CARA PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN DI PANTI ASUHAN (Studi di Panti Asuhan AL-Muttaqin Kecamatan Muaradua Kabupaten OKU Selatan)

ABSTRAK

CARA PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN DI PANTI ASUHAN
(Studi di Panti Asuhan AL-Muttaqin Kecamatan Muaradua
Kabupaten OKU Selatan)

Oleh
YESY AFRIANTI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara pembentukan kemandirian dan
perilaku mandiri anak di Panti Asuhan Al-Muttaqin Kecamatan Muaradua
Kabupaten OKU Selatan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisa data yang digunakan adalah reduksi
data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan cara pembentukan perilaku mandiri anak menurut Bimo Walgito.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa cara pembentukan kemandirian di Panti
Asuhan Al-Muttaqin memiliki tiga cara pembentukan perilaku kemandirian.
Pertama, pembentukan perilaku kemandirian dengan kondisioning atau kebiasaan
yaitu pengasuh
membiasakan anak-anak agar dapat melakukan rutinitasnya

seperti terbiasa bangun pagi, membersihkan tempat tidur, shalat, membantu
menyiapkan makanan dan mematuhi tata tertib. Kedua, pembentukan perilaku
kemandirian dengan cara memberi pengertian (insight) yaitu anak-anak diberikan
pengertian untuk membentuk mereka menjadi mandiri. Ketiga, pembentukan
perilaku kemandirian dengan menggunakan model atau contoh yaitu memberikan
contoh terhadap anak-anak agar mereka dapat meniru atau mencontoh kebiasaan
baik pengasuhnya. Dari cara penanaman kemandirian maka terlihat perilaku
mandiri anak seperti adanya rasa tanggung jawab, mampu mengambil keputusan
sendiri, mampu mengerjakan tugas rutinitas sehari-hari tanpa bantuan orang lain
Kata kunci : cara, pembentukan, kemandirian

ABSTRACT

THE METHOD OF INDEPENDENCEESTABLISHMENT IN
ORPHANAGE
(Studies in Orphanages AL-MuttaqinSubdistrict ofMuaradua
District of South OKU)

By
YESY AFRIANTI


The purpose of this research is to determine the behavioral method of selfcultivation of Independence and children in the orphanage Al-MuttaqinMuaradua
District of South OKU regency. The research method that used in this study is a
qualitative research method with interview data collection techniques, library
research and study documentation. Analysis techniques used are reduction,
presentation and conclusion. On this research, the researchers used method of
formationindependent children's behavior according to BimoWalgito. The results
of this research showed that method of independence plant in Al-Muttaqin
Orphanage has three ways of forming behavior of self-independence of the
formation. The first, formation Behavior Independence with the habit of
conditioning or caregiver get the children to be able to perform such routine used
to get up early, clean bed, praying, helping prepare food and obey the order.
Second formation behaviorindependence by Giving Understanding (Insight) that
children are given the sense to make them to be independent. Third, formation of
independence behavior with a model or an exampleis provides an example to the
children so that, they can imitate the good habits from their caretakers. From the
method of independence plant showed independence behaviour’s children like
sense of responsibility, capable to make their own decisions, and capable to do
daily activities without other people’s helping.
Keywords: method, establishment, independence


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada hari Jum’at tanggal 17 April 1992 di
Muaradua Kabupaten OKU Selatan dan dibesarkan di Kp. Rengas Kecamatan
Muaradua Kabupaten OKU Selatan. Penulis merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara, pasangan Bapak Jauhari dan Ibu Maria .
Pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis :
1. Sekolah Dasar Negeri 5 Muaradua Kabupaten OKU Selatan diselesaikan
pada tahun 2002.
2. SMP Negeri 1 Muaradua Kabupaten OKU Selatan yang diselesaikan pada
tahun 2007.
3. SMA Negeri 1 Muaradua Kabupaten OKU Selatan yang diselesaikan pada
tahun 2010.
Pada tahun 2010 penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas Lampung di
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi melalui jalur undangan
atau PKAB. Dalam perjalanan menempuh pendidikan ini penulis mengikuti
Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kasui Pasar Kecamatan Kasui Kabupaten Way
Kanan pada tahun 2013. Penulis pernah mengikuti kegiatan kampus yaitu Makrab
(Malam Keakraban) di Pulau Canti. Selama menempuh pendidikan di Unila

penulis juga aktif mengikuti organisasi kemahasiswaan, yaitu HMJ Sosilogi pada
tahun 2010 sebagai anggota.

PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmanirrohiim
Kupersembahkan karyaku ini untuk mama dan papaku
tersayang yang tiada hentinya memberikan cinta, do’a,
dan dukungan untuk keberhasilanku
Kakakku fredy dan adikku neny, yang memberikan
semangat berkarya dan sukses demi kebahagiaan kedua
orang tua dan keluarga
Seseorang, yang telah mengajariku arti ketulusan dan
keikhlasan yang sesungguhnya
Sahabat-sahabat terbaikku yang menjadi inspirasi dan
motivator luar biasa dalam setiap langkahku
Almamater tercinta Universitas Lampung

MOTO

Harga kebaikan manusia adalah diukur menurut apa

yang telah dilaksanakan / diperbuatnya
( Ali Bin Abi Thalib )

Orang-orang optimis melihat bunga mawar, bukan
durinya, orang-orang pesimis terpaku pada duri dan
melupakan mawarnya
(Khalil Gibran)

Percayalah yang terjadi adalah yang terbaik menurut
tuhan
(Yesy Afrianti)

SANWACANA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah dan inayah-Nya di setiap perjalanan hidup dalam
menempuh pendidikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Cara Pembentukan Kemandirian Di Panti Asuhan” sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Sosiologi pada Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik di Universitas Lampung.

Dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan bimbingan,
motivasi serta dukungan kepada penulis. Atas segala bantuan yang diterima,
dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
2. Bapak Drs. Susetyo, M.Si., selaku Ketua Jurusan Sosiologi

3. Ibu Dra. Anita Damayanti, M.H, selaku pembimbing utama, terimakasih
atas segala bimbingan, motivasi dan kepercayaan diri yang ibu berikan
dalam proses penyelesaian skripsi ini.
4. Ibu Endry Fatimaningsih, S.Sos, M.Si., selaku Pembimbing Akademik
sekaligus pembahas dosen, terimakasih banyak atas segala saran dan
bimbingan selama menjadi mahasiswa dan selama proses penyelesaian
skripsi ini.
5. Terimakasih banyak kepada seluruh dosen-dosen sosiologi yang telah
banyak memberikan ilmu dan inspirasi besar dalam hidup penulis, Ibu

Paraswati, Ibu Dewi, Ibu Erna, Ibu Vivit,

Ibu Yuni, Pak Ben, Pak

Bintang, Pak Gede, Pak Ikram, Pak Suwarno, Bung Pay, Pak Usman, Pak
Fahmi. Terimakasih untuk setiap pengetahuan dan motivasi baru yang
penulis peroleh setiap harinya selama kuliah.
6. Kepada seluruh keluargaku yang tiada henti-hentinya memberikan
semangat dan dukungan. Mama Papa terimakasih untuk kasih sayang
kalian untukku , do’a, tenaga yang banyak berkorban untuk kesuksesan
anakmu ini. Adik ku Neny Ayu Astri yang selalu memberi dukungan dan
mengingatkanku untuk selalu kuat. Kakak ku Fredy Ocktariansyah
terimakasih untuk semuanya.
7. Terimakasih untuk sepupu-sepupu kece yang udah suport, nemenin maen
kesana-sini dan gila-gilaan bareng (Adek Cindy, adek Avis, adek Dian,
Ayuk Eva, ayuk Neti. Terimakasih untuk setiap kebersamaan kita, dan
kebahagiaan yang tercipta disetiap kebersamaaan itu My Big Family. Love
you....

8.


COLE2 terimakasih untuk kebersamaan kita, canda, tawa, haru, duka kita
jalani bersama di Sosiologi, aku bahagia, aku bangga, dan aku bersyukur
memiliki kalian semua dalam sejarah hidupku. sudah mengisi hari-hariku
dengan

kebersamaan yang tak akan terlupakan makasih ya cole-cole

Heppy, Putri, Sakina, Welly dan Yeti. Makasih juga buat Desi yang udah
suport aku.
I Love All......
9. Sosiologi 2010, yang gak bisa disebutin satu persatu Terimakasih telah
menjadi bagian dalam perjalanan kesuksesan ini.
10. Seluruh pihak yang berperan besar dalam perjalanan penulis mencapai
semua ini, penulis ucapkan terimakasih syukron jidan...

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, penulis
mohon maaf dan semoga skripsi ini dapat diterima di masyarakat. Harapan
penulis semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi untuk
seluruh pihak. Semoga kita semua selalu dalam lindungan-Nya dan senantiasa

menjadi orang-orang yang istiqomah berada di jalan-Nya. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung,
Penulis,

Yesy Afrianti

Januari 2015

DAFTAR ISI

Halam
an
DAFTAR TABEL .....................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................................................................1
B. Perumusan Masalah ........................................................................................8

C. Tujuan Penelitian............................................................................................8
D. Kegunaan Penelitian .......................................................................................9
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Cara Pembentukan........................................................................10
B. Kemandirian ...................................................................................................11
1. PengertianKemandirian .............................................................................11
2. Cara MembentukPerilakuKemandirian .....................................................14
3. Faktor-FaktorKemandirian ........................................................................16
4. PerilakuMandiri .........................................................................................24
C. PantiAsuhan ...................................................................................................26
1. Pengertian ..................................................................................................26
2. TujuanPantiAsuhan ...................................................................................27
3. FungsiPantiAsuhan ....................................................................................28
D. KerangkaPikir.................................................................................................29
BAB IIIMETODE PENELITIAN
A.
B.
C.
D.
E.

F.
G.

TipePenelitian.................................................................................................31
FokusPenelitian ..............................................................................................32
LokasiPenelitian .............................................................................................32
JenisdanSumber Data .....................................................................................33
PenentuanInforman ........................................................................................33
TeknikPengumpulan Data ..............................................................................34
TeknikAnalisis Data .......................................................................................35

BAB IVGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Berdirinya Panti Asuhan Al-Muttaqin Kecamatan Muaradua
Kabupaten OKU Selatan ...............................................................................37
B. Lokasi Panti Asuhan Al-Muttaqin Kecamatan Muaradua
Kabupaten OKU Selatan ...............................................................................38
C. Visi dan Misi Panti Asuhan Al-Muttaqin .......................................................39
D. Maksud dan Tujuan Panti Asuhan ................................................................39
E. Gambaran Umum Struktur, Tugas dan Fungsi Kepengurusan
Panti Asuhan Al-Muttaqin Muaradua ...........................................................40
F. Sarana dan Prasarana Panti Asuhan Al-Muttaqin .........................................43
G. Keadaan Anak Asuh Panti Asuhan Al-Muttaqin Berdasarkan
Umur, Jenis Kelamin dan Pendidikan ...........................................................44
BAB VHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ...............................................................................................47
1. Identitas Informan .....................................................................................47
2. Cara Merekrut Pengasuh dan Anak Asuh di Panti Asuhan
Al-Muttaqin ...............................................................................................52
3. Cara Pembentukan Kemandirian di Panti Asuhan ....................................56
4. Kendala Pembentukan Kemandirian .........................................................62
5. Faktor yang MempengaruhiTerbentuknyaKemandirian ............................64
6. Perilaku Mandiri Anak ..............................................................................67
B. Pembahasan
1. Pengasuh dan Anak Asuh ..........................................................................72
2. Cara Pembentukan Kemandirian di Panti Asuhan ....................................73
3. Kendala Pembentukan Kemandirian .........................................................76
4. Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Kemandirian .........................76
5. Perilaku Kemandirian Anak ......................................................................78
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.....................................................................................................79
B. Saran ..............................................................................................................80
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Daftar Pendidikan Terakhir Pengurus Panti Asuhan Al-Muttaqin ..............41
Tabel 2. Data Anak Panti Asuhan Al-Muttaqin Berdasarkan Jenis Kelamin ............44
Tabel 3. Data Anak Panti Asuhan Al-Muttaqin Berdasarkan Umur Tahun 2014 .....45
Tabel 4. Pendidikan Anak Panti Asuhan Al-Muttaqin Muaradua Tahun 2014 .........45
Tabel 5. Identitas Informan ........................................................................................51
Tabel 6. Cara Merekrut Pengasuh dan Anak Asuh ....................................................56
Tabel 7. Cara Pembentukan Kemandirian di Panti Asuhan .......................................60
Tabel 8. Kendala Pembentukan Kemandirian ............................................................64
Tabel 9. Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Kemandirian ............................66
Tabel 10. Perilaku Mandiri Anak ...............................................................................71

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir ............................................................................. 30
Gambar 2. Struktur Kepengurusan Panti Asuhan Al-Muttaqin Kecamatan Muaradua
Kabupaten OKU Selatan ........................................................................................... 40

1

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak merupakan bagian yang terpenting dalam kelangsungan hidup
manusia dan sebagai generasi penerus dalam suatu keluarga maupun
negara. Setiap anak terlahir dalam keadaan tidak sempurna, oleh karena
ituanak membutuhkan bimbingan, perlindungan, pembentukan perilaku,
perhatian dan kasih sayang dari orang tua. Hal ini bertujuan agar anak
memiliki pandangan dan keyakinan terhadap dirinya baik yang bersifat
positif maupun negatif.

Sejak lahir anak diperkenalkan dengan pranata, aturan, norma dan nilainilai budaya yang berlaku melalui pembinaan yang diberikan oleh orang
tua dalam keluarga. Proses sosialisasi pertama kali terjadi dalam
lingkungan keluarga melalui pembinaan yang diberikan oleh orang tua. Di
sini pembinaan anak sebagai bagian dari proses sosialisasi yang paling
penting dan mendasar karena fungsi utama pembinaan anak adalah
mempersiapkan anak menjadi seorang yang mandiri.

Keutuhan keluarga sangat diperlukan dan penting dalam pendewasaan
anak. Kehadiran orang tua memungkinkan adanya rasa kebersamaan

2

sehingga memudahkan orang tua mewariskan nilai-nilai moral yang
dipatuhi dan ditaati dalam berperilaku, sehingga anak dapat tumbuh dan
berkembang menjadi manusia yang mandiri. Oleh karena itu, mereka
membutuhkan pertolongan dari orang dewasa yaitu melalui pendidikan
dan pelatihan. Dalam hal ini keluarga sangat berperan penting untuk
menanamkan kemandirian pada anak, terutama orang tua.

Menurut Walgito (1990:106) adanya tuntutan dan kedudukan yang sama
sebagai warga negara maka anak perlu mendapatkan perhatian secara
khusus dengan pembinaan sikap dan perilaku sosial anak. Untuk
dapatmandiri seseorang membutuhkan kesempatan, dukungan dan
dorongan darikeluarga serta lingkungan sekitarnya, agar dapat mencapai
otonomi atas dirinyasendiri. Dengan demikian untuk terbentuknya
pendewasaan

seseorang

anak

dibutuhkan

interaksi

sosial.

(http://lib.unnes,ac.id/4542/1//)

Menurut Shochib (2000:18) peran orang tua dan peran respon dari
lingkungan sangat diperlukan bagi anak sebagai penguat untuk setiap
perilaku yang telah dilakukannya. Keutuhan orang tua (ayah dan ibu)
dalam sebuah keluarga sangat dibutuhkan dalam membantu anak untuk
memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri.(http://ratuwithlov
elygirl.blogspot.com/2012/03/pola-asuh-orangtua-dan-implikasinya.html)

Peran ayah dalam keluarga sangatlah penting dalam membentuk
kemandirian anak, tanpa mengesampingkan peran ibu yang juga penting.
Seorang ayah sebagai kepala keluarga sekaligus pengambil keputusan

3

utama memiliki posisi penting dalam mendidik anak. Seorang anak yang
dibimbing oleh ayah akan cenderung berkembang menjadi anak yang lebih
kuat, memiliki pengendalian emosional dan perilaku kemandirian yang
lebih baik dibandingkan anak yang tidak memiliki ayah.

Menurut Dagun (2002:12-17) dalam sebuah keluarga ayah memainkan
peranan sebagai :
1. Provider atau penyedia dan pemberi fasilitas.
2. Protector yaitu pemberi perlindungan.
3. Decision maker atau pembuat keputusan.
4. Childspesialiser and edukator atau pendidik dan yang menjadikan
anak sosial.
5. Nurtured Mother atau pendamping ibu.

Berbeda halnya dengan anak yatim, tidak adanya ayah atau ibu dalam
keluarga membuat anak menjadi kurang perhatian dan pendidikan
terabaikan. Anak yatim tidak bisa merasakan peran ayah karena mereka
tidak mempunyai ayah. Mereka membutuhkan sosok lain yang bisa
menggantikan peran ayah dalam keluarganya. Salah satu cara yang
dilakukan agar anak yatim tetap dalam pengasuhan adalah dengan
menampung anak-anak tersebut ke dalam suatu wadah, yaitu panti asuhan
guna membantu meningkatkan kesejahteraan anak dengan cara mendidik,
merawat, membimbing, mengarahkan dan memberikan keterampilanketerampilan seperti yang diberikan oleh orang tua dalam keluarga.

4

Dasar hukum merawat anak yatim diatur dalam Undang-Undang Dasar
1945 pasal 34, bahwa “fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara
negara”. Pasal 34 tersebut mengamanatkan pemerintah untuk memelihara
anak terlantar dengan mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh
rakyat dan memberdayakan masyarakat lemah dan tidak mampu sesuai
dengan martabat dan kemanusiaan. Pemerintah juga bertanggung jawab
atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan
umum yang layak. (http://id.m.wikisource.org/wiki/undang-undang-dasarnegara-republik-indonesia-tahun1945/perubahan-iv)
.
Indonesia meratifikasi Konvensi Hak Anak melalui Keputusan Presiden
No. 36/1990 tertanggal 25 Agustus 1990. Dengan ratifikasi tersebut,
Indonesia secara teknis telah dengan sukarela mengikatkan diri pada
ketentuan-ketentuan yang terkandung dalam Konvensi Hak Anak. Sesuai
dengan Pasal 49 ayat 2, Konvensi Hak Anak dinyatakan berlaku di
Indonesia sejak tanggak 5 Oktober 1990. Pemerintah juga mengeluarkan
Peraturan Pemerintah No 2 Tahun 1988 tentang Usaha Kesejahteraan
Anak bagi Anak Yang Mempunyai Masalah. Anak yang mempunyai
masalah adalah anak yang antara lain tidak mempunyai orang tua, anak
terlantar, anak yang tidak mampu, anak yang mengalami masalah kelakuan
dan anak cacat (Soeaidy & Zulkhair, 2001:196).

Panti Asuhan merupakan suatu lembaga sosial yang mengasuh anak-anak
yang berlatar belakang kurang sempurna dari segi kekeluargaan seperti
anak yatim, anak piatu dan anak yatim piatu serta anak pakir miskin. Panti
asuhan didirikan untuk membina dan mendidik serta memelihara anak-

5

anak agar mendapat kehidupan yang layak baik dari segi ekonomi, sosial,
dan pendidikan demi masa depan mereka.

Melalui panti asuhan anak dididik dengan berbagai disiplin ilmu
pengetahuan yang dapat mengembangkan diri. Baik dari segi jasmani dan
rohani seperti ilmu pengetahuan, kreativitas dan akhlak. Panti asuhan
dapat membentuk pribadi anak menjadi anak yang mandiri dan
membentuk sikap diri yang sempurna. Panti asuhan juga mengajarkan
anak tentang konsep diri yang sempurna sesuai dengan ilmu pengetahuan
dan ajaran agama sehingga menjadi anak yang mandiri dan memiliki masa
depan yang cerah.

Kemandirian

merupakan sikap diri yang tanpa menggantungkan diri

dengan orang lain memandang manusia sebagai suatu kesatuan jasmani
dan rohani yang sempurna untuk dapat direalisasikan dalam kehidupan.
Dengan demikian kemandirian yang dimiliki seseorang dapat dilihat dari
dua aspek yakni aspek jasmani dan rohani yang dituangkan dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari. Aspek jasmani merupakan kemandirian yang
berkaitan dengan fisik, dimana seseorang dapat berbuat untuk dirinya
tanpa tergantung pada orang lain, demikian juga kemandirian dari aspek
rohani adalah adanya sikap dan keyakinan serta kemampuan yang lahir
karena pengetahuan dan pengalaman untuk melakukan sesuatu.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa kemandirian adalah
kemampuan seseorang dalam bersikap, bertingkah laku, berbuat dan
menciptakan sesuatu karena kekuatan yang lahir dari dalam diri dan

6

pribadi seseorang. Kemandirian tidak lahir begitu saja, namun tidak
terlepas dengan faktor pendidikan yang diperoleh baik melalui pendidikan
formal maupun pendidikan non formal.

Panti Asuhan adalah salah satu lembaga sosial yang mendidik dan
membina anak yang memiliki masalah sosial seperti kemampuan ekonomi,
kurangnya salah satu dari kepala keluarga atau keduanya, sehingga
lingkungan keluarga tidak lagi dapat memberikan solusi terhadap
permasalahan kehidupan yang membuat mereka merasa tidak memiliki
masa depan yang jelas. Melalui panti asuhan anak-anak panti diasuh,
dibina dan dididik dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan
sehingga dapat melatih kepercayaan diri berdasarkan pengetahuan dan
berbagai kreativitas yang dipelajari sehingga anak-anak merasa memiliki
masa depan yang jelas.

Panti asuhan berfungsi sebagai lembaga sosial di mana dalam kehidupan
sehari-hari, anak diasuh, dididik, dibimbing, diarahkan, diberi kasih
sayang, dicukupi kebutuhan sehari-hari. Di dalam panti para pengasuh
berusaha secara maksimal mungkin untuk mengantikan peran ayah sebagai
Provider

(penyedia

dan

pemberi

fasilitas),

Protector

(pemberi

perlindungan), decision maker (pembuat keputusan), child spesialiser and
edukator (pendidik dan yang menjadikan anak sosial) dan Nurtured
Mother (pendamping ibu) (Dagun, 2002:12-17). Tujuannya untuk
memberikan pelayanan kesejahteraan kepada anak-anak yatim, piatu,
yatim piatu dan miskin dengan memenuhi kebutuhan fisik, mental

7

dansosial agar kelak mereka mampu hidup layak dan hidup mandiri di
tengah-tengah masyarakat

Pengalaman anak yatim yang didapatkan selama dalam pengasuhan panti
asuhan diharapkan dapat menjadi bekal bagi mereka untuk dapat
berperilaku mandiri. Sebagai bekal mereka setelah keluar dari panti asuhan
karena setelah keluar dari panti, panti sudah tidak mempunyai tanggung
jawab lagi terhadap kehidupan anak asuhnya.

Panti Asuhan Al-Muttaqin kecamatan Muaradua Kabupaten OKU Selatan
adalah salah satu panti asuhan yang membina anak-anak dengan berbagai
latar belakang kehidupan sosial. Panti asuhan ini berperan dalam membina
dan mendidik anak-anak seperti menyekolahkan anak di lembaga
pendidikan formal yang ada di lingkungan panti asuhan. Panti asuhan juga
memberikan pendidikan non formal seperti keterampilan dan pembinaan
keagamaan.

Panti Asuhan Al-Muttaqin Kecamatan Muaradua Kabupaten OKU Selatan
berdiri sebagai wujud usaha untuk membantu meningkatkan kesejahteraan
sosial anak yatim, piatu, yatim piatu dan anak dari keluarga miskin bagi
masyarakat. Anak-anak yang ditampung dalam panti asuhan tersebut
adalah anak-anak yang tidak mempunyai ayah, ibu atau keduanya dan
anak-anak dari keluarga miskin sehingga orang tua tidak mampu
memberikan kehidupan yang layak bagi anak.

8

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan
penelitian. Alasan peneliti melakukan penelitian ini adalah ingin
mengetahui bagaimana cara pembentukan kemandirian di Panti Asuhan
Al-Muttaqin Kecamatan Muaradua Kabupaten OKU Selatan.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka pokok permasalahan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara pembentukan kemandirian yang dilakukan di dalam
panti asuhan?
2. Bagaimana perilaku kemandirian pada anak di panti asuhan?

C. Tujuan Penelitian
Dari perumusan

masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui:
1. Mengetahui cara pembentukan kemandirian yang dilakukan di dalam
panti asuhan.
2. Mengetahui perilaku kemandirian pada anak di panti asuhan.

9

D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
teoritis maupun praktis:
1. Secara teoritis, penelitian ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan khususnya mengenai cara penanaman kemandirian anak.
2. Secara

praktis,

hasil

penelitian

ini

memilikitigakegunaanyaituterhadapanakpanti,
pantiasuhandanpemerintah.
a. Bagianakpanti, agar lebihtertanamkemandiriannyaterhadapanak
b. Bagipantiasuhan,

diharapkan

agar

benar-

benarmampumemberikanbimbinganbagiterciptanyakemandirian di
pantiasuhan.
c. Bagipemerintah,
lebihmemperhatikansaranadanprasanapantiasuhan

agar

10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Cara Pembentukan
Menurut KamusBesar Bahasa Indonesia (2013) cara adalah suatu metode,
jalan atau sistem melakukan sesuatu.(http://kbbi.web.id/cara). Cara adalah
suatu metode dalam pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami
atau didesain, mungkin menggunakan waktu, ruang, keahlian atau sumber
daya lainnya, yang diciptakan terhadap sifat-sifat dari satu atau lebih objek
di

bawah

pengaruhnya

untuk

memperoleh

suatu

hasil.

(http://id.m.wikipedia.org/wiki/cara).

Dapat disimpulkan bahwa cara adalah suatu sistem atau metode untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan melalui kejadian yang terjadi secara
alami atau didesain. Pembentukan berasal dari kata tanam yang diartikan
sebagai proses, cara atau perbuatan membentuk untuk menperoleh suatu
hasil (http://kbbi.web.id/pembentukan). Dalam penelitian ini dapat
diartikan bahwa pembentukan yaitu proses atau cara untuk membentuk
perilaku yang diinginkan.

11

B. Kemandirian
1. Pengertian Kemandirian
Kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting
bagi individu. Seseorang dalam menjalani kehidupan ini tidak pernah lepas
dari cobaan dan tantangan. Individu yang memiliki kemandirian tinggi
relatif mampu menghadapi segala permasalahan karena individu yang
mandiri tidak tergantung pada orang lain, selalu berusaha menghadapi dan
memecahkan masalah yang ada. Orang tua diharapkan dapat memberikan
kesempatan pada anak agar dapat mengembangkan kemampuan yang
dimilikinya, belajar mengambil inisiatif, mengambil keputusan mengenai
apa yang ingin dilakukan dan belajar mempertanggungjawabkan segala
perbuatannya. Dengan demikian anak akan dapat mengalami perubahan
dari keadaan yang sepenuhnya tergantung pada orang tua menjadi mandiri.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kemandirian diartikan sebagai
keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepada orang lain.
(http://kbbi.web.id.kemandirian).

Menurut Zainun Mu,tadin (2007: 5) kemandirian merupakan kemampuan
seseorang untuk tidak tergantung pada orang lain serta bertangung jawab
atas apa yang dilakukannya. Kemandirian menurut Sutari Imam Barnadib
(1982) yang meliputi perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi
hambatan/masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan
sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain.(http://www.e-psikologi.com/
artikel/individual/kemandirian-sbg-kebutuhan-psikologis-pada-remaja)

12

Kemandirian adalah hasrat untuk mengerjakan segala sesuatu bagi diri
sendiri.

Secara

singkat

dapat

disimpulkan

bahwa

kemandirian

mengandung pengertian:
a. Suatu keadaan dimana seseorang yang memiliki hasrat bersaing untuk
maju demi kebaikan dirinya.
b. Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah
yang dihadapi.
c. Memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya.
d. Bertanggungjawab tetrhadap apa yang dilakukannya. (Kartini dan Dali
dalamhttp://www.e-psikologi.com/artikel/individual/kemandirian-sbgkebutuhan-psikologis-pada-remaja)

Kemandirianseseorangterlihatpadawaktu

orang

tersebutmenghadapimasalah.Bilamasalahitudapatdiselesaikansendiritanpam
emintabantuandariorangtuadanakanbertanggungjawabterhadapsegalakeputu
san

yang

telahdiambilmelaluiberbagaipertimbanganmakahalinimenunjukkan
bahwa
orang
tersebutmampuuntukmandiri.(KartiniKartono1985dalamhttp://subliyanto.bl
ogspot.com/2011/05/kemansdirian-belajar.html)

Bacharuddin

(2008:

75)menjelaskanbahwatumbuhnyakemandirianpadaanakanakbersamaandenganmunculnya
dalamberbagaibentukdanintensitasnya
takutdalamtakarannya
‘emosiperlindungan’

yang
(protective

rasa

takut

yang

(kekuatiran)

berbeda-beda.

Rasa

wajardapatberfungsisebagai
emotion)

bagianak-anak,

yang

13

memungkinkannyamengetahuikapanwaktunyamemintaperlindungankepada
orang dewasaatau orang
tuanya.(http://maktabahku.wordpress.com/2088/11/14/kemandiriansebagai-kebutuhan-psikologis-remaja/)

Dari
beberapapendapatparaahlidiatasdapatdiambilkesimpulanbahwakemandirian
merupakansikap

yang

memungkinkanseseoranguntukbertindakbebas,

melakukansesuatuatasdorongansendiridankemampuanmengaturdirisendiri,
sesuaidenganhakdankewajibannyasehinggadapatmenyelesaikansendirimasa
lah-masalah yang dihadapitanpamemintabantuanatautergantungdari orang
lain

dandapatbertanggungjawabterhadapsegalakeputusan

yang

telahdiambilmelaluiberbagaipertimbangansebelumnya.

Kemandirian dalam konteks individu yaitu memiliki aspek yang lebih luas
dari sekedar aspek fisik. Aspek-aspek kemandirian menurut Havinghurst
(1985) antara lain:
1. Aspek emosi yaitu ditujukan dengan kemampuan mengontrol emosi
dan tidak tergantungnya emosi pada orangtua.
2. Aspek ekonomi yaitu ditunjukkan dengan kemampuan mengatur
ekonomi dan tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi pada orangtua.
3. Aspek

sosial

yaitu

ditunjukkan

dengan

kemampuan

untuk

mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung atau
menunggu aksi dari orang lain.
4. Aspek intelegensi yaitu ditunjukkan dengan kemampuan untuk

14

mengatasi
berbagai
masalah
yang
dihadapi.(http://www.epsikologi.com/artikel/individual/kemandirian-sbg-kebutuhanpsikologis-pada-remaja)

2. Cara Membentuk Perilaku Kemandirian
Menurut George Ritzer (1985:19) ada dua teori yang termasuk dalam
paradigma perilaku sosial yaitu teori Behavioral sociology dan teori
Exchange.

Teori

Behavioral

Sociology

dibangun

dalam

rangka

menerapkan prinsip-prinsip psikologi perilaku kedalam sosiologi. Teori ini
memusatkan kepada seseorang yang terjadi di masa sekarang melalui
kemungkinan akibatnya dimasa akan datang.

Perilaku kemandirian merupakan perilaku yang dibentuk, perilaku yang
dipelajari melalui proses belajar dapat dikatakan bahwa dalam
pembentukan perilaku anak tersebut dapat dilakukan dengan proses.
Pembentukan perilaku kemandirian agar sesuai yang diharapkan dapat
dilakukan melalui cara-cara sebagai berikut :
a. Cara pembentukan perilaku kemandirian dengan kondisioning atau
kebiasaan,

yaitu dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku

seperti yang diharapkan.
b. Pembentukan perilaku kemandirian dengan pengertian (insight), cara ini
berdasar atas teori kognitif, yaitu belajar dengan disertai adanya
pengertian.

15

c. Pembentukan perilaku kemandirian dengan menggunakan mode atau
contoh, cara ini didasarkan atas teori belajar sosial (social learning
theory) atau observationlearning theory (Walgito, 2005: 14-15).

Perilaku kemandirian merupakan perilaku yang dibentuk, perilaku yang
dipelajari melalui proses belajar dapat dikatakan bahwa dalam
pembentukan perilaku anak tersebut dapat dilakukan dengan proses
sosialisasi terhadap anak. Menurut Kimbal Youngsosialisasi ialah
hubungan interaktif yang dengannya seseorang mempelajari keperluankeperluan sosial dan kultural yang menjadikan seseorang sebagai anggota
masyarakat. (http://www.google.com/url?q=http://lib.unnes.ac.id/4542/
1/7044-pdf&sa)

Perilaku kemandirian seorang anak diperkuat melalui proses sosialisasi
yang terjadi antara anak dengan teman sebaya. Melalui hubungan dengan
teman sebaya, anak belajar berfikir dan bertindak secara mandiri,
mengambil keputusan sendiri (Santrock,2003:140).

Proses sosialisasi ini merupakan proses peyesuaian diri. Dengan proses
sosialisasi yang baik maka seseorang akan dapat menyesuaikan diri
terhadap lingkungannya dengan baik, yang terjadi dalam proses sosialisasi
ini yaitu proses belajar dengan seseorang mempelajari berbagai macam
peran sosial. Peran sosial merupakan pola-pola tingkah laku yang umum
dilakukan oleh orang yang mempunyai posisi sosial yang sama atau
sederajat. Dengan kata lain yang dipelajari adalah bentuk tingkah laku

16

yang diharapkan oleh orang lain atau masyarakat, maka di dalam proses
belajar sosial tersebut seseorang akan tahu dan memahami tingkah laku
yang disukai atau diharapkan dan yang ditolak oleh orang lain atau
kelompoknya. Melalui proses sosialisasi itu seseorang akan mengenal dan
memahami berbagai nilai dan norma yang ada di dalam masyarakat.

Pada saat ini peran orang tua dan respon dari lingkungan sangat diperlukan
bagi anak sebagai penguat untuk setiap perilaku yang telah dilakukannya.
Mengingat perilaku kemandirian akan banyak memberikan dampak yang
positif bagi perkembangan individu, maka sebaiknya perilaku kemandirian
diajarkan pada anak sedini mungkin sesuai dengan kemampuannya. Segala
sesuatu yang dapat diusahakan sendiri akan dapat dihayati dan akan
semakin berkembang menuju kesempurnaan.

3. Faktor-Faktor Kemandirian
Banyak faktor yang mempengaruhi kemandirian. Sebagaimana aspekaspek psikologis lainnya, kemandirian bukanlah semata-mata merupakan
pembawaan yang melekat pada diri individu sejak lahir. Perkembangannya
dipengaruhi oleh berbagai stimulasi yang datang dari lingkungannya,
selain potensi yang telah dimiliki sejak lahir sebagai keturunan dari
orangtuanya.Ada sejumlah faktor yang sering disebut sebagai korelat bagi
perkembangan kemandirian yaitu sebagai berikut (Ali, 2006):
a. Gen atau keturunan orang tua
Orang tua yang memiliki sifat kemandirian tinggi seringkali
menurunkan anak yang memiliki sifat mandiri juga. Namun, faktor

17

keturunan ini masih menjadi perdebatan karena adanya pendapat
bahwa sesungguhnya bukan karena sifat kemandirian orang tuanya itu
menurun kepada anaknya, melainkan karena sifat orang tuanya muncul
berdasarkan cara orang tuanya mendidik anaknya.

b. Sistem pendidikan di sekolah.
Proses

pendidikan

di

sekolah

yang

tidak

mengembangkan

demokratisasi pendidikan dan cenderung menekankan indoktrinasi
tanpa ragu akan menghambat kemandirian anak. Demikian juga
dengan, proses pendidikan yang menekankan pentingnya pemberian
sanksi atau hukuman juga dapat menghambat perkembangan
kemandirian

anak.

menekankan

pentingnya

pemberian

reward

Sebaliknya

dan

proses

pendidikan

penghargaan

terhadap

penciptaan

kompetisi

yang lebih

potensi

anak,

positif

akan

memperlancar kemandirian anak.

c. Sistem kehidupan di masyarakat.
Sistem kehidupan masyarakat yang terlalu menekankan pentingnya
hirarki struktur sosial kurang menghargai potensi anak dalam kegiatan
produktif dapat menghambat perkembangan kemandirian anak.
Sebaliknya, lingkungan masyarakat yang aman, menghargai ekspresi
potensi remaja dalam bentuk berbagai kegiatan, dan tidak terlalu
hirarkis akan merangsang dan mendorong perkembangan kemandirian
anak.(http://www.psychologymania.com/2013/02/faktor-faktor-yangmempengaruhi.html)

18

Menurut Hurlock (1985) faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian
adalah:
a. Pola asuh orang tua, orang tua dengan pola asuh yang demokratis
sangat mendukung kemandirian anak. Dimana peran orang tua sebagai
pembimbing yang memperhatikan terhadap kebutuhan anak terutama
dalam hal belajar dan pergaulan di lingkungan atau di sekolah.
b. Jenis kelamin, anak yang berkembang dengan pola tingkah laku
maskulin, lebih mandiri dari pada anak yang mengembangkan tingkah
laku yang feminism.
c. Urutan posisi anak, anak pertama yang diharapkan untuk menjadi
contoh teladan bagi adiknya, lebih berpeluang untuk mandiri.
Sementara anak bungsu yang mendapat perhatian berlebihan dari
orang tua dan kakak-kakaknya, berpeluang kecil untuk bias mandiri.
(http://www.psychologymania.com/2013/02/faktor-faktor-yangmempengaruhi.html)

Menurut Markum (1985) faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya
kemampuan berdiri sendiri pada anak adalah:
a. Kebiasaan serba dibantu atau dilayani, misalnya orang tua yang selalu
melayani keperluan anaknya seperti mengerjakan PR-nya, hal ini akan
membauat anak manja dan tidak mau berusaha sendiri, sehingga
membaut anak tidak mandiri.
b. Sikap orang tua, misalnya orang tua yang selalu memanjakan dan
memuji anak akan menghambat kemandirian. Kurangnya kegiatan di

19

luar rumah, misalnya anak tidak mempunyai kegiatan denga temantemannya, hal ini akan membuat anak bosan sehingga ia menjadi
malas dan tidak kreatif serta tidak mandiri. (http://www.psychology
mania.com/2013/02/faktor-faktor-yang-mempengaruhikemandirian.html)

Menurut Santock (2003:142) faktor-faktor yang mempengaruhi dan
membentuk kemandirian adalah:
a. Lingkungan
Lingkungan kehidupan yang dihadapi individu sangat mempengaruhi
perkembangan kepribadian seseorang, baik segi-segi positif maupun
negatif. Lingkungan keluarga dan masyarakat yang baik terutama
dalam bidang nilai dan kebiasaan-kebiasaan hidup akan membentuk
kepribadian seseorang, dalam hal ini adalah kemandirian.

Lingkungan sosial adalah segala faktor ekstern yang mempengaruhi
perkembangan pribadi manusia, yang berasal dari luar pribadi. Secara
konseptual, lingkungan sosial mencakup unsur-unsur sebagai berikut:
(a) proses sosial,
(b) struktur sosial,
(c) perubahan-perubahan sosial.

Proses sosial sebenarnya merupakan inti dinamika lingkungan sosial.
Inti proses sosial adalah interaksi sosial yang merupakan proses
hubungan timbal balik antar pribadi, antar kelompok dan antar pribadi
dengan kelompok. Struktur sosial menjadi landasan lingkungan sosial

20

karena mencakup aspek-aspek sosial yang pokok. Aspek-aspek yang
merupakan hasil abstraksi proses sosial yaitu kelompok sosial,
kebudayaan, lembaga-lembaga sosial, stratifikasi sosial, dan kekuasaan
dan wewenang (Soekanto, 2004:80).
Secara sosiologis, lingkungan budaya merupakan hasil lingkungan
sosial. Hal ini disebabkan kebudayaan merupakan hasil karya, hasil
cipta, dan hasil rasa yang didasarkan pada karsa. Dengan demikian,
maka lingkungan budaya terdiri dari aspek materiil dan spiritual.
Aspek spiritual lingkungan budaya pada dasarnya berintikan pada
nilai-nilai. Suatu nilai merupakan pandangan baik dan buruk mengenai
sesuatu. Biasanya nilai-nilai timbul dari hasil pengalaman berinteraksi.
Dari proses interaksi dengan pihak-pihak lain, manusia akan
mendapatkan pandangan-pandangan tertentu mengenai interaksi
tersebut. Apabila pandangan mengenai sesuatu hal baik, maka hal
itualh yang dianut dan sebaliknya (Soekanto, 2004:83).

Menurut Gea (2003:146), Lingkungan sosial budaya dengan pola
pendidikan dan pembiasaan yang baik akan mendukung perkembangan
anak-anak

menjadi

mandiri

dalam

melaksanakan

tugas-tugas

kehidupan, demikian pula keadaan dalam kehidupan keluarga akan
mempengaruhi perkembangan keadaan kemandirian anak sikap orang
tua yang tidak memanjakan anak akan menyebabkan anak berkembang
secara wajar dan menggembirakan. Sebaliknya, remaja yang
dimanjakan akan mengalami kesukaran dalam hal kemandiriannya.
Sebaliknya,

jika

keadaan

sosial

budaya

masih

kurang

21

menggembirakan, sedang kedua orang tua tidak menghiraukan
pendidikan yang baik bagi anak-anaknya, dan taraf keteladanan pun
jauh dari taraf keluhuran, maka bukan tidak mungkin anak-anak
berkembang salah dan sangat merugikan masa depan jika tidak
tertolong

dengan

pendidikan

selanjutnya.

Pengalaman

dalam

lingkungan kehidupan sangat mempengaruhi kemandirian seseorang.

Pengalaman seseorang akan membentuk suatu sikap pada diri
seseorang yang mana didahului oleh terbentuknya suatu kebiasaan
yang menimbulkan reaksi yang sama terhadap masalah yang sama.
Jadi,

pengalaman

ini

sangat

banyak

mempengaruhi

proses

pembentukan kepribadian seseorang. Suatu sikap tidak akan terbawa
sejak lahir, tetapi dibentuk sepanjang perkembangan individu yang
bersangkutan (Walgito, 2003:115).

b. Pola asuh
Lingkungan keluarga berperan penting dalam penanaman nilai-nilai
pada diri seorang anak, termasuk nilai kemandirian. Penanaman nilai
kemandirian tersebut tidak terlepas dari peran orang tua dan
pengasuhan yang diberikan orang tua. Elizabeth B. Hurlock
mengatakan (dalam Ihromi, 1999:51-52) bahwa ada beberapa pola
asuh yang digunakan orang tua dalam menanamkan disiplin pada anakanaknya, yaitu:

22

1) Otoriter
Dalam pola asuhan otoriter ini orang tua memiliki kaidah-kaidah dan
peraturan-peraturan yang kaku dalam mengasuh anaknya, setiap
pelanggaran dikenakan hukuman. Dengan pola pengasuhan ini semua
tingkah laku anak ditentukan oleh orang tua. Dengan kata lain pola
pengasuhan otoriter lebih cenderung memaksakan kehendak kepada
anak.

2) Demokratis
Orang tua menggunakan diskusi, penjelasan dan alasan-alasan yang
membantu anak agar mengerti mengapa ia diminta untuk mematuhi
suatu aturan. Orang tua menekankan aspek pendidikan dari pada
aspek hukuman. Hukuman tidak pernah kasar dan hanya diberikan
apabila anak dengan sengaja menolak perbuatan yang harus ia
lakukan. Apabila perbuatan anak sesuai dengan apa yang patut ia
lakukan, orang tua memberikan pujian. Orang tua yang demokratis
adalah orang tua yang berusaha untuk menumbuhkan kontrol dari
dalam diri anak sendiri.

3) Permisif
Orang tua bersikap memberikan, mengizinkan setiap tingkah laku
anak, dan tidak memberikan hukuman kepada anak. Pola ini ditandai
oleh sikap orang tua yang membiarkan anak mencari dan menemukan
sendiri tata cara yang memberikan batasan-batasan dari tingkah

23

lakunya. Pada saat terjadi hal yang berlebihan barulah orang tua
bertindak. Pada pola ini pengawasan menjadi sangat longgar.

c. Pendidikan
Pendidikan mempunyai sumbangan yang berarti dalam perkembangan
terbentuknya kemandirian pada diri seseorang. Pendidikan adalah
usaha manusia dengan penuh tanggung jawab membimbing anak
belum mandiri secara pribadi. Semakin bertambahnya pengetahuan
yang dimiliki seseorang kemungkinan untuk mencoba sesuatu yang
baru semakin besar, sehingga seseorang akan lebih kreatif dan
memiliki kemampuan

d. Interaksi sosial
Kemampuan seorang anak dalam berinteraksi dengan lingkungan
sosial, serta mampu melakukan penyesuaian diri dengan baik akan
mendukung perilaku yang bertanggung jawab mempunyai perasaan
aman dan mampu menyelesaikan segala pemasalahan yang dihadapi
dengan tidak mudah menyerah akan mendukung perilaku mandiri.

e. Intelegensi
Faktor lain yang dianggap penting sebagi tambahan yang diperhatikan
adalah kecerdasan atau intelegensi subjek. Faktor tersebut diasumsikan
akan berpengaruh dalam proses penentuan sikap, pengambilan
keputusan, penyelesaian masalah dan penyesuaian diri secara mantap.
Usaha

untuk

menentukan

kemampuan berfikir.

sikap

memang

diperlukan

adanya

24

4. Perilaku Mandiri
Menurut Chabib Thoha (1996:123-124) ciri kemandirian belajar yaitu
sebagai berikut:
a. Mampu berfikir secara kritis, kreatif dan inovatif.
b. Tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain.
c. Tidak lari atau Menghindari masalah.
d. Memecahkan masalah dengan berfikir yang mendalam.
e. Apabila menjumpai masalah dipecahkan sendiri tanpa meminta bantuan
orang lain.
f. Tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda dengan orang lain.
g. Berusaha bekerja dengan penuh ketekunan dan kedisiplinan.
h. Bertanggung jawab atas tindakannya sendiri.
(http://subliyanto.blogspot.com/2011/05/kemandirian-belajar.html

Menurut Bachrudin Mustafa (2008:75) kemandirian adalah kemampuan
untuk mengambil pilihan dan menerima konsekuensi yang menyertainya.
Kemandirian pada anak-anak terlihat ketika mereka menggunakan
pikirannya sendiri dalam mengambil berbagai keputusan; dari memilih
perlengkapan belajar yang ingin digunakannya, memilih teman bermain,
sampai hal-hal yang relatif lebih rumit dan menyertakan konsekwensikonsekwensi

tertentu

yang

lebih

serius.

(http://maktabahku.wordpress.com/2088/11/14/kemandirian-sebagaikebutuhan-psikologis-remaja/)

25

Adapun perilaku mandiri anak menurut Astoety (2014) sebagai berikut:
a. Di rumah
1. Bangun tidur tanpa dibangunkan
2. Menata/membersihkan kamar tidur sendiri
3. Makan tanpa dilayani
4. Mencuci piring sendiri sesudah makan
5. Mencuci dan meyetrika pakaian sendiri
6. Menyiapkan pakain seragam sendiri
7. Menyemir sepatu sendiri
8. Belajar tanpa disuruh
9. Menyiapkan
buku
pelajaran
sendiri.
(http://4stoety.wordpress.com/2014/01/10/perilaku-mandiri/)

b. Di sekolah
1. Berangkat dan pulang sekolah sendiri
2. Selalu mengerjakan tugas-tugas sekolah
3. Melakukan piket kelas sesuai jadwaltanpa ditegur guru atau teman
4. Mengerjakan sendiri setiap ulangan atau ujian
5. Melengkapi keperluan belajar(alat tulis dan lain-lain) tanpa pinjam
punya
orang
lain.
(http://4stoety.wordpress.com/2014/01/10/perilaku-mandiri/)
Kesimpulan dari beberapa uraian diatas bahwa perilaku mandiri anak
adalah:
a. Bertanggung jawab
b. Melakukan segala sesuatu tanpa bantuan orang lain

26

c. Disiplin
C. Panti Asuhan
1. Pengertian
Kamus

Besar

Bahasa

Indonesia

(http://www.kbbi.panti.asuhan)

mendefinisikan panti asuhan sebagai rumah tempat memelihara dan
merawat anak yatim piatu dan sebagainya.

Menurut

Arif

Gosita(http://dianifan.blogspot.com/2012/08/panti-

asuhan.html?m=1)secara etimologi, panti asuhan berasal dari dua kata
yaitu panti dan asuhan. Panti yang berarti suatu lembaga atau satuan kerja
yang merupakan prasarana dan sarana yang memberikan layanan sosial,
sedangkan asuhan yang mempunyai arti berbagai upaya yang diberikan
kepada anak yang mengalami masalah kelakuan, yang bersifat sementara
sebagai pengganti orang tua atau keluarga agar dapat tumbuh dan
berkembang dengan wajar baik secara rohani, jasmani maupun sosial.

Departemen Sosial Republik Indonesia (thesis.binus.ac.id/doc/bab2/20122-00163-DI%20bab2001.pdf)menjelaskan bahwa: Panti asuhan adalah
suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung
jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak
terlantar dengan melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak
terlantar, memberikan pelayanan pengganti fisik, mental dan sosial pada
anak asuh, sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan
memadai bagi perkembangan kepribadiannya sesuai dengan yang
diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan

27

sebagai insan yang akan turut serta aktif di dalam bidang pembangunan
nasional.

Kesimpulan dari uraian di atas bahwa panti asuhan merupakan lembaga
kesejahteraan sosial yang bertanggung jawab memberikan pelayanan
penganti dalam pemenuhan kebutuhan fisik, mental dan sosial pada anak
asuhnya, sehingga mereka memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan
memadai bagi perkembangan kepribadian sesuai dengan harapan.

2. Tujuan Panti Asuhan
Tujuan panti asuhan menurut Departemen Sosial Republik Indonesia :
a. Panti asuhan memberikan pelayanan yang berdasarkan pada profesi
pekerja sosial kepada anak terlantar dengan cara membantu dan
membimbing mereka ke arah perkembangan pribadi yang wajar serta
mempunyai keterampilan kerja, sehingga mereka menjadi anggota
masyarakat yang dapat hidup layak dan penuh tanggung jawab, baik
terhadap dirinya, keluarga dan masyarakat.
b. Tujuan penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan sosial anak di panti
asuhan adalah terbentuknya manusia-manusia yang berkepribadian
matang dan berdedikasi, mempunyai keterampilan kerja yang mampu
menopang hidupnya dan hidup keluarganya. Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa tujuan panti asuhan adalah memberikan pelayanan,
bimbingan dan keterampilan kepada anak asuh agar menjadi manusia
yang berkualitas.(thesis.binus.ac.id/doc/bab2/2012-2-00163-DI%.pdf)

28

3. Fungsi Panti Asuhan
Panti asuhan berfungsi sebagai sarana pembinaan anak terlantar. Menurut
Departemen Sosial Republik Indonesia panti asuhan mempunyai fungsi
sebagai berikut :
a. Sebagai pusat pelayanan kesejahteraan sosial anak. Panti asuhan
berfungsi sebagai pemulihan, perlindungan pengembangan

dan

pencegahan.
b. Sebagai pusat data dan informasi serta konsultasi kesejahteraan sosial
anak.
c. Sebagai pusat pengembangan keterampilan (yang merupakan fungsi
penunjang). Panti asuhan sebagai lembaga yang melaksanakan fungsi
keluarga dan masyarakat dalam perkembangan dan kepribadian anakanak

remaja.(thesis.binus.ac.id/doc/bab2/2012-2-00163-

DI%20bab2001.pdf)

Dalam penelitian ini panti asuhan yang dimaksud adalah Panti Asuhan AlMuttaqin Kecamatan Muaradua Kabupaten OKU Selatan. Usaha yang
dilakuka