PERALIHAN DESA MENJADI KELURAHAN DI KOTAMADYA SURABAYA Repository - UNAIR REPOSITORY

  • • U N I V E P - S I T A S A i R L A N G G A "
  • P E R F U G T A K A A N M I L I K

      N V t i A B A Y A PERALIHAN DESA MENJADI KELURAHAN DI KOTAMADYA SURABAYA S K R I P S I OLEH SUGIJANTO FAKULTAS HUKUM UNIVSRSITAS AIRLANGOA S U R A B A Y A

      ' 1982 PERALIHAN DESA MENJADI KELURAHAN DI KOTAMADYA SURABAYA $ K R I P S I

      DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS DAN MEMENUHI SYARAT - SYARAT UNTUK

      MENCAFAI GELAR SARAJAN HUKUM OLEH SUGIJANTO 6562

      FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA S U R A B A Y A 1 9 8 2 persembahan buat t * ayahanda tercinta.

    • isteri serta anafcku ter* sayeng Ari dan Bagua de­ ngan iringan doa dan ha- rapan*
    KATA PENGANTAR Peralihan Desa menjadi Kelurahan dl Kotamadya Sura­ baya merupakan Judul yang saya pillh untuk karya Skrlpsl ini, dalam melengkapi tugas dan memenuhl syarat-syarat un~ tuk mencapai gelar Sarjana Hukum dl Fakultas Hukum Unlver* sitas Airlangga.

      Dan atas rahkmat Tuhan Yang Maha Esa, saya dapat me nyelesalkan karya Skrlpsl Ini setelah melewatl beberapa ke sulltan*

      Valaupun demikian, saya tetap lngat kepada sebuah pepatah lama yang mengatakan "tiada gadlng tak retak, ftia* da pekerjaan tanpa cela*# Oleh karenanya, saya yakin masih banyak kekurangan dan kesalahan yang raengikuti karya Skri£ si ini* Namun, saya tetap memiliki harapan setidak-tidak - nya karya Skrlpsl Ini dapat menjadi sumbangan pemikiran ba gl dunla llmu pengetahuan*

      Banyak pihak yang ikut terllbat dalam terwujudnya karya Skrlpsl ini* Untuk itu saya ucapkan terima kaslh tak terhlngga kepada Bapak Rachmadi Djoko Soemadljo S.H. sela-

      3

      ku Dosen Pemblmblng saya, erta juga Bapak Moch* Rochlm Sjaian S.H# yang telah bersedla meluangkan waktunya memblm bing saya dalam mewujudkan karya Skrlpsl ini*

      Selain itu, tak lupa saya ucapkan banyak terima ka- sih kepada seraua pihak, khususnya para Tri Clvitas Academic©

      

    iv Pakultas Hukum Universitas Airlangga yang telah banyak mem* berikan bantuan dan blmbingan kepada saya selama menuntut ilmu di Fakultas Hukum Universitas Airlangga, terutama Ba- pak Dr. J*E* Sahetapy, S*H., Dekan Fakultas Hukum Universi­ tas Airlangga, serta juga para Bapak/Ibu staf pengajar Fa* kultas Hukum Universitas Airlangga*

      Demikianlah, semoga dengan karya Skripsi ini dapat menuntun kita semua kepada pemahaman tentang Peralihan da* ri Desa menjadi Kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II 5u rabaya secara lebih mendalam,

      Surabaya, Desemher 1982 Penulis

      S u g i ^ a n t o

      

    v

      

    ri

      Sumbwr Data .*•.... ••••••#.«••*•*«** 10

      LAMPIRAH ..... ............64

      2* Saran ........... 57 DAFTAR KEPtfSTAKAAN........ .......... ... 62

      XV. KESXFtPULAJi DAW SARAN .... .... 94 1« Keaimpulan «•**«•*•*•***»»•#***•*#»•*•••• 54

      3 * Pelolsacnaan ........... ............*» 44

      38

      1# Sajarah Adanya Deaa dan Kelurahan di Kota oadya Surabaya ........... ........... 30 2« Daaar Hukum

      III* PROSES PERALJHAN DSSA KETWADI KSLURAHAU DI KOTAMADYA SURABAYA.... ♦ *••••.•*.... 29

      14 2* Dase Dan Kelurahan di Kotamadya Surabaya. 26

      II* PEtJGERTIAU T2HTARG PEMEBXNTAHAJJ ....... .14

      6

      c. Ana lisa Data.... ........... «****• 11

      b, Proaedur Pengumpulan Data ....... ....10

      10 dm

      M r L I K P E R F U J 7 A K A A N " U N I V E R S I J ' A S A I R L A W G O A ® L- ^ v a

      . Matodolo$i .......... #•*

      5

      9

      3. Alaaan P^milihen Judul .*•*»•£***••«*.'.» 7 4. Tu^usn Penullsan • • • • , « * .

      6

      Penjalasan Judul

      2*

      1

      1* PenaasaXahan

      KATA PUCGANTAR 7... ........................... iv DAFTAR ISI ... ............. - .............. .Vi B A B ! I, FENDAHULUAN ..... ........ ............ .1

      DAFTAR 131 Halaman

      v \ |

      a n a

    • Sieteaatika Don Pertang&ung Jawabannya *. 11
    • 1, Doaa Ban Kelurahan

      Halaman

      X. Leopiran Keputuaan Menteri Dalam Negeri Nomor 140 * 502, tentang Penetepan Desa menjadi Kelurahan, Proplnai Java Ticur Kodya Dati IX Surabaya

      64 2, Peraturan Pemerintah RI Nomor 55 Tahun.... 1980 tentang Pengangkatan Kepala Kelu * rahan dan perangkat Kelurahan menjadi

      Pegawai Hegeri Sipil

      71 3* Struktur Organisesi Pemerintahan Kclu * rahen

      62

      

    vii B A B I- P E N D A H U L U A N

      Fertnanalahan < ♦ * Adalah suatu hel yang tak dapat dipungkiri lagi bahwa Pemerintah bermaksud untuk meningkatkan ke la near an penyelenggar&an pemerintahan dan perabangunan secara lebih berdaya guna dan berhasil gunar terutama dalam pelayanannya terhadap masyarakat# Oleh karena itu, ke-* raudian lewat Undang*undang Nomor 5 tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa, Pemerintah memandang perlu segera mengatur bentuk dan susunan pemerintahan Desa yang da* pat meraberikan arah perkembangan dan kemajuan masyara­ kat yang berazaskan Demokrasi Pancaaila sebagaimana yang termaktub dalam Undang-undang Dasar 1945*

      Dalam salah satu pasalnya, yakni pasal 22 ayat-

      1 , dinyatakan perlu adanya peralihan bentuk pemerintah

      an Desa dalam Ibukota Negara, Ibu kota Propinsi, Ibu Kota Kabupaten, Kotamadya, Kota Administratip dan kota

    • kota lain, menjadi Kelurahan* Desa~desa di sini ada* lah terutama Desa-desa yang ttlah menunjukkan clri-ci-

      1

      ri kehidupan kota* ^larsono, Undang-undang Republik Indonesia No- flor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa* [Jakarta. PT* Icniiar Baru, 1966), halaman 16 dan 41* 1

      2 Terdapat dua macam Desa, yakni Desa yang berada di

      dalam kota dan Desa di luar kota, Kedua-duanya mempunyai wilayah dan ditempati oleh s#jumlah penduduk serta memi­ liki organisasi pemerintahan terendah yang langsung ber- ade dl bawah Camat, hanya masing-masing mempunyai ciri- ciri tersendiri*

      Desa-desa yang berada di dalam kota sesuai dengan perkembangannya merupakan wilayah administratip dan te- lah berkurang sifat-sifat tradisionalnya* Berbeda dengan

      Desa-desa yang berada di luar kota, struktur dan inter- aksi sosialnya lebih menunjukkan ciri**ciri kehidupan yang "Gemelnschaft11, di raana hubungan sosialnya ditandai oleh

      2

      keakraban dan kobersamaan, serta bersifat personal* Sedangkan Desa-desa yang berada di dalam kota, mau tak mau terimbas oleh gaya hidup perkotaan yang bersifat

      "Gesellechaft'1, di mana hubungan-hubungan sosialnya ber- sifat impersonal dan indlvidualistik,*' Sehingga dengan- demikian kehidupan sosial yang "paterabayan* atau "Gesoll schaft" ini kurang manunjang tata pemerintahan Desa yang

      3

      dalam banyak hal ma ih bersifat "paguyubanH#

      sellschaf*fc,fc dalam Setangkai Bunga Sosioiogl* Selo Soe- djan dan Soelaeman Soemardi ledsT}, trfakarta: Lembaga Penerbit Fak* Ekonomi Universitas Indonesia, 1964), ha * laman 461 - 484*

      3Ibld.

      M I L I K P E R P U S T A K A A N • U N I V T i R S j ’ A S A I R L A N G G A " b i i A U \ Y i\ Tata pemerintahan Desa itu fflaslir~banyak“d±temut“de* ngan clrinya yang masih tradisional, balk dalam cara pe* railihan Kepala Desanya, maupun dalam hal kepemimpinan De

      3

      a yang dijalankan* Artinya, pembagian tugas dan wewe * nang dalam pemerintahan Desa lebih banyak berpusat pada figur Kepala Desa, Segala aapek kehidupan di dalam desa bermuara di tangannya, mulai dari persoalan*persoalan pe merintahan Desa sampai kepada soal-soal pribadi yang di* hadapi warga desanya*

      Qentuk kepemimpinan sedemikiah ini jelas tidak lagi sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada sebagai suatu Desa yang berada dalam wilayah adminieiratip kota* Seba* gai gugusan terendah dalam organisasi pemerintahan yang langsung di bawah Camat, khususnya di kota-Kota, maka De sa dituntut untuk menyesualkan diri dengan irama kehidug an pemerintahan yang melingkupinya* tfajah Desa-desa dengan profil sedemikian itu terda* pat pula dalam wilayah Kotamadya Surabaya* Di mana Sura* baya sebagai kota nomor dua terbesar di Indonesia setelah Jakarta, jelas memiliki tatanan pemerintahan yang modern dan rasional, Namun terselip di antara Ke3urahan*Kelurahan yang tersebar dalam wilayah kota Surabaya, struktur peme*

      4

      rintahan dalam bentuk Deaa. Dualisme bentuk pemerintahan — Desa dan Kelurahan — mewarnai kehidupan pemerintahan Kotamadya Surabaya, sebagai

      3 uatu Daerah Tingkat XI dl ka»

      wasan Java Timurt sekaligus sebagai Ibu Kota Propinsi* Perallhan dari Desa menjadi Kelurahan dirasakan sede- miklan perlu, setidak-tidaknya bagi Kotamadya Surabaya sen* diri, dl mana dari 16 Keeamatan yang ada di dalamnya* 11 Ke-* camatan dl antaranya telah memiliki organisasi pemerintahan terendah dalam bentuk Kelurahan# Sementara sisanya di 5 buah

      4 Keeamatan lalnnya masih terdapat 103 buah Desa. Dengan melalui Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Ting - kat II Surabaya, Nomor 7 Tahun 1981 telah #dltetapkan susun* an organisasi dan tata kerja pemerintahan kelurahan. Kemu - dlan diikuti oleh Instruksi Valikotamadye Kepala Daerah Ting kat XI Surabaya, Nomor 143.08/5534/411.84/31, untuk mengada kan inventarisasi tanah bengkok/ganjaran, tanah desa /bon>* do desa dan tanah-tanah lain mllik desa dalam wilayah Keca * matan Tandes, Sukolilo, Rungkut, Vonocolo dan Karangpilang’- dalam rangka persiapan pelaksanaan perallhan dari Desa Men^a di Kelurahan. Kedua kebljaksansan Walikotamadya Surabaya itu

      4Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia, Peaetap* an Desa Men.ladi Kelurahan! Propinsi Jawa Timur* Keputusan - Menteri

      6 alain Hegeri Homur 146.5bX"Kal,aman"167 - m i -----

      5

      dilandaoi oloh Surat Koputusan ttcntarl Dalaa Hocor 140 - 502* tangaal 22 Soptoabor I960 tontana penstapan £g sa«d*ea con jadi Kelurahan*

      Dari poraaa&lahan toroetut di etas, aaya torgerak uq tuk cscncoba oenyusun Skrlpai tentangt * PERALIHAN DESA KETJ JADI KEZURAHAtJ 01 ROIAHADTA SUHABAYA** Dales ponuliaan

      Skrlpai ini sonsaja dipilih Kotamadya 3urabaya# karana £u raboya ktni sadans aibuk borbonah diri oolakoanakan pcra- lihan Ecaa-doaa yang ada di wilayahnya aenjadi Kelurahan*

      JCotaoodya Surabaya yang terdiri dari 16 Kecaoatan « Itu, 11 Kecaoatan di antaranya adalah koco&aton laoa bo* kaa wilayah Cecsonteo Surabaya dulu* Siaanye adalah fcoca - oatan baru#

      11 Kecaaatan Iona tereobut ielah lobih dahulu Deaa * deaa didalaanya dirubah acojadi Eolurahan lewat Surat Koputua- an Gubomur Kepala Daerah tinfikat I Java Ticur pada tahun

      1975 .

      Kulai dari kacaoataa Sccaapir, Pabean Cantikan, Kroabang- an» Bubutan* 3imokertQ| 7aabakaarl« Cubcnfi, 3awah&nf Gen- tens, Tegalaari, dan tfonokroco yang accula barjualah 38

      Lingkungan senjadi 60 Kelurahan*** Kinl siaanya 5 buah Ko- caoatan yakni Karancpiiang, *\ Vonocolo, Kungkyt* Sukolilo Afolikotaoadya Kepala Itetorah Tingkat II Surabaya,

      6

      dan Tandea juga aenorlca glllran Desa-deaanya diubah aen^i di Kelurahan* Proses perallhan dari Deaa aenjadl Kelurahan dl wlla- yah Kotamadya Surabaya teraebut oerupakan pokok penaasaXafc an yang hondak dlbahas da las Skrlpsl ini* Peraasaleban yang hendak dljawab Xawat penulisan Skrlpsl ini adalah i 1* Apa daaar hukua polakaanaon perallhan Dasa eenjadi Kelu rahon ? 2* Di mans letak perbedaan antara bentuk Poaarintalmn Dasa dan Kelurahan itu ?

      3. Bagaimana prosaa pelaksanaen perallhan dari Dasa oenja- dl Kelurahan, khuausnya dl Kotaoadya Surabaya ?

      4. Bagaiaana aojarahnya, sehlngga Kotaoadya Surabaya aeoi-* liki dua bentuk pecerlntahan terendah, Deaa dan Kelurah an t

      5. Bagaieanakah pengeruhnya perallhan dari Desa menjadi Ke lurahan itu terhadap atruktur Pemerintahan Deaa yang * ada 7 a

      Damikianlaht uralan-uraian dala Skrlpsl ini akan be* rongkat dari hal yang uaua untuk kaaudiaa oenuju kepada hal yang khusua dalam aenyoroti prosaa palakaanaan perallhan Deaa taenjadi Kelurahan*

      2. Pen.lfilaaan Judul Dalam judul Skrlpsl ini dlpskai kata "perallhan*, 9Da sa% dan "Kflurahan*. Kata "perallhan” di sini diartlkan ^

      7

      bagai suatu kegiatan yang memindahkan, dalam hal ini ada­ lah meraindahkan dari bentuk Desa menjadi Kelurahan* Atau dengan kata lain bisa diartikan sebagai merubah dari ben- tuk pemerintahan Desa menjadi Kelurahan*

      Sedangkan wDesan di sini diartikan sebagai suatu wi­ layah yang ditempati oleh sejualah penduduk sebagai satu kesatuan masyarakat di mana terma^uk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang memiliki organisasi pemerintahan te rendah langsung di bawah Camat serta berhak menyelenggara kan rumah tangganya sendiri dalam xaegara Kesatuan Repu • bilk Indonesia*

      Sementara itu, yang dimaksud dengan tt Kelurahan H - di sini adalah suatu wilayah yang dihuni oleh sejumlah- penduduk dan memiliki organisasi pemerintahan terendah di,bawah Camat* yang tidak mempunyai hak menyelenggara- kan rumah tangganya sendiri* 3* Alasan Pemillhan Judul

      Peraturan perundang - undangan tentang Pemerintahan Desa scbeium dikeluarkannya UU No*5/1979« terus saja silih berganti sejak jaman kolonial Belanda yang terke- nal dengan 1*0*0. dan I*G*Q*B*-nya* tak nampak satupun jua Undang-uadang yang dikeluarkan oleh Pemerintah yang secara langsung mengatur tatanan Pemerintahan DesaV Un*

      8

      dang~undang No#19/1965 tentang Desapraja merupakan satu satunya yang mengatur tentang Pemerintahan Deaa, tapi Undang-undang itu raengalami nasib yang tak terduga, be- lum aempat dilaksanakan telah dicabut kembali lewat UU No*6/1969*

      Dengan keluarnya UU No *5/1979 maka Pemerintahan De sa dibenahl secara lebih sempurna dan menyeluruh dan ju ga mengubah semua Desa Otonomi di wilayah Ibu kota Ne^a raf Ibu kota Propinsi’ , Ibu kota Kabupaten, Kotamadya,

      Kota Adrainistratip dan kota-kota lain yang ditentukan * oleh Keputusan Menteri Dalam Negeri, menjadi Desa Admi* nistratip dengan sebutan Kelurahan yang dengan sendlri- k nya menjadi kehilangan haknya untuk menyelenggarakan ru mah tangga sendiri#

      Dengan adanya perubahan/peralihan dari Desa Otono* mi menjadi Desa Administratip (Kelurahan) ini jelaslah membawa konsekuensi perubahan dalam hal susunan organi­ sasi tata kerja Desa yang dulunya merupakan Desa Otono* mi^ Oleh karenanya dirasa perlu untuk mengetahui dan • mendalaminya secara realistik proses pelaksanaan para* lihan dari Desa menjadi Kelurahan tersebut, khususnya dalam wilayah Kotamadya Surabaya*

      9 Untuk nemenuhi maksud tersebut, sudah barang tentu

      penullsan Skripsi Ini a kan lebih banyak ditekankan kepa- da pelaksanaan proses peralihan Desa Menjadi Kelurahan , dengan menyorotl dasar hukua pelaksanaan peralihan itu, serta juga cara dan proses pelaksanaan peralihan itu sen diri, dan juga susunan organlsasi serta tata kerja peme* rintahan Kelurahan, Di samping itu disinggung pula seca* ra umum tentang sejarah adanya pemerintahan Desa Otonomi dan Kelurahan (Desa Administratip) di Kotamadya Surabaya, sebagai pelengkap wawasan pandangan di dalam menyorotl peralihan dari Desa menjadi Kelurahan*

      4. Tu.jaan Penullsan Melalul penullsan Skripsi ini a kan dlcoba mengurai- kan serta memberikan gambaran yang lebih jelas tentang ntasalah-masalah yang berhubungan dengan peralihan Desa menjadi Kelurahan dan juga dlcoba untuk turut memberikan sumbangan pikiran menemukan jalan keluar terhadap perma- salahan yang timbul akibat pelaksanaan peralihan itu*

      Dengan segala keterbatasan kemampuan, fasilitas dan waktu yang ada pada say a, maka ruang lingkup pembahasan a kan dlbatasi hanya pada Kotamadya Daerah Tingkat II Su­ rabaya dengan berlandaskan kepada data^data maupun sumber auraber yang bersifat teoritlk serta juga yang berasal da

      10

      ri lapangan* sehingga dengan demikian gambaran yang dl* peroleh sesuai dengan keadaan atau kenyataan yang ada* 5* Metodoloai a* Sumber data

      Data-data yang dipergunakan dalam penullsan Skrip* si ini diperoleh dari dua sumber utama, yakni : 1* Data Kepustakaan yang meliputi buku-buku, himpunan karangan, majalah, dan sebagainya* yang dianggap me* miliki kaitan dengan topik Skripsi ini*

      2* Data lapangan yang lebih banyak diperoleh dengan ca* ra observ&si di wilayah-wilayah yang terkena peralih an dari Desa menjadi Kelurahan'* Kemudlan juga untuk- raelengkapi gambaran yang diperoleh* dicoba mengumpul kan data^data sekunder yang ada di Kantor Kotamadya- Daerah Tingkat II Surabaya* b* Prosedur pengumpulan data

      Untuk memperoleh data yang relevan dengan topik - Skrlpsl ini dllakukan dengan cars studi kepustakaan ju* ga ditambah dengan observasi lapangan (pengamatan la* pangan) • Kecuali itu dllakukan juga beberapa interview/ vawancara aecara informal dengan pihak-pihak yang me* nanganl pelakeanaan perallhan dari Desa menjadi Kelurah di Kotamadya Surabaya, seperti Pembantu Valikota di Su*

      11

      rabaya Selatan, Cemat Karang Pilang, dan sebagainya, guna delengkapi gambaran yang diperoleh dalam usaha oenyusun Skripsi ini, sehingga bisa raendekati perraasalahannya seca ra realistik, dan dapat dipertanggung jav/abkan kebenaran* nya*

      Lewat studi kepustakaan diperoleh data-data yang her hubungan dongan topik Skripsi Ini dengan membaca buku^bu- ku, raajalahj surat-surat keputusan, instruksi dan sebagai nya* ,

      Dengan prosedure pengumpulan data sedemikian itu di- harapkan pendekatan permasalahan dalam penullsan ini da* pat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang pelaksa­ naan peralihan dari Desa asnjadi Kelurahan, khususnya di wilayah Kotamadya Daerah Tingkat XI Surabaya* c« A^allsa data

      Penganalisaan data-data yang diperoleh dipergunakan metoda dlskriptip dan analitik* Wetoda dlskriptip ini me* liputi pemaparan dan penafsiran data yang ada dengan menu satkan pada pemecahan masalah secara aktual, Sedangkan me toda analitik dilakukan dengan jalan menyusun, menjelas • kan dan menganalisa data*data yang terkumpul dari berba - gal sumber*

      6 * Sistematika dan Pertanggung.jawabannva

      Pembahasan dalaut Skripsi ini telah disusun dalam sa* tu slBtematika yang manaC' antara satu baglan dengan ba* gian lain aaling berkaltan dan merupakan satu keseluruhan yang tak dapat dipisahkan. Adapun slstematika penyusunan tersebut adalah aebagai berikut t

      Bab 1 merupakan pendahuluan dari isi Skripsi ini yang memaparkan latar belakang permasalahan dan perumusan mas a lah yang hendak dibahas* juga alasan pemilihan judul Sisri£ si ini* tujuan penulisan* metodologi serta sisteraatika isi Skripsi ini*

      Bab XX dibahas tentang pengertian pemerintahan Desa dan Kelurahan* perbedaan dan persamaan antara kedua ben- tuk Pemerintahan itu, dislnggung pula tentang sejarah pe­ merintahan Desa dan dasar hukum yang mengaturnya* Kecuali itu diuraikan Juga tentang Desa dan Kelurahan di Kotama * dya Surabaya*

      Bab XXX berisi uraian tentang proses perallhan Desa menjadi Kelurahan dl Kotamadya Surabaya* didahului dengan menguraikan tentang sejarah adanya Desa dan Kelurahan dl Kotamadya Surabaya secara umum* dilanjutkan dengan mema* parkan dasar hukum pelaksanaan proses perallhan itu* Kemu dian diuraikan pula pelaksanaan perallhan itu secara Xe» bih kongkrit terutama yang menyangkut perubahan«perubahan susunan organisasi dan tata kerja pemerintahannya*

      Sab XV berisi tentang kesimpulan dari apa yang telah diuraikan dalam bab«bab sebelumnya serta dlsampaikan pula saran-saran yang bersifat membangun dalam hal mengatasi permasalahan yang muncul akibat perallhan tersebut*

      13 Kemudian pada halaman berikutnya dlsusun daftar ke -

      pustakaan yang dipergunakan sebagai bahan penullsan Skri£ si ini, dilkuti oleh lampiran-lampiran dasar hukum pelak­ sanaan proses peralihan dari Desa menjadi Kelurahan, ser* ta juga Struktur Organisasi Pemerintahan Kelurahan,

      B A B XI PENGERTIAN TENTANG PEMERINTAHAN Terdapat perbedaan antara apa yang disebut ^pemerin^ c tab* dan * pemerintahan”* Terlalu sering dalam kehidupan - masyarakat sehari-hari, pengertian terhadap kedua hal itu dikaburkan* bahkan dicampur-adukkan* Pemerintah sesungguh nya adalah perangkat (organ) Negara yang melaksanakan pe­ merintahan* Sedangkan apa yang disebut dengan Pemerintah* an berarti kegiatan yang diselenggarakan oleh perangkat Negara atau Pemerintah*

      Pemerintahan di 'sini diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh perangkat Negara atau pemerintah, di mana dalam hal ini adalah Pemerintahan Desa* Yakni keglat an dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang dilaksa nakan oleh perangkat atau organisasi pemerintahan teren * 6 dah langsung di bawah Camat, yaitu Desa. Kemudian dalam sub - bab berikut ini akan diuraikan tentang pengertian Pemerintahan Desa dan Kelurahan se­ cara umum* Untuk melihat di mana Xetak perbedaan antara kedua organ petnerintah ini*

    • 1, Desa dan Kelurahan Terlalu sering dalam kehidupan sehari - hari mende* ngar kata '•desa** Tetapi terlalu jarang kata ’•desa** itu

      ^Vide: Bayu Surianingrat* Desa dan Kelurahan menu* rut UU No7y/1979l penyelenggaraan pemerintanannya ■ ijaKar iai p*T* Metro PosV i§80^, naI 5b*?1/# * 14

      15

      dlrumuskan sesuai dengan pengertian yang dimaksud oleh peraturan - peraturan Pemerintah., Desa adalah merupakan suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk se* bagal kesatuan masyarakat termasuk dl dalamnya kesatu* an masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerin* tahan terendah langsung dl bawah Camat dan berhak me* nyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalasi Ikatan Ne*

      ' •

      7 gam Kesatuan Republik Indonesia*' Jadi Desa dl slni berarti harus memiliki wilayah dan penduduk, ( serta juga memiliki organisasi pemerintah* an yang terendah langsung di bawah Camat# Untuk perta- ma kalinya,, Desa yang merupakan lembaga pemerintahan te rendah itu disinggung dalam UU pertama Hindis Belanda yang terkenal dengan nama *Reglement of het beleld der Regering van Nederlands Indie* (Reglement tentang kebijaksanaan pemerintah Hindia Belanda)* disingkat de- ngan "Regaringereglement

      11 (Reglemen Pemerintahan),

      Dalam paaal 71 Regeringsreglement dinyatakan bahwa Desa* kecuali dengan persetujuan penguasa yang ditun* juk dengan peraturan umum* memiliki sendiri kepala de* sa dan pemerintah desa* Dan kepala desa diserabi tugas

      ^Hlmpunan Peraturan tentang Pemerintahan Desa,(Ja kartai Proyek Penyempumaan Administrasi Pemerintahan De sa* Dlrektorat Pembinaan Pemerintahan Daerah* Direktorat Jendral Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah* Departemen

      Dalam Negeri* 1980)* hal* 59* 4

      16

      untuk mengatur dan mengurus rumah tangga dengan memp«r- hatlkan peraturan wilayah atau pemerintah dari kesatuan

      . 3

      masyarakat yang tfitunjuk dengan peraturan umum Istilah "Inlandse Gemeente** digunaksn oleh Pemerin teh Belanda untuk semua organisasi pemerintahan terendah yang ada di Indonesia dengan bercermin kepada Gemeente- sejenis yang ada di negara Belanda, yang disebut "Water schap1'. Sedangken "Gemeente

      wilayah yang memiliki hak untuk mengurus rumah tangga* nya sendiri, Selanjutnya Regeringsreglement yang disingkat R,R* itu oleh Pemerintah Hindia Belanda diubah menjadi "Wet- op de Staalsinrichting van Nederlands Indie

      11 atau dalam

      bahasa Indonesia diartikan sebagai Undang-undang ten­ tang susunan pemerintahan Hindia Belanda, disingkat men jadi "Indische Staatsregeling" (Peraturan Ketatenegara- an Hindia Belanda) atau dikenal dengan Istilah HX*S*(f

      Untuk melaksanakan pasal-paaal yang termuat dalam

      190 6

      I*S, itu, pada tahun dikeluarkan suatu ordonansi disingkat I»G*0 Stbl. No* 83/1906, atau disebut "Inland se Gemeente Ordonnantie Java en Madura* * I«G,0. ini me­ ngatur pemerintahan Desa, yaitu "Reglement der Znlandse

      Gemeente de Schoraing an het ontslag van de Hoofden der %ayu Surianingrat, Loc, Clt., hlcu9* * ,

      17 Inlandse Gemeenten op Java en Madura", yakni Ordonansi

      tentang Pemilihan dan Pemberhentian untuk sementara t. Pern berhentian dengan tidak hormat Kepala Desa di Java dsn Madura, Stbl* no. 212/1907*

      Kecuali itu dikeluarkan pula 10 I*G.0. untuk wila- yah di luar Jawa dan Madura* Tapi kemudian 10 (sepuluh } I#G*0* ini dicabut dengan satu I»Cr*0* yang dikenal de­ ngan I.G.O.B* (Inlands® Gemeente Ordonanti© Bui tenge wea~ ten), atau Ordonansi Haminte Priburai luar Jawa - Madura*

      Pada saat itu terdapat berbagai ordonansi yang memtoawa - akibat beragaonya organisasi pemerintahan terendah yang ada, aeperti Desa, Marga, Nagari, dan sebagainya, Rupa- nya ketidak seragaman ini disengaja oleh pihak Belanda untuk menghindarkan terdapatnya suatu persamaan dan ke- samaan yang bisa menjadi benih persatuan dan kesatuan di kalangan masyarakat Pribumi.

      Berakhimya penjajahan Belanda di Indonesia yang kemudian digantikan oleh penjajahan Jepang temyata ti­ dak membuat I.G.0* dan X.G«0*B* menjadi tak berlaku*

      Bahkan saat Negara Kesatuan R«I. terbentuk pun sampai keluamya UU no. 5/1979 tentang Pemerintahan Desa, I.G.0 dan I*G*Q*

      8 * secara tak langsung masih merasuki kehidup­

      an Pemerintahan R*I*

      18 Kalau disimak pada UUD 1945* khususnya pada pasal Q

      18 aenyatakan bahwa t- Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk dan susunan pemerintahannya - ditetapkan dengan undang-undang, dengan meoandang dan aenglngat dasar p ermuayawaratan dalam sistem pemerintahan negara* dan hak-hak asal usul dalam daerah yang bersifat istimewa#

      Ini berarti bahwa Undang-undang Dasar 1945 menjamin ke- langsungan hidup Desa dan daerah setingkatnya* Untuk itu telah dikeluarkan UU sejak tahun 1945 yang merupa - kan pelaksanaan dari pasal 13 UUD 1945* tetapi semuanya itu mengenai Pemerintahan Daerah* di antaranya adalah :

      1* UU no* 1/1945 tentang Komite Pemerintahan Dae - rah.

      2m

      UU no* 22/1948 tentang Pemerintahan Daerah 5* UU no. 1/1957 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan

      Daerah 4* Penetapan Presiden Republik Indonesia no, 6/1954 tentang Pemerintah Daerah (dlsempumakan)

      5. UU no. 18/1965 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah

      Tak satupun lahir UU yang mengatur Pemerintahan De sa sebagai pengganti I.G*Q dan I*G.Q*B*. Baru kemudlan - pada tahun 1965 lahirlah UU no* 19/1965 tentang Desapra 9 u u d »

      45. (Jakarta: Simplex, 1976)* him* 11-12.

      3 *v

      19 Undang-undang ini tidaklah mengatur tentang Pemerintahan

      Desa* tetapi mencafcwt semua I,G,0 dan peraturan lain nya yang berkaitan dengan Desa, Namun, UU no. 19/1965 -

    • * tersebut belum seropat dilaksenakan, karena terjadi peru bahan ©truktur ketatanegaraan waktu itu yang mengakibat- kan UU tersebut perlu dltinjau kembali seauai dengan TAP.

      MPRS Nomor,XXI/MPRS/1966 tentang pemberian otonomi se- luas-luasnya kepada daerah. 1 9 / 1 9 6 5 1 9 6 9 UU, No, ini pada tahun lewat UU. No,

      

    6/ 1969 dinyatakan tidak berlaku lagi, Dalam UU pencabut-

      an ini dinyatakan pula bahva tidak berlakunya UU No, 19/ 1 9 6 5 U U dimulai Wjak berlakunya penggantinyo, Tapi apa kenyatsannya, sejak tahun 1963 selama kurang lebih l4nta hun, Desa mengalami kelemahan status hukumnya , karena perundang-undangac yang lama sudah dioabut dan UU penea- butannya dicabut pulat sementara Undang-undang pengganti nya tak kunjung lahir, Sehingga dengan denikian auaaana

      I,G*Q# tetsp mewarnai kehidupan pemerintaban Desa dengan mendapatkan penye>suaian dan penyempurnaan di sana-dinl.

      Pada tahun 197^ kemudian dikeluarken UU No,5/ 1974 tentang pemerintahan di Daerah. UU ini bukan saja hanya mengatur Pemerintahan Da erah* tetapi Juga Pemerintahan - Fucat di daerah, Lembaga Pemerintahan, dan aebageinya. ao Disinggung pula dalam UU itu tentang Besa pads bagian V

      pasal 8 8 , sebagainberikut Pengaturan tentang Pemerintahan Desa ditetapkan de- ngan Undang-undang* Ini berartl bahwa untuk mvngatur Pemerintahan D«sa akan dikeluarkan UU tersendiri«

      Baru kemudian pada tahun 1979# lahirlah UU yang di- nanti-nsntikan, yaitu UU no* 5/1979 tentang Pemerintahan Desa*. Dalsm UU ini dirumuskan kebijaksanaan Pemerintah -* Grda Baru dalam menyelenggarakan pamerintahan Desaf se- auai dengan Pancaaila, Undang^undang Basar 1945* Garls garis Besar Haluan Negara dan UU no* 5/1974 tentang po- kok-pokok Pemerintahan di Daerah.

      Kenurut UU no* 5/1979 ini, yang disebut Deaa adalah suatu vilayah yang dihuni oleh aejumlah penduduk sabagal i kesstuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masya rakat hukun yang mempunyai organiaasi pemerintahan ter- rendah langaung di bavah Camat dan barhak manyelenggara- i kan rumah tangganya sendirl dalam ikatan kesatuan Repu- bilk Indonesia. Dan dusun merupakan bagian wilayah dalam Desa yang merupakan lingkungan kerja pelaksanaan pemerin tahan esa*

      ^9gayu Surianingrat, Loc» Clt»« him* 14. Pemerintah Desa Ini terdiri dari Kepala Desa dan Lembaga Musyawarah Deaa, yang mana dalam pelaksanaan tu gasnya dibentu oleh Perangkat Deaa terdiri atas aekreta

      41 rls Desa dan Kepala-kepala Dusun* Kecuali itu dalam UU Ini Juga dibicarakan/diatur tentang Pemerintahan Ke- lurahan*

      Kelurahan* dimaksudkan sebagai suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk yang merapunyai or ganisasi pemerintahan terehdah di bawah Camat, yang tldak berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri, 4 Sedangkan Lingkungan adalah bagian dari wilayah dalam

      Kelurahan yang merupakan lingkungan kerja pelaksanaan ~ 1 2 pemerintahan Kelurahan, Jadi, Pemerintahan Desa mempunyei hak untuk menga- tur rumah tangganya sendiri* dan ini biasanya terdapat pada desa-desa di daerah Kabupaten* Sementara itu Kelu- rahan tak memiliki hak untuk. menyelenggarakan rumah tangga sendiri, dan biasanya berada pada Kotamadya Dae­ rah Tingkat II# 11 Vide s Undang-undang Republik Indonesia, Nomor 9

      5'Tahun WlWl bab

      22. Persawaan

      antara Desa dan Kelurahan adalah bahwa sema-oama merupokan organisaai pemerintahan terendah yang langsung berada di bawah Carnet* Ktcuali itu nampak pula perbedaan antara Kepala Desa dan Kepala Kelurahan, di mana Kepala Desa dlpilih secara langsung* bebas, umum dan raha»ia oleh penduduk desa beraangkutan yang berwarganegaraan Indonesia dan teiah berumur sekurang- kurangnya 17 tahun atau telah/pernah kawin* Sedangkan

      Kepala Kelurahan adalah Pegawai Negeri yang diangkat- oleh Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II ataa nama Guberaur Kepala Daerah Tingkat 1 dengan mempcrhati kan ayarat-syarat dan ketentuan-ketentuan tentang kepe- gawaian aesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku*

      Kelurahan sebagaimana pula Pemerintahan Desa raeai-

      3

      liki unsur penting, yakni wilayah, penduduk den pera*- eintahan. Wilayah Kelurahan adalah merupakan bagian da- ri wilayah administratip Kecematan* Kacamatan tersebut harus berada/terletak di dalam wilayah Ibukota Negara, Ibukota Propinsi, Ibukota Kabupaten* Kotamadya, Kota

      Administratip ataupun kota-kota lain yang ditetapkan - oleh Menteri Dalam Negeri*

      23 Syarat adanya wilayah ini tak jauh berbeda dengan

      wilayah Desa, hanya bedanya pada letak wilayeh itu, di- mana wilayah Kelurahan harus di dalam kota yang relatif cukup besar dan penduduknya tak lagi berbentuk kesatuan masyarakat yang di dalamnya termasuk kesatuan masyarakat i hukuau

      Desa - desa dan tidak di kota-kota besar aeperti Ibuko- ta Negara, Ibukota Propinsi, Ibukota Kabupaten, Kota- raadya, Kota Administratip, dan sebagalnya*

      Kalau Kelurahan raeniliki wilayah di dalam kota be­ sar, make dengan sendirinya penduduknya sdalah berbeda dengan penduduk Deaa, Artinya, bahwa kehidupan kota Je- las membawa gaya hidup yang berbeda dengan kehidupan

      Desa* Tak lagi bisa dijumpai kehidupan yang berwarnaksn "pagu yuban" di dalam Kelurahan. Ciri "patembayan* lebih me. nonjol.

      Oleh karenanya, penuuduk kota (lelurahan) bukah lagi merupakan kesatuan masyarakat hukura. Sebab raereka boroaal dari beraneka ragam suku, bangsa, kesatuan ma­ syarakat dengan adat istiadat masing-maaing.

      Bi kota bercampur aduk manusia-manuaia dengan leiar be- lakang kehidupan sosial budayaf agama, ekonomi, ras, *

      2k

      dan suku bangsa yang berbeda, Mereka sama-sama aendiami satu wadaht yang namanya kota* Mereka dloatukan hanya kareno kebetulan berada dalam satu wilayah yang saoa. Jadi penduduk pada Kelurahan jelas berbeda dengan pen­ duduk yang bertempat tinggal di Desa,

      Pemerintahan Kelurahan juga memiliki perbedaan- dengan Pemerintahan Desa. Sebab sebagaimana yang telah dijelaskan pada hslaman-halaman sebelumnya, Kelurahan tak memiliki hak untuk menyelenggarakan rumah tangganya sendiri seperti halnya pemerintahan Desa yang berhak mengatur rumah tangga sendiri. Konsekuonsinye t amcgaran

      Kelurahan adalah menjadi anggaranJPemerintah Daerah Tingkat. IX atau DKX^-

      Pemerintah Kelurahan ini terdiri dari Kepala Kelu­ rahan dan Perangkat Kelurahan • Dimana Perangkat Kelu­ rahan ini terdiri dari Secretariat Kelurahan dan Kepala kepala lingkungan. Sedangkan Sekretariat Kelurahan ter-* ssbut terdiri dari Sekretaris Lurah dan Kepala - Kepala tfrusan yang Juga berstatus sebagai Pegawai Negeri yang diangkat dan diberhentikan oleh Bupati/Wslikotamadya Ke pala Daerah Tingkat IX/Walikota atos nasa Guberaur Ke-

      " U N I V F R S J T A S A I R L A N C

      I R A B A Y A M I L I K P E R P U S T A K A A N pala Daerah Tingkat I dengan mempsrhatikan syarat - sya rat dan ketentuan - kstentuan tentang kfcpegawaien sesu- ei dengan peraturan dan perundang-undangan yang ber-

      Xaku* Tak ada lagi yang namanya pemilihan bagi pengangka tan seorang Kepala Xelurahan. X©pala Kelurahan tidak lagi dipilih oleh masyarskat, t*tapi diangkat dan di~ berhsntikan oleh Pemerintah dari pegawai negeri yang su dah ada atau pengangkatan baru* Pemerintah Kelurahan ti dak menetspkan keputusan berdaaarkan ausyawarah dan fakat* Pemerintah Kalurahan cerupakan kelanjutan dan pelaksana dari Eecamatan* Oleh karenanya Pemerintah Ke«- lurahan hanya menyelenggerakan unison pemerintahan urnum dan urusan Daorah Tingkat II atau DKI* Kelurahan ini merupakan istilah seragau) yang harus dipergunakan di se luruh Indonesia sesuai dengan UU no. 5/1979*

      Pari uraisn di ata

      3 kiranya telah ^elaa di mana le tak peraamaan dan perbedaan antara Kelurahan dan Desa, kilUBUsnya raengenai wilayah, penduduk dan pemerintshannya Dengan meinahami perbedaan dan perspmaan antara bentuk PoHierintahan terendsh yang langsung di bawah Carast itu

    akan sangat aembantu di dalam menyoroti proses peralih-

      26

      an dari Dasa menjadi Kelurahan, di Kotamadya Surabaya* 2* Desa Dan Kalurahon di Kotcaadya Surabaya

      Di kote Surabaya yang kian hebat peabangunanny

      a-

      ixiif

      5

      tordapat a#banyak 105 buah desa di Kemacatan ba- ru, maaing-masing Wonocolo, Rungkut, Sukolilo, Tandes, dan Karangp'iiang> Bie^but aebagai kecamatan baru, ka- rena baru pada tahun 1963 masuk ke dalam wilayah kota aadya (dulu; Kotapraja) Surabaya berdaaarkan Undang, undang no* 2/1965 tentang Parubahan Batas Wilayah Hota- praja Surabaya,

      Dengan deaikion 11 buah kacanjatan lajoa, yakni ?a- baan Cantion, Krembangan, Bubutan, Semampir* SiraokartQ Tambafcsari; Gubeng, Gentong* Sawahan, Tegalsari, dan Wonokroiso, bertaabsh njenjodi

      16 Kecamatan, yang terdiri

      dari 60 Kelurahan ha ail pemekaran 38 Lingkung«» dan 103 buah Desa yang teraabar di 5 kecamatan baru# basing Basing, Vunocolo 13 buah Desa, Hungkut 13 buah Dess, Su kdlilo 21 buah Desa, Tandea seb&nyak 32 tuoh Desa, den Kcsrangpjlan^.

      22 buah Desa.^

      %|de: Departemen Dalam Negeri Republik Indone­ sia, Panetapan Desa menjadi Kalurahan Propinai Jawa Ti­ mur, OpVc^Ltt

      27 Selesta ini aebelum lahirnya UU no *5/1979, di Kota -

      madya Surabaya tldak terdopot koseragaman dalam hal ta- tanah pemerintahan terendah yang langaung di bavah Caoet ada yang berbentuk Pemerintahan kelurahnn dan ada pula yang naaih berbentuk Pemerintahan Desa dengan mesiliki - hak untuk aenyelenggarakan rumah tangga aendlri, Sementa ra pemerintahan Kelurahan di 11 Kecamatan Xama tidok me- oiliki hak untuk aenyelenggarekan rumah tangga aendiri , dan Kepala Kel^rahannya pun adalah Pegawai Negeri#

      Dengan lahirnya 9U no. 5/1979, maka Deaa-desa. yang ada di wilayah kerja Da ere h Tingkat II Kotamadya Surabaya beralih menjadi Kelurahan. Peralihan dari Desa oenjadi Kelurahan di 103 buah Deaa Kota madya Surabaya ini ter* cantum di dalam Kefutuaan Menteri Dalam Negeri Womor 140

      502, tanggal 22 September 1960, tentang penetapan Desa menjadi Kelurahan.

      Dengan demikian kini Kotaoedya Surabaya secara ke- aeluruhan bentuk pemerintahan terendahnya adalah Kelurah an* Tapi perlu dipertanyakan Juga bagaiaana aejarah ada* nya Desa dan Kelurahan di Koteaadya Surabaya ini ? Dan bagaiaana pelakaanaan peralibandari Desa menjadi Kelurah an di Kotamadya Surabaya ini ?

      28 Pertanyaan-pertanyaan Ini Jelaslah menyangkut 103

      buah Desa yang kiai dialibkan menjadi Kelurahan, yang sebelumnya telah menjalankan kagiatan pemerintahan de­ ngan hak mengatur rumah tangga sendiri, serta Kepala

      Desanya hasil pilihan masyarakat setempat* Dalam uraian-uraian selanjutnya, pertanyaan-perta nyaan tadi akan dicoba dijawab dengan menyoroti ter* lebih dahulu sejarah adanya Desa dan Kelurahan di Kota madya Surabaya*

      B A B III

    • * a

      PROSES PERALIHAfJ DESA MENJADI KELURAHAN DI KOTAKADYA SURABAYA

      Memang tak ada dalam sejarah bahwa suatu kota akan semakin menclut serta mengalami stagnansi atau kemsndekan Selalu saja kota di manapun Juga berkembang dan berubah menurut selera Jaman dan tuntutan kebutuhan masyarakatnya

      Apaiagi kalau kota itu adalah kota yang relatip cukup besar, sedangkan desa pun selalu cenderung berkembang men Jadi kota, setidak-tidaknya desa yang meng mengkota*

      Deaikian pula halnya dengan Kotamadya Surabaya yang merupakan kota terbesar nomor dua di Indonesia, mau tak mau dipaksa untuk selalu berkembang dan merubah struktur- pemerintahannya sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyara­ kat dan Jamannya. Bentuk Pemerintahan Desa dianggap tak lagi layak serta mampu melayani kebutuhan warganya* Untuk itu perlu diubah menjadi Pemerintahan Kelurahan* Lahir- nya Undang-undang no. 5/1979 mtrupakan awal dari pengha - pusan seluruh bentuk Pemerintahan Desa di wilayah Kota­ madya Surabaya yang meliputi 103 buah desa teraebar di 5

      Kecamatan.

      Tapi muncul ^uga pertanyaan, bagaimana sejarah ada - nya Desa dan Kelurahan di Kotamadya Surabaya ini? Mehgapa sebagian telah menjadi Kelurahan sementara 103 buah Desa lainnya masih tetap berbentuk Pemerintahan Desa ? 29

      30

      1«-Ser1arah Adanva Deaa dan Kelurahan di Kotamadva Surabava f Kota Surabaya yang berpenduduk hampir 2,5 Juta orang lnl memiliki wilayah seluas 291 »78 Km persegi, di mam be­ tas aebelah Utara adalah Selat Madura, sebelah Splatan Ka- bupaten Sidoarjo, batas sebelah Timur adalah Selat Madura, dan di sebelah Barat adalah Kabupaten Gresik* Surabaya yang terletak di sebelah Utara pantal Pulau Jawa (Selat

      Madura) ini tepatnya berada pada garis bujur Timur 112°30

      9

      113°0I dan pada garis Lintang Selatan T0^ *• ?°30s, Dan

      3 - 6

      merupakan dataran rendah dengan ketinggian meter di

      14 atas pormukaan laut. Kota Surabaya sering dijuluki sebagai kota Indamardi- ini dari masa ke masa mengalami perubahan tata pemerintah* an, organisasi pembegian wilayah administrasi. Menu rut se- jarah Kota Surabaya ini berdiri pada tanggal 1 April 1906 berdasarkan pasal 1 "Instellings Ordonantie"» Staatblad- 1906 Nomor 149. Pada waktu itu luas wilayah Pemerintah Ge- meante Surabaya tak lebih dari luaa Ibukota Karesidenan Su rabaya, yakni kurang lebih 103 km persegi, yang meliputi - tanah * tanah ” eigendom 111 partikellr (particuliere lan-

      ^Surabava 669 fahun. (Surabaya; Sub Bagian Humas & Protokol KotamaSya Daerah Tingkat XI Surabaya, 1982), him* 23#

      31

      derijen), militer dan pemerintah*1^ Kepala Daerah Gemeente Surabaya waktu Itu cUrangkap - oleh seorang Asisten Residen yang jug a merangkap untuk

      Asisten Residen untuk Kabupaten (afdeling) Surabaya serta menjabat pula sebagai Ketua Dewan Gemeente (Gemeente Raad), Waktu Itu belum ada jebatan sebagal “Burgermeester" atau Walikota, Dewan Gemeente ini terdiri dari orang Eropa, 5 orang Indonesia, dan 3 orang Timur A sing.

      Untuk penyelenggaraan tug as - tugas Gemeente Surabaya, ma­ ke sebagai bantuan pertama semua pengeluaran dlbebankan ke 1 6 pada Pemerintah Pusat , 1 Tetapi hal ini tidak berlangsung lama, aebab secara berangsur-angsur urusan yang semula ditangani oleh Peme­ rintah Pusat dibebanken kepada Pemerintah Gemeente Suraba­ ya, lewat Staatsblad 1906 Nomor 190, Staatsblad 1915 Nomor

      307, Staatsblad 1907 Nomor 29 dan seluruhnya Siaattsblad ~ 1926 Nomor 212.

      Kemudian berdasarkan Keputusan Residen Surabaya, tang gal 27 April 1914, No* 2/24, daerah Gemeente Surabaya yang

      8

      ^Surabaya* Dalam Lintaaan Pembangunan* (Surabaya Sub Bagian Humaa & Protokol Kotamadya Surabaya, 1980), him «

      20 16Ibld.

      32

      terbagi atas 25 "wi^ken" yang masing^masing dikepalai oleh "Wljkhoofd* diubah menjadi 26 "wijken", Namun di samping itu masih terdapat juga Desa Otonom (Inlandsche Gemeente), aehlngga di dalam wilayah Gemeente Surabaya dikenal adanya

      Daerah Otonom Gemeente Surabaya yang tunduk kepada Hukum Barat, dan Daerah Qtonom Desa yang tunduk dan berdasar^ pa­ da Hukum adat.^

      Kemudian terdapat semacam penyempumaan desentralisa* si berlandaskan kepada "Decentraliaatie Besluit 1905" Ge­ meente Surabaya merupakan "Reaaort Gemeente”* Selan^utnya- berdasarkan "Stads Gemeente Ordonantie1’ tanggal 10 Oktober

      1926, Staatsblad 1926 Nornqr 265, aebutan wReaaort Gemeente” diubah menjadi "Stads Gemeente" mulai 1 Janueri 1929 dan disebut aebagai "ZelXstandig© Rechtsgemewateschappcn"•

      Pemerintahan Gemeente Surabaya terdiri dari tiga unaur* - yaknl Dewan Gemeente (Gemeente Read) dan Collage van Burger meester en Wethouders serta Burgermeeater*

      Pada tanggal 1 Januari 1931, dualisae eselon Pemerin­ tah terbawah, yaknl Wljk dan Desa Otonom menjadi hilang dengan dileburnya Dosa-desa Otonom ke dalam "Wijken** di 17Ibld.

      33

      dalaa wilayah Stads Gemeente Surabaya, Kemudian pada Ja- man penjajaban Jepang* Grganisasi Pemerintah,terbawah "Wi^k" tersebut dirubah menjadi dengan pejabatnya di sebut "Ku-Tjo",10

      Kemudian pada mesa Pemerintahan Tentara Sekutu, kota Surabaya dikuasai oleh Tentara Sekutu yang dikenal dengan sebutan AMACAB (Allied Military Administration Civil Af~ fairs Branch). Sedangkan BKuw (atau "Wljk11 peda maaa peme rintahan Gemeente Surabaya) yang merupakan organ pemerin­ tah terendah, diubah menjadi "sector11* Selanjutnya dari

      AKACAB pemerintah diserahkan kepada RECOMBA Jawa Timur (Regerings Commissaris Bestuurs Aangelegenheden) ^

      Setelah Tentara Sekutu meninggalkan Indonesia, maka pemerintahan kota Surabaya dikuasai oleh Tentara Kolfcnial Belanda# Struktur pemerintahan berubah lagi dengan menyu- sun Pemerintahan Sementara (Hoofd Tijdelijk Bestuur), se­ bagai Kepala Urusan Haminte (Kantoor Bevolking Zaken) ada lah C*J*C. Becht* Sedangkan organ Pemerintah terehdah diubah sebutannya menjadi MWiJkH kembali, di mana Kepala

      Wijk-»ya diaebut "Wijk Leider**. Becht Juga mengambil pra- karaa untuk membentuk Dewan Perwakilan Sementara Kota 1aI M d .. him. 21 - 25, 19Ibld.. him, 27.

      34 Besar Surabaya* Bersamaan dengan ini Pemerintah Republik

      Indonesia di Yogyakarta pada tanggal 10 Juli 1943 mange- luarkan UU no* 22/1943 tentang pokok**pokok P«m#rintahau 2 0 Daerah, yang belum dapat dilaksanakan di Kota Surabaya*