World Conference on Creative Economy (WCCE) 2018

  Vol. 11. Oktober 2018

  William Tanuwijaya Teknologi Menjadi Solusi Permasalahan Ketimpangan

  Agung Sentausa Lewat Akatara Mencetak Pebisnis Film Andal

  Ilhamia Nuantika Siasat Mengembangkan Produk Lokal

  Eko Supriyanto Mengangkat Dunia Tari sebagai Alat Diplomasi Negara

  World Conference on Creative Economy (WCCE) 2018 Inclusively Creative

  Vol. 11. Oktober 2018 William Tanuwijaya Teknologi Menjadi Solusi Permasalahan Ketimpangan Agung Sentausa Lewat Akatara Mencetak Pebisnis Film Andal Ilhamia Nuantika Siasat Mengembangkan Produk Lokal Eko Supriyanto Mengangkat Dunia Tari sebagai Alat Diplomasi Negara World Conference on Creative Economy (WCCE) 2018 Inclusively Creative 10-11

  | P R O F I L MENDORONG PEMERATAAN EKONOMI DIGITAL William Tanuwijaya membangun marketplace yang menghubungkan penjual dan pembeli dari seluruh nusantara, menyelesaikan masalah ketimpangan peluang dan kepercayaan

  02

  03

  D A F T A R I S I

ILHAMIA NUANTIKA

WCCE, KREATIVITAS TANPA BATAS

  C O V E R S T O R Y WCCE 2018 Foto: Dok. Bekraf D o k. E k osD an ce C o m p an y/E k o Cr o zh er

  LEWAT AKATARA MENCETAK PEBISNIS FILM ANDAL

  16-17 | P R O F I L

  Desainer interior peserta IKKON Bekraf 2018 ini mendulang inspirasi untuk berkarya dari pantai-pantai Belitung yang indah.

  INSPIRASI TAK TERBATAS DARI ALAM BELITUNG

  14-15 | P R O F I L

  D o kum en ta si R et as

  D o kum en ta si R et as

  18 | G A L E R I F O T O

  RANGKUL RATUSAN RIBU PELAKU KREATIF LOKAL

  12-13 | P R O F I L

  Untuk menyongsong kehadiran era revolusi industri keempat dan perkembangan ekonomi kreatif, Indonesia melalui Bekraf berinisiatif menggelar World Conference on Creative Economy (WCCE) pada 6-8 November 2018 di Nusa Dua, Bali. Ini adalah forum mengenai ekonomi kreatif yang pertama kalinya diadakan di dunia dengan tema “Inclusively Creative”.

  04-07 | W A C A N A

AGUNG SENTAUSA

  MENGANGKAT DUNIA TARI SEBAGAI ALAT DIPLOMASI NEGARA

  08-09 | P R O F I L EKO SUPRIYANTO

MUHAMMAD FAJRIN RASYID

  E D I T O R I A L Dekade terakhir kita telah

  WCCE, menyaksikan perkembangan ekonomi kreatif sangat pesat,

  Inisiatif dengan kontribusi yang sangat signifikan terhadap ekonomi

  Indonesia dunia. Di Indonesia, ekonomi pada Dunia kreatif telah menyumbangkan hampir seribu triliun rupiah untuk Jadikan kepada PDB, menyerap sekitar 17 juta tenaga kerja dengan

  Ekonomi ekspor lebih dari US$20 miliar.

  Melihat besarnya potensi ini, Badan Kreatif sebagai

  Ekonomi Kreatif (Bekraf) telah menetapkan visi untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu Solusi Atasi pemain utama sektor ekraf di tingkat dunia. Ketimpangan

  Pemerintah Indonesia percaya, inilah saat yang dan Tantangan tepat untuk menyelenggarakan Konferensi Ekonomi Kreatif (World Conference on Creative

  Ekonomi Global Economy) di Bali pada 6-8 November 2018.

  Penyelenggaraan WCCE diharapkan akan mendorong terciptanya kerangka internasional Bekraf bagi kerja sama seluruh pemangku kepentingan menetapkan visi ekraf antarnegara, antarlembaga dan antarpelaku untuk menjadikan di seluruh dunia. WCCE juga diharapkan akan

  Indonesia sebagai menjadi sarana untuk mempromosikan ide pemain utama atau konsep produk kreatif dari seluruh dunia, sektor ekraf di dan menghasilkan komitmen bersama (dalam tingkat dunia. bentuk deklarasi) untuk memajukan ekraf sebagai salah satu isu utama pada tataran Perserikatan Bangsa- Bangsa.

  Triawan Munaf Kepala Badan Ekonomi Kreatif Indonesia

  Badan Ekonomi Kreatif adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang bertanggungjawab di bidang ekonomi kreatif dengan enam belas subsektor.

  Konsultan Email Twitter Kantor info@bekraf.go.id @bekrafid Gedung Kementerian BUMN, Lt 15, 17, 18 www.bekraf.go.id Jl. Merdeka Selatan No. 13, Jakarta Pusat - 10110.

  04

05 W A C A N A

  biasa disebut revolusi industri 4.0 ditandai dengan semakin samarnya batas antara dunia digital, fisik, dan biologis.

  Sebagai hasilnya, perlahan tapi pasti, kegiatan industri konvensional mengalami transformasi menjadi industri digital. Salah satu lini industri yang menanggapi kemajuan di bidang teknologi ini dengan sangat baik adalah sektor industri kreatif. Pesatnya perkembangan teknologi kian menyuburkan pertumbuhan industri kreatif yang berakibat pula pada meningkatnya pendapatan dari sektor-sektor kreatif. Berdasarkan riset, 11 sektor industri kreatif (yaitu terdiri atas televisi, seni visual, koran & majalah, periklanan, arsitektur, buku, seni pertunjukan, gaming, film, musik,

  o

  dan radio) berhasil mencetak

  m o n

  pendapatan setidaknya 2.250 miliar USD dan telah mempekerjakan 29,5

  yo Pur et

  juta orang di seluruh dunia (Ernst

  o S k o

  & Young, 2015). Angka ini setara

  si:: J ra

  dengan 3% PDB (Produk Domestik

  st u Il

  Bruto) dunia dan 1% dari populasi aktif dunia. Menurut lembaga United

WCCE DAN KREATIVITAS

  Nation Conference on Trade and Development (UNCTAD),

TANPA BATAS

  badan PBB yang menangani isu perdagangan, investasi, dan pembangunan, perkembangan di

  “Saya meyakini, masa depan Indonesia akan ada di

  bidang produksi barang kreatif dan

  industri kerajinan atau industri kreatif. Ini saya yakini.”

  jasa telah meningkat 134% dalam —Presiden Joko Widodo, 2017 rentang tahun 2003 hingga 2011. Pada 2012, industri hiburan saja berhasil menyumbang 2,2 triliun

  Setiap zaman hadir dengan untuk menciptakan produk USD bagi ekonomi dunia atau setara karakteristik dan tantangan panen unggulan adalah beberapa dengan 230% ekspor minyak dari masing-masing. Kemajuan wujud penerapannya. negara-negara OPEC pada tahun teknologi yang amat pesat yang sama! beberapa tahun belakangan ini Inilah yang disebut sebagai era membawa banyak perubahan revolusi industri keempat oleh EKSKLUSIF JADI INKLUSIF di berbagai bidang kehidupan, Klaus Schwab, ekonom ternama asal Untuk menyongsong kehadiran tak terkecuali di bidang industri. Jerman yang merupakan pendiri era revolusi industri keempat dan Kemunculan superkomputer, serta ketua eksekutif di World perkembangan ekonomi kreatif robot pintar, sistem navigasi Economic Forum, dalam bukunya inilah, Indonesia melalui Bekraf berbasis internet, kendaraan tanpa The Fourth Industrial Revolution. berinisiatif menggelar World awak, serta rekayasa genetika Revolusi industri keempat atau Conference on Creative Economy menari karena sudah sadar tentang kegiatan ekonomi kreatif dan bahwa mereka bisa memetik pendapatan dari sana.

  Kembali ke WCCE, selain dihadiri oleh para pelaku kreatif dalam negeri dan mancanegara, konferensi ini juga akan dihadiri oleh perwakilan dari pemerintah sebagai pembuat kebijakan dari banyak negara. Hal ini, menurut Ricky Joseph Pesik, Wakil Kepala Bekraf, karena belum banyak negara yang siap menghadapi revolusi industri keempat. Dari segi kebijakan, peraturan tentang industri kreatif belum menjadi mainstream bagi mayoritas negara di dunia. “Padahal, kita sudah akan sepenuhnya berada di era industri kreatif. Artinya ada kebutuhan segera agar para pengambil kebijakan mengubah paradigma mereka dalam menyusun peraturan. Untuk itulah, WCCE menjadi penting. Ini akan menjadi semacam forum awal bagi kita untuk menyadari bersama-sama betapa industri kreatif memerlukan dukungan kebijakan yang lebih progresif di setiap negara, termasuk di Indonesia,” jelas Ricky.

  Ketidaksiapan para pembuat kebijakan tersebut, salah satunya adalah karena akselerasi industri kreatif yang terjadi amat cepat. Di Indonesia saja misalnya, beberapa tahun yang lalu tak ada yang menyangka bahwa sekarang kita bisa memesan transportasi, mengirim barang, menyewa rumah, dan sebagainya, melalui aplikasi. Ada pula sosok YouTuber dan infl uencer dari media sosial yang mendapatkan penghasilan tinggi dari aktivitasnya di dunia maya.

  “Fenomena baru ini bukan hanya terjadi di Indonesia. Di Nigeria kini muncul industri fi lm “Nollywood” yang berawal dari kegiatan merekam menggunakan ponsel. (WCCE) pada 6-8 November 2018 di Nusa Dua, Bali. Ini adalah forum mengenai ekonomi kreatif yang pertama kalinya diadakan di dunia. Konferensi bertema “Inclusively Creative” ini akan dihadiri oleh perwakilan dari 52 negara untuk berdiskusi, berbagi inspirasi, serta saling bertukar kiat menghadapi tantangan. “Jadi WCCE berangkat dari kesadaran semua negara bahwa saat ini, ekonomi digital memunculkan era baru dalam berbisnis, terutama dalam bisnis kreatif. Dari yang sifatnya eksklusif menjadi inklusif. Jika sebelumnya hanya bisa dilakukan oleh kalangan tertentu yang punya modal besar, kini semua orang bisa menjalankan usaha dengan modal kreativitas. Itulah asal muasal tema Inclusively Creative yang menjadi sorotan dalam WCCE kali ini,” jelas Endah Wahyu Sulistianti, Deputi Hubungan Antar Lembaga dan Wilayah, Bekraf.

  Keberadaan internet memang punya andil besar pada pergeseran karakteristik berbisnis, dari eksklusif menjadi inklusif. Salah satu bukti yang mudah diamati adalah kian banyaknya pengusaha kecil yang memasarkan produk mereka ke situs marketplace, seperti Tokopedia. Menurut William Tanuwijaya, pendiri Tokopedia, ketersediaan jalur distribusi memang menjadi salah satu tantangan terbesar brand lokal dalam berbisnis. Tanpa memiliki jalur distribusi yang jelas, mereka akan kesulitan memasarkan produknya kepada konsumen.

  “Jalur distribusi ini biasanya sangat mahal, sehingga sulit dipenuhi oleh pengusaha yang tak didukung modal besar. Coba lihat di mal- mal besar, sulit ditemukan brand lokal karena terbentur persoalan kekuatan menyewa lokasi premium. Ini menyulitkan pengusaha lokal bertemu calon pembeli. Tokopedia mengakomodasi transaksi antara penjual dan pembeli di Indonesia.

  Dengan model seperti ini, brand lokal punya kesempatan untuk bersaing dengan brand global,” tutur William yang juga didaulat menjadi salah seorang pembicara di WCCE.

  Bukan hanya dalam kegiatan niaga, inklusivitas juga tampak dalam upaya masyarakat di pelosok menciptakan nilai tambah dan peluang ekonomi dari kegiatan sehari-hari. Seperti yang dilakukan Eko Supriyanto, penari dan koreografer yang terjun ke Jailolo, Maluku Utara. Bersama warga, Eko mengolah tarian kontemporer Cry Jailolo dan Bala-Bala yang didasari tari Cakalele, yaitu tarian perang setempat. Tarian kontemporer tersebut sukses dan banyak diminta untuk dipentaskan di mancanegara. Imbasnya kini, banyak warga ikut

  

WCCE adalah inisiatif

pemerintah Indonesia

yang sangat bagus dan

tepat. Bagus, karena sektor

kreatif Indonesia sangat

kuat dan memiliki peluang

konkret sebagai penggerak

perekonomian. Tepat, karena

sektor kreatif merupakan

softpower” yang bisa

memberi sumbangsih

bagi pergaulan dan

perdamaian dunia.

  

—Candra Darusman

(Deputi Direktur organisasi World

Intellectual Property Organization

(WIPO) Biro Singapura) common ground. Sebenarnya apa sih, pekerjaan rumah terbesar negara-negara ini dalam hal ini? Dalam WCCE, kita akan mencoba merumuskan dan mencari solusinya, supaya kelak, ketika industri kreatif ini betul-betul sudah melesat, semua tatanan kebijakan yang ada sudah benar-benar mampu mendukung perkembangannya. Sekarang kan, pemerintah masih mereka-reka bentuknya seperti apa,” jelas Endah. Untuk menyamakan visi serta menajamkan poin-poin yang akan dibahas, telah digelar sejumlah pertemuan inisiasi menjelang WCCE. Yang pertama di Bandung pada 5-7 Desember 2017 dan kedua di Jakarta pada 2-4 Mei 2018. Dalam pertemuan yang dihadiri oleh lebih dari 100 perwakilan dari 52 negara, terdiri dari instansi pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan organisasi internasional tersebut, disepakati lima isu utama yang akan dibahas dalam pertemuan WCCE mendatang, yaitu tentang kohesi sosial, regulasi, pemasaran, ekosistem, dan pendanaan. “Melalui pertemuan-pertemuan awal tersebut disepakati bahwa forum tentang ekonomi kreatif itu memang perlu dibentuk selekasnya, ketika semua negara sedang bebenah dan mencari bentuk yang tepat. Momennya ekonomi kreatif itu tahun 2018 ini. Tahun depan mungkin sudah ada bentuk-bentuk usaha kreatif baru yang memerlukan dukungan sejumlah kebijakan baru pula,” kata Endah. Tidak ada yang menyangka bahwa kegiatan ini bisa jadi booming. Pemerintah setempat juga tidak sadar bahwa itu bisa menjadi sumber pemasukan besar bagi negara. Hak intelektualnya ada di tangan siapa? Cara menetapkan pajaknya, bagaimana? Karena segala sesuatunya belum jelas, maka belum ada kebijakan yang pas untuk diterapkan pada usaha kreatif,” tutur Endah.

  Seluk-beluk industri kreatif juga bukan sekadar persoalan internal yang dihadapi setiap negara, tetapi memasuki wilayah lintas negara. Ambil contoh Google dan Facebook yang berasal dari Amerika, namun bisa diakses oleh semua penduduk dunia (kecuali China yang memblokir kedua situs tersebut). Tanpa peraturan yang jelas mengenai penerapan pajak insentif, pemerintah akan kehilangan sumber pendapatan negara dari kedua raksasa teknologi tersebut. Meski sudah menjadi persoalan lintas negara, kesepakatan mengenai pengembangan ekonomi kreatif belum dimiliki oleh negara- negara di dunia. Masalah ini belum menjadi perhatian khusus, terutama di organisasi PBB. Selama ini, perkara ekonomi kreatif baru sampai dibahas di UNESCO dan UNCTAD (United Nations Conference on Trade and Development). UNCTAD juga merupakan salah satu organisasi internasional yang mendukung penyelenggaraan WCCE.

  Tidak berhenti pada persoalan pajak, masih banyak sektor lain yang perlu dibahas terkait dengan perkembangan ekonomi kreatif. Perkara hak cipta atau hak intelektual, pendanaan, distribusi, etika bisnis, hukum, dan sebagainya, juga tak kalah penting dicari rumusannya agar ruang gerak dan iklim pertumbuhan ekonomi kreatif senantiasa sehat.

  Candra Darusman, Deputi Direktur organisasi World Intellectual Property Organization (WIPO) Biro Singapura, menyatakan bahwa perkara hak cipta memang perlu menjadi salah satu prioritas dalam memajukan industri kreatif. WIPO merupakan salah satu organisasi dunia yang mendukung acara WCCE. “Sektor industri kreatif yang dilandasi kerangka hukum atau sistem hak cipta, perlu terus digunakan secara seimbang bagi kemajuan ekonomi dan eksistensi budaya suatu negara. WCCE adalah inisiatif pemerintah Indonesia yang sangat bagus dan tepat. Bagus, karena sektor kreatif Indonesia sangat kuat dan memiliki peluang konkret sebagai penggerak perekonomian. Tepat, karena sektor kreatif merupakan “softpower” yang bisa memberi sumbangsih bagi pergaulan dan perdamaian dunia,” paparnya.

  Beberapa negara seperti Amerika, Inggris, dan Prancis, sudah memiliki peta yang lebih rapi tentang bentuk kebijakan yang cocok diterapkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi industri kreatif. Begitu pula dengan Korea Selatan dan Jepang yang terkenal dengan produk K-Pop, J-Pop, seri drama, komik, dan film animasinya. Sayangnya, masih banyak negara lain di dunia yang baru mulai merintis menuju pembangunan ekonomi kreatif, sehingga belum memiliki kesiapan dari segi regulasi dan sebagainya.

  “Itu sebabnya, dalam ajang WCCE ini kita akan mencari sebuah

  WCCE menjadi penting, karena akan menjadi forum awal bagi kita untuk menyadari betapa industri kreatif memerlukan dukungan kebijakan yang lebih progresif di setiap negara, termasuk di Indonesia.

  —Ricky Pesik (Wakil Kepala Bekraf)

  07

06 W A C A N A

  Itu sebabnya, nama-nama pembicara yang akan memberikan presentasi di konferensi WCCE juga terdiri atas orang-orang yang memiliki visi mengenai tren yang akan terjadi di masa depan. Mereka terdiri atas pelaku kreatif swasta, akademisi, serta pebisnis yang memiliki keahlian dan pengalaman sendiri di bidangnya, sehingga bisa melihat dan mengkalkulasikan tantangan apa saja yang kelak dihadapi. Tak kurang, akan ada perwakilan dari Marvel Studios dan Lego yang akan hadir sebagai pembicara di WCCE. Dari dalam negeri akan ada perwakilan dari Tokopedia dan Go-Jek. Rencananya, pada tanggal 6, konferensi akan diawali dengan pertemuan tim kecil yang disebut Friends of Creative Economy (FCE), untuk merumuskan sejumlah poin rekomendasi berdasarkan pertemuan awal yang sudah diadakan di Bandung dan Jakarta. Poin-poin tersebut akan dideklarasikan pada hari ketiga. Konferensi besarnya sendiri akan dimulai pada hari kedua, yaitu tanggal 7 November, dibuka oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo.

  Seperti apa acara konferensi yang akan digelar? Singkirkan jauh- jauh gambaran acara seminar dan diskusi panel yang membosankan, karena format acaranya dirancang dengan konsep sebuah acara hiburan. Para pembicara yang tampil akan diperlakukan seperti seorang rock star. Nantinya tidak akan ada moderator, karena acara akan dipandu oleh seorang DJ (Disk Jockey).

  Selama acara berlangsung, pengunjung juga bisa singgah ke Creative Village, yang merupakan sebuah gelaran pameran interaktif, yang terdiri dari peserta lokal dan internasional. Display pameran akan dibagi berdasarkan tema, mulai

  

WCCE berangkat dari

kesadaran semua negara

bahwa saat ini, ekonomi

digital memunculkan era

baru dalam berbisnis,

terutama dalam bisnis

kreatif. Dari yang sifatnya

eksklusif menjadi inklusif.

  

—Endah Wahyu Sulistianti

(Deputi Hubungan Antar

Lembaga dan Wilayah, Bekraf)

  dari film, musik, sosial budaya, dan intelektual. Menariknya, di sini juga tersedia 4 ruangan meeting pods berkapasitas 100 orang, yang bisa digunakan untuk bermacam kegiatan, mulai dari business meeting, workshop, seminar, screening film, dan sebagainya.

  Diperkirakan, akan ada sekitar 800-1000 pengunjung yang akan menghadiri WCCE. Sebanyak 200 di antaranya merupakan perwakilan dari pemerintah negara-negara dunia. Animo masyarakat, baik dalam skala nasional maupun mancanegara terhadap acara ini memang terbilang tinggi, bahkan sebelum waktu pendaftaran diumumkan ke publik. Terlebih, organisasi UNCTAD juga ikut meng-endorse acara ini pada situs resminya.

  Respons yang masuk ke Bekraf terkait WCCE pun mengalir deras. Bahkan, menurut Joshua Puji Simandjuntak, Deputi Pemasaran Bekraf, yang mengikuti side events General Assembly meetings UN- GA (General Assembly), New York, dunia yang diwakili oleh PBB menyambut baik soal WCCE ini. "PBB memiliki intensi yang sangat positif untuk mengangkat isu ekonomi kreatif ke level dunia sebagai salah satu solusi menghadapi tantangan permasalahan ekonomi dan kemudian Indonesia sebagai mitra perkembangan sektor ekonomi kreatif," jelas Joshua. Banyak negara, mulai dari Rumania hingga Prancis, ingin mengirim perwakilan dari negaranya untuk berbicara di forum ini. Polandia ingin mengirim salah seorang menterinya, Rusia menawarkan walikota di Siberia untuk bicara tentang inklusivitas. Kolombia ingin mengirim Felipe Buitrago,penulis buku Orange Economy yang membahas tentang ekonomi kreatif. Hasil yang diharapkan dari konferensi ini adalah keluarnya rekomendasi dari forum WCCE yang bisa membuat PBB mengeluarkan resolusi terkait ekonomi kreatif. Jika resolusi PBB keluar, maka ekonomi kreatif akan menjadi salah satu pusat perhatian negara-negara di dunia dan masuk ke dalam agenda pembangunan mereka. Seluruh dunia akan sadar bahwa ekonomi kreatif ini penting untuk menciptakan kemandirian ekonomi, karena sumber daya alam di mana-mana semakin menipis. "Yang membanggakan, Indonesia nanti diproyeksikan sebagai leader di level dunia bersama dengan PBB untuk aspek ekonomi kreatif," ujar Joshua.

  Dari bertemunya para pelaku kreatif di ajang WCCE, Bekraf juga berharap akan muncul kolaborasi. Baik kerjasama antara sesama pemilik bisnis, antara pemilik bisnis dan pemerintah, ataupun kerjasama antar pemerintah.

  “Bagi Indonesia, ajang WCCE juga berperan sebagai media promosi untuk mengangkat produk kreatif Indonesia ke tingkat dunia. “Kita kan senang kalau Indonesia punya sesuatu yang digandrungi orang sedunia, seperti Korsel dengan K-Pop-nya. Siapa tahu nanti orang sedunia juga akan senang nyanyi dangdut dan doyan makan soto,” tutup Endah.

  ■ P R O F I L

  09

08 Meski awalnya terjun ke dunia

  tari karena terpaksa, kini nama Eko berkibar sebagai seniman dengan sejumlah penghargaan internasional.

  Eko Supriyanto MENGANGKAT DUNIA TARI SEBAGAI ALAT DIPLOMASI NEGARA

  Sejak kecil, Eko Supriyanto diharuskan ayahnya untuk berlatih tari dan pencak silat ketika keluarganya bermukim di Magelang. Ia berlatih tari dan silat dari sang kakek, Djojoprayitno, yang merupakan penari wayang orang Sri Wedari tahun 1960-an.

  Awalnya, Eko kurang sreg, karena tari kerap dianggap lebih cocok untuk perempuan. Ia bahkan sempat mogok menari selama beberapa waktu. Namun, saat duduk di bangku SMA, pria kelahiran

  Akhirnya, setelah lulus SMA, Eko pun mantap melanjutkan kuliah di Institut Seni Indonesia (ISI), Solo. Di situlah, ia mengenal aneka ragam jenis tarian dari berbagai penjuru Indonesia, selain yang sudah lebih populer seperti tarian Jawa dan Bali. Di luar kampus, pria yang kini menjadi dosen tetap di ISI ini, berguru pada seniman Suprapto Suryodarmo dan Sardono W. Kusumo.

  Mulai membuat koreografi sejak masih berstatus mahasiswa, sudah banyak karya tari yang dihasilkan Eko hingga kini. Setelah sukses menangani koreografi upacara pembukaan dan penutupan Asian Games 2018, pria yang sempat melanjutkan studi di University of California, Los Angeles, ini tengah disibukkan oleh 3 proyek besar.

  26 November 1970 ini kembali menekuni dunia tari sebagai pilihan aktivitas ekstrakurikuler. “Waktu itu pilihan ekstrakurikuler yang tersedia hanya tari, basket dan sepak bola. Basket kan tidak mungkin, karena postur tubuh saya pendek. Sepak bola tidak suka, karena ya mosok ada segitu banyak orang, semuanya hanya lari-lari mengejar satu bola, ha-ha- ha...,” kenangnya. Saat kembali menekuni dunia tari, Eko merasa seperti membuka pintu menuju kehidupan baru. Dengan menari, ia bisa mendapat banyak teman dan berkesempatan mengunjungi banyak tempat tanpa keluar biaya sama sekali. Pengalaman itu membuat pria yang lahir di Astambul, Kalimantan Selatan, ini semakin mencintai dunia tari.

  D o k. E k osD an ce C o m p an y/E k o Cr o zh er

  F o to: W it ja k W id hi C ah ya

TIGA PROYEK BESAR

  Proyek pertama adalah tari Likuray dari Belu, Atambua, Nusa Tenggara Timur. Temanya adalah Body as the Borders, yang akan melibatkan 3 penari dari Belu dan 2 penari dari Timor Leste. Rencananya, pertunjukan perdana tarian ini akan dilakukan di Jerman, Belgia dan Taiwan pada tahun 2020. Proyek kedua adalah tari kolaborasi dengan sipir-sipir penjara anak di Campbelltown, Sydney, Australia. Koreografi ini diikuti oleh 5 orang sipir. Pada tahun 2019 nanti, Eko dan timnya akan memulai tur pentas di seluruh penjara anak-anak Australia.

  Yang terakhir adalah kelanjutan dari tur pementasan tari yang sudah berjalan sejak tahun 2012, yaitu tur tarian trilogi Cry Jailolo, Balabala, dan Salt. Ini adalah koreografi tari kontemporer yang terinspirasi dari tari perang Cakalele. Dalam proyek ini, Eko melibatkan penari-penari dari Jailolo, Maluku Utara. Menjadi profesional di bidang tari, Eko mengakui bukannya tanpa tantangan. Selain stigma orang mengenai dunia tari sebagai dunia perempuan, tantangan

  “Tarian bukan hanya sebagai wujud kreativitas, tetapi bisa menjadi alat diplomasi dan informasi. Suatu negara bisa membuktikan ketangguhan diri dan peradabannya melalui budaya. Saya tertantang untuk bisa terus melakukannya,” tegas Eko. Tur tari trilogi dari Jailolo adalah salah satu upaya Eko untuk membuktikannya. Dunia Internasional awalnya tidak tahu ada di mana Jailolo, karena Indonesia Timur sama sekali belum terjamah. Tapi kini, melalui presentasi budaya tari, nama Jailolo pun berkibar di mancanegara. “Di Jailolo, saya seperti menemukan mutiara terpendam. Tarian itu awalnya berasal dari tari ritual perang. Tapi ide yang saya gagas dalam koreografi baru adalah mengenai kehancuran terumbu karang, di mana orang awam bisa memahaminya. Itu salah satu contoh saja. Selain itu masih ada banyak lagi local colour yang bisa diaplikasikan menjadi karya yang sifatnya universal,” terang koreografer yang punya nama julukan “Eko Pece” sejak masa kuliah ini.

  Dalam menggali kreativitas dan menggarap proyek tarian, Eko mengaku banyak mendapat dukungan dari pemerintah dan organisasi terkait. Untuk proyek tarian trilogi Jailolo misalnya, ia mendapat dukungan penuh dari pemerintah daerah, terutama Bupati Halmahera. “Saya mungkin termasuk yang beruntung karena mendapatkan banyak dukungan. Tetapi masih banyak rekan seniman lain yang memerlukan dukungan pula dalam berkarya. Barangkali ke depannya, pemerintah pusat bisa merangkul pemerintah daerah agar bisa mengembangkan seni tari sekaligus para seniman di daerahnya masing- masing,” Eko berharap.

  ■

  lainnya adalah membuktikan bahwa aktivitas menari dapat dijalani secara profesional dan bisa menghasilkan nilai ekonomi. Hebatnya, ia berhasil menaklukkan kedua hal tersebut dengan kerja keras selama bertahun-tahun. Kini, pria yang pernah dipercaya Madonna menjadi penata tari untuk salah satu rangkaian tur dunianya tersebut, bertekad menjawab tantangan selanjutnya, yaitu menjadikan seni tari sebagai alat diplomasi sekaligus promosi negara.

  Tarian bukan hanya sebagai wujud kreativitas, tetapi bisa menjadi alat diplomasi dan informasi. Suatu negara bisa membuktikan ketangguhan diri dan peradabannya melalui budaya. Saya tertantang untuk bisa terus melakukannya.

  —Eko Supriyanto D o k. E k osD an ce C o m p an y/E k o Cr o zh er

  F o to: W it ja k W id hi C ah ya

  10

11 P R O F I L

  William Tanuwijaya MENDORONG PEMERATAAN EKONOMI DIGITAL LEWAT TOKOPEDIA

  Kegelisahannya melihat ketimpangan di masyarakat dalam mendapatkan akses terhadap produk dan layanan, menghasilkan Tokopedia, marketplace as yang menghubungkan et penjual dan pembeli dari si R ta en seluruh nusantara. kum o D

  William Tanuwijaya mungkin satu “Saya melihat teknologi, terutama ventura, ia pun bertekad melakukan dari sedikit pengusaha yang berhasil internet, dapat menjadi solusi hal sama. Awalnya, banyak investor membangun bisnis tanpa modal, permasalahan ketimpangan ini. Lalu, yang menyangsikan serta bersikap selain sebuah ide besar dan kejelian terpikirlah ide untuk membangun pesimis terhadap idenya tersebut. melihat peluang. William melihat marketplace yang menghubungkan Butuh waktu dua tahun meyakinkan banyak potensi yang tersimpan di penjual dan pembeli dari seluruh investor, hingga akhirnya Tokopedia negara tercinta ini. Namun, karena nusantara, menyelesaikan masalah bisa mulai tahun 2009. infrastruktur yang belum merata, ketimpangan peluang dan akses untuk mendapatkan akses kepercayaan,” terang pria yang Saat membangun Tokopedia, salah produk dan layanan pun tidak sempat bekerja sebagai penjaga satu perwakilan Young Global Leaders merata. Masyarakat di kota kecil warnet ini. di 2016 World Economic Forum dan pedalaman harus pindah ke ini menganggap jika E-commerce kota besar untuk mendapatkan Namun, untuk membangun sebuah di Indonesia memiliki model bisnis kesempatan dan peluang yang perusahaan tentunya memiliki yang beragam. Namun, Tokopedia lebih besar. Demikian juga akses modal yang besar. Terinspirasi bukanlah online retailer yang terhadap produk dan layanan. Tidak dari anak muda di Silicon Valley menjual produk langsung kepada jarang masyarakat di kota kecil yang mampu membangun industri penggunanya. Tokopedia adalah harus membayar lebih dibanding baru lewat internet dan mencari marketplace yang menjadi wadah masyarakat di kota besar. permodalan dari pemodal-pemodal bertemunya penjual dan pembeli.

  Pemerataan Ekonomi

  “Marketplace mengenal beberapa model bisnis. Ada yang mengakomodasi cross- border transaction, menerima penjual dari berbagai belahan dunia dan mengakomodasi transaksi impor secara langsung kepada penggunanya. Namun, Tokopedia fokus pada misinya mendorong pemerataan ekonomi secara digital, dengan cara hanya menerima penjual yang berdomisili di Indonesia, dan hanya mengakomodasi transaksi antara penjual domestik dengan pengguna yang berdomisili di Indonesia. Dengan model seperti ini, brand lokal punya kesempatan untuk bersaing dengan brand global,” tutur William.

  William menambahkan bahwa sebelum kehadiran marketplace seperti Tokopedia, tantangan terbesar brand lokal yang memiliki produk bagus adalah membangun jalur distribusi untuk memasarkan produk. Jalur distribusi ini biasanya sangat mahal. Coba lihat di mal besar, sulit ditemukan brand lokal karena terbentur persoalan kekuatan menyewa lokasi premium. Mereka mesti bersaing dengan brand global yang punya kekuatan modal lebih besar.

  “Kehadiran marketplace memungkinkan setiap brand Indonesia bahkan brand baru, dapat langsung memasarkan produk dan mendapatkan akses langsung ke ratusan juta calon pembeli di seluruh Indonesia.” Tahun ini, Tokopedia meluncurkan inisiatif baru, MAKERFEST, festival yang bertujuan menemukan brand masa depan Indonesia. Bekerjasama dengan Bekraf, Kemenkominfo, Kementerian Perdagangan, serta Kementerian Perindustrian, tujuan MAKERFEST adalah menemukan para maker (produsen lokal) dan memastikan mereka tidak berhenti di level UMKM, tapi bisa naik kelas menjadi industri dan menjadi brand-brand masa depan Indonesia di panggung dunia. Sebagai pelopor penggerak digital ekonomi, Tokopedia akan didaulat sebagai salah satu pembicara dalam WCCE.

  “Tentunya sebuah kebanggaan untuk Tokopedia dapat mewakili Indonesia dalam sektor ekonomi kreatif di konferensi tingkat dunia, dan semoga bisa membawa kebanggaan untuk Indonesia. Presentasi yang akan di-share di forum ini adalah isu dan tantangannya dalam dunia kreatif,” ucap pengusaha kelahiran 18 November 1981 ini. Pebisnis muda lulusan Universitas Bina Nusantara tahun 2003 ini selalu percaya bahwa masyarakat adalah regulator tertinggi. Dalam hitungan detik, setiap pengguna dapat beralih ke aplikasi lain sekiranya kecewa terhadap layanan salah satu aplikasi.

  “Kepercayaan dari pengguna adalah hal paling utama dalam menjalankan bisnis. Sementara dari sisi pemerintah, regulasi yang tepat adalah regulasi yang sifatnya light touch policy, dan safe harbor policy, mengingat untuk bisnis teknologi, perubahan model bisnis dan teknologi terjadi sangat cepat sehingga policy yang diatur pun sifatnya harus dalam ranah prinsipal sehingga cukup fleksibel dalam memberikan ruang inovasi untuk akomodasi perubahan model bisnis yang cepat.” Ditambahkan William, pelaku industri kreatif Indonesia sangat beruntung karena pemerintah Indonesia saat ini benar-benar mendukung pertumbuhan sektor teknologi dan ekonomi kreatif mulai dari komitmen dan visi Presiden Jokowi di tahun 2015, dukungan Bekraf, dan berbagai kementerian terkait. “Termasuk di WCCE ini, salah satu perusahaan yang diberikan kesempatan mewakili sektor ekonomi kreatif adalah perusahaan rintisan teknologi asal negeri sendiri, seperti Tokopedia. Pemerintah benar-benar merangkul teknologi dan industri kreatif sebagai harapan agar Indonesia bisa leap frog ikut berpartisipasi aktif dalam Revolusi Industri 4.0.”

  ■ D o kum en ta si R et as

  

Kehadiran marketplace

memungkinkan setiap brand

Indonesia bahkan brand baru,

dapat langsung memasarkan

produk dan mendapatkan akses

langsung ke ratusan juta calon

pembeli di seluruh Indonesia.

  

—William Tanuwijaya

(Tokopedia)

  12

13 P R O F I L

  Muhammad Fajrin Rasyid RANGKUL RATUSAN RIBU PELAKU KREATIF LOKAL Konsisten mendorong kemajuan UKM, Bukalapak terus menghadirkan inovasi dengan mengadopsi teknologi.

  Sebagai salah satu marketplace terbesar di Indonesia, Bukalapak kerap hadir dengan inovasi, baik lewat fitur maupun program menarik yang khas lokal, sebut saja Nego Cincai, Ambil Sendiri, Badai Uang dan Badai Rumpi.

  Muhamad Fajrin Rasyid, Co- Founder dan President Bukalapak, mengungkapkan sejak awal, cita-cita marketplace ini memang ingin menjadi wadah bagi pelaku UMKM, yang sebagian besar adalah pelaku kreatif lokal. Diharapkan, dengan fitur dan program yang menarik, orang akan tertarik berkunjung dan membeli produk yang ditawarkan pelapak- sebutan untuk UMKM yang berjualan di Bukalapak. “Komitmen kami adalah meningkatkan kesejahteraan pelaku UMKM dengan membantu pemasaran mereka melalui pemanfaatan platform digital,” katanya.

  Bukalapak mendapat rating tertinggi dibanding aplikasi lain di platform publik seperti googlestore atau playstore.

  Sebagai pelaku bisnis, bukan tak mungkin Bukalapak menemukan tantangan. “Yang utama, bagaimana meyakinkan UMKM supaya mau menggunakan Bukalapak dan bagaimana menemukan talent baru terbaik di bidang teknologi,” ungkapnya. Sebagai bagian dari pelaku industri kreatif, menurut Fajrin masih banyak pekerjaan rumah yang perlu dibenahi untuk mendorong pertumbuhan industri kreatif di Indonesia. Karenanya, Bukalapak sangat mendukung kegiatan World Conference on Creative Economy (WCCE) 2018 yang akan berlangsung di Bali, 6-8 November 2018. “Pertama, event ini bagus bagi pelaku bisnis untuk menunjukkan karyanya. Kedua, bisa menjadi sarana interaksi satu sama lain antar pelaku ekonomi kreatif,” jelas pria asal Pekalongan ini.

  Menurut Fajrin, konferensi ini bisa menjadi ajang pemerintah untuk mengenalkan industri kreatif Indonesia ke negara lain, sekaligus memacu pertumbuhan lebih cepat.

  Ke depannya, Fajrin berharap, pemerintah terus berkomunikasi dengan para pemain industri terkait, supaya regulasi yang ada bisa mendukung industri berkembang lebih baik.

  “Regulasi saat ini mendukung pertumbuhan ekonomi kreatif. Semoga komunikasi dengan pemerintah ke depannya terus berjalan, supaya regulasi yang mungkin muncul ke depannya tidak menghambat pertumbuhan industri,” harapnya.

  ■

Kami ingin memajukan

ekonomi Indonesia,

khususnya ekonomi kecil dan

menengah. Dalam perjalanan

waktu, kami banyak

membantu UKM untuk

lebih maju dalam berbisnis

berbasis digital.

  

—Muhamad Fajrin Rasyid

(Co-Founder dan President

Bukalapak)

  Bukalapak secara konsisten memberikan pembekalan kepada perwakilan komunitas dari setiap kota untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitas mereka dalam hal berbisnis online. Saat ini komunitas Bukalapak tersebar di 80 kota di Indonesia.

  Selain itu, bentuk konsistensi Bukalapak dalam mendukung produk lokal adalah dengan mengapresiasi para pelapak produk lokal. “Caranya dengan memberikan penghargaan kepada mereka. Dan, kami tidak membuat pasar barang impor baru,” ujarnya.” Lebih lanjut Fajrin mengatakan agar kualitas barang yang dijual terjamin, Bukalapak melakukan kurasi pada produk-produk yang dijual pelapak.

  “Untuk memastikan proses kurasi lancar, Bukalapak juga menyiapkan sistem yang secara otomatis memfilter produk-produk yang dijual para pelapak,” jelas Fajrin. Fajrin juga mengatakan bahwa dalam mengembangkan Bukalapak, ia dan tim mengandalkan inovasi dan kreativitas, salah satunya dengan merambah ke offline. Selain itu, semaksimal mungkin mendengar kebutuhan dari pelanggan. Dengan dua hal tersebut, tidak mengherankan jika aplikasi

  Awalnya tidak mudah mendapat kepercayaan dari pelaku UMKM, yang sebagian dari mereka tidak begitu akrab dengan teknologi digital. Seringkali ia bersama tim harus jemput bola ke pedagang. “Saat itu, kami tak hanya meminta para penjual untuk membuka lapak di aplikasi kami, tapi juga meminta izin untuk meng-upload barang mereka di Bukalapak,” tutur. pria lulusan Teknik Informatika ITB pada tahun 2004 ini. Diakui Fajrin tidak mudah meyakinkan penjual atau pun investor untuk masuk ke marketplace yang ia bangun besama kawan-kawannya itu. Namun, berkat kegigihan dan inovasi yang tiada henti, Bukalapak menuai hasil seperti sekarang ini.

  Kini, sekitar 8 tahun berjalan, Bukalapak telah memiliki 35 juta pengguna aktif setiap bulannya.

  Jumlah pelapak yang bergabung di Bukalapak juga mencapai ratusan ribu. Tahun ini, Bukalapak mengumumkan posisinya sebagai Unicorn keempat di Indonesia. Istilah Unicorn merujuk pada startup dengan valuasi mencapai USD 1 miliar atau setara dengan Rp14,2 triliun.

MENDORONG KEMAJUAN UMKM

  Meski sudah berkembang sangat pesat, Fajrin mengungkapkan, visi yang dipegang oleh Bukalapak tak berubah, yaitu meningkatkan kesejahteraan para pelaku UMKM. Upaya Bukalapak untuk mendorong kemajuan UMKM adalah dengan selalu melakukan pembinaan pada pelapak-pelapak, khususnya yang tergabung dalam komunitas Bukalapak. Melalui pembinaan ini, Bukalapak ingin menaikkan kelas para pelapak, baik secara kualitas maupun kecepatan pengiriman agar tidak mengecewakan pembeli .

  D o kum en ta si R et as

  14

15 P R O F I L

  adi b ri si P ta en kum o D

  “IKKON Belitung kami namai

  Ilhamia Nuantika

  Kelayang. Produknya ada Kelayang Fashion, Kelayang Home Decoration, Kelayang Merchandise,

INSPIRASI TAK TERBATAS

  Kelayang Media, dan Kelayang Service Design,” tutur lulusan

DARI ALAM BELITUNG

  Desain Interior ITB yang punya hobi traveling ini.

  Belitung bukan hanya punya pantai-pantai yang indah, tetapi

  Bersama perajin batik Sepiak

  juga potensi alam dan budaya melimpah yang bisa diolah

  Belitong, Kelayang Fashion menjadi aneka kerajinan bermutu tinggi. menghasilkan eksplorasi teknik batik brush dan batik tulis untuk koleksi resort wear. Ada pula

  Sebelum buku Laskar Pelangi karya granit yang unik, serta tradisi perhiasan yang terbuat dari keramik Andrea Hirata meledak, tak banyak makan Bedulang—makan bersama dengan kombinasi logam, kulit, orang melirik Belitung sebagai dari satu nampan bertutup tudung dan benang untuk dikombinasikan tempat persinggahan. Namun kini, saji, yang dilakukan secara turun- dengan busana resort wear. Dari nama Belitung harum sebagai salah temurun oleh keluarga setempat. lini Kelayang Merchandise, ada topi satu destinasi wisata impian yang pantai, tas, dan sandal rumah dari memiliki kekayaan alam melimpah Semua itu dituangkan oleh Ilhamia— anyaman lais dan mengkuang—jenis dan sumber inspirasi yang tak yang biasa disapa Tika, bersama pandan lokal Belitung. ada habisnya. anggota tim IKKON lainnya ke dalam produk kerajinan Kelayang. Tika sendiri fokus pada rancangan Ilhamia Nuantika, desainer interior Kelayang adalah buah kolaborasi tim pernak-pernik interior, sesuai peserta IKKON Bekraf 2018

  IKKON bersama dengan masyarakat dengan latar belakang keahliannya. misalnya, mendulang inspirasi dan perajin lokal. Nama Kelayang Tema yang diangkat adalah Summer untuk berkarya dari pantai-pantai sendiri diambil dari nama salah satu Living Collection. Perajin lokal yang Belitung yang indah, bebatuan pantai cantik di Belitung. biasa merajut lambak—kain yang tersendiri ketika bekerja bersama dengan perajin lokal. “Mereka orangnya asyik, senang mencoba hal-hal baru dan punya rasa ingin tahu serta semangat yang tinggi. Karena bersemangat, pekerjaan jadi cepat selesai dan hasilnya juga bagus. Kami juga saling bertukar ilmu, terutama tentang teknik membuat kerajinan yang berangkat dari kearifan lokal,” jelasnya.

  

Isu ekonomi kreatif dan

kolaborasi juga masih asing

di telinga para perajin lokal,

sehingga mereka kurang

tanggap menangkap peluang

dan karya yang dihasilkan

kurang berkembang.

  

—Ilhamia Nuantika

(peserta IKKON Bekraf 2018)

  diletakkan di atas tudung saji, diajak merajut sarung bantal dan pelapis meja. Terinspirasi dari tekstur batu granit, Tika bersama tim IKKON dan perajin lokal membuat vas, tempat lilin, lampu, dan aneka produk lainnya dari bahan keramik.

  Keramik memang dijadikan bahan baku utama pembuatan aneka produk Kelayang, karena tanah Belitung—terutama di daerah bekas tambang timah, kaya kandungan kaolin yang merupakan bahan baku pembuatan keramik. Di Belitung bahkan ada danau kaolin dengan tanah berwarna putih bagai salju, yang populer sebagai tempat swafoto. Memanfaatkan potensi material lokal dan mengolahnya bersama dengan tim IKKON yang memiliki latar belakang disiplin ilmu berbeda- beda, merupakan pengalaman berharga bagi Tika. Demikian pula interaksinya dengan perajin lokal dan masyarakat setempat. Menurutnya, ada keseruan

  Sebelum kedatangan tim IKKON, para perajin sebenarnya sudah memiliki komunitas serta brand untuk produknya masing-masing. Sayangnya, desain produk yang dihasilkan masih amat sederhana dan kurang inovasi. Karenanya, dukungan dari pemerintah dan komunitas terkait amat diharapkan agar masyarakat setempat bisa terus menghasilkan karya berkualitas dan mampu mencukupi kebutuhan hidup mereka. Pasalnya, Tika dan timnya juga sempat menemukan tantangan berupa ketersediaan barang-barang penunjang yang terpaksa harus didatangkan dari Jakarta, karena tak tersedia di Belitung.

  Itu sebabnya, rencana Bekraf menggelar World Conference on Creative Economy (WCCE) 2018, disambut gembira oleh Tika. “Semoga hasil dari konferensi ini bisa lebih mengangkat potensi kearifan lokal dalam memajukan ekonomi kreatif,” Tika berharap.

  ■ D o kum en ta si P ri b adi

D

o

kum

en

ta

si P

ri

b

adi

  D o kum en ta si P ri b adi

BAHAN BAKU KERAMIK

  Agung Sentausa dikenal sebagai sutradara film, video musik, iklan dan dokumenter. Film debutnya, Garasi (2005) diputar di banyak festival film internasional. Saat ini Agung menjadi Ketua Fasilitasi Pembiayaan Film Badan Perfilman Indonesia. Pada tahun 2017, BPI menjalin kerjasama dengan Bekraf menginisiasi Akatara. Akatara adalah kerja sama antara Badan Perfilman Indonesia dan Bekraf yang diwujudkan dalam bentuk program-program yang bertindak sebagai partner strategis dalam merancang dan mendesain program-program yang berkaitan dengan industri film dalam jangka pendek maupun panjang. Di awal kerja samanya, ada 10 proyek film yang mendapat kesepakatan awal investasi. “Tahun ini, bulan Januari, sudah diproduksi 1 film, yaitu produksi Visinema yang pembiayaannya didukung oleh Ideosource. Ideosource menjadi ventura kapital film pertama yang mendukung Akatara dan ada beberapa proyek yang juga mereka komit untuk pembiayaan di tahap lain selain tahap produksi film,” terang Sugeng. Akatara kedua berlangsung September yang tanggal

  Agung Sentausa LEWAT AKATARA MENCETAK PEBISNIS FILM ANDAL Diinisiasi tahun 2017, Akatara memiliki misi mencetak film entrepreneur yang berkelas internasional.

  film, atau digital platform film yang memang terbukti memiliki demand tinggi. Pembagian dari keseluruhan proposal yang masuk adalah 60 proposal non produksi film seperti kursus atau festival film, dan sekitar 280 adalah pembuat film yang terdiri dari pembuat film panjang, pendek, fiksi, dokumenter, animasi bahkan series.

  Menurut Agung, kesempatan seperti ini sangat penting, karena infrastruktur perfilman di Indonesia belum lengkap dan seimbang. Diperlukan ekosistem yang seimbang termasuk area pendidikan, distribusi, marketing, dan promosi.

  “Tahun ini, Akatara juga mulai melibatkan sumber pembiayaan perbankan seperti BNI, BNI Syariah, BCA, dan Mandiri Institute yang diharapkan bisa berinteraksi dengan pemilik proposal yang tidak hanya pembuat film tetapi juga pembuat sekolah atau kursus film atau festival film,” jelas Agung.

  Lebih lanjut, Agung menjelaskan jika target Akatara 2018 adalah menemukan bibit-bibit film entrepreneur atau pebisnis film.