MakroEkonomi Analisis Berita 1 Muhamad N

Review Artikel
Makroekonomi
Muhamad Nizar
3Q / 26

Politeknik Keuangan Negara STAN

Daftar Isi
Topik 1 : Ilmu Makroekonomi: Variabel Eksogen Dan Endogen .................................................. 1
Topik 2: Data Makroekonomi: Pos Pendapatan Nasional ............................................................. 1
Topik 3: Pendapatan Nasional: Aliran Sirkuler Uang ..................................................................... 1
Topik 4: Uang Dan Inflasi: Kuantitas Uang Dan Inflasi .................................................................. 1
Topik 5: Mata Uang Dollar Dan Pengaruhnya Pada Perekonomian Global ............................... 1
Topik 6: Pengaruh Suku Bunga Dan Kurs Pada Investasi Di Bank ............................................. 1

Review Artikel Makroekonomi

1

Topik 1 : Ilmu
Makroekonomi: Variabel

Eksogen dan Endogen

Review Artikel Makroekonomi

2

Topik 1 : Ilmu Makroekonomi: Variabel Eksogen dan Endogen
Nama : Muhamad Nizar
Kelas : 3-Q
Absen : 26

Meski Harga Turun, Penjualan Emas Tetap Lesu
SEMARANG, KOMPAS.com — Penjualan emas di Kota Semarang lesu setelah terjadinya
krisis global karena daya beli masyarakat melemah. Meskipun harga emas turun,
masyarakat tetap urung membeli emas.
Ketua Asosiasi Pengusaha Emas dan Permata Indonesia (Apepi) Jawa Tengah Bambang
Yuwono di Kota Semarang, Selasa (19/5), menyampaikan, kondisi toko emas kini dalam
kondisi serba sulit. Kondisi terparah terasa saat harga emas 24 karat mencapai Rp 378.000
per gram.
"Saat itu hampir setiap hari tidak ada transaksi yang terjadi. Kalau ada satu dua pembeli,

biasanya untuk keperluan pernikahan atau arisan," kata Bambang.
Bahkan, dua toko emas di Kota Semarang gulung tikar Februari lalu. Hal itu disebabkan
tingginya biaya operasional tidak diimbangi dengan pendapatan yang cukup.
"Pemerintah juga tidak mau tahu dengan kondisi ini, tidak ada keringanan pajak untuk
pengusaha yang kesulitan. Padahal kalau pendapatan kami bertambah, pajak juga
meningkat," ujar Bambang.
Kini, ketika harga emas 24 karat menginjak Rp 300.600 per gram, ada angin segar bagi para
pedagang emas. Namun, jumlah pembeli juga tidak seberapa, hanya satu hingga dua orang
per hari.
Bambang menjelaskan, tidak banyak orang yang membeli emas karena daya beli
masyarakat melemah. Tingginya angka pemutusan hubungan kerja (PHK) sangat
berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. Apalagi penduduk Kota Semarang rata-rata
bekerja sebagai karyawan.
"Tidak ada uang lebih untuk dibelikan emas. Berbeda ketika Idul Fitri, karena orang
mempunyai uang lebih, mereka bisa membelanjakan emas untuk simpanan," tutur
Bambang.
Harga emas 75 persen saat ini Rp 229.500, 70 persen Rp 214.500, dan 42 persen Rp
128.500 per gram. Sedangkan emas putih Rp 150.000 per gram. Untuk emas perhiasan,
harga tersebut masih ditambah ongkos pengerjaan 10-15 persen.
Jessy dari Toko Mas Pak Tani juga mengungkapkan hal serupa. Saat ini pembeli menurun

80-90 persen dibandingkan saat sebelum krisis. "Biasanya kalau saat-saat menjelang
kenaikan kelas seperti ini banyak yang jual emas. Tetapi nyatanya juga tidak ada yang
menjual. Apalagi yang membeli," kata Jessy.

Review Artikel Makroekonomi

3

Sumber:
http://lipsus.kompas.com/jalanjalan/read/2009/05/19/18541087/Meski.Harga.Turun..Penjuala
n.Emas.Tetap.Lesu
Review dan Komentar:
Model adalah teori yang disederhanakan yang menunjukkan hubungan penting di antara
variabel-variabel ekonomi. Misalnya, dalam pasar emas, akan digunakan model Qd=D(P,Y).
Model pasar ini memiliki dua variabel yaitu eksogen dan endogen. Variabel eksogen adalah
variabel yang berasal dari luar model yaitu pendapatan agregat dan harga bahan. Variabel
endogen adalah variabel yang akan dijelaskan dalam model yaitu harga emas dan jumlah
emas yang tersedia.
Model pasar emas akan menunjukkan bagaimana perubahan dalam variabel eksogen
mempengaruhi variabel endogen. Pada berita tersebut terjadi krisis global yang

menyebabkan daya beli masyarakat melemah dan banyak terjadi pemutusan hubungan
kerja akan membuat pendapatan agregat masyarakat menurun, maka permintaan terhadap
emas akan menurun meskipun harga emas juga turun.
Untuk mengatasi penurunan tersebut pemerintah rarus memberikan stimulus ekonomi
melalui kebijakan pemerintah, seperti memudahkan pemberian izin dan meringankan beban
pajak. Maka perusahan-perusahaan akan banyak yang kembali beroperasi dan aklan
mengurangi jumlah pengangguran. Dengan hal itu maka akan meningkatkan perekonomian
serta lesunya penjualan emas akan teratasi.
Mengapa saya memilih artikel ini?
Karena di artikel ini saya dapat mengaitkan berita yang disampaikan artikel dengan
beberapa pembahasan mengenai 2 variabel eksogen dan endogen dalam bab 1 tentang
pendahuluan ilmu makroekonomi.

Review Artikel Makroekonomi

4

Topik 2: Data
Makroekonomi: Pos
Pendapatan Nasional


Review Artikel Makroekonomi

5

Topik 2: Data Makroekonomi: Pos Pendapatan Nasional
Nama : Muhamad Nizar
Kelas : 3-Q /26
Ini Alasan Pengusaha RI Masih Malas Jualan ke Luar Negeri
Jakarta -Tidak lama lagi, Indonesia akan menghadapi pasar bebas ASEAN atau Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA). Untuk sektor keuangan, MEA akan mulai dibuka pada tahun 2020
mendatang.
Melalui MEA ini, setiap negara bebas berekspansi dan berlomba-lomba menonjolkan
produk-produk mereka baik di sektor riil maupun keuangan.
Sayangnya, hingga saat ini, pelaku ekonomi Indonesia masih domestic oriented. Mereka
menganggap pasar dalam negeri jauh lebih menguntungkan sehingga enggan untuk
berekspansi ke luar negeri. Padahal, setiap negara punya potensi pasar yang menggiurkan.
Demikian dikatakan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D
Hadad saat membuka acara OJK Forum 'Peluang dan Tantangan Industri Jasa Keuangan
dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN', di Gedung Dhanapala, Kementerian

Keuangan, Jakarta, Senin (12/10/2015).
"Salah satu masalah, banyak pelaku ekonomi masih sangat memanfaatkan pasar dalam
negeri, salah satu kekurangan kita, banyak players kita domestic oriented, lupa melihat
pasar luar, dengan alasan margin di dalam negeri masih sangat menggiurkan sehingga tidak
ada effort yang besar untuk masuk pasar luar negeri, ini satu sentilan bagi kita," jelas dia.
Menurut Muliaman, pasar luar negeri juga punya potensi yang bagus. Selain itu, melalui
MEA produk-produk Indonesia bisa dikenal di negara-negara tetangga.
"Bagi mereka, keluar merupakan suatu keharusan karena potensi negara luar besar.
Sementara kita, lupa dengan pasar luar," katanya.
Untuk itu, Muliaman menjelaskan, perlu dorongan yang kuat agar sektor riil dan keuangan
bisa berekspansi lebih luas lagi.
"Kalau hanya mendorong industri perbankan, tidak dibarengi industri lain ya akan timpang,
ini kemudian menjadi saling terkait satu sama lain, ketika ingin mendorong bank ke Vietnam,
Kamboja, sementara sektor riil tidak, jadi kurang optimal," sebut dia.
Jadi, kata Muliaman, integrasi ASEAN ini tidak hanya dilihat dari sektor keuangan tapi
seluruh kegiatan ekonomi seperti jasa, manufaktur dan properti sehingga terbuka luas.
"ASEAN kalau digabung itu ada 600 juta orang, artinya di Asia ini setelah China dan India,
ketiga ASEAN, dan 40% dari ASEAN itu Indonesia, jadi Indonesia memegang peranan
penting dalam integrasi ASEAN," terang dia.
Terkait hal itu, Muliaman mengatakan, Indonesia perlu bersiap diri menghadapi MEA agar

tidak tertinggal dengan negara lain.
"Kita harus segera bergegas dalam menyiapkan diri, potensi besar di ASEAN, mubazir kalau
tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya," pungkasnya.
Sumber: http://finance.detik.com/read/2015/10/12/151134/3042381/5/ini-alasan-pengusahari-masih-malas-jualan-ke-luar-negeri
Review Artikel Makroekonomi

6

Review dan komentar:
Pos pendapatan nasional membagi GDP menjadi 4 kelompok pengeluaran:
-

Konsumsi (C)
Investasi (I)

-

Pembelian pemerintah (G)
Ekspor neto (NX)


Disimbolkan menjadi Y = C+ I + G + NX
Konsumsi adalah barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga. Investasi adalah barang
barang yang dibeli untuk penggunaan masa depan. Pembelian pemerintah adalah barang
dan jasa yang dibeli oleh pemerintah pusat, negara bagian, dan daerah. Ekspor neto
adalah nilai barang dan jasa yang diekspor ke negara lain dikurang nilai barang dan jasa
yang diimpor dari negara lain. Ekspor neto bernilai positif ketika nilai ekspor lebih besar dari
nilai impor dan negatif ketika nilai impor lebih besar dari nilai ekspor. Ekspor neto
menunjukkan pengeluaran neto dari luar negeri atas barang dan jasa kita, yang memberikan
pendapatan bagi produsen domestik.
Indonesia sebentar lagi akan meghadapi masyarakat ekonomi asean (MEA) yang akan
memberikan kemudahan kepada perusahaan domestik untuk dapat mengekspor hasil
produksi barang dan jasa ke negara anggota MEA agar dapat meningkatkan ekspor neto
Indonesia, hal ini bisa dilakukan jika para produsen tidak hanya fokus untuk pemasaran
dalam negeri saja, melainkan melihat peluang yang sangat besar untuk mencari target pasar
yang baru di luar negeri. Pemerintah dapat membantu pengusaha lokal dengan pengaturan
kebijakan bea masuk dan keluar, pajak, dan perizinan usaha. Pengusaha harus dapat
meningkatkan efisiensi produksi dengan menggunakan strategi yang baik, penggunaan
teknologi terkini dan tenaga ahli yang terampil agar bisa menghasilkan barang dan jasa
yang murah dan berkualitas agar harga tetap bersaing dengan pasar luar negeri maupun
bersaing terhadap perusahaan luar negeri yang memasarkan barang dan jasa di Indonesia

karena perusahaan luar negeri juga pasti akan memanfaatkan kemudahan dari MEA.
Mengapa saya memilih artikel ini?
Karena di artikel ini saya dapat mengaitkan berita yang disampaikan artikel dengan
beberapa pembahasan mengenai pos pendapatan nasional dalam bab 2 tentang data
makroekonomi.

Review Artikel Makroekonomi

7

Topik 3: Pendapatan
Nasional: Aliran Sirkuler
Uang

Review Artikel Makroekonomi

8

Topik 3: Pendapatan Nasional: Aliran Sirkuler Uang
Nama : Muhamad Nizar

Kelas : 3-Q /26
Begini Cara Desa Pulihkan Ekonomi Nasional
KOMPAS.com - Desa punya kiat tersendiri memulihkan ekonomi nasional. Maka dari itulah,
kata Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT), dan Transmigrasi (Menteri
Desa) marwan Jafar, desa harus ikut ambil bagian dalam pemulihan itu.
Menurut Marwan, kontribusi desa itu berwujud melalui upaya peningkatan daya beli
masyarakat. Ini merupakan salah satu instrumen untuk menggairahkan kembali
perekonomian yang tengah lesu.
Peningkatan daya beli akan mampu mendorong konsumsi dan meningkatkan transaksi
perdagangan. Dengan kedua cara itu, roda ekonomi bisa berputar cepat. “Saya ingin desadesa berkontribusi nyata dalam proses pemulihan ekonomi nasional, karena itu saya terus
mendorong dana desa segera diterima desa dan langsung digunakan untuk membangun
infrastruktur desa, menggerakkan usaha ekonomi desa, sehingga ekonomi desa bergerak
cepat dan berkontribusi dalam pemulihan ekonomi nasional sekarang ini” ujar Menteri
Marwan Jafar, di Jakarta, Minggu (11/10/2015).
“Dana desa kita genjot realisasinya saat ini memang salah satunya untuk memulihkan dan
meningkatkan daya beli masyarakat, dengan dana desa digunakan untuk infrastruktur yang
padat karya maka akan menyerap banyak warga desa yang bekerja, mereka mendapat
upah, bisa membeli kebutuhan pokok, ini akan mendorong konsumsi dan menggerakkan
roda perekonomian,” terang Marwan.
Catatan Kementerian Desa menunjukkan sampai dengan awal Oktober 2015, dana desa

yang telah masuk kas kabupaten/kota mencapai Rp 16,5 triliun atau setara dengan 80
persen dari total dana desa nasional. Sementara, dari kabupaten/kota ke desa, penyaluran
dana desa sudah mencapai Rp 7,1 triliun atau 35 persen. Sejauh ini, diperkirakan lebih dari
45 persen dari dana desa tersebut yang sudah dibelanjakan oleh desa-desa.
“Saya optimis pembangunan desa yang didanai dana desa akan memicu terjadinya
pemulihan ekonomi desa untuk bergerak cepat, daya beli masyarakat meningkat,
perdagangan meningkat, industri rumahan desa berkembang, hal ini secara langsung akan
ikut mendorong pemulihan ekonomi di perkotaan dan selanjutnya berkontribusi pula
mempercepat proses pemulihan ekonomi nasional” demikian Marwan Jafar.
Sumber:
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/10/12/155231526/Begini.Cara.Desa.Pulihkan.
Ekonomi.Nasional
Review dan Komentar:

Review Artikel Makroekonomi

9

Circular flow diagram menunjukkan bagaimana perekonomian sebenarnya berfungsi,
gambar ini menunjukkan keterkaitan di antara para pelaku ekonomi (pengusaha,
pemerintah, rumah tangga) dan bagaimana uang mengalir di antara mereka melalui
berbagai pasar dalam perekonomian. Pada saat ini ekonomi indonesia sedang lesu lalu
pemerintah melakukan intervensi yang dilakukan menteri desa, yaitu dengan cara
pemberian dana desa untuk segera melakukan pembangunan infrastruktur di desa tersebut.
Kebijakan ini memang salah satunya untuk memulihkan dan meningkatkan daya beli
masyarakat, dengan dana desa digunakan untuk infrastruktur yang padat karya maka akan
menyerap banyak warga desa yang bekerja dan mereka akan dibutuhkan oleh perusahaan
melalui pasar faktor produksi serta pekerja tersebut mendapat upah dari pasar faktor
produksi, pekerja lalu membeli kebutuhan pokok, ini akan mendorong konsumsi pada pasar
untuk barang dan jasa dan menggerakkan roda perekonomian yang menguntungkan
perusahaan sehingga perusahaan mendapat profit lalu tetap menggunakan para pekerja
tersebut untuk berproduksi sehingga menyebabkan ekonomi tetap berjalan. Pekerja juga
dapat menabung di pasar uang dari penghasilannya, hal ini akan membantu perusahaan
mendapat dana untuk mengembangkan usahanya yang akan menambah luas pasar faktor
produksi yang akan ditawarkan.
Intervensi pemerintah untuk menggenjot pembangunan di daerah merupakan langkah positif
untuk meningkatkan kesetaraan ekonomi antara desa dan kota serta dengan desa yang
telah maju maka akan semakin mudah roda perekomomian bergerak di desa tersebut dan
akan meningkatkan GDP Indonesia.
Mengapa saya memilih artikel ini?
Karena di artikel ini saya dapat mengaitkan berita yang disampaikan artikel dengan
beberapa pembahasan mengenai aliran sirkuler uang dalam perekonomian dalam bab 3
tentang pendapatan nasional.

Review Artikel Makroekonomi

10

Topik 4: uang dan Inflasi:
Kuantitas Uang dan
Inflasi

Review Artikel Makroekonomi

11

Topik 4: uang dan Inflasi: Siklus Uni Eropa dalam Memerangi Rendahnya Inflasi dan
Kelebihan Nilai Mata Uang
Nama : Muhamad Nizar
Kelas : 3-Q /26
Siklus Uni Eropa dalam Memerangi Rendahnya Inflasi dan Kelebihan Nilai Mata Uang
Dalam upaya memerangi inflasi yang rendah Uni Eropa melalui bank centralnya (ECB)
menerbitkan kebijakan untuk menurunkan suku bunga negatif dimana rate suku bunga
0,05% dan suku bunga deposito -0,2%. Langkah ini dilakukan dengan tujuan agar menarik
investor dan masyarakat untuk mengambil pinjaman. Disisi lain penerapan suku bunga
deposito negatif akan memaksa orang yang punya uang untuk tidak disimpan dalam
deposito, tujuannya jelas agar uang yang dimiliki tersebut diputarkan didunia real and pasar
keuangan. Sekali lagi, ECB sebagai regulator dan pengendali stabilitas mempunyai kuasa
dan otoritas.
Di samping itu juga ECB menerbitkan quantitative easing guna menambah uang yang
beredar. Tujuannya jelas memberikan ruang yang cukup bagi bank-bank di unieropa untuk
mendapatkan dana pihak ketiga (DPK) dengan mudah dan suku bunga yang rendah.
Rangsangan ini cukup membuat para bank untuk mengambil peluang untuk menambah
likuiditasnya, saat kondisi ekonomi dalam ketidakseimbangan.
Ada empat fase yang menjadi siklus bagi uni eropa untuk bisa mengendalikan dinamisme
pasar, sekaligus mendapatkan hasil maksimal berupa besaran inflasi kembali ke target yang
diinginkan yaitu 2,5%. Proses ini akan berjalan secara bertahap, pada tahun ini inflasi
ditargetkan bisa bergerak diangka 1% dari yang sekarang 0,4%. Kemudian tahun 2015 akan
didorong menuju 1,6% dan 2016 akan berada di area 2,5%. Sekali lagi dari input, proses
dan output dibutuhkan proses panjang yang tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Kembali lagi ke empat fase itu terdiri dari: fase pertama impor menurun, fase kedua ekspor
meningkat. Selama dua fase pertama dan kedua berjalan aktivitas ekonomi melambat.
Dalam kondisi ini akan mendorong inflasi meningkat dan nilai mata uang melemah. Sampai
seberapa peningkatan inflasi dan pelemahan mata uang? Sekali lagi bank central punya
otoritas, dan itu akan ditetapkan secara fleksibel oleh ECB dengan mengikuti reaksi pasar
dan dampak yang terjadi. Dalam fase tiga, aktivitas ekonomi dalam negeri pulih dan baik
impor maupun ekspor meningkat. Pada fase ini, target infllasi dan pelemahan mata uang
sudah tercapai, bahkan bisa melebihi target. Karena dalam, nilai tukar mengambang bebas,
keseimbangan tidak pernah terjadi secara sempurna, yang ada adalah menuju
keseimbangan. Dalam fase, keempat kenaikan PDB dan ekspor melebihi kenaikan
kewajiban pembayaran utang dan siklus pun selesai. Fase ini, inflasi akan mulai berkurang
kembali dan mata uang akan menguat seiring berjalannya waktu. Jika tugas pokok bank
central sebagai regulator dan pengendali, maka ke empat siklus di atas akan terus berputar
sesuai dengan keadaan ekonomi disuatu negara atau kawasan.
Sebagai penutup, artikel ini murni 100% fundamental. Lalu apa sejatinya fundamental?
Fundamental bukanlah memaknai data yang rilis kemudian dijadikan dasar OP sesaat,
Review Artikel Makroekonomi

12

fundamental juga bukan mengkorelasikan data makro dengan nilai tukar mata uang secara
terpisah/sepotong-potong, fundamental juga bukan serangkaian isu yang dimunculkan
broker untuk mengarahkan pergerakan tertentu. Fundamental adalah serangkaian
perencanaan dari bank central, setelah melihat kondisi pasar yang kemudian ditindaklanjuti
dengan menerbitkan kebijakan melalui instrumen fundamental baik yang bersifat indikator
lagging dan leading, guna tujuan dan target tertentu. Jadi fundamental disini adalah satu
kesatuan paket instrumen yang dijadikan alat untuk mengendalikan.
07/09/2014, SRI AGUS SUSETYO
Sumber:
http://www.kompasiana.com/sriagus9/siklus-uni-eropa-dalam-memerangi-rendahnya-inflasidan-kelebihan-nilai-mata-uang_54f43a6a7455137c2b6c88b0

Review Artikel Makroekonomi

13

Review:
ECB membuat kebijakan yaitu menurunkan suku bunga negatif. Langkah ini dilakukan
dengan tujuan agar menarik investor dan masyarakat untuk mengambil pinjaman. Disisi lain
penerapan suku bunga deposito negatif akan memaksa orang yang punya uang untuk tidak
disimpan dalam deposito, sehingga masyarakat mempunyai keinginan untuk menyimpan
uangnya di pasar modal dan uang tersebut dapat berputar untuk menggerakkan roda
ekonomi. Lalu ECB juga menerbitkan quantitative easing guna menambah uang yang
beredar untuk memberikan ruang yang cukup bagi bank-bank di unieropa mendapatkan
dana pihak ketiga. Tujuan semua kebijakan yang dikeluarkan oleh ECB adalah untuk bisa
mengendalikan dinamisme pasar, sekaligus mendapatkan hasil maksimal berupa besaran
inflasi kembali ke target yang diinginkan yaitu 2,5%. Proses ini dilakukan melalui empat
tahap dan akan berjalan secara bertahap.

Review Artikel Makroekonomi

14

Komentar:
Moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk mencapai tujuan
tertentu; seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera. Kebijakan
moneter dapat melibatkan mengeset standar bunga pinjaman, "margin requirement",
kapitalisasi untuk bank atau bahkan bertindak sebagai peminjam usaha terakhir atau melalui
persetujuan melalui negosiasi dengan pemerintah lain.
Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi
secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai
tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan
antara persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai
kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang.Kebijakan
moneter dilakukan antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen
sebagai berikut yaitu suku bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan
sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan
likuiditas.
Ada 2 macam kebijakan moneter yang dilakukan oleh ECB yaitu:
1. Politik Diskonto
Politik diskonto adalah satu kebijakan yang dilakukan oleh bank sentral dengan menambah
atau mengurangi jumlah uang dengan cara menaikan atau menurunkan tingkat suku bunga.
ECB menurunkan suku bunga, tentu keadaannya mencerminkan keadaan bahwa di
masyarakat jumlah uang harus ditambah. Dengan bunga yang rendah masyarakat tidak
tertarik untuk menabung dan suku bunga kredit akan turun dan mengakibatkan masyarakat
banyak tertarik untuk mengajukan pinjaman ke bank. Dengan demikian jumlah uang yang
beredar di masyarakat bertambah. Penurunan suku bunga biasanya dilakukan pada saat
perekonomian mengalami kelesuan (resesi).
2. Kebijakan Cadangan Kas (Cash Ratio)
Kebijakan cadangan kas adalah kebijakan bank sentral untuk menambah atau mengurangi
jumlah uang yang beredar dengan cara menaikan atau menurunkan cadangan minimum
yang harus dipenuhi oleh bank umum, dalam mengedarkan atau memberikan kredit kepada
masyarakat.
ECB menurunkan cadangan kas, berarti ECB ingin menambah jumlah uang yang beredar.
Dalam hal ini bank-bank umum diberi kesempatan untuk dapat mengedarkan uang lebih
banyak.
Kedua kebijakan tersebut cara efektif yang dilakukan oleh ECB untuk menggerakkan
ekonomi agar tidak terjadi kelesuan dan meningkatkan inflasi agar ekonomi semakin
bergairah.

Review Artikel Makroekonomi

15

Mengapa saya memilih artikel ini?
Karena di artikel ini saya dapat mengaitkan berita yang disampaikan artikel dengan
beberapa pembahasan mengenai bagaimana kuantitas uang dikendalikan dan inflasi untuk
menggairahkan ekonomi dalam bab 4 tentang uang dan inflasi.

Review Artikel Makroekonomi

16

Topik 5: Mata uang
Dollar dan pengaruhnya
pada perekonomian
global

Review Artikel Makroekonomi

17

Topik 5: Mata uang Dollar dan pengaruhnya pada perekonomian global
Nama : Muhamad Nizar
Kelas : 3-Q /26
Menggugat Dollar AS
Oleh : SAWIDJI WIDOATMODJO
Dosen Universitas Tarumanegara
Kompas, 26 Juli 2015
Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS terus merosot. Saat ini satu dollar AS dihargai sekitar
Rp 13.300. Banyak yang bertanya, apakah ada kemungkinan rupiah akan menguat
kembali?
Ironis, ketika Indonesia dan negara-negara kecil lainnya hanya bisa bersedih, negaranegara besar (secara ekonomi) saling berperang nilai tukar mata uang. Jepang dan zona
euro, misalnya, berusaha melemahkan yen dan euro terhadap dollar AS. Perang nilai tukar
mata uang ini bukan tidak membawa masalah baru. Para analis memprediksi, perang nilai
tukar ditambah kebijakan moneter AS menghentikan kebijakan stimulus ekonomi akan
menuntun ekonomi global menuju resesi atau malah krisis.
Mengapa ”petaka” itu bisa melanda ekonomi global? Jika Anda memerlukan jawaban, buku
karya Steve Forbes dan Elizabeth Ames ini akan memberikannya. Buku ketiga karya kedua
penulis ini membahas dampak kebijakan moneter AS yang merupakan konsekuensi dari fiat
currency (standar fiat/kepercayaan) yang dianut dunia saat ini.
Kebijakan QE
Melemahnya nilai tukar rupiah dan mata uang lainnya terhadap dollar AS akibat kebijakan
Pemerintah AS yang menyudahi quantity easing (QE) dan mulai meningkatkan suku bunga.
Pada intinya QE adalah menciptakan stimulus agar ekonomi bisa keluar dari resesi.
Stimulus itu berupa menambah jumlah uang beredar (money supply) dengan cara mencetak
uang baru sebesar 85 miliar dollar AS per bulan. Bisa dibayangkan, berapa banyak dollar
AS yang membanjiri pasar? Dampaknya, mata uang dollar AS melemah yang
mengakibatkan harga-harga komoditas penting dunia melambung. Akibat lanjutannya
membuat ekonomi global melemah.
Penghentian QE atau tapering ini mengakibatkan berkurangnya suplai dollar AS sehingga
nilai tukarnya menguat. Sementara itu, kenaikan suku bunga telah menarik dollar kembali ke
AS sehingga kelangkaan dollar di luar AS makin menjadi-jadi dan sekali lagi membuat harga
dollar AS meningkat.
Mengapa Pemerintah AS bisa ”seenaknya” menyetop QE? Dollar AS adalah mata uang
dengan standar fiat dan laku tidaknya berdasarkan kepercayaan. Jika masyarakat masih
memercayai dollar AS, mata uang ini masih diminati. Namun, jika tidak memercayainya,
masyarakat tidak bisa menuntut Pemerintah AS untuk menukar dollar dengan benda lain
yang dipercaya. Jadi, sepanjang masyarakat dunia masih memercayai dollar AS, maka bank
sentral AS bisa menambah ataupun mengurangi suplai dollarnya. Atas dasar standar fiat
itulah, maka untuk mengatasi resesi ekonomi akibat krisis subprime mortgage (2008),
Pemerintah AS berkreasi dengan kebijakan moneter yang disebut QE.
Kini, Pemerintah AS merasa stimulus sudah menuai hasil. Saatnya melakukan scaling back.
Akibatnya, dunia kehilangan dollar AS dan sebagian besar mata uang dunia melemah
Review Artikel Makroekonomi

18

terhadap dollar yang diiringi pula dengan kembalinya dollar AS ke negerinya. Dampaknya,
dunia kekurangan modal dan mengancam resesi global.
Jadi, baik QE maupun scaling back, menimbulkan masalah. Mengapa tidak mencegahnya?
Tidak mungkin. Sebab, dollar AS merupakan fiat money. Kalau begitu, selama dollar AS
berstandar fiat, selama itu pula ekonomi global akan direpotkan oleh resesi? Begitulah
kesimpulan buku ini.
Kembali ke emas
Adakah usulan agar keluar dari masalah laten tersebut? Ada. Kembali ke standar emas.
Usulan itu bukan sekadar asal usul. Data-data yang disajikan dalam buku ini menunjukkan
era terbaik sepanjang sejarah perekonomian dunia adalah ketika dollar AS berstandar emas
(hal 136). Bukankah standar fiat diciptakan akibat gagalnya standar emas? Betul sekali.
Buku ini juga mengakui, mengembalikan dollar AS berstandar emas adalah utopia (hal ix).
Karena itu, buku ini menawarkan pengembalian dollar AS berstandar emas tidak seperti
bekerjanya sistem Bretton Wood.
Standar emas yang ditawarkan adalah The Gold Price System. Dengan sistem ini, dollar AS
dipatok pada harga dan volume tertentu atas emas. Buku ini memberikan simulasi, 1.200
dollar AS untuk 1 ons emas. Jadi, pada saat tertentu, 1 ons emas dihargai 1.200 dollar AS.
Jika suatu saat harga emas meningkat (lebih dari 1.200 dollar AS), bank sentral AS harus
menjual obligasi untuk mengurangi jumlah uang yang beredar. Dengan kebijakan ini, akan
terjadi kelangkaan dollar AS, sehingga harganya meningkat atau kembali setara: 1.200
dollar AS = 1 ons emas. Sebaliknya, jika harga emas menurun, bank sentral AS harus
mengambil kebijakan menambah jumlah uang beredar dengan cara membeli obligasi yang
beredar di pasar sehingga harga dollar AS menurun atau kembali setara: 1.200 dollar AS =
1 ons emas.
Forbes dan Ames menyadari, hal tersulit untuk mengimplentasikan sistem ini adalah
menentukan rasio dollar AS terhadap harga emas. Jika rasio ini terlalu rendah atau
menghargai dollar AS terlalu mahal, akan mengantarkan ekonomi AS ke deflasi seperti yang
terjadi pada Inggris tahun 1925 (hal 152). Untuk itu, buku ini menyarankan rasio dollar AS
terhadap 1 ons emas berdasar rata-rata pergerakan harga emas selama 5-10 tahun terakhir.
Dengan standar emas yang sudah dimodifikasi, tujuan utama ditulisnya buku ini akan
tercapai, yaitu stabilitas mata uang dollar AS. Jika dollar AS ”dikelola dengan benar”, mata
uang di seluruh dunia akan stabil dan ekonomi global akan terlepas dari gangguan krisis.
Menurut penulis buku How Capitalism Will Save Us ini, tujuan diambilnya kebijakan moneter
mestinya stabilitas mata uang (hal 190).
Bukan seperti yang terjadi sekarang ini, kebijakan moneter justru mengorbankan stabilitas
mata uang demi perbaikan neraca pembayaran dan pertumbuhan ekonomi. Pemerintah
sekarang ini cenderung menurunkan nilai mata uang negaranya demi peningkatan ekspor.
Akibatnya, terjadi perang depresiasi yang membahayakan ekonomi dunia. Demikian pula
dengan pengelolaan jumlah uang yang beredar. Akibat menganut fiat currency, bank sentral
begitu mudah mencetak uang baru tanpa memedulikan stabilitas nilai mata uang itu sendiri.
Buku ini layak dibaca kalangan pemerintahan karena banyak gagasan yang bisa
menginspirasi pengambilan kebijakan moneter. Untuk kalangan akademisi, buku ini cukup
memicu adrenalin untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan ekonomi moneter.
Memang, buku ini bukan hasil dari riset yang mendalam sehingga implementasi gagasan
yang ada masih memerlukan kajian lebih lanjut.
Yang mengagumkan, referensi yang mereka gunakan sangat banyak. Karena itu, tidak
Review Artikel Makroekonomi

19

mengherankan kalau buku ini mampu menyajikan banyak gagasan yang dilandasi berbagai
argumentasi yang datang dari referensi.

Sumber: http://kolompakar.blogspot.co.id/2015/07/menggugat-dollar-as.html

Review Artikel Makroekonomi

20

Review:
1. Nilai dollar yang menguat membuat indonesia dan beberapa negara kecil lainnya
mengalami instabilitas ekonomi
2. Para analis memprediksi, perang nilai tukar ditambah kebijakan moneter AS
menghentikan kebijakan stimulus ekonomi akan menuntun ekonomi global menuju
resesi atau malah krisis
3. Melemahnya nilai tukar rupiah dan mata uang lainnya terhadap dollar AS akibat
kebijakan Pemerintah AS yang menyudahi quantity easing (QE) dan mulai
meningkatkan suku bunga.
4. Pada awalnya AS melakukan pencetakan uang sehingga banyak dollar yang beredar
dan membuat harga melambung tinggi, lalu AS menghentikan QE ditambah dengan
peningkatan suku bunga sehingga membuat dollar kembali ke AS sehingga dollar
mengalami penguatan.
5. Tindakan AS yang mengalami pengaruh pada ekomomi dunia disebabkan dunia
masih mempercayai uang fiat dollar.
6. Ada usulan untuk menggunakan lagi dollar yang berstandar emas. Forbes dan Ames
menyadari, hal tersulit untuk mengimplentasikan sistem ini adalah menentukan rasio
dollar AS terhadap harga emas.
7. Bukan seperti yang terjadi sekarang ini, kebijakan moneter justru mengorbankan
stabilitas mata uang demi perbaikan neraca pembayaran dan pertumbuhan ekonomi.
Pemerintah sekarang ini cenderung menurunkan nilai mata uang negaranya demi
peningkatan ekspor. Akibatnya, terjadi perang depresiasi yang membahayakan
ekonomi dunia.

Review Artikel Makroekonomi

21

Komentar:
1. Banyak mata uang negara berkembang yang masih bergantung pada dollar, seperti
indonesia yang ketika AS menyetop QE dan menaikkan suku bunga membuat
perekonomian indonesia terganggu terutama pada meningkatnya harga barang
impor yang dibeli dengan menggunakan dollar. Jika ekonomi Indonesia lebih mandiri
misalnya dengan penggunaan produksi dalam negeri maka hal itu tidak terlalu
mempengaruhi.
2. Melemahnya rupiah terhadap Dollar AS seharusnya dapat dimaanfaatkan dengan
meningkatkan kuantitas dan kualitas produk dalam negeri sehingga dapat diekspor
ke luar negeri dengan harga yang tampak lebih murah karena rupiah yang melemah.
3. Uang fiat digunakan karena kegagalan uang berstandar emas yang harus melakukan
penyesuaian terhadap harga emas, uang fiat yang memiliki kepercayaan yang baik
tentu akan lebih mudah digunakan dan lebih praktis.
4. Seharusnya nilai setiap mata uang selalu dijaga kestabilannya, jika ada negara yang
melakukan penurunan nilai mata uang (misalnya dengan penambahan jumlah uang
yang dicetak) dan akan membuat negara lain mengikutinya maka di masa depan
akan terjadi depresiasi nilai mata uang secara besar-besaran.
Alasan memilih artikel ini:
Karena materi pada artikel ini membahas kebijakan pemerintah AS terhadap mata uang fiat
yang dimilikinya yaitu dollar AS, pengubahan kebijakan terhadap mata uang itu yang barubaru ini mempengaruhi kestabilan ekomomi global terutama negara-negara kecil merupakan
topikl yang ramai diperbincangkan.

Review Artikel Makroekonomi

22

Topik 6: Pengaruh Suku
Bunga dan Kurs pada
Investasi di Bank

Review Artikel Makroekonomi

23

Topik 6

: Pengaruh Suku Bunga dan Kurs pada Investasi di Bank

Nama

: Muhamad Nizar

Kelas

: 3-Q /26
Memecah Kebekuan Industri Perbankan

Oleh : A TONY PRASETIANTONO
Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik UGM
Kompas, 27 Juli 2015
Tahun ini akan menjadi saat yang sulit bagi industri perbankan sesudah pulih dari krisis
1998. Gejalanya dimulai sejak tahun lalu. Setelah mengalami akselerasi kinerja, terutama
ditunjukkan oleh kenaikan laba secara signifikan pada 2003-2013, industri perbankan mulai
tersendat pada 2014. Hanya empat bank terbesar (Bank Mandiri, BRI, BCA, dan BNI) yang
masih membukukan kenaikan laba. Sisanya, 114 bank umum lain, stagnan atau menurun
labanya.
Lesunya industri perbankan bukan disebabkan suku bunga yang belum turun. Suku bunga
acuan (BI Rate) yang saat ini 7,5 persen bukan alasan terbesar yang menghambat
pertumbuhan kredit. Sumber utama kelesuan ini bisa jadi berasal dari sentimen negatif yang
mencengkeram, baik terhadap debitor (nasabah) maupun kreditor (bank).
Jika dirunut lagi, ujung-ujungnya adalah pelemahan rupiah yang pekan lalu di atas Rp
13.400 per dollar AS. Lemahnya rupiah, bahkan Bank Indonesia (BI) sudah mengakui terlalu
lemah atau undervalued, menjadi ”pemimpin” sentimen negatif. Sebab, kurs rupiah menjadi
simbol yang merepresentasikan kepercayaan terhadap kinerja perekonomian Indonesia.
Di satu sisi, fenomena pelemahan rupiah lebih disebabkan faktor eksternal. Membaiknya
kinerja perekonomian Amerika Serikat sejak pertengahan 2013 sehingga Bank Sentral AS
atau The Fed berencana mengakhiri kebijakan cetak uang (quantitative easing) dan
menaikkan suku bunga direspons positif pemodal global. Akibatnya, terjadi ”arus mudik”
dana besar-besaran dari seluruh dunia ke AS. Kurs dollar AS pun menguat terhadap semua
mata uang dunia. Indeks Dow Jones, yang pada saat krisis subprime mortgage pada 20082009 terjun bebas dari 17.000 ke 9.000, kini sudah melampaui 18.000. Artinya, kepercayaan
terhadap perekonomian AS sudah pulih, bahkan terkesan terjadi euforia terhadap AS.
Itulah alasan utama rupiah melemah sejak medio 2013. Namun, di luar faktor itu, tentu ada
faktor internal, yakni kinerja dan struktur perekonomian kita yang lemah. Faktor internal bisa
dipilah menjadi dua. Pertama, rendahnya harga komoditas primer merugikan kita sebagai
eksportir sehingga neraca perdagangan dan transaksi berjalan defisit. Kedua, hal itu gagal
dikompensasi oleh ekspor hasil manufaktur karena lemahnya daya saing industri dalam
negeri. Kelemahan daya saing ini ditengarai akibat buruknya infrastruktur, rendahnya
produktivitas sumber daya manusia, dan birokrasi yang tidak efisien.
Rentetan berbagai masalah tersebut, ditambah konflik politik yang ”semestinya tidak perlu”,
misalnya antara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Polri, menambah beban bagi
rupiah. Kurs rupiah pun tidak bisa mencapai level yang semestinya, misalnya Rp 12.500 per
dollar AS.
Kurs rupiah yang lemah dan volatilitasnya yang tinggi membuat pelaku bisnis menjadi
gamang dan ragu-ragu bergerak. Pada dasarnya, pengusaha amat membutuhkan
kepastian, baik stabilitas kurs rupiah, kepastian regulasi, maupun kepastian hukum. Tanpa
itu semua, mereka memilih diam dan bersabar, menunggu saat yang tepat untuk
Review Artikel Makroekonomi

24

merealisasikan investasi.
Dari sisi bank, lebih kurang sama. Sikap terbaik yang dipilih adalah lebih berhati-hati dalam
mencairkan kredit. Kredit bermasalah (NPL) belakangan ini naik cukup pesat, menjadi 2,81
persen pada kredit investasi dan 2,94 persen pada kredit modal kerja. Melonjaknya NPL
hanya akan menaikkan provisi (pencadangan) yang kemudian akan mengurangi
profitabilitas.
Kebekuan industri perbankan ini dicoba dipecahkan Otoritas Jasa Keuangan dengan
mengeluarkan 35 kebijakan yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi,
termasuk bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Secara ringkas, kebijakan ini
memberi ruang gerak yang lebih luas (relaksasi) kepada bank dan debitor untuk lebih bisa
mendorong pertumbuhan kredit. Namun, sekali lagi, selama sentimen negatif masih
mencengkeram, efektivitas kebijakan ini agak sulit diharapkan.
Sementara itu, bank-bank kini mulai kebanjiran likuiditas deposito (dana mahal), terutama
pindahan dari giro dan tabungan (dana murah). Sementara itu, dari sisi penyaluran kredit
justru sedang tersendat. Akibatnya, rasio kredit terhadap simpanan (LDR) menjadi mengecil.
Dampak positifnya, rasio kecukupan modal bank (CAR) membesar, saat ini 20 persen.
Sebaliknya, dampak negatifnya adalah kemampuan bank menghasilkan laba bakal
mengecil.
Meningkatnya simpanan dana mahal membuka peluang bank untuk memiliki nyali lebih
besar guna menurunkan suku bunga deposito. Jika hal itu terjadi, akan berdampak positif
bagi pertumbuhan kredit. Kebekuan industri perbankan pun bisa pelan-pelan dicairkan tanpa
harus menunggu BI menurunkan suku bunga acuan.
Secara umum harus diakui, tahun ini bakal menjadi tahun konsolidasi industri perbankan, di
mana aspek kualitas kredit (menjaga NPL) dan kualitas kesehatan permodalan bank
(menjaga CAR) menjadi fokus utama. Sambil menunggu pulihnya kepercayaan pasar—
direpresentasikan dengan rupiah yang stabil dan menguat—industri perbankan baru akan
kembali berekspansi tinggi (di atas 15 persen) tahun depan. Tahun ini ekspansi kredit bakal
berkisar 10-12 persen atau ekuivalen dengan pertumbuhan ekonomi 5 persen.

Sumber:
http://kolompakar.blogspot.co.id/2015/11/memecah-kebekuan-industri-perbankan.html

Review Artikel Makroekonomi

25

Review:
1. Lesunya industri perbankan bukan disebabkan suku bunga yang belum turun.
Sumber utama kelesuan ini bisa jadi berasal dari sentimen negatif yang
mencengkeram, baik terhadap debitor (nasabah) maupun kreditor (bank).
2. Membaiknya kinerja perekonomian Amerika Serikat sejak pertengahan 2013
sehingga Bank Sentral AS atau The Fed berencana mengakhiri kebijakan cetak uang
(quantitative easing) dan menaikkan suku bunga direspons positif pemodal global.
3. Rupiah juga melemah disebabkan oleh faktor internal, yakni kinerja dan struktur
perekonomian kita yang lemah.
4. Kurs rupiah yang lemah dan volatilitasnya yang tinggi membuat pelaku bisnis
menjadi gamang dan ragu-ragu bergerak.
5. Bank memilih sikap lebih berhati-hati dalam mencairkan kredit. Kredit bermasalah
(NPL) belakangan ini naik cukup pesat, menjadi 2,81 persen pada kredit investasi
dan 2,94 persen pada kredit modal kerja. Melonjaknya NPL hanya akan menaikkan
provisi (pencadangan) yang kemudian akan mengurangi profitabilitas.
6. Otoritas Jasa Keuangan mengeluarkan 35 kebijakan yang diharapkan dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi, termasuk bagi usaha mikro, kecil, dan menengah
(UMKM).
7. Bank-bank kini mulai kebanjiran likuiditas deposito (dana mahal), terutama pindahan
dari giro dan tabungan (dana murah).
8. Tahun ini ekspansi kredit bakal berkisar 10-12 persen atau ekuivalen dengan
pertumbuhan ekonomi 5 persen.

Review Artikel Makroekonomi

26

Komentar:
1. Suku bunga yang turun tentunya akan meningkatkan GDP sesuai dengan formula
Y= C+ I + G+ NX yaitu pada meningkatnya investasi I, namun hal ini bisa saja sulit
diwujudkan jika kepercayaan masyarakat pada pemerintah sehingga enggan untuk
menabung sehingga mengurangi kesempatan meningkatnya investasi.
2. Variabel eksogen yaitu membaiknya ekonomi AS akan membuat masyarakat global
mempercayai ekonomi AS, hal ini tentunya dapat memindahkan investasi di
Indonesia ke AS sehingga investasi di Indonesia semakin menurun karena pelaku
bisnis ragu-ragu dan mencari cara aman. Cepatnya pemerintah untuk mengambil
kebijakan memperbaiki ekonomi bisa membuat pelaku bisnis yang ragu untuk segera
merealisasikan investasinya.
3. Kinerja dan struktur ekonomi perlu diperbaiki sesegera mnungkin agar kepercayaan
investor membaik dan semakin bertumbuh investasinya.
4. volatilitas mengacu pada jumlah dimana harga aset berfluktuasi selama periode
waktu tertentu. Hal ini diukur dengan mengambil standar deviasi atau varian dari
perubahan harga selama durasi tertentu. Volalitas naik berarti ada banyak
ketidakpastian di pasar dan pergerakan harga diperkirakan akan sangat sensitif
dalam beberapa hari mendatang. Volalitas turun menunjukkan bahwa ketidakpastian
yang lebih rendah dan kepercayaan pasar membaik. Karena volalitas di Indonesia
sedang tinggi membuat investor semakin ragu-ragu.
5. Jika NPL terlalu tinggi diatas batas yang ditoleransi, keberlangsungan bank tersebut
bisa terancam. Itu sebabnya bank senantiasa menjaga agar nilai NPL-nya selalu
berada pada angka yang rendah jika ingin terus beroperasi. Hal ini menyebabkan
banyak bank melakukan profisi cadangan kas maka akan banyak menahan uang
tunai untuk tidak diedarkan.
6. Pemerintah melalukan kebijakan melalui OJK yang diharapkan akan memajukan
ekonomi. Kebijakan ini akan mempengaruhi Bank melalui pinjaman uang untuk
usaha dan berimbas pada berkurangnya pengangguran, sehingga perekonomian
akan lebih baik.
Alasan memilih artikel ini:
Investasi merupakan komponen yang penting dalam perekonomian terutama dalam
penghitungan GDP. Pengaruh komponen investasi dapat menjangkau sebuah negara
bahkan hingga negara-negara lain, sehingga artikel ini menjadi menarik untuk dibahas.

Review Artikel Makroekonomi

27

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

Improving the Eighth Year Students' Tense Achievement and Active Participation by Giving Positive Reinforcement at SMPN 1 Silo in the 2013/2014 Academic Year

7 202 3