HUKUM MENGINVESTASIKAN ZAKAT DAN URGENSINYA SEBAGAI INSTRUMEN DISTRIBUSI KESEJAHTERAAN

HUKUM MENGINVESTASIKAN ZAKAT DAN URGENSINYA SEBAGAI INSTRUMEN DISTRIBUSI KESEJAHTERAAN

Jamaludin Acmad Kholik*

Abstract

Zakat is a worship related to treasure which socially has important position in Islam. So far, zakat collected by zakat institution is only divided to mustaḥiq as consumption so that it is just exhausted. A new thought is needed to make zakat has a greater role in empowering Muslim economy. This article aims at digging a law of zakat investment and its role in increasing communities’ welfare, investigating maqashid (purposes) of zakat obligation. The data sources are books about zakat, written both classic and contemporary ulama (scholars). The data analysis used is qualitative descriptive. One of new thought that can be applied is by investing zakat treasure with the purpose that the zakat treasure continuously increases, and the benefit can be used by mustaḥiq. Therefore, the optimization of zakat obligation can be realized so that it has great implication in increasing Muslim communities’ welfare. Un-optimization of zakat obligation can causes high level of poverty and unemployment of Muslim community.

Keywords: investment, zakat, optimalization maqāṣid, welfare.

Abstrak

Zakat merupakan ibadah yang berkaitan dengan harta yang bersifat sosial yang mempunyai kedudukan sangat penting dalam Islam. Selama ini, zakat yang dikumpulkan kebanyakan lembaga zakat hanya dibagikan kepada para mustaḥiq sebagai konsumsi, sehingga habis begitu saja. perlu pemikiran baru agar zakat bisa mempunyai peran yang lebih besar dalam rangka pemberdayaan ekonomi umat. Tulisan ini bertujuan untuk menggali hukum menginvestasikan zakat dan perannya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat muslim, serta mengungkap maqāṣid (tujuan-tujuan) disyari’atkannya zakat. Sumber data tulisan adalah buku-buku tentang zakat, baik yang ditulis oleh ulama klasik maupun kontemporer. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Salah satu pemikiran baru yang bisa diterapkan adalah dengan menginvestasikan harta zakat, dengan harapan harta zakat terus berkembang dan bisa dirasakan keberlangsungan manfaatnya oleh para mustaḥiq. Dengan demikian optimalisasi pelaksanaan zakat dapat kita realisasikan. Dan pelaksanaan zakat secara optimal mempunyai implikasi yang luar biasa dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat muslim. Kurang optimalnya pelaksanaan zakat bisa mengakibatkan besarnya angka kemiskinan dan pengangguran pada masyarakat Islam.

Kata kunci: investasi, zakat, optimalisasi maqāṣid, kesejahteraan.

Sejarah menuturkan bahwa Khalifah Umar bin Maha Suci Allah Swt. yang telah Abdul Aziz kesulitan mencari orang-orang fakir

A. Pendahuluan

menurunkan syari’at kepada ummat Islam, miskin yang berhak menerima zakat, karena sebuah syari’at universal yang memiliki tingkat kemiskinan tidak terdapat lagi dalam sistem yang sangat komprehensif. Ibarat negara Islam saat itu. Barangkali menyebarnya sebuah apotik yang menyediakan seluruh kemiskinan dan kesenjangan sosial di negara- obat bagi berbagai macam penyakit, Konsep negara Islam sekarang ini, tidak lain karena zakat merupakan salah satu sistem yang dapat zakat belum ditunaikan oleh mayoritas orang mengobati problem yang dihadapi masyarakat yang berkewajiban mengeluarkannya. Islam dalam bidang sosial maupun ekonomi.

Apalagi melihat potensi zakat di Indonesia yang sangat besar, yaitu sekitar 217 triliun

rupiah, namun baru terserap sekitar 3% dari

Dosen STAIN Kediri.

Jamaluddin Achmad Kholik, Hukum Menginvestasikan Zakat dan Urgensinya 139 Jamaluddin Achmad Kholik, Hukum Menginvestasikan Zakat dan Urgensinya 139

harta zakat yang dilakukan secara profesional

dan menggunakan strategi yang inovatif, “Dan dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat” efektif dan efisien.

Dan masih banyak lagi ayat-ayat lain,

Di antara inovasi yang bisa kita tawarkan bahkan dalam Al Qur’an kata-kata zakat (yang adalah dengan menginvestasikan harta zakat, berarti kewajiban membayar zakat) disebut yaitu sebelum dibagikan kepada mustaḥiq, sebanyak 30 kali, dan 27 kali disebut bersamaan harta zakat yang terkumpul diinvestasikan dengan sholat dalam satu ayat. Dan pada satu terlebih dahulu, sehingga berkembang lebih tempat lagi, zakat disebutkan dalam satu alur

banyak. Keuntungan yang didapat dari dengan sholat meski tidak dalam satu ayat 3 . investasi itu dibagikan kepada mustaḥiq, dengan

Ini menunjukkan betapa pentingnya demikian diharapkan manfaat zakat itu bisa kewajiban zakat, yang tidak kalah penting dirasakan oleh mustaḥiq yang lebih banyak dan dengan kewajiban sholat. Zakat merupakan

berkelanjutan. Hanya saja kita harus mengkaji rukun Islam yang ketiga setelah sholat. dulu hukum menginvestasikan harta zakat ini, Ini menjadi bukti bahwa Islam sangat agar kita dapatkan dasar yang kuat dari sumber- memperhatikan kaum dhu’afa, sangat sumber syari’ah. Hal ini melihat sebagian ulama membenci sifat-sifat egoisme yang acuh tak menolak penginvestasian harta zakat. Kemudian acuh terhadap kondisi orang lain, dan tidak kita perlu mengkaji lebih dalam tentang membenarkan kondisi «yang kaya semakin urgensi zakat sebagai instrument distribusi kaya sedang yang miskin semakin miskin». kesejahteraan, agar memberikan motivasi

Sedangkan dalil wajibnya zakat dalam kepada para muzakkī untuk menunaikan zakat. sunnah Nabi Muhammad Saw. banyak sekali,

Dengan harapan bisa mengulang kembali di antaranya adalah hadits terkenal yang kemakmuran umat Islam di era moderen ini, diriwayatkan oleh Ibnu Umar RA: sebagaimana yang pernah terjadi pada zaman khalifah Umar bin Abdul Aziz.

Karenanya, tulisan ini berpretensi ,ةاكزلا ءاتيإو ,ةلاصلا ماقإو ,الل لوسر ادمحم نأو

menjawab problem pandangan para fuqaha

tentang kewajiban menyegerakan pembayaran

zakat, hukum menginvestasikan zakat dalam fiqih Islam, serta urgensi zakat sebagai “Islam didirikan di atas lima perkara:

instrument distribusi kesejahteraan. menyaksikan bahwa tiada tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, puasa pada bulan

B. Makna, Hukum dan Kedudukan Zakat

Ramadhan, dan haji ke baitillah bagi yang mampu

dalam Islam

menempuhnya”

Zakat mempunyai arti mengeluarkan kadar tertentu dari harta yang telah diwajibkan oleh

2 QS. Al-Baqaraḥ: 110

1 Allah kepada para 3 mustaḥiqqin (orang-orang Qaḥṭāni, Sa’īd bin Ali bin Waḥf, al-Zakātu fî al-Islām fî ḍaui

al-Kitāb wa al-Sunnah, (Qaṣf: Markāz al-Da’wah wa al-Irshād,

yang berhak menerima zakat). Hukum zakat cet. Ke-3, 1431 H/2010 M). hlm. 15. adalah wajib bagi pemilik harta yang telah

4 HR. Bukhari, Shahīh Bukhāri, Kitāb al-Imān, Bāb al-Imān, Hadith nomer: 8, 1:12. HR. Muslim, Shahīh Muslim, Kitāb

1 Al-Qarḍāwi, Yusuf. Fiqh al-Zakat, (Beirut: Muassasah al- al-Imān, Bāb Arkān al-Islām wa Da’āimuhū al-‘Iẓām, Hadits Risālah, cet. ke-23 1417 H/ 1996 M.), hlm. 1:37-38

Nomer: 16, 1:45

P-ISSN: 1978-6948

e-ISSN: 2502-8650

Vol. 10 No. 2 Juli 2016 | 139-153

Adapun hikmah zakat, hal itu etos kerja dan usaha yang tinggi, agar didasarkan pada sumsi bahwa seluruh hukum memiliki harta kekayaan yang di samping dan norma yang diturunkan kepada manusia, dapat memenuhi kebutuhan hidup sendiri semua demi kemashlahatan manusia. Dalam dan keluarganya, bisa juga membantu orang kewajiban menunaikan zakat terdapat hikmah yang berhak menerimanya. Sehingga zakat yang sangat mulia, baik bagi orang yang punya peran besar dalam meningkatkan menunaikan, bagi harta yang dikeluarkan kesejahteraan masyarakat muslim. zakatnya, maupun bagi orang-orang yang

Konsep kesejahteraan dalam Islam sangat menerima zakat tersebut.

konperehensif, berbeda dengan konsep

Bagi orang yang mengeluarkannya, akan kesejahteraan dalam ekonomi kapitalis maupun tersucikan jiwanya dari penyakit-penyakit sosialis yang hanya memberikan penekanan pada kikir, kecintaan yang berlebihan terhadap kesejahteraan material dengan mengabaikan harta, dan penyakit-penyakit hati lainnya. kesejahteraan spiritual dan moral. Kesejahteraan Bagi orang yang menerima, dapat membantu dalam Islam mencakup seluruh dimensi, mengatasi kesulitan hidupnya, di samping itu sedangkan kesejahteraan ekonomi hanya dapat membersihkan hatinya dari penyakit- merupakan bagian dari itu. Bahkan, kesejahteraan penyakit hati, seperti hasad (iri), dengki, dan dalam Islam meliputi kesejahteraan kehidupan di rasa rendah diri, akibat tetangganya yang dunia dan akhirat ( falaḥ). berlimpah harta, sedang dia tidak memiliki

Menurut Al-Ghazali, kesejahteraan apa-apa, dan tidak bisa merasakan sedikitpun ( maṣlaḥah) dari suatu masyarakat tergantung kemilauan harta yang dia lihat. 5 Sedang kepada pencarian dan pemeliharaan lima hikmah untuk harta yang dizakati, akan tujuan dasar syariat (maqāṣid al-sharī’ah): menjadi harta yang berkah dan tersucikan

1. agama ( dīn), 2. jiwa (nafs), 3. keluarga atau seperti yang dituturkan oleh ayat Allah dalam keturunan (nasl), 4. harta atau kekayaan ( māl), Surat Taubah, bahkan pada hakekatnya harta

5. akal (‘aql) 6 . Ia mendefinisikan aspek ekonomi yang dizakati tidak berkurang, seperti sabda dari fungsi kesejahteraan sosialnya dalam Rasul Saw;

kerangka sebuah hierarki utilitas individu

»ةقدص نم لام صقن ام“ dan sosial, yang meliputi: kebutuhan pokok

( ẓarūryyāt), kesenangan dan kenyamanan “Harta tidak akan berkurang karena sedekah»

( ḥājiyyāt), dan kemewahan (taḥsīniyyāt). Dengan zakat, rasa solidaritas antar

Kunci pemeliharaan dari kelima tujuan sesama muslim akan terjaga, yang kuat dapat dasar di atas terletak pada penyediaan tingkatan

membantu yang lemah, yang kaya membantu pertama, seperti kebutuhan makanan pakaian, yang miskin, sehingga sabda Nabi Saw. yang dan perumahan. Namun demikian, Al-Ghazali menggambarkan persaudaraan antar sesama menyadari bahwa kebutuhan-kebutuhan muslim seperti halnya satu jasad dapat dasar demikian cenderung fleksibel mengikuti termanifestasikan. Kalau kewajiban zakat ini waktu dan tempat. Kelompok kebutuhan kedua ditunaikan oleh umat Islam, maka tidak akan “terdiri dari semua kegiatan dan hal-hal yang kita lihat dalam masyarakat muslim kelaparan, tidak vital bagi lima fondasi tersebut, tetapi kebodohan, keterbelakangan dan penyakit- dibutuhkan untuk menghilangkan rintangan penyakit sosial lainnya.

dan kesukaran dalam hidup.” Kelompok ketiga

Zakat yang dikelola dengan baik “mencakup kegiatan-kegiatan dan hal-hal mempunyai manfaat yang sangat besar dalam yang lebih jauh dari sekadar kenyamanan saja, pengembangan ekonomi, karena zakat bisa meliputi hal-hal yang melengkapi, menerangi mendorong kaum muslimin untuk memiliki dan menghiasi hidup.”

5 Qaḥṭāni, Sa’īd bin Ali bin Waḥf, al-Zakātu fî al-Islām fî ḍaui al-Kitāb wa al-Sunnah, hlm. 29. 6 Adiwarman Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 283-284.

Jamaluddin Achmad Kholik, Hukum Menginvestasikan Zakat dan Urgensinya 141

1. Dalil jumhur ulama yang mewajibkan Sebelum berbicara tentang hukum penyegeraan pembayaran zakat menginvestasikan harta zakat, kita perlu

C. Pandangan Para Fuqaha tentang Zakat

Jumhur ulama berargumentasi tentang membahas terlebih dahulu tentang hukum wajibnya menyegerakan pembayaran zakat

menyegerakan pembayaran zakat. Hal ini dengan dasar sebagai berikut:

karena boleh dan tidaknya menginvestasikan 8 . َنيِعِكاَّهرلا َعَم اوُعَكْراَو َةاَكَّهزلا اوُتآَو َة َلاَّهصلا اوُميِقَأَو .a

harta zakat tergantung pada boleh dan “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’ tidaknya mengakhirkan pembayaran zakat, 9 ” khususnya investasi zakat yang dilakukan oleh

.ِهِداَصَح َمْوَي ُهَّهقَح اوُتآَو .b

pemilik harta yang akan dizakati.

“Dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya Wajibnya zakat mempunyai batas waktu (dengan disedekahkan kepada fakir miskin)” sesuai dengan jenis harta yang dizakati, ada

kalanya yang wajib dizakati kalau sudah Wajḥ al-dilālah dari kedua ayat tersebut melewati satu tahun seperti zakat peternakan,

adalah perintah yang muṭlaq punya perdagangan dan zakat uang, ada kalanya yang

konsekwensi harus segera dilaksanakan, wajib dizakati pada saat mendapatkan harta

karena itu orang yang mengakhirkannya tersebut, seperti zakat pertanian, buah-buahan,

akan mendapatkan siksa. Sebagai zakat mustaghallāt (pendapatan) dan mustafād

contoh, ketika iblis tidak melaksanakan (harta yang didapat tanpa diusahakan). 7 perintah untuk sujud terhadap Adam as.

Hanya saja para ulama berbeda pendapat Allah mengeluarkannya dari surga dan terkait hukum menyegerakan pengeluaran

dimurkai, demikian juga ketika seseorang zakat. Jumhur ulama berpendapat bahwa

memerintahkan budaknya untuk memberi zakat wajib dikeluarkan dengan segera. Di

tuannya minum, tapi budak tersebut antara ulama yang sepakat dengan pendapat

tidak segera melaksanakannya, maka dia ini adalah ulama Madzhab Hanafi dalam

berhak mendapat sanksi. Demikian juga pendapat yang kuat, Madzhab Maliki, shafi’i

bolehnya mengakhirkan pelaksanaan dan Hanbali. Sebagian Madzhab Hanafi,

perintah dan menafikan wajibnya, karena seperti yang dikuatkan oleh Abu Bakr al-Jaṣṣaṣ

kewajiban punya konsekwensi bahwa berpendapat bahwa pembayaran zakat tidak

orang yang meninggalkan akan diberi harus disegerakan, sehingga boleh diakhirkan.

sanksi, seandainya boleh diakhirkan, maka Al-Kasani menyebutkan: “Al Jaṣṣaṣ menyatakan

berarti boleh tanpa ada batasnya, tentu ini bahwa zakat wajib dikeluarkan dalam waktu

bertentangan dengan sanksi bagi orang yang boleh ditunda”.

yang meninggalkan kewajiban. 11 Sebab terjadinya perbedaan pendapat

c. Diriwayatkan dari ‘Uqbah bin al Harits ulama dalam masalah ini, seperti yang

berkata: Nabi saw. shalat ashar dengan disebutkan Al-Kasani, adalah bahwa perintah

kami, kemudian bergegas masuk rumah, yang mutlaq (tidak ditentukan waktunya)

tidak lama kemudian keluar, aku bertanya apakah wajib dikerjakan dengan segera atau

atau ada yang bertanya kepada beliau, Nabi bisa ditunda, seperti perintah mengganti puasa

menjawab: “Aku meninggalkan di rumah Ramaḍan, perintah menunaikan kafarat dan

emas dari zakat, aku tidak mau bermalam nadhar yang muṭlaq. Dalam masalah ini para

8 QS. Al-Baqaraḥ: 43

ulama berbeda pendapat.

9 Yang dimaksud ialah shalat berjamaah dan dapat pula diartikan tunduklah kepada perintah-perintah Allah bersama-

sama orang-orang yang tunduk.

Muhammad Abdul Halim Umar, “Al-Tanẓīm al-Fannī li 10 QS. Al-An’am: 141 al-Zakah”, dalam buku

Daur al-Zakāh wa al-Waqf fi al-Takhfīf min 11 Ibnu Qudamah, “al Mughni”, 2/289,290. Hiddati al-Faqr ”, (Kairo: Markāz al-Ṣālih al-Kāmil li al-Iqtiṣād

al-Islāmi, cet 2005), hlm. 18

P-ISSN: 1978-6948

e-ISSN: 2502-8650

Vol. 10 No. 2 Juli 2016 | 139-153 Vol. 10 No. 2 Juli 2016 | 139-153

Wajḥ al-dilālah dari hadits ini menunjukkan yang mengakhirkan puasa Ramadhan dari keharusan bersegera membayarkan waktunya, ia wajib menggantinya. 14 zakat. Ibnu Bathal berkata bahwa 3. Analisa terhadap dalil-dalil kebaikan hendaknya segera dilaksanakan,

a. Pernyataan yang mengatakan bahwa karena musibah bisa datang, rintangan

perintah yang muṭlaq menuntut untuk

bisa menghalangi, kematian tidak segera dilaksanakan atau pendapat yang bisa dihindarkan, dan penundaan mengatakan tidak menuntut segera merupakan hal yang tidak terpuji. Ulama

dilaksanakan, keduanya dapat dibantah lain menambahkan bahwa bersegera

bahwa pendapat yang kuat dalam membayarkan zakat lebih terbebas dari

uṣūl fiqh menyatakan perintah yang beban dan lebih bersih untuk memenuhi

muṭlaq tidak menunjukkan keharusan kebutuhan, jauh dari penundaan yang

menyegerakan pelaksanaannya dan juga tercela, lebih membawa kepada keridhaan

tidak menunjukkan bolehnya ditunda. Allah, dan membersihkan dosa.

Namun hanya menunjukkan tuntutan

d. Mereka berargumentasi juga bahwa untuk melaksanakan pekerjaan yang kebutuhan para mustaḥiq harus segera

diperintahkan, sedangkan tuntutan dipenuhi. 13 menyegerakan pekerjaan itu bisa dipahami

e. Karena zakat merupakan ibadah yang kalau ada indikator yang mengharuskan berulang-ulang, maka tidak boleh disegerakan pekerjaan tersebut.

diakhirkan pelaksanaannya agar tidak b. Pendapat al-Jaṣṣaṣ yang mengatakan tidak bertemu lagi dengan waktu wajibnya di

harus menanggung jika terjadi rusaknya tahun berikutnya, sebagaimana sholat dan

harta yang sudah mencapai niṣab setelah puasa tidak boleh diakhirkan.

waktu wajib zakat; bisa dibantah bahwa

2. Dalil pendapat yang membolehkan masalah ini merupakan masalah khilafiyah,

pengakhiran pembayaran zakat yang didasarkan pada permasalahan Pendukung pendapat ini berargumentasi

apakah perintah yang muṭlaq menuntut dengan dalil-dalil sebagai berikut;

segera dilaksanakan, atau tidak ada

a. Perintah yang tidak dibatasi dengan tuntutan tersebut. Maka menurut orang waktu mempunyai konsekwensi bahwa

yang mengatakan wajib segera dikeluarkan pekerjaan tersebut wajib dilaksanakan,

zakat berarti ia wajib menanggung, tapi boleh diakhirkan. Kalau suatu

sedangkan menurut orang yang kewajiban boleh diakhirkan, maka ketika

mengatakan boleh ditunda orang tersebut pelaksanaannya diakhirkan dari waktu

tidak wajib menanggung kerusakan ini. imkan (memungkinkan untuk dikerjakan)

Karena masih diperselisihkan, maka tidak tidak disebut lalai, sehingga tidak harus 15 bisa dijadikan dasar bagi masalah lain.

menggantinya.

4. Pendapat yang Rājih

b. Imam al-Jaṣṣaṣ berargumentasi bahwa Setelah memperhatikan dalil-dalil kedua

orang yang wajib zakat jika niṣab zakatnya pendapat dan menganalisanya, dapat kita rusak setelah sempurna haulnya (masa simpulkan bahwa pendapat jumhur ulama satu tahun) dan memungkinkan untuk

14 al-Kasani, Badāi’ al-Shanāi’, (Beirut: Darul Kitab al-‘Arabi,

mengeluarkan zakat, ia tidak wajib cet. II, 1982). menggantinya. Seandainya zakat wajib

15 al-Kasani, Badāi’ al-Shanāi’, 2/3. Shabir, Muhammad ‘Utsman. Ithtismāru Amwāl al-Zakat Ru’yah fiqhiyyah mu’āshirah,

12 Bukhāri, Ṣahīh Bukhāri, Hadits nomer: 1363, 2/519. dalam buku “Abhāth Fiqhiyyah Mu’āshirah fi Qaḍāya al-Zakat al

13 Sharbini, Al-Khaṭib. Mughni al-Muhtāj, (Beirut: Dār al- -Mu’āshirah”, (‘Aman: Dar al-Nafāis, cet. III tahun 1424 H./2004

Fikr, tanpa tahun).

M.) 2/510-511.

Jamaluddin Achmad Kholik, Hukum Menginvestasikan Zakat dan Urgensinya 143 Jamaluddin Achmad Kholik, Hukum Menginvestasikan Zakat dan Urgensinya 143

yang sempurna. Mereka bebas menggunakan

a. Kuatnya dalil-dalil yang mengatakan harta tersebut, untuk dihibahkan, dijual, atau wajibnya menunaikan zakat dengan segera, diinvestasikan pada proyek tertentu. dan lemahnya dalil-dalil yang mengatakan

Imam Shairāzi menyatakan: “Allah Swt.

wajibnya dengan tempo, seperti dalam Menyandarkan shadaqah (zakat) kepada mereka analisa dalil-dalil di atas.

(para mustaḥiq) dengan lam kepemilikan dan

b. Banyaknya indikator yang mewajibkan wawu tashrik, ini menunjukkan bahwa zakat bersegera, seperti dalam hadits-hadits menjadi milik mereka bersama”. Sebagaimana yang disebutkan oleh jumhur ulama. yang disebutkan oleh Imam Nawawi dalam

Demikian juga banyak teks-teks shāri’ah kitabnya, al-Majmu’: “Ulama kita (Madzhab yang mewajibkan bersegera dalam Shāfi’i) mengatakan, jika kebiasaannya

melaksanakan ketaatan, seperti firman membuat kerajinan tangan, maka diberi uang Allah:

yang dipakai untuk membeli bahan kerajinan

16 ۚ ِتاَرْيَخْلا اوُقِبَتْساَف tangannya atau alat-alatnya, harganya murah

atau mahal, yang diperkirakan keuntungannya “Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan”

bisa memenuhi kebutuhan hidupnya, hal itu berbeda sesuai dengan kerajinan, daerah,

اَهُضْرَع ٍةَّهنَجَو ْمُكِّبَر ْنِم ٍةَرِفْغَم ٰىَلِإ اوُعِراَسَو waktu dan individu”.

Dari sini dapat kita simpulkan bahwa hukum “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari menginvestasikan zakat yang dilakukan oleh

Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas para mustaḥiq setelah mereka terima adalah langit dan bumi yang disediakan untuk orang- boleh, tanpa ada perbedaan pendapat antar orang yang bertakwa”.

ulama. Bahkan ini menjadi tujuan disyariatkan

c. Ada catatan bahwa madzhab yang zakat, bahwa para mustaḥiq setelah menerima mewajibkan pembayaran zakat dengan zakat dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, segera mereka menyatakan boleh bukan hanya saat menerima zakat saja, namun mengakhirkan pembayarannya kepada berlanjut setelah itu. Tujuan ini akan tercapai, para

mustaḥiq, jika ada alasan yang jika para mustaḥiq menginvestasikan harta menghalangi pembagian zakat tersebut.

zakat yang diperolehnya.

2. Hukum Menginvestasikan Harta Zakat

D. Hukum Menginvestasikan Harta Zakat

oleh Muzakkī

1. Hukum Menginvestasikan Harta Zakat

Hukum menginvestasikan harta zakat

oleh Para Muṣtaḥiq

yang dilakukan oleh muzakkī bertolak dari Tidak ada perbedaan pendapat antar hukum mengakhirkan zakat dari waktunya,

ulama tentang bolehnya menginvestasikan yang sudah kita bahas pada bab sebelumnya. zakat dari para mustaḥiq setelah diterima, baik Di mana para ulama berbeda pendapat dalam para mustaḥiq yang menerima zakat secara masalah ini, dan setelah kita kaji, pendapat permanen, yaitu para fakir miskin dan ‘amilīn yang kuat adalah pendapat yang mengatakan (panitia pengelola zakat), ataupun mustaḥiq bahwa zakat wajib dikeluarkan dengan segera, lainnya, yaitu bagian untuk memerdekakan sebagaimana pendapat jumhur ulama. budak, orang-orang yang banyak hutang,

Berdasarkan pendapat ini, maka tidak sabīlillah dan ibnu sabil. Hal ini karena harta boleh muzakkī mengakhirkan pembayaran zakat

hartanya dari waktunya tanpa ada halangan

16 QS. Al-Maidah: 48.

yang dibenarkan, seperti orang yang hartanya

17 QS. Ali Imran: 133.

sudah mencapai satu tahun sebelum datangnya

P-ISSN: 1978-6948

e-ISSN: 2502-8650

Vol. 10 No. 2 Juli 2016 | 139-153 Vol. 10 No. 2 Juli 2016 | 139-153

mengakhirkannya, berdasarkan sabda Nabi Muhammad Faruq al-Nabhan 19 .

Pendapat ini dipilih juga oleh Majma’ Fiqh kemaḍaratan secara muṭlaq dan juga kemaḍaratan al-Islāmi di bawah OKI pada pertemuan ketiga,

Saw. “ رارض لاو ررض لا ” 18 “Tidak boleh ada

sebagai balasan terhadap kemaḍaratan yang seminar ketiga tentang zakat kontemporer dilakukan oleh orang lain”.

yang dilaksanakan atas kerja sama antara Bait

Dengan demikian, muzakkī tidak boleh al-zakat Kuwait, Bait al-Tamwīl al Kuwaiti, Dewan

menginvestasikan harta zakat, karena akan shari’ah Bait al-Zakat Kuwait, dan Lajnah fatwa mengakibatkan pengakhiran pengeluaran di Kementerian Wakaf Kuwait. zakat yang bertentangan dengan wajibnya

b. Pendapat yang tidak membolehkan segera mengeluarkan zakat. Hal ini karena

Sebagian ulama kontemporer tidak investasi zakat memerlukan waktu yang lama

membolehkan investasi harta zakat yang untuk memutar modal, sehingga tidak bisa

dilakukan oleh pemerintah atau yang dilakukan penyegeraan mengeluarkan zakat,

mewakilinya. Pendapat ini didukung oleh Dr. yang tidak dibolehkan secara shar’i. Waḥbah al-Zuhaili, Dr. Abdullah ‘Ulwan, Dr.

Dari kajian ini, dapat kita simpulkan bahwa Muhammad ‘Aṭā al-Sayyid, Sheikh Taqyuddin hukum investasi zakat yang dilakukan oleh

al-‘Uthmani, dan Sheikh Muhammad bin pemilik harta zakat adalah tidak boleh, karena

‘Uthaimin. Pendapat ini juga dipilih Majma’ bertentangan dengan wajibnya bersegera al-Fiqh al-Islāmi di bawah OKI pada pertemuan

mengeluarkan zakat seperti yang kita jelaskan yang ke-15, Majma’ al-Fiqh al-Islāmi di Kota di atas.

Laknow India pada seminar ke-13, dan lajnah

3. Hukum Investasi Harta Zakat oleh tetap untuk riset dan fatwa di Kerajaan Saudi

Pemerintah atau Yang Mewakilinya

Arabia. 20

Jika harta zakat sudah sampai ke tangan Adapun dalil masing-masing pendapat pemerintah atau yang mewakilinya (atau sebagai berikut;

lembaga-lembaga zakat yang disahkan oleh

a. Dalil yang membolehkan investasi pemerintah), apakah boleh diinvestasikan? 1) Bahwa Nabi Saw. dan para khulafā’ al-

Masalah ini termasuk masalah kontemporer, rāshidīn menginvestasikan harta zakat dari karena belum mendapat perhatian dari

onta, sapi dan kambing. Binatang-binatang pembahasan para ulama dahulu. Oleh karena

ternak itu memiliki tempat-tempat khusus itu, untuk mengetahui hukumnya perlu kajian

untuk menjaga, menggembala, memerah yang mendalam dari para ulama kontemporer.

dan mengembang-biakkan, sebagaimana Para ulama kontemporer berbeda pendapat

ada penggembala dan yang merawatnya. dalam masalah ini yang bisa diklasifikasikan ke

2) Hadits riwayat Anas bin Malik ra. dalam dua pendapat, sebagai berikut:

Dari Anas bin Malik ra. Berkata: “bahwa

a. Pendapat yang membolehkan seorang laki-laki dari Anshar datang kepada Banyak ulama kontemporer membolehkan

Nabi Saw. meminta sesuatu kepadanya, pemerintah atau wakilnya menginvestasikan

19 Shabir, Muhammad ‘Utsman. Ithtismāru Amwāl al-Zakat

harta zakat, baik harta zakat itu berlebih atau Ru’yah fiqhiyyah mu’āshirah, dalam buku “Abhāth Fiqhiyyah tidak. Di antara yang berpendapat seperti ini Mu’āshirah fi Qaḍāya al-Zakat al -Mu’āshirah”, II:516

20 Shabir, Muhammad ‘Utsman. Ithtismāru Amwāl al-Zakat 18 Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, Hadits Nomer: 2340, Ru’yah fiqhiyyah mu’āshirah, dalam buku “Abhāth Fiqhiyyah

2/784. Mu’āshirah fi Qaḍāya al-Zakat al -Mu’āshirah”,

Jamaluddin Achmad Kholik, Hukum Menginvestasikan Zakat dan Urgensinya 145 Jamaluddin Achmad Kholik, Hukum Menginvestasikan Zakat dan Urgensinya 145

kebutuhan pokoknya, maka boleh bagi kami pakai sebagian dan sebagian lagi

seorang penguasa untuk menginvestasikan kami hamparkan, dan cangkir yang kami

harta zakat untuk kepentingan para pakai untuk minum, Nabi Saw. bersabda:

mustaḥiq sebelum digunakan untuk “bawa keduanya kemari”, maka keduanya

memenuhi kebutuhannya. 22 didatangkan dan diambil oleh Nabi saw.

3) Diqiyaskan dengan bolehnya para mustaḥiq dengan kedua tangannya, beliau bersabda:

menginvestasikan zakat setelah diterima. “siapa yang mau membeli keduanya?”,

Jika mustaḥiq boleh menginvestasikan seorang laki-laki menjawab: saya beli dengan

harta zakat yang sudah diterima dengan satu dirham, Nabi Saw. bersabda: “siapa

tujuan untuk menjaga keberlangsungan yang mau menambah dari satu dirham

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, dua atau tiga kali lipat?” seorang laki-laki

maka boleh juga investasi yang dilakukan menjawab: “saya beli dengan dua dirham”,

oleh pemerintah atau lembaga zakat maka Nabi Saw. memberikan kepadanya,

yang disahkan oleh pemerintah dengan kemudian mengambil dua dirham dan

tujuan memperbanyak harta zakat yang diberikan kepada seorang anshar tersebut,

akan diberikan kepada para mustaḥiq, dan mengatakan kepadanya: “beli dengan

dan menjaga keberlangsungan untuk satu dirham makanan untuk keluargamu,

memenuhi kebutuhan mereka. 23 dan beli dengan satu dirham lagi kapak

4) Investasi harta zakat yang dilakukan dan bawa kepadaku”. Akhirnya laki-

oleh penguasa atau yang mewakilinya laki itu membawa kapak itu kepada Nabi

diqiyaskan dengan investasi harta anak- Saw, kemudian dipasang kayu oleh Nabi

anak yatim yang dilakukan oleh para Saw. dan bersabda kepadanya: “Pergilah

pengasuhnya, para ulama telah sepakat mencari kayu dan jual kayu itu, dan jangan

akan bolehnya menginvestasikan harta sampai saya melihatmu sebelum lima belas

anak yatim, karena termasuk salah hari”. Laki-laki itu pergi mencari kayu dan

satu penjagaan terhadap hartanya dari menjualnya, kemudian datang dengan

kerusakan dan kebinasaan, dengan memperoleh sepuluh dirham, dipakai

catatan adanya keamanaan dan untuk sebagian untuk membeli baju, dan sebagian

kemaslahatan, sebagaimana firman Allah: untuk membeli makanan, maka Rasulullah

saw. bersabda: “ini lebih baik bagimu

daripada meminta-minta yang membuat 24 .ُهَّهدُشَأ

satu titik di wajahmu nanti pada hari kiamat, “Dan janganlah kamu mendekati harta anak sesungguhnya minta-minta tidak dilayak

yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik dilakukan kecuali oleh tiga orang: seorang

(bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah sangat faqir atau orang yang dililit hutang

janji; Sesungguhnya janji itu pasti diminta atau orang yang sedang menanggung

pertanggungan jawabnya”. pembayaran diyat yang berat”. 21 Kalau menginvestasikan harta anak

Istiḍlal dari hadits tersebut bahwa yatim diperbolehkan, di mana harta Rasulullah saw. menginvestasikan harta

ini menjadi milik mereka, maka boleh yang dimiliki oleh orang yang meminta-

minta dengan menjualnya dan mengambil

22 Shabir, Muhammad ‘Utsman. Ithtismāru Amwāl al-Zakat

manfaat dari keuntungannya, kalau Ru’yah fiqhiyyah mu’āshirah, dalam buku “Abhāth Fiqhiyyah

Mu’āshirah fi Qaḍāya al-Zakat al -Mu’āshirah”, 2:521.

dibolehkan menginvestasikan harta 23 Shabir, Muhammad ‘Utsman.

Ithtismāru Amwāl al-Zakat

Ru’yah fiqhiyyah mu’āshirah, dalam buku “Abhāth Fiqhiyyah Hadith ini diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam, Kitab Mu’āshirah fi Qaḍāya al-Zakat al -Mu’āshirah”, 2:521. al-Zakat, Hadits Nomer: 1641, 2:120.

24 QS. Al-Isra’: 34

P-ISSN: 1978-6948

e-ISSN: 2502-8650

Vol. 10 No. 2 Juli 2016 | 139-153 Vol. 10 No. 2 Juli 2016 | 139-153

2) Investasi harta zakat pada proyek-proyek diserahkan kepada para mustaḥiq untuk

industri, pertanian, atau perniagaan mewujudkan kemanfaatan bagi mereka,

akan mengakibatkan terlambatnya karena harta zakat ini tidak lebih terhormat

penyampaian zakat kepada para mustaḥiq, dari harta anak-anak yatim. 25 karena harus diputar terlebih dahulu

5) Ulil Amri memiliki wewenang dalam agar mendapatkan keuntungan, dan ini merealisasikan maqāṣid sharī’ah, di

bertentangan dengan pendapat jumhur antaranya dengan usaha yang dilakukan

ulama yang mewajibkan penyegeraan dalam memenuhi kebutuhan orang-orang

pembayaran zakat.

lemah di masyarakat, dia juga punya

3) Investasi harta zakat akan mengakibatkan wewenang untuk mengembangkan sumber

terjadinya kerugian dan habisnya harta daya ekonomi untuk memenuhi kebutuhan

zakat, karena dalam investasi dan orang-orang lemah, dan mewujudkan

perniagaan bisa terjadi untung dan rugi, keadilan sosial. Untuk merealisasikan hal

maka bisa jadi harta yang diinvestasikan tersebut, perlu menambah kuantitas harta

rugi, sehingga para mustaḥiq dirugikan zakat dengan jalan menginvestasikannya.

dengan hilangnya harta zakat tersebut 29 . Ini merupakan tuntutan kemaslahatan

c. Pendapat yang rājih

umum, karena tindakan penguasa itu Setelah mengkaji dalil kedua pendapat,

berdasarkan tuntutan kemaslahatan dapat kita simpulkan bahwa pendapat yang

sebagaimana yang ditetapkan oleh para

26 fuqaha, kuat adalah pendapat yang membolehkan maka hendaknya kita tidak

investasi harta zakat oleh pemerintah atau menutup pintu ijtihad seorang penguasa

lembaga zakat yang disahkan oleh pemerintah dalam masalah ini.

jika ada kebutuhan yang menuntut dilakukan

b. Dalil yang tidak membolehkan investasi investasi, dengan terpenuhinya syarat-syarat

1) Firman Allah dalam surat al-Taubah: dan batasan-batasan tertentu yang akan kita

اَهْيَلَع َنيِلِماَعْلاَو ِنيِكاَسَمْلاَو ِءاَرَقُفْلِل ُتاَقَدَّهصلا اَمَّهن bahas pada pembahasan berikutnya. ِليِبَس يِفَو َنيِمِراَغْلاَو ِباَقِّرلا يِفَو ْمُهُبوُلُق ِةَفَّهلَؤُمْلاَو 4. Batasan-batasan dalam menginvestasikan

harta zakat

Ada beberapa batasan yang harus dipenuhi “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk dalam menginvestasikan zakat, yaitu:

orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-

a. Tidak bertentangan dengan hukum-hukum pengurus zakat, Para mu’allaf yang dibujuk

shāri’at

hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-

b. Merealisasikan kepentingan para orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk

mustaḥiq

c. Merealisasikan kepentingan umum mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai

suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Tiga batasan itu merupakan keharusan Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

dalam menginvestasikan harta zakat yang Ayat ini membatasi delapan

aṣnaf yang akan kita jabarkan masing-masing seperti di berhak menerima zakat, dan tidak ada bawah ini. penerima yang kesembilan, sehingga

a. Tidak bertentangan dengan hukum-hukum

investasi zakat menyalahi ayat ini. 28 shāri’at Batasan ini meliputi dua hal:

25 Majalah Majma’ al-Fiqhi (Zarqa’), Edisi 3, (3:404).

1) Investasi harta zakat harus sesuai dengan

26 Suyūṭī, al-Ashbah wa al-Naẓāir, (Beirut: Dār al-Kutūb al- ‘Ilmiyah, 1403), I:121.

sistem investasi yang ada dalam fiqih Islam

secara umum.

27 QS Al-Taubah: 60

28 Hasan al-Amīn al-Sheikh Abu Zaid, Majalah Majma’ al- Fiqh al-Islāmi, edisi 3, I:366,418. 29 Al-Sheikh Adam Sheikh Abdullah, “Tauẓīfu Amwāl al-

Zakah”, Majalah Majma’ al-Fiqh al-Islāmi, edisi 3, I:354.

Jamaluddin Achmad Kholik, Hukum Menginvestasikan Zakat dan Urgensinya 147

Di antaranya seorang muslim harus zakat, tidak boleh diabaikan ketika berpegang teguh dengan nilai aqidah,

menginvestasikan harta zakat. Dengan sehingga dalam aktivitas investasinya

memperhatikan hal ini, di mana tidak tidak boleh bertentangan dengan ada lagi kebutuhan pokok mendesak yang kaidah halal haram dalam agama.

menuntut dibagikannya harta zakat secara Dengan demikian, seseorang yang langsung saat itu. Jika ada kebutuhan menginvestasikan harta zakat hendaknya

tersebut, maka harus dipenuhi terlebih berpegang teguh dengan ajaran-ajaran

dahulu sebelum harta zakat diinvestasikan. Islam, misalnya: tidak berinteraksi dengan

Sebagaimana yang ditetapkan dalam majlis riba, menginvestasikan harta zakat pada

fikih Islam yang berafiliasi kepada OKI bidang-bidang yang diperbolehkan, baik

pada muktamar ketiga di Yordania. 32 dalam perdagangan, industri, ataupun

Untuk merealisasikan ketentuan ini, maka

pertanian dan semacamnya. Tidak bisa menginvestasikan sebagian kecil harta boleh diinvestasikan dalam bidang yang

zakat pada mulanya, dan membagikan diharamkan, seperti penjualan khamr,

sebagian besarnya kepada para mustaḥiq patung, alat-alat yang melalaikan, atau

untuk memenuhi kebutuhannya. Secara disewakan untuk tujuan-tujuan yang

berangsur harta zakat akan bertambah dan diharamkan. 30 bisa diinvestasikan pada proyek-proyek

2) Tidak bertentangan dengan hukum-hukum yang produktif, sehingga kebutuhan para khusus yang berkaitan dengan zakat.

mustaḥiq yang akan datang bisa dipenuhi. Dalam menginvestasikan zakat, 2) Merealisasikan kepentingan hakiki bagi

disyaratkan memperhatikan syarat-syarat

para mustaḥiq

wajibnya zakat, dan hukum-hukum yang Investasi harta zakat harus prospektif dapat berkaitan dengan harta zakat, di samping

mewujudkan kemaslahatan yang nyata bagi memperhatikan maṣārif zakat pada saat

para mustaḥiq, agar bisa menjadi sumber melakukan investasi.

yang berkelanjutan untuk kehidupan yang Perlu dilakukan tindakan-tindakan yang

layak bagi mereka. 33 Proses ini perlu kerja menjamin tetapnya harta tersebut sebagai

keras dalam melakukan studi kelayakan harta zakat, di mana hasilnya tidak

proyek yang akan diperuntukkan investasi dibagikan kecuali kepada para mustaḥiq,

harta zakat. Kemungkinan untungnya jikalau perlu menjual aset pokoknya di

diperkirakan lebih besar dari kerugiannya, masa yang akan datang, hasil penjualannya

meskipun dengan asumsi. Maka tidak boleh harus dikembalikan kepada para mustaḥiq

menginvestasikan harta zakat pada proyek zakat. 31

yang asumsi untungnya sama dengan ruginya, apalagi yang asumsi ruginya lebih

b. Merealisasikan kepentingan para mustaḥiq

besar. 34

Ketentuan ini meliputi tiga hal:

1) Memperhatikan kebutuhan riil para Dewan Fatwa dan Pengawas Shāri’ah

mustaḥiq zakat Bait al-Tamwil al-Kuwaiti akan bolehnya menginvestasikan zakat yang terkumpul

Disyaratkan dalam menginvestasikan harta pada lembaga zakat internasional, dengan

zakat untuk memperhatikan kebutuhan riil para mustaḥiq. Kemaslahatan ini

32 Majlis Fikih Islam OKI pada Muktamar ke-3, di Amman

merupakan tujuan diinvestasikan harta Yordania, pada tanggal 8-13 shafar 1407 H/11-16 Oktober 1986

M, dengan keputusan nomer 3 (d). Abdul Fattah Muhammad Shabir, Muhammad ‘Utsman. Ithtismāru Amwāl al-Zakat Ru’yah fiqhiyyah mu’āshirah, dalam buku “Abhāth Fiqhiyyah Farah, hlm. 5.

33 Mu’āshirah fi Qaḍāya al-Zakat al -Mu’āshirah”, 2/533. Shabir, Muhammad ‘Utsman. Ithtismāru Amwāl al-Zakat 31 Shabir, Muhammad ‘Utsman. Ithtismāru Amwāl al-Zakat

Ru’yah fiqhiyyah mu’āshirah, dalam buku “Abhāth Fiqhiyyah Ru’yah fiqhiyyah mu’āshirah, dalam buku “Abhāth Fiqhiyyah

Mu’āshirah fi Qaḍāya al-Zakat al -Mu’āshirah”, hlm. 533. 34 Mu’āshirah fi Qaḍāya al-Zakat al -Mu’āshirah”, 2/534. Muhammad Farfur, Majallah fiqih Islam, edisi 3 1/358.

P-ISSN: 1978-6948

e-ISSN: 2502-8650

Vol. 10 No. 2 Juli 2016 | 139-153 Vol. 10 No. 2 Juli 2016 | 139-153

yang meliputi para ulama shar’i dan para biasanya terjamin keuntungannya. Jika

pakar ekonomi, untuk mengawasi proses terjadi kerugian setelah itu tidak ada yang

investasi dan terpenuhinya ketentuan- dituntut untuk menanggungnya, kalau

ketentuan yang harus dilaksanakan. sudah diusahakan secara maksimal untuk

c. Merealisasikan kemaslahatan umum menghindari kerugian, namun kalau ada

Investasi harta zakat harus bisa pihak yang menjamin bisa lebih hati-hati.

merealisasikan kemaslahatan umum yang

3) Dilakukan usaha-usaha untuk menjamin

faidahnya antara lain;

terjaganya harta dan keuntungannya bagi

1) Berkontribusi dalam membangun para mustaḥiq. masyarakat melalui perindustrian, sebagai Hendaknya dilakukan usaha-usaha yang

pengganti impor dari luar negeri yang menjamin bahwa harta yang diinvestasikan

bisa membebani negara dengan uang yang tetap menjadi harta zakat, di mana tidak

tidak sedikit.

dipergunakan hasil keuntungannya kecuali

2) Membuka lapangan kerja bagi orang- kepada para mustaḥiq. Jika perlu menjual orang yang membutuhkan, karena proyek- aset tetapnya di masa yang akan datang,

proyek investasi ini memerlukan tenaga hasil penjualannya harus dikembalikan

35 kepada para kerja, bisa jadi tenaga kerja ini adalah para

mustaḥiq. mustaḥiq sendiri. Mereka bekerja dengan Tidak kalah pentingnya juga, investasi imbalan upah atau gaji, selain hak yang

ini pengelolaan dan manajemennya mereka dapatkan dari zakat. Bisa juga

harus diserahkan kepada orang yang yang bekerja selain para mustaḥiq sendiri, berkompeten, berpengalaman dan dapat

sehingga proyek-proyek investasi ini dipercaya. Hal ini untuk menjamin agar

memberikan peluang kerja bagi mereka terhindar dari penghianatan para pengelola

semua.

investasi harta zakat, karena pengelolaan

3) Yang melebihi kebutuhan para mustaḥiq harta secara langsung rawan terjadi

zakat, seperti barang-barang komoditi dan penghianatan kalau dilakukan oleh orang-

jasa-jasa produktif pada proyek investasi orang yang lemah imannya. Kemampuan

ini dijual kepada orang lain (selain mengelola dan pengalaman diharapkan mustaḥiq) dengan harga pasar, sehingga

dapat merealisasikan keuntungan, sedang perolehan harta zakat bisa bertambah dan

amanah untuk menjaga keamanan harta berkembang, dan ini lebih baik bagi para

dari penyimpangan. Dua hal ini ibaratnya

fakir miskin.

dua sayap burung, yang tidak bisa

4) Kalau melebihi kebutuhan masyarakat diabaikan keduanya, sebagaimana Allah

bisa diekspor ke luar negeri, sehingga Swt. berfirman:

membantu menciptakan keseimbangan

َتْرَجْأَتْسا ِنَم َرْيَخ َّهنِإ ۖ ُهْرِجْأَتْسا ِتَبَأ اَي اَمُهاَدْحِإ ْتَلاَق

dalam perdagangan, dengan demikian

36 ُنيِمَ ْلأا ُّيِوَقْلا permintaan terhadap mata uang

meningkat, sehingga nilai mata uang Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Ya

negara bisa meningkat.

bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada

E. Urgensi Zakat sebagai Instrumen

kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”.

Distribusi Kesejahteraan

Zakat adalah ‘

ibādah māliyah ijtimā’iyyah,

35

Shabir, Muhammad ‘Utsman. Ithtismāru Amwāl al-Zakat

ibadah dengan harta yang memiliki posisi

Ru’yah fiqhiyyah mu’āshirah, dalam buku “Abhāth Fiqhiyyah

sangat penting dalam mensejahterakan

Mu’āshirah fi Qaḍāya al-Zakat al -Mu’āshirah”, hlm. 534. 36 QS Al-Qaṣaṣ: 26

masyarakat jika dikelola dengan baik. Bahkan

Jamaluddin Achmad Kholik, Hukum Menginvestasikan Zakat dan Urgensinya 149

150 Vol. 10 No. 2 Juli 2016 | 139-153

P-ISSN: 1978-6948 e-ISSN: 2502-8650

tujuan zakat tidak hanya terbatas pada pemberantasan kemiskinan dengan bantuan zakat secara rutin, namun di antara tujuannya adalah pendistribusian kemakmuran, memperbanyak para pemilik kekayaan dan merubah orang-orang fakir menjadi kaya dan memiliki harta yang mencukupi kebutuhan sepanjang hidupnya.

Ini merupakan salah satu tujuan ekonomi Islam secara umum seperti yang disebutkan dalam surat al Hasyr ayat 7:

“Supaya harta itu jangan beredar di antara orang- orang kaya saja di antara kamu.”

Zakat yang dikelola dengan baik mempunyai manfaat yang sangat besar dalam pengembangan ekonomi, karena zakat bisa mendorong kaum muslimin untuk memiliki etos kerja dan usaha yang tinggi, agar memiliki harta kekayaan yang di samping dapat memenuhi kebutuhan hidup sendiri dan keluarganya bisa juga membantu orang yang berhak menerimanya.

Dengan zakat, berarti orang yang memiliki daya beli akan bertambah, dengan demikian permintaan terhadap barang akan bertambah. Kalau permintaan terhadap barang bertambah, produksi akan bertambah. Selanjutnya, dengan bertambahnya produksi barang- barang, berarti pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat meningkat juga.

Ada beberapa peran penting zakat dalam distribusi kesejahteraan masyarakat muslim, di antara peran-peran tersebut adalah;

1. Peran zakat dalam memerangi kemiskinan Permasalahan krusial yang dihadapi oleh banyak negara sekarang adalah permasalahan kemiskinan, bukan saja pada negara-negara tertinggal secara ekonomi, namun dihadapi juga oleh negara-negara maju. Prosentase angka kemiskinan dari jumlah penduduk dunia yang mencapai sekitar 6 miliar, yang hidup pada lebih dari 200 negara, mencapai sekitar tiga miliar, atau 50% dari seluruh penduduk dunia.

Sedangkan dalam lingkup negara-negara Islam, ada 20 negara Islam termasuk negara dengan income rendah, 12 negara dengan income sedang, dan 18 negara termasuk negara yang penduduknya kurang dari satu juta, atau tidak memiliki data statistik yang lengkap. Dengan demikian, negara-negara Islam yang termasuk dalam kategori negara miskin adalah 50 negara dari 60 jumlah negara Islam, atau 86%. dan hanya 10 negara atau 14% yang termasuk kategori negara kaya. Negara-negara kaya ini seperti negara-negara teluk, yang jumlah penduduknya kalau digabung semuanya tidak lebih dari 50 juta jiwa, sementara jumlah penduduk dunia Islam semua sekitar 1.258 juta jiwa, artinya persentase angka kemiskinan di dunia Islam sangat tinggi. 37

Tidak dapat dipungkiri bahwa zakat merupakan solusi terpenting dalam menyelesaikan problem ini, di mana ketika zakat diterapkan secara total pada masa- masa silam, umat Islam berhasil mengatasi permasalahan kemiskinan, dan merealisasikan keadilan sosial dan kesetiakawanan sosial secara gemilang, berhasil mencabut kedengkian orang-orang fakir terhadap orang- orang kaya, dan meminimalisir kriminalitas moral, yaitu dengan menghapuskan sebab- sebabnya, Yang utama adalah kemiskinan, mengembalikan orang-orang mukmin untuk derma, dan menyediakan lapangan kerja bagi yang mampu. Kondisi ini seperti yang terjadi pada masa Umar bin Abdul Aziz, di mana ia menawarkan harta sedekah, namun tidak menemukan orang yang menerima shadaqah

tersebut 38 .

2. Peran zakat dalam redistribusi kesejahteraan secara adil Dari sisi para mustaḥiq, zakat berperan

dalam redistribusi kesejahteraan bagi orang- orang fakir miskin, dengan membantu mereka

37 Umar, Muhammad Abdul Halim. “Al-Tanẓīm al-Fannī li al-Zakah”, dalam buku Daur al-Zakāh wa al-Waqf fi al-Takhfīf min

Hiddati al-Faqr”, hlm. 13-14.

38 Ibu Hajar al-‘Asqalāni, Fathu al-Bāri, tahqiq: Muhammad Fuad Abdul Bāqi dan Muhibbudin al-Khātib (Beirut: Dār al-

Ma’rifah, 1379), hlm. 13:87.

berpartisipasi dalam kegiatan produksi, dan ekonomi, yang bisa membantu merealisasikan menambah biaya konsumsi mereka. Dengan rencana pembangunan negara, membantu demikian akan menambah permintaan memberantas pengangguran, sekaligus terhadap barang-barang komoditi dan menambah harta zakat dari hasil investasi. menyegarkan perekonomian, sebagaimana

Zakat mempunyai peran penting dalam zakat mendorong para mustaḥiq untuk mengatasi problem pengangguran secara melakukan aktivitas investasi. 39 langsung dengan menyediakan lapangan

Peran zakat ini seperti yang ditetapkan pekerjaan bagi para fakir miskin yang memiliki oleh para fuqaha’ bahwa orang yang mampu keahlian, dan secara tidak langsung melalui bekerja dengan keahliannya, diberi dari dorongan melakukan investasi dan menambah harta zakat yang memungkinkannya untuk proyek-proyek investasi yang dapat menyerap melanjutkan pekerjaannya. Dalam hal ini Imam banyak tenaga pengangguran, dan juga Nawawi mengungkapkan: “seorang penjahit, melalui redistribusi income dan kekayaan yang tukang kayu, tukang cukur, penjual minuman bisa menambah permintaan terhadap barang dari tebu atau lainnya, mereka diberi dari harta komoditi dan menyegarkan perekonomian, zakat untuk membeli alat-alat yang mereka serta membukan lapangan kerja baru. 42 pergunakan. Jika seorang pekerja kasar, maka bisa diberi dari harta zakat untuk mendapatkan

F. Kesimpulan

pekerjaan yang menghasilkan keuntungan

1. Setelah memperhatikan dalil dan secara kontinyu. Ulama madzhab Shafi’i

menganalisanya, dapat kita simpulkan mengatakan: “jika tidak mempunyai keahlian

bahwa pendapat jumhur ulama lebih sama sekali, dan tidak bisa berbisnis atau tidak

kuat, yaitu pendapat yang mengatakan bisa bekerja sama sekali, maka ia diberi harta

bahwa zakat wajib ditunaikan dengan yang mencukupi kebutuhan hidupnya seumur

segera. Ada catatan bahwa madzhab yang hidup, tidak hanya kebutuhannya setahun”. 40 mewajibkan pembayaran zakat dengan

Dengan demikian, zakat dapat melindungi segera menyatakan boleh mengakhirkan masyarakat dari bahayanya efek penerapan

pembayarannya kepada para mustaḥiq, jika kapitalisme, monopoli, riba, dan dikuasainya

ada alasan yang menghalangi pembagian harta oleh segelintir orang yang bisa

zakat tersebut.

mengendalikan kehidupan perekonomian,

2. Tidak ada perbedaan pendapat antar yang selanjutnya bisa menguasai pranata sosial

ulama tentang bolehnya menginvestasikan dan perpolitikan. 41 zakat dari para mustaḥiq setelah diterima.

3. Peran zakat dalam memerangi Hal ini karena harta zakat setelah

pengangguran diberikan kepada para mustaḥiq, menjadi Lembaga zakat tidak hanya memberikan

milik mereka dengan kepemilikan yang bantuan langsung untuk memenuhi kebutuhan

sempurna.

hidup, namun menyisihkan sebagian harta

3. Hukum menginvestasikan harta zakat zakat untuk dikembangkan pada proyek-

yang dilakukan oleh muzakkī bertolak dari proyek investasi yang bersifat sosial maupun

hukum mengakhirkan zakat dari waktunya, di mana para ulama berbeda pendapat

39 Abdul Hamid Ghazalī, Haula al-Manha al-Islāmī fî al-

dalam masalah ini, dan setalah kita kaji,

Tanmiyah al-Iqtiṣādiyyah, (Manṣūrah: Dâr al-Wafa’, 1409 H/1989

pendapat yang kuat adalah pendapat

M.), hlm. 72, 73. 40 Nawāwī, al-Majmû’ Sharh al-Muhaẓab li Shairāzī,

yang mengatakan bahwa zakat wajib

tahqiq: Muhammad Najib al-Muṭi’i (Jeddah: Maktabah al- Irsyād), hlm. 6:181. 42 Majīdah Ahmad Shalabī, Daur al-zakāh fî al-Taufīr haddi

41 Mushtashar Uthman Husain Abdullah, al-Zakāh al- al-Kifāyah wa Tahqīqi al-Tanmiyah, dalam buku kumpulan paper Ḍamān al-Ijtimā’i al-Islāmi, (Mansūrah: Dār al-Wafâ’ li al-Ṭibā’ah

seminar al-Taṭbīq al-Mu’āshir li al-Zakāh, (Kairo: Markaz wa al-Nashr wa al-Tauzī’, 1409 H./1989 M.), hlm. 147.

Shâlih Kâmil li al-iqtishâd al-Islâmi, 1998), 4:65.

Jamaluddin Achmad Kholik, Hukum Menginvestasikan Zakat dan Urgensinya 151 Jamaluddin Achmad Kholik, Hukum Menginvestasikan Zakat dan Urgensinya 151

al-‘Arabi, cet. II, 1982).

4. Ada dua pendapat ulama dalam Kahf, Monzer (ed.). Mawārid al-Daulah al-Maliyah menginvestasikan harta zakat yang Fi al-Mujtama’ al-Hadith min Wijhāt al-Naẓār

dilakukan oleh pemerintah atau lembaga al-Islāmiyah (Jeddah: Islamic Development zakat yang disahkan oleh pemerintah.

Bank, 2000).

Pendapat yang kuat adalah pendapat yang membolehkan investasi harta zakat Masdūr, Faris. Ithrātijiatu Istithmār Amwāli oleh pemerintah atau lembaga zakat

al-Zakāt, Jamī’ah al-Balīdah bi al-Jazāir yang disahkan oleh pemerintah jika ada

‘ala Mauqi’ Wazāra al-Shu’ūn al-Dīniyyah kebutuhan yang menuntut dilakukan

wa al-Auqāf bi al-Jazāir ‘alâ al-Internet, investasi, dengan terpenuhinya syarat-

Majallah Risālatu al-Masjid (www.marwkf- syarat dan batasan-batasan tertentu.

dz.org/Majaletmasjeed) Majlis Fikih Islam OKI pada Muktamar ke-3, di

Amman Yordania, pada tanggal 8-13 shafar 1407 H/11-16 Oktober 1986 M, dengan

REFERENSI

keputusan nomer 3 (d). Abdul Fattah Muhammad Farah.

al-Maqdīsi, Mūsa bin Ahmad bin Salim. Zad al- Mustanqā, (Makah: tahqiq Ali Muhammad

Abdullah, Al-Sheikh Adam Sheikh. “Tauẓīfu Amwāl al-Zakah”, Majalah Majma’ al-Fiqh al- Abdul Aziz al Hindi, tanpa tahun).

Islāmi, edisi 3. Mashhūr, Ni’māt Abdul Latif. al-Zakāt al-Usūs al- Shar’iyyah wa al-Daur al-Inma’i wa al-Tauzi’i,

Abdullah, Mushtashar Uthman Husain. al-Zakāh IIT, (Beirut: Muassasah al-Jamī’iyyah li al- al-Ḍamān al-Ijtimā’i al-Islāmi, (Mansūrah:

Dirāsat wa al-Nashr wa al-Tauzi’, cet I 1413 Dār al-Wafâ’ li al-Ṭibā’ah wa al-Nashr wa

H/ 1993 M.)

al-Tauzī’, 1409 H./1989 M.) Nawāwī, al-Majmû’ Sharh al-Muhaẓab li Shairāzī,

al-‘Asqalāni, Ibu Hajar. Fathu al-Bāri, tahqiq: tahqiq: Muhammad Najib al-Muṭi’i (Jeddah: Muhammad Fuad Abdul Bāqi dan

Maktabah al-Irsyād)

Muhibbudin al-Khātib (Beirut: Dār al- Ma’rifah, 1379).

Shalabī, Majīdah Ahmad. Daur al-zakāh fî al-Dardir,

al-Taufīr haddi al-Kifāyah wa Tahqīqi al- al-Sharh al-Kabīr, (Beirut: Dār al-Fikr, Tanmiyah, dalam buku kumpulan paper tahqiq Muhammad Ulaisy, tanpa tahun). seminar al-Taṭbīq al-Mu’āshir li al-Zakāh,