Pertemuan 7 model pembelajaran living history

Bagaimana kondisi pembelajaran
sejarah saat ini?
 Kurang menarik, membosankan, dan

sulit
 mengulang materi
 Bersifat informatif
 Materi tradisional

Bagaimana dengan strategi
pembelajaran yang
dikembangkan?
 Banyak mentoleransi budaya diam
 Pembelajaran hafalan
 Chalk and talk
 Monoton
 Terlalu teoritis dan abstrak

Peluang untuk mengatasi
permasalahan








-

Tuntutan kurikulum:
Kesempatan kepada guru mengembangkan
berbagai potensi kemampuan anak didik
Mengembangkan materi sesuai dengan situasi
dan kondisi anak didik --) pembelajaran sejarah
menjadi lebih kontekstual dan bermakna
Membuka dominasi kajian pada local history

Membuka dominasi kajian
pada local history
• mampu menerobos batas antara teori dan


kenyataan
• siswa langsung mengenal lingkungan
masyarakat
• mengembangkan pembelajaran aktif-kreatif

Model pembelajaran apa yang cocok
dengan masalah tersebut?
• Living History
 memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar
membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar
yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
 salah satu cara mengkaji sejarah yang ada dalam lingkungan
sekitar siswa melalui teknik2 penelitian sejarah dan
bagaimana menulis sejarah
 Model pembelajaran ini akan membimbing peserta didik
dalam melakukan penelusuran peristiwa sejarah yang terdapat
di lingkungan sekitarnya, tempat peserta didik menjalani
kehidupan kesehariannya

Model pembelajaran living

history
membawa peserta didik secara langsung dalam









mengenal serta menghayati lingkungan
masyarakatnya
mendukung prinsip pengembangan kemampuan
peserta didik untuk berpikir aktif-kreatif
mendorong peserta didik untuk lebih peka
terhadap lingkungan
mengembangkan keterampilan-keterampilan
proses yang bersifat discovery dan inquiry, seperti
mengobservasi, melaksanakan wawancara,

menyeleksi bahan/sumber sejarah,
mengklasifikasi, menemukan sesuatu, bahkan
dalam menggeneralisasi

Bagaimana
implementasinya?
 mengambil contoh-contoh dari kejadian

lokal untuk memberi ilustrasi yang
lebih hidup dari uraian sejarah nasional
maupun sejarah dunia yang sedang
diajarkan
 mengadakan kegiatan penjelajahan
lingkungan (lawatan)
 studi khusus serta cukup mendalam
mengenai berbagai aspek kesejarahan
di lingkungan sekitar peserta didik

1. Disesuaikan dengan jam pelajaran
2. Memberikan penugasan

3. Jam-jam kosong








Tentukan topik-topik, baiknya
diserahkan pada siswa
Susun rencana kerja oleh setiap
kelompok
Pelaksanaan kegiatan: mencari dan
mengumpulkan sumber ---) teknik oral
history
Penulisan Laporan
Diskusi

Kyvig dan Marty (1984) dan Mahoney

(1981) mengklasifikasikan topik-topik
living history
Menyusun Sejarah Keluarga --)genealogi
 siapakah ayah dan ibu dari siswa?
 siapakah ayah dari ibu?
 siapakah ibu dari ibu?
 siapakah ayah dari ayah?
 siapakah ibu dari ayah?
 berapa jumlah anggota keluarga, siapakah dia?

Lanjutan
Mengamati Pola Kehidupan Menetap

Penduduk
bagaimana terbentuknya
keluarga sampai menjadi beberapa keluarga
dalam satu RT, RW, desa atau kelurahan,
bahkan boleh jadi dalam satu kota kecil
Mengamati Perkembangan Penduduk
Mengamati Monumen Bersejarah di

Lingkungan Terdekat Peserta Didik
Mengamati Perkembangan atau Perubahan
Sosial.

Lanjutan
Mengamati Perkembangan Kehidupan

Ekonomi Masyarakat
Mengamati Masuknya Teknologi Baru di Desa
Mengamati Perkembangan Pemerintahan
Desa

Mengamati monumen bersejarah
Misalnya; prasasti, mesjid, gereja, candi,

kuburan, patung, gapula, dll
 dimanakah tempatnya monumen itu?
 bagaimana kondisinya sekarang?
 siapakah dia? (kalau patung tokoh)
 apa peranannya?


Beberapa tindakan yang harus diperhatikan
oleh guru dalam pelaksanaan model
pembelajaran living history di lapangan
1. Membimbing peserta didik dalam memilih topik

yang sesuai dengan minat dan kemampuannya
2. Membimbing peserta didik dalam melakukan
persiapan-persiapan yang akan dikerjakan di
lapangan
3. Membantu dan membimbing peserta didik
dalam menyusun pedoman observasi dan
wawancara

Lanjutan
4. Membimbing peserta didik dalam melaksanakan

penelusuran peristiwa sejarah yang telah
dipilihnya dengan baik
5. Menciptakan situasi kompetitif antar kelompok

dan kekompakan di antara anggota kelompok
6. Mengadakan diskusi kelompok dan kelas untuk
membahas pelaksanaan model pembelajaran
living history
7. Membantu kelompok peserta didik yang
mengalami kesulitan dalam pelaksanaannya di
lapangan.

Lanjutan
8. Membantu dan membimbing peserta
didik dalam menginterpretasikan data
yang diperoleh di lapangan
9. Membimbing peserta didik dalam
menyusun laporan hasil penelitian
lapangan
10.Menyediakan waktu dan tempat untuk
mendiskusikan hasil penelitian di kelas

SIKAP NASIONALISME
Pengertian Nasionalisme

1. Menurut Ernest Renan, Nasionalisme adalah
kehendak untuk bersatu dan bernegara.
2. Menurut Otto Bauar, Nasionalisme adalah
suatu persatuan perangai atau karakter yang
timbul karena perasaan senasib
3. Menurut Louis Sneyder, Nasionalisme adalah
hasil dari perpaduan faktor-faktor politik,
ekonomi, sosial, dan intelektual


Pengertian Nasionalisme
4. Menurut Hans Kohn, Nasionalisme secara

fundamental timbul dari adanya National
Counciousness; dengan perkataan lain
nasionalisme adalah formalisasi (bentuk) dan
rasionalisasi dari kesadaran nasional
berbangsa dan bernegara sendiri.
5. Menurut L. Stoddard, Nasionalisme adalah
suatu kepercayaan yang dimiliki oleh sebagian

terbesar individu di mana mereka menyatakan
rasa kebangsaan sebagai perasaan memiliki
secara bersama di dalam suatu bangsa

Pengertian Nasionalisme
Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu

sikap yang meninggikan bangsanya sendiri,
sekaligus tidak menghargai bangsa lain
sebagaimana mestinya; keadaan seperti ini
sering disebut chauvinisme.
Sedangkan dalam arti luas, nasionalisme
merupakan pandangan tentang rasa cinta
yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan
sekaligus menghormati bangsa lain.

Penyebab Semakin Memudarnya
Sikap Nasionalisme di Kalangan
Pemuda
Faktor Penyebab Internal
Faktor Penyebab Eksternal

Faktor Penyebab Internal
1. Pemerintahan pada zaman reformasi yang jauh

dari harapan para pemuda, sehingga membuat
mereka kecewa pada kinerja pemerintah saat
ini; terkuaknya kasus-kasus korupsi,
penggelapan uang Negara, dan penyalahgunaan
kekuasaan oleh para pejabat Negara membuat
para pemuda enggan untuk memerhatikan lagi
pemerintahan.
2. Sikap keluarga dan lingkungan sekitar yang
tidak mencerminkan rasa nasionalisme,
sehingga para pemuda meniru sikap tersebut;
para pemuda merupakan peniru yang baik
terhadap lingkungan sekitarnya

Faktor Penyebab Internal
3. Demokratisasi yang melewati batas etika dan
sopan santun dan maraknya unjuk rasa, telah
menimbulkan frustasi di kalangan pemuda dan
hilangnya optimisme, sehingga yang ada hanya
sifat malas, egois dan, emosional
4. Tertinggalnya Indonesia dengan Negara-negara
lain dalam segala aspek kehidupan, membuat
para pemuda tidak bangga lagi menjadi bangsa
Indonesia
5. Timbulnya etnosentrisme yang menganggap
sukunya lebih baik dari suku-suku lainnya,
membuat para pemuda lebih mengagungkan
daerah atau sukunya daripada persatuan bangsa.

Faktor Penyebab Eksternal


Timbulnya etnosentrisme yang menganggap
sukunya lebih baik dari suku-suku lainnya,
membuat para pemuda lebih mengagungkan
daerah atau sukunya daripada persatuan
bangsa

Upaya Untuk Menumbuhkan Kembali
Sikap Nasionalisme di Kalangan Pemuda
1. Peran Keluarga
2. Peran Pendidikan
3. Peran Pemerintah

Peran Keluarga
1. Memberikan pendidikan sejak dini tentang

sikap nasionalisme terhadap bangsa
Indonesia
2. Memberikan contoh atau tauladan tentang
rasa kecintaan dan penghormatan pada
bangsa
3. Memberikan pengawasan yang menyeluruh
kepada anak terhadap lingkungan sekitar
4. Selalu menggunakan produk dalam negeri

Peran Pendidikan
1. Memberikan pelajaran tentang pendidikan

pancasila dan kewarganegaraan dan juga
bela Negara
2. Menanamkan sikap cinta tanah air dan
menghormati jasa pahlawan dengan
mengadakan upacara setiap hari senin
3. Memberikan pendidikan moral, sehingga
para pemuda tidak mudah menyerap hal-hal
negatif yang dapat mengancam ketahanan
nasional

Peran Pemerintah
1. Menggalakan berbagai kegiatan yang dapat

meningkatkan rasa nasionalisme dan
patrotisme, seperti seminar dan pameran
kebudayaan
2. Mewajibkan pemakaian batik kepada pegawai
negeri sipil pada hari tertentu, hal ini dilakukan
karena batik merupakan sebuah kebudayaan
asli Indonesia, yang diharapkan dengan
kebijakan tersebut dapat meningkatkan rasa
nasionalisme dan patrotisme bangsa.
3. Lebih mendengarkan dan menghargai aspirasi
pemuda untuk membangun Indonesia agar lebih
baik lagi