ALLAH, HUWA, ANTA DAN ANA (MENGENAL ALLAH MELALUI TRADISI TASAWUF)
ALLAH, HUWA, ANTA DAN ANA (MENGENAL ALLAH MELALUI TRADISI TASAWUF)
Aris Fauzan
ABSTRAK
Tuhan merupakan tujuan kita hidup, untuk mencapai tujuan itu maka kita perlu mengenal siapa tuhan itu. Allah Merupakan Nama tuhan ummat Islam yang tercantum di dalam Al- quran dan hadits namun nama Allah tidak hanya tercantum di dalam Al-quran saja melainkan di dalam kitab-kita seperti Taurat, Injil, dan Zabur juga tertera nama Allah. Terkait dengan nama Allah dalam Al-quran sebagai bahasa Allah itu sendiri sangat banyak disebutkan. Kata-kata yang maknanya semisal artinya berkonotasi dan bisa dipahami sebagai Allah adalah kata Huwa, Anta dan Ana. istilah Fana – Baqa – Hukul Ittihad keempatnya merupakan satu penjelasan dalam fenomena sufi yang biasa dikenal dengan puncak spiritual. Hal ini biasa ditandai dengan lahirnya ucapan ganjil dari sufi sebagaimana dialami oleh al-Hallaj dan Bayazid.
Kata Kunci : Allah, Al-quran dan Tradisi
A. Pendahuluan
adalah yang memiliki 99 Nama-nama
1. Latar Belakang Masalah
Indah (Lahu al- Asma’ al-Husna), Allah Al- Qur’an menyebut Allah –
yang bukan Tiga dalam satu (Trinitas). 1 salah satu nama Tuhan bagi umat
Lafzh al-Jalalah sebagai peliput al- al- Islam – dalam beberapa tempat. Nama
Asma’ al-Husna… yang suci dari Allah – yang juga disebut dengan
keterbatasan dan ghaib. 2 Sesuai ungkapan Agung (Lafzul Jalalah) –
1 Q.S. an-Nisa/4: 171 dan al-Maidah/5: 73.
teryata bukan saja sebagai sebutan
2 Ibnu Arabi, Hakikat Lafazh Allah: Menemukan
Tuhan bagi umat Islam, tetapi juga
Rahasia Ketuhanan Melalui Studi Teks ’Jalalah’, terj. Hasan Abrori (Surabaya: Pustaka Progresif,
umat lain, seperti umat Kristiani di
2000), hlm. 35. Al-Jalalah yang berakar kata
Indonesia dan di Timur Tengah. dari al-Jalal, demikian urai Ibnu Arabi, adalah
Zat yang berhak untuk diagungkan, Besar
Namun yang membedakan secara
KeberadaanNya,
Agung Keutamaan yang dimilikiNya, Kasih SayangNya meliputi seluruh
tegas sebagaimana penjelasan al-
MakhluikNya, dan Nama-nama Keagungan-
Qur’an, Allah yang dimaksudkan keagunganNya ini adalah Isim al- A’zham,
khusus bagi nama ZatNya, tidak seorang pun dari hambaNya yang mengimbangiNya. Ibid.
dengan perintah al- Qur’an, setiap umat dia, ia, atau mereka maka obyek ini Islam diperintahkan untuk berdoa
dipahami sepenuhnya sebagai obyek dengan menggunakan nama-nama
pelengkap penderita. Ia tidak hadir Indah Allah
atau berada di luar tema sentral (al-
Asma’ al-Husna). 3 Shahabat
pembicaraan.
Anas bin Malik
Begitu juga ketika pembicara Rasulullah saw bersabda, ”Biasakan
meriwayatkan,
(mutakkalim) menyebut lawan bicara berdoa dengan kalimat, ”Ya Dzal Jalali
(mukhatthab) dengan Engkau (Kamu, wal Ikram 4 !” sebagaimana firman Allah,
Anda, Dikau, Ongku, Panjenengan, ”Tabaaraka ismu Rabbika Zul Jalaali
Sampeyan, Rika, Kon, dkk.), saat itu wal Ikraam, Maha Agung nama
terjadi proses intensionalitas saling Tuhanmu Yang Mempunyai Kebesaran
menyadari satu sama lain. Di mana dan Karunia.” 5 aku menyebut kamu dan aku sendiri,
Pada saat yang lain, dalam al- karena ada kamu. Jika aku menyebut Qur’an Allah juga menyebut diriNya
kamu, sedangkan kamu tidak ada, dengan Dia, Engkau, dan Aku.
maka aku adalah tidak normal. 6 Penyebutan itu bisa dijumpai terutama
Persoalan akan muncul jika dua sekali pada konteks ayat-ayat negasi-
mutakallim dan konfirmasi (nafyi-isbat ) ”Tidak ada Ilah
orang
(antara
keduanya saling (tuhan, ”t” kecil) selain Allah, Tidak ada
mukhatthab)
menyebut aku satu sama lain. Ilah selain Dia (Huwa), Tidak ada Ilah
Penilaian bahwa orang yang selain Engkau (Anta) dan Tidak ada
menyatakan demikian sebagai orang Ilah selain Aku (Ana )”. Secara khusus
yang tidak normal pun tidak bisa dalam bahasa komunikasi, ungkapan
dihindari. Atau orang yang demikian ini nama seseorang – termasuk jabatan
bisa dipahami bahwa ia tengah atau gelar akademik – yang dipanggil,
berhadapan dengan dirinya yang seringkali menggambarkan tentang
hubungan jarak kedekatan antara
6 Filsafat Aku dan Engkau ini pernah dikupas
pembicara (mutakallim) dengan siapa
secara khusus oleh serang filosof Yahudi Martin Buber dalam bukunya I and Thou. Buber
obyek yang disebut tadi. Ketika
menjelaskan bahwa komunikasi Aku Engkau adalah komuniasi kesadaran penuh antara
seseorang dipanggil dengan sebutan
Pembicara (mutakallim) dengan Lawan Bicara (mukhatthab). Selain itu terdapat momen penting
3 Q.S. al- A’raf/7: 180; al-Isra’/17: 110; Thaha/20: bahwa antara keduanya tidak saling terikat oleh 8; dan al-Hasyr/59:24.
yang lain. Lihat selanjutnya dalam Martin 4 Ibnu Arabi, Hakikat Lafazh Allah, hlm. 36.
Buber, I and Thou, terj. Ronald Gregor Smith 5 Q.S. ar-Rahman/55: 78.
(Edinburgh: T&T Clark, t.th).
jika muncul pemahaman bahwa memang
terdapat dalam cermin. 7 Tampaknya
fenomena kebahasaan ini juga terjadi pertanyaan ini dalam konteks bahasa
dalam al- Qur’an. Kalau hal itu terjadi, komunikasi dalam kehidupan sehari-
maka hal ini membuka ruang imaginasi hari.
sebagaimana uraian di atas. Terkait Namun demikian dalam bahasa
dengan fenomena kebahasaan di atas, al- Qur’an, Allah menyebut DiriNya
penulis tertarik untuk mengungkap dengan Allah, Dia, Engkau, dan Aku.
rahasia di balik pernyataan Laa Ilaaha Kata ini bisa dijumpai dalam konteks
Illa Allah, Laa Ilaaha Illa Huwa, Laa ungkapan, ”Tidak ada Ilah selain Allah,
Ilaaha Illa Anta, dan Laa Ilaaha illa Tidak ada Ilah selain Dia, Tidak ada
Ana.
Ilah selain Engkau, dan Tidak ada Ilah Guna memfokuskan pembahas- selain Aku.” 8 Tidaklah bisa disalahkan
an
di atas, penulis merangkumnya dalam pertanyaan
kalimat
penelitian sebagai berikut:
Apapun wujud dan tampilannya, secara ada penilaian bahwa ketika seseorang berada di
a. Makna Allah menyebut Tiada Tuhan
depan sebuah cermin seorang diri, tidak jarang dia bericara seorang diri dan merasa paling
Selain Dia, Allah, Engkau, dan Aku?
cantik/ganteng dibandingkan dengan lainnya.
b. Bagaimana Tiada Tuhan Selain Dia,
Meskipun pada kenyataaya bila dilakukan penilaian secara umu masih banyak orang yang
Allah, Engkau, dan Aku dalam
secara fisik jauh lebih baik dari wujud dan tampilan orang tersebut.
penilaian istilah teknis dalam tradisi
8 Dalam konteks ini penulis tidak memasukkan
tasawuf?
kesaksian (syahadah) Fir’aun tatkala ia berada di ujung kematiannya sebagaimana yang terungkap
Selanjutnya, untuk membaca
dalam Q.S. Yunus/10: 90 : dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi
teks tersebut penulis menguraikannya
laut, lalu mereka diikuti oleh Fir'aun dan bala
dengan menggunakan analisis isi
tentaranya, karena hendak Menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir'aun itu telah
(content analys) dan identifikasi istilah
hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang
teknis tasawuf seperti ma’rifah,
dipercayai oleh Bani Israil, dan saya Termasuk
mahabbah, dan hulul/ittihad.
orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". Ayat tersebut mencerminkan bahwa pola
pemahaman bertuhan yang dipahami oleh
Fir’aun bukan berdasarkan pada kesadaran B. Makna Tiada Tuhan Selain Allah,
Dia, Engkau, dan Aku
mengakui adanya Tuhan. Ia sendiri masih
kebingungan untuk mengidentifikasi Tuhan.
Hingga yang terucap dari lisannya adalah dia
Setiap
muslim di awal
beriman pada Tuhan sebagaimana yang diimani
keislamannya harus mengucapkan dua
oleh Bani Israil, yaitu Tuhan yang dipahaminya berdasarkan pada praktek ibadah dan kesalihan yang dipaktekkan secara visual oleh Bani Israil.
adalah buka Tuhan. Itu tidak lain sebagaiman Tuhan yang dikonsepsikan berdasarkan visual,
hasil konstruksi visual pikiran manusia.
kalimah syahadat sebagai pernyataan dan Maha Mengalahkan.
misi (mission statement).
Mission
Allah dalam penjelasan ayat di statement ini bukan hanya diucapkan
sumber ampunan dalam sekali seumur hidupnya, melainkan
atas
sebagai
(maghfirah) sekaligus sebagai Yang Maha harus diucapkan sekurang-kurangnya
Esa dan Maha Mengalahkan. Tidak ada sembilan kali dalam sehari semalam.
yang pantas untuk dimintai ampunan Mission statement bisa dijumpai dalam
kecuali Allah. Tidak ada yang Esa kecuali setiap rukun shalat, yaitu pada tasyahud
Allah. Tidak ada yang Maha Mengalahkan awal dan tasyahud akhir. Ini merupakan
kecuali Allah.
bacaan yang wajib ada, baik dalam shalat
sunnah maupun dalam shalat wajib
2. Tiada Tuhan Selain Dia (fardlu). Ini masih ditambah dengan doa
Ali Imran/3: 18
usai wudhu setiap menjelang shalat wajib. َا ۢ مِئٓا ق َ َِمۡلِعۡل ٱ َ ْاو ل ْو أ و َ َ ة كِئَٰٓ ل مۡل ٱ َ وَ و هَ َّلَِإَ هَٰ لِإَ ٓ لَ ۥَ َ هَّن أ َ َ َّللّ َٱ َ دِه ش Dalam
َ َ ميِك حۡل َٱ َ زي ِز عۡل ٱ َ و هَ َّلَِإَ هَٰ لِإَٓ لَ َ َ ِط ۡسِقۡل َِبٱ pernyataan syahadat terutama pada
al- Qur’an
terdapat
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak
penegasan pada tidak ada tuhan kecuali disembah), yang menegakkan keadilan. Allah, kecuali Dia, kecuali Engkau, dan
Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian
kecuali Aku. Berikut ayat-ayat yang itu). tak ada Tuhan melainkan Dia (yang menguraikan dari syahadat tersebut:
berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
1. Tiada Tuhan Selain Allah
At-Taubah/9: 31
َ َ حيِس مۡل َ وٱ َ ََِّللّ ٱ َ ِنو دَ نِ مَ اٗبا ب ۡر أَ ۡم ه نَٰ بۡه ر وَ ۡم ه را ب ۡح أ َ َْا ٓو ذ خَّت ٱ Muhammad/47: 19
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah
Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya
tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan)
Az-Zumar/39: 6
selain Allah dan mohonlah ampunan bagi َ نِ مَم ك لَ ل زن أ وَا ه ج ۡو زَا هۡنِمَ ل ع جََّم ثَٖة د ِح َٰ وَ ٖسۡفَّنَنِ م َ dosamu dan bagi (dosa) orang-orang مكقلخ َِدۡع بَ ۢنِ مَاٗقۡل خَ ۡم كِت َٰ هَّم أَِنو ط بَيِفَ ۡم ك ق ل ۡخ يَ ٖج َٰ و ۡز أَ ة يِن َٰ م ث َ َِمَٰ عۡن ۡلۡ mukmin, laki-laki dan perempuan. dan ٱ
Allah mengetahui tempat kamu berusaha َ ۖ و هَ َّلَِإَ هَٰ لِإَٓ لَ َ َۖ كۡل مۡل ٱ َ ه لَ ۡم كُّب ر َ َ َّللّ ٱ َ م كِلَٰ ذَ ٖثَٰ ل ثَ ٖت َٰ م ل ظَيِفَ ٖقۡل خ
dan tempat kamu tinggal. َ نو ف ر ۡص تَ َٰىَّن أ ف
Dia menciptakan kamu dari seorang diri As-Shad/38: 5
kemudian Dia jadikan daripadanya َ ٞبا ج عٌَء ۡي ش لَا ذَٰ هََّنِإَۖاًد ِح َٰ وَا ٗهَٰ لِإ َ
َٱ َ ة هِلٓ ۡلۡ isterinya dan Dia menurunkan untuk kamu َلعجأ Katakanlah
delapan ekor yang berpasangan dari "Sesungguhnya aku hanya seorang
(ya
Muhammad):
binatang ternak. Dia menjadikan kamu pemberi peringatan, dan sekali-kali tidak
dalam perut ibumu kejadian demi kejadian ada Tuhan selain Allah yang Maha Esa
dalam tiga kegelapan. yang (berbuat) dalam tiga kegelapan. yang (berbuat)
Allah)?
ada Tuhan selain dia; Maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?
Al-Qashash/28:88
َ ٌكِلا هَ ٍء ۡي شَ ُّل كَ و هَ َّلَِإَ هَٰ لِإَٓ لََ َۘ ر خا ءَاًهَٰ لِإ َ ََِّللّ ٱ َ ع مَ عۡد ت َ َ لَ و An- Nisa’/4: 87
Janganlah kamu sembah di samping
(menyembah) Allah, Tuhan apapun yang Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak
lain. tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Sesungguhnya Dia
disembah) melainkan Dia. tiap-tiap akan mengumpulkan kamu di hari kiamat,
sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. bagi- yang tidak ada keraguan terjadinya. dan
Nyalah segala penentuan, dan hanya siapakah orang yang lebih benar
kepada-Nyalah kamu dikembalikan. perkataan(nya) dari pada Allah ?
Ali Imran/3: 18
At-Taubah/9: 129 َا ۢ مِئٓا ق َ َِمۡلِعۡل ٱ َ ْاو ل ْو أ و َ َ ة كِئَٰٓ ل مۡل ٱ َ وَ و هَ َّلَِإَ هَٰ لِإَ ٓ لَ َ هَّن أ ۥَ َ َ َّللّ َٱ َ دِه ش َ و ه وَ ۖ تۡلَّك و تَِهۡي ل عَ ۖ و هَ َّلَِإَ هَٰ لِإَٓ لَ َ َ َّللّ ٱ َ يِبۡس حَ ۡل ق ف َ َْا ۡوَّل و ت َ نِإ ف
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Jika mereka berpaling (dari keimanan),
Tuhan melainkan Dia (yang berhak Maka Katakanlah: "Cukuplah Allah
disembah), yang menegakkan keadilan. bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. hanya
Para Malaikat dan orang-orang yang kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia
berilmu[188] (juga menyatakan yang adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy yang
demikian itu). tak ada Tuhan melainkan agung".
Dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Al- An’an/6: 102 َ وه و َ َ هو د ب ۡع ٱ َ فَ ٖء ۡي شَِ ل كَ قِل َٰ خَ ۖ و هَ َّلَِإَ هَٰ لِإَٓ لََ ۖۡم كُّب ر َ َ َّللّ َٱ َ م كِلَٰ ذ
Ar- Ra’du/13: 30
(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian َ مِهۡي ل عَْا و لۡت تِ لَ ٞم م أَٓا هِلۡب قَنِمَ ۡت ل خَۡد قَ ٖةَّم أَٓيِفَ كَٰ نۡل س ۡر أ َ َ كِلَٰ ذ ك
itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada َٓ لََيِ ب رَ و هَ ۡل ق َ َ ِن َٰ م ۡحَّرل ٱ َِبَ نو ر فۡك يَ ۡم ه وَ كۡي لِإَٓا نۡي ح ۡو أ َ َٓيِذَّل ٱ Tuhan selain dia; Pencipta segala
َِبا ت مَِهۡي لِإ وَ تۡلَّك و تَِهۡي ل عَ و هَ َّلَِإَ هَٰ لِإ sesuatu, Maka sembahlah dia; dan Dia
Demikianlah, Kami telah mengutus kamu adalah pemelihara segala sesuatu.
pada suatu umat yang sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumnya,
Al- Mu’minun/23: 116 supaya kamu membacakan kepada َِمي ِر كۡل َٱ َ ِش ۡر عۡل ٱ َ ُّب رَ و هَ َّلَِإَ هَٰ لِإَٓ لَ َ َُّۖق حۡل َٱ َ كِل مۡل َٱ َ َّللّ َٱ ى لَٰ ع ت ف
mereka (Al-Quran) yang Kami wahyukan Maka Maha Tinggi Allah, raja yang
kepadamu, Padahal mereka kafir kepada sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia,
Tuhan yang Maha Pemurah. Katakanlah: Tuhan (yang mempunyai) 'Arsy yang
"Dia-lah Tuhanku tidak ada Tuhan selain mulia.
dia; hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya aku bertaubat".
Hud/11: 14 َ هَٰ لِإَٓ َّلََن أ و َ ََِّللّ ٱ َ ِمۡلِعِبَ ل ِزن أَٓا مَّن أ َ َْا ٓو م لۡع ٱ َ فَ ۡم ك لَْاو بي ِج تۡس ي َ َۡمَّلِإ ف
Al- A’raf/7: 158
َ كۡل م َ َ ه لۥ َ يِذَّل ٱ َاًعيِم جَ ۡم كۡي لِإ َ ََِّللّ ٱ َ لو س رَيِ نِإ َ َ ساَّنل ٱ َا هُّي أَٰٓ ي َ َۡل ق Jika mereka yang kamu seru itu tidak
َ ََِّللّ ٱ َِبَْاو نِما َ فَ ۖ تيِم ي و ۦَ َِي ۡح يَ و هَ َّلَِإَ هَٰ لِإَٓ لَ َ َِۖض ۡر ۡلۡ َ وٱ َ َِت َٰ و َٰ مَّسل ٱ menerima seruanmu (ajakanmu) itu:
َ َ هو عِبَّت َ وٱ َ َِهِتۦ ََٰ مِل ك و َ ََِّللّ ٱ َِبَ نِم ۡؤ ي َ يِذَّل َٱ َِ يِ م ۡلۡ َٱ َِ يِبَّنل ٱ َ ِهِلو س ر و maka ketahuilah, Sesungguhnya al-Quran
َ نو د ت ۡه تَ ۡم كَّل ع ل itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan
Katakanlah: "Hai manusia Sesungguhnya bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia,
aku adalah utusan Allah kepadamu aku adalah utusan Allah kepadamu
adalah Dia yang disifati memiliki Nama- (yang berhak disembah) selain Dia, yang
menghidupkan dan mematikan, Maka nama Indah (al- Asma’ al-Husna). Di berimanlah kamu kepada Allah dan
kalangan ahli akhlak Islam (Islamic Ethic) Rasul-Nya, Nabi yang Ummi yang
beriman kepada Allah dan kepada al- Asma’ al-Husna menjadi sandaran dan kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan
rujukan untuk mengenal Allah dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat
petunjuk". meneladani. Pengenalan ini dilakukan
sebagai upaya untuk menjelaskan bahwa Thaha/20: 8
َ ََٰى نۡس حۡل َٱ َ ءٓا مۡس ۡلۡ ٱ َ ه لَ ۖ و هَ َّلَِإَ هَٰ لِإَٓ لَ َ َ َّللّ ٱ Dia Allah tidak sama atau berbeda sama Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang
tuhan-tuhan yang berhak disembah) melainkan Dia. Dia
sekali
dengan
mempunyai Al asmaaul husna (nama- diperkenalkan teologi dan ideologi agama nama yang baik),
selain Islam. Setidaknya inti dari Dia Allah
Al- An’am/6: 106 yang abadi dan memberi hidup dan Maha َِن عَ ۡض ِرۡع أ وَ ۖ و هَ َّلَِإَ هَٰ لِإَٓ لََ ۖ كِ بَّرَنِمَ كۡي لِإَ ي ِحو أَٓا م َ َۡعِبَّت ٱ
Hidup sepanjang masa, sebagaimana
ikutilah apa yang telah diwahyukan terungkap dalam Q.S. al-Baqaraha/2:255, kepadamu dari Tuhanmu; tidak ada
sebagai berikut:
Tuhan selain dia; dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup
kekal lagi terus menerus mengurus Ali Imran/3: 2
(makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. KepunyaanNya apa yang di َ َ موُّي قۡل َٱ َُّي حۡل ٱ َ و هَ َّلَِإَ هَٰ لِإَٓ لَ َ َ َّللّ ٱ
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak langit dan di bumi. Tiada yang dapat disembah) melainkan Dia. yang hidup
memberi syafa'at di sisi Allah tanpa kekal lagi terus menerus mengurus
izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa makhluk-Nya
yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak
at-Taghabun/64: 13 mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya.
َ َ نو نِم ۡؤ مۡل ٱ َِلَّك و ت يۡل ف َ ََِّللّ ٱ َى ل ع وَ و هَ َّلَِإَ هَٰ لِإَٓ لَ َ َ َّللّ ٱ Kursi Allah meliputi langit dan bumi. (Dia-lah) Allah tidak ada Tuhan selain Dia.
Dan Allah tidak merasa berat dan hendaklah orang-orang mukmin memelihara keduanya, dan Allah bertawakkal kepada Allah saja. Maha Tinggi lagi Maha Besar. (Q.S. al- Baqaraha/2:25)
Fathir/35: 3 َ ََِّللّ ٱ َ رۡي غٍَقِل َٰ خَ ۡنِمَ ۡل هَ ۡم كۡي ل ع َ ََِّللّ ٱ َ ت مۡعِن َ َْاو ر كۡذ َٱ َ ساَّنل َٱ ا هُّي أَٰٓ ي
Dalam konteks meneladani Dia َ نو ك ف ۡؤ تَ َٰىَّن أ فَ ۖ و هَ َّلَِإَ هَٰ لِإَٓ لَ َ َ ِض ۡر ۡلۡ َ وٱ َ َِءٓا مَّسل ٱ َ نِ مَم ك ق ز ۡر ي Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah
Allah melalui al- Asma’ al-Husna dalam kepadamu. Adakah Pencipta selain Allah
memperlakukan para hambanya, Allah yang dapat memberikan rezki kepada
kamu dari langit dan bumi ? tidak ada tidak membeda-bedakan agama, latar Tuhan selain dia; Maka Mengapakah
belakang kesukuan dan kebangsaan, kamu berpaling (dari ketauhidan)?
serta tidak membedakan keturunan satu serta tidak membedakan keturunan satu
intens antara tercurahkan kepada semua hambaNya
komunikasi
yang
mutakkalim dengan mukhatthab. Namun tanpa kecuali.
ayat itu menceritakan kisah nabi Yunus Baik dalam tahap pengenalan
dalam perangkap perut ikan yang gelap maupun peneladanan kepada Dia Allah
gulita. Dalam suasana gelap tidak ada melalui al- Asma’ al-Husna mengesankan
sesuatu pun yang lihat, dan dalam masih ada hubungan yang berjarak
suasana diujung kematian (jika dicerna antara sang hamba dengan Tuhannya.
oleh perut ikan), Yunus justru berdialog dengan Allah dengan menggunakan
3. Tiada Tuhan Selain Engkau ungkapan Engkau. Dalam ruang itu, Yunus tidak bisa menggunakan indera
Al-Anbiya/21: 87 َ َٰى دا ن فَِهۡي ل عَ رِدۡقَّنَنَّلَن أَ َّن ظ فَاٗب ِضَٰ غ مَ ب هَّذَذِإ َ َِنوُّنل َٱ اذ و
visualnya, kecuali mendengarkan kata َ نِمَ تن كَ يِ نِإَ ك ن َٰ حۡب سَ تن أَ ٓ َّلَِإَ هَٰ لِإَ ٓ َّلََ ن أ َ َِت َٰ م لُّظل ٱ َ يِف
hati. Visualisasi tidak berfungsi dalam hal
Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ini, kecuali ketajaman mata hati untuk ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu
menangkap realitas Tuhan yang sangat ia menyangka bahwa Kami tidak akan
mempersempitnya
Nyata dengan sebutan Engkau. Hal ini maka ia menyeru dalam keadaan yang
(menyulitkannya),
seirig dengan uraian Armstrong tentang sangat gelap: "Bahwa tidak ada Tuhan
selain Engkau. Maha Suci Engkau, hati. Hati, demikian tulis Armstrong, 10 sesungguhnya aku adalah termasuk
merupakan organ intuisi suprarasional orang-orang yang zalim." dimana Realitas Transenden (Allah)
Adapun terkait dengan ayat yang masuk ke dalam kontak manusia. mengungkap tiada Tuhan selain Engkau,
Pengalaman Yunus as tersebut ini hal ini menggambarkan bahwa antara Si
sebagai ungkapan total, seperti yang Hamba dengan Sang Tuhan memiliki
dilakukan oleh Ibrahim as, ketika ia harus hubungan yang sangat dekat. Kedekatan
memantapkan diri dalam menghadap ini pula yang mungkin dijelaskan oleh al-
Tuhan. Hingga sikapnya ini disebut al- Qur’an, ” Dan sesungguhnya Kami telah
Qur’an dengan istilah hanifan musliman menciptakan manusia dan mengetahui
kepasrahan). Ibrahim as apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan
(totalitas
berusaha ”menggelapkan” seluruh realitas Kami lebih dekat kepadanya daripada urat
le
9 hernya.”
10 Amatullah Armstrong, Sufi Terminology (al-
Aku dan Engkau dalam uraian
Qamus al-Sufi): the Mystical Language of Islam (Kuala Lumpur: A.S. Noordieen, 1995), hlm.
ayat di atas menjelaskan adanya
183. Lebih lanjut Armstrong menuliskan, “… the
heart is the isthmus (al-barzakh) between this
9 Q.S. Qaf/60:15.
world and the next. Ibid .
visual yang merupakan manivestasi menegaskan DiriNya bahwa tidak ada (mazhar) Tuhan melalui alam semesta
Tuhan selain Aku. Pernyataan itu dan hukumnya. Ibrahim as memantapkan
sebagaimana paparan ayat-ayat terkait diri pada Tuhan yang menciptakan
senantiasa
diikuti dengan perintah (fatara) langit dan bumi. 11 fa’buduni (sembahlah kalian semua kepadaKu); fattaquni (Maka hendaklah
4. Tiada Tuhan Selain Aku kamu bertakwa kepada-Ku); fa’budni wa aqim as-salat li zikri (Maka sembahlah
Al-Anbiya/21: 25 َ هَٰ لِإَٓ لَ ۥَ َ هَّن أَِهۡي لِإَٓي ِحو نَ َّلَِإٍَلو سَّرَنِمَ كِلۡب قَنِمَا نۡل س ۡر أ َ َٓا م و
aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat
konteks ini Tuhan dan Kami tidak mengutus seorang
aku).
Dalam
Rasulpun sebelum kamu melainkan Kami berhadapan langsung dengan hambaNya. wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak
Hal ini mengingatkan pada pernyataan ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku,
Maka sembahlah olehmu sekalian akan ayat al- Qur’an ketika manusia bersumpah
aku". / bersaksi di zaman azali, sebagai
An-Nahl/16: 12 terungkap dalam Q.S. al- A’raf/7: 172
berikut:
َ نو لِقۡع يَ ٖم ۡو قِ لَ ٖتَٰ يٓ لَۡ كِلَٰ ذَيِفََّنِإ َ ٓۦَ َِه ِر ۡم أِبَ ۢ ت َٰ رَّخ س م Dia menurunkan Para Malaikat dengan
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu (membawa) wahyu dengan perintah-Nya
mengeluarkan keturunan anak-anak kepada siapa yang Dia kehendaki di
Adam dari sulbi mereka dan Allah antara
mengambil kesaksian terhadap jiwa "Peringatkanlah
hamba-hamba-Nya,
Yaitu:
mereka (seraya berfirman): "Bukankah bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak)
olehmu
sekalian,
Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: melainkan Aku, Maka hendaklah kamu
"Betul (Engkau Tuhan kami), kami bertakwa kepada-Ku".
menjadi saksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu
Thaha/20: 14 tidak mengatakan: "Sesungguhnya َٓي ِرۡكِذِل kami (bani Adam) adalah orang-orang َ َ ة َٰو لَّصل ٱ َِمِق أ و َ يِنۡد ب ۡع ٱ َ فَ۠ا ن أَٓ َّلَِإَ هَٰ لِإَٓ لَ َ َ َّللّ ٱ َا ن أ َ َٓيِنَّنِإ
yang lengah terhadap ini (keesaan Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak
ada Tuhan (yang hak) selain Aku, Maka A’raf/7: 172)
Tuhan)." (Q.S. al-
sembahlah aku dan dirikanlah shalat Apakah firman yang sama juga untuk mengingat aku.
disampaikan Allah ketika zaman azali? Ungkapan
Aku
Allah
Tentu saja jawabannya tidaklah demikian. menggambarkan bahwa Allah seakan
Terutama pada Q.S. Thaha/20: 14 pernah tengah berhadapan dengan hambaNya.
dipinjam oleh Abu Yazid al-Busthami Saat itu Tuhan tengah menyatakan dan
(Bayazid) yang menyatakan pengalaman
11 Q.S. al-Baqarah/2: 135; Ali Imran/3: 67, 95; al-
puncak rohaninya dengan menggunakan
An’am/6: 79, 161; al-Nahl/16: 120, 123; Yunus/10: 105; al-Nisa/04: 125; al-Hajj/22: 31;
ayat tersebut. Kontan kalangan ahli
al-Rum/30:30; dan al-Bayyinah/98:5.
Syariah memberi
penilaian
zindiq
didasarkan kepada penolakan akan eksistensi Tuhan, justru tumbuh
padanya. Pengalaman yang sama juga menjadi padanan agama (religion
dilakukan oleh al-Hallaj yang menyebut equivalent). Artinya, ia tumbuh mengikuti struktur agama, yaitu —
dirinya dengan Ana al-Haqq. kalau dibaca menurut kerangka
agama Islam —memiliki akidah, syariat, dan ibadahnya sendiri.
C. Sebuah Catatan
Akidahnya ialah bahwa sejarah
1. Tidak ada Tuhan selain Allah
adalah
mutlak (historis materialisme). Selain itu, kaum
Mengawali pada poin catatan Marxisme juga mengenal pusat-
dalam subtema ini penulis mengutip pusat pengagungan. 12
tulisan Nurcholish Madjid tentang Kalimatun tayyibah di atas umum
kalimat Tidak ada tuhan selain Tuhan diucapkan banyak kalangan muslim.
(“T” besar). Secara sederhana Cak Bahkan terdapat sebuah hadis yang
Nur – demikian panggilan akrab menjelaskan bahwa barang siapa
almarhum pendiri Paramadina ini – membaca Laa ilaaha illa Allah, maka
menjelaskan bahwa pada dasarnya dia masuk surga. Karena Laa ilaaha
manusia secara fitrah (natural, illa Allah merupakan kunci surga
indigenous spiritual) percaya pada (Miftahul jannah Laa ilaaha illa Allah).
Tuhan. Hanya saja mereka ini Pertanyaan kemudian, apakah setiap
seringkali terkecoh dan terpsona orang yang sudah memegang sebuah
dengan sesuai yang terjadi di luar kunci dari sebuah pintu ruang bisa
fitrah mereka. Kemudian sesuatu yang dipastikan masuk ke dalam ruangan
di luar fitrah itu dijadikan sebagai tersebut? Analogi ini pun tampaknya
Tuhan. Berikut uraian lengkap Cak bisa juga diterapkan alam penggunaan
Nur: Laa ilaaha illa Allah. Karena masuk
Karena merupakan lawan atau surga sebegitu mudah. kontradiksi dari iman kepada Allah,
maka syahadat kita dimulai dengan Apalagi secara sosiologis-yurdis pernyataan negatif, lâ ilâh-a (tidak
formal masih dijumpai dengan tidak ada Tuhan), baru kemudian illâ ‘l- Lâh (kecuali Allah). Ini harus
sulit sejumlah orang dari kalangan digarisbawahi
manusia bukanlah tidak percaya – apapun profesi mereka –
kepada Tuhan, tetapi percaya terlibat dalam pelanggaran hukum. kepada tuhan-tuhan yang terlalu
Karena itu dalam tahapan ini banyak dan palsu. Hampir tidak ada
orang yang tidak percaya kepada Tuhan. Bahkan Marxisme sebagai
12 Budy Munawwar-Rachman, Ensiklopedi
eksperimen besar-besaran yang
Nurcholish Madjid , Jild I Edisi Digital (Jakarta: Democracy Project, 2011), hlm. 356-357.
pernyataan Laa ilaaha illa Allah memandang bahwa para penguasa memang harus dipahami sebagai
Bani Ummayah sebagai tiran. Ketika kunci, namun kunci tidak akan
pelantikan Abdul Malik bin Marwan, berfungsi jika tidak digunakan untuk
Sa'id bin Musayyab tidak mau membuka pintu surga yang dijaga oleh
membaitnya.
Malaikat Ridwan. Adapun Hasan al-Basri 15 – yang Dalam pemahaman penulis,
lahir di Madinah dan lebih dikenal hubungan antara seorang hamba
sebagai zahid dari Basrah – menjalani dalam gambaran kesaksian Tidak ada
hidup zuhud karena takut (khauf) Tuhan selain Allah dalam tahapan
kepada azab Allah dan berharap (raja') zuhud. Zuhud 13 merupakan maqam
kepada rahmat Allah. Bagi Hasan 16 al- pertama yang paling menonjol. Bahkan
fenomena zuhud
ini
menandai
berkata, "Aku tidak membutuhkannya. Aku juga tidak membutuhkan Bani Marwan – salah satu
dimulainya kehidupan sufi di kalangan
cabang dari suku Bani Ummayyah yang berkuasa ketika itu – sehingga aku bertemu Allah swt.
umat Islam, terutama pada abad ke-1
yang akan memberikan putusan antara aku dan
dan ke-2 H. Kalangan muslim yang
mereka." Yunasri Ali, "Tasawuf", hlm. 146. Tokoh zahid Madinah lainnya adalah Abu
menjalani kehidupan zuhud tersebar di
'Ubaidah al-Jarrah (w. 18H), Abu Zar al-Giffari
sejumlah kota seperti Madinah, Kufah, (w. 22H), Huzaifah ibn al-Yaman (w. 36H), dan
'Abdullah ibn Mas'ud (w. 33H). Mereka ini
Basra, Balkhan, dan kawasan Mesir.
datang dari kalangan sahabat. Abu al-Wafa al- Ganimi at-Taftazani, Sufi, hlm. 69.
Dari Madinah terdapat dua tokoh
15 Hasan al-Bas}ri lahir di Madinah 21 H/642M.
zuhud, yaitu Sa'id bin Musayyab (w. Ibunya adalah seorang budak bernama Ummu
Salamah, salah satu istri nabi Muhammad saw.
91H/710M) dan Hasan al-Basri (w.
Hasan al-Basri tumbuh dalam lingkungan yang
14 110H/729M). Sa'id bin Musayyab salih dan orang-orang berilmu. Ia banyak belajar
dari 'Ali bin Abi Talib dan Huzaifah bin al- Yaman. Ibid. Di lingkungan Masjid Basrah, Hasan al-Basri orang yang pertama-tama
13 Amatullah Armstrong mendefinisikan zuhud memperbincangkan ilmu kebatinan, kemurnian sebagai berikut, "Asceticism. Aketisisme. Ini
akhlak dan usaha menyucikan jiwa. Hamka, merupakan penolakan terhadap semua hal yang
Tasawuf Perkembangan dan Pemurniannya , cet. terkait dengan dunia ini. Zuhud merupakan satu
ke-19 (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1993), hlm. 70. pendekatan dalam tingkatan awal dalam tarekat,
Selain Hasan al-Basri, tokoh asketis yang lainnya tetapi tidak dapat dialami oleh setiap orang yang
adalah Malik ibn Dinar, Fadl ar-Raqqasyi, bersungguh-sungguh
Rabbah ibn 'Amru al-Qisyi, Salih al-Murri, Asketisisme seperti ini menyiratkan pengumuman
pada
penyempurnaan.
'Abdulwahid ibn Zaid. Bandingkan dengan sebab-sebab kedua yang mana rata-rata seseorang
Usman Said, dkk., Ilmu Taswuf (t.tp.: Proyek mencapai ma'rifat Allah. Amatullah Armstrong,
Pembinaan Perguruan Tinggi Agama, IAIN Sufi Terminology , hlm. 62
Sumatra Utara, 1982/1983), hlm. 8. 14 Sa'id bin Musayyab adalah murid sekaligus
16 Salah satu yang menjadi penyebab Hasan al- menantu Abu Hurairah (sahabat nabi salah
Basri menjadi seorang muslim yang taat adalah seorang Ahl as}-S}uffah). Dalam suatu riwayat
ketertarikannya pada seorang wanita muda disebutkan bahwa suatu kali ia ditawari sejumlah
bermata jeli. Hasan al-Basri adalah seorang 35 ribu dirham uang perak. Ia menolak sembari
pemuda yang tampan dan selalu perlente dalam
Basri dunia yang bersifat sementara ini menjelaskan tentang Allah yang tidak mengandung nilai sedikit pun jika
sifatnya umum. Lantas Allah yang dibandingkan dengan rahmat Allah
mana? Dia (huwa) yang memiliki
nama-nama indah. Pada tahapan ini kenikmatan
swt. di akhirat kelak. 17 Intinya,
penulis memahami bahwa seserang bandingannya dengan kenikmatan
yang memahami Allah adalah Dia yang dijanjikan Allah di akhirat.
yang... inilah yang disebut dengan Zahid dari kalangan ahli Kufah
ma’rifat. Sebutan istilah ma'rifah adalah
sudah dikenal sejak abad ke-3 H, yang
diperkenalkan oleh Zunnun al-Misri (w. dengan penuh kesederhanaan, taat
161H/778M). Ia menjalani hidup
245/6 H/797 M). 18 Dalam pemahaman beragama,
umum, ma'rifah merupakan cahaya di menyarankan untuk bersikap zuhud.
tawaddu’,
dan
mana Allah melempar ke dalam hati hamba yang Dikehendaki-Nya. Ma'rifat
2. Tidak ada Tuhan selain Dia merupakan pengetahuan sejati yang datang melalui penyingkapan (kasyf),
Sebagaimana penjelasan pada kesaksian (syahadah), dan perasaan
bagian di awal, secara hirarkis penulis
(zauq). 19
berpakain. Suatu hari saat berjalan keliling Basrah ia bertemu dengan wanita cantik. Diikutinya wanita yang bermata jeli itu dari belakangnya.
menanyakan sikap Hasan al-Basri, dia menjawab karena tertarik pada kerlingan matanya dan yang tersembunyi
18 Zunnun al-Misri yang dikenal sebagai "bapak mengikutinya hingga sampai di rumah wanita itu.
dalam
hatinya.
Ia terus
teori ma'rifah" ini lahir di Akhmim kawasan Ketika wanita itu menanyakan niat Hasan al-
Mesir hulu pada tahun 214H/829M. Tokoh lain Basri, dia menjawab, ”Aku tertarik pada dua biji
yang mengembangkan ma’rifat adalah al-Junaid matamu.” Hasan al-Basri dipersilakan duduk.
al-Bagdadi (w. 297H/910M). Tidak lama kemudian datang seorang pembantu
19 Amatollah mendefinisikan sebagai berikut: wanita cantik tersebut membawa sebuah talam
ma'rifah is a light which Allah casts into the yang tertutup kain dan menyerahkannya pada
heart of whomsoever He Will. This is the true Hasan al-Basri. Hasan al-Basri membuka talam
knowledge which come through "unveiling" itu, alangkah kagetnya ternyata berisi dua bola
(kasyf), "witnessing" (musyahadah) and "tasting" biji mata. Pembantu itu berkata, “Beliau berpesan
(zauq). This knowledge is from Allah, it is not tidak ingin mempunyai mata yang menyebabkan
Allah Himself, because He is Unknowable in His orang lain berdosa.” Mendengar ucapan itu
Essence. The Triad on the Sufi Path of Return is bergetarlah lutut Hasan al-Basri, ia takut dan
comprised of fear (makhafah), Knowledge menyesal.
(ma'rifah) and Love (mahabbah). Fear leads to 17 Abu al-Wafa al-Ganimi at-Taftazani, Sufi, hlm.
Knowledge which leads to Unconditional Love of 69. Bahkan dalam salah satu ungkapan Hasan al-
Allah. It is said that spiritual struggle Basri mengatakan, “Jauhilah dunia ini, karena ia
(mujahadah) is child's play whilst ma'rifah is sebenarnya serupa dengan ular. Licin pada
work. Amatullah Armstrong, Sufi perasaan tangan, tetapi racunnya mematikan.”
man's
Terminology , hlm. 142.
Zunnun al-Misri membagi ilmu 20 merupakan kata-kata dan penglihatan tiga
Allah melalui lidah dan mata mereka. menjelaskan ketiga ilmu tersebut
Dalam satu pernyataannya Zunnun al- menguraikan tentang Tuhan yang
Misri mengatakan bahwa semakin satu 21 sesuai dengan latar belakang
dalam manusia mengenal Tuhan, dan kualitas masing-masing. Pertama,
maka ia semakin lenyap dalam Zat- ilmunya orang awam, yang diperoleh
Nya. 23
melalui perantaraan syahadat. Kedua, Tokoh lain yang mengembang- ilmunya
kan ma’rifat adalah al-Junaid (w. menurut logika. Ketiga, ilmunya kaum
297H/910 M). Al-Junaid – yang sufi, yang diperoleh melalui hati
bernama lengkap Abu al-Qasim al- sanubari. Ilmu yang ketiga itulah yang
Junaid bin Muhammad al-Junaid al- disebut dengan ma'rifah (gnosis). 22 Bagdadi – ini berasal dari Iran, dan
Bagi Zunnun al-Misri pusat lahir di Wihawand, anak seorang ma’rifat adalah komunikasi cahaya
pedagang kaca dan keponakan dari rohani dari pihak Tuhan ke dalam hati
Sari as-Sarqati, kolega dekat al- nurani seseorang. Mereka yang
Muhasibi. Di Baghdad al-Junaid belajar mengalami rohani ini merasakan
fiqh mazhab Syafi'i. Ia adalah berada dalam Zat Tuhan. Mereka
kemenakan seorang sufi dari Baghdad mampu melihat meskipun
bernama Sari as-Sarqati (w. 253 H/ menggunakan pengetahuan, mata,
tidak
867 M). 24 Dari pamannya inilah al- penerangan maupun pengamatan.
Junaid belajar tasawuf. Kata-kata dan penglihatan mereka
Ajaran al-Junaid dapat ditemui
pada surat-suratnya yang dikirimkan
Ilmu di sini t erjemahan dari ‘ilmu (Arab) atau pengetahuan diskursif. Istilah ilmu ini untuk
pada tokoh sufi lain ma'rifah menurut
membedakan dengan
ma’rifah
(gnosis).
al-Gazali
adalah dengan
Annemarie Schimmel, Dimensi Mistik, hlm. 43.
21 Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme, hlm. 76.
23 B.A. Dar, "Sufis Before al-H}allaj," hlm. 341. 22 B.A. Dar, "Sufis Before al-Hallaj," hlm. 341.
24 Nama lengkapnya adalah Abu al-Hasan Sari ibn Terkait dengan pemahamannya tentang ma'rifah,
al-Mugallis as- Saqati, murid dari Ma‘ruf al- ketika ditanyakan perihal tersebut Zunnun al-
Kharqi. Ia merupakan orang pertama Sufi Misri menjawab, " ‘araftu rabbi bi rabbi wa laula
Baghdad yang mengajarkan tentang kebenaran lamma ‘araftu rabbi, Aku mengenal Tuhanku
mistis (the mystic truth) dan tauhid Sufi. dengan Tuhanku, andai tanpa Tuhanku aku
Kebanyakan dari syaikh sufi di Iraq adalah takkan
muridnya. Ia dikenal juga sebagai Habib ar- R a‘i. pernyataannya itu, semakin memperjelas bahwa
Farid ad-Din Attar, Muslim Sainst and Mystics: ma'rifat
Memorial of the Saints , terj. A.J. Arberry (London, melainkan pemberian Allah kepada manusia
Boston and Henley: Routledge & Kegan Paul, 1979), yang dikehendakinya.
hlm. 166.
membersihkan hati dari segala noda. Mah}abbah (rasa cinta, love, Hal itu sebagaimana dikatakannya:
attachment) merupakan "Bukanlah kebenaran itu (diperoleh)
affection,
tingkatan rohani setelah zuhud. karena rangkaian dalil dan susunan
kalam, tetapi karena nur (cahaya) ini dipelopori oleh Rabi‘ah
Mahabbah
yang ditempatkan Allah swt. dalam al-Adawiyyah (w. 185H/801M). 25 Zuhud dada (hati); nur itu anak kunci
dilakukannya demi cintanya pada kembanyakan
ma'rifat.
Barang
siapa mengira bahwa kasyf hanya Tuhan. Demi mahabbah-nya pada tergantung pada rangkain dalil-dalil
sampai Rabi‘ah tidak mempersempit rahmat Allah swt.
Allah sampai-
semata, maka
ia
telah
mau mencinta selain Allah. “Inni hubbi yang amat luas.
lillash lam yatrik fi qalbi makaanan li
Al-Gazali memandang bahwa muhibbah siwa Allah, sesungguhnya ma'rifat dan mahabbah itu sebagai
cintaku kepada Allah tidak memberi tingkatan tertinggi yang dicapai oleh
tempat untuk mencintai yang lain.” sufi dalam perjalanan rohaninya
Bahkan ketika disinggung bagaimana menuju hadirat ilahi. Nilai pengetahuan
sikap cintanya kepada rasulullah saw., dalam wujud ma'rifat itu lebih tinggi
Rabi‘ah menjawab, “inni wa Allah daripada pengetahuan yang diperoleh
ah}abbuhu h}ubban jadiidan, walakin dengan akal.
hubb al-khaa liq syagalani ‘an hubb al- makhluq, sesungguhnya demi Allah
3. Tidak ada Tuhan selain Engkau
aku sangat mencintainya, tetapi kecintaan
kepada Allah telah Dalam kesaksian ini, seorang
dari mencintai hamba
(mahabbah). Antara Pencinta dan Yang Dicinta saling memadu kasih.
Laksana pengalaman Yunus as yang 25 Rabi‘ah – yang lahir di Basrah – ini bernama
lengkap Ummu al- Khair Rabi‘ah bin Ismail al-
berada dalam gelap. Ia ”dibutakan”
Adawiyyah al-Qissiyyah. Ia pernah menjadi hamba
sahaya. Ia menghabiskan malam-
selanjutnya ditunjukkan secara nyata
malamnya untuk shalat dan berzikir. Suatu malam
saat Rabi‘ah tengah bermunajat pada Allah, tuannya melihat nyala lentera di atas kepala Rabi‘ah.
tentang realitas Tuhan dalam balutan
kata Engkau (Laa ilaaha illa Anta).
Tuannya merasa takut karenanya. Maka keesokan harinya Rabi‘ah dibebaskan. Selanjutnya Rabi‘ah
Fenomena kesufian hanya Engkau
pergi mengikuti halaqah (pertemuan) yang
yang dicintai pernah dialami oleh
diadakan di masjid-masjid kota Basrah. Dalam halaqah itu Rabi‘ah berjumpa dengan Ibrahim bin
Rabi‘ah al-Adawiyyah (w. 185H/801M).
Adam, Malik bin Dinar, Sufyan as-Sauri, dan Syaqiq al-Balkhi. Usman Said, dkk., Ilmu Taswuf, hlm. 22.
26 Ibid., hlm. 31.
Kecintaan Rabi‘ah kepada Allah cukuplah. Hal ini terungkap dalam ini ditunjukkan dalam ungkapan
lantunan doa berikut ini: syairnya:
Ya ilahi! Tenggelamkan aku dalam Aku mencintai dengan dua macam mencintai-Mu, sehingga tiada satu pun cinta. Cinta rindu dan cinta karena yang dapat melalaikan aku dari Engkau berhak menerima cintaku.
mengingat-Mu.
Adapun cinta rinduku keadaanku
Bintang-bintang telah selalu mengingatMu. Cinta karena gemerlap, mata telah tertidur, pintu- Engkau
pintu istana telah dikunci, setiap adalah keadaanku yang tidak pecinta telah menyendiri dengan yang melihat
sesuatu
sebelum
dicintainya, dan inilah diriku berada di melihatMu. Pujian untuk ini dan itu
depan-Mu.
bukanlah bagiku. Tetapi segala
pujian hanya untuk-Mu. 27
Ya ilahi! Malam telah berlalu, siang Pecinta yang sesungguhnya (al- mulai menampakkan diri. Bagaimana
Muh}ibb as-Sadiq, the True Lover) gerangan perasaanku. Apakah Engkau
menurut Rabi‘ah harus selalu mencari terima amalanku hingga aku merasa
bahagia, ataukah Engkau tolak hingga dan berusaha mendekatkan diri
aku merasa sedih. Demi keperkasaan- Mu, inilah sikapku selama Engkau
kepada yang
dicintai
serta
memberi hidup dan perlindungan menempatkannya dalam lubuk hati
kepadaku. Demi keperkasaan-Mu, seandainya Engkau mengusirku dari
nurani. Karena melalui cinta itu depan pintu-Mu, aku tidak akan pergi.
Rabi‘ah ingin menyaksikan wajah Allah Karena hatiku telah mencintai-Mu.
yang Maha Mulia, dan ingin dibukakan Ya ilahi! Jadikanlah surga untuk para
tirai yang membatasi antara dirinya kekasih-Mu dan neraka untuk musuh- musuh-Mu. Adapun aku, maka Engkau
dengan Allah. Bukan hanya itu sudah cukup untukku. 28 cintanya pada Allah telah menutup
ketamakan surga dan ketakutannya
4. Tidak ada Tuhan Selain Aku
pada api neraka. Dan baginya, Tuhan Terkait dengan Laa ilaaha illa
27 Terhadap dua cinta itu al-Gazali (w. 505H/ 1112M) menuliskan, “Mungkin yang dimaksud
Ana, penulis memahami ini terkat
dengan cinta rindu (al-hubb al-hawa) ialah cinta
dengan fana ’, baqaa, huluul, dan
kepada Allah swt. karena kebaikan dan karunia- Nya kepadanya. Adapun cinta kepada-Nya
ittihad. Secara harfiah fana’ 29 berarti
karena Dia layak dicintai ialah cinta karena keindahan dan keagungan-Nya, yang tersingkap kepada-Nya. Dan yang terakhir inilah cintayang paling luhur dan mendalam serta merupakan
28 Harun nasution, Falsafat dan Mistisisme, hlm. kelezatan yang tiada taranya.” Yunasril Ali,
72-73.
”Tasawuf,” hlm. 147. Lihat juga Abu al-Wafa al- 29 Muradif kata fana' adalah indisar, halak Ganimi at-Taftazani, Sufi, hlm. 87. B.A. Dar,
(extinction, passing away, cessation of being; "Sufis Before al-Hallaj," dalam M.M. Sharif, a
evanescence, vanishing; annihilation; utter History Muslim Philosophy , Vol. I (Delhi: Low
destruction, total ruin) . Rohi Baalbaki, Al- Price Publications, 1995), hlm. 340.
Mawrid: Modern Arabic-English Dictionary
“sirna, hancur,
baqa' mempunyai arti penting sebagai meninggal” adapun baqa’ 30 bearti
“kekal, abadi, senantiasa ada, hidup.” 31 Fana' adalah tidak dikenalinya sifat- sifat
seseorang oleh yang Sedangkan secara istilah para ahli bersangkutan sendiri; dan baqa'
mempunyai perbedaan
dalam
adalah hal pengenalan serupa sebagai sifat Tuhan. Di dalam fana',
memberikan batasan fana’ dan baqa’. abdi tidak memiliki kesadaran
Namun dalam kaitannya dengan tentang dirinya, artinya bagi dirinya sendiri yang bersangkutan tidak
tasawuf kedua istilah tersebut merasa ada; tetapi ia hanya
digunakan dengan preposisi: fana'an menyadari sekedar sebagai "yang mewujudkan
dan perwujudan". yang artinya kosong dari segala Sepanjang anda merasa hadir
sesuatu, melupakan
atau
tidak
dalam pandangan anda, maka Tuhan (seolah) tidak ada; dan
menyadari sesuatu;
baqa'
bi,
apabila dalam pandangan anda Ia sebaliknya
hadir, maka diri anda sendiri yang akan menghilang. 33
sesuatu, hidup
atau
bersama
sesuatu. 32 Bagi sufi, menurut Gejala-gejala yang terjadi pada penjelasan Khaja Khan, fana' dan
seseorang yang mengalami fana dan baqa ’ adalah sebagai berikut:
Pertama, dia mengalami mabuk
(Beirut, Lebanon: Dar al-'Ilm al-Malayin, 2001),
(sukr) ketuhanan. Sukr terjadi karena
hlm. 835. 30 Muradif kata baqa' adalah mukus (remaining,
pengaruh dari zikrullah dan sama’,
staying; sojourn);
dawam
(continuance,
juga sebagai luapan Cinta Allah dalam
continuity, continuation, duration, endurance, persistence, subsistence; survival, existence);
hati sufi dan puncak dari kehancuran di
khulud, 'adam al-fana' (immortality, perpetuity,
dalam Allam ( fana’ fi Allah). Kedua,
eternity, eternal life, eternal existence) . Ibid., Al-
Mawrid , hlm. 243.
dia mengalami syath (theopatical
Muhammad ‘Abdul Haq Anshari, Merajut Tradisi Syari'ah dengan Sufisme: Mengkaji
stammerings). Kondisi ini terjadi ketika
Gagasan Mujaddid Syeikh Ahmad Sir Hindi , terj. Achmad Nashir Budiman, cet. ke-1 (Jakarta: PT.
seorang sufi berkata-kata yang tidak
Grafindo Persada, 1997), hlm. 57. Lihat juga
karuan, bahkan ada pula yang
Yunasril Ali, "Tasawuf", hlm. 149; Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme, hlm. 79; dan
bertentangan dengan aqidah dan
at-Taftazani, Sufi, hlm. 106. Bandingkan dengan Khan Sahib Khaja Khan, Tasawuf: Apa dan Bagaimana , terj. Achmad Nashir Budiman, cet. ke-2 (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1996), hlm. 83.
33 Khan Sahib Khaja Khan, Tasawuf, hlm. 83. 32 Muhammad Abddul Haq Anshari, Merajut
Sebagian lain berpendapat bahwa fana' adalah Tradisi Syari'ah dengan Sufisme: Mengkaji
hilangnya "ke-Aku-an (Ego) dari abdi dalam "ke- Gagasan Mujaddid Syeikh Ahmad Srhindi , terj.
Aku-an" Tuhan. Ibid.
Achmad Nashir Budiman, cet. ke-1 (Jakarta: 34 Amatullah Armstrong, Sufi Terminology, hlm. Srigunting, 1997), hlm. 47.
syari’ah, 35 tetapi dia tidak menyadari bersama-sama dua hal (coming setiap kata yang terucap dari
together of two things). 36 Ittihad mulutnya. Ucapan itu keluar karena
merupakan istilah tasawwuf yang seorang sufi tengah mengalami mabuk
terkait erat dengan fana' dan baqa'. Tuhan. Ketiga, zawal al-hajb. Peristiwa
Ittihad digunakan untuk memahami zawal
bahwa segala sesuatu adalah non- tersingkapnya tabir yang membatasi
eksisten (non-exixtent) dan eksistensi antara sang sufi (orang yang
mereka itu adalah eksistensi Allah. 37 mengasihi) dengan Tuhan (Sang
Bagi sufi pengalaman ittihad Kekasih). Keempat, galabah al-wujud.
merupakan fenomena yang terjadi Kondisi perasaan seorang sufi yang
pada dirinya bahwa dirinya bersatu melihat hanya satu wujud, yakni wujud
dengan Tuhan; suatu tingkatan di Allah.
mana yang mencintai dan yang dicintai Dalam
telah menjadi satu, sehingga salah rohaninya
pengalaman
puncak
satu dari mereka dapat memanggil experience) Abu Yazid al-Busthami
(the
highest spiritual
yang satu lagi dengan kata-kata "Hai mengatakan, ”Innani Ana Allah La
aku". 38 Ittihad ini bukan kesatuan ilaha illa Ana fa’budniy wa aqimis
hanya dalam shalah li dzikriy Sesungguhnya Aku ini
subtansi
tetapi
keberadaan dan kesadaran yang tidak adalah Allah, tidak ada Tuhan [yang
dapat diterangkan dengan filsafat, hak] selain Aku, maka sembahlah Aku
melalui penghayatan dan dirikanlah shalat untuk mengingat
melainkan
langsung. 39 Hal ini dipertegas oleh at- Aku.” Pernyataan Ba Yazid (nama
Tusi yang mengatakan: yang biasa digunakan untuk menyebut
"...apabila kejadian ini didekati secara rasio berdasarkan arti yang
tokoh Sufi tersebut) menuai kontroversi tersurat saja, pasti tidak akan
di kalangan para ulama. Karena
ditemukan
makna yang sesungguhnya. Oleh karena itu
ungkapan itu hanya pantas diucapkan orang yang mampu memahami
oleh Sang Otoriter yakni Allah. secara tepat apa makna yang sesungguhnya
dari ilmu ini Selanjutnya,
dalam
bahasa
hanyalah mereka yang sudah populer ittihad diterjemahkan dengan
penyatuan,
unifikasionisme
36 Ibid ., hlm. 96.
(unificatinism) 37 atau kedatangan Ibid.
38 Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme, hlm. 82. Lihat juga Usman Said, Ilmu Tasawuf, hlm.
35 Ibid., hlm. 214. 39 Usman Said, Ilmu Tasawuf, hlm. 100.
pernah mengalaminya, atau orang Yazid tersebut sebagai peristiwa yang mau mendalaminya melalui
bahwa Tuhan berbicara melalui lidah orang yang ‘arif dalam masalah
ini. 40 Abu Yazid.
Pada peristiwa lain Abu Yazid Di antara ungkapan ketika
mengalami seperti, "Aku keluar dari al- mengalami
Haqq dan masuk ke dalam al-Haqq diucapkan Abu Yazid berikut ini:
sehingga aku berseru memanggil Pada suatu ketika aku diangkat ke
hadirat-Nya seraya berkata: Hai Abu DiriKu dalam diriku." Keakuan Abu Yazid makhluk-Ku ingin melihatmu.
Yazid dengan ke-Aku-an Tuhan telah Aku menjawab: Hiasilah aku dengan
ke-Esaan-Mu (wahdaniyatika) dan bersatu. Peristiwa bersatunya dua aku pakaikanlah
padaku
sifat-sifat
itu disebut dengan ahadiyah. Dari keakuan-Mu (ananiyatika) serta
angkatlah aku kepada Ketuggalan- pengalaman bersatu inilah selanjutnya Mu, sehingga pada saat makhluk-
terlahir ungkapan-ungkapan yang oleh Mu melihatku mereka akan berkata:
Kami telah melihat-Mu. Yang sebagian kalangan dianggap sebagai mereka lihat itu sebenarnya adalah
ungkapan yang ganjil atau tidak Engkau karena pada ketika itu aku
tidak lagi berada di situ. 41 lumrah. Berikut ungkapan-ungkapan Ketika itu Abu Yazid sangat
tersebut: 43
dekat dengan Tuhan, tetapi ittihad "Sesungguhnya aku adalah Allah.
belum terjadi. Ittihad terjadi ketika Abu Tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah aku. Maha suci Aku dan
Yazid mengatakan, "Tuhan berkata: Maha Besar Aku."
Hai Abu Yazid sesungguhnya semua Suatu kali seorang pria mengetuk
itu selain kamu adalah makhlukKu. Aku pintu rumah Abu Yazid. Abu Yazid
pun berkata: Maka aku Engkau, dan bertanya, "Siapa yang anda cari?"
42 Engkau aku dan aku Engkau." Dijawab, "Aku mencari Abu Yazid." Dalam