TATA CARA MANDI JANABAH

TATA CARA MANDI J ANABAH

Oleh: Al Ustadz Luqman Jamal

Defenisi Mandi Janabah

Definisi Mandi :

Al- Gh u slu ( M a n di) se ca r a ba ha sa a da la h kat a yang t er susun dar i t iga hur uf yait u

ghain, sin dan lam unt uk m enunj ukkan sucinya sesuat u dan ber sihnya. ( Lih a t M u 'j a m M a qa yis Al- Lu ghoh 4 / 4 2 4 ) .

Al- Gh u slu a da la h m engalir nya air pada sesuat u secara m ut lak. ( Lihat : As- Sh ih a h

5 / 1 7 8 1 - 1 7 8 2 , Lisa n u l 'Ar a b 1 1 / 4 5 4 , M u fr a da t Al- Ash fa ha n y h a l. 3 6 1 dan AN - N ih a ya h Fii Gh or ibul H a dit s 3 / 3 6 7 ) .

Dan Al- Ghu slu se car a ist ila h a dala h m enyir am air ke selur uh badan secar a khusus.

( Lih a t Ar - Ra u dh Al- M ur bi' 1 / 2 6 , M u 'j am Lu gha t ul- Fu qah a` : 3 3 1 )

Ka t a I bn u H a j a r : Hakikat mandi adalah mengalirkan air pada anggota-anggota tubuh.( Lihat:

Fathul Bary :1/359)

Definisi Janabah :

Janabah secar a bahasa adalah Al- Bu'du ( yang j auh) . Sebagaim ana dalam fir m an Allah Ta'ala :

"Dan tetangga yang junub (jauh)". (QS. An-Nisa` : 36)

Dan j uga dalam fir m an- Nya yang Maha agung :

"Maka Ia (saudara perempuan Nabi Musa) melihatnya dari junub (jauh) sedangkan mereka tidak mengetahuinya". (QS. Al-

Qoshash : 11)

Adapun secara ist ilah adalah or ang yang waj ib at asnya m andi kar ena j im a' atau kar ena

keluar m ani. ( Liha t : Al- I 'lam 2 / 6 - 9 , I h k a m u l Ah k am 1 / 3 5 6 dan Tu h fa t u l Ah w a dzy 1 / 3 4 9 )

Milis Ahlussunnah: [email protected] ; [email protected] ; [email protected] 1

Hukum Mandi Janabah

M a n di Ja na ba h a da la h w aj ib be r da sa r k an da lil da r i Al- Qu r` a n, Sun n ah da n

I j m a '.

Adapun dar i Al- Qur ` an, Allah Subhanahu wa Ta'ala ber fir m an :

"Dan jika kalian junub maka mandilah". (QS. Al-Ma`idah : 6)

Dan j uga Allah 'Azza w a Jalla ber fir m an :

"Dan jangan pula (dekati sholat) sedang kalian dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kalian mandi". (QS. An-Nisa` : 43)

Adapun dar i sunnah, akan datang beber apa hadit s dalam pem bahasan yang m enunj ukkan t ent ang waj ibnya m andi j anabah.

Adapun I j m a' t elah dinukil oleh I m am An- Naw aw y dalam Syar a h Shoh ih M u slim 3/220.

Hal-hal yang mewajibkan mandi

Ber ikut ini beber apa per kara yang apabila seor ang m uslim m elakukannya m aka w aj ib at asnya unt uk m andi.

Sa t u : Ke lua r nya m an i de n gan sya h w at .

Baik pada laki- laki at au per em puan, dalam keadaan t idur m aupun t er j aga. Dan par a ulam a t elah bersepakat t ent ang waj ibnya m andi dengan keluar nya m ani, sebagaim ana

yang dinukil oleh I m am Muham m ad bin Jar ir At h- Thobar y sebagaim ana dalam Al- M a j m u ' 2 / 1 5 8 , I bnu Hazm dalam M a r at ibu l I j m a ' h a l. 2 1 , An- Nawaw y dalam Syar a h Sh oh ih M u slim 4 / 3 6 dan I m am Asy- Syaukany dalam Ad- D a ra r y Al- M u dhiyah 1 / 4 7 .

Dan ada beberapa dalil yang m enunj ukkan t ent ang hal t er sebut , diant ar anya :

1. Hadit s Um m u Salam ah r adhiyallahu 'anha, beliau ber kat a :

َﺀﺎﻤﹾﻟﺍ ﺕﹶﺃﺭ ﺍﹶﺫﹺﺇ ﻢﻌﻧ : ﻢﱠﻠﺳﻭ ﻪﻟﺁ ﻰﹶﻠﻋﻭ ﻪﻴﹶﻠﻋ ُﷲﺍ ﻰﻠﺻ ﻲﹺﺒﻨﻟﺍ ﹶﻝﹶﺎﻘﹶﻓ ؟ ﺖﻤﹶﻠﺘﺣﺍ ﻲﻫ ﺍﹶﺫﹺﺇ ﹺﻞﺴﻐﹾﻟﺍ ﻦﻣ ﺓﹶﺃﺮﻤﹾﻟﺍ ﻰﹶﻠﻋ ﹾﻞﻬﹶﻓ "Ummu Sulaim datang kepada Rasulullah shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam kemudian berkata : Wahai Rasulullah

sesungguhnya Allah tidak malu dari kebenaran, maka apakah wajib atas seorang wanita untuk mandi bila dia bermimpi ?.

Milis Ahlussunnah: [email protected] ; [email protected] ; [email protected] 2

Maka Nabi shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam menjawab : Iya bila ia melihat air (mani-pen.)" (HSR. Bukhary-

Muslim).

Sisi pe n dalila n nya : sesungguhnya Nabi shollallahu 'alaihi w a 'ala alihi w a sallam m ew aj ibkan m andi kepada w anit a j ika keluar air ( m ani- pen) dan hukum t er hadap laki-

laki sam a. ( Lih a t Fa t hu l ba r y :1 / 4 6 2 , I hk a m u l a h ka m : 1 / 1 0 0 )

2. Hadit s Abu Sa'id Al- Khudr y r adhiyallahu 'anhu, Nabi shollallahu 'alaih i w a 'ala alih i w a sallam ber sabda :

"Air itu hanyalah dari air". (HSR. Bukhary-Muslim).

Maksud dar i air yang per tam a adalah air unt uk m andi w aj ib sedangkan air yang kedua adalah air m ani, m aka m aknanya adalah air unt uk m andi it u w aj ib kar ena keluar nya air m ani.

Faedah :

1. Kalau seor ang m im pi t et api t idak m endapat i m ani, m aka t idak waj ib m andi m enur ut kesepakatan par a ulam a sebagaim ana dinukil oleh I bnu Mundzir dalam

kit abnya; Al- I j m a ' ( 3 4 ) dan Al- Au sat h 2 / 8 3 . Dan lihat pula Al- M a j m u ' 2 / 1 6 2 .

2. Kalau seseor ang t er j aga dar i t idur kem udian dia m endapat kan cairan dan t idak ber m im pi m aka dia w aj ib m andi, kar ena hadit s Aisyah r adhiyallhu 'anha beliau ber kat a :

"Rasulullah ditanya tentang seseorang yang mendapatkan bekas basahan dan dia tidak menyebutkan bahwa dia mimpi, beliau menjawab : Wajib mandi. Dan (beliau juga ditanya) tentang seseorang yang menganggap bahwa dirinya mimpi tapi tidak mendapatkan basahan, beliau menjawab : Tidak wajib atasnya untuk mandi". (HR. Abu Daud no. 236, At-Tirmidzy

no. 112 dan Ibnu Majah no. 612 dan dishohihkan oleh Al-Albany dalam Shohih At-Tirmidzy).

Dan j uga dalam hadit s Um m u salam ah di atas :

"(Rasulullah) menjawab : " Iya bila ia melihat air (mani-pen.)".

3. Kalau keluar m ani t anpa syahwat seper t i kar ena kedinginan at au sakit m aka t idak w aj ib m andi.

Hal ini ber dasar kan Hadit s 'Ali bin Abi Thalib r adhiyallahu 'anhu :

Milis Ahlussunnah: [email protected] ; [email protected] ; [email protected] 3

"Sesungguhnya Rasulullah shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam bersabda : Jika kamu memancarkan mani dengan kuat) maka mandilah dari janabah dan jika tidak, maka tidak wajib mandi. Dan dalam lafazh yang lain : "Jika kamu melihat mani yang memancar dengan kuat maka mandilah". Dan dalam lafazh yang lain : "Jika kamu memancarkan mani dengan kuat maka mandilah". (HR. Ahmad 1/107, 109, 125, Abu Daud 206 dan An-Nasa`i 1/93 dan dishohihkan oleh Ahmad

Syakir dan Syeikh Al-Albany rahimahumullah dalam Al-Irwa` 1/162).

Sisi pen da lilan : Yait u Nabi shollallahu 'alaihi w a 'ala alihi w a sallam dalam hadit s ini m ensyarat kan ِﺀﺎﻤﹾﻟﺍ ﺢﻀﹶﻓ unt uk waj ibnya m andi sedangkan ﺢﻀﹶﻓ adalah keluar nya air dengan

kuat .

Kat a I bnu Manzhur dalam Lisa n ul Ar a b : 3 / 4 6 ِﺀﺎﻤﹾﻟﺍ ﺢﻀﹶﻓ adalah ﻪﹸﻘﹾﻓﺩ ( m em ancar ) . Dan kat a

I bnu Qudam ah dalam Al- M u gh n y 1 / 2 6 7 : ﺓﺪﺸﻟﺍ ﻪﺟ ﻭ ﻰﹶﻠﻋ ﻪﺟﻭﺮﺧ ﺢﻀﹶﻔﹾﻟﹶﺍ ( Keluar nya air m ani dengan car a yang kuat) .

I n i m enunj ukkan bahwasanya j ika m ani keluar t idak dengan syahwat m aka t idak waj ib m andi, sebab m ani it u dapat keluar dengan kuat dan m em ancar dan hal t er sebut t idaklah t er j adi kecuali kalau k eluar nya dengan syahwat . I ni adalah pendapat Jum hur , Abu Hanifah, Malik dan Ahm ad dan dikuat kan oleh Ahli Fiqh zam an ini Syeikh I bnu

'Ut saim in r ahim ahum ullah. ( Liha t : N ailul Au t ha r 1 / 2 5 8 da n Asy- Sya r ah Al- M um t i'

1 / 3 8 6 - 3 8 7 .)

Dua : Be r t e m u n ya dua kh it an ( ke m a lua n ) w a lau pu n t ida k ke lu a r m a n i.

Hal ini ber dasar kan hadit s Abu Hur air ah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shollallahu 'alaih i w a 'ala alihi w a sallam ber sabda :

"Apabila seseorang duduk antara empat bagiannya (tubuh perempuan) kemudian ia bersungguh-sungguh[1] maka telah wajib atasnya mandi. Dan salah satu riwayat dalam Shohih Muslim "walaupun tidak keluar". (HSR. Bukhary-Muslim)

Ka t a I m a m An - N a w a w y dala m Sya r h Sh oh ih M u slim 4 / 4 0 - 4 1 : Makna hadit s ini bahwasanya waj ibnya m andi t idak t er batas hanya pada keluar nya m ani, t et api kapan t enggelam kem aluan laki- laki dalam kem aluan w anit a m aka waj ib at as keduanya unt uk m andi.

Ka t a I m am Al- Ba gha w y da la m Sya rhu s Su n na h 2 / 6 : Dan kebanyakan ulam a ber am al dengan hadit s ini dem ik ian pula yang datang sesudahnya, bahw a siapa yang m enggauli ist r inya pada kem aluannya m aka w aj ib m andi at as keduanya walaupun t idak keluar m ani.

Milis Ahlussunnah: [email protected] ; [email protected] ; [email protected] 4

Faedah :

Adapun hadit s Abu Sa'id sebelum nya yang m em batasi m andi hanya ket ika keluar m ani adalah hadit s yang t elah dim ansukh ( t er hapus) hukum nya dalam j im a' oleh hadit s Abu Hur airah ini dengan kont eks lafazh yang t egas " w alaupun t idak keluar " .

Be r ka t a I m a m An - N a w a w y r ah im a hu lla h : Adapun hadit s " Air it u hanyalah dar i air " , j um hur shahabat dan yang set elah m er eka m enyatakan bahw a ia t elah dim ansukh dan m ansukh yang m er eka m aksudkan adalah bahw a m andi kar ena m elakukan j im a t anpa

keluar m ani t elah gugur ( hukum nya) dan kem udian m enj adi w aj ib. ( Lih a t Syara h M u slim 4 / 3 6 ) .

Dan hal ini d iper j elas oleh Ubay bin Ka'ab radhiyallahu 'anhu :

"Sesungguhnya mandi dengan keluarnya air mani adalah rukhshoh (keringanan) pada awal Islam kemudian kami diperintahkan untuk mandi sesudah itu" (HR. Ahmad 5/115-116, Abu Daud no. 215, At-Tirmidzy no. 111 dan beliau

berkata : Hadits ini Hasan Shohih. Dan dishohihkan oleh Imam An-Nawawy dalam Al-Majmu' 2/155 dan Al-Albany dalam Shohih At-Tirmidzy 1/34 dan Syeikh Muqbil dalam Al-Jami' Ash-Shohih 1/541).

Ka t a I bn u M un dzir : I ni adalah pendapat sem ua or ang yang kam i hafal dar inya dar i ahli fat w a dar i ulam a- ulam a neger i dan saya t idak m enget ahui sekarang adanya khilaf

dikalangan ahli ilm u. ( Al- Au sat h 2 / 8 1 )

Tiga : Pe r e m pu an yan g su ci dar i H aid da n N ifa s.

Adapun haid, dalil- dalilnya sebagai ber ikut :

a. Fir m an Allah Ta'ala

"Jika mereka telah suci maka datangilah mereka sesuai dengan apa yang Allah perintahkan kepada kalian ". (QS. Al-

Baqarah : 222).

Ka t a I m am An - N aw a w y : Sisi pendalilan dar i ayat adalah bolehnya suam i m enj im a' ist er i- ist er inya ( at au budaknya) dan t idaklah boleh yang dem ikian kecuali dengan m andi, dan apa- apa yang t idak sem pur na kewaj iban kecuali dengannya, m aka per kar a it u w aj ib.

Al- M a j m u ' 2 / 1 6 8 .

b. Hadit s 'Aisyah t at kala Nabi ber kat a kepada Fat im ah bint i Abi Hubeisy :

"Jika waktu haid datang maka tinggalkanlah sholat dan jika telah selesai maka mandilah dan sholatlah". (HR. Bukhary-

Muslim).

Milis Ahlussunnah: [email protected] ; [email protected] ; [email protected] 5 Milis Ahlussunnah: [email protected] ; [email protected] ; [email protected] 5

Ka t a I m a m An - N a w a w y : Ulam a t elah sepakat t ent ang waj ibnya m andi kar ena sebab haid dan sebab nifas dan di antara yang m enukil ij m a' pada keduanya adalah I bnu

Mundzir dan I bnu Jar ir dan selainnya ( M aj m u ' 2 / 1 6 8 ) .

Ka t a I bn u Qu dam a h : t idak ada khilaf t ent ang w aj ibnya m andi kar ena haid dan nifas

( Al- M u gh ny 1 / 2 7 7 ) .

Dan I bnu Hazm j uga m enukil ij m a' dalam M a ra t ibul I j m a ' : 2 1 , dan I m am Asy- Syaukany dalam Ad- D a ra r y Al- M u dhiyah 1 / 4 8 .

Adapun Nifas, dalilnya adalah I j m a' sebagaim ana t elah dinukil oleh An- Naw aw y dan I bnu

Qudam ah diat as, j uga t elah dinukil ij m a' oleh I bnu Mundzir dalam Al- Au sa t h 2 / 2 4 8 .

Ka t a I bn u Qu dam a h : Nifas sam a dengan haid kar ena sesunguhnya dar ah nifas adalah darah haid, kar ena it u ket ika seor ang wanit a ham il m aka dia t idak haid sebab dar ah haid t er sebut dialihkan m enj adi m akanan j anin. Maka t at kala j anin t er sebut keluar , m aka

keluar j uga darah kar ena t idak ada pengalihannya m aka dinam akan nifas. ( Liha t Al- M u ghn y: 1 / 2 7 7 ) .

Ka t a Asy- Syir a zy : Adapun dar ah nifas m aka m ewaj ibkan m andi kar ena sesungguhnya it u adalah haid yang t er kum pul, dan diharam kan puasa dan j im a' dan gugur kew aj iban sholat m aka diw aj ibkan m andi seper t i haid ( lihat Al- Maj m u': 2/ 167)

Em pa t : Or a n g k a fir ya n g m a su k I sla m .

Apakah dia kafir asli at au m ur t ad, ia t elah m andi biasa sebelum islam nya atau t idak, didapat kan dar inya pada zam an kekafir annya apa- apa yang m ew aj ibkan m andi at au t idak.

Dalil- dalilnya :

a. Hadit s Abu Hur airah r adhiyallahu 'anhu yang dir iwayat kan oleh Bukhar y- Muslim t ent ang kisah Tsum am ah bin Ut sal r adhiyallahu 'anhu yang sengaj a m andi[ 2] kem udian m enghadap kepada Nabi shollallahu 'alaih i w a 'ala alihi w a sallam unt uk m asuk I slam . b. Hadit s Qois bin A'shim r adhiyallahu 'anhu :

"Saya mendatangi Nabi shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam untuk masuk Islam maka Nabi memerintahkan kepadaku untuk mandi dengan air dan daun bidara". (HR. Ahmad 5/61, Abu Daud no. 355, An-Nasa`i 1/91, At-Tirmidzy no. 605 dan

dishohihkan oleh Al-Albany dalam Shohih At-Tirmidzy 1/187).

Sisi pen da lilan n ya : bahw asanya ini adalah per int ah dar i Nabi shollallahu 'alaihi w a 'ala alihi w a sallam . Dan asal dar i per int ah m enunj ukkan hukum waj ib kecuali kalau ada dalil lain yang m enur unkan deraj at nya. Wallahu A'lam .

Dan ini adalah pendapat I m am Ahm ad, Malik, Abu Tsaur , I bnul Mundzir , Asy- Syaukany, dan lain- lainnya. Lih a t Al- M u gh n y 1 / 2 7 5 , As- Sa ilu l Jarr a r 1 / 1 2 3 , M a 'alim As- Su n an 1 / 2 5 2 dan lain- lain.

Milis Ahlussunnah: [email protected] ; [email protected] ; [email protected] 6

Lim a : M e nin ggal ( m a t i)

Maksudnya w aj ib bagi or ang yang hidup unt uk m em andikan orang yang m eninggal.

Adapun dalil- daliln ya :

( 1) Hadit s I bnu Abbas radhiyallahu 'anhum a t ent ang or ang yang j at uh dar i ont anya dan m eninggal, Nabi shollallahu 'alaih i w a 'ala alihi w a sallam ber sabda :

"Mandikanlah dia dengan air dan daun bidara dan kafanilah dengan dua baju". (HR. Bukhary-Muslim).

( 2) Hadit s Um m u 'At hiyah t at kala anak Nabi shollallahu 'alaihi w a 'ala alihi w a sallam m eninggal, beliau ber sabda :

"Mandikanlah dia tiga kali atau lima atau tujuh atau lebih jika kalian melihatnya dengan air dan daun bidara". (HR.

Bukhary-Muslim).

Tata Cara (Sifat Mandi)

Tat a car a m andi j unub t erbagi at as 2 car a :

1) Car a yang sem pur na/ yang t er pilih.

2) Car a yang m uj zi` ( yang m encukupi/ m em adai)

( Lih a t Al- M u ghn y :1 / 2 8 7 , Al- M aj m u ' : 2 / 2 0 9 , Al- M u ha lla : 2 / 2 8 , da n la in - lain.)

Faedah:

Ka t a Sye ik h I bnu Ut sa im in ra h im a hulla h : bat asan antara cara yang sem purna dengan yang cukup adalah apa- apa yang m encakup w aj ib m aka it u sifat cukup, dan apa-

apa yang m encakup waj ib dan sunnah m aka it u sifat sem pur na. ( Lih a t As- Sya r h Al- M u m t i' : 1 / 4 1 4 ) .

Adapun t ata car a yang m uj zi` :

1 . N ia t .

Kar ena niat adalah syarat sahnya selur uh ibadah, sebagaim ana sabda Rasulullah shollallahu 'alaihi w a 'ala alih i w a sallam :

"sesungguhnya amalan-amalan itu tergantung dengan niat dan sesungguhnya setiap orang sesuai dengan apa yang dia niatkan” . (HR. Bukhary-Muslim dari 'Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu)

Milis Ahlussunnah: [email protected] ; [email protected] ; [email protected] 7

Fa idah :

a. Ka t a I bn u Abdil Ba r : Pendapat yang shohih ( benar) adalah t idak sah t hoharah ( ber suci) kecuali dengan niat dan m aksud, kar ena sesungguhnya kew aj iban- kew aj iban t idaklah bisa dit unaikan kecuali ber m aksud m enunaikannya dan t idak dinam akan pelaku yang hakiki ( sesungguhnya) kecuali ada m aksud dar inya unt uk perbuatan t er sebut dan m ust ahil seseor ang akan m enunaikan sesuat u yang t idak dia m aksudkan unt uk

m enunaikannya dan ber niat unt uk m enger j akannya. ( At - Tam h id 2 / 2 8 3 )

b. Ka t a Sya ikh I bnu 'Ut sa im in r ah im a hu llah : Niat it u ada dua :

Pe r t a m a : Niat unt uk m engam alkan suat u am alan dan it ulah yang dibicarakan oleh par a fuqaha` kar ena niat it u yang m enshohihkan am alan.

Ke du a : Niat unt uk siapa am alan dit uj ukan dan inilah yang dibicarakan oleh ulam a Tauhid kar ena hal t er sebut ber kait an dengan keikh lasan.

Misalnya : ket ika seor ang ingin m andi ( j unub- pent ) dia ber niat m andi, m aka inilah yang dinam akan niat am alan. Akan t et api j ika dia ber niat m andi unt uk m endekat kan dir i kepada Allah kar ena ta'at kepadanya, m aka inilah yang dinam akan niat unt uk siapa am alan it u dit uj ukan, yait u m encar i w aj ah- Nya yang Maha Suci. Dan yang t erakhir in i yang kebanyakan diant ar a kit a lalai dar inya, kit a t idak m enghadir kan niat unt uk t aqarrub ( m endekat kan dir i) . Kebanyakan kit a m enger j akan ibadah kar ena kit a dihar uskan unt uk m elaksanakannya, m aka kit a m eniat kannya unt uk m enshohihkan am alan, m aka in i adalah kekurangan. Oleh kar ena it u Allah Ta'ala ber fir m an t at kala m enyebut kan am alan :

"Kecuali mencari wajah Rabbnya yang Maha Tinggi ".( QS. Al-Lail : 20 )

"Dan orang-orang yang sabar mencari wajah Rabb mereka ". (QS. Ar-Ra'du : 22)

"Mencari keutamaan dari Allah dan ridho-Nya" . (QS. Al-Hasyr : 8)

( Lih a t : Syar h M um t i' 1 / 4 1 7 ) .

2. Menyir am kepala sam pai ke dasar r am but dan selur uh anggot a badan dengan air .

Dalil- dalilnya :

1) Fir m an Allah Ta'ala :

Milis Ahlussunnah: [email protected] ; [email protected] ; [email protected] 8

"Dan jika kalian junub maka bersucilah". (QS. Al-Ma`idah : 6).

Ka t a I bnu H a zm : Bagaim anapun car anya dia ber suci ( m andi- Pent ) m aka dia t elah

m enunaikan kew aj ibannya yang Allah w aj ibkan padanya ( Lih a t Al- M uh alla : 2 / 2 8 )

2) Hadit s Jubair bin Mut h'im r adhiyallahu 'anhu :

"Kami (para shahabat) saling membicarakan tentang mandi junub di sisi setelah itu menyiramkan air ke seluruh badanku".

(HR. Ahmad dan dishohihkan oleh An-Nawawy dalam Al-Majmu' 2/209 dan asal hadits ini dalam riwayat Bukhary-

Muslim).Nabi shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam maka beliau berkata : Adapun saya, cukup dengan menuangkan air di atas kepalaku tiga kali kemudian

3) . Dar i 'I m r an bin Husain r adhiyallahu 'anhu, r iw ayat Bukhar y- Muslim dalam hadit s yang panj ang, beliau ber kat a :

"Dan yang terakhir adalah diberikannya satu bejana air kepada yang orang yang terkena janabah lalu beliau (Nabi) bersabda : Pergilah dan tuangkanlah atas dirimu air itu ".

Ka t a Sye ik h I bn u 'Ut saim in ra him ah u lla h : "Dan Nabi shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam tidak menjelaskan bagaimana cara menuangkan air kepada dirinya. Seandainya mandi itu wajib sebagaimana tata cara mandinya Rasulullah shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam (yang sempurna-pent.), tentunya Nabi shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam menjelaskan kepada orang

tersebut, karena mengakhirkan penjelasan pada saat dibutuhkan adalah tidak boleh" . ( Lih a t Asy-

Sya rh Al- M u m t i' :1 / 4 2 4 ) .

Adapun sifat atau t at a cara m andi j unub yang sem pur na :

Yang m enj adi pokok pendalilan sifat at au tat a cara m andi j unub yang sem pur na ada dua hadit s, yait u hadit s Aisyah dan hadit s Maim unah r adhiyallahu 'anhum a.

Sat u : Sifat m andi j unub dalam hadit s 'Aisyah r adhiyallahu 'anha.

Lafazh hadit s 'Aisyah r adhiyallahu 'anha adalah sebagai ber ikut :

ﻪﹺﻨﻴﻤﻴﹺﺑ ﹸﻍﺮﹾﻔﻳ ﻢﹸﺛ ﹴﻢﻠﺴﻤﻟ ﺔﻳﺍﻭﹺﺭ ﻲﻓﻭ - ﻪﻳﺪﻳ ﹶﻞﺴﹶﻏ ﺔﺑﺎﻨﺠﹾﻟﺍ ﻦﻣ ﹶﻞﺴﺘﹾﻏﺍ ﺍﹶﺫﹺﺇ ﻢﱠﻠﺳﻭ ﻪﻟﺁ ﻰﹶﻠﻋﻭ ﻪﻴﹶﻠﻋ ُﷲﺍ ﻰﻠﺻ ِﷲﺍ ﹸﻝﻮﺳﺭ ﹶﻥﺎﹶﻛ

ﻪﻴﹶﻠﻋ ﺽﺎﹶﻓﹶﺃ ﻪﺗﺮﺸﺑ ﻯﻭﺭﹶﺃ ﺪﹶﻗ ﻪﻧﹶﺃ ﻦﹶﻇ ﺍﹶﺫﹺﺇ ﻰﺘﺣ ﻩﺮﻌﺷ ﻪﻳﺪﻴﹺﺑ ُﹰﻞﱢﻠﺨﻳ ﻢﹸﺛ ﺓﹶﻼﺼﻠﻟ ﻪﹶﺋﻮﺿﻭ ﹶﺄﺿﻮﺗ ﻢﹸﺛ - ﻪﺟﺮﹶﻓ ﹸﻞِﺴﻐﻴﹶﻓ ﻪﻟﺎﻤﺷ ﻰﹶﻠﻋ ﻩﺪﺴﺟ ﺮﺋﺎﺳ ﹶﻞﺴﹶﻏ ﻢﹸﺛ ﺕﺍﺮﻣ ﹶﺙﹶﻼﹶﺛ َﺀﺎﻤﹾﻟﺍ

"Bahwasanya Nabi shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam kalau mandi dari janabah maka beliau memulai dengan mencuci kedua telapak tangannya –dalam riwayat Muslim, kemudian beliau menuangkan (air) dengan tangan kanannya keatas tangan kirinya lalu beliau mencuci kemaluannya- kemudian berwudhu sebagaimana wudhunya untuk sholat kemudian memasukkan jari-jarinya kedalam air kemudian menyela dasar-dasar rambutnya sampai beliau menyangka sampainya air kedasar rambutnya kemudian menyiram kepalanya dengan kedua tangannya sebanyak tiga kali kemudian beliau menyiram seluruh tubuhnya. (HR. Bukhary-Muslim).

Milis Ahlussunnah: [email protected] ; [email protected] ; [email protected] 9

Dalam hadit s diat as t idak disebut kan pensyar atan niat , nam un it u t idaklah berar t i gugur nya pensyarat an niat t er sebut kar ena t elah dim aklum i dar i dalil- dalil lain m enunj ukkan disyarat kannya niat it u dan t elah kam i sebut kan sebagaian dar inya dalam pem bahasan diat as.

Maka dar i hadit s 'Aisyah diat as dapat disim pulkan sifat m andi j unub sebagai ber ikut :

1 . M en cu ci ke du a t ela pak t a n gan .

Dan ada ket er angan dalam saah sat u r iwayat Muslim dalam hadit s 'Aisyah ini bahw a t elapak t angan dicuci sebelum dim asukkan ke dalam bej ana.

2 . M e nu an gk an air de n gan t a n ga n ka n an n ya ke a t a s t a n gan kir inya la lu m e n cu ci k em alu an n ya .

3 . Ke m u dian be r w u dh u den gan w u dh u ya n g sem pu r na se ba ga im an a

be r w u dh u u n t uk sholat .

4 . Ke m u dia n m em a su k k an kedu a t an ga n k e da la m be j a n a, ke m u dia n m e n cidu k air da r i sa t u cidu ka n de n gan k e dua t a n ga n t a di, k em u dia n m e nu an gk a n a ir t a di dia t a s k e pa la. Ke m u dia n m em a suk k an j a r i- j a ri dian t a r a

ba gia n - ba gian ra m but da n m e n ye la - n ye la in ya sa m pai ke da sa r ra m but di k e pala .

5 . Ke m u dia n m e n yir am ke pala t iga k a li den ga n t iga k ali cidu ka n .

Dan dit er angkankan dalam hadit s 'Aisyah r iw ayat Muslim :

"Adalah Nabi shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam bila mandi dari junub, maka beliau meminta sesuatu (air) seperti Hilab (semacam kantong yang dipakai untuk menyimpan air susu yang diperah dari binatang), kemudian beliau mengambil air dengan telapak tangannya maka beliau memulai dengan bagian kepalanya sebelah kanan kemudian yang kiri, kemudian beliau (menuangkan air) dengan kedua tangannya diatas kepalanya".

6 . Ke m u dia n m en yir a m a ir ke sem ua ba gia n t u bu h .

Beberapa Catatan

Hendaknya m em ulai dengan anggot a- anggot a badan bagian kanan

Dalil- daliln ya :

1. Hadit s 'Aisyah yang dir iw ayat kan oleh I m am Bukhar y dan Muslim :

10 Milis Ahlussunnah: [email protected] ; [email protected] ; [email protected] 0

"Adalah Nabi shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam menyenangi yang kanan dalam bersendal (sepatu), bersisir, bersuci dan dalam seluruh perkaranya".

2. Hadit s 'Aisyah j uga yang dir iwayat kan oleh I m am Bukhar y :

"Kami (istri-istri Nabi-Pent) jika salah seorang diantara kami junub, maka dia mengambil dengan kedua tangannya tiga kali diatas kepalanya kemudian mengambil dengan salah satu tangannya diatas bagian kepalanya yang kanan dan tangannya yang lainnya diatas bagian kepalanya yang kiri."

( Lih a t : Al- M u gh n y: 1 / 2 8 7 , Al- M aj m u ': 2 / 2 0 9 , At - Tam h id: 2 / 2 7 5 ,da n la in - la inn ya )

Dalam r iw ayat Muslim ada tam bahan dalam hadit s 'Aisyah dengan lafazh :

"Maka beliau mencuci kedua telapak tangannya tiga kali".

Tam bahan " t iga kali" dalam hadit s diat as dikr it ik oleh I m am Abul Fadhl I bnu 'Am m ar sehingga beliau m enganggap bahw a tam bahan t er sebut ghair u m ahfuzh ( t idak t er j aga) at au dengan kat a lain sebagai t am bahan yang lem ah t idak bisa dipakai ber huj j ah. Dan kr it ikan t er sebut dikuat kan pula oleh I bnu Raj ab r ahim ahullah.

Lihat : 'I lalu l Ah a dit s Fii Kit a b Ash - Sh oh ih li M u slim bin H a j j aj h a l. 6 9 - 7 2 k arya Abu l Fa dhl I bnu 'Am m a r de n ga n t a h qiq Ali bin H a san Al- H a la by dan Fa t h ul Ba r y fii Sya r ah Sh oh ih Al- Bu k ha r y 1 / 2 3 4 ka rya I bnu Raj a b ( ce t . Da r I bnu l Jau zy)

Ada t am bahan lain dalam hadit s 'Aisyah j uga r iw ayat Muslim , lafazhnya sebagai ber ikut :

"Kemudian beliau mencuci kedua kakinya".

Tam bahan diat as j uga dilem ahkan oleh Abul Fadhl I bnu 'Am m ar dengan alasan bahw a Abu Mu'aw iyah ber sendir ian dalam m er iw ayat kannya dar i Hisyam . Sedangkan sedangkan m ur id- m ur id hisyam lainnya t idak yang m er iw ayat kannya, seper t i Za` idah, Ham m ad bin zaid, Jar ir , Waki', 'Ali bin Mushir dan lain- lainnya. Dan I m am Muslim sendir i t elah m em ber ikan isyarat bahw a tam m bahan it u adalah lem ah.

Lih a t : 'I lalu l Aha dit s Fii Kit a b Ash - Shoh ih li M u slim bin H a j j aj ha l. 6 9 - 7 2 de nga n t a h qiq Ali bin H a sa n Al- H ala by da n Fa t h ul Ba r y fii Sya ra h Sh oh ih Al- Buk ha r y

1 / 2 3 3 - 2 3 4 be r sa m a t a 'liq Thor iq bin 'I w a dh ullah .

Milis Ahlussunnah: [email protected] ; [email protected] ; [email protected]

Kesimpulan Cara Mandi Dalam Hadits 'Aisyah

Mencuci kedua t elapak t angan sebelum dim asukkan ke dalam bej ana, kem udian m enuangkan air dengan tangan kanan keat as tangan kir i lalu m encuci kem aluan, lalu ber w udhu dengan w udhu yang sem pur na sebagaim ana berw udhu unt uk sholat , kem udian m em asukkan kedua tangan kedalam bej ana, lalu m enciduk air dar i sat u cidukan lalu m enuangkan air tadi diatas kepala dan m enyela- nyelai r am but sam pai ke dasar kepala, kem udian m enyir am air kesem ua bagian t ubuh.

Dua : Sifat m andi j unub dalam hadit s Maim unah radhiyallahu 'anha.

Adapun cara yang kedua :

Lafazh hadit s Maim unah bint ul Har it s r adhiyallahu 'anha adalah sebagai ber ikut :

"Saya meletakkan untuk Rasulullah shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam air mandi janabah maka beliau menuangkan dengan tangan kanannya diatas tangan kirinya dua kali atau tiga kali kemudian mencuci kemaluannya kemudian

menggosokkan tangannya di tanah atau tembok dua kali atau tiga kali kemudian berkumur-kumur dan istinsyaq (menghirup air) kemudian mencuci mukanya dan kedua tangannya sampai siku kemudian menyiram kepalanya kemudian menyiram seluruh tubuhnya kemudian mengambil posisi/tempat, bergeser lalu mencuci kedua kakinya kemudian saya memberikan padanya kain (semacam handuk-pent.) tetapi beliau tidak menginginkannya lalu beliau menyeka air dengan kedua tangannya. (HR. Bukhary-Muslim).

Dalam sifat m andi j unub r iwayat Maim unah diat as berbeda dengan sifat m andi j unub dalan hadit s 'Aisyah pada beber apa per kara :

Dalam hadit s Maim unah ada t am bahan m enggosokkan t angan ke t anah atau t em bok.

Dalam hadit s Maim unah t idak ada penyebut an m enyela- nyelai r am but .

Dalam salah sat u r iw ayat Bukhar y- Muslim pada hadit s Maim unah ada penyebut an bahw a kepala disir am t iga kali, nam un t idak dit er angkan cara m enuangkan air diatas kepala sebagaim ana dalam hadit s 'Aisyah.

Juga r iw ayat diat as m enunj ukkan bahwa t idak ada pengusapan kepala dalam hadit s Maim unah. Yang ada hanyalah m enyir am kepala t iga kali.

Dalam hadit s Maim unah m encucikan kaki dij adikan pada akhir m andi sedangkan dalam hadit s 'Aisyah m encuci kaki ikut ber sam a dengan w adhu.

12 Milis Ahlussunnah: [email protected] ; [email protected] ; [email protected] 0

Catatan Penting

Syeikh I bnu 'Ut saim in r ahim ahullah m enj elaskan bahw a m em ang ada beberapa per bedaan ant ara hadit s 'Aisyah dan hadit s Maim unah dan it u banyak t erj adi dalam beber apa 'ibadah yang diker j akan oleh Nabi shollallahu 'alaih i w a 'ala alihi w a sallam . Yait u beliau ker j akan 'ibadah t er sebut dengan bent uk yang berbeda- beda unt uk m enunj ukkan kepada um at bahwa ada keluasan dalam bent uk- bent uk 'ibadah t er sebut . Sepanj ang ada t unt unan dalam Syar i'at yang m enj elaskan bent uk- bent uk 'ibadah t er sebut m aka boleh diker j akan selur uhnya at au diker j akan secar a silih ber gant i. Dem ikian m akna penut uran Syeikh I bnu 'Ut saim in dalam kit ab beliau Tanbihil Afh am bisyar hi 'Um dat il 'Ahkam 1/ 83.

Beber apa Masalah Yang Ber kait an Dengan Tat a Car a Mandi Junub

1. Apakah disyar iat kan m enyela- nyelai j enggot

Para Fuqoha` m enyebut kan per kar a ini dalam t ata cara m andi j unub, seper t i I m am An- Naw aw y dalam Al- M a j m u ' 2 / 2 0 9 dan I m am I bnu Qudam ah dalam Al- Mughny 1/ 287. Ber kata I m am I bnu Abdil Bar ( At - Ta m h id 2 / 2 7 8 ) didalam hadit s 'Aisyah didapatkan apa yang m enguat kan pendapat yang m enyela- nyelai ( j enggot nya- pent ) karena ucapannya 'Aisyah :

"Maka Nabi shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam memasukkan jari-jarinya ke dalam air kemudian menyela-nyelai dengan jari- jarinya dasar-dasar rambut"

Menunj ukkan um um nya ram but j enggot dan kepala w alaupun yang paling nam pak didalam nya adalah r am but kepalanya.

2. Tat a car a m andi j anabah ini j uga ber laku bagi per em puan dan t idak ada per bedaan kecuali dalam hal m em buka kepang ram but nya. Dan m em buka kepang r am but bagi per em puan t idaklah w aj ib bila air dapat sam pai ke pangkal ram but tanpa m em buka kepangnya, sebagaim ana dalam hadit s Um m u Salam ah r adhiyallahu 'anha :

"Sesungguhnya ada seorang perempuan bertanya : wahai Rasulullah, sesungguhnya saya perempuan yang sangat keras kepang rambutku apakah saya harus membukanya untuk mandi janabah ? Rasulullah menjawab : Tidak, sesungguhnya cukup bagi kamu untuk menyela-nyelai kepalamu tiga kali kemudian menyiram air diatasnya, maka kamu sudah suci". (HSR. Muslim )

Milis Ahlussunnah: [email protected] ; [email protected] ; [email protected]

"Dari 'Ubaid bin 'Umair, beliau berkata : telah sampai kepada 'Aisyah bahwasanya Abdullah ibnu 'Amr memerintahkan para perempuan untuk membuka kepang rambut bila mandi janabah. Maka 'Aisyah berkata : Alangkah mengherankan Ibnu 'Amr ini, ia memerintahkan para perempuan untuk membuka kepang rambutnya, kenapa dia tidak memerintahkan mereka untuk menggundul rambutnya?. Sesungguhnya saya mandi bersama Rasulullah dari satu bejana dan tidaklah saya menambah dari menyiram kepalaku tiga kali siraman". (HSR. Muslim )

Be r ka t a I m am Al- Ba gha w y : Mengam alkan hal ini adalah pilihan sem ua Ahlul 'I lm i bahwasanya m em buka kepang ram but t idak w aj ib pada m andi j unub j ika air bisa m asuk

ke pangkal r am but nya. ( Syar h Su nn ah 2 / 1 8 )

3. Adapun orang yang haid atau nifas, m aka t ata cara m andinya sam a dengan m andi j anabah kecuali dalam beber apa per kara :

a. Disunnahkan baginya unt uk m engam bil pot ongan kain, kapas at au yang sej enisnya kem udian diber i w angi- w angian/ har um - har um an kem udian dioleskan/ digosokkan pada t em pat keluar nya darah ( kem aluannya) unt uk m em bersihkan dan m ensucikan dar i bau yang kur ang sedap.

Hal ini didasar kan pada hadit s 'Aisyah :

"Sesungguhnya ada seorang perempuan datang kepada Nabi shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam bertanya tentang mandi dari Haid. Maka Nabi menjawab ambillah secarik kain yang diberi wangi-wangian kemudian kamu bersuci dengannya. Dia bertanya lagi : Bagaimana saya bersuci dengannya?. Nabi shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam menjawab : Bersucilah dengannya . Dia bertanya lagi bagaimana?. Nabi Menjawab : Subhanallah, bersucilah dengannya. Kemudian akupun menarik perempuan itu ke arahku, kemudian saya berkata : Ikutilah (cucila) bekas-bekas darah (kemaluan)". (HR. Bukhary-Muslim)

Dan ini dilakukan sesudah selesai m andi sebagaim ana dalam hadit s 'Aisyah bahw asanya Asm a` bint u Syakal ber tanya kepada Nabi shollallahu 'alaihi w a 'ala alihi w a sallam t ent ang m andi Haid, m aka Nabi shollallahu 'alaihi w a 'ala alihi w a sallam m enj awab :

"Hendaklah salah seorang di antara kalian mengambil air dan daun bidara kemudian bersuci dengan sempurna kemudian menyiram kepalanya dan menyela-nyelanya dengan keras sampai ke dasar rambutnya kemudian menyiram kepalanya dengan air. Kemudian mengambil sepotong kain (atau yang semisalnya-pent.) yang telah diberi wangi-wangian kemudian dia bersuci dengannya. Kemudian Asma` bertanya lagi : "Bagaimana saya bersuci dengannya?". Nabi menjawab : "Subhanallah, bersuci dengannya". Kata 'Aisyah : "Seakan-akan Asma` tidak paham dengan yang demikian, maka ikutilah (cucilah) bekas-bekas darah (kemaluan)". (HSR. Muslim)

Milis Ahlussunnah: [email protected] ; [email protected] ; [email protected]

( Lih a t Al- M aj m u ' 2 / 2 1 8 , Al- M u gh n y 1 / 3 0 2 , dll)

b. Disunnahkan pula unt uk m andi dengan air dan daun bidar a sebagaim ana hadist 'Aisyah diat as.c. Disunnahkan bagi w anit a unt uk m em buka kepang r am but nya, sebagaim ana hadit s 'Aisyah yang dir iw ayat kan oleh I m am Bukhar y :

"Bukalah kepang rambutmu dan bersisirlah dan tahanlah 'umrah kamu".

Sisi pe n da lila nn ya : w alaupun 'Aisyah disini m andi unt uk t ahlil ( unt uk haj i) bukan m andi haid t et api t ahlul ( unt uk haj i) disin i m enghar uskan dia unt uk m andi kar ena m andi it u m er upakan sunnah unt uk ihram dan dar i sit ulah dat ang per int ah m andi secara j elas dalam kisah ini, sebagaim ana dir iw aat kan oleh I m am Muslim dar i j alan Abi Azzubair dar i Jabir

” Maka mandilah dan tahallullah untuk haji"

Jadi kalau boleh baginya unt uk ber sisir dalam m andi ihr am padahal hukum m andinya hanya sunnah, m aka bolehnya unt uk m andi haid yang hukum nya waj ib adalah lebih ut am a.

Tet api hukum m em buka kepang r am but disin i hanya sunnah t idak sam pai w aj ib kar ena hadit s Um m u Salam ah :

"Ummu Salamah bertanya : "Ya Rasulullah, saya adalah perempuan yang sangat kuat kepang rambutku. Apakah saya membukanya untuk mandi jenabah ?. Rasulullah menjawab : "Tidak". Dan dalam salah satu riwayat : "Untuk mandi haid dan janabah". (HSR. Muslim).

Dan I m am Bukhar y m em bawakan bab :

W a n it a m em bu ka ke pan g ra m but n ya ke t ika m a n di da ri ha id.

Dan ini adalah pendapat Jum hur Ulam a. Wallahu A'lam .

Pe rik sa : Al- M aj m u ' 2 / 2 1 6 , Al- M u ghn y 1 / 3 0 0 , Fa t h ul Ba r y 1 / 4 1 7 , dan Al- M u ha lla 2 / 3 8

Ke m u dia n da r i sisi pa n dan ga n :

a. Ket ika m andi j anabah t idak per lu m em buka kepang ram but sebagai kem udahan kar ena ser ing dilakukan, m aka t ent u m em ber at kan kalau har us dibuka. Ber beda dengan m andi haid kar ena hanya dilakukan sekali sebulan um um nya pada wanit a norm al.

b. Kar ena m andi j anabah, r entang wakt u ant ara j unubnya dengan m andinya lebih pendek dar i m andi haid, yang bisa m enunggu sam pai ber har i- har i, m aka unt uk kesem pur naan m andinya dan kesegarannya m aka disyar i'at kan dibuka kepang r am but nya.Wallahu A'lam

Milis Ahlussunnah: [email protected] ; [email protected] ; [email protected]

4. Tidaklah m akr uh m enger ingkan badan dengan kain, handuk, t issu at au yang sej enisnya, kar ena t idak adanya dalil yang m enunj ukkan hal t er sebut , dan asalnya adalah m ubah.

Tapi t idaklah dir agukan bahwa yang paling ut am a adalah m em biar kannya tanpa diker ingkan ber dasar kan hadit s I bnu 'Ab bas radhiyallahu 'anhum a r iw ayat Bukhar y- Muslim :

"Nabi shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam mengakhirkan sholat 'Isya sampai mendekati pertengahan malam. Maka keluarlah 'Umar lalu berkata : "Wahai Rasulullah, para perempuan dan anak kecil telah tidur'. Maka keluarlah beliau dan kepalanya masih meneteskan air seraya berkata : "Andaikata tidak memberatkan umatku atau manusia maka saya akan memerintahkan mereka untuk melakukan sholat ('Isya) pada waktu ini".".

Be r ka t a I bn u l M ula qqin dala m Al- I 'lam 2 / 2 9 2 : "Dalam (hadits ini) menunjukkan tidak ber-tansyif (menyeka air dari anggota tubuh) karena andaikata beliau shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam ber- tansyif niscaya kepalanya tidak meneteskan air dan tidak seorangpun yang berpendapat bahwa ada perbedaan antara kepala dan badan dalam hal tansyif ".

Adapun lafadz yang dipakai sebagian ulam a t ent ang m akr uhnya hal t er sebut yait u lafadz dalam hadit s Maim unah :

"Maka sayapun memberikan kepada beliau secarik kain maka beliau tidak menginginkannya".

Maka dapat dij aw ab dar i beberapa sisi :

a. Sebagian r aw i kelir u dalam m enet apkan lafadz ini dengan m em bacanya ﺎﻫ ﺩﺮﻳ ﻢﹶﻠﹶﻓ

yang benar nya adalah ﺎﻫﺩﺮِﻳ ﻢﻠﻓ .

Kat a Al- Hafidz I bnu Haj ar : Dengan di- dhom m a aw alnya dan dal- nya disukun dar i ﹸﺓﺩﺍﺭﹺﺈﹾﻟﺍ dan asalnya " ﺎﻫﺪﻳﹺﺮﻳ " t et api di- j azm - kan dengan lam . Maka siapa yang m em bacanya di-

fat hah awalnya ( ya` - nya) dan di- t asydid dal- nya m aka dia m er ubah dan m er usak m aknanya. Dan I m am Ahm ad m er iwayat kan dar i Affan dar i Abu 'Aw anah dengan sanad ini dan diakhir nya beliau ber kat a :

"Dan dia berkata demikian dan memberikan isyarat dengan tangannya bahwasanya dia tidak menginginkannya". (Lihat : Fathul Bary 1/376)

16 Milis Ahlussunnah: [email protected] ; [email protected] ; [email protected] + 16 Milis Ahlussunnah: [email protected] ; [email protected] ; [email protected] +

c. Maim unah yang m em ber ikan kain kepada Rasulullah shollallahu 'alaih i w a 'ala alih i w a sallam m enunj ukkan bahwa kebiasaan beliau set elah m andi adalah m enggunakan kain t api dalam kesem patan ini saj a beliau t idak m em akainya. Dar i ket er angan ini, boleh j adi hadit s ini ber m akna sunnah sebagai kebalikan dar i apa yang m er eka paham i bahw a m am akai kain set elah m andi adalah m akr uh.

Dan ini adalah pendapat Hasan Al- Basr i, I bnu Sir in, Sufyan At s- Tsaur i, Ahm ad, Malik, dan

lain- lain. ( Lih a t : Syar h Sun n ah : 2 / 1 5 , I h k am ul Ah ka m : 1 / 9 7 , At - Ta m hid :

2 / 2 7 6 da n Asy- Sya r h Al- M um t i' : 1 / 2 5 3 ) .

5. Sudah cukup m andi dar i w udhu, m aka bar ang siapa yang m andi dan t idak ber w udhu. Maka sudah t er angkat dar inya dua hadat s, yait u hadat s kecil dan besar dan boleh baginya unt uk sholat sebagaim ana firm an Allah Ta'ala :

"Dan (jangan pula dekati sholat) sedangkan kalian dalam keadaan junub kecuali sekedar berlalu sampai kalian mandi". (QS. An-Nisa` : 43).

Ka t a I bnu Qu da m a h : dij adikan m andi it u sebagai puncak/ t uj uan dar i larangan unt uk sholat , m aka j ika dia t elah m andi w aj ib m aka t idak t er lar ang lagi baginya unt uk sholat . Dan sesungguhnya keduanya yait u m andi dan w udhu, dua ibadah yang sej enis, m aka

m asuk yang kecil kedalam yang besar seper t i um r ah dalam haj i ( Liha t :Al- M u ghn y 1/289).

Ka t a I bn u Abdil Ba r : or ang yang m andi dar i j anabah j ika dia belum ber w udhu dan m enyir am selur uh badannya m aka sungguh dia t elah m enunaikannya yang w aj ib baginya, kar ena sesungguhnya Allah Ta'ala hanya m ew aj ibkan kepada yang j unub m andi dar i j anabah t anpa w udhu dengan fir m annya.

"Dan jika kalian junub, maka bersucilah". (QS. Al-Ma`idah : 6).

Dan it u adalah ij m a' t idak ada khilaf di kalangan par a ulam a m er eka j uga sepakat t ent ang sunnahnya w udhu sebelum m andi m encont oh Rasulullah dan kar ena w udhu

t er sebut m em bant u m andi dan lebih m em ber sihkan padanya. ( Liha t : Al- I st idzk a r 1/327-328 ).

Ka t a I m a m Asy- Sya fi'iy : Allah mewajibkan mandi secara mutlaq, tidak disebut didalamnya sesuatu yang dimulai dengannya sebelum sesuatu. Maka jika orang yang mandi itu telah mandi (junub- pent), itu sudah cukup baginya dan Allah lebih tahu tentang bagaimana yang Dia datangkan demikian pula tidak ada batasan tentang air pada mandi janabah kecuali agar mendatangkan dengan menyiram

seluruh tubuhnya. ( Lih a t : Al- Um m 1 / 4 0 , Al- Fa t h 1 / 3 6 0 - 3 6 1 )

Milis Ahlussunnah: [email protected] ; [email protected] ; [email protected]

Ka t a I m am Al- Ba gh a w y : Dan ini adalah pendapat kebanyakan para ulama dan diriwayatkan dari Salim bin Abdullah bin Umar bahwasanya Abdullah bin Umar mandi kemudian berwudhu, maka saya berkata padanya : wahai bapakku bukankah cukup bagimu mandi dari wudhu ? Ibnu Umar menjawab : iya, akan tetapi saya kadang-kadang memegang kemaluanku, maka saya berwudhu. Dikeluar kan oleh I m am Malik dalam Al- M uw a t ho' 1 / 4 3 dan dishohihkan sanadnya oleh

Al- Ar na` ut h dalam t a'liqnya pada Sya rh Su nn a h 2 / 1 3 . ( Lihat pula Maj m u' Fa t aw a :2 1 / 3 9 6 - 3 9 7 , 1 / 3 9 7 , Al- M u h alla : 2 / 4 4 ) .

6. Tidak disyar at kan berw udhu lagi sesudah m andi j anabah, kar ena Nabi shollallahu 'alaihi w a 'ala alih i w a sallam langsung sholat sesudah m andi j anabah t anpa ber w udhu lagi, sebagaim ana dalam hadit s 'Aisyah :

"Adalah Rasulullah shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam mandi janabah dan sholat dua raka'at kemudian sholat shubuh dan saya tidak melihatnya berwudhu lagi setelah mandi". (HR. Imam Abu Daud 1/172 no. 250).

Dan dar i 'Aisyah :

"Adalah Nabi shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam tidak berwudhu lagi sesudah mandi. Dan ditambahkan oleh Ibnu Majah : Dari mandi janabah". (HR. At-Tirmidzy 1/179 no. 107 dan berkata : Hadits ini Hasan Shohih dan An-Nasa`i

1/137 no. 252 dan Ibnu Majah 1/191 no. 579 dan dishohihkan oleh Syeikh Muqbil dalam Al-Jami' Ash-Shohih 1/548).

Ka t a I m a m An - N a w a w y ( Al- M aj m u ' 2 / 2 2 5 ) : Dan Ar - Rafi'i dan yang lainnya telah m enukil kesepakat an bahwasanya t idak disyar iat kan w udhu dan m udah- m udahan it u adalah ij m a'.

Tapi per lu diingat bahwa t idak per lunya ber w udhu set elah m andi, bila dia m eniat kan w adhu ber sam a dengan m andi sebagaim ana t elah dim aklum i t ent ang waj ibnya niat pada set iap 'ibadah. Baca Fat aw a Al- Laj nah Ad- Da` im ah 5/ 326.

7 . D isu n na h ka n u n t u k t ida k k u ra n g da ri sa t u sh o' ( em pa t m u dd) .

Sebagaim ana dalam hadit s Safinah r adhiyallahu 'anhu :

"Adalah Nabi shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam mandi dengan satu sho' dan berwudhu dengan satu mudd (ukuran dua telapak tangan normal). (HSR. Muslim).

Dan dalam hadit s Anas :

"Dengan satu sho' sampai lima mudd". (HR. Bukhary-Muslim).

Dan j uga dir iw ayat kan dalam Shohih Al- Buk har y dar i hadit s Jabir dan 'Aisyah.

Milis Ahlussunnah: [email protected] ; [email protected] ; [email protected]

8 . D a n bole h k u ra n g da r i sa t u sh o'.

Hal ini j uga dit unj ukkan oleh banyak hadit s diant aranya :

a. Hadit s 'Aisyah

ﻚﻟﹶﺫ ﻦﻣ ﹰﺎﺒﻳﹺﺮﹶﻗﻭ ﺩﺍﺪﻣﹶﺃ ﹶﺔﹶﺛﹶﻼﹶﺛ ﻊﺴﻳ ﺪﺣﺍﻭ ٍﺀﺎﻧﹺﺇ ﻲﻓ ﻢﱠﻠﺳﻭ ﻪﻟﺁ ﻰﹶﻠﻋﻭ ﻪﻴﹶﻠﻋ ُﷲﺍ ﻰﱠﻠﺻ ِﷲﺍ ﹸﻝ ﻮﺳﺭﻭ ﺎﻧﹶﺃ ﹸﻞِﺴﺘﹾﻏﹶﺃ ﺖﻨﹸﻛ

"Saya mandi bersama Rasulullah shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam dari satu bejana memuat tiga mudd atau sekitar itu". (HR. Muslim).

b. Hadit s 'Aisyah yang lain :

ﺔﺑﺎﻨﺠﹾﻟﺍ ﻦﻣ ﻪﻴﻓ ﺎﻨﻳﺪﻳﹶﺃ ﻒﻠﺘﺨﺗ ﺪﺣﺍﻭ ٍﺀﺎﻧﹺﺇ ﻦﻣ ﻢﱠﻠﺳﻭ ﻪﻟﺁ ﻰﹶﻠﻋﻭ ﻪﻴﹶﻠﻋ ُﷲﺍ ﻰﱠﻠﺻ ِﷲﺍ ﹸﻝﻮﺳﺭﻭ ﺎﻧﹶﺃ ﹸﻞِﺴﺘﹾﻏﹰﺃ ﺖﻨﹸﻛ

"Saya mandi janabah bersama Rasulullah shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam dari satu bejana dan tangan kami berebutan didalamnya". (HR. Bukhary-Muslim).

c. Hadit s I bnu Abbas :

ﺪﺣﺍﻭ ٍﺀﺎﻧﹺﺇ ﻦﻣ ﻥﹶﻼِﺴﻐﻳ ﺎﻧﺎﹶﻛ ﹶﺔﻧﻮﻤﻴﻣﻭ ﻢﱠﻠﺳﻭ ﻪﻟﺁ ﻰﹶﻠﻋﻭ ﻪﻴﹶﻠﻋ ُﷲﺍ ﻰﱠﻠﺻ ﱯﻨﻟﺍ ﱠﻥﹶﺃ

"Sesungguhnya Nabi shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam dan Maimunah keduanya mandi dari satu bejana". (HR.

Bukhary-Muslim).

9 . Tida k boleh da n t e r ce lan ya ber le bih- le bih a n ( bor os) dalam m en ggu na k an a ir

da lam w u dh u da n m an di j un u b.

Hal ini dt unj ukkan oleh hadit s Abdullah bin Mughoffal dengan sanad yang shohih yang dir iw ayat kan oleh I m am Abu Daud, Rasulullah shollallahu 'alaihi w a 'ala alihi w a sallam ber sabda :

ِﺀﺎﻋﺪﻟﺍﻭ ﹺﺭﻮﻬَﱠﻄﻟﺍ ﻲﻓ ﹶﻥﻭﺪﺘﻌﻳ ﻡﻮﹶﻗ ﺔﻣﹸﺄﹾﻟﺍ ﻩﺬﻫ ﻲﻓ ﹸﻥﻮﹸﻜﻴﺳ ﻪﻧﹺﺇ

"Sesungguhnya akan ada pada ummat ini suatu kaum yang berlebih-lebihan dalam bersuci dan berdo'a".

Wallahu A'lam w a Ahkam .

[ 1] I n i adalah kinayah dar i m elakukan hubungan suam i- ist r i.

[ 2] Pada sebagian r iwayat ada lafazh per int ah t api ada kelem ahan dar i sisi sanadnya.

19

Milis Ahlussunnah: [email protected] ; [email protected] ; [email protected]