LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA TITRASI ASAM BAS (1)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

Disusun Oleh:
Nama

: Maju Lubis

NPM

: E1D013125

Prodi

: Agribisnis

Kelompok

: V(lima)

Hari/Jam


: Jumat/08:00-09:40

Tanggal

: 15 November 2013

Ko-Ass

: - Al Arbi
- Deri Gustian

Dosen

: Drs. Hasan B.Daulay,M.S.

Objek Praktikum

: TITRASI ASAM BASA

LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2013

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam melakukan suatu percobaan titrasi, praktikan harus mampu mencampurkan 2 zat
atau lebih yang berbeda serta mampu menentukan banyaknya suatu larutan dengan
konsentrasi yang telah diketahui agar tepat habis bereaksi dengan sejumlah larutan yang
dianalisis. Sehingga dalam menganalisis suatu larutan kita harus menggunakan titrasi.
Titrasi merupakan suatu metode yang bertujuan untuk menentukan banyaknya suatu larutan
dengan konsentrasi yang telah diketahui agar tepat habis bereaksi dengan sejumlah larutan
yang dianalisis atau ingin diketahui kadarnya atau konsentrasinya, sedangkan apabila salah
satu larutannya diketahui konsentrasinya, larutan ini disebut larutan standar. Ada 4 macam
reaksi yang digunakan dalam titrasi yaitu reaksi asam-basa, reaksi redoks, reaksi
pengendapan, dan reaksi pembentikan kompleks.
Dalam melakukan titrasi netralisasi kita perlu secara cermat mengamati perubahan pH,
hal ini dilakukan untuk mengurangi kesalahan dimana akan terjadi perubahan warna dari
indikator. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya.

Dalam proses titrasi suatu larutan ditambahkan sedikit demi sediki pada larutan yang
volumenya telah diketahui, sampai tercapai titik ekuivalen (jumlah stoikhiometri
(perbandingan mol) dari kedua peraksi. yang biasanya ditandai dengan berubahnya warna
indikator disebut titik ekuivalen.
1.2 Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa mampu menerapkan teknik titrasi untuk menganalisis contoh yang
mengandung asam .
2. Mahasiswa mampu menstandarirasi larutan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Titrasi asam-basa sering disebut juga dengan titrasi netralisasi. Dalam titrasi ini, kita
dapat menggunakan larutan standar asam dan larutan standar basa. Pada prinsipnya, reaksi
yang terjadi adalah reaksi netralisasi yaitu :
H+ + OH-

H2O

Dalam menganalisis sampel yang bersifat basa, maka kita dapat menggunakan larutan
standar asam (metode asidimetri), sedangkan jika kita menentukan sampel yang bersifat asam,

kita akan menggunkan lartan standar basa (metode alkalimetri). Ada 2 cara mengetahui titik
ekuivalen pada titrasi asam-basa yaitu memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH
selama titrasi dilakukan dan memakai indikator asam-basa. Keadaan dimana titrasi dihentikan
dengan cara melihat perubahan warna indikator disebut sebagai “titik akhir titrasi”.
Indikator asam basa merupakan asam organik lemah dan basa organik lemah yang
mempunyai dua warna dalam pH larutan yang berbeda.Pada titrasi asam dengan basa maka
indikator yang digunakan adalah asam yang lebih lemah dan konsentrasi indikator berada
pada tingkat kecil. Pada titrasi asam dengan basa, indikator (asam lemah) akan bereaksi
dengan basa sebagai penitrasi setelah semua asam dititrasi (bereaksi) dengan basa sebagai
penitrasi.
Cara melakukan titrasi adalah sebagai berikut :
1. Kita harus menyiapkan terlebih dahulu peralatan yang dibutuhkan.
2. Kita harus menyiapkan larutan baku, yaitu larutan standar yang telah diketahui
konsentrasinya.
3. Larutan baku yang telah diketahui biasanya ditempatkan di dalam buret yang disebut
dengan larutan penitrasi. Konsentrasi larutan penitrasi harus diketahui.
4. Selanjutnya, ke dalam larutan yang akan dititrasi diteteskan indikator asam-basa.
5. Teteskan larutan penitrasi perlahan-lahan ke dalam larutan yang akan dititrasi.
Penetesan akan dihentikan jika sudah tercapai titik akhir titrasi, titik titrasi diketahui
dari perubahan warna indikator.

Perhitungan hasil titrasi dapat dilakukan dengan cara :
 Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalen asam akan sama dengan mol-ekuivalen
basa, maka hal ini dapat ditulis sebagai berikut:
Mol-ekuivalen asam = Mol ekuivalen basa

 Mol ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara normalitas (N) dengan volume,
maka rumus diatas dapat ditulis sebagai berikut:
N asam x V asam = N basa x V basa
 Normalitas diperoleh dari hasil kali molaritas (M) dengan jumlah ion H+ pada asam
atau jumlah ion OH- pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
(n x M asam) x V asam = (n x M basa) x V basa
Setelah titrasi selesai, kita memperoleh data tambahan berupa volume larutan
penitrasi. Sebelumnya kita telah mengetahui konsentrasi penitrasi dan volume larutan yang
dititrasi. Dengan demikian, kita dapat menghitung konsentrasi larutan yang dititrasi.

BAB III

METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat

Indikator penolphetalein
Erlemeyer
Buret 50 mL
Statif dan klem
Gelas ukur 25 mL atau 10 mL
Corong kaca
3.1.2 Bahan
NaOH 0,1 M
HCl 0,1 M
H2C2O4
3.2 Prosedur Kerja
3.2.1 Standarisasi larutan NaOH 0,1 M
Proses Standarisasi adala sebagai berikut :
Cuci 3 erlenmeyer, pipet 10 ml larutan asam oksalat 0,1 M dan masukkan ke
dalam setiap erlenmeyer dan tambahkan ke dalam masing-masing erlenmeyer 3
tetes indikator penolphtalein (PP)
Alirkan larutan NaOH yang ada dalam buret sedikit demi sedikit sampai
terbentuk warna merah muda yang tidak hilang apabila gelas Erlenmeyer di
goyang.
Catat volume NaOH terpakai

Ulangi dengan cara yang sama untuk erlenmeyer ke II dan III
Hitung molaritas (M) NaOH
3.2.2 Penentuan konsentrasi HCl
Ada beberapa penentuan konsentrasi HCl yaitu:
Cuci 3 erlenmeyer, pipet 10 mL larutan HCl 0,1 M dan masukkan ke
dalam setiap erlenmeyer
Tambahkan ke dalam masimg-masing erlenmeyer 3 tetes indikator
penolphtalein (PP)

Alirkan larutan NaOH yang ada di dalam buret

sedikit demi sedikit

sampai terbentuk warna merah muda yang tidak hilang apabila gelas
erlenmeyer digoyang.
Catat volume NaOH terpakai
Ulangi dengan cara yang sama untuk erlemeyer ke II dan ke III
Hitung molaritas (M) HCl

BAB IV

HASIL PENGAMATAN
Standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat
N

Prosedur

Ulangan

O

Rata-rata

I

II

III

1


Volume larutan asam oksalat 0,1 M

10 mL

10 mL

10 mL

10 mL

2

Volume NaOH terpakai

19 mL

18 mL

20 mL


19 mL

3

Molaritas (M) NaOH

0,052

0,055

0,05

0,052 M

Standarisasi HCl dengan larutan HCl
No

Prosedur

Ulangan

I

Rata-rata

II

III

1

Volume larutan HCl

10 mL

10 mL

10 mL

10 mL

2

Volume NaOH terpakai

9 mL

9 mL

10 mL

9,3 mL

3

Molaritas (M) NaOH

Berdasarkan hasil percobaan di atas

0,05 M

4

Molaritas (M) larutan HCl

0,05 M

BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Titrasi Asam-Basa
Reaksi asam-basa dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau
larutan basa. Penentuan itu dilakukan dengan cara meneteskan larutan basa yang telah
diketahui konsentrasiya ke dalam sejumlah larutan asam yang belum diketahui konsentrasinya
atau sebaliknya. Penetesan dilakukan hingga asam dan basa tepat habis bereaksi. Waktu
penambahan hingga asam dan basa tepat habis disebut titik ekuivalen. Dengan demikian,
konsentrasi asam atau basa dapat ditentukan jika salah satunya sudah diketahui. Proses
penetapan konsentrasi tersebut disebut titrasi asam-basa.
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan
berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan
reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang
melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan
pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya diletakan di
dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “titer”
dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan.
Pada laporan kali ini akan di jelaskan mengenai titrasi asam-basa.
5.2 Prinsip Titrasi Asam-Basa
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Titrasi
asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan
menggunakan larutan basa dan sebaliknya.
Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen
( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai
“titik ekuivalen”.
Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat
volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data
volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titrant.

5.3 Cara Mengetahui Titik Ekuivalen

Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.
Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian
membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah
dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalent”.
Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses titrasi
dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah
titrasi kita hentikan.
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak diperlukan
alat tambahan, dan sangat praktis.
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indicator yang perbahan
warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator diusahakan sesedikit mungkin dan
umumnya adalah dua hingga tiga tetes.
Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat
mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indicator yang tepat
dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.
Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indicator
disebut sebagai “titik akhir titrasi”.

5.4 Rumus Umum Titrasi
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan molekuivalent basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:
mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa
Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume maka
rumus diatas dapat kita tulis sebagai:
NxV asam = NxV basa
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+
pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
nxMxV asam = nxVxM basa

Keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = jumlah ion H+ (pada asam) atau OH – (pada basa)
5.4 Standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat
Ulangan I
Dik : V asam oksalat = 10 mL

V NaOH = 19 mL

M asam oksalat = 0,1 M
Dit : M NaOH = ...?
Jawab : V asam oksalat x M asam oksalat = V NaOH x M NaOH
= 10 mL x 0,1 M = 19 mL x M NaOH
= 1

=

19 x M NaOH

1
M NaOH = 19 = 0,052 M
Ulangan II
Dik : V asam oksalat = 10 mL

V NaOH = 18 mL

M asam oksalat = 0,1 M
Dit : M NaOH = .... ?
Jawab : V asam oksalat x M asam oksalat = V NaOH x M NaOH
= 10 mL x 0,1 M

= 18 mL x M NaOH

= 1 = 18 x M NaOH
1
M NaOH = 18 = 0,055 M

Ulangan III
Dik : V asam oksalat = 10 mL

V NaOH = 20 mL

M asam oksalat = 0,1 M
Dit : M NaOH = ....?
Jawab : V asam oksalat x M asam oksalat = V NaOH x M NaOH
= 10 mL x 0,1 M

= 20 mL x M NaOH

= 1 = 20 mL x M NaOH
1
M NaOH = 20 = 0,05 M
Rata-rata volume NaOH terpakai =
Rata-rata molaritas NaOH =

19+18+20
= 19 mL
3

0,052+ 0,055+0,05
= 0,052 M
3

5.5 Standarisasi HCl dengan larutan HCl
Ulangan I
Dik : V HCl = 10 mL
M NaOH = 0,052 M

V NaOH = 9 mL
n NaOH = 1

Dit : M HCl = ....?
Jawab : V NaOH x M NaOH x n NaOH = V HCl x M HCl x n HCl
9 mL x 0,052 M x 1 = 10 mL x M HCl x 1
0.468
M HCl = 10 = 0,0468 M
Ulangan II
Dik : V HCl = 10 mL
M NaOH = 0,052 M

V NaOH = 9 mL
n NaOH = 1, n HCl = 1

Dit ; M HCl=....?
Jawab : V NaOH x M NaOH x n NaOH = V HCl x M HCl x n HCl
9 mL x 0,052 M x 1 = 10 mL x M HCl x 1
0,468
M HCl = 10 = 0,0468 M

Ulangan III
Dik : V HCl = 10 mL
M NaOH = 0,052 M

V NaOH = 10 mL
n NaOH = 1, n HCl = 1

Dit : M HCl = ....?
Jawab : V NaOH x M NaOH x n NaOH = V HCl x M HCl x n HCl
10 mL x 0,052 M x 1 = 10 mL x M HCl x 1
0,52
M HCl = 10 = 0,052 M
9+9+10
Rata-rata volume NaOH terpakai =
= 9,3 mL
3
0,0468+0,0468+0,052
Molaritas HCl =
= 0,05 M
3

BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Ada beberapa kesimpulan dari praktikum ini yaitu :
Titrasi merupakan cara penentuan konsentrasi suatu larutan dengan volume
tertentu dengan menggunakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya
dan mengukur volumenya secara pasti.
Titik ekivalen merupakan keadaan dimana jumlah mol asam tepat habis
bereaksi dengan jumlah mol basa.
Titik akhir titrasi adalah titik dalam titrasi yang ditandai dengan perubahan
warna indikator.
Perubahan PH dalam titrasi asam basa disebut kurva titrasi.
Jika asam ditetesi basa, maka PH larutan naik, sebaliknya jika larutan basa
ditetesi asam maka PH larutan akan turun.
Ada 4 macam reaksi yang digunakan dalam titrasi yaitu reaksi asam-basa,
reaksi redoks, reaksi pengendapan, dan reaksi pembentukan kompleks.
6.2 Saran
Ada beberapa saran dalam melakukan praktikum yaitu :
Dalam melakukan praktikum, sebaiknya harus berhati-hati dalam menggunakan
larutan-larutan yang ada di laboratorium dan dalam melakukan praktikum kali ini kita juga
harus memperhatikan ketelitian dalam mengukur dan menentukan banyaknya suatu larutan
dengan konsentrasi yang telah diketahui.

BAB VII
JAWABAN PERTANYAAN
1. Bagaimana caranya agar titik akhir titrasi mendekati titik ekivalen?
Titrant ditambahkan titer tetes demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya
secara stoikmetri titrant dan titer tepat habis bereaksi) yang biasanya ditandai dengan
berubahnya warna indikator. Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”, yaitu titik dimana
konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa.
2. Jelaskan secara singkat fungsi indikator?
Untuk mengetahui titik ekivalen pada titrasi asam basa kita bisa menggunakan indikator
asam basa.
3. Jelaskan apakah reaksi dapat berlangsung jika ditambah dengan indikator?
Ya, dapat berlangsung karena reaktan maupun produk telah memiliki warna yang kontras
dan dapat digunakan sebagai "indikator". Sebagai contoh, titrasi redoks menggunakan
permanganometri, serimetri, iodi-iodometri tidak butuh indikator
4. Tuliskan dengan lengkap reaksi yang terjadi pada reaksi diatas.
2 NaOH + H2C2O2
HCl + NaOH

Na2C2O4 + 2 H2O
NaCl + H2O

5. Jelaskan pengertian larutan standar primer dan larutan standar sekunder?
Larutan standar primer adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya, dalam proses
pembuatannya lautan standar primer ini tidak perlu distandarisasi dengan lrutan lain untuk
memastikan larutan yang sebenarnya. Sedangkan larutan standar sekunder adalah larutan
yang dipergunakan untuk menstandarisasi/menentukan konsentrasi yang sebenarnya.
6. Tuliskan syarat-syarat suatu indikator dapt dipakai dalam suatu titrasi?
Syarat-syarat suatu indikator dapat dipakai dala suatu titrasi yaitu :
Harus tersedia dengan mudah dalam bentuk murni atau dalam keadaan kemurnian
yang di ketahui.
Zat harus mudah dikeringkan dan tidak boleh terlalu higroskopik sehingga menyerap
air selama penimbangan.
Mempunyai bobot ekivalen yang tinggi agar kesalahan dalam penimbangan dapat
diminimalkan
Lebih baik zat yang berasal dari asam dan basa kuat yang disosiasinya tinggi
Asam dan basa lemah dapat juga digunakan sebagai standar primer untuk
menstandarisasi asam atau basa lemah yang lain.

DAFTAR PUSTAKA
http://esdikimia.wordpress.com/2011/06/17/titrasi-asam-basa/
http://titrasi-isro.blogspot.com/
http://catatankimia.com/catatan/titrasi-asam-basa.html
http://kimia.upi.edu/staf/nurul/web2012/0909466/titrasi_asam_basa.html
Penuntun Praktikum Kimia.Fakultas Pertanian.2013.Bengkulu:UNIB