Tugas Makalah Proses Bisnis Five Forces

SEKOLAH TINGGI ILMU KOMPUTER
(STIKOM) PELITA INDONESIA
MAKALAH ANALISIS PROSES BISNIS
Dibina oleh : Yayasan Pelita Indonesia

Judul :
“FIVE FORCE (PORTER) DAN PESTLE”.
Disusun oleh :
RANDA PRATAMA
RIO MAHESA PUTRA
TEOVILUS JOS GASKA
MARLIDA

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI (S1)
TAHUN AJARAN 2016/2017

Five Forces Model
Five Forces Model atau yang lebih dikenal dengan Porter Five Forces adalah
suatu metode untuk menganalisis industri dan pengembangan strategi bisnis atau
lingkungan persaingan yang dipublikasikan oleh Michael E Porter, seorang profesor dari
Harvard Business School pada tahun 1979. Menurut Five Forces Model ada lima hal

yang dapat menentukan tingkat persaingan dan daya tarik pasar dalam suatu industri.
Daya tarik dalam konteks ini mengacu pada profitabilitas industri secara keseluruhan.
Hasilnya, setelah analisis dilakukan maka akan dapat di nilai apakah industri tersebut
masih “menarik” atau “tidak menarik”.
Menurut Five Forces Model, sebuah industri disebut “tidak menarik” bila
kombinasi dari five forces menurunkan profitabilitas secara keseluruhan. Sebuah
industri disebut menarik bila kombinasinya menunjukkan profitabilitas yang menjanjikan.
Tiga dari lima Five Forces merujuk pada persaingan dari sumber eksternal. Sisanya
adalah ancaman internal.

Gambar 1 : Five Forces Model

1. Threat of New Entrants
Hambatan masuk (entry barriers) merupakan berbagai faktor yang akan
menghambat pendatang baru (potential new entrants) memasuki suatu industri di
Five Forces Model. Hambatan masuk yang rendah akan mengakibatkan suatu
industri mengalami penurunan profitabilitas dengan cepat karena semakin
meningkatnya persaingan di antara perusahaan dalam satu industri. Sebaliknya
dalam Five Forces Model hambatan masuk industri yang tinggi, diasumsikan
akan dapat mempertahankan daya tarik industri untuk jangka waktu yang

panjang. Sebagai contoh, identitas merek (brand identity) yang kuat seperti yang
dimiliki Teh Botol Sosro dan Coca-Cola telah turut melindungi produk-produk
tersebut dari serangan pesaing baru sehingga kedua produk tersebut masih
dapat mempertahankan posisinya di pasar.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam hal ini antara lain :

1. Skala Ekonomi (Economies of Scale) (apakah produk bisa dibuat dalam
jumlah kecil atau harus dalam jumlah yang besar, misal: dalam pabrik kertas,
nilai efisiensi yang menguntungkan baru bisa dicapai dalam skala yang besar
sehingga sulit bagi pesaing baru jika ingin masuk dengan skala industri yang
kecil).

2. Kurva Pembelajaran (Learning or Experience Effect). Dalam proses
produksi, semakin lama akan semakin diperoleh tingkat efisiensi yang
semakin tinggi. Sehingga dengan demikian akan didapat biaya yang semakin
murah dalam memproduksi. Sehingga perlu dipertimbangkan apakah hal ini
dapat dicapai dalam waktu yang cepat atau lama karena akan
mempengaruhi biaya produksi secara keseluruhan.

3. Cost Disadvantages Independent of Scale. Adalah keuntungan yang tidak

terkait dengan skala produksi. Misalnya: hak patent, kemudahan akses ke
bahan baku, hak pengelolaan / perijinan, kemudahan dari pemerintah, dll.

4. Diferensiasi Produk. Adalah keunikan yang dimiliki baik dalam bentuk fisik
produk atau positioning produk yang membedakannya dari produk pesaing
yang berada dalam industri yang sama. Perlu dipertimbangkan pula oleh
new entrant untuk mengantisipasi loyalitas merek dari produk yang telah ada.

5. Kebutuhan Modal (Capital Requirement). Adalah biaya yang dibutuhkan
untuk memasuki bisnis ini. Untuk industri dengan skala yang massif (contoh:
semen) maka dibutuhkan modal yang luar biasa besar.

6. Switching Cost. Adalah biaya yang dibutuhkan untuk melakukan
perpindahan dari satu pos ke pos lain. Biaya ini termasuk pula biaya
psikologis akibat perpindahan yang terjadi. Misalnya: ketika melakukan
‘pemindahan’ dari suplier A ke suplier B.

7. Akses ke Jalur Distribusi (Access to Distribution Channels). Dalam
industri tertentu akses ke jalur distribusi memegang peranan yang krusial.
Dalam bisnis distribusi minuman ringan menurut Five Forces Model

misalnya, bagi pemain baru akan sulit untuk meminta space lebih ke armada
distribusi (pihak III) bila pemain yang sudah mapan menggunakan distributor
yang sama. Sehingga dengan demikian pengaruhnya di dalan five forces
model akan sangat besar.

8. Antisipasi Pertumbuhan (Anticipated Growth). Perlu diantisipasi pula
dalam kerangkan five forces model ini kemungkinan pertumbuhan industri
yang dapat terjadi dengan melihat data-data pendukung yang ada. Karena,

bagi pemain yang baru memasuki bisnis tersebut dapat besar sekali
pengaruhnya atau malah sangat kecil. Pengaruhnya akan besar bisa
pertumbuhan industri kecil dan pemainnya banyak sehingga kue yang sedikit
akan dibagi menjadi bagian yang lebih kecil. Semantara jika baru ada sedikit
pemain dan pasarnya cukup besar maka pengaruhnya akan kecil terhadap
pendatang baru.

A.

Bargaining Power of Suppliers
Dalam Five Forces Model Pemasok memiliki posisi tawar-menawar (bargaining

position) yang berbeda-beda terhadap perusahaan di dalam Five Forces Model.
Kemampuan pemasok untuk menentukan syarat-syarat perdagangan yang
menguntungkan kedua belah pihak sangat dipengaruhi oleh elemen-elemen
struktur industri sebagai berikut: differentiation of inputs, switching costs of
supplier and firms in the industry, presence of substitute inputs, supplier
concentration, importance of volume to supplier, cost relative to total purchases
in the industry, impact of inputs on cost or differentiation, threat of forward
integration. Apabila perusahaan dapat memperoleh pasokan bahan baku dari
beberapa pemasok maka kedudukan perusahaan relatif lebih kuat dibandingkan
pemasok sehingga pemasok tidak akan memberikan ancaman berarti bagi
perusahaan di Five Forces Model. Tetapi apabila perusahaan bergantung hanya
kepada satu pemasok maka kedudukan pemasok menjadi kuat dan dapat
menimbulkan ancaman bagi perusahaan.

B.

Bargaining Power of Buyers/Consumers
Dalam Five Forces Model pembeli memiliki posisi penting terhadap
keberlangsungan hidup perusahaan karena sales revenue yang diperoleh
perusahaan berasal dari penjualan produk perusahaan kepada buyer. Posisi

tawar menawar pembeli terhadap perusahaan yang menjual barang dan jasa
ditentukan oleh dua hal utama yakni bargaining leverage dan price sensitivity.
Bargaining Leverage pembeli selanjutnya ditentukan oleh beberapa faktor
sebagai berikut: buyer concentration vs firm concentration, buyer volume, buyer
integrate, substitute products.
Para pengusaha hasil bumi di daerah Lampung akan memiliki bargaining power
yang rendah seandainya mereka menjual hasil buminya seperti kopi, cengkeh,
lada hitam maupun damar hanya kepada satu pembeli besar di Jakarta, karena
dengan struktur perdagangan seperti ini para pengusaha hasil bumi tidak
memiliki alternatif harga jual selain yang ditetapkan oleh pembeli besar dari
Jakarta tersebut. Faktor lain yang menjadi determinan kekuatan pembeli adalah
sensitivas harga yang ditentukan oleh beberapa faktor seperti: price/total
purchases, product differences, brand identity, buyer profits & decision makers’
incentives.

C.

Threat of Subtitute Products

Dalam Five Forces Model Persaingan terhadap produk dihasilkan perusahaan

tidak hanya berasal dari perusahaan yang memproduksi produk yang sama
sehingga menimbulkan persaingan langsung (direct competition), melainkan bisa
juga berasal dari perusahaan yang memproduksi produk yang memiliki
kesamaan fungsi dengan produk yang dihasilkan perusahaan.
Contoh: Perusahaan bis yang melayani rute AKAP (Antar Kota Antar Propinsi)
tidak hanya menghadapi persaingan dari perusahaan bis lainnya, namun juga
menghadapi persaingan dari moda transportasi lainnya seperti kereta api,
perusahaan penerbangan, maupun perusahaan travel. Saat ini perusahaan
otobis seperti Prima Jasa, Kramat Jati, dan sebagainya yang melayani rute
Bandung-Jakarta saingannya tidak hanya maskapai penerbangan yang melayani
rute penerbangan Bandung-Jakarta,tapi jua memperoleh saingan yang sangat
berat dari berbagai perusahaan travel seperti Cipaganti, Baraya, dan lain-lain
yang melayani rute yang sama.

D.

Competitive Rivalry Within the Industry
Di dalam industri Five Forces Model sendiri, terjadi persaingan antara satu
perusahaan dengan perusahaan lainnya. Menurut Porter pencetus Five Forces
Model, intensitas persaingan (intensity of rivalry) antar perusahaan dalam satu

industri sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: industry growth,
fixed costs/value added, intermitten overcapacity, product differiencies, brand
identity, switching costs, concentration & balance, informational complexity,
diversity of competitors, corporate stakes, dan exit barriers. Perusahaan yang
melakukan inovasi dapat menikmati profit yang besar pada saat pesaing lain
belum memasuki pasar yang sama. Tetapi sebagaimana dinyatakan oleh
Hermawan Kartajaya,, persaingan saat ini sudah memasuki tahap wild. Hal ini
ditandai dengan semakin cepatnya pesaing memperoleh akses teknologi
sehingga dalam waktu yang relatif singkat mereka akan dapat menghasilkan
produk yang serupa dengan produk yang dihasilkan oleh perusahaan innovator.

PESTLE
PESTLE

(Political,

Economic,

Social,


Technological,

Legal

dan

Environment) sendiri adalah merupakan akronim dari : faktor. Jika menggunakan kata
PEST saja, maka faktor Legal dan Environment dikeluarkan dari analisa. Seperti halnya

sudah dijelaskan pada tulisan sebelumnya mengenaimanfaat dari Pestle Analysis,
merupakan tool yang sangat berguna dalam memahami gambaran menyeluruh
lingkungan dimana usaha anda beroperasi serta kesempatan maupun ancaman yang
ada disekitarnya. Dengan pemahaman lingkungan secara menyeluruh dimana usaha
berada, anda dapat mengambil kesempatan yang ada serta meminimalisir resiko atau
ancaman.
Secara khusus, PESTLE analysis, adalah tool untuk memahami segala resiko terkait
dengan pertumbuhan atau penurunan usaha, dan juga posisi, potensi serta arahan
strategis untuk bisnis maupun organisasi.
PESTLE analysis kadang digunakan sebagai tool orientasi generik, untuk
mencari tahu apakah organisasi di dalam suatu konteks lingkungan dengan segala hal

terjadi di luar sana pada saat bersamaan memberi pengaruh ke dalam organisasi.
Sebagai bentuk pengukuran bisnis, yang melihat faktor eksternal dan pengaruhnya bagi
organisasi, seringkali PESTLE analysis digunakan bersama dengan SWOT analysis
(Strength, Weaknesses, Opportunities and Threat analysis). Melakukan dan
membuat PESTLE analysis bisa jadi merupakan proses yang sederhana atau
kompleks, tergantung dari seberapa dalam anda akan melakukan analisanya. Sebagai
contoh, jika aktifitas analisa ini dilakukan hanya dengan satu perspektif (contohnya
pandangan dari satu orang saja), tentunya memboroskan waktu dan faktor-faktor
penting dapat terlewat.
Yang terpenting adalah harus secara jelas mengindetifikasi subyek dari PESTLE
analysis, karena analisa dengan PESTLE adalah bersifat multi-dimensi, dimana jika
anda mengabaikan hal ini, mungkin anda akan memperoleh gambaran yang samar.
Jadi, identifikasi dengan jelas mengenai subyek, situasi dan perspektif yang digunakan
saat anda menggunakan PESTLE. Hal ini sangat berpengaruh jika PESTLE digunakan
dalam suatu workshop atau meeting.
Sebagai contoh, subyek dalam PESTLE bisa dilihat dari berbagai sudut pandang :
• Sebuah organisasi yang melihat bagaimana posisi di pasar
• Sebuah produk terlihat dalam suatu pasar
• Sebuah merk dan hubungannya di dalam suatu pasar
• Sebuah unit bisnis lokal atau fungsinya dalam suatu grup bisnis

• Sebuah opsi strategis, seperti memasuki pasar baru atau meluncurkan produk baru
• Sebuah akuisisi potensial
• Sebuah kemitraan potensial
• Sebuah kesempatan investasi

Adapun faktor-faktor dari lingkungan biasanya dianggap bersama-sama dalam
tahap awal pemikiran strategis, selain hanya menggunakan PEST, pendekatan analisis
seperti faktor legal (hukum) biasanya disertakan dengan faktor-faktor politik

danecological / environmental dengan faktor-faktor sosial dalam analisis PEST
standar. Monitoring yang cermat pada faktor-faktor ini dapat menyebabkan peluang
bisnis yang signifikan dan dapat mengidentifikasi potensi ancaman tepat pada
waktunya sehingga dapat mengambil tindakan untuk mengurangi dampak tersebut.

a. Political
Faktor politik seperti kebijakan pemerintah, hukum yang berlaku, dan aturan formal atau
informal dilingkungan perusahaan, contoh kebijakan pajak dan peraturan daerah.

b. Economic
Faktor ekonomi meliputi semua faktor yang mempengaruhi daya beli daricustomer dan
mempengaruhi iklim berbisnis suatu perusahaan, contoh standar nilai tukar, suku bunga
dan pertumbuhan ekonomi.

c. Social
Faktor sosial meliputi semua faktor yang dapat mempengaruhi kebutuhan dari
pelanggan dan mempengaruhi ukuran dari besarnya pangsa pasar yang ada. Contoh
tingkat pendidikan masyarakat, tingkat pertumbuhan penduduk, kondisi lingkungan
sosial dan lingkungan kerja.

d. Technological
Faktor teknologi meliputi semua hal yang dapat membantu dalam menghadapi
tantangan bisnis dan mendukung efisiensi proses bisnis perusahaan.

e. Legal
Faktor legal meliputi pengaruh hukum seperti perubahan undang-undang yang ada atau
yang akan datang, contoh lainnya adalah kesehatan dan keselamatan, arahan
pekerjaan, hak asasi manusia, tata kelola perusahaan, dan tanggung jawab lingkungan.

f. Environmental
Faktor lingkungan dapat digunakan ketika melakukan perencanaan strategis atau
mencoba mempengaruhi keputusan pembeli seperti faktor lokasi geografis.