Makalah Hukum Bisnis Hukum Perjanjian Kr

Makalah Hukum Bisnis
(Hukum Perjanjian Kredit)

Nama :
 Elvira Rezky Febriani
 Faradilla Novadina
 Farhan Ghifari
 Freshie Zahra
 Lukman Nul Hakim
 Hafiz Ibrahim

(1406549760)
(1406549634)
(1406549855)
(1406549861)

Kelompok : 1

i

A. PERJANJIAN KREDIT

A.1.

Pengertian Perjanjian Kredit

Perjanjian kredit merupakan perjanjian konsensuil antara Debitur dengan Kreditur (dalam
hal ini Bank) yang melahirkan hubungan hutang piutang, dimana Debitur berkewajiban
membayar kembali pinjaman yang diberikan oleh Kreditur, dengan berdasarkan syarat dan
kondisi yang telah disepakati oleh para pihak.
Dalam Buku III KUH Perdata tidak terdapat ketentuan yang khusus mengatur perihal
Perjanjian Kredit. Namun dengan berdasarkan asas kebebasan berkontrak, para pihak bebas
untuk menentukan isi dari perjanjian kredit sepanjang tidak bertentangan dengan undangundang, ketertiban umum, kesusilaan, dan kepatutan. Dengan disepakati dan ditandatanganinya
perjanjian kredit tersebut oleh para pihak, maka sejak detik itu perjanjian lahir dan mengikat para
pihak yang membuatnya sebagai undang-undang.

A.2.

Jenis Perjanjian Kredit

Dilihat dari pembuatannya, suatu perjanjian kredit dapat digolongkan menjadi:
1. Perjanjian Kredit Di bawah tangan,

yaitu perjanjian kredit yang dibuat oleh dan antara para pihak yang terlibat dalam
perjanjian kredit tersebut tanpa melibatkan pihak pejabat yang berwenang/Notaris.
Perjanjian Kredit Di bawah tangan ini terdiri dari:
1.
2.
3.

Perjanjian Kredit Di bawah tangan biasa;
Perjanjian Kredit Di bawah tangan yang dicatatkan di Kantor Notaris (Waarmerking);
Perjanjian Kredit Di bawah tangan yang ditandatangani di hadapan Notaris namun bukan
merupakan akta notarial (legalisasi).

2. Perjanjian Kredit Notariil
yaitu perjanjian yang dibuat dan ditandatangani oleh para pihak di hadapan Notaris.
Perjanjian Notariil merupakan akta yang bersifat otentik (dibuat oleh dan di hadapan pejabat
yang berwenang/Notaris)
Uraian mengenai bentuk perjanjian di bawah tangan atau otentik telah dibahas dengan lebih
terperinci dalam butir C BAB III di muka.
1


A.3.

Struktur Perjanjian Kredit

Suatu perjanjian kredit pada umumnya terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut:
1.
Kepala/Judul
2.
Komparisi
Komparisi adalah bagian dari perjanjian kredit yang memuat keterangan identitas para pihak.
1.
Premis
Premis merupakan bagian dari akta yang berisi uraian yang memuat alasan-alasan atau dasar
pertimbangan para pihak dalam membuat perjanjian kredit. Dalam premis dimuat hal-hal atau
pokok-pokok pikiran yang merupakan konstalasi fakta-fakta secara singkat dan yang
menggerakkan para pihak untuk mengadakan perjanjian kredit.
1.
Batang Tubuh
Batang tubuh berisikan hal-hal yang disetujui oleh para pihak, berupa klausula-klausula, baik
klausula hukum maupun klausula komersial yang berkaitan dengan pemberian fasilitas kredit.

1.
Kolom Tanda tangan (Signature Page)
Kolom tanda tangan berisikan tanda tangan para pihak pembuat perjanjian.

A.4. Isi Perjanjian Kredit
Pada umumnya isi klausula yang tercantum dalam perjanjian kredit dapat digolongkan
menjadi 2 (dua) bagian, yaitu:
1. Klausula Hukum (Legal Clauses)

Klausula Hukum adalah klausula yang berisikan ketentuan-ketentuan hukum yang biasanya
berlaku untuk pemberian fasilitas kredit. Termasuk dalam klausula ini antara lain seperti klausula
perlindungan Bank, Debet Rekening, Condition Precedent, Pernyataan daan Jaminan
(Representation and Warranties), Covenant dan lain-lain.
2. Klausula Komersial (Commercial Clauses)

Klausula Komersial adalah klausula yang berkaitan dengan aspek komersial dalam
pemberian fasilitas kredit, seperti jenis fasilitas kredit, jumlah fasilitas kredit, jangka waktu
kredit, ketentuan pembayaran besarnya angsuran, ketentuan tentang denda dan bunga, asuransi,
dan lain-lain.


2

B. Jaminan Perorangan (inmateril) Jaminan Kebendaan (materil)
1. Perorangan
2. Badan Hukum
- Bank (Bank Garansi)
- Asuransi (Surety bond)
1. Benda Bergerak
- Gadai (Pasal 1150 – 1160 Bw)
- Fidusia (UU No. 42 Tahun 1999)
2. Benda Tidak Bergerak
- Hak Tanggungan (UU No. 4 tahun 1996)
- Hipotek (Pasal 1162 – 1168 BW)
• Pesawat Udara (UU No.1/2009 tentang Penerbangan Udara
• Kapal Laut (UU No 17 tahun 2008 tentang Pelayaran
- Fidusia (UU No. 42 Tahun 1999)
Asas-Asas Kebendaan
1. Droit de Suite : siapa saja yang menguasai benda bergerak dianggap sebagai pemiliknya
2. Bersifat memaksa/tertutup
3. Bersifat mutlak

4. Droit de preverent : didahulukan pembayarannya dibanding utang lainnya
5. Accesoir : sebagai tambahan dari perjanjian pokok (pasal 1754 BW)
6. Publisitas : pendaftaran
7. Spesialitas (bersifat khusus)
8. Nemoplus : seseorang tidak boleh memberikan lebih dari apa yang dimilikinya
9. Totaliteit (keseluruhan)
10. Membedakan benda bergerak dan tidak bergerak
Pentingnya Pembedaan benda bergerak dan tidak bergerak :
1. Penyerahannya
2. Penjaminannya
3. Kepemilikannya
4. Daluwarsa
5. Penyitaan
3

B.1. Lapangan Hukum Jaminan:
1. Jaminan yang lahir karena UU, Perjanjian (pasal 1131 BW)
2. Jaminan umum dan khusus
- Jaminan Umum adalah seorang kreditur yang terikat atas jaminan yang bersifat umum dengan
sendirinya ia bersifat konkuren

- Jaminan Khusus adalah jaminan dimana kreditur menguasai benda jaminan yang dengan
sendirinya mempunyai kedudukan preverent
3. Jaminan kebendaan dan jaminan perorangan (pasal 1820 -1850 BW)
4. Jaminan benda bergerak (gadai dan fidusia) dan benda tidak bergerak (hak tanggungan dan
hipotek)
5. Jaminan menguasai bendanya dan tidak menguasai bendanya

B.2. Jaminan Benda Bergerak
1. Gadai
Dasar Hukumnya : Pasal 1150 – 1160 BW dan PP 103 tahun 2000 tentang Perusahaan
Umum Pegadaian
Objek Gadai
Objek gadai adalah benda bergerak (benda bergerak berwujud dan tidak berwujud)
Pengecualian Objek Gadai :
1. Barang milik negara
2. Surat utang, surat efek dan surat berharga lainnya
3. Hewan yang hidup dan tanaman
4. Segala makanan dan benda yang mudah busuk
5. Benda yang kotor
6. Benda yang untuk menguasai dan memindahkannya membutuhkan izin

7. Barang yang karena ukurannya yang besar tidak dapat disimpan dalam pegadaian
8. Barang yang berbau busuk dan mudah merusakkan barang lain jika ditempatkan bersamasama
Bentuk dan Substansi Perjanjian Gadai
Perjanjian gadai harus dibuktikan dengan alat yang diperkenankan untuk membuktikan
perjanjian pokoknya (Pasal 1151 BW). Perjanjian gadai dapat dilakukan dalam bentuk perjanjian
tertulis (akta dibawah tangan dan akta otentik) sebagaimana dengan perjanjian pokoknya yaitu
perjanjian pemberian kredit.

4

Jangka Waktu Gadai
Pada prinsipnya jangka waktu gadai tidak berubah, yaitu 15 hari dan maksimum 120 hari.
Yang mengalami perubahan adalah besarnya uang pinjaman, sewa modal dan maksimum sewa
modal. Semakin besar jumlah uang pinjaman maka semakin besar sewa modalnya begitupun
sebaliknya.
Hapusnya Gadai
Dalam Pasal 1152 BW ditentukan 2 cara hapusnya hak gadai, yaitu :
1) Barang gadai itu hapus dari kekuasaan pemegang gadai, dan
2) Hilangnya barang gadai atau dilepaskan dari kekuasaan penerima gadai surat bukti kredit
Hapusnya Hak Gadai :

1) Hapusnya perjanjian pokok yang dijamin dengan gadai
2) Terlepasnya benda gadai dari kekuasaan penerima gadai
3) Musnahnya barang gadai
4) Dilepaskannya benda gadai secara sukarela
5) Percampuran (penerima gadai menjadi pemilik benda gadai)

Eksekusi Gadai
Dilakukan apabila yang debitor lalai melunasi hutangnya, maka pemegang gadai berhak
untuk menjual bendanya dengan melakukan pelelangan dan mengambil pelunasannya.

B.3. Fidusia
Dasar Hukumnya : Undang-Undang Nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia

Subjek dan Objek Fidusia
Subjek dari jaminan fidusia adalah pemberi fidusia (orang perorangan atau korporasi
pemilik benda yang menjadi objek jaminan fidusia) dan penerima fidusia (orang perorangan atau
korporasi yang mempunyai piutang yang pembayarannya dijamin dengan jaminan fidusia
- Objek Jaminan Fidusia :
1) Benda bergerak, baik yang berwujud maupun tidak berwujud
2) Benda tidak bergerak, khususnya bangunan yang tidak dibebani hak tanggungan

5

4 (empat ) tahap terjadinya perjanjian fidusia :
1. Perjanjian pinjam meminjam uang
2. Pembebanan
3. Penyerahan kembali dari kreditur kepada debitor
4. Pendaftaran
Pembebanan dan Substansi Jaminan Fidusia
Pembebanan jaminan fidusia dilakukan dengan :
1) Dibuat dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia
2) Utang yang pelunasannya dijaminkan dengan jaminan fidusia adalah :
a. Utang yang telah ada
b. Utang yang akan timbul dikemudian hari yang telah diperjanjikan dalam jumlah tertentu
c. Utang yang pada utang eksekusi dapat ditentukan jumlahnya berdasarkan perjanjian pokok
yang menimbulkan kewajiban memenuhi suatu prestasi
d. Jaminan fidusia dapat diberikan kepada lebih dari satu penerima fidusia atau kepada kuasa
atau wakil dari penerima fidusia
e. Jaminan fidusia dapat diberikan terhadap satu atau lebih satuan atau jenis benda termasuk
piutang, baik yang telah ada pada saat jaminan diberikan maupun yang diperoleh kemudian.
Pembebanan jaminan atas benda atau piutang yang diperoleh kemudian tidak perlu

dilakukan dengan perjanjian jaminan tersendiri kecuali diperjanjikan lain, seperti :
 Jaminan fidusia meliputi hasil dari benda yang menjadi objek jaminan fidusia
 Jaminan fidusia meliputi klaim asuransi, dalam hal benda yang menjadi objek jaminan fidusia
diasuransikan.
Substansi akta pembebanan fidusia meliputi :
1) Tanggal dibuatnya akta pembebanan fidusia
2) Para pihak, yaitu pemberi dan penerima fidusia
3) Objek fidusia, objek ini tetap berada pada pemberi fidusia
4) Asuransi objek fidusia
5) Pendaftaran fidusia
6) Perselisihan
7) Biaya pembuatan akta, biasanya dibebankan kepada pemberi fidusia
8) Saksi-saksi
9) Tanda tangan para pihak
6

Pendaftaran Fidusia
Pendaftaran Fidusia diatur dalam Pasal 11-18 UU No. 42 tahun 1999 tentang jaminan
fidusia dan PP No. 86 Tahun 2000. Tentang tata cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya
Pembuatan Akte Jaminan Fidusia. Hal hal yang diatur antara lain: Pendaftaran Fidusia, tata cara
perbaikan sertifikat, pencoretan pendaftaran dan penggantian sertifikat.
Tujuan pendaftaran Fidusia adalah:
1. Untuk memberikan kepastian hukum kepada para pihak yang berkepentingan.
2. Memberikan hak yang didahulukan (freferen) kepada penerima fidusia terhadap kreditur yang
lain. Ini disebabkan jaminan fidusia memberikan hak kepada penerima fidusia untuk tetap
menguasai bendanya yang menjadi obyek jaminan fidusia berdasarkan kepercayaan.
Konsekuensi bagi Fidusia yang tidak didaftarkan tidak memiliki kekuatan eksekutorial,
posisinya konkuren.
Pengalihan Fidusia
Diatur dalam Pasal 19 – 24 Undang-Undang Nomor 42 tahun 1999 tentang Jaminan
Fidusia. Yang dimaksud dengan mengalihkan antara lain termasuk dengan menjual atau
menyewakan dalam rangka kegiatan usahanya. Pengalihan hak atas utang dengan jaminan
fidusia dapat dialihkan oleh penerima fidusia kepada fidusia baru (kreditor baru).
Pemberi fidusia dilarang untuk mengalihkan atau menggadaikan atau menyewakan
kepada pihak lain benda yang menjadi objek jaminan fidusia, karena jaminan fidusia dalam
tangan siapapun benda tersebut berada. Pengecualian dari ketentuan ini adalah bahwa pemberi
fidusia dapat mengalihkan atas benda persediaan yang menjadi objek jaminan fidusia.
Hapusnya dan Roya Jaminan Fidusia
Ada tiga sebab hapusnya jaminan fidusia :
1. Hapusnya utang yang dijamin dengan fidusia. Yang dimaksud dengan hapusnya utang adalah
antara lain karena pelunasan dan bukti hapusnya hutang berupa keterangan yang dibuat kreditur.
2. Pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh penerima fidusia
3. Musnahnya barang yang menjadi objek jaminan fidusia. Musnahnya benda jaminan fidusia
tidak menghapuskan klaim asuransi.
Hak Mendahului
Diatur dalam Pasal 27 – 28 UU No. 42/1999 tentang Jaminan Fidusia. Yang dimaksud dengan
7

hak mendahului adalah hak penerima fidusia untuk mengambil pelunasan utangnya atas hasil
eksekusi benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Tetapi apabila benda yang sama dijadikan
objek jaminan fidusia lebih dari satu jaminan, maka hak yang didahulukan diberikan kepada
pihak yang lebih dahulu mendaftarkannya kepada Kantor Pendaftaran Fidusia.
Eksekusi Jaminan Fidusia
Diatur dalam Pasal 29 – 34 UU No. 42/1999 tentang Jaminan Fidusia. Yang dimaksud
dengan eksekusi jaminan fidusia adalah penyitaan dan penjualan benda yang menjadi objek
jaminan fidusia. Penyebab timbulnya eksekusi adalah karena debitur (pemberi fidusia) cidera
janji atau tidak memenuhi prestasinya tepat pada waktunya kepada penerima fidusia, walaupun
mereka telah diberikan somasi.
Ada 3 cara eksekusi benda jaminan fidusia, yaitu :
1) Pelaksanaan title eksekutorial oleh penerima fidusia. Yaitu, tulisan yang mengandung
pelaksanaan putusan pengadilan, yang memberikan dasar untuk penyitaan dan lelang sita tanpa
perantaraan hakim.
2) Pelaksanaan parate eksekusi adalah penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas
kekuasaan penerima fidusia sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan
piutangnya dari hasil penjualan.
3) Penjualan dibawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan pembeli dan penerima
fidusia jika dengan cara demikian dapat diperoleh harga yang tertinggi yang menguntungkan
para pihak.
Ada 2 (dua) janji yang dilarang dalam pelaksanaan eksekusi objek jaminan fidusia, yaitu :
1. Janji melaksanakan eksekusi terhadap benda yang menjadi objek jaminan fidusia dengan cara
yang bertentangan dengan pasal 29 UU No.42/1999.
2. Janji yang memberi kewenangan kepada penerima fidusia untuk memiliki benda yang
menjadi objek jaminan fidusia apabila debitur cidera janji.
Kedua macam perjanjian tersebut adalah batal demi hukum. Artinya bahwa dari semula
perjanjian itu dianggap tidak ada.
Perbedaan Antara Fidusia dan Gadai
Pada fidusia objek jaminan tetap dikuasai oleh debitur sedangkan pada gadai objek
jaminan dikuasai oleh kreditur, debitur akan mengalihkan kepemilikan atas suatu benda kepada
krediturnya sebagai jaminan atas utangnya dengan kesepakatan bahwa debitur akan tetap
menguasai secara fisik benda tersebut dan kreditur akan mengalihkan kembali kepemilikan
8

tersebut kepada debitur bilamana utangnya sudah dibayar lunas.
Jaminan Benda Tidak Bergerak
1. Hak Tanggungan
Dasar Hukumnya : Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1999 tentang Hak Tanggungan
Asas-Asas Hak Tanggungan
1) Mempunyai kedudukan yang diutamakan bagi kreditur pemegang hak tanggungan (droit de
frefent)
2) Tidak dapat dibagi-bagi
3) Hanya dibebankan pada hak atas tanah yang telah ada
4) Dapat dibebankan selain tanah juga benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah tersebut.
5) Dapat dibebankan atas benda lain yang berkaitan dengan tanah yang baru akan ada
dikemudian hari, dengan syarat diperjanjikan secara tegas.
6) Sifat perjanjiannya adalah accesoir (tambahan)
7) Dapat dijadikan jamian untuk utang yang baru akan ada
8) Dapat menjamin lebih dari satu utang
9) Mengikuti objek dalam tangan siapapun objek itu berada (droit de suite)
10) Tidak diletakkan sita oleh pengadilan
11) Hanya dapat dibebankan atas tanah tertentu (spesialitas)
12) Wajib didaftarkan (publisitas)
13) Pelaksanaan eksekusi mudah dan pasti
14) Dapat dibebankan dengan disertai janji-janji tertentu.
Subjek dan Objek Hak Tanggungan
Yang menjadi subjek hukum dalam pembebanan hak tanggungan adalah pemberi hak
tanggungan (dapat perorangan atau badan hukum) dan pemegang hak tanggungan (dapat
perorangan atau badan hukum dengan kedudukan sebagai pihak yang berpiutang).
Yang menjadi objek dalam pembebanan hak tanggungan adalah setiap hak atas tanah dengan
syarat-syarat sebagai berikut :
1) Dapat dinilai dengan uang
2) Termasuk hak yang didaftar dalam daftar umum, karena harus memenuhi syarat publisitas
3) Mempunyai sifat dapat dipindahtangankan, karena apabila debitur cidera janji, benda yang
dijadikan jaminan utang akan dijual dimuka umum.
4) Memerlukan penunjukan dengan undang-undang
9

Ada 5 jenis hak atas tanah yang dapat dijadikan jaminan dengan hak tanggungan, yaitu :
1) Hak Milik
2) Hak Guna Usaha
3) Hak Guna Bangunan
4) Hak Pakai, baik hak milik maupun hak atas negara
5) Hak atas tanah berikut bangunan, tanaman, dan hasil karya yang telah ada atau akan ada
merupakan suatu kesatuan dengan tanah tersebut.
Proses Terjadinya Hak Tanggungan
1) Dimulai dari perjanjian kredit diikuti dengan HPHT (bilamana belum didaftar maka diikuti
dengan SKMHT)
2) Pendaftaran
Manakala Hak Tanggungan tidak didaftar maka ada sanksi yang dikenakan :
1. Sanksi Administrasi
2. Sanksi Perdata
3. Sanksi Pidana

Peralihan Hak Tanggungan
Pada dasarnya hak tanggungan dapat dialihkan kepada pihak lainnya, diatur dalam pasal
16 – 17 UU No. 4/1996 tentang Hak Tanggungan. Peralihan hak tanggungan dapat dilakukan
dengan cara :
1. Cessi
Yaitu perbuatan hukum mengalihkan piutang oleh kreditur pemegang hak tanggungan
kepada pihak lainnya. Cessi harus dilakukan dengan akta otentik dan akta dibawah tangan.
2. Subrogasi
Yaitu penggantian kreditur oleh pihak ketiga yang melunasi utang debitur
3. Pewarisan
4. Sebab-sebab lainnya
Hapusnya Hak Tanggungan
Ada 4 sebab hapusnya hak tanggungan yaitu :
1. Hapusnya utang yang dijamin dengan hak tanggungan
2. Dilepaskan hak tanggungan oleh pemegang hak tanggungan
3. Pembersihan hak tanggungan berdasarkan penetapan peringkat oleh Ketua Pengadilan Negeri
10

B.4. Hapusnya hak atas tanah yang dibebani hak tanggungan
Eksekusi Hak Tanggungan
Ada 3 cara eksekusi dalam hak tanggungan, yaitu :
1) Pelaksanaan title eksekutorial oleh penerima fidusia. Yaitu, tulisan yang mengandung
pelaksanaan putusan pengadilan, yang memberikan dasar untuk penyitaan dan lelang sita tanpa
perantaraan hakim.
2) Pelaksanaan parate eksekusi adalah penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas
kekuasaan penerima fidusia sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan
piutangnya dari hasil penjualan.
3) Penjualan dibawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan pembeli dan penerima
fidusia jika dengan cara demikian dapat diperoleh harga yang tertinggi yang menguntungkan
para pihak.
2. Hipotek
Hipotik adalah suatu hak kebendaan atas barang-barang tidak bergerak, untuk mengambil
penggantian dari padanya bagi pelunasan suatu perikatan (Pasal 1162 KUH Perdata).
Objek Hipotik :
Objeknya adalah benda tidak bergerak (tetap). Sebelum berlakunya UUPA, objek hipotik
juga meliputi hak atas tanah dan segala sesuatu di atas tanah tersebut (asas accessie). Setelah
berlakunya UUPA, hipotik masih tetap berlaku terhadap hak atas tanah beserta segala sesuatu
yang berlaku atas tanah.
Selama UU mengenai HT tsb dalam Pasal 51 UUPA belum terbentuk, maka yang berlaku
ialah ketentuan mengenai hipotik tersebut dalam KUHPerd. Setelah berlaku UUHT, maka
hipotik atas tanah dinyatakan tidak berlaku lagi
Subjek Hipotik :
hipotik hanya dapat diletakkan/ dipasang oleh orang yang dapat
mengoperkan/memindahtangankan benda jaminan (Pasal 1168 KUHPerdata).
Asas-asas Hipotik :
Asas openbaarheid atau publisitas yaitu pembebenan hipotik dilakukan secara otentik
dengan bantuan seorang pejabat umum, kemudian di daftarkan agar setiap orang yang
berkepentingan mengetahui;
11

- Asas specialiteit yaitu dalam pembebanan hipotik ada penunjukan secara khusus benda tertentu
milik debitur atau penjamin pihak ketiga yang dibebani hipotik;
- Asas ondeelbaarheid atau hipotik tidak dapat dibagi-bagi yaitu pembebanan hipotik atas
seluruh objek yang dibebani di mana pembayaran sebagian utang tidak menghapus sebagian
beban hipotik.
Kapal sebagai Jaminan Hipotik diatur dalam Pasal 314 KUHD.
Jaminan Perorangan (borgtocht) (Pasal 1820 – 1850 BW)
1. Unsur-Unsur Jaminan Perorangan :
• Mempunyai hubungan langsung pada orang tertentu
• Hanya dapat dipertahankan pada debitur tertentu
• Terhadap harta kekayaan debitur umumnya
2. Jenis-Jenis Jaminan Perorangan
• Penanggung (borg) adalah penanggung menjadi penjamin terhadap debitor dikarenakan karena
adanya persamaan kepentingan ekonomi. Kedudukannya konkuren karena dia hanya terikat pada
apa yang diperjanjikan oleh penanggung.
• Tanggung-menanggung (tanggung renteng)
• Akibat hak dari tanggung renteng pasif
• Perjanjian garansi

12