Makalah teori akuntansii laptop inovatif

TEORI AKUNTANSI
DAN
PEMAHAMAN SASARAN TEORI AKUNTANSI

Pendahuluan
Akuntansi didefinisikan sebagai seperangkat pengetahuan karena wilayah materi dan
kegiatan cukup luas

dan dalam serta telah membentuk kesatuan pengetahuan yang

terdokumentasi secara sistematis dalam bentuk literatur akuntansi. Akuntansi sebagai
kegiatan penyedia jasa mengisyaratkan bahwa akuntansi yang akhirnya harus diterapkan
untuk merancang dan menyediakan jasa berupa informasi keuangan harus bermanfaat untuk
kepentingan sosial dan ekonomik negara tempat akuntansi diterapkan (to be useful in making
economic decision). Karena karakteristik informasi yang dihasilkan akuntansi akan sangat
bergantung pada lingkungan tempat akuntansi akan diterapkan, akuntansi sebagai
seperangkat pengetahuan tentunya akan membahas berbagai konsep dan alternatif serta
implikasinya dalam berbagai kondisi lingkungan (Suwardjono, 2005: 10).
Awal perkembangan teori akuntansi menghasilkan teori normatif yang didefinisikan sebagai
teori yang mengharuskan. Pendekatan klasikal yang lebih menitikberatkan pada pemikiran
normatif mengalami kejayaannya pada tahun 1960-an, tetapi dalam tahun 1970-an terjadi

pergeseran pendekatan dalam penelitian akuntansi. Alasan yang mendasari pergeseran ini
adalah bahwa pendekatan normatif yang telah berjaya selama satu dekade tidak dapat
menghasilkan teori akuntansi yang siap dipakai didalam praktek sehari-hari. Design sistem
akuntansi yang dihasilkan dari penelitian normatif dalam kenyataannya tidak dipakai dalam
praktek. Sebagai akibatnya muncul anjuran untuk memahami secara deskriptif berfungsinya
sistem akuntansi didalam praktek nyata (Januarti, 2004).
Pengertian teori akuntansi sangat bergantung pada kesepakatan tentang pengertian akuntansi
sebagai suatu displin ilmu pengetahuan. Akuntansi dapat dipandang sebagai sains dan ilmu
pengetahuan. Bila akuntansi dipandang sebagi sains, akuntansi bertujuan mendapatkan
kebenaran atau validitas penjelasan tentang fenomena akuntansi dengan menerapkan metode

ilmiah. Teori akuntansi berkepentingan untuk menghasilkan pernyataan-pernyataan umum
sebagai penjelasan parkatik akuntansi (Suwardjono, 2005:39).
Bila akuntansi dipandang sebagai teknologi, akuntansi merupakan teknologi perangkat lunak
yang harus dipelajari dan dikembangkan untuk mencapai tujuan sosial tertentu. Adanya
tujuan sosial yang hendak dicapai oleh akuntansi menjadikan teori akuntansi banyak
membahas pertimbangan nilai (value judgment) (Suwardjono, 2007:39).
Atas dasar sasaran yang ingin dicapai, teori akuntansi dibedakan menjadi teori positif dan
normatif. Klasifikasi ini sebenarnya merupakan konsekuensi logis dari pendefinisian
akuntansi sebagai sains dan teknologi. Pandangan sains akan menghasilkan teori akuntansi

positif dan pandangan teknologi akan menghasilkan teori akuntansi normatif (Suwardjono,
2005: 26). Penjelasan positif berisi pernyataan tentang sesuatu (kejadian, tindakan, atau
perbuatan) seperti apa adanya sesuai dengan fakta atau apa yang terjadi atas dasar
pengamatan empiris. Penjelasan positif diarahkan untuk memberi jawaban apakah sesutu
pernyataan itu benar atau salah (true or false) atas dasar kriteria ilmiah. Penjelasan normatif
berisi pernyataan dan penalaran untuk menilai apakah sesuatu baik atau buruk (good or bad)
atau relevan atau tak relevan (relevan or irrelevant) dalam kaitannya dengan kebijakan
ekonomik atau sosial tertentu. Penjelasan normatif diarahkan untuk mendukung atau
menghasilkan kebijakan politik sehingga bersifat pembuatan kebijakan (policy making)
(Suwardjono, 2005: 26).
Teori akuntansi normatif
Dalam Januarti (2004) Watts dan Zimmerman (1986) menjelaskan teori normatif, teori
normatif berusaha menjelaskan informasi apa yang seharusnya dikomunikasikan kepada para
pemakai informasi akuntansi dan bagaimana akuntansi tersebut akan disajikan. Jadi teori
normatif berusaha menjelaskan apa yang seharusnya dilakukan oleh akuntan dalam proses
penyajian informasi keuangan kepada para pemakai dan bukan menjelaskan tentang apakah
informasi keuangan itu dan mengapa hal tersebut terjadi. Teori akuntansi normatif ingin
menjawab apa yang seharusnya dilakukan oleh akuntansi dalam praktik sehari-hari (Ghazali,
2004). Suwardjono memberikan contoh bagaimana teori akuntansi normatif berusaha untuk
menjawab apakah akuntansi kos historis (historical cost accounting) lebih baik dari akuntansi

kos sekarang (curent cost accounting) untuk mencapai tujuan akauntansi. Untuk menjawab
masalah ini , teori akuntansi normatif mendasarkan penjelasan atau teorinya atas dasar tujuan
yang telah disepakati untuk dicapai. Tujuan tersebut jelas memuat nilai-nilai (values) yang
harus dipertahankan. Penentuan kesesuaian dengan tujuan merupakan proses subjektif

(subjective) yang melibatkan kemampuan meninmbang (art) antara manfaat dan risiko atau
keuntungan dan kerugian. Hasil akhir dari teori akuntansi normatif adalah suatu pernyataan
atau proposal yang menganjurkan tindakan tertentu (prescriptive). Dalam contoh ini,
misalnya teori akuntansi akan menghasilkan pernyataan yang berbunyi bahwa aset tetap
harus (ought dan should) dinilai dan dicantumkan dalam neraca atas dasar kos historis.
Penalaran deduktif (bukan empiris dan analisis bukti) yang digunakan dalam riset akuntansi
normatif seperti yang dilakukan oleh Paton (1421), Edward and Bell (196), Chamber (1966),
dan Sterling (1970) untuk sampai pada kesimpulan apakah yang harus dilakukan (Ghazali,
2004). Menurut Blaug (1992) Sasaran teori akuntansi normatif adalah menghasilkan
penjelasan atau penalaran mengapa perlakuan akuntansi tertentu lebih baik atau lebih efektif
(good or bad) daripada perlakuan akuntansi alternatif karena tujuan akuntansi tertentu harus
dicapai (dalam Suwardjono, 2005: 27).
Akuntansi merupakan pengetahuan tentang perekayasaan informasi untuk pengendalian
keuangan negara. Hasil akhir akuntansi adalah prinsip, metoda, atau teknik yang bermanfaat
untuk mencapai tujuan akuntansi. Hasil penalaran logis adalah rerangka konseptual yang

menjadi semacam konstitusi akuntansi (Suwardjono, 2005: 39). Kewajiban menggunakan
IFRS bagi perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa efek merupakan salah satu
perubahan dalam sejarah regulasi Akuntansi di Indonesia.
Kenapa di Indonesia harus melakukan konvergensi IFRS? Untuk menjawab pertanyaan
tersebut tentu tidak lepas dengan kepentingan global yaitu agar dapat meningkatkan daya
informasi dari laporan keuangan perusahaan-perusahaan di Indonesia disamping itu
konvergensi IFRS adalah salah satu kesepakatan pemerintah Indonesia sebagai anggota G20.
Menurut Neviana dalam majalah Swa (2010), akuntansi merupakan satu-satunya bahasa
bisnis utama di pasar modal. Tanpa standar akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan
pernah berjalan dengan baik pula karena laporan keuangan merupakan produk utama dalam
mekanisme pasar modal. Efektivitas dan ketepatan waktu dari informasi keuangan yang
transparan yang dapat dibandingkan dan relevan dibutuhkan oleh semua stakeholder (pekerja,
suppliers, customers, institusi penyedia kredit, bahkan pemerintah). Para stakeholder ini
bukan sekadar ingin mengetahui informasi keuangan dari satu perusahaan saja, melainkan
dari banyak perusahaan (jika bisa, mungkin dari semua perusahaan) dari seluruh belahan
dunia untuk diperbandingkan satu dengan lainnya. Pertanyaannya, bagaimana kebutuhan ini
dapat terpenuhi jika perusahaan-perusahaan masih menggunakan bentuk dan prinsip
pelaporan keuangan yang berbeda-beda? International Accounting Standards, yang lebih
dikenal sebagai International Financial Reporting Standards (IFRS), merupakan standar


tunggal pelaporan akuntansi berkualitas tinggi dan kerangka akuntasi berbasiskan prinsip
yang meliputi penilaian profesional yang kuat dengan disclosures yang jelas dan transparan
mengenai substansi ekonomis transaksi, penjelasan hingga mencapai kesimpulan tertentu,
dan akuntansi terkait transaksi tersebut. Dengan demikian, pengguna laporan keuangan dapat
dengan mudah membandingkan informasi keuangan entitas antarnegara di berbagai belahan
dunia.
Di Indonesia, konvergensi IFRS dengan Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
merupakan hal yang sangat penting untuk menjamin daya saing nasional. Perubahan tata cara
pelaporan keuangan dari Generally Accepted Accounting Principles (GAAP), PSAK, atau
lainnya ke IFRS berdampak sangat luas. IFRS akan menjadi kompetensi wajib bagi akuntan
publik, penilai (appraiser), akuntan manajemen, regulator dan akuntan pendidik.
Menurut Muchclis (2011), adopsi IFRS dilakukan dengan dua cara: cara sekaligus
(pendekatan big bang) dan dengan cara gradual. Big bang strategy mengadopsi penuh IFRS
sekaligus, tanpa melalui tahapan tertentu, digunakan oleh negara-negara maju. Cari ini
berdampak drastis terhadap laba dan sistem akuntansi perusahaan. Perusahaan-perusahaan di
Singapura, Australia, Selandia Baru yang memilih pendekatan big bang menghadapi koreksi
besar-besaran pada tahun pertama penerapan IFRS. Sedangkan pada gradual strategy, adopsi
IFRS dilakukan secara bertahap, digunakan oleh negara-negara berkembang seperti
Indonesia.
Manfaat Konvergensi IFRS secara umum adalah:

a. Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunaan Standar
Akuntansi Keuangan yang dikenal secara internasional (enhance comparability).
b. Meningkatkan arus investasi global melalui transparansi.
c. Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal
d. secara global.
e. Menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan.
f. Meningkatkan kualitas laporan keuangan, dengan antara lain, mengurangi kesempatan
untuk melakukan earning management.
Kendala dalam harmonisasi PSAK ke dalam IFRS
a. Dewan Standar Akuntansi yang kekurangan sumber daya
b. IFRS berganti terlalu cepat sehingga ketika proses adopsi suatu standar IFRS masih
dilakukan, pihak IASB sudah dalam proses mengganti IFRS tersebut.
c. Kendala bahasa, karena setiap standar IFRS harus diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia dan acapkali ini tidaklah mudah.

d. Infrastuktur profesi akuntan yang belum siap. Untuk mengadopsi IFRS banyak
metode akuntansi yang baru yang harus dipelajari lagi oleh para akuntan.
e. Kesiapan perguruan tinggi dan akuntan pendidik untuk berganti kiblat ke IFRS.
f. Support pemerintah terhadap issue konvergensi.
Teori akuntansi positif

Istilah “positif” mengacu pada suatu teori yang dapat membuat prediksi yang baik dari
kejadian-kejadian dunia nyata, teori akuntansi positif adalah berhubungan dengan prediksi
yaitu suatu tindakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh perusahaan dan bagaimana
perusahaan akan merespon untuk mengajukan standar akuntansi yang baru (Scott, 2009:299).
Kemunculan teori akuntansi positif merupakan respons dari berbagai kritik terhadap teori
akuntansi normatif. Teks-teks teori akuntansi hampir seluruhnya diarahkan untuk
menjelaskan dan menjawab pertanyaan tentang “apa yang seharusnya diiakukan oieh akuntan
(dalam Riduwan, 2007). Senada dengan pernyataan tersebut, menurut (Watt&Zimmerman,
1986 dalam Januarti, 2004) perkembangan teori positif tidak dapat dilepaskan dari
ketidakpuasan terhadap teori normatif. Selanjutnya dinyatakan bahwa dasar pemikiran untuk
menganalisa teori akuntansi dalam pendekatan normatif terlalu sederhana dan tidak
memberikan dasar teoritis yang kuat. Terdapat tiga alasan mendasar terjadinya pergeseran
pendekatan normatif ke positif yaitu
1. Ketidakmampuan pendekatan normatif dalam menguji teori secara empiris, karena
didasarkan pada premis atau asumsi yang salah sehingga tidak dapat diuji
keabsahannya secara empiris.
2. Pendekatan normatif lebih banyak berfokus pada kemakmuran investor secara
individual daripada kemakmuran masyarakat luas.
3. Pendekatan normatif tidak mendorong atau memungkinkan terjadinya alokasi sumber
daya ekonomi secara optimal di pasar modal. Hal ini mengingat bahwa dalam sistem

perekonomian yang mendasarkan pada mekanisme pasar, informasi akuntansi dapat
menjadi alat pengendali bagi masyarakat dalam mengalokasi sumber daya ekonomi
secara efisien.
Untuk

mengurangi

kesenjangan

dalam

pendekatan

normatif,

Watt

&Zimmerman

mengembangkan pendekatan positif yang lebih berorientasi pada penelitian empirik dan

menjustifikasi berbagai teknik atau metode akuntansi yang sekarang digunakan atau mencari
model baru untuk pengembangan teori akuntansi dikemudian hari.

Blaug (1992), menjelaskan bahwa teori positif berkepentingan dengan masalah fakta (realm
of fact) sedangkan teori normatif berkepentingan dalam masalah nilai (realm of values).
Sebagai contoh penerapan dari teori akuntansi positif adalah dapatkah kita memprediksi
perusahaan minyak dan gas itu akan menggunakan metode akuntansi successful efforts untuk
biaya eksplorasi atau menggunakan metode akuntansi full cost. Teori akuntansi positif
memberikan pandangan bagaimana perusahaan mengorganisasi perusahaannya dengan
efisien juga untuk memaksimalkan prospek kelangsungan hidup perusahaan mereka. Banyak
bentuk efisiensi organisasi untuk suatu perusahaan pada umumnya tergantung pada faktorfaktor seperti lingkungan hukum dan institusi, teknologi, dan tingkat persaingan dalam
industrinya (Scott, 2009:299).
Menurut Blaug (1992), sasaran teori akuntansi positif adalah menghasilkan penjelasan
tentang apa yang nyatanya terjadi secara objektif tanpa dilandasi oleh pertimbangan nilai
(value judgment) (dalam Suwardjono, 2005: 27). Contoh lain dari Suwardjono adalah ketika
teori akuntansi positif berusaha untuk menjelaskan fakta bahwa sekelompok perusahaan
memilih metoda MPKP (LIFO) sementara kelompok yang lain memilih MTKP (LIFO). Teori
akuntansi positif mengajukan proposisi atau hipotesis bahwa perusahaan pemanufakturan
cenderung memilih MPKP sedangkan perusahaan perdagangan cenderung memilih MPKP.
Teori akuntansi positif berusaha menentukan apakah hipotesis benar atau salah dengan

menggunakan metoda ilmiah atas dasar pengamatan data yang nyatanya terjadi. Bila hipotesis
terbukti, penjelasan diwujudkan dalam bentuk pernyataan misalnya bahwa perusahaan yang
memilih MPKP adalah perusahaan pemanufakturan. Karena tujuan akuntansi tidak
berkepentingan untuk menilai apakah metoda MPKP lebih baik atau bermanfaat daripada
metoda MTKP.
Penelitian menggunakan agency theory yang membahas tentang paradigma pengendalian
(control). Pendekatan positif telah memberikan sumbangan yang berarti bagi pengembangan
akuntansi menurut Watt Zimmerman (1986);
a. Menghasilkan pola sistematik dalam pilihan akuntansi dan memberikan penjelasan
spesifik.
b. Memberikan kerangka yang jelas dalam memahami akuntansi
c. Menunjukkan peran utama contracting cost dalam teori akuntansi.
d. Menjelaskan mengapa akuntansi digunakan dan memberikan kerangka dalam
memprediksi pilihan akuntansi.
e. Mendorong riset yang relevan dengan akuntansi dan menekankan pada prediksi serta
penjelasan terhadap fenomena.

Dengan formula dari Watts dan Zimmerman (1986) ada 3 hipotesis dalam teori akuntansi
positif (Scott, 2009)
1. Hipotesis bonus plan

Jika perusahaan merencanakan bonus berdasarkan net income, maka perusahaan
tersebut akan memilih prosedur akuntansi yang menggeser pelaporan earnings masa
datang ke periode sekarang.
2. Hipotesis kovenan hutang
Perusahaan cenderung untuk menurunkan rasio utang/ekuitas dengan cara
meningkatkan laba sekarang dengan menggeser dari laba-laba periode besok.
Motivasi perusahaan melakukan ini adalah untuk menghindari kedekatan terhadap
kovenan utang dan untuk mendapatkan suku bunga pinjaman yang lebih rendah,
karena semakin rendah rasio utang/ekuitas semakin rendah risiko kebangkrutan
perusahaan.
3. Hipotesis kos politik
Perusahaan cenderung untuk menurunkan laba sekarang dengan menggeser ke labalaba periode besok. Motivasi perusahaan melakukan ini misalnya untuk menghindari
tekanan politik seperti tuduhan monopoli dengan menunjukkan laba perusahaan tidak
berlebihan seperti yang dicurigai, melobi ke konggres untuk melindungi industri dari
barang impor yang menyebabkan keuntungan industri merosot, menghindari tuntutan
serikat kerja dengan menunjukkan bahwa laba perusahaan menurun dan lain
sebagainya. Perusahaan dapat menurunkan laba dengan merubah metode atau
prosedur akuntansi.
Banyak periset yang telah membuktikan ketiga hipotesis yang dikemukakan oleh Watt &
Zimmerman (dalam Juniarti, 2004);
1. Healy,1985 dengan hipotesis perencanaan bonus, yang menghasilkan bukti para
manajer yang mendasarkan bonusnya pada income netto dilaporkan secara sistematis
menggunakan kebijakan akuntansi accrual untuk pelaporan pendapatannya sehingga
dapat memaksimalkan bonus.
2. Sweeney,1994 dengan hipotesis perjanjian hutang, dihasilkan bukti bahwa perusahaan
sering melanggar perjanjian hutang dalam bentuk pemeliharaan modal kerja dan
ekuitas pemegang saham.
3. Jones,1991 mengkaji perubahan perusahaan untuk menurunkan income netto yang
dilaporkan untuk keringanan impor. Pemberian keringan impor pada perusahaan tidak
adil karena dipengaruhi oleh kompetisi asing, sebagian merupakan keputusan politik..

4. Lev (1979) dalam hipotesis bonus — debt convenant adanya kecenderungan manajer
menjadi opportunistik dengan menyelamatkan bonus dan mengabaikan perubahan
debt convenant ketika effisiensi pasar yang diharapkan bereaksi negatif.
Sejak tahun 1982 banyak artikel yang mengkritik dan mengevaluasi teori akuntansi positif
yang telah dipublikasikan (Juniarti, 2004).
Penulis
Ball
dan
Foster (1982)

Bermain-main
et al. (1982)

Christenson
(1983)

Holthausen
dan Leftwich
(1983)

Lowe et al.
(1983)

McKee et al.
(1984)

Tema

Kritik utama

Review empiris Penelitian  Ukuran perusahaan dan bonus
Akuntansi
rencana dapat proxy untuk
variabel dihilangkan
 Mendasari teori lemah untuk
ukuran-politik
biaya
membangun
 Sampel ketidaksepakatan tidak
digunakan
Positif dibandingkan teori  Teori positif yang banyak nilai
normatif
dan menghilangkan
bias
konservatif
 Mengabaikan perjuangan kelas
yang mendasari
Metodologi
Positif  Positivisme
logis
adalah
Akuntansi
Metodologi lama
 Pendekatan adalah “sosiologi
akuntansi” manfaat dari teori
akuntansi
 Tes memperkenalkan argumen
sementara untuk memaafkan
pengecualian teori
 Metode yang tidak digunakan
untuk membangun teori jelas
Review
“Ekonomi Interpretasi hasil terbatas karena:
Konsekuensi Sastra”
 Teori-teori politik dan kontrak
tidak lengkap
 Spesifikasi Masalah left-handside
and
right-hand-side
variables
WZ (1979)
 Kerangka
ekonomi
yang
dibenarkan
 Pendekatan positif terbuka
untuk diperdebatkan
 Sifat bukti tidak ilmiah
 Bukti sebaliknya disajikan
Replikasi WZ (1978)
 Hasil tidak digunakan dalam
sampel baru
 Sampel ketidak cocokan tidak
digunakan
 Ramalan proporsi sampel bias

Whittington
(1987)

Ulasan dari WZ (1986)






Hines (1988)

Christenson
Metodologi

(1983)

dan 

estimasi parameter
Penyajian argumen dan bukti
imbal balik
Sikap metodologis yang ekstrim
Teori positif adalah sarat nilai
Pendekatan adalah “sosiologi
akuntansi” manfaat dari teori
akuntansi
Popper bukanlah pedoman
evaluatif
praktis
untuk
penelitian empiris akuntansi

Teori akuntansi
Dalam Suwardjono, dijelaskan bahwa dibalik praktisi akuntansi sebenarnya terdapat
seperangkat gagasan-gagasan yang melandasi prkatik tersebut berupa asumsi-asumsi dasar,
konsep-konsep, penjelasan, deskripsi, dan penalaran yang keseluruhannya membentuk bidang
teori akuntansi. Teori akuntansi menjelaskan mengapa praktisi akuntansi berjalan seperti
yang diamati sekarang. Praktik akuntansi yang nyatanya berjalan di suatu negara belum tentu
merefleksi pilihan terbaik ditinjau secara konseptual dan ideal serta dari tujuan yang ingin
dicapai. Teori akuntansi membahas perlakuan-perlakuan dan model-model alternatif yang
dapat menjadi jawaban atas masalah –masalah yang dihadapi dalam praktisi. Teori akuntansi
merupakan bagian penting dari praktisi. Pemahamannya oleh praktisi dan penyusun standar
akan sangat mendorong pengembangan serta perbaikan menuju praktisi yang sehat. Teori
akuntansi menjadi landasan untuk memecahkan masalah-masalah akuntansi secara beralasan
atau bernalar yang secara etis dan ilmiah dapat dipertanggungjawabkan.
Pengetahuan tentang teori akan mengimbangi keterbatasan pengalaman dan kepentingan
praktis (kepentingan jangka pendek). Dengan teori, orang akan melihat masalah dengan
perspektif yang lebih luas dan bebas dari hal-hal yang teknis atau rinci. Pemecahan masalah
akuntansi dengan taktik cerdik atas dasar pengalaman saja dapat disamakan dengan
pemecahan masalah dengan coba-coba atau coba dan ralat (trial dan error). Orang
membatasi diri dengan menerapkan hasil pengalamannya sampai satu saat menemukan cara
terbaik yang sebenarnya cara tersebut dapat ditemukan secara lebih efisien kalau dia
menggunakan teori. Dengan kata lain, kemajuan profesi akan menjadi terhambat kalau
praktisi dan profesi akuntansi sudah merasa cukup puas dengan pengalaman praktiknya.
Lebih-lebih kalau praktisi tersebut mempunyai kekuasaan untuk memutuskan sesuatu
(standar akuntansi) yang berimplikasi luas. Praktik akuntansi yang baik dan maju tidak akan

dapat dicapai tanpa satu teori baik yang melandasinya. Praktik dan profesi harus
dikembangkan atas dasar penalaran (Causes dan reasons). Dari argumen-argumen tersebut,
dapat dikatakan bahwa teori merupakan unsur yang penting dalam mengembangkan dan
memajukkan praktisi akuntansi. Selanjutnya dapat dikatakan bahwa teori merupakan obor
yang menerangi praktisi dengan prinsip-prinsip yang masuk akal (Suwardjono, 2005:3).
Suwardjono membagi berbagai alternatif klasifikasi dibidang teori akuntansi menjadi
beberapa aspek tataran. Uraian berikut membahas karakteristik tiap bidang teori akuntansi;

Aspek tataran semiotika
Akuntansi berkepentingan dengan penyediaan dan penyampaian informasi sebagai sarana
komunikasi sehingga akuntansi dapat disebut sebagai bahasa bisnis. Pesan atau makna ada
benak pengirim disimbolkan dalam bentuk ungkapan bahasa yang tepat agar makna tersebut
ditafsirkan sama persis seperti yang dimaksudkan. Apa yang terkandung dalam simbol bahasa
itulah yang menjadi informasi bagi penerima. Dalam tataran semitioka terdapat tiga
pertanyaan pokok yang berkaitan dengan simbil informasi. Ketiga pertanyaan tersebut
adalah:
1. Apakah simbol tersebut logis (masuk akal)?
2. Apa makna yang dikandung dalam simbol?
3. Apakah ungkapan tersebut mempunyai efek (pengaruh) terhadap penerima?
Pokok masalah diatas membentuk tiga tataran (level) semiotika yaitu sintaktika, semantika,
dan pragmatik. Akuntansi keuangan dikembangkan atau direkayasa atas dasar premis bahwa
investor dan kreditor adalah pihak yang dituju informasi. Efek komunikasi yang ingin dicapai
adalah agar pihak yang dituju tersebut bersedia menanamkan dana ke kegiatan ekonomik
yang dibutuhkan masyarakat melalui perusahaan. Pemahaman teori akuntansi dapat dicapai
dengan mengidentifikasi teori akuntansi atas dasar tataran semiotika di atas.
Teori akuntansi semantik
Teori akuntansi semantik menekankan pembahasan pada masalah penyimbolan dunia nyata
atau realitas ke dalam tanda-tanda bahasa akuntansi sehingga orang dapat membayangkan
kegiatan fisis perusahaan tanpa harus secara langsung menyaksikan kegiatan tersebut. Teori
ini berusaha untuk menjawab apakah elemen-elemen keuangan benar-benar merepresentasi

apa yang memang dimaksudkan dan untuk meyakinkan bahwa makna yang tekandung dalam
simbol pelaporan tidak disalah artikan pemakai. Teori ini berusaha untuk menemukan dan
merumuskan makna-makna penting pelaporan keuangan. Pendefinisian merupakan langkah
penting dalam teori semantik karena kesalahan pemaknaan mempunyai implikasi penting
dalam pengoperasian akuntansi. Secara konseptual, informasi dalam laporan terefleksi dalam
tiga unsur yaitu elemen (objek) yang menyimbolkan kegiatan, jumlah rupiah sebagai
pengukur (size),dan hubungan (relationship) antar elemen. Objek, pengukur, dan hubungan
itulah yang membentuk makna yang akhirnya menjadi informasi. Jadi, teori akuntansi
semantik berkepentingan dengan pelambangan dan penafsiran objek akuntansi untuk
menghasilkan informasi semantik yang bermakna bagi pemakai laporan keuangan.
Teori akuntansi sintaktik
Adalah teori yang berorientasi untuk membahas masalah-masalah t entang bagaimana
kegiatan-kegiatan perusahaan yang telah disimbolkan secara semantik dalam elemen-elemen
keuangan dapat diwujudkan dalam statemen keuangan. Simbol-simbol tersebut harus berkaitan
secara logis sehingga informasi semantik dapat dikandung dikandung dalam statemen keuangan.

Teori sintaktik meliputi pula hubungan antara unsur-unsur yang membentuk struktur
akuntansi dalam suatu negara yaitu manajemen, entitas pelapor, pemakai informasi, sistem
akuntansi, dan pedoman penyususnan laporan, Teori akuntansi berusaha memberi penjelasan
dan penalaran tentang apa yang harus dilaporkan, siapa melaporkan, kapan dilaporkan, dan
bagaimana melaporkannya.
Teori akuntansi pragmatik
Teori akuntansi pragmatik memusatkan perhatiannya pada pengaruh informasi terhadap
perubahan perilaku pemakai laporan. Teori ini membahas reaksi pihak yang dituju oleh
informasi akuntansi. Kebermanfaatan informasi akan menentukan keefektifan pencapaian
tujuan pelaporan keuangan. Informasi akuntansi dikatakan bermanfaat apabila informasi
tersebut benar-benar atau seakan-akan digunakan dalam pengambilan keputusan oleh
pemakai yang dituju. Teori pragmatik membahas berbagai hal dan masalah yang berkaitan
dengan pengujian kebermanfaatan informasi baik dalam konteks pelaporan keuangan
eksternal maupun manajerial.
Akuntansi sektor publik

Menurut Mardiasmo (2009), akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan.
Tujuan akuntansi diarahkan untuk mencapai hasil tertentu, dan hasil tersebut harus memiliki
manfaat. Akuntansi digunakan baik pada sektor swasta maupun sektor publik untuk tujuantujuan berbeda. Perbedaan sifat dan karakteristik akuntansi tersebut disebabkan karena
adanya perbedaan lingkungan yang mempengaruhi. Menurut Suwardjono (2007), Konsep
yang dipilih dan diaplikasikan dalam lingkungan tertentu akan menjadi suatu model
akuntansi untuk mencapai tujuan sosial tertentu. Untuk dapat memilih konsep yang relevan
harus dipertimbangkan lingkungan (sosial, politik, ekonomi dan budaya). Tiap alternatif
tentunya akan dikembangkan dengan penalaran tertentu sehingga apabila konsep atau
alternatif tersebut dipilih maka implikasinya terhadap kehidupan nyata dapat diprediksi.
Masih menurut Suwardjono, Akuntansi mempunyai peran nyata kalau informasi yang
dihasilkan oleh akuntansi mengendalikan perilaku pengambilan keputusan ekonomik untuk
bertindak menuju ke suatu pencapaian tujuan sosial dan ekonomik negara. Salah satu tujuan
ekonomik negara adalah alokasi sumber daya ekonomi secara efisien. Pelaporan keuangan
sebagai sistem nasional harus direkayasa dengan seksama untuk pengendalian alokasi
tersebut secara automatis melalui mekanisme pasar yang berlaku. Kebijakan pemerintah yang
secara langsung mempengaruhi perilaku pengambilan keputusan ekonomik jelas merupakan
faktor yang tidak dapat diabaikan dalam alikasi sumber daya ekonomik. Pengendalian secara
automatis dapat dicapai melalui standar akuntansi yang merupakan cara tertentu sebagai hasil
akhir dari proses perekayasaan.
Untuk memecahkan berbagai kebutuhan yang muncul dalam pelaporan keuangan, akuntansi,
dan audit di pemerintahan, diperlukan sebuah standar akuntansi pemerintahan yang kredibel
yang dibentuk oleh komite SAP. Kebutuhan standar dan pembentukan komite penyususnnya
mulai muncul ketika desakan untuk penerapan IPSAS semakin kuat. KSAP bertugas
mempersiapkan penyususnan konsep rancangan peraturan pemerintah tentang Standar
akuntansi Pemerintahan (SAP) sebagai prinsip-prinsip akuntansi yang wajib diterapkan
dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Pengembangan SAP
mengacu

pada

praktik-praktik

terbaik

di

tingkat

internasional,

dengan

tetap

mempertimbangkan kondisi di Indonesia, baik peraturan perundangan dan praktik-praktik
akuntansi yang berlaku maupun kondisi sumber daya manusia. Selain itu, strategi
peningkatan kualitas pelaporan keuangan pemerintah dialkukan dengan proses transisi
menuju basis akrual. Penerapan SAP diyakini akan berdampak pada peningkatan kualitas
pelaporan keuangan pemerintah. Ini berarti informasi keuangan pemerintah akan dapat

menjadi dasar pengambilan keputusan di pemerintahn dan juga terwujudnya transparansi
serta akuntabilitas. (Nordiawan, 2009).
Dalam PP 71 tahun 2010 dijelaskan bahwa informasi yang disajikan dalam laporan keuangan
bertujuan umum untuk memenuhi kebutuhan informasi dari semua kelompok pengguna.
Dengan demikian, laporan keuangan pemerintah tidak dirancang untuk memenuhi kebutuhan
spesifik dari masing-masing kelompok pengguna. Namun demikian, berhubung laporan
keuangan pemerintah berperan sebagai wujud akuntabilitas pengelolaan keuangan negara,
maka komponen laporan yang disajikan setidak-tidaknya mencakup jenis laporan dan elemen
informasi yang diharuskan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan (statutory reports).
Terdapat beberapa kelompok utama pengguna laporan keuangan pemerintah, namun tidak
terbatas pada:
(a) masyarakat;
(b) wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa;
(c) pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman; dan
(d) pemerintah.
Pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para
pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi,
sosial, maupun politik dengan:
(a) Menyediakan informasi tentang sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya keuangan;
(b) Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk
membiayai seluruh pengeluaran;
(c) Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam
kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai;
(d) Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh
kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya;
(e) Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan
berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka
panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman;

(f) Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah
mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama
periode pelaporan.
Implementasi standar setting isu ekonomi dan isu politik di dalam sektor publik
Dalam Scott (2009) dijelaskan bahwa penyusun standar merupakan mediator atau penengah
antara konflik kepentingan investor dan manajer. Masalah fundamental teori akuntansi
keuangan adalah bagaiamana merekonsiliasi pelaporan keuangan dan peran informasi
akuntansi, terkait dengan pengadaan kontrak yang efisien atau bagaimana menentukan
jumlah informasi yang benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Banyak aspek produksi
informasi perusahaan yang telah diatur, dan banyak dari regulasi ini didasarkan pada lembaga
pengatur standar akuntansi itu sendiri, dalam bentuk GAAP. Scott mendefinisikan Standar
setting sebagai regulasi dari badan penyusun regulasi tentang keputusan perusahaan untuk
memproduksi informasi eksternal. Jumlah regulasi akan meningkat sepanjang waktu, seiring
dengan semakin banyaknya standar akuntansi yang diumumkan. Alasan utama adanya
regulasi ini adalah untuk melindungi para individu yang berada pada suatu informasi yang
merugikan. Hal ini berarti bahwa asimetri informasi menjadi dasar adanya regulasi terhadap
informasi yang disampaikan kepada individu dan berdasarkan pertimbangan biaya-manfaat,
tidak dapat dipastikan seberapa banyak peraturan yang dibutuhkan untuk mengatur
pengumuman inside informasi.
Berkaitan dengan isu-isu politik terdapat dua teori regulasi yang mendasari, pertama adalah
Public Interest Theory (Teori Kepentingan Publik). Teori yang mempunyai pandangan bahwa
regulasi haruslah dapat memaksimumkan kesejahteraan sosial karena regulasi merupakan
hasil dari permintaan publik atas koreksi kegagalan pasar, regulator berusaha sebaik mungkin
memenuhi kebutuhan publik. Walaupun pandangan tersebut merupakan pandangan yang
ideal, namun dalam implementasinya masih mengalami beberapa masalah. Kedua adalah
Interest Group Theory (Teori Kelompok Kepentingan). Teori ini memberikan pandangan
bahwa sebuah industry beroperasi dalam kepentingan kelompok. Teori kepentingan
kelompok regulasi meninjau bahwa suatu industry beroperasi mewakili sejumlah kelompok
kepentingan atau konstituen. Proses yang terjadi selanjutnya adalah penyusunan standar
dengan konflik dan kompromi, dimana muncul adanya isu-isu ekonomi, masing-masing
pihak memiliki kepentingan dan menginginkan adanya regulasi yang menguntungkan
pihaknya. Penyusunan standar memiliki karakteristik proses penyesuaian. Pemilihan standar
akuntansi sebaiknya mempertimbangkan konflik antar konstituensi ketimbang pada unsur

proses perhitungan. Pertimbangan ini menganggap bahwa teori kelompok kepentingan
regulasi mungkin baik sebagai prediktor standar baru daripada teori kepentingan publik.
Rangkuman
Teori positif berkembang karena ketidak puasan terhadap teori normatif , yang disebabkan
karena; (1) ketidakmampuan normatif untuk menguji secara empiris, (2) normatif lebih
banyak berfokus pada kemakmuran investor secara individu dari pada kemakmuran secara
luas (3) normatif tidak mendorong atau memungkinkan terjadinya alokasi sumber daya
ekonomi secara optimal di pasar modal. Perbedaan teori positif dan normatif timbul akibat
perbedaan sasaran teori dan bidang masalah yang menjadi perhatian masing-masing teori.
Teori akuntansi positif menjelaskan fenomena akuntansi seperti apa adanya atas dasar
pengamatan empiris. Teori normatif menjelaskan fenomena akuntansi untuk menjastifikasi
atau membenarkan perlakuan akuntansi karena tujuan akuntansi tertentu harus dicapai.
Teori akuntansi membahas perlakuan-perlakuan dan model-model alternatif yang dapat
menjadi jawaban atas masalah –masalah yang dihadapi dalam praktisi. Teori akuntansi
menjadi landasan untuk memecahkan masalah-masalah akuntansi secara beralasan atau
bernalar yang secara etis dan ilmiah dapat dipertanggungjawabkan. Atas dasar semiotika,
teori akuntansi dibedakan menjadi teori sintaktik, semantik dan pragmatik.
Akuntansi digunakan baik pada sektor swasta maupun sektor publik untuk tujuan-tujuan
berbeda. Perbedaan sifat dan karakteristik akuntansi tersebut disebabkan karena adanya
perbedaan lingkungan yang mempengaruhi. Akuntansi mempunyai peran nyata kalau
informasi yang dihasilkan oleh akuntansi mengendalikan perilaku pengambilan keputusan
ekonomik untuk bertindak menuju ke suatu pencapaian tujuan sosial dan ekonomik negara.
Alasan utama adanya regulasi ini adalah untuk melindungi para individu yang berada pada
suatu informasi yang merugikan/asimetri informasi. Pemilihan standar akuntansi sebaiknya
mempertimbangkan konflik antar konstituensi ketimbang pada unsur proses perhitungan.
Pertimbangan ini menganggap bahwa teori kelompok kepentingan regulasi mungkin baik
sebagai prediktor standar baru daripada teori kepentingan publik.

Daftar Pustaka
Ghozali, Imam (2004). Pergeseran Paradigma Akuntansi Dari Positivisme Ke Perspektif
Sosiologis Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan Akuntansi Di Indonesia. Pidato
pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro Semarang. Pidato dipublikasikan.
Januarti, Indira (2004). Pendekatan dan Kritik Teori Akuntansi Positif. Jurnal Akuntansi dan
Auditing Vol. 01/No. 01/November 2004.
Mardiasmo (2009). Akuntansi Sektor Publik. Edisi IV. Yogyakarta : Penerbit Andi
Muchlis, Saiful (2011). Harmonisasi Standar Akuntansi Internasional Dan Dampak
Penerapan Dari Adopsi Penuh Ifrs Terhadap PSAK. ASSETS Volume 1 Nomor 2 Tahun
2011.
Nordiawan, Deddi (2009). Akuntansi Sektor Publik. Jakarta : Penerbit Salemba Empat
Suwarjono (2005). Teori Akuntansi. Edisi ketiga. Yogyakarta : BPFE.
Scott, Willliam Robert (2009). Financial Accounting Theory. 5th edition. Canada : Prentice
Hall.
Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2010 tanggal 22 Oktober 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.
Riduwan, Akhmad(2007). Teori Akuntansi: Dari Normatif Ke Positif, Isu Bebas Nilai,Hingga
Mitos Dan Wacana Redefinisi Akuntansi. TEMA, Volume 8, Nomor 1, Maret 2007
http://www.sai.ugm.ac.id/site/images/pdf/ifrs.pdf 2010
http://swa.co.id/my-article/adopsi-ifrs-untuk-daya-saing-di-masa-depan, Posted on January
28 by Neviana

Deskripsi Tugas: tugas ini dikerjakan secara individual, dengan sumber berbagai buku,
artikel dan majalah.