makalah pangan fungsional epriliati jurnal teknologi (1)

MAKALAH PANGAN FUNGSIONAL

“FITOSTEROL”

Oleh; :
Yuliana Safitri

201210220311018

Dwiky Nur Zahrotun Ni’mah

201210220311027

Wulan Cahya Mailany

201210220311032

ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2014


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fitosterol merupakan sterol nabati, termasuk dalam senyawa metabolit
sekunder dan memiliki manfaat yang luas dalam bidang kesehatan. Sumber
bahan alam yang mengandung senyawa fitosterol telah banyak digunakan
sebagai bahan obat,Fitosterol merupakan steroida (sterol) yang terdapat di
dalam tanaman dan mempunyai struktur yang mirip dengan kolesterol, tetapi
fitosterol mengandung gugus etil pada rantai cabangnya. Pada tanaman
terdapat lebih dari 40 senyawa sterol yang didominasi oleh tiga bentuk utama
dari fitosterol, yaitu beta-sitosterol, campesterol, dan stigmasterol.
Fitosterol merupakan kolesterol rantai pendek yang berfungsi sebagai
penghadang kolesterol jahat. Fitosterol biasa disebut dengan kolesterol HDL
(High Density Lipoprotein) atau kolesterol baik. Sama dengan kolesterol jahat
(kolesterol LDL), juga merupakan turunan dari lemak. Fitosterol punya fungsi
mengikis dan membuang kolesterol jahat yang menyumbat pembuluh darah,
dan menggiringnya kembali ke hati untuk diproses dan dilenyapkan. Selain itu
juga berfungsi sebagai penghadang di pembuluh darah yang mencegah
kolesterol jahat mengendap, serta melindunginya dari aterosklerosis

(terbentuknya plak pada dinding pembuluh darah).
Pembentukan plak di dinding pembuluh darah – yang mengakibatkan
penyempitan – ini dipengaruhi beragam faktor internal dan eksternal,
seperti glico-lipo

toxicity (kebanyakan

gula

dan

lemak), physical

lazzyness (malas bergerak, terlalu banyak duduk dan malas olahraga), hingga
radikal bebas (rokok, polusi udara, sinar x-ray, radiasi telepon seluler,
pengawet makanan, dan sebagainya).
Dampaknya tidak main-main, mulai dari gangguan ereksi hingga stroke
dan serangan jantung. Data dari World Health Organization (WHO)
menyebutkan persentase jumlah kematian yang disebabkan oleh penyakit
jantung adalah 30 persen. WHO juga memprediksi bahwa pada 2020, di

negara berkembang, jumlah ini akan melonjak hingga 137 persen. Pentingnya

konsumsi fitosterol, baik secara alami maupun melalui suplementasi. Namun
secara alami, fitosterol dapat ditemukan di berbagai makanan, seperti kacang
tanah, udang, cumi, kepiting, avokad, hingga santan.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan-permasalahn yang kemudian dijadikan sebagai rumusan
masalah adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan itosterol ?
2. Apa saja jenis dari fitosterol ?
3. Apa saja sumber makanan yang mengandung fitosterol ?
4. Apa saja manfaat fitosterol ?
5. Bagaimana mekanisme penurunan kolesterol oleh fitosterol ?
6. Apakah efek samping dari fitosterol ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut;
1. Mengetahui definisi fitosterol
2. Memahami jenis dari fitosterol
3. Mengetahui sumber makanan yang mengandung fitosterol

4. Mengetahui manfaat fitosterol
5. Mengetahui mekanisme Penurunan Kolesterol oleh Fitosterol
6. Mengetahui efek samping dari fitosterol

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Fitosterol
Fitosterol juga dikenal sebagai sterol tumbuhan (bahasa Inggris:
phytosterol) adalah kelompok steroid alkohol, fitokimia yang ada secara
alami di dalam tumbuhan dan tidak ditemukan pada mamalia. Sesudah
dipurifikasi, fitosterol tampak sebagai bubuk putih dengan bau lembut yang
khas. Senyawa ini tidak larut di dalam air tetapi larut di dalam alkohol.
Senyawa ini banyak digunakan sebagai bahan tambahan pangan obat-obatan
dan kosmetik.
Fitosterol adalah sterol nabati dengan struktur mirip kolesterol.
Fitosterol terdiri dari 28 hingga 30 atom dengan steroid sebagai rangka
struktur dengan gugus hidroksil menempel pada C-3 dari cincin A, dan rantai
alifatik pada atom C-17 dari cincn D (Pateh, et al., 2009).
Menurut Silalahi (2006), fitosterol adalah steroida (sterol) yang
terdapat di dalam tanaman. Kedua senyawa ini mempunyai struktur yang

mirip dengan kolesterol, tetapi fitosterol mengandung gugus etil (-CH2-CH3)
pada rantai cabang. Sebagaimana pentingnya fungsi kolesterol dalam
membran sel tubuh manusia dan hewan, demikian juga fitosterol di dalam
tanaman.
Fitosterol merupakan sterol yang secara alami didapatkan dari
tanaman. Secara kimiawi, fitosterol mirip dengan kolesterol yang didapat dari
hewan. Sterol terdiri dari tiga gabungan cincin sikloheksan dengan berbagai
macam sterol (lebih dari 40 fitosterol). Fitosterol tanaman merupakan
komponen alami dari minyak tumbuhan seperti minyak biji bunga matahari
dan beberapa konstituen alami dalam makanan manusia (Dewanti, 2006).

B. Jenis Fitosterol
Menurut Santoso (2013), ada dua macam fitosterol yaitu :
1. Sterols, yang mempunyai ikatan ganda pada cincin sterol, sterol pada
umumnya terdapat pada tumbuhan dan makanan adalah sitosterol dan
campesterol. Sterols tanaman mempunyai peranan mirip kolesterol pada
hewan yaitu membentuk sel struktur membran.
2. Stanol yang tidak mempunyai ikatan ganda pada cincin sterolnya, stanol
pada umumnya juga terdapat pada tumbuhan tetapi hanya10% dari total
diet fitosterol. Stanol tanaman adalah bagian dari terhidrogenasi dari

sterols tanaman, namun keberadaannya di alam lebih sedikit daripada
sterols.
Fitosterol dogolongka menjadi tiga kelompok utama, yaitu βsitosterol, stigmasterol dan campesterol. Adapun sitostanol merupakan
fitosterol yang termasuk ke dalam komponen campesterol dan metilsterol.
Bagi yang suka mengkonsumsi biji-bijian dan minyak sayur, rata-rata dapat
mengkonsumsi sebanyak 150-400 mg fitosterol dalam seharinya.
β-sitosterol merupakan fitosterol paling umum, sedangkan lainnya
meliputi campesterol, ergosterol, brassicasterol, delta-7-stigmasterol dan
delta-7-avenasterol. Kenampakkannya seperti lilin, padatan jernih, berbau
khas dan bersifat larut dengan pelarut organik tetapi tidak dengan air, dan
mengandung satu gugus fungsional alkohol. Sitosterol diyakini memegang
peranan penting dalam menurunkan kolesterol di dalam tubuh atau disebut
sebagai agen anti-kolesterolemik.

Gambar 1. β-sitosterol

Stigmasterol merupakan asam lemak tak jenuh yang terdapat pada
minyak tanaman seperti minyak kedelai, kacang kalabar, biji-bijian tua dan
mentega coklat. Zat ini digunakan sebagai bahan pembuatan progesterone
sintesis yaitu hormon sex perempuan yang memegang peranan fisiologis

penting untuk mengatur dan mengadakan perubahan kembali terhadap tubuh
yang disebabkan oleh estrogen sebagaimana fase luteal saat siklus haid.
Kebutuhan senyawa ini bervariasi selama siklus haid. Hormon progesteron
digunakan sebagai penghubung biosintesis androgen, estrogen, dan kortikoid.
Senyawa sintesis progesteron digunakan untuk mencegah miscarriage, pada
penyakit saat menstruasi.

Gambar 2. Stigmasterol
Ergosterol disebut juga dengan provitamin D2, merupakan lemak
yang tak tersabunkan, ditemukan dalam khamir dan jamur merupakan
senyawa berebntuk kristal putih yang tidak larut air dan larut dengan pelarut
organik. Ergosterol dikonsversi menjadi ergocalsiferol ( vitamin D2) oleh
radiasi cahaya ultraviolet. Ergocalsiferol dibentuk juga oleh radiasi ergosterol
yang ditemukan di dalam suplemen makanan seperti minyak hati ikan, kuning
telur, dan makanan yang difortifikasi.

Gambar 3. Ergosterol

Brassicasterol merupakan jenis fitosterol yang banyak ditemukan
dalam spesies brassica dan ganggang laut (fitoplankton).


Gambar 4. Brassicasterol
Campesterol terdapat dalam sayur-sayuran, buah-buahan, kacangkacangan dan flax. Konsentrasi antara 1-7 mg ditemukan dalam buah pisang,
kopi timun, oat, anggur dan kentang. Minyak goreng seperti minyak jagung
dan canola mengandung konsentrasi yang jauh lebih tinggi antara 16-100
mg/100 g.

Gambar 5. Campesterol
C. Sumber Fitosterol
Di Indonesia, produk-produk pangan yang mengandung fitosterol
antara lain adalah produk-produk yang berasal dari tumbuhan seperti
margarin (bedakan dengan mentega). Karena merupakan penyusun membran
tumbuhan, merupakan hal yang lumrah jika fitosterol ditemukan pada seluruh

produk makanan ringan yang mengandung kacang. Fitosterol juga dapat
diperoleh dari suplemen makanan, sereal, dan sejumlah produk susu
tersuplementasi.
Jenis makanan yang sangat populer yaitu tempe, selama ini diabaikan
dan dihina sebagai makanan masyarakat golongan bawah. Ternyata tempe
bukan hanya sebagai lauk pendamping nasi, tetapi juga sebagai makanan

yang menyehatkan dan sejak zaman dahulu sudah diketahui oleh nenek
monyang bangsa Indonesia walau mereka tidak tahu komponen apa yang
menyehatkan itu, sekarang semua orang berlomba-lomba meneliti dan
mengosumsi tempe sebagai makanan yang menyehatkan setelah Prof Ziliken
menyatakan bahwa dalam tempe tersebut terkandung zat berkhasiat yang
disebut sebagai Beta-sitosterol yang merupakan senyawa fitosterol. Selain itu,
tempe juga mengandung komponen bioaktif pangan isoflavon yang cukup
tinggi. Ziliken menyatakan bahwa komponen tempe sangat baik untuk
menurunkan

kadar

kolesterol

dan

terbukti

mempunyai


efek

hipokolesterolemik (Santoso, 2013).
Fitosterol, adalah senyawa menyerupai kolesterol yang banyak
ditemukan dalam sayuran, kacang-kacangan dan minyak kacang-kacangan.
Fitosterol tidak diproduksi dalam tubuh. Jadi, satu-satunya sumber fitosterol
adalah makanan. Fitosterol memiliki fungsi yang sama sebagai kolesterol
dalam tubuh. Merupakan komponen penting membran sel dan diperlukan
untuk sintesis hormon seksual dan asam empedu. Pola makan yang kaya
fitosterol dikenal dapat mengurangi kolesterol total dan kolesterol LDL. Di
sisi lain, pola makan berdasarkan makanan hewani (daging, telur dll)
memberikan kontribusi ke peningkatan kolesterol (KFI, 2011).
Pada tanaman terdapat lebih dari 40 senyawa sterol yang didominasi
oleh beberapa senyawa dari kelompok fitosterol. Fitosterol terdapat dalam
bahan makanan nabati, seperti minyak, serealia, buah-buahan, dan sayursayuran, dalam jumlah yang hanya sedikit. Oleh kerena itu senyawa fitosterol
harus diisolasi dan kemudian dimasukkan ke dalam makanan seperti
margarin, dengan jumlah yang efektif untuk menurunkan kolesterol darah.

Sumber fitosterol alami terkaya adalah minyak nabati dan produk
turunnnya. Menurut Santos (2013), minyak sawit juga diduga mengandung

fitosterol yang cukup tinggi. Jenis bahan yang juga mengandung fitosterol
adalah germ baik dari gandum maupun dari beras. Germ dari beras maupun
gandum banyak terdapat dalam katul atau bekatul. Sudah banyak bukti bahwa
bekatul dapat menurunkan kadar kolesterol secara nyata. Bekatul sudah
terbukti

mempunyai

efek

hipokolesterolemik.

Beberapa

penelitian

menunjukan bahwa kandungan fitosterol dan serat dalam bekatul yang
berfungsi ganda, secara efektif dapat menurunkan kolesterol darah.
Kacang-kacangan dan minyak nabati seperti minyak sawit, minyak
kedelai, minyak zaitun, minyak biji bunga matahari merupakan sumber
fitosterol yang tinggi. Bahkan tempe, makanan yang sering diabaikan oleh
masyarakat kita ternyata mengandung senyawa fitosterol yang dapat
membantu menurunkan kadar kolesterol. Berdasarkan penelitian Dr. Penny
Kris-Etherton, Guru Besar bidang Nutrisi dari Penn State University
diperoleh hasil bahwa dengan mengkonsumsi satu ons kacang tanah lebih dari
lima kali seminggu bisa menurunkan risiko penyakit jantung koroner sebesar
25-39 %. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian Dr. Frank Hu dari
Havard School of Public Health (Anonim, 2010).
Fitosterol secara alami ditemukan dalam sayuran, buah, kacang, bijibijian, dan polong-polonganv dengan komposisi 50% sitosterol, 30%
campesterol, 12% stigmasterol, dan 8% brassicasterol. Sumber lain dari tall
oil atau kayu, sebagai produk samping dari pabrik kertas. Kandungan tall oil:
78% sitosterol, 10% sitostanol, 7% campesterol.

Tabel 1. Sumber Fitosterol
food

Phytosterols (mg)

Wheat germ

197

Corn oil

968

Canola oil

91

Peanuts

220

Wheat bran

58

Almonds

34

Rye bread

33

Macadamia nuts

33

Banana

16

Tomatoes

7

Carrota

12

Soybean oil

250

D. Manfaat Fitosterol
Fitosterol merupakan komponen fitokimia yang mempunyai fungsi
berlawanan dengan kolesterol. Fitosterol bersifat hipokolesterolemik,
sehingga mulai banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan fungsional.
Untuk memanfaatkan fitosterol dari tanaman perlu dilakukan ekstraksi
sehingga fitosterol dapat dipergunakan dengan mudah dan efisien. Beberapa
peneliti telah menggunakan berbagai metode untuk mengekstraksi fitosterol,
diantaranya menggunakan kombinasi pelarut etanol dan heksan. Ada pula
yang menggunakan kombinasi etanol dan petroleum eter (Wahyuni, 2013).
Beberapa penelitian membuktikan bahwa kandungan fitosterol dalam
bahan pangan dapat menurunkan risiko hipertensi dan dengan demikian turut
menurunkan risiko penyakit jantung dengan cara menghambat absorpsi

kolesterol dari usus, menghindari kolesterol di dalam misel garam empedu,
dan meningkatkan ekskresi garam empedu. Selain itu fitosterol juga dapat
memperbaiki regulasi kolesterol darah pada tingkat yang normal.
Salah satu fitosterol yaitu sitoastanol sudah dibuktikan secara klinis
dapat menurunkan kadar kolesterol plasma dan LDL-kolesterol sampai 10-14
%. Bahkan Food and Drug Administration (FDA) telah mengakui peran
fitosterol untuk menurunkan kolesterol dan fitosterol sendiri telah
dikelompokkan ke dalam bahan tambahan makanan yang aman (Generally
Recognized as Safe-GRAS) sampai batas 20% dalam suatu produk makanan
(Anonim, 2010).
E. Absorbsi Dan Metabolisme Fitosterol
Walaupun pada makanan yang kita konsumsi mengandung fitosterol
dan kolesterol dalam jumlah yang sama, tetapi kosentrasi serum fitosterol
biasanya seratus kali lebih rendah daripada kosentrasi serum kolesterol pada
manusia. Kurang dari 5 % fitosterol yang terdapat pada makanan diserap
secara sistematik, padahal 50-60 % kolesterol diserap. Seperti kolesterol,
fitosterol harus bergabung membentuk campuran micell sebelum dibawa oleh
enterocytes. Sekali fitosterol masuk dan dibawa enterocytes, absorbsi
fitosterol akan dihambat oleh aktivitas efflux transporters, yang mengandung
sepasang protein yang mengikat ATP (ABC) dikenal sebagai ABCG5 dan
ABCG8 (Santos, 2013).
ABCG5 dan ABCG8 masing-masing membentuk satu setengah
pembawa ( transporter) yang mensekresikan fitosterol dan kolesterol
takteresterifikasi dari enterocytes ke lumen pencernaan. Fitosterol akan
disekresikan kembali ke pencernaan oleh pembawa ABCG5/G8 jauh lebih
cepat daripada kolesterol, sehingga menghasilkan absorbsi pencernaan
fitosterol yang lebih sedikit dibandingkan kolesterol. Selama di bawa
enterocytes, fitosterol tidak diesterifikasi seperti pada kolesterol, sehingga
bergabung membentuk chylomicrons dengan kosentrasi lebih rendah.
Fitosterol yang bergabung tersebut memasuki sirkulasi darah dan dibawa ke

hati. Di dalam hati, fitosterol disekresikan ke dalam empedu oleh pembawa
ABCG5 / G8 secara cepat (Santos, 2013).
Walaupun kolesterol juga disekresikan ke dalam empedu, kecepatan
sekresi fitosterol ke dalam empedu jauh lebih cepat daripada kolesterol. Oleh
karena itu, kosentrasi serum fitosterol yang rendah dibanding dengan
kolesterol dapat dijelaskan dengan penurunan absorbsi dan peningkatan
eksresi fitosterol dalam empedu.
F. Mekanisme Penurunan Kolesterol oleh Fitosterol
Mekanisme aktifitas penurunan kolesterol oleh fitosterol belum
dipahami secara lengkap, namun beberapa teori yang diajukan (BonsdorffNikander, 2005) meliputi:
1. Fitosterol diyakini menghambat absorpsi kolesterol dan reabsorpsi
kolesterol endogen dalam saluran pencernaan.
2. Fitosterol

meningkatkan

pengeluaran

kelebihan

kolesterol

yang

diabsorpsi, dan menyebabkan penurunan kadar kolesterol serum.
3. Kompetisi antara kolesterol dan fitosterol dalam misel.
4. Kokristalisasi fitosterol dan kolesterol.
Menurut Silalahi (2006), terdapat dua cara fitosterol untuk
menurunkan kadar kolesterol yaitu :
1. Ektrinsik (fisik), yaitu dengan menghambat absorbsi kolestreol dari usus,
menghindari kolestreol di dalam misel garam empedu, meningkatkan
ekskresi garam empedu, atau menghindari esterefikasi kolesterol di
dalam mukosa intestinal.
2. Intrinsik (biokimiawi), yaitu fitosterol diduga berperan pada modifikasi
Acetyl-CoA carboxysilase dan aktivitas cholesterol 7-a-hydroxylase.
Menurut Santoso (2013), mekanisme penurunan kolesterol oleh
fitosterol adalah sebagai berikut :
1. Pengendapan kolesterol dan sterol/ stanols

Pada lumen usus, kolesterol ditemukan dalam larutan atau campuran
dengan lemak lain. Bagaimanapun, monogliserida dan asam lemak
diabsorbsi dari saluran usus, kosentrasi yang berkurang akan diabsorbsi
oleh substansi misalnya sterol meningkat. Dan ketika konstrasinya
mencapai kadar kritis, substansi yang hampir sama akan mengendap dari
larutan. Hal ini bisa terjadi dengan kolesterol dan sterol/stanol , karena
kemiripan mereka dalam struktur. Baik kolesterol dan sterol/stanol pada
bentuk bebas kurang larut dalam lemak dan misel, dan faktanya satu sama
lain menghambat kelarutan dari yang lainnya. Karenanya semakin besar
jumlah sterol dan stanol, makin rendah kelarutannya dan kemungkinan
semakin besar jumlah dari kolesterolyang mengendap. Kolesterol dalam
bentuk kristal tidak dapat diabsorbsi.
2. Kompetisi untuk ruang pada misel campuran
Misel campuran sangat efisien dengan struktur deterjen yang melarutkan
lemak yang terekskresi pada usus kecil. Misel campuran terkomposisi dari
garam basa, fosfolipid, tri-, di- dan monogliserida, asam lemak ,
kolesterol bebas dan mikronutrien yang larut dalam lemak. Karena ada
batasan kapasitas pada misel untuk membawa kolestarol, bahan dengan
struktur yang hampir sama dengan kolesterol seperti stanol/sterol dapat
berkompetisi dengan kolesterol untuk menempati ruang didalam misel.
Maka dari itu meningkatkan jumlah sterol dan stanol menghasilkan
kolesterolyang rendah pada misel campuran dan hal itu menurunkan
absorbsi kolesterol dari saluran usus.
Pada proses absorbsi, kolesterol dalam misel ditranspormasikan dari
lumen usus kecil menuju mukosa usus dan limpa. Mekanisme transportasi
dari misel menuju sel usus tidak sepenuhnya dimengerti. Bagaimanapun telah
diketahui bahwa misel tidak diabsorbsi secara utuh, tapi faktanya termasuk
kolesterol melewati batas membran menuju sel, mungkin keterlibatan protein
pembatas dan mekanisme transpor pasif.

G. Aplikasi Fitosterol
Sterol tanaman dan turunannya adalah grup kolesterol analog yang
struktur kimianya memang mirip. Kolesterol disintesis oleh mamalia,
sedangkan fitosterol disintesis oleh tanaman. Fitosterol utama adalah βsitosterol, kampesterol dan stigmasterol. Fitosterol tersebut telah dijual
sebagai “functional cholesteroll-lowering nutraceutical” di Eropa, USA dan
Australia. Aplikasi utama dari fitosterol adalah ditambahkan pada margarin
dan minyak sayur atau minyak makan. Diperkirakan asupan pada manusia
dapat mencapai 160-360 mg/hari dan konsumsi harian sebanyak 2 gram
fitosterol dapat efektif menurunkan kolesterol 9-14 % pada manusia dengan
sedikit atau tanpa efek pada HDL dan trigliserida.
Sejak tahun 1999, 2 produk margarin yang mengandung fitosterol dan
fitostanol dalam bentuk esternya telah beredar di Amerika. Konsumsi produk
tersebut dua kali sehari secukupnya (mengandung sekitar 1,3 gram fitosterol
dan fitostanol) selama dua minggu akan mampu menurunkan kadar kolesterol
sebanyak 10 % - 14 %. Hal ini berarti dua kali lebih efektif dibandingkan
dengan mengkonsumsi serat pangan yang terdapat di dalam gandum (oat
fiber), yang menurunkan kolesterol sekitar 5 % sesudah beberapa bulan.
Produk itu juga dapat menurunkan kolesterol pada anak-anak yang menderita
kolesterol tinggi karena faktor genetik (Silalahi, 2006).
Dengan memasukkan fitosterol kedalam produk makanan seperti
margarin, penggunaan dan peranannya akan lebih luas dikalangan
masyarakat. Harga kedua margarin yang disebut di atas memang lebih mahal
dibandingkan dengan margarin biasa, tetapi karena ada efek terapi dari
produk seperti ini maka harga menjadi tidak masalah terutama bagi yang
memerlukannya.
Fitosterol juga tersedia dalam bentuk suplemen. Suplemen fitosterol
dipasarkan sebagai beta-sitosterol dan dapat dibeli tanpa resep dokter, tersedia
di US. Dosis beta-sitosterol 60-130 mg/hari dapat mencegah gejala BPH
( BenignProstatic Hyperplasia). Tablet hisap lunak ( soft-gel) mengandung
0,5 gram stanol tanaman dipasarkan untuk menurunkan kolesterol dengan

rekomendasi dosis 2 g/hari. Suplement fitosterol seharusnya dikonsumsi
bersama makanan yang mengandung lemak (Santoso, 2013).
Menurut Santoso (2013), mengkonsumsi fitosterol dan fitostanol 2-3
grm sehari, yang diperoleh dari margarin dalam makanan sehari, mampu
mengurangi resiko penyakit jantung koronel sampai 25%. Fitosterol dan
fitostanol juga daat ditambahkan ke dalam makanan dan minuman lain yang
tidak berlemak. Di indonesia, produk margarin yang mengandung fitosterol
dan fitostanol belum ada, tetapi niasin sebagai penurun kolesterol telah
ditambahkan kedalam dua produk maragarin.Akan tetapi, niasin bukan
sebagai bahan tambahan makanan dan sangat terbatas pnambahannya
dibandingkan dengan fitosterol yan dapat digunakan sebanyak 20% di dalam
makanan.
H. Efek Fitosterol
Di US, sterol dan stanol tumbuhan ditambahkan ke dalam berbagai
produk dianggap sebagai makanan yang aman ( GRAS / Generally
Recognized as Ssfe) oleh FDA. Scientific Committee on Food di EU juga
menyimpulkan bahwa sterol dan stanol tanaman yang ditambahkan ke
berbagai makanan aman dikonsumsi. Tetapi, Commite merekomendasikan
konsumsi sterol dan stanol tanaman dari produk makanan seharusnya tidak
lebih dari 3 g/hari.
Beberapa efek atau pengaruh yang berhubungan dengan konsumsi
sterol dan stanol tanaman selama satu tahun telah ditemukan. Pada orang
yang konsumsi mentega yang diperkaya dengan sterol, sebanyak 1,6 g/hari,
tidak ditemukan efek yang merugikan dibanding orang yang konsumsi
mentega saja, dan orang yang mengkonsumsi mentega yang diperkaya stanol,
sebanyak 1,8-2,6 g/hari selama satu tahun juga tidak memiliki efek yang
merugikan. Konsumsi hingga 8,6 g/hari fitosterol dalam margarin selama 3-4
minggu akan baik-baik saja pada wanita atau pria sehat, dan tidak
mempengaruhi baktri usus maupun level hormon sex wanita. Walaupun
fitosterol umumnya tidak menimbulkan efek merugikan, namun beberapa
kasus mual, diare, dan konspirasi telah ditemukan (Santoso, 2013).

Untuk ibu hamil dan menyusui, konsumsi makanan yang diperkaya
sterol dan stanol maupun suplemen tidak diperbolehkan karena belum diteliti
keamanannya. Sejauh ini, belum ada bukti yang menyatakan konsumsi tinggi
fitosterol alami, seprti pada wanita vegetarian, dapat mempengaruhi
kehamilan dan laktasi (Santoso, 2013).

BAB III
KESIMPULAN
Fitosterol merupakan sterol tumbuhan, mempunyai struktur mirip dengan
kolesterol namun memiliki sifat berlawanan. Fitosterol dapat berfungsi
menurunkan risiko hipertensi dan dengan demikian turut menurunkan risiko
penyakit jantung dengan cara menghambat absorpsi kolesterol dari usus.
Kelompok utama fitosterol adalah β-sitosterol, stigmasterol dan campesterol.
Fitosterol pada umumnya terdapat pada sayur-sayuran, buah-buahan,
kacang-kacangan, biji-bijian dan flax. Meskipun fitosterol memiliki fungsi yang
baik bagi tubuh, namun tidak diperbolehkan mengkonsumsi dalam jumlah
berlebihan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Fitosterol, Musuh Si Kolesterol. (Online) (http://www.tropicana
slim.com/fitosterol-musuh-si-kolesterol)

diakses

pada

16

November 2014
Dewanti W, Tri. 2006. Pangan fungsional makanan untuk kesehatan. Universitas
Brawijaya. Malang.
KFI. 2011. Pentingnya Membiasakan Makan Makanan Beraneka Ragam. Yayasan
Kegizian Pengembangan Fortifikasi Pangan Indonesia
Pateh, U. U., Haruna A. K., Garba, M., Iliya, I., Sule, I. M., Abubakar, M. S. and
Ambi A.A.. 2009. Isolation of stigmasterol, β-sitosterol, and 2hydroxyhexadecanoid acid methyl ester from rhizomes of
Stylochiton lancifolius. Nig. Journ. Pharm. Sci. 8 (1): 19-25.
Santoso,

Adi.

2013.

Fitosterol.

(Online)

(http://149-santoz.blogspot.

com/2013/02/fitosterol.html) diakses pada 16 November 2014
Silalahi, J. 2006. Makanan Fungsional. Yogyakarta : Kanisius