Efek Teknik Penempatan Resin Komposit dan Penggunaan Sistem Matriks Terhadap Kebocoran Mikro pada Restorasi Kelas II Resin Komposit Berbentuk Saucer
!"#
$
%
%
%
)
%
$
&'
%
%
*
+
(
%
$
#
,
$
-
%$
%
%
,
%
-
%
%
-
%
+
+
% .
%
#
$
/
00 1
-
/
00
/
00
-
%
(
%
-
-
%
. .# 2
%
%
$
3
4 5
%
#%
8 -
$
%
66* +
5
($
4 5
%
*7
% ...#%
%
%
6 *4 5
#%
7
yang mencakup penempatan secara
dengan
3 sampai 3,5 mm (Jackson
dan Morgan, 2000).
Desain kavitas Kelas II konvensional berbentuk
dan bahan restorasi resin
komposit tidak selalu kompatibel sehingga saat ini telah diperkenalkan desain Kelas
II yang telah dimodifikasi untuk restorasi resin komposit sesuai dengan prinsip
. Teknik preparasi kavitas ini mirip dengan teknik preparasi
kavitas Kelas III anterior dan terbatas pada pembuangan jaringan karies, perluasan
yang tepat untuk pemeriksaan, penempatan, dan
bahan resin komposit
(Nordbo dkk., 1993).
Resin komposit merupakan bahan tambalan sewarna gigi yang digunakan
hampir pada semua jenis restorasi (Roberson dkk., 2009). Resin komposit berasal dari
bahan komposit polimer yang sering digunakan sebagai bahan restorasi kedokteran
gigi pada gigi,gigi anterior dan posterior (Walmsley dkk., 2007; Hatrick dkk., 2011).
Resin komposit terdiri atas matriks resin organik, partikel
silane, sistem aktivator,inisiator,
dan
anorganik, bahan
, dan
(Garcia dkk., 2006; Shawkat, 2009; Hatrick dkk., 2011).
Matriks resin organik yang paling sering digunakan adalah
(Bis,GMA), yang dihasilkan dari reaksi antara
dengan
(Garcia dkk., 2006; Shawkat, 2009; Hatrick dkk.,
2011). Bis,GMA mempunyai dua gugus hidroksil untuk meningkatkan viskositas
sehingga dapat berpolimerisasi menjadi polimer berikatan ganda dan memiliki dua
cincin karbon aromatik untuk menambah berat molekul dan kekakuan (Gambar 2.1)
(Albers, 2002; Garcia dkk., 2006; Shawkat, 2009).
5
0 mbar 2.1 Struktur kimia resin komposit
matriks resin Bis,GMA (Albers, 2002)
Matriks resin yang sering ditambahkan pada bis,GMA adalah
(TEGDMA) (Garcia dkk., 2006; Shawkat, 2009; Hatrick dkk., 2011).
Struktur kimia TEGDMA memiliki sifat mekanis yang lebih rendah daripada bis,
GMA (Gambar 2.2) (Powers dan Sakaguchi, 2006; Shawkat, 2009).
Gambar 2.2 Struktur kimia resin komposit
Matriks resin lainnya yaitu
matriks resin TEGDMA (Albers, 2002)
(UDMA) biasanya digunakan
sebagai matriks resin tambahan atau pengganti Bis,GMA (Shawkat, 2009; Hatrick
dkk., 2011). Struktur kimia UDMA memiliki gugus
yang memberikan
kekuatan dan kekerasan pada polimer serta sifat penyerapan air yang rendah (Gambar
2.3) (Shawkat, 2009).
9
pelebaran
Gambar 2.3 Struktur kimia resin komposit
matriks resin UDMA (Albers, 2002)
Partikel filler umumnya dihasilkan dari penggilingan atau pengolahan kuarsa
untuk menghasilkan partikel berukuran 0,1,100 µm. Partikel
anorganik
umumnya membentuk 30,70% volume dan 50,85% berat komposit (Anusavice,
2003).
Fungsi utama bahan
resin dan partikel
Bahan
adalah sebagai fasilitator ikatan antara matriks
(Shawkat, 2009; Garg dan Garg, 2010; Hatrick dkk., 2011).
yang sering digunakan adalah
(3,
) (Powers dan Sakaguchi, 2006; Shawkat, 2009).
Gambar 2.4 3,
!
"
(Powers dan Sakaguchi, 2006)
#
$
Fotoinisiator yang sering digunakan adalah gugus
seperti
(CQ) yang menyerap cahaya tampak berwarna biru dengan panjang
gelombang antara 400,500 nm dan yang paling optimal sekitar 465 nm (Powers dan
10
Sakaguchi, 2006; Shawkat, 2009; Garg dan Garg, 2010).
dihubungkan
dengan
aktivator
yang
yaitu
seperti
(DMAEMA) (Gambar 2.5) akan menghasilkan
radikal bebas sehingga dapat menginisiasi proses polimerisasi (Powers dan
Sakaguchi, 2006; Shawkat, 2009).
Deaktivasi
Gambar 2.5 Skema peranan CQ dan DMAEMA dalam polimerisasi radikal bebas resin komposit
(Shawkat, 2009)
%
#
dan
memiliki struktur kimia seperti
(MEHQ) dan 2,6, ,
,
,4,
yaitu 4,
atau
(BHT) yang berfungsi untuk mencegah terjadinya polimerisasi yang
terlalu dini (Shawkat, 2009).
&
dan
visual (
digunakan untuk mengubah dan memodifikasi warna
) dan translusensi bahan komposit menjadi kombinasi yang lebih baik
sebagai bahan restorasi yang menyerupai warna gigi. Bahan yang sering digunakan
untuk meningkatkan opaksitas adalah titanium dioksida dan alumunium oksida dalam
jumlah kecil antara 0,001,0,007% berat (Shawkat, 2009). Selain itu bahan lain yang
dapat digunakan adalah magnesium, tembaga dan besi oksida yang menyediakan
berbagai variasi warna (Anusavice, 2003; Shawkat, 2009).
11
'
#
Pada tahun 1988, Marshall mengklasifikasikan resin komposit berdasarkan
jumlah dan ukuran partikel
sedangkan ukuran partikel
. Jumlah
dilihat dari segi berat dan volume,
ditetapkan dengan satuan µm.
Resin komposit
merupakan generasi pertama dan menggunakan
partikel bahan pengisi (
) yang relatif besar yaitu dengan ukuran antara 10,100
mikron (µm) dan banyaknya bahan pengisi umumnya 75,80% berat atau 60,65%
volume (Garcia dkk., 2006; Roberson dkk., 2009; Hatrick dkk., 2011). Bahan pengisi
yang sering digunakan adalah quartz giling,
,
yang
mengandung
(Albers, 2002; Anusavice, 2003; Roberson dkk., 2009). Resin
komposit
umumnya lebih kuat daripada resin komposit yang memiliki
partikel bahan pengisi (
) dengan ukuran kecil (Hatrick dkk., 2011). Tetapi
partikelnya yang besar dapat membuat komposit sulit untuk di,
sehingga resin
komposit memiliki permukaan yang kasar (Albers, 2002; Roberson dkk., 2009;
Hatrick dkk., 2011).
#'
Resin komposit midifiller adalah resin yang partikelnya berukuran antara 1,10
µm (Hatrick dkk., 2011).
'
Resin komposit
(
memiliki ciri khas, yaitu partikel bahan pengisi
) yang besar tidak tersebar secara merata (Albers, 2002). Selain itu, resin
komposit
secara relatif diisi dengan partikel bahan pengisi (
) anorganik
yang sangat kecil dengan ukuran partikel
$
%
%
%
)
%
$
&'
%
%
*
+
(
%
$
#
,
$
-
%$
%
%
,
%
-
%
%
-
%
+
+
% .
%
#
$
/
00 1
-
/
00
/
00
-
%
(
%
-
-
%
. .# 2
%
%
$
3
4 5
%
#%
8 -
$
%
66* +
5
($
4 5
%
*7
% ...#%
%
%
6 *4 5
#%
7
yang mencakup penempatan secara
dengan
3 sampai 3,5 mm (Jackson
dan Morgan, 2000).
Desain kavitas Kelas II konvensional berbentuk
dan bahan restorasi resin
komposit tidak selalu kompatibel sehingga saat ini telah diperkenalkan desain Kelas
II yang telah dimodifikasi untuk restorasi resin komposit sesuai dengan prinsip
. Teknik preparasi kavitas ini mirip dengan teknik preparasi
kavitas Kelas III anterior dan terbatas pada pembuangan jaringan karies, perluasan
yang tepat untuk pemeriksaan, penempatan, dan
bahan resin komposit
(Nordbo dkk., 1993).
Resin komposit merupakan bahan tambalan sewarna gigi yang digunakan
hampir pada semua jenis restorasi (Roberson dkk., 2009). Resin komposit berasal dari
bahan komposit polimer yang sering digunakan sebagai bahan restorasi kedokteran
gigi pada gigi,gigi anterior dan posterior (Walmsley dkk., 2007; Hatrick dkk., 2011).
Resin komposit terdiri atas matriks resin organik, partikel
silane, sistem aktivator,inisiator,
dan
anorganik, bahan
, dan
(Garcia dkk., 2006; Shawkat, 2009; Hatrick dkk., 2011).
Matriks resin organik yang paling sering digunakan adalah
(Bis,GMA), yang dihasilkan dari reaksi antara
dengan
(Garcia dkk., 2006; Shawkat, 2009; Hatrick dkk.,
2011). Bis,GMA mempunyai dua gugus hidroksil untuk meningkatkan viskositas
sehingga dapat berpolimerisasi menjadi polimer berikatan ganda dan memiliki dua
cincin karbon aromatik untuk menambah berat molekul dan kekakuan (Gambar 2.1)
(Albers, 2002; Garcia dkk., 2006; Shawkat, 2009).
5
0 mbar 2.1 Struktur kimia resin komposit
matriks resin Bis,GMA (Albers, 2002)
Matriks resin yang sering ditambahkan pada bis,GMA adalah
(TEGDMA) (Garcia dkk., 2006; Shawkat, 2009; Hatrick dkk., 2011).
Struktur kimia TEGDMA memiliki sifat mekanis yang lebih rendah daripada bis,
GMA (Gambar 2.2) (Powers dan Sakaguchi, 2006; Shawkat, 2009).
Gambar 2.2 Struktur kimia resin komposit
Matriks resin lainnya yaitu
matriks resin TEGDMA (Albers, 2002)
(UDMA) biasanya digunakan
sebagai matriks resin tambahan atau pengganti Bis,GMA (Shawkat, 2009; Hatrick
dkk., 2011). Struktur kimia UDMA memiliki gugus
yang memberikan
kekuatan dan kekerasan pada polimer serta sifat penyerapan air yang rendah (Gambar
2.3) (Shawkat, 2009).
9
pelebaran
Gambar 2.3 Struktur kimia resin komposit
matriks resin UDMA (Albers, 2002)
Partikel filler umumnya dihasilkan dari penggilingan atau pengolahan kuarsa
untuk menghasilkan partikel berukuran 0,1,100 µm. Partikel
anorganik
umumnya membentuk 30,70% volume dan 50,85% berat komposit (Anusavice,
2003).
Fungsi utama bahan
resin dan partikel
Bahan
adalah sebagai fasilitator ikatan antara matriks
(Shawkat, 2009; Garg dan Garg, 2010; Hatrick dkk., 2011).
yang sering digunakan adalah
(3,
) (Powers dan Sakaguchi, 2006; Shawkat, 2009).
Gambar 2.4 3,
!
"
(Powers dan Sakaguchi, 2006)
#
$
Fotoinisiator yang sering digunakan adalah gugus
seperti
(CQ) yang menyerap cahaya tampak berwarna biru dengan panjang
gelombang antara 400,500 nm dan yang paling optimal sekitar 465 nm (Powers dan
10
Sakaguchi, 2006; Shawkat, 2009; Garg dan Garg, 2010).
dihubungkan
dengan
aktivator
yang
yaitu
seperti
(DMAEMA) (Gambar 2.5) akan menghasilkan
radikal bebas sehingga dapat menginisiasi proses polimerisasi (Powers dan
Sakaguchi, 2006; Shawkat, 2009).
Deaktivasi
Gambar 2.5 Skema peranan CQ dan DMAEMA dalam polimerisasi radikal bebas resin komposit
(Shawkat, 2009)
%
#
dan
memiliki struktur kimia seperti
(MEHQ) dan 2,6, ,
,
,4,
yaitu 4,
atau
(BHT) yang berfungsi untuk mencegah terjadinya polimerisasi yang
terlalu dini (Shawkat, 2009).
&
dan
visual (
digunakan untuk mengubah dan memodifikasi warna
) dan translusensi bahan komposit menjadi kombinasi yang lebih baik
sebagai bahan restorasi yang menyerupai warna gigi. Bahan yang sering digunakan
untuk meningkatkan opaksitas adalah titanium dioksida dan alumunium oksida dalam
jumlah kecil antara 0,001,0,007% berat (Shawkat, 2009). Selain itu bahan lain yang
dapat digunakan adalah magnesium, tembaga dan besi oksida yang menyediakan
berbagai variasi warna (Anusavice, 2003; Shawkat, 2009).
11
'
#
Pada tahun 1988, Marshall mengklasifikasikan resin komposit berdasarkan
jumlah dan ukuran partikel
sedangkan ukuran partikel
. Jumlah
dilihat dari segi berat dan volume,
ditetapkan dengan satuan µm.
Resin komposit
merupakan generasi pertama dan menggunakan
partikel bahan pengisi (
) yang relatif besar yaitu dengan ukuran antara 10,100
mikron (µm) dan banyaknya bahan pengisi umumnya 75,80% berat atau 60,65%
volume (Garcia dkk., 2006; Roberson dkk., 2009; Hatrick dkk., 2011). Bahan pengisi
yang sering digunakan adalah quartz giling,
,
yang
mengandung
(Albers, 2002; Anusavice, 2003; Roberson dkk., 2009). Resin
komposit
umumnya lebih kuat daripada resin komposit yang memiliki
partikel bahan pengisi (
) dengan ukuran kecil (Hatrick dkk., 2011). Tetapi
partikelnya yang besar dapat membuat komposit sulit untuk di,
sehingga resin
komposit memiliki permukaan yang kasar (Albers, 2002; Roberson dkk., 2009;
Hatrick dkk., 2011).
#'
Resin komposit midifiller adalah resin yang partikelnya berukuran antara 1,10
µm (Hatrick dkk., 2011).
'
Resin komposit
(
memiliki ciri khas, yaitu partikel bahan pengisi
) yang besar tidak tersebar secara merata (Albers, 2002). Selain itu, resin
komposit
secara relatif diisi dengan partikel bahan pengisi (
) anorganik
yang sangat kecil dengan ukuran partikel