Bimbingan dan Konseling Islam Dengan Terapi Behavior Dalam Memotivasi Belajar Anak Penderita Dyslexia di Kelurahan Pagesangan Kecamatan Jambangan Surabaya

  Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam Vol. 04, No. 02, 2014

  • Hlm. 75- 89

  

Bimbingan dan Konseling Islam

Dengan Terapi Behavior Dalam Memotivasi Belajar Anak

Penderita Dyslexia di Kelurahan Pagesangan Kecamatan

Jambangan Surabaya

  Oleh:

  

Siti Nur Hidayati Isnaini dan Rudy Al Hana

  Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya

  

Abstrak: Fokus penelitian adalah 1. Faktor apa sajakah yang menyebabkan kurangnya

motivasi belajar pada anak penderita dyslexia?, 2. Bagaimana proses pelaksanaan

Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi behavior dalam memotivasi belajar pada

anak penderita dyslexia. 3. Bagaimana hasil pelaksanaan bimbingan dan konseling islam

dengan terapi behavior dalam memotivasi belajar pada anak penderita dyslexia di

kelurahan Pagesangan kecamatan Jambangan Surabaya. penelitian ini menggunakan

metode penelitian kualitatif dengan analisa deskriptif analisis. Dalam menganalisa

faktor-faktor yang menyebabkan anak dyslexia kurang termotivasi dalam belajar di

kelurahan Pagesangan kecamatan Jambangan menggunakan deskriptif komparatif, yang

mana penulis menganalisa data teori dan data yang terjadi dilapangan. Dalam penelitian

ini dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor penyebab adalah anak tersebut menderita

sindrom dyslexia sehingga susah memahami pelajaran, tidak adanya tutor yang

membimbingnya belajar secara intensif, waktu bermain lebih banyak daripada waktu

yang digunakan untuk belajar. Dalam penelitian ini proses konseling yang terjadi

menggunakan terapi behavior, yang mana peneliti menggunakan 2 teknik yakni teknik

penumbuhan motivasi, teknik terapi behavior yang meliputi : teknik penokohan

modelling , latihan Assertive dan Penguatan positif. kesemua teknik ini dilakukan secara

berurutan 8-10 kali pertemuan dalam prosesnya. hasil akhir dari proses konseling

terhadap klien dalam penelitian ini cukup berhasil dengan prosentase 60 % yang mana

hasil tersebut dapat dilihat dari adanya perubahan klien yang mau meluangkan

waktunya untuk belajar saat diberi bimbingan belajar oleh konselor, belajar untuk

fokus saat belajar membaca dan menulis, dan mengurangi ucapan tidak bisa saat

diberikan bimbingan belajar oleh konselor.

  Kata kunci : Terapi behavior, motivasi belajar, dyslexia

  Pendahuluan

  Membaca, menulis dan berhitung pada saat ini merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh setiap anak pada usia permulaan sekolah dasar, karena melalui membaca, menulis dan berhitung anak dapat belajar banyak tentang berbagai bidang studi. Oleh karena itu, membaca, menulis dan berhitung merupakan keterampilan yang harus diajarkan sejak usia dini kepada anak, Terutama saat anak-anak memasuki sekolah TK bahkan PAUD. Apalagi pada saat ini banyak terjadi fenomena saat masuk SD seorang anak wajib mengikuti tes membaca, menulis dan berhitung teiebih dahulu.

  Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan membaca menulis dan berhitung maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-kelas berikutnya.Oleh karena itu, anak harus belajar membaca agar ia dapat membaca untuk belajar. Dengan dapat membaca seorang anak nantinya akan dapat menulis dan berhitung juga. Karena membaca, menulis dan berhitung adalah

  1 satu kesatuan proses belajar yang tidak dapat terpisahkan.

  Jika anak usia permulaan sekolah tidak dapat membaca, mungkin saja anak tersebut terkena sindrom Dyslexia, Dyslexia biasanya terdeteksi ketika seseorang masih kanak-kanak, dan seringkali membuat mereka memiliki kemampuan belajar yang berada di bawah rata-rata. Meski begitu, dyslexia tak mempengaruhi besarnya kecerdasan seseorang, hanya membuat mereka kesulitan untuk membaca juga menulis dan berhitung. Penderita dyslexia terlihat seperti kebanyakan orang. Keadaan ini memang tak terlihat secara fisik. Namun orang yang memiliki dyslexia akan mengalami kesulitan ketika mereka harus membaca, menulis, mengurutkan angka, atau menerima perintah.

  Bryan dan Bryan seperti yang dikutip oleh Mercer mendefinisikan

  

dyslexia merupakan sindroma kesulitan dalam mempelajari komponen-

  komponen kata dan kalimat. Menurut Lerner seperti yang dikutip dari mercer definisi kesulitan belajar membaca atau dyslexia sangat bervariasi, tetapi semuanya menunjuk pada adanya gangguan fungsi dari otak. Hornsby mendefinisikan dyslexia tidak hanya kesulitan belajat membaca tapi juga menulis. Definisi Hornsby tersebut dapat dipahami karena ada kaitan yang erat antara membaca dengan menulis. Anak yang kesulitan membaca juga pada

  2 1 umumnya kesulitan menulis juga berhitung.

  

Mulyono Abdurrahman, Anak Berkesulitan Belajar Teori, Diagnosis dan Remediasinya, (Jakarta :

Rineka Cipta, 2012) hal .157-162

  Kesulitan membaca, menulis dan berhitung tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan kesulitan bahasa, karena semua merupakan komponen system komunikasi yang terintergasi. Dyslexia kebanyakan disebabkan oleh faktor gen dan bukan merupakan sindrom yang serius, dengan pembelajaran

  3 yang tekun sindrom ini dapat diatasi.

  Dyslexia ditandai dengan adanya kesulitan membaca pada anak. Dyslexia

  merupakan salah satu masalah yang sering terjadi pada anak. Secara global kasus dyslexia berkisar antara 5 - 17 persen pada anak usia sekolah. Hasil penelitian menunjukkan sekitar 80 % penderita gangguan belajar usia sekolah mengalami dyslexia. Uniknya, angka kasus dyslexia lebih tinggi dialami oleh anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Perbandingannya berkisar 2 berbanding 1 sampai 5 berbanding 1.

  Lalu bagaimana jika ada sebuah kasus seorang anak, anak sebut saja dia bernama Ikhsan. Ikhsan berusia 10 tahun pada saat ini, Ikhsan berasal dari keluarga yang kurang mampu. Ikhsan mempunyai memiliki sindrom dyslexia sampai dia dipindahkan oleh gurunya dari sekolah umumnya ke sekolah luar biasa karena ikhsan memiliki masalah kesulitan belajar Terutama kesulitan belajar dalam membaca, menulis dan berhitung. Padahal anak seusia ikhsan ikhsan seharusnya sudah lancar membaca, menulis juga berhitung.

  Ikhsan yang merupakan anak kandung nomor 3 dari 5 bersaudara, orang tua ikhsan yang hanya lulusan SD pun tidak mengerti apa yang sedang dialami anaknya. Saat disarankan gurunya pindah kesekolah SLB, sekolah baru ikhsan, orang tua ikhsan pasrah saja dan berharap memang itu yang terbaik untuk anaknya. Saat dirumah pun orang tua ikhsan kurang telaten dalam membimbing putranya tersebut untuk belajar, dan ikhsanpun lebih suka belajar dan hanya belajar saat diberi tugas oleh gurunya.

  Disinilah peneliti sekaligus guru TPQ ikhsan yang sebagai konselor yang mengetahui masalah kesulitan belajar yang dialami Ikhsan, tergugah sekaligus ingin mengurangi bahkan dapat menangani masalah kesulitan belajar yang dialami ikhsan karena dyslexianya agar ikhsan tetap semangat belajar, tidak minder dan segera mampu mengejar ketinggalan dari teman-teman seusianya pada umumnya walaupun dia dipindahkan oleh gurunya disekolah umumnya yang lama ke sekolah luar biasa, yang mana disekolah barunya dia banyak berteman dengan anak penyandang tuna grahita dan tuna rungu atau teman- temannya yang berkebutuhan khusus lainnya.

3 Mulyono, Abdurahman, Anak Berkesulitan Belajar Teori, Diagnosis dan Remediasinya, hal.150-

  Dengan terapi behavior yang dirasa efektif oleh peneliti, peneliti ingin memberikan motivasi baik secara internal maupun eksternal agar ikhsan mampu mengatasi masalah kesulitan belajarnya dan mampu meningkatkan prestasi belajar disekolah barunya. Serta mampu mengembangkan diri sesuai apa yang dia inginkan dan mengeksporasi kecerdasan yang dimilikinya karena

  

dyslexia tidak berpengaruh sama sekali terhadap kecerdasan seseorang dalam

bidang lainnya seperti menggambar atau olahraga misalnya.

  Metode Penelitian a.

  Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini metode yang digunakan peneliti adalah penelitian kualitatif deskriptif. Sebagaimana dalam buku Lexy Moleong, metode penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dan perilaku yang teramati.

  Penelitian ini berbentuk studi kasus. Penelitian studi kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu organisasi lembaga, atau gejala tertentu ditinjau dari wilayahnya, maka penelitian dari sifat penelitiannya, penelitian kasusnya lebih mendalam.

  4 b.

  Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah sasaran dan lokasi yang akan dijadikan penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi subyek sasaran penelitian adalah seorang anak yang terkena sindrom dyslexia dikelurahan Pagesangan Kecamatan Jambangan Surabaya.

  c.

  Jenis dan Sumber Data 1.

  Jenis Data Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama melalui prosedur teknik pengambilan data yang berupa interview, observasi, maupun penggunaan instrument yang khusus dirancang sesuai dengan tujuannya.

5 Data Sekunder

  Data sekunder adalah data yang mendukung atau memperjelas pembahasan masalah dalam penelitian ini yang diperoleh dari sumber tidak langsung, berupa data dokumentasi dan arsip-arsip resmi.

4 Lexy Moleong. Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda Karya. 2007) hal.127

  Contoh : data yang diambil dari keluarganya, atau data setelah melakukan konseling dengan klien.

  6 2.

  Sumber

  Data

  Klien Seorang anak yang mempunyai sindrom dyslexia di kelurahan Pagesangan kecamatan Jambangan Surabaya Konselor Yaitu pengumpul data sekaligus orang yang membantu menangani masalah klien dalam penelitian ini.

  Keluarga Klien, Teman dan Tetangga Informan dalam penelitian ini adalah orang yang bisa diwawancarai untuk membantu mendapatkan informasi tentang klien, informasi ini diperoleh dengan mewawancarai anggota keluarganya seperti ayah, ibu dan kakaknya.

  Tahap-Tahap dalam Penelitian a.

  Tahap Pra Lapangan Adapun tahapannya adalah: Menyusun rencana penelitian; Memilih lapangan penelitian; Mengurus Perizinan; Menjajaki dan menilai keadaan lingkungan; Menyiapkan Perlengkapan Penelitian.

  b.

  Tahap Lapangan Peneliti memahami latar penelitian dan persiapan diri. Disamping itu peneliti berperan serta dalam proses konseling sambil mengumpulkan data.

  c.

  Tahap Analisis Data Setelah peneliti mendapatkan data dari lapangan kemudian peneliti menyajikan data dengan cara mendiskripsikan masalah motivasi belajar anak yang mengalami sindrom dyslexia di Kelurahan Pagesangan Kecamatan Jambangan Surabaya.

  d.

  Tahap Penulisan Laporan Peneliti menyusun data yang selama ini diperoleh selama penelitian dilapangan. Penulisan laporan ditulis sesuai fakta yang ada dilapangan.

  Setting pertama, penelitian yang meliputi deskripsi kelurahan Pagesangan. Setting kedua meliputi upaya bimbingan konseling dalam menangani motivasi belajar anak yang mengalami sindrom dyslexia.

  Setting ketiga, analisa upaya bimbingan konseling dalam meningkatkan motivasi belajar anak yang mempunyai sindrom dyslexia di kelurahan Pagesangan kecamatan Jambangan Surabaya.

  Teknik Pengumpulan Data

  Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut:

  a. Interview

  Wawancara adalah pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi langsung melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan

  7

  makna dalam suatu topik tertentu. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang masalah klien dan proses pelaksanaan bimbingan konseling islam dengan menggunakan terapi behavior dalam meningkatkan motivasi belajar seorang anak yang mempunyai sindrom dyslexia.

  b. Observasi

  Data yang diperoleh dari metode observasi dari penelitian bimbingan konseling islam dalam meningkatkan motivasi belajar seorang anak yang mempunyai sindron dyslexia dan peneliti akan melihat secara langsung bagaimana kehidupan sehari-hari yangterjadi pada klien.

  c. Dokumentasi

  Dokumentasi adalah rekaman peristiwa yang lebih dekat dengan percakapan, menyangkut persoalan pribadi, memerlukan interpretasi yang

  8 berhubungan sangat dekat dengan konteks rekaman peristiwa tersebut.

  Teknik Analisis Data

  Teknik Analisis data ini dilakukan setelah proses pengumpulan data diperoleh, yang mana analisis data bertujuan untuk mengetahui proses pelaksanaan bimbingan konseling islam dalam menangani anak penderita

  

dyslexia dikelurahan pagesangan kecamatan Jambangan Surabaya. Adapun

  analisis data yang digunakan adalah yaitu kualitatif yang ditujukan untuk mengumpulkan informasi secara aktual dan terperinci mengenai proses bimbingan konseling pada penderita dyslexia yang ddilakukan di kelurahan Pagesangan Kecamatan Jambangan Surabaya. Dan adapun untuk mengetahui hasil dari proses konseling maka penulis menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Teknik analisis data secara kualitatif deskriptif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah- 7 milah dengan satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan

  Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R dan D, (Bandung : Alfabeta, 2011) hal.231 menemukannya pola, dan menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari,

  9 dan memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain.

  Bimbingan dan Konseling Islam

  Secara etimologis atau secara bahasa, Bimbingan dan Konseling Islam merupakan sebuah akronim dari istilah yang berasal dari bahasa inggris dan bahasa Arab. Istilah bimbingan konseling berasal dari bahasa Inggris Guidance &

  

Counseling. Kata Guidance itu sendiri berasal dari kata guide berarti

menunjukkan, membimbing, atau menuntun orang lain ke jalan yang benar.

  Secara

  harfiah “guide” juga bisa berarti mengarahkan (to direct), memandu

(to pilot), mengelola (to manage), menyetir (to steer). Sedangkan kata counseling

  berasal dari kata to counsel yang berarti memberikan nasehat atau memberikan anjuran kepada orang lain secara face to face (berhadapan muka satu sama lain). Kata ini berbeda dengan membimbing atau memberi nasehat.

  Disamping itu, istilah Islam dalam wacana studi Islam berasal dari arab dalam bentuk masdar secara harfiyah berarti selamat, sentosa dan damai. Dari kata kerja salima diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri. Dengan demikian arti pokok Islam secara kebahasaan adalah katundukan,

  10 keselamatan dan kedamaian.

  Menurut Syamsul Munir Amin Bimbingan dan Konseling Islam adalah

  “Proses pemberian bantuan terarah, kontinu dan sistematis kepada setiap

individu (0leh konselor) agar ia (klien) dapat mengembangkan potensi dan fitrah

beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan

nilai-nilai yang terkandung didalam Al-

  Qur’an dan Al Hadits Rasulullah

SAW.kedalam dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan

tuntunan Al Qur’an dan Al Hadits. Apabila internalisasi nilai-nilai yang

terkandung dalam Al-

  Qur’an dan Al-hadist telah tercapai dan fitrah beragama itu

telah berkembang secara optimal maka individu tersebut dapat menciptakan

hubungan yang baik dengan Allah Swt dengan manusia dan alam semesta sebagai

manifestasi dan perannya sebagai klolifah di muka bumi yang sekaligus juga

  . 11 berfungsi untuk mengabdi kepada Allah Swt” 9 Terapi Behavior 10 Lexy J.Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, hal. 248.

  

Aswadi, Iyadah dan Tazkiyah, (Surabaya, Dakwah Digital Press Fakultas Dakwah IAIN Sunan

Ampel 2009) hal . 8-10

  Terapi tingkah laku atau behavior adalah penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang berakar pada berbagai teori tentang belajar. Terapi ini menyertakan penyerapan yang sistematis prinsip-prinsip belajar pengubahan tingkah laku kearah caracara yang lebih adaktif. Berlandaskan teori belajar, modifikasi tingkah laku dan terapi tingkah laku adalah pendekatan-pendekatan terhadapkonseling dan psikoterapi yang berurusan dengan pengubahan tingkah

  12

  laku. Dihubungkan dengan psikoterapi, terapi perilaku secara relatif lebih memusatkan pada perilaku itu sendiri dan kurang memperhatikan faktor

  13 penyebab yang mendasari.

  Behaviorisme adalah suatu pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia. Dalam pembahasannya, B.F Skinner, menyebutkan bahwa para behaviorist radikal menekankan manusia dikendalikan oleh kondisi-kondisi lingkungan. Pendiri deterministik mereka yang kuat berkaitan erat dengan

  14 komitmen terhadap pencarian polapola tingkah laku yang dapat diamati.

  Terapi behavior atau terapi perilaku merupakan salah satu bagian dari teori konseling yang ada, digunakan sekitar awal 1960-an atas reaksi psikoanalisis yang dianggap tidak banyak membantu masalah klien. Rachman dan Wolpe mengatakan bahwa terapi behavior dapat menangani kompleksitas masalah klien mulai dari kegagalan individu untuk belajar merespons secara adaptif hingga menangani masalah neorosis.

  Adapun aspek penting dari terapi behavior ini adalah perilaku dapat didefinisikan secara operasional, diamati, dan diukur. Para ahli behavior memandang bahwa gangguan tingkah laku adalah akibat dari proses belajar yang salah. Oleh karena itu, perilaku tersebut dapat diubah dengan mengubah lingkungan yang positif pula. Perubahan tingkah laku inilah yang memberikan kemungkinan dilakukannya evaluasi atas kemajuan klien secara lebih jelas.

  Selanjutnya Corey menyebutkan ciri-ciri khas terapi behavior adalah sebagai berikut : a.

  Berfokus pada tingkah laku yang tampak atau spesifik.

  b.

  Cermat dan jelas dalam menguraikan treatment.

  c.

  Perumusan prosedur treatment dilakukan secara spesifik dan sesuai dengan masalah klien.

  d. 12 Penafsiran hasil-hasil terapi dilakukan secara obyektif.

  

Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Terapi,, (Bandung, Refika Aditama, 2009), hal

13 193 14 Singgih D. Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta : PT BPK Gunung Mulia, 1992) hal .197

Prihasniwati, Psikologi KonselingUpaya Pendekatan integrasi-Interkoneksi, (Jakarta : Teras,

  Secara umum, tujuan dari terapi behavior ini adalah menciptakan suatu kondisi yang baru yang lebih baik melalui proses belajar, sehingga perilaku simtomatik dapat dihilangkan. Sementara itu tujuan terapi behavior secara khusus adalah mengubah tingkah laku adaptif dengan cara memperkuat tingkah laku yang diharapkan dan meniadakan perilaku yang tidak diharapkan serta berusaha serta berusaha menemukan cara-cara bertingkah laku yang tepat.

  Konselor dalam terapi behavior memegang peranan aktif dan direktif dalam proses konseling. Dalam hal ini konselor harus mencari pemecahan masalah klien. Fungsi utama klien adalah bertindak sebagai guru, pengarah, penasehat, konsultan, pemberi dukungan, fasilitator, dan mendiagnosis tingkah laku maladaktif klien dan mengubahnya menjadi tingkah laku adaktif.Dalam penelitian ini menggunakan beberapa terapi behavior antara lain :

  a.

   Modeling

  Merupakan belajar melalui observasi dengan menambahkan dan megurangi tingkah laku yang teramati, menggenalisir berbagai pengamatan sekaligus melibatkan proses kognitif. Disini konselor menggunakan

  modeling simbolik yaitu modeling melalui film dan televisi yang menyajikan tokoh tingkah laku, berpotensi sebagai sumber model tingkah laku.

  15 Dengan teknik ini konselor akan menonton film Taree Zameen Par bersama klien.

  b.

  Penguatan positif melalui kartu berharga (token economy) Konselor akan memberikan reward secara bertahap jika klien mampu:

  Klien mampu membaca dengan percaya diri melalui mau bersuara seperti dia berbicara saat dia membaca. o Mampu tidak mengeja saat membaca kata-perkata dalam kalimat. o Mampu memahami kalimat yang di baca. o

  Mampu merangkum beberapa kalimat dari gambar yang dia lihat, dari cerita yang dia dengar atau dari cerita yang ingin dia tulis. o

  Ikhsan tergerak belajar secara mandiri terutama dalam membaca setiap harinya.

  c.

  Latihan assertive menggunakan telling story (bercerita) Konselor memberi bimbingan belajar secara intensif kepada klien dan meminta klien bercerita tentang buku atau cerita yang telah dibacanya dan bercerita tentang gambar apa yang ditulisnya kemudian konselor meminta klien untuk menulisnya pada lembaran-lemberan kertas. Sehingga dengan menggunakan teknik telling story ini konselor berharap mampu menumbuhkan semangatnya dalam membaca. Atau konselor membacakan sebuah cerita kemudian klien merangkumnya pada lembar kertas.

  Dyslexia

  Secara bahasa Dyslexia berasal dari bahasa yunani yaitudys yang berarti buruk dan lexikon yang berarti dalam kata- kata. Sedangkan secara istilah

  

dyslexia adalah sebuah kesulitan belajar dalam hal bahasa, baik dalam membaca

  atau memahami bacaan. Kesulitan umumnya terletak pada area ingatan jangka pendek dan working memory, kecepatan mengolah data, kemampuan mengurutkan, persepsi auditori dan/atau visual, spoken language, serta

  16 kemampuan motorik.

  IstilahDyslexia banyak digunakan dalam dunia kedokteran dan dikaitkan dengan adanya gangguan fungsi neorofisiologis. Bryan dan bryan seperti yang dikutip oleh Mercer mendefinisikan dyslexia merupakan sindroma kesulitan dalam mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat.

  Menurut Lerner seperti yang dikutip dari mercer definisi kesulitan belajar membaca atau dyslexia sangat bervariasi, tetapi semuanya menunjuk pada adanya gangguan fungsi dari otak.Definisi Hornsby tersebut dapat dipahami karena ada kaitan yang erat antara membaca dengan menulis. Anak yang kesulitan membaca juga pada umumnya kesulitan menulis. Kesulitan membaca dan menulis tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan kesulitan bahasa, karena

  17 semua merupakan komponen system komunikasi yang terintergasi.

  Dyslexia mengacu pada anak- anak yang memiliki ketrampilan yang buruk

  dalam mengenali kata- kata dan memehami bacaan.Dyslexia diperkirakan mempengaruhi 4% dari anak- anak usia sekolah. Anak- anak yang menderita

  

dyslexia membaca dengan lambat dan kesulitan dan mereka mengubah,

  menghilangkan atau mengganti kata- kata ketika membaca dengan keras.Mereka memiliki kesulitan menguraikan huruf- huruf dan kombinasinya serta mengalami kesulitan menerjemah kannya menjadi suara yang tepat.

  Terapi Behavior

  Istilah motivasi menunjuk kepada semua gejala yang terkandung dalam stimulasi tindakan ke arah tujuan tertentu dimana sebelumnya tidak ada 16 gerakan menuju ke arah tersebut. Motivasi dapat berupa dorongan-dorongan 17 Ibid, hal : 176

Mulyono Abdurahman, Anak Berkesulitan Belajar Teori, Diagnosis dan Remediasinya, (Jakarta :

  Rineka Cipta, 2012) hal.157-162 dasar atau internal dan insentif di luar diri individu atau hadiah. Sebagai suatu masalah didalam kelas, motivasi adalah proses membangkitkan, mempertahankan, dan mengontrol minat-minat.

  Mc.Donald mengatakan bahwa, motivation is a energy change with in the

personal charaterized by affective arousal and anticipatory goal reactions.

Motivasi adalah suatu perubahan energi didalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya affective atau perasaan atau reaksi untuk mencapai suatu tujuan. Perubahan energi dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik. Karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dari aktifitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat dia lakukan untuk mencapainya.

  Menurut Morgan, mengatakan bahwa adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman . Sedangkan menurut Moh. Surya, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang.

  Dari uraian yang tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar siswa (dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu) yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh

  18 subjek belajar itu dapat tercapai.

  Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktifitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Segala sesuatu yang menarik minat orang lain belum tentu menarik minat orang tertentu selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya.

  Maslow sangat percaya tingkah laku manusia dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu, seperti kebutuhan fisiologis, rasa aman, cinta kasih, penghargaan, aktualisasi diri, mengetahui dan mengerti, dan kebutuhan estetik. Kebutuhan-kebutuhan inilah menurut Maslow yang mampu 18 memotivasi tingkah laku individu. Oleh karena itu, apa yang seseorang lihat

  

Angel Wings, Dyslexia , sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang ia lihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri.

  Seseorang yang melakukan aktifitas belajar secara terus menerus tanpa motivasi dari luar dirinya merupakan motivasi instrinsik yang sangat penting dalam aktifitas belajar. Namun, seseorang yang tidak mempunyai keinginan untuk belajar, dorongan dari luar dirinya merupakan motivasi ektrinsik yang diharapkan, oleh karena itu, motivasi ekstrinsik diperlukan bila motivasi

  19 intrinsik tidak ada dalam diri seseorang sebagai subjek belajar.

  Pembahasan Hasil Penelitian

  Dari wawancara dengan ibu klien pada tanggal 29 Maret 2014, klien diketahui oleh ibunya mengalami dyslexia sejak kelas 2, klien tidak dinaikkan kelas oleh guru kelasnya. Dan sudah mengulangi satu tahun pun tetap hasilnya tidak memuaskan dan gurunya pun akhirnya membuat keputusan untuk dipindah di SD Inklusi Putra Mandiri agar belajar Ikhsan lebih intensif dan diperhatikan. Karena di SDN Pagesangan guru satu kelas menangani 30 siswa.

  Selanjutnya jika diperinci penyebab kurangnya motivasi belajar yang dialami klien adalah : o

  Menderita sindrom dyslexia o Tidak ada tutor yang membimbingnya untuk belajar o Hanya mau belajar saat ada PR dan buku pelajaran dikumpulkan disekolah dan diberikan hanya saat ada PR o

  Lebih seringnya klien bermain diluar rumah daripada belajar dan kurangnya pengawasan dari orang tuanya untuk belajar.

  Hasil Penelitian

NO Gejala Yang Nampak Sebelum Sesudah

Konseling Konseling A B C A B C

  1 Klien tidak memperdulikan √ √ ibunya saat menyuruh belajar.

2 Hanya mau belajar saat ada PR.

  √ √

  3 Tidak ada yang membimbingnya untuk belajar √ √ secara intensif.

  4 Lebih sering bermain dan √ √ menonton TV 5 tidak bisa mengungkapkan

  √ √ kesulitannya saat belajar. Berdasarkan hasil prosentase diatas dapat diketahui bahwa bimbingan dan konseling islam dengan terapi behavior dalam memotivasi belajar anak yang menderita sindrom dyslexia dikelurahan Pagesangan Kecamatan Jambangan Surabaya dilihat dari analisis data tentang hasil prosentase tersebut adalah 60 % dengan standar 60 % - 75% yang dikategorikan cukup berhasil. Proses

  Kesimpulan

  A : Tidak pernah B : Kadang-kadang C : Masih Dilakukan

  Berdasarkan hasil prosentase diatas dapat diketahui bahwa bimbingan dan konseling islam dengan terapi behavior dalam memotivasi belajar anak yang menderita sindrom dyslexia dikelurahan Pagesangan Kecamatan Jambangan Surabaya dilihat dari analisis data tentang hasil prosentase tersebut adalah 60 % dengan standar 60 % - 75% yang dikategorikan cukup berhasil.

  1/1 x 100 % = 10 %

  c. Gejala masih dilakukan =

  4/1 x 100 % = 40 %

  =

  b. Gejala kadang

  6/1 x 100 % = 60 %

  a. Gejala tidak pernah tampak =

  Perubahan sesudah bimbingan dan konseling sesuai tabel analisis diatas adalah:

  60 % - 75% (cukup berhasil) c. < 60 % (kurang berhasil)

  75 % - 100 % (dikategorikan berhasil) b.

  Sedangkan untuk tingkat keberhasilan dan kegagalan bimbingan dan konseling peneliti mengacu pada prosentase kualitatif dengan standar uji sebagai berkut : a.

  1 Keterangan :

  6 Tidak memiliki buku untuk belajar.

  3

  6

  10

  √ √ skor

  10 Enggan mengerjakan saat disuruh mengerjakan soal yang susah.

  √ √

  9 Kurang percaya diri bila disuruh membaca.

  √ √

  8 Tidak bisa belajar / konsentrasi belajar.

  √ √

  7 Tidak bisa mengungkapkan penyebab-penyebab ketidak mauannya belajar secara baik.

  √ √

  • – kadang
pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dalam memotivasi anak yang menderita sindrom dyslexia diKelurahan Pagesangan Kecamatan Jambangan Surabaya melalui 5 langkah. Langkah pertama adalah identifikasi masalah, konselor mengumpulkan data dari berbagai sumber yang untuk mengenal kasus beserta gejala-gejala yang nampak pada diri klien. Sedangkan langkah kedua mendiagnosa klien penderita sindrom dyslexia dan kurang termotivasi untuk belajar. Langkah ketiga adalah prognosa dengan menetapkan jenis bantuan yaitu memberikan koneling dengan menggunakan terapi behavior. Langkah keempat adalah treatment atau terapi yakni teknik penumbuhan motivasi belajar, dan teknik terapi behavior. Langkah kelima adalah evaluasi dan follow up. hasil pelaksanaan bimbingan dan konseling islam.

  Daftar Pustaka

  Adz-Dzaky, Hamdani Bakran, Psikoterapi Konseling Islam, Jakarta : Press, 2001 Amin, Samsul Munir, Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta, Amzah, 2010

  Azwar, Syaifuddin, Metodologi Penelitian, Jakarta:Pustaka Pelajar, 1997 Bahri Djamarah, Syaiful, Psikologi Belajar, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2002 Bungin, Burhan, Metode Penelitian Kualitatif,Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2006 Corey, Gerald, Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi, Bandung :

  Refika Aditama, 2005 Davison, Gerald, Psikologi Abnormal, Jakarta : PT Raja Grafindo, 2006. Gunarsa, Singgih, Konseling dan Psikoterapi, Jakarta : Gunung Mulia, 1996 Hamalik, Oemar, Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung : Sinar Baru Algesindo, 2012. J.P Chaplin (Penerjemah Kartini Kartono), Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta: PT

  Grafindo Persada, 2006 Juntika Nurihsan, Syamsu Yusuf LN, Psikologi Kepribadian, Bandung : PT Remaja

  Rosdakarya, 2007 Lesmana, Jeannete Murad, Dasar-Dasar Konseling, Jakarta : UI-Press, 2005 Lexy J.Moleong,Metode Penelitian kualitatif, Bandung : PT.Remaja Rosdakarya,

  2005 Lumongga Lubis, Lumongga,Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori dan

  Praktek, Jakarta, Prenada Media Group, 2011 Mappiare, Andi, Dasar-Dasar Metodologi Riset Kualitatif Untuk Ilmu Sosial dan

  Profesi, Malang : Jenggala Pustaka Utama, 2009

  Mulyono, Abdurahman, Anak Berkesulitan Belajar Teori, Diagnosis dan

  Remediasinya, Jakarta : Rineka Cipta, 2012

  Nevid, Jeffrey Dkk, Psikologi Abnormal Jilid 2, Jakarta : Erlangga, 2005 Prawita Sari, Johana, Psikologi Klinis Pengantar Terapan Makro dan Mikro,

  Jakarta, Erlangga, 2011 Prihasniwati, Psikologi KonselingUpaya Pendekatan integrasi-Interkoneksi,

  Jakarta : Teras, 2005 Sobur, Alex, Psikologi Umum, Bandung : Pustaka Setia, 2003 Soematri, Sudjihati, Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung : Refika Aditama, 2006

  Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R dan D, Bandung : Alfabeta, 2011

  Thohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah,Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2009

  Utsman Najati, Muhammad, Psikologi Dalam Al- Qur’an Terapi Qurani Dalam

  Penyembuhan Gangguan Jiwa, Bandung : CV.Pustaka Setia, 2005