasi pelaksanaan pembangunan tahun 2013
BAB III. RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN
KEUANGAN DAERAH
3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah
Menjelaskan arah kebijakan pembangunan ekonomi nasional dan provinsi,
proyeksi dan tantangan pembangunan ekonomi tahun 2016
3.2. Arah Kebijakan Keuangan Daerah
Menjelaskan arah kebijakan pendapatan, belanja dan pembiayaan tahun
2016 serta pendanaan pembangunan lainnya.
BAB IV. PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN TAHUN 2016
4.1 Tujuan dan Sasaran Pembangunan
Menjelaskan tujuan dan sasaran pembangunan tahun 2016
4.2 Prioritas Pembangunan Daerah;
Mengemukakan tentang prioritas pembangunan untuk tahun 2016, isu
strategis, serta prioritas program pembangunan daerah berdasarkan isu
strategis.
BAB V. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH
Rincian program dan kegiatan prioritas RKPD Tahun 2016, instansi
pelaksana/SKPD indikator capaian masing‐masing program dan kegiatan serta
pagu indikatifnya pada lampiran II.
6
BAB VI. PENUTUP
Menguraikan tentang hal‐hal pokok yang termuat dalam keseluruhan
dokumen RKPD, sebagai pedoman bagi semua pihak dalam memfungsikan
sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku. Pada bagian ini juga
memuat antara lain:
a. Keterpaduan dan sinkronisasi penyusunan program dan kegiatan di SKPD
dan Kabupaten/Kota
dengan
memperhatikan
Kewenagan
serta
peran/tanggung jawab/tugas SKPD;
b. Peranan stakeholder pembangunan dalam perencanaan,
pelaksanaan,
pemantauan, dan evaluasi kebijakan, program, dan kegiatan RKPD;
c. Penegasan RKPD sebagai acuan penyusunan rencana kerja SKPD dan APBD;
d. Penegasan tentang kewajiban pemerintah daerah untuk mengevaluasi
pelaksanaan program RKPD.
1.5 Maksud dan Tujuan
Dokumen
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) disusun dengan
maksud dan tujuan agar seluruh SKPD Provinsi menjadikan dokumen ini
sebagai acuan dalam menyusun Rencana Kerja Tahunan SKPD sebagaimana
Pasal 21 ayat(3) Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional serta Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun
2010 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Sulawesi
Selatan.
Diharapkan seluruh SKPD Provinsi Sulawesi Selataan dalam
menyusun
Renja-SKPD
senantiasa
mengacu
kepada
RKPD
dengan
memperhatikan dan mensinergikan beberapa hal sbb.:
1. Arah dan Kebijakan Pemerintah Daerah dalam RPJMD dan RESTRA-SKPD;
2. Tema dan Prioritas RKPD Provinsi;
3. Indikator Kinerja yang ingin dicapai khusunya target dan indikator sasaran
program dan kegiatan yang ingin dicapai;
4. Program dan Kegiatan telah disusun berdasarkan Skala Prioritas; dan
5. Sasaran utama yang ingin dicapai dari setiap kegiatan dalam Renja-SKPD.
Seluruh
komponen
diatas
merupakan
satu
kesatuan
yang
tidak
terpisahkan dan saling mendukung antara satu dengan lainnya, sehingga
diharapkan meningkatnya hasil pembangunan daerah signifikan terhadap
meningkatnya kesejahteraan masyaratakat didaerah Kabupaten dan Kota dalam
wilayah Provinsi Sulawesi Selatan.
7
BAB II
EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN
KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
2.1. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1.1
Aspek Geografis dan Demografi
a) Karakteristik lokasi dan Wilayah
Provinsi Sulawesi selatan
mempunyai luas wilayah seluas 45.764,53
KM persegi memiliki daerah administratif 21 kabupaten, 3 kota, 304 kecamatan
dan 2.953 desa/kelurahan.
Provinsi Sulawesi Selatan terletak di antara 0 12’- 8 lintang selatan dan
116’48 - 122’ 36’ Bujur Timur, dengan batas wilayahnya meliputi : Provinsi
Sulawesi selatan berbatasan dengan provinsi Sulawesi barat di sebelah utara
dan teluk bone serta provinsi Sulawesi tenggara di sebelah timur serta sebelah
barat dan timur masing-masing dengan selat Makassar dan laut flores
Kondisi Topografi
Wilayah Sulawesi selatan membentang mulai dari daratan rendah hingga
dataran tinggi. Kondisi kemiringan tanah 0-3 persen merupakan tanah yang
relative datar, 3 sampai 8 persen merupakan tanah relative bergelombang, 8
sampai 45 persen merupakan tanah yang kemiringannya agak curam, lebih dari
45 persen tanahnya curam dan bergunung. Wilayah daratan terluas berada
pada 400 hingga 1000 meter DPL
Geologi
Daerah Sulawesi Selatan termasuk ke dalam propinsi Busur Volkanik
Tersier Sulawesi Barat, yang memanjang dari Lengan Selatan sampai ke Lengan
Utara.Secara umum, busur ini tersusun oleh batuan-batuan plutonik-volkanik
berumur Paleogen- Kuarter serta batuan-batuan metamorf dan sedimen
berumur Tersier.Geologi Sulawesi Selatan bagian timur dan barat sangat
berbeda, di mana keduanya dipisahkan oleh Depresi Walanae yang berarah
UUB-SST.Secara struktural, Sulawesi Selatan terpisah dari anggota Busur Barat
Sulawesi lainnya oleh suatu depresi berarah UB-ST yang melintas di sepanjang
Danau Tempe (van Leeuwen, 1981). Struktur geologi batuan di Provinsi Sulawesi
Selatan memiliki karakteristik geologi yang dicirikan oleh adanya berbagai jenis
satuan batuan yang bervariasi. Struktur dan formasi geologi wilayah Provinsi
8
Sulawesi Selatan terdiri dari volkan tersier, Sebaran formasi volkan tersier ini
relatif
luas
mulai
dari
Cenrana
sampai
perbatasan
Mamuju,
daerah
Pegunungan Salapati (Quarles) sampai Pegunungan Molegraf, Pegunungan
Perombengan sampai Palopo, dari Makale sampai utara
Enrekang, di sekitar
Sungai Mamasa, Sinjai sampai Tanjung Pattiro, di deretan pegunungan sebelah
barat dan timur Ujung Lamuru sampai Bukit Matinggi. Batuan volkan kwarter,
Formasi batuan ini ditemukan di sekitar Limbong (Luwu Utara), sekitar Gunung
Karua (Tana Toraja) dan di Gunung Lompobatang (Gowa).
Hidrologi
Jumlah sungai yang mengaliri wilayah Sulawesi Selatan tercatat sekitar
67 aliran sungai, dengan jumlah aliran terbesar di Kabupaten Luwu, yakni 25
aliran sungai.Sungai terpanjang tercatat ada satu sungai yakni Sungai Saddang
yang mengalir meliputi Kabupaten Tator, Enrekang dan, Pinrang.Panjang sungai
tersebut masing-masing 150 km. Di Sulawesi Selatan terdapat empat danau
yakni Danau Tempe dan Sidenreng yang berada di Kabupaten Wajo, serta danau
Matana dan Towuti yang berlokasi di Kabupaten Luwu Timur.
Klimatologi
Propinsi Sulawesi Selatan pada umumnya sama dengan daerah lain yang
ada di Indonesia, mempunyai dua musim yaitu musim kemarau yang terjadi
pada bulan Juni sampai September dan musim penghujan yang terjadi pada
bulan Desember sampai dengan Maret. Berdasarkan pengamatan ditigal Stasiun
Klimatologi (Maros, Hasanuddin dan Maritim Paotere) selama tahun 2010 ratarata suhu udara 27,4 C di Kota Makassar dan sekitarnya tidak menunjukkan
perbedaan
yang
nyata.
Suhu
udara
maksimum
di
stasiun
klimatologi
Hasanuddin 32,1 C dan suhu minimum 24,0 C. Berdasarkan klasifikasi tipe
iklim menurut oldeman, Provinsi Sulawesi Selatan memiliki 5 jenis iklim, yaitu
Tipe iklim A termasuk kategori iklim sangat basah dimana curah hujan rata-rata
3500-4000 mm/Tahun. Wilayah yang termasuk ke dalam tipe ini adalah
Kabupaten Enrekang, Luwu, Luwu Utara dan Luwu Timur.Tipe Iklim B, iklim
basah dimana curah hujan rata-rata 3000-3500 mm/tahun.Wilayah tipe terbagi
2 tipe yaitu (B1) meliputi kab.Tana toraja, Luwu utara, Luwu timur.Tipe B2
meliputi Gowa, Bulukumba dan Bantaeng, tipe C termasuk iklim agak basah
dimana curah hujan rata-rata 2500-3000 mm/tahun.Tipe iklim C terbagi 3 yaitu
iklim tipe C1 meliputi kabupaten Wajo, Luwu dan Tana toraja.Iklim C2 meliputi
Kabupaten Bulukumba, Bantaeng, Barru, Pangkep, Enrekang, Maros dan
Jeneponto. Sedangkan tipe iklim C3 terdiri dari Makassar, Bulukumba
Jeneponto, Pangkep, Barru, Maros, Sinjai, Gowa, Enrekang, Tana toraja, Parepare, Selayar. Tipe iklim D dengan curah hujan rata-rata 2000-2500 MM/tahun.
Tipe iklim ini terbagi 3 yaitu wilayah yang masuk ke dalam iklim D1 meliputi
9
kabupaten Wajo,Bone, Soppeng, Luwu, Tana toraja dan Enrekang. Wilayah yang
termasuk ke dalam iklim D2 terdiri dari kabupaten Wajo, Bone, Soppeng, Sinjai,
Luwu, Enrekang dan Maros. Wilayah yang termasuk iklim D3 meliputi
Kabupaten Bulukumba, Gowa, Pangkep, Jeneponto, Takalar, Sinjai dan kota
Makassar. Tipe iklim E dengan curah hujan rata-rata antara 1500-2000
mm/tahun dimana tipe iklim ini disebut sebagai tipe iklim kering.Tipe iklim E1
terdapat di Kabupaten Maros, Bone dan Enrekang, Bantaeng dan Selayar.
b) Potensi Pengembangan Wilayah
Rencana struktur ruang provinsi Sulawesi Selatan dibangun dengan
beberapa pusat kegiatan seperti pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan wilayah
pusat, kegiatan lokal maupun sub pusat kegiatan lokal, serta kawasan
perkotaan berupa kota, ibukota kabupaten, ibukota kecamatan dan kawasan
pusat pertumbuhan industri dan perdagangan yang padat dengan kegiatan
perkotaan dan fasilitas permukiman.
Pusat Kegiatan Nasional (PKN) provinsi Sulawesi Selatan adalah Kawasan
Metropolitan Mamminasata yang terdiri dari Kota Makassar, Kota Maros, Kota
Sungguminasa, dan Kota Takalar. Mamminasata berfungsi sebagai pusat jasa
pelayanan perbankan yang cakupan pelayanannya berskala nasional, pusat
pengolahan dan atau pengumpul barang secara nasional khususnya KTI,
menjadi simpul transportasi udara maupun laut skup pelayanan nasional, pusat
jasa publik lainnya seperti pendidikan tinggi dan kesehatan yang skup
pelayanannya nasional khususnya KTI, berdaya dorong pertumbuhan wilayah
sekitarnya, dan menjadi pintu gerbang internasional terutama jalur udara dan
laut. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) adalah Kota Palopo, Watampone di
Kabupaten Bone, Parepare, Barru, Pangkajene, Jeneponto, dan Bulukumba,
serta arahan pengembangan Kabupaten Selayar untuk menjadi PKW sebagai
pusat distribusi kebutuhan bahan pokok KTI. PKW minimal berfungsi sebagai;
pusat jasa pelayanan keuangan/perbankan yang melayani beberapa kabupaten,
pusat pengolahan/pengumpul barang yang melayani beberapa kabupaten,
simpul transportasi yang melayani beberapa kabupaten, simpul transportasi
yang melayani beberapa kabupaten, serta pusat pelayanan publik lainnya untuk
beberapa kabupaten. Ibukota kabupaten yang tidak termasuk sebagai PKW atau
dalam PKN Mamminasata akan menjadi Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang
berfungsi sebagai pusat pengolahan atau pengumpulan barang yang melayani
kabupaten dan beberapa kecamatan kabupaten tetangga, sebagai simpul
transportasi yang melayani kabupaten dan beberapa kecamatan tetangga,
sebagai jasa pemerintahan kabupaten, serta sebagai pusat pelayanan publik
lainnya
untuk
kabupaten
dan
beberapa
kecamatan
tetangga.
PKL
di
wilayahSulawesi Selatan adalah Malili, Masamba, Toraja Utara, Makale,
10
Enrekang, Pangkajene, Sengkang, Soppeng, Sinjai, Bantaeng, Watansawitto,
Belopa, Benteng, dan Pamatata.
Berdasarkan PP 26 Tahun 2008 tentang RTRWN, terdapat Kawasan
Andalan yang berfungsi sebagai; tempat aglomerasi pusat-pusat permukiman
perkotaan, pusat kegiatan produksi dan atau pusat pengumpulan/pengolahan
komoditas wilayahnya dan wilayah sekitarnya, dan kawasan yang memiliki
sector-sektor unggulan berdasarkan potensi sumber daya alam kawasan.
Adapun kawasan andalan di wilayah provinsi Sulawesi Selatan adalah :
a. Mamminasata dan sekitarnya (Makassar, Maros, Gowa, Takalar, Pangkep)
dengan sektor unggulan pariwisata, pertanian, perikanan, industry umum,
dan agroindustri serta perdagangan;
b. Palopo dan sekitarnya dengan sektor unggulan pariwisata, perkebunan,
pertanian, dan perikanan.
c. Bulukumba-Watampone dan sekitarnya dengan sektor unggulan pertanian,
perkebunan, agroindustri, pariwisata, perikanan dan perdagangan.
d. Parepare dan sekitarnya dengan sektor unggulan pertanian, perkebunan,
perikanan, agroindustri dan perdagangan.
e. Kawasan laut Kapoposang dan sekitarnya dengan sektor unggulan perikanan
dan pariwisata.
f. Kawasan laut Teluk Bone dan sekitarnya dengan sektor unggulan perikanan,
pariwisata dan pertambangan.
g. Kawasan laut Singkarang-Takabonerate dan sekitarnya dengan sektor
unggulan perikanan dan pariwisata.
h. Kawasan laut Selat Makassar dengan sektor unggulan perikanan dan
pariwisata.
Selain itu, terdapat kawasan yang diarahakan sebagai wilayah yang dapat
dibudidayakan dan difungsikan untuk kepentingan pembangunan dalam bentuk
kegiatan usaha berbagai sektor dan atau sub sektor pembangunan.
Pada sektor pengembangan pertanian tanaman pangan, perkebunan, dan
peternakan
hewan
besar,
provinsi
Sulawesi
Selatan
diarahkan
pada
pengembangan beberapa komuditas unggulan berupa Padi Sawah, Padi
Ladang/Tadah Hujan, Jagung, Kako, kelapa Sawit, Kopi Robusta, Jambu Mete,
Jarak, dan Sapi yang tersebar ke seluruh kabupaten kota yaitu; Kapupaten
Bantaeng luar area 16.044,24 ha, Kabupaten Barru (18.195,73 ha), Kabupaten
Bone (203.883,63 ha), Kabupaten Bulukumba (69.772,85 ha), Kabupaten
Enrekang
(16.525,21
ha),
Kabupaten
Gowa
(41.249,14
ha),
Jeneponto
(39.238,05 ha), Luwu (66.279,81 ha), Luwu Timur (55.563,72 ha), Luwu Utara
(124.095,96 ha), Kota Makassar (5.465,20 ha), Kabupaten Maros (48.593,69 ha),
Kota Palopo (6.032,93 ha), Kabupaten Pangkep (30.352,96 ha), Kota Parepare
(4.268,30 ha), Kabupaten Pinrang (76.445,75 ha), Kabupaten Selayar (34.311,28
ha), Kabupaten Sidrap (91.266,84 ha), Kabupaten Sinjai (14.407,44 ha),
11
Kabupaten
Soppeng
(50.520,92
ha),
Kabupaten
Takalar
39.663,68
ha,
Kabupaten Tana Toraja (3.421,02 ha), Kabupaten Toraja Utara (1.857,66 ha),
dan Kabupaten Wajo dengan luas area 183.907,44 ha. Untuk pengembangan
perikanan, provinsi Sulawesi
Selatan mengarahkan
pengembangan
pada
komoditi unggulan Udang Windu. Lokasi diarahkan terdapat pada 5 Kabupaten
yaitu; Kabupaten Barru seluas 2.860,74 ha atau sebesar 6,77%, Kabupaten
Pangkep (8.307.12 ha) atau 19,67%, Kabupaten Bone (8.401,13 ha) atau
19,89%, Kabupaten Wajo (9.100,43 ha) atau 21,55%, dan Kabupaten Pinrang
seluas 13.559,01 atau 32,11%.
Untuk kawasan pertambangan, terdapat 8 blok wilayah pertambangan
minyak yang potensil yaitu; Blok Segeri Barat, Blok Bone, Blok Sidrap, Blok
Enrekang, Blok Bone Utara, Blok Kambuno, Blok Karaengta dan Blok Selayar.
Diarahkan
eksplorasi
tambang
minyak
ini
menyebabkan
daya
ungkit
perekonomian wilayah Sulawesi Selatan dan sekaligus meningkatkan ekonomi
rakyat melauli kebijakan Coorporate Social Responsibility (CSR), serta harus
dipikirkan pembangunan sumber pendapatan baru dari hasil keuntungan
penambangan ini, serta revitalisasi fungsi lingkungan pasca tambang. Bahan
tambang galian potensiil lainnya seperti; Besi, Emas, Emas Plaser, Kromit,
Mangan, Timbal, Nikel, Pasir Besi, Tembaga, Seng, Batubara, Batubara Muda,
Basal, Dolomit, Andesit, Batuapung, Kaolin, Marmer, Jasper, Gipsum, Pasir
Kuansa, Pasir dan Sirtu, Tras dan Zeolit yang juga tersebar di seluruh wilayah
Provinsi Sulawesi Selatan dapat dimanfaatkan apabila mampu meningkatkan
perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor serta kegiatan
ekonomi
sekitarnya,
pelestarian
meningkatkan
kemampuan
sumber
fungsi
daya
lindung,
alam,
meningkatkan
meningkatkan
upaya
pendapatan
masyarakat, meningkatkan pendapatan daerah dan nasional, menciptakan
kesempatan kerja, meningkatkan ekspor, serta meningkatkan kesejahteraan
rakyat.
Berdasarkan potensi sumber daya alam baik berupa komoditas pertanian
maupun pertambangan dan posisi geografis wilayah Provinsi Sulawesi Selatan,
serta mempertimbangkan pemerataan kesejahteraan antar wilayah dan antar
lapisan masyarakat, maka selain kawasan industri besar juga diarahkan
tumbuh dan berkembangnya kawasan-kawasan industri kecil di sentra-sentra
produksi yang berorientasi ke pengembangan industri rakyat sebagai komunitas
lokal.
Kawasan
industri
pengolahan
yang
bersifat
umum
diarahkan
pembangunannya terpadu dan berada di pusat kegiatan nasional serta pusatpusat kegiatan wilayah yang mempunyai aksesibilitas pelabuhan laut tinggi
seperti;
Mamminasata,
Bulukumba,
Watampone,
Pangkep,
Barru,
Parepar.Kawasan industri initerutama diarahkan untuk mengolah barangbarang setengah jadi terutama hasil agroindustri rakyat.Selain itu juga dibuka
kesempatan pembangunan kawasan industri khusus yang mengolah bahan
12
bakunya di sentra pertambangan seperti pabrik semen, marmer di Maros dan
pangkep, serta pabrik pengolahan nikel di Sorowako.Kawasan perdagangan juga
diarahkan tumbuh berkembang terpadu dengan pengembangan kawasan
industri lokal di sentra-sentra produksi di seluruh wilayah provinsi Sulawesi
Selatan.Kawasan
perdagangan
ukuran
sedang
diarahkan
berkembang
di
ibukota-ibukota kabupaten, sedangkan kawasan perdagangan skala besar
diarahkan
pada
Pusat
Wilayah.Pembangunan
Kegiatan
kawasan
Nasional
perdagangan
dan
Pusat
diarahkan
Kegiatan
perencanaannya
terpadu dengan fasilitas pendukungnya seperti; perkantoran swasta, perbankan,
pertokoan, hotel dan restoran, terminal bis pembantu, pergudangan dan
lainnya.
Pada sektor pariwisata, berbagai aspek seperti daya tarik keindahan alam
darat maupun laut, budaya, sejarah, olahraga, konvensi, dan belanja bisa
dijadikan tujuan.Secara umum obyek wisata budaya dan alam Tanah Toraja
merupakan
ikon
pariwisata
Sulawesi
Selatan
yang
sudah
dikenal
mendunia.Taman laut Takabonerate juga sangat potensil untuk menjadi ikon
wisata bahari dengan mengembangkan faktor aksesibilitas, akomodasi, dan
perlindungan terumbu karang dan anak-anak ikan. Selain itu, banyak ragam
obyek wisata dengan daya tarik regional, nasional maupun lokal yang lokasinya
tersebar di kabupaten-kabupaten dan kota di wilayah Sulawesi Selatan yang
dapat dikembangkan secara aktif sehingga tumbuh berkembangnya lapangan
kerja pemandu wisata, jasa transportasi, perhotelan, restoran, informasi
pariwisata, komunikasi, cindera mata, kesenian, serta perdagangan jasa
maupun produk lainnya yang bermuara pada peningkatan ragam sumber dan
volume pendapatan masyarakat lokal. Pengembangan pariwisata ini diharapkan
tidak menurunkan kualitas lingkungan dan terganggunya habitat berbagai flora
dan fauna.
Selain
itu,
pemanfaatan
kawasan
pesisir
dan
pulau-pulau
kecil
merupakan salah satu faktur urgen yang harus dipertimbangkan, daya dukung
fisik, sosial, ekonomi, dan budaya perlu diperhatikan dengan; menyediakan
ruang untuk kehidupan manusia yang sehat dan nyaman beserta segenap
kegiatan pembangunannya, menyediakan sumber daya alam untuk kepentingan
manusia baik melalui penggunaan langsung maupun melauli proses produksi
atau pengolahan, menyerap atau menetralisir limbah, serta melakukan fungsifungsi penunjang kehidupan termasuk siklus biogeokimia, silus hidrologi dan
lainnya. Mengacu pada azas keadilan, maka akses transportasi laut dan
terutama akses informasi dan komunikasi perlu dipertimbangkan sampai ke
seluruh pulau-pulau kecil.Perairan pantai selatan dan pantai timur Sulawesi
Selatan yang potensiil sebagai budidaya rumput laut dapat dikembangkan
dengan agrobisnis maupun agroindustri khusus rumput laut yang mengikut
sertakan komunitas petani rumput laut. Untuk peningkatan perekonomian
13
rakyat dan perekonomian wilayah, maka wisata bahari tepat dikembangkan
dengan potensi Kawasan Wisata Bahari Kapoposang dan sekitarnya, termasuk
pulau-pulau di wilayah Kota Makassar dan Kabupaten Takalar, kawasan WIsata
Bahari pulau-pulau kecil di Kabupaten Sinjai, serta Kawasan Wisata Bahari
Takabonerate. Perairan pantai bila diperlukan juga dapat direklamasi untuk
penambahan luas daratan untuk pembangunan dan atau perluasan pelabuhan,
bandara, kawasan perkotaan seperti permukiman, perdagangan, industri, dan
pergudangan.
c) Wilayah Rawan Bencana
Berdasarkan sejarah bencana alam dan peta garis sesar gempa dari BMG
Makassar, beberapa bagian wilayah Sulawesi Selatan rawan terhadap bencana
alam seperti Tsunami di pantai Kabupaten Pinrang, longsor di kaki Gunung
Bawakaraeng, banjir di Kabupaten Sinjai, sebagian Kota Makassar, Maros,
Pangkep, Barru, Parepare, Pinrang, Kawasan Danau Tempe, Enrekang, serta
daerah rawan gempa di sepanjang garis sesar gempa yang membujur dari
Kabupaten Selayar, Bulukumba, Soppeng, Sidrap, Enrekang, dan Kabupaten
Tana Toraja.
Beberapa kawasan yang diidentifikasi berpotensi rawan bencana alam di
Provinsi Sulawesi Selatan menurut prioritas penanganannya meliputi :
1. Kawasan rawan gempa bumi terutama di sebagian besar wilayah Sulawesi
Selatan meliputi kawasan pusat gempa Taccipi dan sekitar Watampone
Kabupaten Bone, sekitar pantai di Kabupaten Pinrang dan sekitar wilayah
Kabupaten Tana Toraja, Luwu, Luwu Utara, serta Enrekang.
2. Kawasan rawan banjir terutama di wilayah Allu, Topa, Tamalatea, Binamu,
Arungkeke dan Batang di Kabupaten Jeneponto, wilayah Maros Baru,
Marusu, dan Bantimurung di kabupaten Maros, wilayah Labbakkang dan
Bungoro di kabupaten Pangkep, wilayah Bissapu dan Kota Bantaeng di
kabupaten
Bantaeng, wilayah
Gangking, Ujung
Bulu, Ujung
Loe
di
Kabupaten Bulukumba, wilayah Sinjai Timur dan Sinjai Utara di Kabupaten
Sinjai, wilayah Kajuara, Cina dan Sibulue di Kabupaten Bone,wilayah
Duampanua di Kabupaten Pinrang, Baebunta dan Malangke Barat di
Kabupaten Luwu, serta wilayah Wotu dan Angkona di Kabupaten Luwu
Timur.
3. Kawasan rawan gerakan tanah atau longsor terutama di wilayah Kelara, dan
Rumbia di Kabupaten Jeneponto, wilayah Sinoa, Bulu Ere, Tompo Bulu dan
Eremerasa di Kabupaten Bantaeng, wilayah Rindang, Rialau Ale dan
Bulukumpa di Kabupaten Bulukumba, wilayah Sinjai Barat, Sinjai Borong,
Sinjai Selatan, Tellu Limpoe, Sinjai Tengah dan Bulupoddo di Kabupaten
Sinjai, wilayah Buntucani, Kajuara di Kabupaten Bone, wilayah Mangkutana
dan Wasuponda di Kabupaten Luwu Timur.
14
Kawasan potensi tsunami, terdapat di sekitar pantai wilayah Kabupaten
Pinrang, Makassar, Bulukumba, dan Selayar.
15
d) Demografi
Jumlah penduduk Sulawesi Selatan dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan dimana pada tahun 2009 jumlah penduduk daerah ini tercatat
mencapai 7,91 juta jiwa dan pada tahun 2013 yang ditunjukkan tabel diatas,
penduduk telah mengalami peningkatan menjadi 8,34 juta jiwa. Peningkatan
tersebut menunjukkan bahwa jumlah penduduk Sulawesi selatan dalam
kurun waktu terakhir telah bertambah kurang lebih 433 ribu jiwa lebih.
Tabel 2.1
Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009-2013
Tahun
Kabupaten/Kota
2009
2010
2011
2012
01.Selayar
121.749
122.055
123,283
124.563
02.Bulukumba
394.746
394.560
398,531
400.990
03.Bantaeng
174.176
176.699
178,477
179.505
04.Jeneponto
334.175
342.700
346,149
348.138
05.Takalar
257.974
269.603
272,316
275.034
06.Gowa
617.317
652.941
659,512
670.465
07.Sinjai
228.304
228.879
231,182
232.612
08.Maros
306.687
319.002
322,212
325.401
09.Pangkep
298.701
305.737
308,814
311.604
10.Barru
162.985
165.983
167,653
168.034
11.Bone
711.748
717.682
724,905
168.034
12.Soppeng
230.744
223.826
226,079
226.202
13.Wajo
381.066
385.109
388,985
389.552
14.Sidrap
252.483
271.911
274,648
277.451
15.Pinrang
351.042
351.118
354,652
357.095
16.Enrekang
190.576
190.248
192,163
193.683
17.Luwu
328.180
332.482
335,828
338.609
18.Tator
240.249
221.081
223,306
224.523
19.LuwuUtara
321.979
287.472
290,365
292.765
20.LuwuTimur
237.354
243.069
245,515
250.608
21.TorajaUtara
229.090
216.762
218,943
220.304
22.Makassar
1.271.870 1.338.663 1,352,136 1.369.606
23.Pare-Pare
118.842
129.262
130,563
132.048
2013
127.220
404.896
181.006
351.111
280.590
696.096
234.886
331.796
317.110
169.302
734.119
225.512
390.603
283.307
361.293
196.394
343.793
226.212
297.313
263.012
222.393
1.408.072
135.192
24.Palopo
152.703
160.819
8.190.222
8.342.047
146.482
147.932
149,421
Provinsi
7.908.519 8.034.776 8,115,638
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Selatan
Proporsi penduduk Sulawesi Selatan yang berusia 15 tahun keatas yang
di tunjukkan pada tabel diatas, menunjukkan bahwa pergeseran tenaga kerja
menurut lapangan usaha ini menandai pergeseran atau transformasi struktur
perekonomian Sulawesi Selatan.Berdasarkan kondisi tersebut diatas nampak
bahwa telah terjadi sedikit pergeseran dari sektor pertanian ke sektor jasa – jasa
walaupun hingga saat ini sektor pertanian masih mendominasi penyerapan
tenaga kerja terbesar di Sulawesi Selatan.
16
Tabel 2.2
PENDUDUK BERUMUR 15 TAHUN KE ATAS YANG BEKERJA
MENURUT LAPANGAN USAHA DI SULAWESI SELATAN TAHUN 2009 -2013
No
Lapangan Usaha
2009
2010
2011
2012
2013
1
Pertanian
1.588.626
1.572.479
1.469.245
1.475.783
1.423.086
2
IndustriPengolahan
214.668
197.342
223.246
225.880
196.160
3
Perdagangan,
636.714
803.655
654.516
614.082
603.950
Hotel,
dan
Restoran
4
Jasa – jasa
362.460
499.938
575.863
574.976
599.013
5
Lainnya
419.788
398.951
452.628
461.187
464.070
3.222.256
3.272.365
3.375.498
3.351.908
3.291.280
TOTAL
Sumber : BPS Prov Sulsel
2.1.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat
1.Kondisi umum Kesejahteraan masyarakat
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai indikator pembangunan
sulawesi
selatan
merupakan
tolak
ukur
pembangunan
suatu
wilayah
pada kurun tahun 2012-2013 mengalami peningkatan,
berdasarkan angka estimasi dari Biro Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi
selatan
pada tahun 2013
capaian IPM
Provinsi Sulawesi
selatan 73,28 dan tahun 2012 sebesar 72,70. Angka IPM Sulawesi selatan
masih dibawah IPM Nasional (73,81) namun setiap tahun, selalu mengalami
peningkatan seperti halnya IPM Nasional
Komponen pendidikan ;
Angka indeks pendidikan Sulawesi Selatan selalu berada di bawah
nasional. Pada tahun 2012 indeks pendidikan Sulawesi selatan hanya berkisar
76,82 dan nasional 80,13 sedangkan tahun 2013 indeks pendidikan Sulawesi
selatan sebesar 77,59 dan Nasional sebesar 80,85. Peningkatan indeks
komponen pendidikan diakibatkan oleh peningkatan dua komponen yaitu;
indeks Rata-rata lama bersekolah & angka melek huruf. Angka indeks rata-rata
lama bersekolah penduduk usia 15 tahun ke atas untuk provinsi Sulawesi
selatan pada tahun 2013 sebesar 8,01 tahun artinya bahwa rata-rata
pendidikan sekolah menengah pertama apabila dibandingkan dengan tingkat
nasional 8,14 tahun, namun satu hal menggembirakan bahwa angka rata-rata
lama bersekolah penduduk Sulawesi selatan terus mengalami peningkatan,
walwpun tidak terlalu tinggi. Sedangkan komponen indeks angka melek huruf
menggambarkan besarnya penduduk berumur 15 tahun keatas yang dapat
membaca dan menulis dengan huruf latin/arab/lokal.Di Sulawesi selatan pada
tahun 2012 mereka yang melek huruf sebesar 93,25 dan meningkat menjadi
94,14 pada tahun 2013 sedangkan angka melek huruf nasional sudah mencapai
17
94,14. Apabila angka tersebut dibandingkan dengan tingkat nasional maka
terlihat angka melek huruf Sulawesi selatan relatif lebih rendah (sumber;analisis
IPM Sulawesi selatan).
Indeks kesehatan sulawesi selatan pada tahun 2012 mencapai 75,75 dan
tahun 2013 mencapai 76,00. Komponen kesehatan mengalami peningkatan
sebagai dampak dari meningkatnya
angka harapan hidup (AHH) pada tahun
2013 mencapai 70,60 dan tahun 2012 yaitu 70.45
2.1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi (Bid. ekonomi)
2.2. Kesejahteraan Sosial
Tabel 2.3
Angka Melek Huruf Provinsi Sulawesi Selatan 2009 - 2013
No
Bidang/Urusan
Tahun
2009
2010
1
Jumlah
Penduduk Usia
Di
atas
15
Tahun
yang
bisa membaca
menulis
4.942.743
4.885.570
2
Jumlah
Penduduk Usia
15 Tahun ke
atas
5.660.624
5,567.601
Nasional
92,6
Prov. Sulawesi
Selatan
87.
2011
2012
4.946.636
5.008.398
2013*
5.142.608
5.733.758
5.616.709
1.334.461
92,91
92,99
93.25
94.14
87.75
88.07
88.73
89.69
Sumber :BPS Prov Sulsel
Tidak jauh berbeda dengan rata-rata lama sekolah nasional,
selisih
Angka Melek Huruf penduduk Sulawesi Selatan jika dibanding rata-rata
nasional masih menunjukkan kesenjangan, dimana pada tahun 2010 angka
melek huruf pendudukSulawesi Selatan mencapai 87,75 persen sementara ratarata nasional sebesar 92,91 persen. Dalam kurun waktu empat tahun yakni
pada tahun 2012 indikatorpendidikan tersebut telah mencapai 88,73 persen di
Sulawesi Selatan sementara secara nasional telah mencapai 93,25 persen.
Kemudian pada tahun 2013 angka melek huruf di daerah ini akan mengalami
peningkatan menjadi 89,69 persen sementara nasional akan mencapai 94.14
persen (tabel).
Penduduk Sulawesi Selatan yang berusia 15 tahun ke atas yang melek
huruf dalam lima tahun terakhir ini terus mengalami peningkatan. Pada tahun
2010 penduduk Sulsel yang melek huruf sebesar 87,75 persen, dan pada tahun
2011 angka melek huruf Sulawesi Selatan meningkat sebesar 88,07 persen atau
18
hanya naik sebesar 0,36 poin dibanding tahun 2010 yang hanya sebesar 87,75
persen, Kemudian pada tahun 2011 meningkat menjadi 88,07 persen atau
hanya naik sebesar 0,33 poin, dibandingkan tahun 2010, dan pada tahun 2012
meningkat menjadi 88,73 persen atau naik sebesar 0,75 poin dari tahun
sebelumnya yakni tahun 2011, dan pada tahun 2013 angka melek huruf
penduduk Sulawesi Selatan naik sebesar 89,69 persen atau meningkat 1,61
poin dari tahun 2012. Besar harapan bahwa beberapa tahun yang akan datang
data mewujudkan Sulawesi Selatan yang bebas buta aksara.
Angka melek huruf menurut kabupaten/kota, sebagaimana tabel di bawah ini
daerah yang mempunyai persentase paling tinggi angka melek hurufnya pada
tahun 2013 di miliki oleh daerah perkotaan yaitu Kota Makassar, Palopo, dan
Pare – pare dengan angka melek huruf masing – masing sebesar 97.83;97.45
serta 97.36.
Sedangkan kabupaten/kota
yang memiliki angka melek huruf
terendah yaitu Kabupaten Takalar (84.69), Gowa (83.11) dan Bantaeng (81.40)
Tabel. 2.4
Angka Melek Huruf Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009-2013
No
Kabupaten/Kota 2009
2010
2011
2012
2013
1
Kep.Selayar
89,2
89.23
90.86
91.88
91.76
2
Bulukumba
85,4
85.35
85.45
85.26
88.23
3
Bantaeng
77,5
78.98
79.03
80.10
81.40
4
Jeneponto
77,2
77.27
77.31
77.42
78.92
5
Takalar
80,8
81.80
81.85
83.10
84.69
6
Gowa
80,3
81.92
82.32
82.50
83.11
7
Sinjai
86,5
86.45
86.59
87.71
88.44
8
Maros
82,9
82.97
83.1
83.98
85.52
9
Pangkep
86,9
87.55
87.59
88.82
90.21
10
Barru
88,5
89.23
89.25
89.31
89.55
11
Bone
84,9
84.86
86.41
87.88
89.04
12
Soppeng
85,1
86.67
86.71
86.99
88.74
13
Wajo
82,7
83.53
84.97
84.99
85.62
14
Sidrap
89,6
89.63
89.77
89.90
90.25
15
Pinrang
89,7
89.9
91.48
91.63
91.99
16
Enrekang
90,4
90.44
90.49
91.26
91.35
17
Luwu
91,5
91.48
91.63
91.70
91.82
18
Tana Toraja
85,5
86.28
87.76
88.94
90.14
19
LuwuUtara
92,1
92.36
92.86
92.99
93.11
20
LuwuTimur
93.2
93.24
93.28
93.43
93.87
21
TorajaUtara
83
83.8
83.83
85.85
87.38
22
Makassar
96.7
96.79
96.82
96.88
97.83
23
Pare-Pare
97.1
97.16
97.17
97.33
97.36
24
Palopo
97.3
97.33
97.34
97.43
97.45
19
SulawesiSelatan
87
87.75
88.07
88.37
89.69
Nasional
92.6
92.91
92.99
93.25
94.14
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Selatan
Angka Partisipasi sekolah
Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan persentase penduduk yang
bersekolah menurut kelompok umur tertentu. APS merupakan ukuran daya
serap sistem pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. APS yang tinggi
menunjukkan tingginya partisipasi sekolah dari usia tertentu.
Tabel
di
bawah
ini memperlihatkan
perkembangan
APS
menurut
kelompok umur pada tahun 2012 dan 2013.Secara umum, partisipasi sekolah
mengalami peningkatan dari tahun ketahun pada setiap kelompok umur. APS
penduduk usia 7 – 12 tahun pada tahun 2012 sebesar 97,59 persen, meningkat
menjadi 98,11 pada tahun 2013. Peningkatan APS juga terjadi pada kelompok
umur 13 – 15 tahun, dari 87,69 persen pada tahun 2012 menjadi 89,53 persen
pa