LAPORAN RESMI KIMIA KINETIKA Reaksi Hidr
LAPORAN RESMI KIMIA KINETIKA
Reaksi Hidrolisis Etil Asetat dengan NaOH
(Penentuan Konstanta Laju reaksi dengan Metode Titrasi)
Oleh:
Andriyani Rosita S / 652015032
Program Studi Kimia
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
NAMA/NIM
: Andriyani Rosita S / 652015032
KELOMPOK
: 2. Kimia. Rabu, 07.00-11.00
JUDUL
: Reaksi Hidrolisis Etil Asetat dengan NaOH
(Penentuan Konstanta Laju reaksi dengan Metode Titrasi)
TGL PRAKTIKUM : 26 Oktober 2016
Dasar Teori
:
Standarisasi merupakan suatu proses yang digunakan untuk menentukan secara teliti
konsentrasi suatu larutan. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya telah diketahui.
Larutan standar kadang-kadang dapat dibuat dari sejumlah contoh solute yang diinginkan
yang secara teliti ditimbang dengan melarutkannya ke dalam volume larutan yang secara teliti
diukur volumenya. Cara ini biasanya tidak dapat dilakukan, akan tetapi karena relatif sedikit
reaksi kimia yang diperoleh dalam bentuk cukup murni untuk memenuhi permintaan analis
akan ketelitiannya. Beberapa zat tadi yang memadai dalam hal ini disebut standar primer.
Suatu larutan lebih umum distandarisasikan dengan cara titrasi yang pada proses itu dengan
sebagian berat dari standar primer (Oxtoby, 2001).
Titrasi adalah penambahan secara cermat suatu larutan yang mengandung zat yang
konsentrasinya telah diketahui kepada larutan kedua yang mengandung zat yang konsentrasi
dari zat tersebut tidak diketahui, yang akan mengakibatkan reaksi antara keduanya secara
kuantitatif. Titik dimana reaksi telah selesai disebut titik akhir teoritis. Selesainya reaksi yaitu
pada titik akhir ditandai dengan perubahan sifat fisisnya, misalnya warna campuran yang
bereaksi. Perubahan warna ini dapat dihasilkan oleh larutan standarnya sendiri atau karena
penambahan suatu zat yang disebut dengan indikator. Titik dimana terjadi perubahan warna
indikator ini disebut titik akhir titrasi. Secara ideal titik akhir titrasi sama dengan titik akhir
teoritis (Suryani, 2011).
Hidrolisis adalah suatu reaksi antara senyawa dan air yang membentuk
reaksikesetimbangan. Senyawa yang digunakan dapat berupa senyawa organik
maupunanorganik. Pada proses hidrolisis, garam akan terurai oleh air menghasilkan
larutanyang bersifat asam atau basa (SK,Dogra, 1990).
Secara teori laju hidrolisis etil asetat memiliki orde 2. Artinya, setiap penambahan
konsentrasi pereaktan sebesar 2 kali semula, maka laju akan bertambah menjadi 22 kali laju
semula, dan begitu seterusnya untuk penambahan pereaktan sebesar n-kali. Hukum laju
reaksi untuk orde 2 adalah :
dx
=k ( a−x ) (b−x)
dt
dimana, a = konsentrasi awal (mol/L)
b = konsentrasi awal OH- (mol/L)
x = konsentrasi ester atau basa (M)
k = konstanta laju reaksi
Berdasarkan persamaan reaksi tersebut maka laju reaksi dapat dituliskan sebagai berikut :
d[ E ]
=k.[ E ][ A ][ K ]
Laju reaksi = - dt
k = konstanta laju reaksi
[E]= konsentrasi etil asetat
[A]= konsentrasi air
[K]= konsentrasi katalis
Laju reaksi dapat ditemukan sebagai fungsi konsentrasi asam. Nilai konstanta yang
diperoleh merupakan konstanta semu sebagai akibat dari kondisi reaksi bahwa air merupakan
senyawa berlebihan sehingga konsentrasinya tidak berubah dan katalis merupakan senyawa
yang tidak ikut bereaksi sehingga konsentrasinya tetap.
d[ E ]
=k' .[ E ]
- dt
k’ = konstanta laju yang teramati
laju reaksi ini mengikuti orde reaksi satu semu sehingga laju reaksi terintegrasinya dapat
ditulis sebagai :
[E]o
=k ' .[ E ]
[
E
]t
ln
[E]o = konsentrasi etil asetat pada awal reaksi
[E]t = konsentrasi etil asetat pada waktu ke t
konsentrasi etil asetat dapat digantikan dengan volume NaOH yang digunakan untuk
menetralkan sampel pada awal reaksi (VnaOHo), pada saat t selama reaksi (VnaOH) dan pada
saat reaksi selesai (VnaOH∞),
VNaOH ∞−VNaOH ο
=ln Q=k ' .t
VNaOH ∞−VNaOH
saat selesai reaksi VNaOH dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
ρΕVΕV 1
+VNaOH ,Ο=VNaO ,∞
MΕ Vs[ NaOH ]
pE = densitas etil asetat pada suhu 298 K
VE= volume etil asetat pada sistem (5ml)
V1 = volume sampel (5ml)
ME = massa molar etil asetat
TUJUAN
1. Menentukan orde reaksi hidrolisis etil asetat
2. Menetukan nilai komstanta laju reaksi hidrolisis etil asetat memggunakan metode titrasi
ALAT, BAHAN DAN METODE
a. Alat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Beaker glass
Spatula
Pipet
Pipet volume
Buret
Statif
Stopwatch
Magnetic stirer
:
9. Hotplate stirer
10. Kaca arloji
b. Bahan
1. NaOH
2. Asam oksalat
3. HCl
4. Etil asetat
5. Imdikator FF
C. Metode
Dibuat larutan kerja asam oksalat 0,025M, NaOH 0,05M, HCl 0,05M, dan etil asetat
0,05M
Dilakukan standarisasi larutan NaOH
Dimasukkan 10 ml larutan asam oksalat ke dalam erlenmeyer
Diteteskan sebanyak 2 tetes indikator PP
Larutan dititrasi dengan NaOH sampai warna merah muda. Dilakukan secara duplo
Dilakukan penentuan volume NaOH pada saat t=0
Sebanyak 25 ml larotan NaOH ditempatkan ke dalam reaktor
Ditambahkan 25 ml etil asetat
Ketika etil asetat ditambahkan waktu dimulai (larutan A)
Kemudian larutan diambil sebanyak 10 ml lalu dimasukkan dalam erlenmeyer yang
berisi 10 ml HCl
Dititrasi menggunakan NaOH
Pengambilan 10 ml larutan dilakukan setiap 10 menit hingga waktu ke 90 menit.
Setiap akan titrasi ditambahkan terlebih dahulu 10 ml larutan HCl, kemudian dititrasi
dengan NaOH. Hal ini dilakukan secara duplo untuk menentukan volume NaOH pada
t=10,20,30,40,50,60,70,80,90
HASIL
1.Standarisasi larutan NaOH
Vol NaOH 0,05 M
Awal
Akhir
Vol ditambahkan
Rata-rata
I
0
40,8
40,8
II
10
40,7
40,7
40,75
Penentuan volume NaOH pada saat t=0 sampai t=90 dengan interval 10 menit
Vol NaOH
Awal(ml)
0
0
Akhir(ml)
5
Yang ditambahkan
5
10
5
10,
5
5,5
20
0
30
5,6
40
11,3
50
17,1
60
23
70
29
80
0
90
6,1
5,6
11,3
17,1
23
29
35,1
6,1
12,3
5,6
5,7
5,8
5,9
6
6,1
6,1
6,2
20
0
30
5,6
40
11,3
50
17,1
60
23
70
29
80
0
5,6
11,3
17,1
23
29
35,1
6,2
5,6
5,7
5,8
5,9
6
6,1
6,2
Pengulangan
Vol NaOH
Awal(ml)
0
0
Akhir(ml)
5
Yang ditambahkan
5
10
5
10,
5
5,5
JAWAB PERTANYAAN
1. Bandingkan hasil praktikum anda tentang penentuan orde reaksi dengan literatur
Dalam literartur erde reaksi dari hidrolisi etil asetat adalah berorde 2 hal ini dengan
ditunjukkannya kedekatan nilai R2 dengan 1. Yang paling mendekati adalah orde 2. Jadi
penentuan orde reaksi antara hasil praktikum dengan literatur telah sesuai.
(a-x)
Grafk (a-x) dengan waktu
0.05
0.05
0.04
0.04
0.04
0.04
0.04
0.04
0.04
0.04
0.04
f(x) = − 0 x + 0.04
R² = 0.9
Linear ()
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
waktu
Grafk ln(a-x) dengan waktu
-4.95
-5 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
ln(a-x)
-5.05
-5.1
-5.15
f(x) = 0 x − 5.24
R² = 0.87
Linear ()
-5.2
-5.25
-5.3
-5.35
waktu
1/(a-x)
Grafk 1/(a-x) dengan waktu
22.9
22.8
22.7
22.6
22.5
22.4
22.3
22.2
22.1
22
21.9
f(x) = 0.01 x + 22.36
R² = 0.9
Linear ()
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
waktu
PEMBAHASAN
Pada percobaan ini dilakukan standarisasi antara larutan baku sekunder
dengan larutan baku primer. Larutan baku sekunder yang akan digunakan adalah
NaOH dan larutan baku primer asam oksalat. Larutan asam oksalat harus diketahui
konsentrasi terlebih dahulu, agar konsentrasi larutan baku sekundernya dapat
diketahui juga. Namun dalam percobaan yang kami lakukan sepertinya ada kesalahan
penimbangan asam oksalat, sehingga molaritas dari pengenceran asam oksalat dengan
akuades tidak diketaui. Dan juga kesalahan praktikan tidak mencatat hasil
penimbangan asam oksalat.
Berdasarkan hasil percobaan diketahui bahwa telah terjadi reaksi asam basa
antara asam oksalat sebagai asam lemah dan NaOH sebagai basa kuat. Kemudian
indikator yang digunakan yaitu fenophtalein (indikator PP). Indikator PP digunakan
karena tak berwarna dengan pH akan mempermudah praktikan dalam mengetahui
bahwa dalam proses sudah mencapai titik ekivalen. Perubahan yang terjadi pada
proses penitrasian ini adalah berubah menjadi warna merah yang konstan dari warna
asal mula bening. Perubahan warna ini terjadi karena telah tercapainya titik ekivalen.
Volume rata-rata NaOH yang digunakan pada saat titrasi adalah 40,75 mL.
Nilai konsentrasi NaOH setelah distandarisasi
M1 X V1 (Basa) = M2 X V2 (Asam)
M1 X V1 (NaOH) = M2 X V2 (Asam Oksalat)
M NaOH =
M NaOH =
M H 2C 2O 4 X V H 2C 2O 4
V NaOH
0,025 M X 10 ml
40 ,75 ml
= 0,00613 M
Dalam perhitungan yang menggunakan konsentrasi asam oksalat sebesar 0,025 M seperti
yang ada pada petunjuk praktikum, maka akan didapatkan konsentrasi NaOH yang sangat
kecil. Sehingga dapat dikatakan bahwa standarisasi larutan NaOH yang kami lakukan gagal
karena tidak ditemukannya konsentrasi dari NaOH secara baku.
Reaksi titrasi NaOH oleh asam oksalat:
H2C2O4 + 2 NaOH
Na2C2O4
+ 2H2O
Pada percobaan untuk menentukan volume NaOH pada saat t=0 dan pada saat
t tertentu, digunakan campuran antara larutan NaOH dengan etil asetat. Pada saat
terjadinya perncampuran perhitungan waktu dimulai. Larutan ini diambil sembanyak
10ml, yang kemudian dimasukkan dalam erlenmeyer yang berisikan HCl.
Penambahan HCl berfungsi untuk menetralkan campuran karena campuran bersifat
basa akibat kelebihan NaOH (ion OH-). Penetralan dapat mencegah terjadinya reaksi
lebih lanjut. Adapun persamaan reaksinya adalah:
NaOH (aq) + HCl (aq)
NaCl (aq) + H2O (l)
Kemudian ditetesi dengan indikator PP. Penambahan indikator PP digunakan
untuk mengatahui titik akhir titrasi yaitu titik dimana mol NaOH sama dengan mol
HCl yang ditandai dengan perubahan warna larutan dari bening menjadi merah muda.
Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat diketahui bahwa semakin lama
larutan NaOH dan etil asetat bercampur maka semakin banyak volume NaOH yang
digunakan untuk menetralkan HCl sisa. Dalam percobaan ini telah sesuai karena
semakin bertambahnya waktu makan semakin banyak larutan NaOH yang
ditambahkan.
Adapun reaksi yang terjadi akibat titrasi tersebut :
CH3COC2H5 + 2 NaOH
CH3COONa + C2H5OH + NaOH sisa
NaOH sisa + HCl
NaCl + HCl sisa
HCl sisa + NaOH
NaCl
Untuk menentukkan orde dan juga konstanta dari laju reaksi pada percobaan ini,
perlu adanya perhitungan untuk mencari mol NaoH, nilai x dan 1/(a-x) yang akan
digunakan untuk membuat grafik penentuan orde reaksi.
Untuk t=o
mmol NaOH sisa = mmol HCl awal – mmol HCl akhir
= M1.V1 – M2.V2
= 0,05.10 – 0,05.5 = 0,025
mmol NaOH = mmol HCl awal – mmol HCl akhir
= M1.V1 – mmol NaOH sisa
= 0,05.10 – 0,025 = 0,025
x = mmol NaOH/V NaOH = 0,025/50 = 0,25
1/(a-x) = 1/(0,05-0,25) = 2,2222
waktu
0
10
20
30
40
50
60
70
80
v NaOH
ditamb
5
5,5
5,6
5,7
5,8
5,9
6
6,1
6,15
mmol
NaOH sisa
0,25
0,225
0,22
0,215
0,21
0,205
0,2
0,195
0,1925
mmol NaOH yg
bereaksi
0,25
0,275
0,28
0,285
0,29
0,295
0,3
0,305
0,3075
M NaOH
yg beraksi
x
1/(a-c)
0,00500
0,00550
0,00560
0,00570
0,00580
0,00590
0,00600
0,00610
0,00615
0,005
0,0055
0,0056
0,0057
0,0058
0,0059
0,006
0,0061
0,00615
22,22222222
22,47191011
22,52252252
22,57336343
22,62443439
22,67573696
22,72727273
22,77904328
22,8050171
Jumlah mol NaOH pada reaksi ini semakin meningkat seiring dengan bertambahnya waktu
pada campuran NaOH dengan etil asetat. Hal tersebut karena laju reaksi merupakan fungsi
dari waktu sehingga pada saat t = 0 menit NaOH yang bereaksi dengan etil asetat masih
sedikit, semakin lama waktunya maka NaOH yang bereaksi dengan etil asetat semakin
banyak bahkan mungkin akan habis bereaksi. Jumlah mol NaOH yang bereaksi tersebut
dikonversikan menjadi konsentrasi.
Kemudian dari tabel tersebut dibuat grafik antara 1/(a-x) dengan waktu
1/(a-x)
Grafk 1/(a-x) dengan waktu
22.9
22.8
22.7
22.6
22.5
22.4
22.3
22.2
22.1
22
21.9
f(x) = 0.01 x + 22.36
R² = 0.9
Linear ()
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
waktu
Dgrafik ini menunjukkan bahwa orde reaksi dari percobaan ini adalah 2. Gradien dari grafik
tersebut adalah 0,0058 yang merupakan harga k dalam reaksi ini.
KESIMPULAN
1. Orde reaksi dari percobaan hidrolisis etil asetat ini adalah 2.
2. Nilai konstanta dari reaksi hidrolisi etil asetat adalah 0,0058 M-1 s-1
DAFTAR PUSTAKA
Oxtoby, David W. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern Edisi Keempat Jilid I. Erlangga:
Jakarta.
Suryani, Iis. 2011 Standarisasi larutan.
Basset, J, dkk. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. ECG, Jakarta.
LAMPIRAN
1. Laporan sementara
2. Tugas awal
Reaksi Hidrolisis Etil Asetat dengan NaOH
(Penentuan Konstanta Laju reaksi dengan Metode Titrasi)
Oleh:
Andriyani Rosita S / 652015032
Program Studi Kimia
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
NAMA/NIM
: Andriyani Rosita S / 652015032
KELOMPOK
: 2. Kimia. Rabu, 07.00-11.00
JUDUL
: Reaksi Hidrolisis Etil Asetat dengan NaOH
(Penentuan Konstanta Laju reaksi dengan Metode Titrasi)
TGL PRAKTIKUM : 26 Oktober 2016
Dasar Teori
:
Standarisasi merupakan suatu proses yang digunakan untuk menentukan secara teliti
konsentrasi suatu larutan. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya telah diketahui.
Larutan standar kadang-kadang dapat dibuat dari sejumlah contoh solute yang diinginkan
yang secara teliti ditimbang dengan melarutkannya ke dalam volume larutan yang secara teliti
diukur volumenya. Cara ini biasanya tidak dapat dilakukan, akan tetapi karena relatif sedikit
reaksi kimia yang diperoleh dalam bentuk cukup murni untuk memenuhi permintaan analis
akan ketelitiannya. Beberapa zat tadi yang memadai dalam hal ini disebut standar primer.
Suatu larutan lebih umum distandarisasikan dengan cara titrasi yang pada proses itu dengan
sebagian berat dari standar primer (Oxtoby, 2001).
Titrasi adalah penambahan secara cermat suatu larutan yang mengandung zat yang
konsentrasinya telah diketahui kepada larutan kedua yang mengandung zat yang konsentrasi
dari zat tersebut tidak diketahui, yang akan mengakibatkan reaksi antara keduanya secara
kuantitatif. Titik dimana reaksi telah selesai disebut titik akhir teoritis. Selesainya reaksi yaitu
pada titik akhir ditandai dengan perubahan sifat fisisnya, misalnya warna campuran yang
bereaksi. Perubahan warna ini dapat dihasilkan oleh larutan standarnya sendiri atau karena
penambahan suatu zat yang disebut dengan indikator. Titik dimana terjadi perubahan warna
indikator ini disebut titik akhir titrasi. Secara ideal titik akhir titrasi sama dengan titik akhir
teoritis (Suryani, 2011).
Hidrolisis adalah suatu reaksi antara senyawa dan air yang membentuk
reaksikesetimbangan. Senyawa yang digunakan dapat berupa senyawa organik
maupunanorganik. Pada proses hidrolisis, garam akan terurai oleh air menghasilkan
larutanyang bersifat asam atau basa (SK,Dogra, 1990).
Secara teori laju hidrolisis etil asetat memiliki orde 2. Artinya, setiap penambahan
konsentrasi pereaktan sebesar 2 kali semula, maka laju akan bertambah menjadi 22 kali laju
semula, dan begitu seterusnya untuk penambahan pereaktan sebesar n-kali. Hukum laju
reaksi untuk orde 2 adalah :
dx
=k ( a−x ) (b−x)
dt
dimana, a = konsentrasi awal (mol/L)
b = konsentrasi awal OH- (mol/L)
x = konsentrasi ester atau basa (M)
k = konstanta laju reaksi
Berdasarkan persamaan reaksi tersebut maka laju reaksi dapat dituliskan sebagai berikut :
d[ E ]
=k.[ E ][ A ][ K ]
Laju reaksi = - dt
k = konstanta laju reaksi
[E]= konsentrasi etil asetat
[A]= konsentrasi air
[K]= konsentrasi katalis
Laju reaksi dapat ditemukan sebagai fungsi konsentrasi asam. Nilai konstanta yang
diperoleh merupakan konstanta semu sebagai akibat dari kondisi reaksi bahwa air merupakan
senyawa berlebihan sehingga konsentrasinya tidak berubah dan katalis merupakan senyawa
yang tidak ikut bereaksi sehingga konsentrasinya tetap.
d[ E ]
=k' .[ E ]
- dt
k’ = konstanta laju yang teramati
laju reaksi ini mengikuti orde reaksi satu semu sehingga laju reaksi terintegrasinya dapat
ditulis sebagai :
[E]o
=k ' .[ E ]
[
E
]t
ln
[E]o = konsentrasi etil asetat pada awal reaksi
[E]t = konsentrasi etil asetat pada waktu ke t
konsentrasi etil asetat dapat digantikan dengan volume NaOH yang digunakan untuk
menetralkan sampel pada awal reaksi (VnaOHo), pada saat t selama reaksi (VnaOH) dan pada
saat reaksi selesai (VnaOH∞),
VNaOH ∞−VNaOH ο
=ln Q=k ' .t
VNaOH ∞−VNaOH
saat selesai reaksi VNaOH dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
ρΕVΕV 1
+VNaOH ,Ο=VNaO ,∞
MΕ Vs[ NaOH ]
pE = densitas etil asetat pada suhu 298 K
VE= volume etil asetat pada sistem (5ml)
V1 = volume sampel (5ml)
ME = massa molar etil asetat
TUJUAN
1. Menentukan orde reaksi hidrolisis etil asetat
2. Menetukan nilai komstanta laju reaksi hidrolisis etil asetat memggunakan metode titrasi
ALAT, BAHAN DAN METODE
a. Alat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Beaker glass
Spatula
Pipet
Pipet volume
Buret
Statif
Stopwatch
Magnetic stirer
:
9. Hotplate stirer
10. Kaca arloji
b. Bahan
1. NaOH
2. Asam oksalat
3. HCl
4. Etil asetat
5. Imdikator FF
C. Metode
Dibuat larutan kerja asam oksalat 0,025M, NaOH 0,05M, HCl 0,05M, dan etil asetat
0,05M
Dilakukan standarisasi larutan NaOH
Dimasukkan 10 ml larutan asam oksalat ke dalam erlenmeyer
Diteteskan sebanyak 2 tetes indikator PP
Larutan dititrasi dengan NaOH sampai warna merah muda. Dilakukan secara duplo
Dilakukan penentuan volume NaOH pada saat t=0
Sebanyak 25 ml larotan NaOH ditempatkan ke dalam reaktor
Ditambahkan 25 ml etil asetat
Ketika etil asetat ditambahkan waktu dimulai (larutan A)
Kemudian larutan diambil sebanyak 10 ml lalu dimasukkan dalam erlenmeyer yang
berisi 10 ml HCl
Dititrasi menggunakan NaOH
Pengambilan 10 ml larutan dilakukan setiap 10 menit hingga waktu ke 90 menit.
Setiap akan titrasi ditambahkan terlebih dahulu 10 ml larutan HCl, kemudian dititrasi
dengan NaOH. Hal ini dilakukan secara duplo untuk menentukan volume NaOH pada
t=10,20,30,40,50,60,70,80,90
HASIL
1.Standarisasi larutan NaOH
Vol NaOH 0,05 M
Awal
Akhir
Vol ditambahkan
Rata-rata
I
0
40,8
40,8
II
10
40,7
40,7
40,75
Penentuan volume NaOH pada saat t=0 sampai t=90 dengan interval 10 menit
Vol NaOH
Awal(ml)
0
0
Akhir(ml)
5
Yang ditambahkan
5
10
5
10,
5
5,5
20
0
30
5,6
40
11,3
50
17,1
60
23
70
29
80
0
90
6,1
5,6
11,3
17,1
23
29
35,1
6,1
12,3
5,6
5,7
5,8
5,9
6
6,1
6,1
6,2
20
0
30
5,6
40
11,3
50
17,1
60
23
70
29
80
0
5,6
11,3
17,1
23
29
35,1
6,2
5,6
5,7
5,8
5,9
6
6,1
6,2
Pengulangan
Vol NaOH
Awal(ml)
0
0
Akhir(ml)
5
Yang ditambahkan
5
10
5
10,
5
5,5
JAWAB PERTANYAAN
1. Bandingkan hasil praktikum anda tentang penentuan orde reaksi dengan literatur
Dalam literartur erde reaksi dari hidrolisi etil asetat adalah berorde 2 hal ini dengan
ditunjukkannya kedekatan nilai R2 dengan 1. Yang paling mendekati adalah orde 2. Jadi
penentuan orde reaksi antara hasil praktikum dengan literatur telah sesuai.
(a-x)
Grafk (a-x) dengan waktu
0.05
0.05
0.04
0.04
0.04
0.04
0.04
0.04
0.04
0.04
0.04
f(x) = − 0 x + 0.04
R² = 0.9
Linear ()
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
waktu
Grafk ln(a-x) dengan waktu
-4.95
-5 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
ln(a-x)
-5.05
-5.1
-5.15
f(x) = 0 x − 5.24
R² = 0.87
Linear ()
-5.2
-5.25
-5.3
-5.35
waktu
1/(a-x)
Grafk 1/(a-x) dengan waktu
22.9
22.8
22.7
22.6
22.5
22.4
22.3
22.2
22.1
22
21.9
f(x) = 0.01 x + 22.36
R² = 0.9
Linear ()
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
waktu
PEMBAHASAN
Pada percobaan ini dilakukan standarisasi antara larutan baku sekunder
dengan larutan baku primer. Larutan baku sekunder yang akan digunakan adalah
NaOH dan larutan baku primer asam oksalat. Larutan asam oksalat harus diketahui
konsentrasi terlebih dahulu, agar konsentrasi larutan baku sekundernya dapat
diketahui juga. Namun dalam percobaan yang kami lakukan sepertinya ada kesalahan
penimbangan asam oksalat, sehingga molaritas dari pengenceran asam oksalat dengan
akuades tidak diketaui. Dan juga kesalahan praktikan tidak mencatat hasil
penimbangan asam oksalat.
Berdasarkan hasil percobaan diketahui bahwa telah terjadi reaksi asam basa
antara asam oksalat sebagai asam lemah dan NaOH sebagai basa kuat. Kemudian
indikator yang digunakan yaitu fenophtalein (indikator PP). Indikator PP digunakan
karena tak berwarna dengan pH akan mempermudah praktikan dalam mengetahui
bahwa dalam proses sudah mencapai titik ekivalen. Perubahan yang terjadi pada
proses penitrasian ini adalah berubah menjadi warna merah yang konstan dari warna
asal mula bening. Perubahan warna ini terjadi karena telah tercapainya titik ekivalen.
Volume rata-rata NaOH yang digunakan pada saat titrasi adalah 40,75 mL.
Nilai konsentrasi NaOH setelah distandarisasi
M1 X V1 (Basa) = M2 X V2 (Asam)
M1 X V1 (NaOH) = M2 X V2 (Asam Oksalat)
M NaOH =
M NaOH =
M H 2C 2O 4 X V H 2C 2O 4
V NaOH
0,025 M X 10 ml
40 ,75 ml
= 0,00613 M
Dalam perhitungan yang menggunakan konsentrasi asam oksalat sebesar 0,025 M seperti
yang ada pada petunjuk praktikum, maka akan didapatkan konsentrasi NaOH yang sangat
kecil. Sehingga dapat dikatakan bahwa standarisasi larutan NaOH yang kami lakukan gagal
karena tidak ditemukannya konsentrasi dari NaOH secara baku.
Reaksi titrasi NaOH oleh asam oksalat:
H2C2O4 + 2 NaOH
Na2C2O4
+ 2H2O
Pada percobaan untuk menentukan volume NaOH pada saat t=0 dan pada saat
t tertentu, digunakan campuran antara larutan NaOH dengan etil asetat. Pada saat
terjadinya perncampuran perhitungan waktu dimulai. Larutan ini diambil sembanyak
10ml, yang kemudian dimasukkan dalam erlenmeyer yang berisikan HCl.
Penambahan HCl berfungsi untuk menetralkan campuran karena campuran bersifat
basa akibat kelebihan NaOH (ion OH-). Penetralan dapat mencegah terjadinya reaksi
lebih lanjut. Adapun persamaan reaksinya adalah:
NaOH (aq) + HCl (aq)
NaCl (aq) + H2O (l)
Kemudian ditetesi dengan indikator PP. Penambahan indikator PP digunakan
untuk mengatahui titik akhir titrasi yaitu titik dimana mol NaOH sama dengan mol
HCl yang ditandai dengan perubahan warna larutan dari bening menjadi merah muda.
Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat diketahui bahwa semakin lama
larutan NaOH dan etil asetat bercampur maka semakin banyak volume NaOH yang
digunakan untuk menetralkan HCl sisa. Dalam percobaan ini telah sesuai karena
semakin bertambahnya waktu makan semakin banyak larutan NaOH yang
ditambahkan.
Adapun reaksi yang terjadi akibat titrasi tersebut :
CH3COC2H5 + 2 NaOH
CH3COONa + C2H5OH + NaOH sisa
NaOH sisa + HCl
NaCl + HCl sisa
HCl sisa + NaOH
NaCl
Untuk menentukkan orde dan juga konstanta dari laju reaksi pada percobaan ini,
perlu adanya perhitungan untuk mencari mol NaoH, nilai x dan 1/(a-x) yang akan
digunakan untuk membuat grafik penentuan orde reaksi.
Untuk t=o
mmol NaOH sisa = mmol HCl awal – mmol HCl akhir
= M1.V1 – M2.V2
= 0,05.10 – 0,05.5 = 0,025
mmol NaOH = mmol HCl awal – mmol HCl akhir
= M1.V1 – mmol NaOH sisa
= 0,05.10 – 0,025 = 0,025
x = mmol NaOH/V NaOH = 0,025/50 = 0,25
1/(a-x) = 1/(0,05-0,25) = 2,2222
waktu
0
10
20
30
40
50
60
70
80
v NaOH
ditamb
5
5,5
5,6
5,7
5,8
5,9
6
6,1
6,15
mmol
NaOH sisa
0,25
0,225
0,22
0,215
0,21
0,205
0,2
0,195
0,1925
mmol NaOH yg
bereaksi
0,25
0,275
0,28
0,285
0,29
0,295
0,3
0,305
0,3075
M NaOH
yg beraksi
x
1/(a-c)
0,00500
0,00550
0,00560
0,00570
0,00580
0,00590
0,00600
0,00610
0,00615
0,005
0,0055
0,0056
0,0057
0,0058
0,0059
0,006
0,0061
0,00615
22,22222222
22,47191011
22,52252252
22,57336343
22,62443439
22,67573696
22,72727273
22,77904328
22,8050171
Jumlah mol NaOH pada reaksi ini semakin meningkat seiring dengan bertambahnya waktu
pada campuran NaOH dengan etil asetat. Hal tersebut karena laju reaksi merupakan fungsi
dari waktu sehingga pada saat t = 0 menit NaOH yang bereaksi dengan etil asetat masih
sedikit, semakin lama waktunya maka NaOH yang bereaksi dengan etil asetat semakin
banyak bahkan mungkin akan habis bereaksi. Jumlah mol NaOH yang bereaksi tersebut
dikonversikan menjadi konsentrasi.
Kemudian dari tabel tersebut dibuat grafik antara 1/(a-x) dengan waktu
1/(a-x)
Grafk 1/(a-x) dengan waktu
22.9
22.8
22.7
22.6
22.5
22.4
22.3
22.2
22.1
22
21.9
f(x) = 0.01 x + 22.36
R² = 0.9
Linear ()
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
waktu
Dgrafik ini menunjukkan bahwa orde reaksi dari percobaan ini adalah 2. Gradien dari grafik
tersebut adalah 0,0058 yang merupakan harga k dalam reaksi ini.
KESIMPULAN
1. Orde reaksi dari percobaan hidrolisis etil asetat ini adalah 2.
2. Nilai konstanta dari reaksi hidrolisi etil asetat adalah 0,0058 M-1 s-1
DAFTAR PUSTAKA
Oxtoby, David W. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern Edisi Keempat Jilid I. Erlangga:
Jakarta.
Suryani, Iis. 2011 Standarisasi larutan.
Basset, J, dkk. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. ECG, Jakarta.
LAMPIRAN
1. Laporan sementara
2. Tugas awal