A. Pendahuluan - DISKURSUS NASIONALISME DAN DEMOKRASI PERSPEKTIF ISLAM

DISKURSUS NASIONALISME DAN DEMOKRASI PERSPEKTIF ISLAM

Zetty Azizatun Ni’mah *

Abstract

Nationalism and democracy as a political thought brought by the West raises various intellectual responses in the world of Islam, created the idea of pros and cons that have no end to be discussed. The pro assume that the idea of nationalism and democracy even if brought by the West turns its values can be adjusted to Islam, otherwise the opponent assumes ism brought by the West is aiming to dominate the Islamic world, various of arguments they put forward to respond to the two political thought. There is some debate over the relationship between Islam and democracy, appeared three different camps among Muslims. The first stronghold represented by those who explicitly reject the concept of democracy in any form. The second camp is represented by those who accept democracy based approach Normative that Islam contains elements of a democratic ideal. The most popular argument is the doctrine of shura baseline drawn from several passages in the Qur’an. The third are those who stand midway between receive and reject some aspects of democracy.

Keywords; Nationalism, Democracy, Islamic Perspective

Abstrak

Nasionalisme dan demokrasi sebagai pemikiran politik yang dibawa oleh Barat menimbulkan respon intelektual yang bervariasi di dunia Islam, menciptakan ide pro dan kontra yang tidak ada habisnya untuk dibahas. Pihak yang pro berasumsi bahwa meskipun ide nasionalisme dan demokrasi dibawa oleh Barat, nilai-nilainya dapat diadaptasikan dengan Islam. Di sisi yang lain, pihak lawan berasumsi bahwa paham yang dibawa oleh Barat bertujuan untuk menguasai dunia Islam. Berbagai argumen mereka kemukakan untuk merespon kedua pemikiran politik tersebut. Ada beberapa debat tentang hubungan antara Islam dan demokrasi, yang memunculkan tiga kelompok muslim yang berbeda. Kubu yang pertama dinyatakan oleh mereka yang menolak secara tegas konsep demokrasi dalam berbagai bentuk. Kelompok yang kedua dinyatakan oleh mereka yang menerima demokrasi berdasarkan pendekatan normatif bahwa Islam mengandung elemen-elemen ide demokrasi. Argumen yang paling populer adalah doktrin shura yang sejalan dengan beberapa ayat dalam al-Qur’an. Kelompok yang ketiga adalah mereka yang berdiri di tengah antara menerima dan menolak beberapa aspek demokrasi.

Kata Kunci; nasionalisme, demokrasi, perspektif Islam.

Pada seperempat abad pertama abad ke- Berabad-abad lamanya, model kesatuan

A. Pendahuluan

19, Nasionalisme dalam arti kata modern politik yang bercorak imperium atau negara- mulai menjadi isu yang secara kuat merasuki

dunia menjadi dasar untuk mengatur dunia Islam, dan kemudian berkembang kehidupan politik umat Islam. Sejak Nabi dengan isme-isme lainnya, seperti demokrasi Muhammad melembagakan Negara Madinah dan Sosialisme. Nasionalisme menyebar pada abad ke-7, sampai berakhirnya khilafah begitu pesat dari tahun 1870-an sampai 1914. Turki Utsmani pada tahun 1924, pemerintahan Ini merupakan suatu akibat gabungan dari Islam melingkupi berbagai bangsa dan perubahan-perubahan politik maupun sosial, golongan etnik.

ditambah lagi situasi internasioanal yang memberikan banyak alasan untuk mengungkap berbagai permusuhan terhadap imperialis

asing. Imperialisme sendiri muncul dengan

Guru MAN Kediri II Kota Kediri

Zetty Azizatun Ni’mah, Diskursus Nasionalisme dan Demokrasi Perspektif Islam Zetty Azizatun Ni’mah, Diskursus Nasionalisme dan Demokrasi Perspektif Islam

negara-negara Eropa. 1 gagasan Pan Islamisme.

Sasaran penjajahan tentu akan diarahkan Keterlibatan Islam dalam proses pada negeri-negeri yang masih terbelakang; pembangunan politik modern terutama Asia, Afrika dan Amerika Latin. Dari sini dipengaruhi oleh gagasan-gagasan akhirnya banyak negara terjajah menyadari modernisme Islam yang untuk pertama kalinya bahwa mereka dikuasai orang lain, dan diperkenalkan oleh Jamaludin al-Afghani dengan terpengaruhnya segelintir orang (1838-1897 M) dan Muhammad Abduh (1849- terdidik (oleh pedidikan Barat) yang kemudian 1905 M). Kaum modernis adalah mereka yang mempengaruhi masa, Nasionalisme menjadi melakukan artikulasi dan upaya penyadaran bagian dari semangat perjuangan mereka. untuk mereformulasikan nilai-nilai dan prinsip- Karenanya kemudian muncul perpolitikan prinsip Islam dalam pemikiran modern atau masa yang memberikan dukungan bagi untuk menyatukan pemikiran dan institusi-

Nasionalisme. 2 institusi modern dengan tradisi Islam. 4 Sejak awal, pemahaman umat Islam hanya

John L. Esposito telah mendiskripsikan pada al-ummah al-Islamiyyah, di mana tiap- berbagai sumbangan ide-ide modern terhadap tiap muslim adalah saudara tanpa terbatas pemikiran politik Islam modern dan terhadap

pada wilayah geografis, asal-usul dan bangsa. pembangunan politik di negara-negara Muslim. Pemahaman ini secara historis didasarkan Menurutnya, dukungan para reformer mengenai

pada upaya Nabi SAW. menyatukan umat Islam proses asimilasi membantu perkembangan menjadi satu umat ( Ummah Wāhidah) seperti transformasi pengertian tentang kepercayaan-

tercermin dalam Piagam Madinah. 3 Walaupun kepercayan dan institusi-institusi tradisional konsep ummah tetap dipertahankan dan untuk mengakomodasi dan melegitimasi kenyataannya masih mendapat pengikut yang perubahan politik dan sosial modern. Hal ini cukup besar sampai hari ini, keberadaannya berakibat generasi-generasi muslim masa sungguh jauh berbeda dengan masa Nabi SAW. depan, baik yang berorientasi tradisionalis

Masuknya ide Nasionalisme ke dalam maupun modernis akan memandang konsep- komunitas muslim sejalan dengan masuknya konsep tradisional mengenai konsensus imperialisme, muncul pro dan kontra masyarakat dan musyawarah menjadi bentuk- antara pendapat yang berpegang teguh bentuk pemerintahan perwakilan parlementer, pada Ummah atau beralih pada prinsip karenanya menerima bentuk Nasionalisme Nasionalisme yang berkembang dan terbukti dan Sosialisme Islam. Penggunaan ijtihād mendapat respon positif dari Barat. Bagi mempunyai andil besar untuk menciptakan

respon-respon yang segar atas kondisi-kondisi

1 Barbara Ward, Manusia Dalam Kemelut Ideologi, (Bandung:

modern yang ada. 5

Iqra, 1982), hlm. 32 2 Moh. Asror Yusuf, Persinggungan Islam dan Barat; Studi

4 Masykuri Abdillah, Demokrasi di Persimpangan Makna; Pandangan Badiuzzaman Said Nursi, (Kediri: STAIN Kediri Press,

Respon Intelektual Muslim Indonesia Terhadap Konsep Demokrasi 2009), hlm. 125.

(1966-1993), (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1999), hlm. 2. Moh. Asror Yusuf, Persinggungan Islam dan Barat; Studi 5 John L.Esposito, John O.Voll, Demokrasi di Negara-Negara Pandangan Badiuzzaman Said Nursi, hlm. 127

Muslim; Problem dan Prospek, (Bandung: Mizan, 1996), hlm. 3.

P-ISSN: 1978-6948

26 e-ISSN: 2502-8650

Vol. 10 No. 1 Januari 2016 | 25-40

Nasionalisme dan demokrasi sebagai sejarah. 10 Dari sekian banyak definisi, walaupun pemikiran yang baru dikenal di dunia Islam terdapat perbedaan dalam perumusannya, menjadi bahan yang tak ada habisnya untuk namun terdapat unsur-unsur yang disepakati. diperdebatkan, antara kubu yang menerima Yang terpenting di antaranya adalah kemauan dan menolak. Tulisan ini bertujuan untuk untuk bersatu dalam bidang politik dalam mengungkap pemikiran-pemikiran yang suatu negara kebangsaan. Jadi Nasionalisme pro dan kontra terhadap Nasionalisme dan itu dianggap sudah muncul manakala suatu demokrasi di dunia Islam.

bangsa memiliki cita-cita yang sama untuk mendirikan suatu negara kebangsaan.

B. Nasionalisme dan Demokrasi

Bermula dari wilayah Eropa Barat–lah untuk

1. Nasionalisme

pertama kalinya bibit-bibit Nasionalisme mulai muncul. Nasionalisme hadir seiring dengan

Belum ada pengertian Nasionalisme yang tahap-tahap perkembangan masyarakat Eropa.

disepakati, tetapi kalau dilacak, istilah ini Kisah ini dimulai pada akhir abad pertengahan

berasal dari kata nation atau naissance dalam (sekitar abad 18), ketika feodalisme runtuh 11 ,

kamus Prancis kuno, yang berarti tanah yang kemudian diikuti dengan jangkauan lebih

kelahiran, atau sepadan dengan kata Patria luas yang sedikit demi sedikit melahirkan rasa

(tierra) yang dalam kamus Spanyol diartikan

nasionalis. 12

tanah kelahiran, tempat atau kota raja di Pada periode ini (1870-1914), Nasionalisme

mana seseorang dilahirkan atau suatu daerah bersaing memperebutkan massa pendukung

propinsi atau distrik dari suatu kerajaan atau dengan dua ideologi lainnya; Sosialisme

negara. 6 Nasionalisme telah didefinisikan para yang daya tarik kuatnya terhadap massa

proletariat 13 dan religiusitas yang daya tariknya tokoh dengan berbagai cara. Hans Kohn

mendefinisikan Nasionalisme sebagai suatu kepada masyarakat fanatik beragama. Namun keadaan pikiran yang di dalamnya kesetiaan

10 I Wayan Badrika, Sejarah Nasional Indonesia dan Umum,

tertinggi dari seorang individu dirasakan bagi hlm. 203 11 negara bangsanya. 7 Joseph Ernest Renan (1823- Feodalisme adalah struktur pendelegasian kekuasaan sosiopolitik yang dijalankan kalangan bangsawan atau 1892 M) mengemukakan bahwa munculnya monarki untuk mengendalikan berbagai wilayah yang satu bangsa adalah karena satu kelompok diklaimnya, melalui kerja sama dengan pemimpin-pemimpin manusia yang mau bersatu, di mana syarat lokal sebagai mitra. Dalam pengertian yang asli, struktur ini

persatuan itu adalah kehendak untuk bersatu. disematkan oleh sejarawan pada sistem politik di Eropa pada 8

Abad Pertengahan, yang menempatkan kalangan atau kesatria

Menurut Otto Bauer (1882-1939 M), paham dan kelas bangsawan lainnya (vassal) sebagai penguasa bangsa muncul karena persamaan perangai kawasan atau hak tertentu (disebut fief atau, dalam bahasa dan tingkah laku dalam memperjuangkan Latin, feodum) yang ditunjuk oleh monarki (biasanya raja

persatuan dan nasib yang sama. atau lord). Lihat, Wikipedia, “Feodalisme”, Wikipedia Bahasa 9 Lois Snyder

Indonesia (on line), http://id.wikipedia.org/wiki/Feodalisme,

berpendapat bahwa Nasionalisme adalah hasil diakses tanggal 29 Oktober 2011. dari perpaduan faktor-faktor politis, ekonomi,

12 Acep zamzam Noor, Zuly Qadir, dkk, NU Muhammadiyah

sosial dan intelektual pada suatu taraf di dalam Bicara Nasionalisme, (Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2011), hlm. 183. 13

Proletariat (dari Latin proles) adalah istilah yang digunakan untuk mengidentifikasikan kelas sosial rendah; 6 Moh. Asror Yusuf, Persinggungan Islam dan Barat; Studi

anggota kelas tersebut disebut proletarian. Awalnya istilah Pandangan Badiuzzaman Said Nursi, hlm. 123-124

ini digunakan untuk mendeskripsikan orang tanpa kekayaan; 7 Hans Kohn, Nasionalisme; Arti dan sejarahnya, (Jakarta: PT

istilah ini biasanya digunakan untuk menghina. Di era Roma Pembangunan, 1976), hlm. 11. Hal ini juga dijelaskan dalam Kuno, penamaan ini memang sudah ada dan bukan hanya bukunya Ziauddin Sardar, Rekayasa Masa Depan Peradaban Islam,

orang tanpa kekayaan saja, melainkan juga kelas terbawah (Bandung: Mizan, 1991), hlm. 79.

masyarakat tersebut. Hal ini terjadi sampai Karl Marx 8 Badri Yatim, Soekarno; Islam dan Nasionalisme, (Jakarta:

mengubahnya menjadi istilah sosiologi yang merujuk pada Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 60

kelas pekerja. Lihat, Wikipedia, “Proletariat”, Wikipedia Bahasa 9 I Wayan Badrika, Sejarah Nasional Indonesia dan Umum,

Indonesia (on line), http://id.wikipedia.org/wiki/Proletariat. (Jakarta: Erlangga, 2004), hlm. 202

diakses tanggal 29 Oktober 2011.

Zetty Azizatun Ni’mah, Diskursus Nasionalisme dan Demokrasi Perspektif Islam Zetty Azizatun Ni’mah, Diskursus Nasionalisme dan Demokrasi Perspektif Islam

agama yang ada di Irlandia dan Polandia. 14 Menurut Badri Yatim, tokoh nasionalis

Sosialisme dan Nasionalisme adalah Indonesia; Soekarno, membedakan konsep dua ideologi yang bisa jadi tidak sejalan. Nasionalisme menjadi dua; Nasionalisme Barat dan Nasionalisme cenderung dibatasi oleh wilayah Nasionalisme Timur. Dalam hal ini Nasionalisme

geografis tertentu, sementara Sosialisme tidak Barat selalu ditempatkan pada posisi yang negatif, demikian. Sosialisme merupakan gerakan dan Nasionalisme Timur pada posisi yang positif.

proletariat yang bisa menjangkau seluruh Beberapa ciri dari Nasionalisme Barat dalam belahan dunia dengan semangat sama, yaitu pandangan Soekarno adalah; melawan kaum borjuis. Sosialisme adalah

a. Nasionalisme Barat mengandung inter-Nasionalisme , atau setidak-tidaknya

demokrasi yang berawal dari revolusi non-nasionalis. Revolusi Rusia mencoba

Prancis. 18 Demokrasi yang dijalankan membangun negara berdasar ideologi belaka.

hanyalah demokrasi politik, bukan dalam Masyarakat baru Rusia bukanlah bersifat

ekonomi. Kemenangan kaum Borjuis pada Rusia saja, melainkan pelopor kaum proletar

revolusi Prancis melahirkan demokrasi yang tertindas di seluruh dunia. Baik Lenin 15 parlementer, yang biasa disebut demokrasi

maupun Trotzky tidak percaya bahwa revolusi liberal. Demokrasi semacam ini kemudian Rusia berhasil jika dalam waktu bersamaan

melahirkan Kapitalisme.

b. Perkembangan Nasionalisme yang dijiwai oleh pemahaman Lenin tersebut diabaikan setelah

tidak menyebar ke seluruh dunia. Tetapi

Kapitalisme telah melahirkan Imperialisme Stalin 16 menyatakan “Sosialisme di satu negara”

yang mencelakakan manusia. Hal ini pada tahun 1928. Peranan ideologi Sosialisme

disebabkan adanya kebutuhan akan bahan internasionalis kemudian diganti dengan

mentah dan rasa kebangsaan yang agresif. Sosialisme Nasionalisme. Dengan demikian,

c. Lahirnya Nasionalisme yang didasarkan

atas kekuatan dan self interest

Keadaan ini juga terjadi di Indonesia, yaitu masa

memunculkan Nasionalisme yang sempit

pemerintahan Soekarno dengan Teori NASAKOM nya, menggabungkan antara nasional, religi dan sosialis. Lihat,

dan ekstrem yang berakibat lebih lanjut

Badri Yatim, Soekarno, Islam dan Nasionalisme, hlm. 31

pada munculnya konflik, permusuhan dan

15 Lenin adalah seorang revolusioner komunis Rusia,

pertikaian antara Nasionalisme. 19

pemimpin partai Bolshevik, Perdana Menteri Uni Soviet pertama, Kepala Negara de facto pertama Uni Soviet dan

Kalau Nasionalisme Barat merupakan pencipta paham Leninisme. Lihat, Wikipedia, “Lenin”, Nasionalisme yang bersifat chauvinistis yang Wikipedia Bahasa Indonesia (on line), http://id.wikipedia.org/ saling serang menyerang, maka menurut wiki/Vladimir_Lenin, diakses tanggal 3 November 2011.

Soekarno Nasionalisme Timur adalah;

16 Stalin adalah pemimpin Uni Soviet dan seorang diktator

yang sangat lalim, dikenal juga dengan sebutan “Manusia Baja”

a. Suatu Nasionalisme yang menerima rasa

sebagai namanya (Stalin atau Steel Man). Ia diperkirakan telah

hidupnya sebagai wahyu dan menjalankan

memerintahkan pembunuhan sekitar 30 juta jiwa penduduk

rasa hidupnya itu sebagai suatu bakti,

Rusia dan negara-negara sekitarnya. Ia juga dikenal sebagai orang yang membenci agama. Awalnya ia masuk seminari

b. Nasionalisme yang memperjuangkan

di Tbilisi, namun ia kemudian menjadi tidak percaya adanya

kehidupan,

Tuhan setelah membaca buku Asal-usul Spesies karya Charles

c. Nasionalisme yang mengandung

Darwin. Ia tampil sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis

perjuangan untuk kemanusiaan. 20

Uni Soviet. Saingan utama Stalin adalah Leon Trotsky. Ketika akhirnya seluruh partai berada di dalam genggaman Stalin,

17 Moh. Asror Yusuf, Persinggungan Islam dan Barat, Studi Trotsky berhasil diusir keluar dari Uni Soviet kemudian Pandangan Badiuzzaman Said Nursi, hlm. 125. dibunuh di Meksiko sekitar tahun 1940. Dan ketika Lenin

18 Revolusi Prancis terjadi tahun 1789 yang merupakan meninggal dunia tanggal 21 Januari 1924, Stalin tampil sebagai

reaksi keras rakyat atas kedaulatan mutlak raja. Lihat, Hans pemimpin Uni Soviet yang baru. Lihat, Wikipedia, “Stalin”, Kohn, Nasionalisme; Arti dan sejarahnya, hlm. 30.

Wikipedia Bahasa Indonesia (on line), http://id.wikipedia.org/ 19 Badri Yatim, Soekarno, Islam dan Nasionalisme, hlm. 72 wiki/Josef_Stalin, diakses tanggal 3 november 2011.

20 Badri Yatim, Soekarno, Islam dan Nasionalisme, hlm. 76

P-ISSN: 1978-6948

28 e-ISSN: 2502-8650

Vol. 10 No. 1 Januari 2016 | 25-40

Nasionalisme Timur memberikan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh kesamaan konsep bagi para tokoh-tokoh

wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh seperti Mahatma Ghandi, Rabindranath Tagore,

rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala Arabindo Ghose, Mustafa Kamil, Jose Rizal, Dr.

yang didasarkan atas prinsip kesamaan Sun Yat Sen dan tokoh-tokoh bangsa Indonesia

politik dan diselenggarakan dalam suasana lainnya. Hal ini disebabkan beberapa faktor, di

terjaminnya kebebasan politik, 22 antaranya adalah tokoh-tokoh tersebut adalah e. John Lock dengan pemikiran filosofisnya

bangsa Timur yang sama-sama sengsara tentang pemberdayaan demokrasi liberal akibat adanya penjajah Barat dan sama-sama

beranggapan bahwa kekuasaan merupakan berjuang mencapai kemerdekaan, karena itu

hasil perjanjian sosial (the contract sosial) dan gerakan nasional di setiap negeri Timur saling

tidak bersifat mutlak. Oleh sebab itu, kekuasaan mempengaruhi.

bukan berasal dari Tuhan tidak datang dengan cara turun temurun, dan kekuasaan tidak atas

2. Demokrasi

dasar teks kitab suci. Pembatasan kekuasaan Demokrasi berasal dari bahasa Yunani

menjadi sangat penting, sebab kekuasaan dari dēmokratía berarti “kekuasaan rakyat”, yang

kesepakatan warga dengan penguasa negara dibentuk dari kata dêmos “rakyat” dan Kratos

yang dipilihnya, 23

“kekuasaan”. 21 Adapun pengertian demokrasi

f. Jean Jacques Rousseau, pemikirannya secara terminologi adalah seperti yang

tentang demokrasi ada pada karya besarnya dinyatakan oleh para ahli sebagai berikut;

Du Contract Social, 24 menurutnya kedaulatan

a. Joseph. A. Schmeter mengatakan ada di tangan rakyat. Pemerintahan adalah

demokrasi merupakan suatu perencanaan suatu badan perantara yang dibentuk

institusional untuk mencapai antara warga negara dan kedaulatan

keputusan politik di mana individu- tertinggi demi terjalinnya komunikasi

individu memperoleh kekuasaan untuk timbal balik. Rousseau menolak adanya

memutuskan cara perjuangan kompetitif lembaga perwakilan rakyat. Kedaulatan

atas suara rakyat, rakyat tidak dapat diwakilkan.

b. Sidney Hook berpendapat demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana

Konsep demokrasi yang dipahami secara keputusan-keputusan pemerintah yang beragam ini, dilakukan oleh berbagai kelompok

penting secara langsung atau tidak kepentingan yang melakukan teoritisasi dari langsung didasarkan pada kesepakatan perspektif dan untuk tujuan tertentu. Keragaman mayoritas yang diberikan secara bebas konsep tersebut, meskipun terkadang juga sarat dari rakyat dewasa,

dengan aspek-aspek subjektif dari siapa yang

c. Philippe C. Schmitter dan Terry Lynn Karl merumuskannya, sebenarnya bukan sesuatu yang

menyatakan demokrasi sebagai suatu

22 Tim Indonesian Center for civic Education (ICCE) UIN

sistem pemerintahan di mana pemerintah Syarif Hidayatullah, Peny. Ubaedillah dkk, Demokrasi, Hak dimintai tanggung jawab atas tindakan- Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, ( Jakarta: ICCE UIN Syarif tindakan mereka di wilayah publik oleh Hidayatullah, 2006), hlm. 131. 23

warga negara, yang bertindak secara tidak Firdaus Syam, Pemikiran Politik Barat; Sejarah, Filsafat,

Ideologi dan pengaruhnya terhadap Dunia ke-3, (Jakarta: Bumi

langsung melalui kompetisi dan kerja sama Aksara, 2007), hlm. 129. dengan para wakil mereka yang terpilih,

24 Karya Du Contract Social dibakar oleh pemerintah

d. Henry B. Mayo menyatakan demokrasi Geneva karena mengkritik pemerintahan, meskipun Geneva

sebagai sistem politik merupakan suatu merupakan Republik yang didukung Rousseau, tapi dalam

praktiknya dikuasai beberapa kelompok keluarga, dan ini

sistem yang menunjukkan bahwa kebijakan menurutnya adalah bentuk pemerintahan terburuk karena

kedaulatan dari tangan rakyat beralih ke tangan keturunan Lihat, Wikipedia, “Demokrasi”, Wikipedia Bahasa aristokrat. Firdaus Syam, Pemikiran Politik Barat; Sejarah, Filsafat, Indonesia , http://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi, diakses

Ideologi dan pengaruhnya terhadap Dunia ke-3, hlm. 58. tanggal 28 Oktober 2011.

Zetty Azizatun Ni’mah, Diskursus Nasionalisme dan Demokrasi Perspektif Islam Zetty Azizatun Ni’mah, Diskursus Nasionalisme dan Demokrasi Perspektif Islam

a. Kompetisi yang bebas dan periodik di mayoritarianisme, yaitu kekuasaan oleh mayoritas

antara sekurang-kurangnya dua calon rakyat lewat wakil-wakilnya yang dipilih melalui

yang dilakukan bagi semua posisi pembuat proses pemilihan demokratis. 25 keputusan yang efektif. Hasil akhirnya

Sedikit berbeda dengan pandangan para adalah suksesi pemerintahan yang damai, ahli di atas, pakar politik Indonesia Affan

b. Keberadaan tingkat partisipasi politik yang Gaffar memaknai demokrasi dalam dua bentuk,

tinggi dalam pemilihan umum. Seluruh yaitu pemaknaan secara normatif (demokrasi

populasi dewasa diizinkan mengikuti normatif) dan empirik (demokrasi empirik).

pemilihan umum, hak untuk memilih itu Demokrasi normatif adalah demokrasi yang

bersifat universal,

secara ideal hendak dilakukan oleh sebuah

c. Terdapat jaminan hak asasi manusia dan negara. Sedangkan demokrasi empirik adalah

kebebasan sipil, semacam kebebasan demokrasi dalam perwujudannya pada dunia

berekspresi, kebebasan media, kebebasan politik praktis. 26 untuk bergabung dan membentuk partai

Pendapat di atas senada dengan apa yang

politik,

diungkapkan Masdar Hilmy, bahwa konsep

d. Para pemimpin dianggap akuntabel secara demokrasi mencakup dua hal; Pertama,

publik selama mereka memegang kantor demokrasi institusional atau prosedural seperti

pemerintahan. Ini membutuhkan sarana yang telah dikemukakan Joseph A Scumpeter

memecat pemimpin dari kantor mereka sebagai “kesepakatan kelembagaan untuk

jika melanggar hukum. 28

mencapai keputusan politik di mana individu Pemikiran ini juga mirip dengan pendapat

meraih kekuasaan untuk menentukan sebuah Din Syamsuddin. Menurutnya demokrasi dalam

perjuangan kompetitif yang mewakili suara pemerintahan ditopang dengan beberapa hal; rakyat”. Definisi demokrasi yang lain telah

a. Persamaan Hak politik ( political equality), dikemukakan oleh David Beetham sebagai

yang mengandung arti persamaan hak “Sebuah modus pembuatan keputusan tentang

dalam memilih,

sejumlah peraturan dan kebijakan yang secara

b. Kebebasan Politik (political freedom), yaitu kolektif bersifat mengikat di mana rakyat

berkaitan dengan tersedianya kesempatan menjalankan kontrolnya”. Kedua, demokrasi

untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik juga melingkupi nilai-nilai substansif seperti

dalam arti yang luas,

kemerdekaan (liberty), kebebasan( freedom),

c. Kontrol rakyat terhadap negara. 29 kesederajatan (equality), keadilan (Justice),

toleransi dan penegakan hukum. 27

C. Respon Dunia Islam terhadap

25 Istilah ini lebih populer dengan sebutan “dari, oleh dan

Nasionalisme dan Demokrasi

untuk rakyat” atau goverment of the people, by the people, for the

1. Respon Islam terhadap Nasionalisme

people, yang diistilahkan oleh negarawan Amerika Abraham Lincolm, lihat Wikipedia, “Abraham Lincolm”, Wikipedia Bahasa

Nasionalisme dan demokrasi sebagai Indonesia (on line), http://en.wikipedia.org/wiki/Abraham_ pemikiran politik yang dibawa oleh Barat

Lincoln, diakses 15 november 2011.

menimbulkan berbagai respon intelektual

Afan Gaffar, Politik Indonesia; Transisi Menuju Demokrasi,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), hlm. 3. Hal ini juga dalam dunia Islam, yaitu munculnya pemikiran

dijelaskan dalam Tim Indonesian Center for civic Education (ICCE) UIN Syarif Hidayatullah, Peny. A Ubaedillah dkk ,

28 Afan Gaffar, Politik Indonesia, Transisi Menuju Demokrasi, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, hlm. 132.

hlm. 7-9.

27 Masdar Himy, Teologi Perlawanan; Islamisme dan Diskursus 29 Din Syamsuddin, Etika Agama dalam Membangun Demokrasi Indonesia Pasca Orde Baru, (Yogyakarta : Kanisius, Masyarakat Madani, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 2002), hlm.

2009), hlm. 28-29.

P-ISSN: 1978-6948

30 e-ISSN: 2502-8650

Vol. 10 No. 1 Januari 2016 | 25-40 Vol. 10 No. 1 Januari 2016 | 25-40

mendominasi dunia Islam. Berbagai macam Arab dan Turki 31 . Dia menyatakan pentingnya argumen yang mereka kemukakan untuk Patriotisme ( hubb al-waṭan) untuk dimiliki setiap merespon dua pemikiran politik tersebut.

orang. Patriotisme adalah dasar yang kuat untuk

Nasionalisme yang muncul dari perjuangan mendorong orang mendirikan suatu masyarakat melawan kekuatan penjajah yang berkuasa dan yang mempunyai peradaban. Dengan ide hubb Nasionalisme yang berasal dari suatu negeri al-waṭan ini, maka pemahaman “seluruh dunia yang tidak pernah mengalami penjajahan Islam adalah tanah air bagi setiap muslim” mengandung perbedaan yang sangat besar. telah bergeser tekanannya. Tanah air sekarang Penjajahan yang menyerang secara langsung ditekankan artinya pada tumpah darah seseorang, harga diri suatu kelompok masyarakat, bukan seluruh dunia Islam. Menurutnya, meninggalkan sebuah trauma yang hanya bisa patriotisme suatu sarana untuk mengawasi gap disembuhkan dengan waktu. Di Eropa nilai-nilai antara wilayah Islam dan Barat. Para pendukung nasionalis ada hubungannya dengan bangkitnya Nasionalisme awal ini beranggapan, bahwa kaum kelas menengah. Para raja memanfaatkan muslim seharusnya meminjam ilmu pengetahuan Nasionalisme untuk mendapatkan dukungan yang di kembangkan Barat, sembari tetap teguh dari kelas menengah melawan golongan pada ajaran Islam yang sejati. 32 bangsawan dan gereja. Sebaliknya, Nasionalisme

Menurut Ziauddin Sardar, Pan-Arabisme di dunia Islam memiliki peran ganda, yaitu agresif yang berkobar-kobar di masa Abdul sebagai katalisator utama dari perpecahan Nasser merupakan ungkapan perasaan kemaharajaan Usmaniyah dan sebagai penyulut anti penjajah. Pada masa pasca penjajahan, semangat massa melawan kekuasaan penjajah. perasaan ini tetap tertanam untuk melawan

Wilayah Islam bersentuhan dengan Imperialisme, suatu hasil “kemajuan ideologis”

ide Nasionalisme Prancis ketika Napoleon di bawah pengaruh Marxisme 33 . Di negeri menduduki Mesir tahun 1798 M. Salah satu ide Parsi, Reza Syah Pahlavi mengiklankan suatu yang dibawa Napoleon adalah ide kebangsaan Nasionalisme Parsi yang mendasarkan diri yang terkandung dalam maklumatnya, bahwa pada kultur Parsi yang dicampur dengan ajaran orang Prancis merupakan suatu bangsa (nation) Syi’ah agar bisa menjadi adonan yang enak. 34 dan kaum Mamluk adalah orang asing yang datang ke Mesir dari Kaukus. Jadi sungguhpun 31 Konsep Eropa tentang patria mulai mempengaruhi kata Mamluk Islam, tetapi berlain bangsa dengan watan dalam Bahasa Arab, atau Vatan dalam bahasa Turki.

Kata itu memberi muatan baru pada pengertian politis konsep

orang Mesir. Ide Nasionalisme ini memang belum tanah air. Lihat Moh. Asror Yusuf, Persinggungan Islam dan serta merta mempengaruhi pemahaman umat Barat; Studi Pandangan Badiuzzaman Said Nursi, hlm.123. Islam Mesir waktu itu. Ide ini baru mengemuka 32 Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam dari

Fundamentalisme, Modernisme hingga Postmodernisme, (Jakarta:

dalam wacana pemikiran di lingkungan Muslim Paramadina, 1996), hlm. 27 saat pertama kali diajukan oleh al-Tahtawi. 30 33 Marxisme mempunyai tujuan jangka panjang yang

Rifa’ah Rafi’ al-Tahtawi yang pernah serupa (komunisme tanpa negara), musuh politik yang sama tinggal di Prancis (1826-1831), menjadi tokoh melawan target-target struktural yang sama (kapitalisme dan yang berpengaruh dalam menyebarkan pemerintahan) yang eksis saat itu. Lihat, Wikipedia, “Marxisme”,

Wikipedia Bahasa Indonesia , http://id.wikipedia.org/wiki/ 30 Moh. Asror Yusuf,

Persinggungan Islam dan Barat; Studi Anarkisme_dan_Marxisme, diakses tanggal 28 Oktober 2011. 34 Pandangan Badiuzzaman Said Nursi, hlm. 126 Ziauddin Sardar, Rekayasa Masa Depan Peradaban Islam,

hlm. 80

Zetty Azizatun Ni’mah, Diskursus Nasionalisme dan Demokrasi Perspektif Islam

Di anak benua India, Nasionalisme Eropa harus diketengahkan. Semangat Kemal muncul sebagai seruan keadilan untuk Attartuk untuk mematikan Islam benar-benar berdirinya suatu tanah air bagi umat Islam, tak ada bandingannya. Sekalipun begitu, yang dikembangkan menjadi negara-bangsa pembaharuan modernis yang dilakukannya Pakistan. Di sinilah Nasionalisme menemukan hanya memberikan sedikit kebaikan buat ungkapan “Islami”. Pada mulanya seruan Liga Turki. 38

Muslim 35 untuk pendirian negara Pakistan Sudah banyak dilakukan usaha untuk bukanlah seruan nasionalis, melainkan seruan menyatukan ajaran nasionalis dengan untuk mendapatkan hak-hak umat Islam dari ajaran Islam. Jamaluddin Al-Afghani, anak benua India agar bisa menentukan nasib Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha berusaha

mereka sendiri. 36 Tapi para pencipta Pakistan menggabungkan Islam dengan teknikisme menyamakan partai Liga Muslim dengan lewat sarana politik Pan-Islamisme. Ziya negara. Karena itulah tidak mengherankan, Gohalp berusaha menghubungkan Pan- bahwa setelah Pakistan terbentuk, Islam Islamisme dengan Nasionalisme Turki dan menguap dan Nasionalisme menancapkan modernisasi. Reza Syah Pahlavi menyatukan

akarnya. 37 Nasionalisme Parsi dengan ajaran Syi’ah.

Nasionalisme Kemal Attaturk adalah Boumedienne memimpin Al-Jazair dengan dari jenis yang sama sekali berbeda. Pokok mengambil bentuk negara sosialis-nasionalis gerakannya adalah kebanggaan sebagai dan Islam. Yang terakhir, Teori Internasional

orang Turki dan kebanggaan meniru Eropa. Ketiga 39 dari Kolonel Muammar Qaddafi 40 Menurutnya, hanya ada satu peradaban berusaha menyatukan agama, Nasionalisme dan Turki harus menirunya dalam semua dan Sosialisme sebagai tiga kekuatan yang bidang. Dia menganggap yang Islam sebagai menggerakkan sejarah. 41 suatu penghalang nyata di jalan peradaban

Pada Konferensi Pemuda Islam yang akan ditempuhnya. Dia mendambakan Internasional di Tripoli (2-12 juli 1973) yang tidak adanya kekangan Islam di Turki, diselenggarakan oleh Seruan Masyarakat Islam,

kekhalifahan harus dihapuskan, sekolah/ Teori Internasioanal Ketiga diketengahkan akademi/universitas harus di-Barat-kan, para pada sekelompok sarjana dan tokoh intelektual

sarjana tradisional harus disingkirkan, bahkan Muslim terpilih. Rapat ini mengeluarkan suara huruf Arab dan kopiah Arab harus diganti. bulat dalam menolak Teori Internasional Kebijaksanaan dan administrasi model-model Ketiga. Konperensi ini terutama menjelaskan

bahwa Islam tidak dapat disatukan dengan

35 Liga Muslim India (All-India Muslim League), didirikan di Dhaka pada tahun 1906, adalah partai politik di Kemaharajaan

38 Ziauddin Sardar, Rekayasa Masa Depan Peradaban Islam, Britania yang memainkan peran penting selama pergerakan hlm. 82

kemerdekaan India dan kunci utama dalam pendirian Pakistan 39 Teori internasional ke tiga adalah sebagai tandingan sebagai negara Islam di sub benua India. Setelah kemerdekaan

bagi kapitalisme dan juga komunisme. Hal pokok di sini India dan Pakistan, Liga ini berlanjut sebagai partai kecil di adalah rakyat di pedesaan atau semua karyawan pabrik India. Lihat, Wikipedia, “Liga Muslim India”, Wikipedia Bahasa

harus berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan Indonesia , http://id.wikipedia.org/wiki/Liga_Muslim_India,

bagi negara, serta ikut andil dalam konferensi-konferensi diakses tanggal 28 oktober 2011.

rakyat(mu’tamirat). Lihat William Montogomery Watt, 36 Ziauddin Sardar, Rekayasa Masa Depan Peradaban Islam,

Fundamentalis dan Modernitas dalam Islam, (Bandung: Pustaka hlm.81

Setia, 2003), hlm. 58

37 Ayub Khan dalam konstitusi kedua pada 1962 mengubah 40 Ideologi Qaddafi sebagian besar didasarkan pada nama negara Pakistan dari Republik Islam Pakistan menjadi Nasserisme, pencampuran Nasionalisme Arab, aspek “negara

Republik Pakistan (membuang kata Islam) dan menghapus kesejahteraan”. Dia menyebut sistem “ Sosialisme Islam “. klausa “Kedaulatan Tuhan” yang membatasi negara, tapi Wikipedia, “Muammar Gaddafi”, Wikipedia Bahasa Indonesia, tahun 1963 Ayub dipaksa tunduk pada kekuatan agama dan http://wikipedia.org/wiki/Muammar_Gaddafi, diakses tanggal memulihkan ketentuan-ketentuan yang sudah dihapus. Lihat

29 oktober 2011.

John L.Esposito dan John O.Voll, Demokrasi di Negara-Negara 41 Ziauddin Sardar, Rekayasa Masa Depan Peradaban Islam, Muslim: Problem dan Prospek, hlm.140.

hlm. 85

P-ISSN: 1978-6948

32 e-ISSN: 2502-8650

Vol. 10 No. 1 Januari 2016 | 25-40

Nasionalisme maupun Sosialisme. Argumentasi sebagaimana diungkapkan Bahtiar Efendy, yaitu menentang Nasionalisme dan Sosialisme Ahmad Hasan, pemimpin organisasi reformis adalah;

Persatuan Islam (Persis). Dia mengkritik

a. Nasionalisme menuntut dan Nasionalisme sebagai sesuatu yang berwatak mempertahankan, kalau perlu dengan chauvinistik. Menurutnya, posisi nasionalistik kekerasan, kesetiaan penuh tidak boleh seperti itu sebanding dengan paham orang- ditawar lagi dari rakyat pada bangsanya. orang Arab mengenai chauvinisme kesukuan Dia tidak mengakui adanya sesuatu pun (‘ aṣabiyah) sebelum datangnya Islam. Hal ini yang melebihi unit bangsa. Islam di lain dilarang oleh Islam, karena praktik itu akan pihak menuntut kesetiaan, kepatuhan menjadi dinding pemisah antara sesama umat dan bakti kepada Tuhan yang Esa tidak Islam, yakni antara umat Islam di Indonesia mengakui adanya kesetiaan lain,

dan umat Islam di belahan dunia lain. 43

b. Nasionalisme adalah bentuk kesukuan dan Mohammad Natsir, murid Ahmad Hassan Islam menentang kesukuan. Didukung berpendapat bahwa Nasionalisme harus sejarah hidup Rasulullah SAW yang mempunyai landasan teologis. Dengan kata lain, berjuang menantang ajaran kesukuan yang Nasionalisme harus didasarkan kepada niat merajalela di Arab,

yang suci, ilahiah dan melampaui hal-hal yang

c. Nasionalisme telah meningkatkan jumlah bersifat material. Karena itu, ia menyatakan

negara-bangsa yang menuntut kemajuan bahwa perjuangan mencapai kemerdekaan demi kepentingannya sediri dengan Indonesia harus diniatkan sebagai bagian dari mengesampingkan pihak lain. Inilah pengabdian yang lebih tinggi kepada Allah. 44

penyebab konflik antara satu bangsa

2. Respon Islam terhadap Demokrasi

dengan bangsa lain, Pada masa pergantian milennium, tidak

d. Nasionalisme ditunjang beberapa faktor ada kata yang paling hangat diperbincangkan

seperti teritorial, bahasa, budaya, dan dan diperebutkan maknanya oleh masyarakat

keunggulan ras. Islam sebaliknya tidak mengakui batasan geografis, bahasa dunia kecuali hubungan antara Islam dan

demokrasi. Oleh karena demokrasi masuk ke budaya maupun ras,

ruang publik dunia Islam mengikuti proses

e. Meningkatnya Nasionalisme menandai perpecahan final dari dunia Islam ke dalam globalisasi, pengenalan kata demokrasi ke

dunia muslim agaknya telah dipersepsi sebagai negara-negara bangsa,

“serangan membabi buta” terhadap pandangan

f. Nasionalisme di dunia Muslim telah dunia muslim yang ada dan menentang apapun

membuat Dar al-Islam terpecah-belah, yang telah diyakininya sebagai kebenaran

lemah dan berada di bawah kekuasaan selama berabad-abad, seperti konsep Negara

Kapitalisme penjajah, Zionisme dan Islam atau khilafah. Dalam konteks ini, bisa

Komunisme. dikatakan bahwa pemikiran politik Islam

g. Baik Sosialisme maupun Kapitalisme, berada di tengah persimpangan makna.

harus dipaksakan dan dipertahankan lewat Terdapat tiga alasan di balik realitas

kekuatan bersenjata yang dipegang oleh tersebut di atas. Pertama, perdebatan publik

golongan borjuis, atau sesudah terjadinya revolusi dari golongan proletar. Pada tentang hubungan konfliktual antara Islam

dan Demokrasi yang dikendalikan oleh prakteknya, Sosialisme hanya mengarah

pada Kapitalisme. 42

43 Penentangan terhadap Nasionalisme Bahtiar Efendy, Islam dan Negara; Transformasi Pemikiran

dan Praktik Politik Islam di Indonesia, (Jakarta: Paramadina,

ini juga dilakukan oleh tokoh Indonesia, 1998), hlm. 71.

Bahtiar Efendy, Islam dan Negara; Transformasi Pemikiran Ziauddin Sardar, Rekayasa Masa Depan Peradaban Islam,

dan Praktik Politik Islam di Indonesia, hlm. 72 hlm. 86

Zetty Azizatun Ni’mah, Diskursus Nasionalisme dan Demokrasi Perspektif Islam

Dilihat dari perspektif konstruktivis, Bernard Lewis, Samuel P. Huntington dan masing-masing di antara mereka mampu Francis Fukuyama yang berargumentasi bahwa mendasarkan argumentasinya pada pijakan Islam pada dasarnya tidak kompatibel dengan normatif yang bersandar pada teks-teks demokrasi. Kedua, peristiwa tragis 11 September keagamaan Islam: al-Qur’an dan Hadith. 2001 oleh jaringan Al-Qaeda pimpinan Osama Perbedaan pendapat ini didasarkan pada

kaum ilmuwan “cultural-essentialis” 45 , seperti

bin Laden telah dijustifikasi oleh banyak perbedaan cara pandang atau penafsiran kalangan sebagai clashing fault-line, antara atas teks-teks suci dimaksud. Salah satu dari

peradaban Barat yang Kristen dan Islam. Ketiga, mereka menyandarkan pada pemahaman Islam diskursus internal di kalangan umat Islam yang terlalu literal, yang lain menggunakan yang diikuti oleh sikap antagonistik sejumlah pendekatan kontekstual, sementara yang kecil kelompok Islamis yang secara aksiomatik terakhir mencoba berdiri di antara keduanya. menolak gagasan demokrasi dengan klaim

a. Pendekatan normatif pendukung yang diulang-ulang bahwa Islam adalah agama

demokrasi

terbaik dan meliputi semua, yang bukan saja Adapun argumentasi pendukung mengurusi persoalan-persoalan dunia tetapi demokrasi pada tataran normatif adalah tidak juga akhirat. 46 Demokrasi dianggap “barang adanya persoalan mendasar antara konsep asing” dalam Islam karena ia berasal dari demokrasi dengan Islam. Di kalangan umat

budaya kafir. Bagi kelompok ini, pengadopsian muslim sendiri terdapat sejumlah ilmuwan demokrasi berarti pemberontakan terhadap yang berpendapat bahwa Islam mengandung

Tuhan dan hukum-hukum-Nya, yakni shari’ah elemen-elemen ideal demokrasi. Argumentasi Islam.

paling populer adalah pendasaran doktrin

Mengenai perdebatan atas hubungan shura yang diambil dari beberapa ayat

Islam dan demokrasi, terdapat 3 kubu yang dalam Al-Qur’an. 48 Lebih jauh, kelompok ini berbeda di kalangan Muslim. Kubu pertama mengatakan bahwa demokrasi mengandung diwakili oleh mereka yang secara tegas seluruh elemen tata pemerintahan modern menolak konsep demokrasi dalam bentuk yang juga terdapat dalam Islam, seperti prinsip apapun. Kubu kedua diwakili oleh mereka kesetaraan ( musawah), konsensus (ijma’) yang menerima demokrasi. Kubu ketiga adalah sumpah jabatan (bay’a), perbedaan pendapat mereka yang berdiri tengah-tengah, antara (ikhtilaf), kebebasan (hurriya) dan keadilan menerima sebagian dan menolak sebagian (‘adl) yang semuanya itu diyakini telah berakar aspek demokrasi. Dalam hal ini Masdar Hilmy dalam tradisi maupun doktrin Islam, tetapi membagi menjadi 3 kelompok, yaitu; 1) pada tataran empiris telah diselewengkan Pendekatan normatif pendukung demokrasi, oleh sejumlah rezim atau otoriter sepanjang

2) Pendekatan akomodasionis demokrasi, 3) peradaban Islam. Pendekatan kulturalis terhadap demokrasi. 47

45 Kelompok yang memandang demokrasi di dunia pemikiran-pemikiran Islam baru (di luar tradisionalis-

Islam dengan memakai pendekatan yang cenderung melihat modernis) pada masa Orde Baru menjadi empat kelompok, faktor-faktor budaya berbasis agama sebagai pendukung atau yakni modernisme, neo-modernisme, sosial-demokrasi Islam penghalang terjadinya proses demokrasi di sebuah komunitas. dan InterNasionalisme-Universalisme. Lihat, Fachry Ali dan Lihat Masdar Hilmy, Teologi Perlawanan, Isamisme dan Diskursus Demokrasi Indonesia Pasca Orde Baru, hlm.35 Bachtiar Effendy, Merambah jalan Baru Islam: Rekonstruksi

46 Masdar Hilmy, Teologi Perlawanan, Isamisme dan Diskursus Pemikiran Islam Indonesia Masa Orde Baru, (Bandung: Mizan, Demokrasi Indonesia Pasca Orde Baru, hlm.34

1986), Berbeda dengan Fazlur Rahman yang mengklasifikasikan

Hal ini sejalan dengan pengklasifikasian sikap umat Islam pola pikir umat Islam dalam masalah politik dalam 3

kelompok: Sekuler, Tradisional dan Modernis, lihat dalam M. berhadapan dengan kebijakan-kebijakan negara ke dalam 3

kelompok: yakni akomodatif, idealis moderat dan idealis radikal. Konsep Negara Islam Menurut Fazlur Rahman,

Hasbi Amiruddin,

lihat, Masykuri Abdillah, Demokrasi di Persimpangan Makna, 48 Respon Intelektual Muslim Indonesia Terhadap Konsep Demokrasi, Seperti “ wa shāwirhum fi al amr” dan “ wa amruhum shūra

(Yogyakarta: UII Press, 2000), hlm.148.

hlm.17. Adapun Fachry Ali dan Bachtiar mengklasifikasikan baynahum”, Al Qur’an, 42 (As Syura) : 38.

P-ISSN: 1978-6948

34 e-ISSN: 2502-8650

Vol. 10 No. 1 Januari 2016 | 25-40

Seorang pemikir muslim, Fahmi Ketiga, dalam Islam pemilihan umum Huwaydi membuat sintesis Islam dan dipandang sebagai persaksian masyarakat demokrasi dalam bukunya Al-Islam wa al- dewasa untuk memilih para pemimpinnya

Dimuqratiyyah, 49 berpendapat bahwa demokrasi (Q.S. 2; 282-83), tidak boleh menyembunyikan tidak hanya dicirikan dengan mekanisme kesaksian mereka, mereka harus adil dan jujur.

suksesi kepemimpinan yang adil, teratur Jika tidak mereka akan dikuasai dan diperintah dan kompetitif, tetapi harus mengandung oleh mereka yang tidak punya kompetensi. prinsip akuntabilitas pemerintahan yang bisa

Keempat, demokrasi merupakan upaya dipertanggung-jawabkan. Baginya demokrasi mengembalikan sistem kekhalifahan para harus menyediakan mekanisme yang mampu Khulafāur Raṣyidīn yang dikenal memiliki

mengatur pemilihan penguasa melalui kebijakan-kebijakan yang adil bagi seluruh institusi pemilihan umum yang absah. Dengan rakyat. Sistem adil ini terhenti ketika melalui pemilihan umum serta pemisahan Muawiyah pendiri dinasti Umayyah naik tahta. kekuasaan antara legislatif, eksekutif dan Ini adalah pengalaman pemerintahan tirani yudikatif, berarti melawan kekuasaan otoriter pertama dalam dunia Islam. dan sewenang-wenang. Karena alasan inilah,

Kelima, negara Islam adalah negara adil ia bersikukuh bahwa demokrasi sangat sesuai yang berpijak pada prinsip persamaan di muka

dengan idealitas normatif tata pengelolaan hukum. Terdapat cerita yang banyak tentang pemerintah dalam Islam.

penguasa yang adil dalam Islam. Kesaksian Dalam mendukung argumentasinya, Harun Al-Rasyid, salah seorang khalifah Huwaydi menggunakan sejumlah alasan terbesar dari dinasti Abbasiyah, misalnya normatif sebagai berikut.

pernah ditolak kesaksiannya di depan

Pertama, terdapat sejumlah hadith pengadilan oleh seorang hakim bernama Abu yang mengatakan bahwa Islam menghargai Yusuf, yang ditunjuk khalifah sendiri. Alasan pemerintahan yang sesuai dengan mayoritas. penolakan Abu Yusuf adalah bahwa karena Al- Dalam sebuah hadith yang diriwayatkan oleh Rasyid telah arogan dan tidak melaksanakan muslim, nabi bersabda: ”Pemimpin yang shalat berjamaah di masjid. terbaik dari kalian adalah mereka yang kalian

Keenam, sebagaimana diformulasikan oleh cintai dan mereka mencintai kalian. Sementara ilmuwan Muslim seperti Al-Mawardi, imāmah

pemimpin yang paling buruk adalah mereka (kepemimpinan politik) mempunyai arti yang kalian membenci dan mereka membenci kontrak sosial antara penguasa dan rakyatnya, kalian, mereka menyumpahi kalian dan kalian di mana seorang penguasa terbuka untuk menyumpahi mereka”

dikritisi. Jika ia menolak untuk dikritik atau

Kedua, Islam menolak keras kediktatoran dia tidak beriktikad mendengarkan kritik, dia dan otoritarianisme. Terdapat banyak ayat bisa digusur dari kedudukannya dan posisinya

dalam Al-Qur’an yang dapat menjadi rujukan bisa diganti orang lain. 51 bagi pernyataan ini. Kecaman terhadap Raja

b. Pendekatan kulturalis terhadap demokrasi Namrud yang otoriter (Q.S. 2; 258), Fir’aun yang

Sayyid Qutb, seorang ideolog Islamis telah bertindak arogan (‘uluww) dan otoriter dari Mesir, ia mewakili kelompok penolak ( Tughyan) (Q.S.44; 31), serta menyatakan demokrasi. Selain itu, terdapat pemikir muslim dirinya sebagai Tuhan (Q.S.79; 24, 28; 38), juga

lainnya yang mewakili argumen yang mirip terhadap kroninya Haman yang opurtunis dan

dengan Qutb seperti al-Sha’rawi dari Mesir dan Qarun yang kapitalis (Q.S.28; 8, 40 dan Q.S. 11;

Abd al-Qadim Zallum, pendiri Hizbut Tahrir

97 98). 50 (HT). Mereka semua berpendapat bahwa tidak

49 Fahmi Huwaydi, Demokrasi oposisi dan Masyarakat Madani,

ada tempat yang layak bagi demokrasi dalam

(Bandung: Mizan, 1996), hlm. 152. 50 Jejen Musfah, Indeks Al Qur’an Praktis, (Jakarta: Mizan

51 Masdar Himy, Teologi Perlawanan, Islamisme dan Diskursus Publika, 2006).

Demokrasi Indonesia Pasca Orde Baru, hlm.71-74

35

Zetty Azizatun Ni’mah, Diskursus Nasionalisme dan Demokrasi Perspektif Islam

36 Vol. 10 No. 1 Januari 2016 | 25-40

P-ISSN: 1978-6948 e-ISSN: 2502-8650

Islam dan karena itu Islam dan demokrasi tidak mungkin dipersandingkan.

Qutb telah membuat garis pemisah paling jelas antara Negara Islam dan demokrasi. Ia berpendapat bahwa Islam menolak apapun yang tidak berasal dari sumbernya yang suci; al-Qur’an dan Hadith. Demokrasi, bersama seluruh hal-hal non Islam lainnya, digambarkan sebagai pemberontakan atas otoritas Tuhan. Demokrasi yang diasumsikan datang dalam sebuah paket integral dari modernitas Barat, meniscayakan adanya superiotas rasionalisme di atas kedaulatan absolut Tuhan untuk memerintah seluruh umat manusia di muka bumi. Bagi dia, hak untuk memerintah hanya milik Allah. 52

c. Pendekatan akomodasionis demokrasi Terdapat para pemikir yang berdiri secara ambigu, mereka tidak menerima demokrasi dan juga tidak menolaknya secara total, mereka menerima beberapa bagian dari demokrasi dan menolak sebagian lainnya. Abu al-A’la al- Maududi, seorang ideolog ulung dan pendiri Jamaat Islami dari Pakistan, merupakan salah seorang dari kalangan ini. Pemikirannya tentang Islam dan isu-isu kontemporer lainnya sangat berpengaruh luas dalam membentuk pemikiran politik muslim. Penolakan demokrasi menjadi salah satu perhatiannya dengan alasan bahwa ia mengakui kedaulatan berada di tangan rakyat, tetapi dia juga meyakini bahwa kedaulatan absolut hanya milik Tuhan, yang berperan sebagai pembuat hukum dan kepala dari seluruh tatanan sosial politik. Selain itu, demokrasi meruangkan relativitas kebenaran, sesuatu yang dia anggap berlawanan dengan keyakinan mainstream ummat muslim bahwa apa yang telah diwahyukan oleh Allah melalui Islam tidak lain adalah kebenaran. Karena alasan-alasan itulah, tidak ada kompromi dalam hal struktur kenegaraan kecuali dengan mendirikan negara Islam yang akan menjamin dan melindungi tegaknya Islam yang “benar”

52 Masdar Himy, Teologi Perlawanan, Islamisme dan Diskursus Demokrasi Indonesia Pasca Orde Baru, hlm. 89-90.

Maududi berpendapat bahwa sebagai agen agama, Negara Islam bukanlah sebuah model yang berevolusi; ia sudah sempurna, tidak memerlukan perubahan lagi dan mengandung makna yang abadi. Tidak ada peluang sedikitpun manusia untuk mengubahnya, dia hanya bisa melembagakannya dan akibatnya harus menjaganya agar tidak pudar dan musnah. Seluruh mekanisme dan lembaga politik modern seperti pemilihan umum dan undang-undang hanya bisa memainkan peran sekunder dalam negara semacam ini. Badan eksekutif dalam Negara Islam hanya berfungsi sebagai khalifah Tuhan, sebuah interpretasi politik keyakinan muslim bahwa manusia

adalah khalīfatullah (utusan Tuhan) di bumi. 53

Dalam hal ini Maududi berpegang pada beberapa prinsip. Pertama, tidak ada seseorang atau sekelompok orang atau bahkan seluruh penduduk suatu negara dapat melakukan klaim atas souverenitas (kedaulatan). Hanya Allah-lah yang memegang kedaulatan dalam arti sebenarnya. Seluruh manusia hanyalah pelaksana kedaulatan Tuhan. Kedua, Tuhan pencipta hukum yang sebenarnya (the real

law giver), sehingga dia sajalah yang berhak membuat legislasi secara mutlak. Manusia

diperkenankan membuat legislasi sepanjang tidak bertentangan dengan wahyu. Ketiga, suatu pemerintahan yang menjalankan peraturan-peraturan dasar dari Tuhan wajib memperoleh ketaatan rakyat, karena pemerintahan ini pada dasarnya bertindak sebagai badan politik yang memberlakukan peraturan-peraturan Tuhan. 54

Lebih lanjut Dhiauddin Rais menerima konsep demokrasi, tidak secara utuh tapi dengan menggunakan istilah “Sistem Politik

Islam” atau Niẓām al-Islāmi, 55 yang mana pada sistem Islam ini dapat disifati secara general sebagai demokrasi, humanis, universal,

53 Masdar Himy, Teologi Perlawanan, Islamisme dan Diskursus Demokrasi Indonesia Pasca Orde Baru, hlm. 79-80

54 Abul A’la Al Maududi, Khilafah dan Kerajaan, Evaluasi Kritis atas Sejarah Pemerintahan Islam, Terj. Muhammad al Baqir,

(Bandung: Mizan, 1996), hlm. 21-22.

55 Dhiauddin Rais, Teori Politik Islam, (Jakarta: Gema Insani,

2001), hlm.312.

Zetty Azizatun Ni’mah, Diskursus Nasionalisme dan Demokrasi Perspektif Islam 37

relegius, moralis, ruhiyyah dan material sekaligus. Argumen ini berdasarkan pada telaah perbandingan antara sistem demokrasi dengan sistem Islam.

Sistem Demokrasi

Sistem Islam

Istilah rakyat atau bangsa dalam sistem demokrasi modern, seperti dikenal Barat adalah rakyat yang terbatas pada lingkup teritorial geografis, yang hidup dalam satu daerah tertentu dan disatukan oleh ikatan-ikatan darah, ras, bahasa dan tradisi yang sama. Dalam arti ini demokrasi sinonim dengan pemikiran Nasionalisme .

Umat dalam sistem Islam tidak disatukan dengan ikatan-ikatan darah, ras, bahasa dan tradisi atau bahasa, karena ini merupakan ikatan sekunder. Ikatan yang utama adalah kesatuan akidah. Pandangan Islam adalah humanisme dan orientasi universal.

Tujuan demokrasi Barat modern atau demokrasi apapun adalah untuk kepentingan dunia atau materi.

Tujuan sistem Islam atau demokrasi Islam di samping untuk tujuan duniawi adalah juga untuk membidik tujuan rohani.