PEMEROLEHAN BAHASA INDONESIA PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DI PERUMAHAN AIR DINGIN MARPOYAN PEKANBARU RIAU
PEMEROLEHAN BAHASA INDONESIA PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN
DI PERUMAHAN AIR DINGIN MARPOYAN PEKANBARU RIAU
Tri Yuliawan Universitas Islam Riau, Pekanbaru
ABSTRACT
The purpose of this study is to know and describe the system of Indonesian language semantics in the school and outside the school.Theories used are Chaer (2009), Muslich (2011), Suryadi, (2010), Marsono (2006), Tarigan (1988), and Dahlan (2008).The sample of this study was Fira Denisa aged 2.6 years in Cold Water Marpoyan Pekanbaru. The initial phase of the data is described, then the data is analyzed according to the research problem and the data is concluded based on the research findings.This research uses descriptive method of case study approach. Techniques Data collection is a technique of tapping and skill techniques, fishing techniques, interviews and record. The results of the study were (showing that) children aged 2-5 years obtained the vowel sounds / a /, / i /, / u /, / e /, / o /, and as well as the consonant sounds that emerged were (1) by the child ie; / p /, / b /, / t /, / d /, / m /, / n /, / l /, / c /, / j /, and / y /. (2)) consonants that can not be produced by the child ie; / g / pronounced / d /, / k / pronounced / t /, / r / pronounced / l /, / s / pronounced / c /, and / au / pronounced / o /. Keywords: language acquisition, phonology, and semantics
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini yakni mengetahui dan mendeskripsikan sistem pemerolehan bahasa Indonesia pada anak usia 2-5 tahun di Pekanbaru Riau pada tataran fonologi, dan semantik di lingkungan sekolah dan luar sekolah. Teori yang digunakan adalah Chaer (2009), Muslich (2011), Suryadi, (2010), Marsono (2006), Tarigan (1988), dan Dahlan (2008). Sampel penelitian ini adalah Fira Denisa berusia 2,6 tahun di Perumahan Air Dingin Marpoyan Pekanbaru. Tahap awal data dideskripsikan, selanjutnya data dianalisis sesuai masalah penelitian dan data disimpulkan berdasarkan hasil temuan penelitian. Penelitian ini menggunakan metode deskriptifpendekatan studi kasus. Teknik Pengumpulan data adalah teknik sadap dan teknik cakap, teknik pancing, wawancara dan rekam. Hasil penelitian adalah (menunjukkan bahwa)anak usia 2-5 tahun memperoleh bunyi vokal /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, dan serta bunyi konsonan yang muncul yaitu (1) konsonan yang mampu diproduksi oleh anak yakni; /p/, /b/, /t/, /d/, /m/, /n/, /l/, /c/, /j/, dan /y/.(2) ) konsonan yang tidak mampu diproduksi oleh anak yakni; /g/ dilafalkan /d/, /k/ dilafalkan /t/, /r/ dilafalkan /l/, /s/ dilafalkan /c/, dan /au/ dilafalkan /o/.
Kata Kunci:pemerolehan bahasa, fonologi, dan semantik
PENDAHULUAN Bahasa yang disampaikan diharapkan
Bahasa adalah segala bentuk dapat diterima dengan baik oleh komunikasi ketika pikiran dan perasaan pendengar atau orang lain. Posisi bahasa seseorang disimbolisasikan supaya dapat sangat penting dalam kehidupan sehari- menyampaikan arti kepada orang lain hari. Oleh karena itu, manusia tidak bisa (Subyakto dan Nababan, 1992:124). terlepas dari penggunaan bahasa. Tanpa
Pemerolehan Bahasa Indonesia pada Anak Usia 2-5 Tahun di Perumahan Air Dingin
Pemerolehan Bahasa Indonesia pada Anak Usia 2-5 Tahun di Perumahan Air Dingin
bahasa manusia tidak bisa menyampaikan ide dan perasaannya. Senada dengan ini, dikemukakan oleh Chaer (2003:32) mengatakan bahasa merupakan sistem arbiter yang digunakan oleh kelompok masyarakat untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Bahasa sudah diperoleh manusia sejak lahir. Hari mampu untuk berbicara dengan orang lain, karena kemampuan berbahasa belumada. Kemampuan tersebut dapat dilatih seiring waktu berjalan. Peranan orang tua sangat penting dalam proses perkembangan bahasa pada anak.
Berbagai penelitian menyatakan bahwa anak memperoleh bahasa pertama dari ayah dan ibu. Ayah dan ibu merupakan orang yang pertama dikenali oleh anak. Saat ayah dan ibu berinteraksi, maka anak mulai mengamati hal yang diperbicangkan. Anak mulai merespon komunikasi verbal dan norverbal dari mereka. Peristiwa ini direkam oleh anak di dalam memorinya. Anak tidak hanya memahami kosakata, bahkan kalimat yang dilontarkan oleh orangtuanya melainkan juga struktur kata dalam kalimat tersebut. Diharapkan orangtua berbahasa yang benar saat berinteraksi pada anak ataupun sama orang lain di depan anak. Hal ini mengindikasi bahwa anak akan mengembangkan bahasa lebih cepat daripada yang lain (Suryadi, 2010:96). Selanjutnya, pendapat tersebut dikuatkan oleh Chomsky (dalam Subyakto dan Nababan, 1992:76), menyatakan bahwa setiap anak sejak lahir telah dilengkapi dengan seperangkat peralatan yang memungkinkannya memperoleh suatu bahasa.
Pemerolehan bahasa pada anak didapatkan melalui jalan penelitian terkait bahasa anak itu sendiri. Sangat menarik penelitian ini dilakukan, karena mencari perkembangan bahasa pada anak. Selanjutnya mencari solusi pada aneka ragam masalah serta dari hasil penelitian itu, dapat pula terlihat jelas fenomena pemerolehan bahasa relevan bagi perkembangan teori linguistik.
Menurut Chaer, (2015:221-224) terdapat tiga pandangan dalam perkembangan bahasa anak. Dua pandangan yang kontroversial dikemukakan oleh pakar dari Amerika, berpendapat bahwa penguasaan bahasa pada anak-anak bersifat alamiah (nature), dan pandangan behaviorisme yang berpendapat bahwa penguasaan bahasa pada anak-anak bersifat suapan (nurture). Selanjutnya, pandangan ketiga muncul di Eropa dari Jean Piaget berpendapat bahwa penguasaan bahasa adalah kemampuan yang berasal dari pematangan kognitif, sehingga pandangannya disebut kognitivisme.
Pemerolehan bahasa dibedakan menjadi pemerolehan bahasa pertama dan pemerolehan bahasa kedua. Pemerolehan bahasa pertama terjadi jika anak belum pernah belajar bahasa apapun, lalu memperoleh bahasa. Pemerolehan ini bisa satu bahasa atau monolingual FLA(first language
acquisition), bisa dua bahasa secara
bersamaan atau berurutan (bilingual
FLA). Bahkan bisa lebih dari, dua bahasa (multilingual FLA). Sedangkan
pemerolehan bahasa kedua terjadi jika seseorang memperoleh bahasa setelah menguasai bahasa pertama atau merupakan proses seseorang mengembangkan keterampilan dalam bahasa kedua atau bahasa asing.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, pemerolehan bahasaIndonesia anak di Perumahan Air Dingin Marpoyan Pekanbaru didapatkan anak tidak dapat atau belum mampu mengucapakan kosakata dan kalimat dengan tepat. Orangtua sering menggunakan kata bahkan kalimat yang salah, seperti “ma, mimik cucu
1 ” (minum
susu ma ). Selanjutnya pada data “Adek Pemerolehan Bahasa Indonesia pada Anak Usia 2-5 Tahun di Perumahan Air Dingin beyum mo bobok? ” (Adek, belum mau
tidur?) Anak pada tahap awal baru bisa melakukan menyimak (mendengar) bahasa yang digunakan oleh masyarakat di sekitarnya. Sudarja (1988:80) menyatakan bahwa, mengajak anak berdialog, bertanya dan menyuruh mengerjakan sesuatu serta memberi kesempatan untuk bergaul dengan orang untuk belajar berbahasa, terutama dalam meningkatkan perbendaharaan kosa katanya, merangkai kalimat dan menyatakan pikirannya. Tindakan demikian yang dilakukan oleh orangtua terhadap anaknya adalah kurang baik. Sebaiknya, orangtua menggunakan kosakata dan kalimat yang benar saat berkomunikasi, khususnya saat berdialog pada anak. Pemerolehan bahasa pada anak-anak merupakan prestasi yang menakjubkan. Itulah sebabnya masalah ini mendapat perhatian yang besar (Tarigan, 1988: 3).
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimanakah pemerolehan bahasa Indonesia pada anak usia 2-5 tahun di Pekanbaru Riau? Selanjutnya, dapat diuraikan tujuan penelitian ini yakni mengetahui dan mendeskripsikan sistem pemerolehan bahasa indonesia pada anak usia 2-5 tahun di Pekanbaru Riau pada tataran fonologi, dan semantik di lingkungan sekolah dan luar sekolaholeh Fira. Tahap awal data dideskripsikan (paparkan). Selanjutnya data dianalisis sesuai masalah penelitian dan data disimpulkan berdasarkan hasil temuan penelitian.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Sudaryanto (dalam Mahsun 2005:62) metode deskriptif adalah metode yang dilakukan semata- mata berdasarkan fakta dan fenomena yang secara empiris hidup pada penuturnya. Selanjutnya, jenis penelitian ini termasuk penelitian yang bersifat lapangan. Sumarta (2013:12) penelitian lapangan (field research) merupakan penelitian yang dilakukan di lapangan atau medan tertentu, bertujuan untuk mendapatkan data yang diinginkan. Peneliti terjun langsung ke lapangan sehingga penulis memperoleh data yang akurat. menggunakan pendekatan studi kasus. Melalui metode kualitatif ini akan dideskripsikan sistem fonetik Mbak pada usia 2 tahun 6 bulan – 2 tahun 8 bulan. Menurut Moleong (2012:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kualifikasi yang lainnya.Data pada penelitian ini berupa kata-kata atau kalimat yang berupa bahasa lisan, selanjutnya ditranskripsikan ke bahasa tulisan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) teknik simak libat cakap. Teknik ini digunakan untuk memperoleh informasi yang diinginkan. Teknik yang dilakukan dengan upaya penyadapan peristiwa tutur oleh penulis dengan cara penulis terlibat secara langsung dalam perisitiwa tersebut (Sudaryanto, 1993:133), (2) teknik pancing, yaitu peneliti ikut serta dalam peristiwa dialog tersebut. Peneliti mengajak lawan bicara berbicara supaya kata-kata atau kalimat yang diinginkan dapat diperoleh. Sudaryanto (1993:137) teknik pancing dilakukan percakapan langsung oleh peneliti untuk memancing lawan bicara atau informan, (3) teknik wawancara, yaitu peneliti melakukan tanya jawab kepada informan terkait penelitian yang dilakukan guna untuk mendapatkan data. Mahsun (2013:250) wawancara adalah salah satu metode yang digunakan dalam tahap penyediaan data dengan cara peneliti melakukan percakapan dengan nara sumber, dan (4) teknik rekam, yaitu peneliti merekam
HASIL DANPEMBAHASAN
1. Pemerolehan Bunyi Vokal
A: Ini siapa Mbak? (menunjukkan foto orangtuanya)
B: ucing
[ucIῆ]
B: om Yan (Ryan)
[om Yan]
A: Siapa nama om ini?
Oom/ adik ayah atau ibu
[ ﬤ m]
B: Onyet
[oñɛt]
A: Kalau ini gambar apa Mbak?
ɛt] monyet
B: au, uyat
[au, uyat]
4 /o/ [oñA: Mbak tahu gambar ini?
[uyat] ulat
Pemerolehan Bahasa Indonesia pada Anak Usia 2-5 Tahun di Perumahan Air Dingin
percakapan dengan nara sumber menggunakan handphone.
B: Ini mama, ini ayah [ini mama, ini ayah] 3 /u/
B: itan oyeng [itan oy ɛῆ] [ini] ini
A: Mbak suka makan ikan? Ikan apa?
2 /i/ [itan] ikan
A: kenapa kaki Mbak itu? B: Atit, atuh dicitu. [atIt, atUh dicitu]
B: ail bak
[aIl bak]
[atIt] sakitA: Mbak mandi pakai apa?
Tabel 1 Pemerolehan Bahasa Bunyi Vokal yang Mampu diproduksi oleh Fira No Fonem Kata Makna Tuturan 1 /a/ [aIl] air
Fira sejak berumur 2 tahun 6 bulan sudah banyak memperoleh dan memproduksi berbagai fonem vokal yang dapat membedakan arti kata-kata yang diucapkannya. Hanya saja dalam mengungkapkan kata-kata ini pada umur 2 tahun 6 bulan kemampuan fonologi Fira belum bisa mengucapkan fonem tersebut dengan jelas.Berikut data tuturan yang mampu diproduksi oleh alat ucap Fira.
Vokal merupakan bunyi bersuara yaitu ketika dihasilkan udara dari paru- paru keluar berterusan melalui rongga tekak dan rongga mulut tanpa sebarang gangguan (Chaer, 2009). Oleh karena itu, anak-anak lebih dominan mudah mengucapkan bunyi vokal daripada konsonan. Karena, ketika memroduksi bunyi vokal, arus udara masuk ke paru- paru kemudian keluar melewati pita suara dan tidak dihambat oleh alat ucap manusia. Terlihat posisi mulut yang terbuka lebar atau sedikit. Sebaliknya, bunyi konsonan diproduksi adanya manusia lainnya. Hal ini menyebabkan anak berumur 2,6 tahun sulit mengartikulasikan bunyi tersebut.
Pemerolehan bahasa umumnya berlangsung dilingkungan masyarakat bahasa target dengan sifal alami dan informal serta lebih merujuk pada tuntutan komunikasi. Berbeda dengan belajar bahasa yang berlangsung secara formal dan artifisial serta merujuk pada tuntutan pembelajaran.
Fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtunan bunyi-bunyi bahasa (Chaer, 2009:3). Pemerolehan bahasa adalah proses bagaimana anak-anak memperoleh bahasa pertama.
[ucI ῆ] kucing A:Mbak, ini gambar apa? (menunjukkan gambar
kucing) Pemerolehan Bahasa Indonesia pada Anak Usia 2-5 Tahun di Perumahan Air Dingin No Fonem Kata Makna Tuturan
5 /e/ [era] kera
ῆ]tetapi
2. Pemerolehan Bunyi Konsonan
semestinya adalah kata[ena?]. Fonem /ñ / merupakan konsonan laminopalatal. konsonanlaminopalatal adalah konsonan yang dilafalkan dengan bagian tengah lidah sebagai artikulator, sedangkan langit keras sebagai titik artikulasi, menghasilkan konsonan: c, j, s, dan /ñ/.
[eña?], tidak mampu diproduksi,
Data 5, fonem konsonan /ny/
konsonan bilalbial. Konsonan bilabial adalah konsonan yang dilafalkan dengan mempertemukan kedua belah bibir serta keduanya menjadi satu titik sentuh, menghasilkan konsonan: p, b, m, dan w.
ﬤñɛt]. Fonem /m/ merupakan
tidak mampu diproduksi, semestinya adalah kata[m
ﬤñɛt],
Data 4, fonem konsonan /m/ pada kata[
dilafalkan [ucI ῆ].
semestinya adalah [kucI
A: Ini gambar apa Mbak?
ῆ], tidak mampu diproduksi,
Data 1, fonem konsonan /s/ dan /k/ pada kata [atIt], tidak mampu diproduksi, semestinya adalah kata [sakIt]. Fonem /s/ merupakan bunyi yang dihasilkan oleh daun lidah bertemu dengan langit-langit keras yang disebut lamino palatal. Selanjutnya, fonem /k/ pada kata [sakit], diucapkan menjadi bunyi /t/menjadi[atIt] yang disebut bunyi apiko alveolar (ujung lidah bertemu pangkal gigi). Karena fonem /t/ lebih dominan mudah untuk diartikulasikan. Begitu juga bunyi apiko alveolar lainnya seperti /d/, /n/, /l/ kecuali fonem /r/ diproduksi dengan memroduksi getaran ketika diartikulasikan. pada kata[itan],tidak mampu diproduksi, semestinya adalah kata [ikan], dilafalkan menjadi [itan]. Fonem /k/ merupakan dorsovelar. Dorsovelar adalah konsonan yang dilafalkan dengan bagian belakang lidah sebagai articulator dan langit-langit lembut sebagai titik artilukasi, menghasilkan konsonan: k, g, x, dan ng. Begitu pula data 3, fonem konsonan /k/ pada kata[ucI
[atIt], maknanya sakit 2. [itan], maknanya ikan 3. [ucIῆ], maknanya kucing 4. [ﬤñɛt], maknanya monyet 5. [eña?] maknanya enak
1.
ɛ /, / ə /. Pengucapan vokal seperti pada table di atas, dapat disimpulkan Fira hampir dapat mengucapkan fonem tersebut. Semakin bertambahnya usia, maka semakin banyak memeroleh kosakata atau fonem vocal. Hal ini dapat dilihat dari kata [atIt], [itan], [ucIῆ], [ﬤñɛt], [eña?]. Berikut dirinci sebagai berikut.
Data di atas merupakan tuturan yang didapatkan dari Fira. Pada saat itu memeroleh dan memroduksi berbagai fonem yang dapat membedakan arti kata-kata yang diucapkannya. Hanya saja dalam mengungkapkan katakata ini pada umur 2,6 tahun, kemampuan fonologiFira baru pada bunyi-bunyi vokal seperti fonem /a/, /i/, /u/, /e/, /o/. Di samping itu Fira belum mampu memroduksi fonem /
ɛh eña? aja]
B: ndak oleh, enyak aja
[nda? ol
A: Om haus, boleh minta susunya?
[eña?] enak
B: Era
[era]Konsonan adalah bunyi bahasa yang diproduksi dengan cara, setelah arus ujar keluar dari glotis, lalu mendapat hambatan pada alat-alat ucap tertentu di dalam rongga mulut atau sebagian yaitu dengan menggeserkan rongga hidung. Konsonan ialah bunyi atau mengadukkan arus udara itu. ujaran yang terjadi karena udara keluar a.
Pemerolehan Bunyi Konsonan
dari paru mendapat yang Mampu diproduksi
- –paru halangan/rintangan. Halangan itu dapat Bunyi-bunyi yang diucapkan seluruhnya atau sebagian dengan oleh Fira sejak berumur 2 tahun 6 bulan menggerakkan dan mengadukkan arus dapat dilihat sebagai pemerolehan udara yang keluar. Bila dalam bahasa. Fonem /p/, misalnya [pulang] menghasilkan suatu bunyi-ujaran, udara diucapkan [puya
ῆ] dan fonem /b/ pada ﬤbﬤ?]. Hal ini
halangan, maka terjadilah bunyi yang menandakan Firamampu memroduksi disebut konsonan . Halangan yang fonem /p/, sebaliknya fonem /b/ sering dijumpai udara itu dapat bersifat muncul dalam percakapan sehari-hari.
Tabel 2 Pemerolehan Bahasa Bunyi Konsonan yang Mampu diproduksi oleh Fira
No Fonem Kata Makna Tuturan6 /p/ dan /b/ a. pulang
A: Di mana ayah Mbak? [puyaῆ]
B: Beyum puyang erja [beyUm puya ῆ ɛrja] tidur
A: Mbak sudah bobok siang? b.
[bﬤbﬤ?]
B: bobok tu ciang-ciang om [b ﬤbﬤ?tu cIaῆ- cIaῆ Om] 7 /t/ dan /d/ a. kecil
A: Mengapa makan harus disuapin mama? [tecil]
B: Mbak masih tecil om [Mbak masIh tecIl Om] b. adik
A: Mana adik Mbak? [dedek]
B: DedekMbak adi bobok [d ɛdɛ? Mbak adi bObO?]
8 /m/ dan mama
B: mamam ma a.
[mama] /n/ [makan ma]
b. nyanyi
B: mbak ica nyanyi alon ku ada ima [ñañi]
[mba? Ica ñañi alOn ku ada ima] 9 /l/ dan /c/ a. lari
B: tati mbak uka lali citu [lali]
[tati mbak uka lali citu]
b. cicak
B: cicak-cicak di dinding [cicak]
[cica?-cica? di dIndI ῆ ] 10 /j/ dan /y/ a. jajan
B: Mbak uka jajan okat [jajan]
[mbak uka jajan okat]
b. jalan
B: cole-cole jayan cama ayah [jayan]
[c ﬤle-cﬤle jayan cama ayah] Pemerolehan Bahasa Indonesia pada Anak Usia 2-5 Tahun di Perumahan Air Dingin Pemerolehan Bahasa Indonesia pada Anak Usia 2-5 Tahun di Perumahan Air Dingin Marpoyan Pekanbaru Riau
Data di atas, fonem konsonan /p/ pada kata (6a) [puya ῆ], selanjutnyafonem
B: Dedek Mbak adi bobok [d ɛdɛ? Mbakadi bObO?]
B: mbak cayang mama
ῆ] sayang
B: mimik cucu mbak ma [mimI? cucu mba? ma} [caya
B: mbak mau pintal, bial dapat juala [mbak mau pIntal, bial dapat juala] 14 /s/ dilafalkan/c/ [cucu] susu
B: tak ucah makan lujak tu adi, edas [tak ucah makan luja? tu adi, edas] [juala] [pintal] [bial] juara pintar biar
13 /r/dilafalkan /l/ [luja?] rujak
B: todok [t
ﬤdﬤ?]
A: Apa nama hewan yang melompat-lompat Ra?
ﬤdﬤ?] kodok
B: Mbak ndak unya tatak [Mbak nda? Uña tata?] [ t
B: didi Mbak ompong [didi Mbak OmpO ῆ] 12 /k/dilafalkan/t/ [tata?] kakak
[didi] gigi
A: Mana adik Mbak?
/b/ pada kata (6b) [b
11 /g/dilafalkan/d/ [adi] lagi
Tabel 3 Pemerolehan Bahasa Bunyi Konsonan yang Tidak Mampu diproduksi oleh
Fira No Fonem Kata Makna TuturanBunyi-bunyi yang diucapkan oleh Fira sejak berumur 2 tahun 6 bulan dapat dilihat sebagai pemerolehan bahasa. yang berbeda dalam bahasa Indonesia. Membuktikan bisa menggunakan pasangan minimal seperti [lambat], dan [rambat]. Lambat maknanya perlahan- lahan atau tidak cepat, sedangkan rambat maknanya bagian rumah yang lebih tinggi, biasanya untuk tempat menerima tamu. Pemerolehan bahasa pada Fira, fonem /l/, misalnya [lari] diucapkan [lali] dan fonem /r/ pada [rumah] diucapkan [umah]. Hal ini menandakan adanya gejala tidak mampu anak mengartikulasi bunyi dikarenalan Fira tidak mampu memroduksi fonem /l/, sebaliknya fonem /r/ jarang muncul dalam percakapan sehari-hari.Perhatikan tabel berikut ini.
b. Pemerolehan Bunyi Konsonan yang Mampu diproduksi
laminopalatal.Konsonan laminopalatal adalah konsonan yang dilafalkan dengan bagian tengah lidah sebagai artikulator, sedangkan langit keras sebagai titik artikulasi, menghasilkan konsonan: c, j, dan ny.
[jajan] merupakan konsonan
(10b) fonem /j/ pada kata
[cicak], (10a) fonem /j/ pada kata [jayan]
Data di atas, fonem konsonan /t/ pada kata (9b) fonem /c/ pada kata
Konsonan apikoalveolar adalah konsonan yang dilafalkan dengan ujung lidah sebagai articulator, sedang lengkung kaki gigi sebagai titik artikulasi, menghasilkan konsonan: t, d, n, l dan r.
pada kata[ñañi] , dan fonem /l/ pada kata [lali] merupakan konsonan apikoalveolar.
fonem /m/ pada kata [mama] merupakan konsonan bilabial. Konsonan bilabial adalah konsonan yang dilafalkan dengan mempertemukan kedua belah bibir serta keduanya menjadi satu titik sentuh, menghasilkan konsonan: p, b, m, dan w. pada kata (7a) [tecil], selanjutnyafonem /d/ pada kata (7b) [dedek], (8b) fonem /ñ/
ﬤbﬤ?], dan (8a)
97
SIMPULAN
DAFTAR REFERENSI
98
_______.2009. Sintaksis Bahasa Indonesia . Jakarta : Rineka. _______.2009. Fonologi Bahasa Indonesia . Jakarta: Rineka Cipta.
Rineka Cipta. _______.2007. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik Kajian Teoretik . Jakarta: PT.
Pemerolehan bahasa Indonesia pada anak usia 2-5 tahun di Pekanbaru ialah anak mampu mengartikulasi bunyi vokal /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, dan serta bunyi konsonan yang muncul yaitu (1) konsonan yang mampu diproduksi oleh anak yakni; /p/, /b/, /t/, /d/, /m/, /n/, /l/, /c/, /j/, dan /y/. (2) ) konsonan yang mampu diproduksi oleh anak yakni; /g/ dilafalkan /d/, /k/ dilafalkan /t/, /r/ dilafalkan /l/, /s/ dilafalkan /c/, dan /au/ dilafalkan /o/.
Fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtunan bunyi-bunyi bahasa (Chaer, 2009:3). Pemerolehan bahasa adalah proses bagaimana seseorang dapat berbahasa atau proses anak-anak memperoleh bahasa pertama. Pemerolehan bahasa umumnya berlangsung dilingkungan masyarakat bahasa target dengan sifal alami dan informal serta lebih merujuk pada tuntutan komunikasi. Berbeda dengan belajar bahasa yang berlangsung secara formal dan artifisial serta merujuk pada tuntutan pembelajaran.
Pemerolehan Bahasa Indonesia pada Anak Usia 2-5 Tahun di Perumahan Air Dingin Marpoyan Pekanbaru Riau No Fonem Kata Makna Tuturan
[mba? caya
ῆ mama] 15 /au/ dilafalkan/o/ῆ] Data di atas merupakan fonem konsonan. Akan tetapi, saat mengartikulasi bunyi yang seharusnya fonem /s/ dilafalkan /c/, pada kata [susu] menjadi [cucu] dan pada kata [sayang] menjadi [caya
Data di atas merupakan fonem konsonan. Akan tetapi, saat mengartikulasi bunyi yang seharusnya fonem /g/ dilafalkan fonem /d/, /k/ dilafalkan /t/, dan /r/ dilafalkan /l/. Sehingga fonem diartikulasikan ialah fonem /t/, /d/, /l/. Fonem tersebut digolongkan pada konsonan apikoalveolar. Konsonan apikoalveolar adalah konsonan yang dilafalkan dengan ujung lidah sebagai artikulator, sedang lengkung kaki gigi sebagai titik artikulasi, menghasilkan konsonan: t, d, n, l dan r. Fonem inilah yang sering muncul dalam kehidupan sehari-hari dan mudah diartikulasikan oleh anak. 14a: fonem konsonan /s/ dilafalkan /c/, pada kata [susu] menjadi [cucu] 14b: fonem konsonan /s/ dilafalkan /c, pada kata [sayang] menjadi [caya
13a: fonem konsonan /r/ dilafalkan /l/ pada kata [rujak] menjadi [luja?] 13b: fonem konsonan /r/ dilafalkan /l/ pada kata [juara] menjadi [juala]
ﬤdﬤ?]
11a: fonem konsonan /g/ dilafalkan /d/, pada kata[lagi] menjadi [adi]. 11b: fonem konsonan /g/ dilafalkan /d/, pada kata [gigi] menjadi [didi] 12a: fonem konsonan /k/ dilafalkan /t/, pada kata [kakak] menjadi [tata?] 12b: fonem konsonan /k/ dilafalkan /t/, pada kata [kodok] menjadi [t
b: mbak dah becal mo jadi doktel [mba? dah becal mo jadi do?t ɛl]
[mo] mau
ῆ]. Fonem /c/ sering muncul dalam kehidupan anak. Sehingga anak lebih dominan menggunakan fonem /c/ saat mengartikulasikan fonem pada kata, khususnya berhadapan fonem /s/.
_______.2015. Sintaksis Bahasa Indonesia Pendekatan Proses.
Jakarta : Rineka. CiptaSubyakto, U & Nababan. 1992.
Psikolinguistik Suatu Pengantar .
Jakarta: Gramedia. Dahlan, Saidat. 2008. Fonologi Bahasa
Indonesia. Pekanbaru: Cendekia Insani. Development (Online, 3 de macro de 2006 )p.
7. (http://www.SK.com.br/.sk- vyqot.htrnl).
Mahsun. 2013. Metode Penelitian Bahasa
Tahapan Strategi, Metode dan Tekniknya. Jakarta: Raja
GraMbakdo Persada. Marsono. 2006. Fonetik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Muslich, Masnur. 2012. Fonologi Bahasa Indonesia Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi Bahasa Indonesia.
Jakarta: Bumi Aksara. Moleong, Lexy. 2007. Metode Penelitian
Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka
Teknik Analisis Bahasa; Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistik.
Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Suyadi. 2010. Psikologi Belajar
PAUD .Yogyakarta : Pustaka Insan Mandani.
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif . Bandung: Alfabeta. Tarigan, H.G. 1988. Pengajaran
Pemerolehan Bahasa . Bandung: Angkasa.
Pemerolehan Bahasa Indonesia pada Anak Usia 2-5 Tahun di Perumahan Air Dingin Marpoyan Pekanbaru Riau
99