2009 Prosiding SNS II FMIPA IPB 2009

ISBN: 978-979-95093-5-2

Prosiding
Seminar Nasional Sains II

Peningkatan Peran Sains
dalam Pertanian dan Industri

Bogor, 14 November 2009

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
Bogor

2009

ISBN: 978-979-95093-5-2

Prosiding
Seminar Nasional Sains II


Peningkatan Peran Sains dalam
Pertanian dan Industri
Bogor, 14 November 2009

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
Bogor

2009

__________________________________________________________________
Copyright© 2009
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Institut Pertanian Bogor (IPB)
Prosiding Seminar Nasional Sains: “Peningkatan Peran Sains dalam Pertanian dan Industri”
Bogor, 14 November 2009
FMIPA-IPB, Jalan Meranti Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680
Telp/Fax: 0251-8625481/8625708
http://fmipa.ipb.ac.id

ix + 553 halaman

ISBN: 978-979-95093-5-2

KATA PENGANTAR
Sektor pertanian dan sektor industri, khususnya industri yang menopang pertanian,
merupakan tumpuan perekonomian Bangsa Indonesia. Efisiensi dan efektivitas
merupakan dua hal yang harus diperhatikan dalam upaya meningkatkan produktivitas
baik di sektor pertanian maupun industri. Kedua hal ini hanya mungkin dicapai secara
signifikan bila berlandaskan sains dan teknologi yang tepat melalui pemahaman,
pengembangan dan penerapannya yang disesuaikan dengan tuntutan dan tantangan
zaman.
Banyak perguruan tinggi dan lembaga litbang departemen bahkan divisi litbang di
perusahaan terus berupaya untuk meningkatkan produktivitas melalui penelitian dan
pengembangan yang didasarkan pada pemanfaatan dan pengembangan sains dan
teknologi. Seminar Nasional Sains II (2009) ini diharapkan menjadi sarana dan upaya
untuk menjalin komunikasi antar pelaku dan institusi yang terlibat untuk mengoptimumkan
pemanfaatan peran sains dalam pertanian maupun industri.
Seminar ini merupakan rangkaian dari kegiatan Pesta Sains 2009 yang
diselenggarakan oleh FMIPA-IPB pada tanggal 13-15 November 2009. Selain acara
seminar juga diselenggarakan kegiatan Workshop Penulisan Buku Ajar yang diikuti oleh
guru-guru SMA dan dosen.

Sebanyak 60 makalah hasil penelitian dipresentasikan pada empat kelas paralel
yaitu Biosains (1 & 2), Nanosains & Material, serta Penginderaan Jauh, Sensor &
Pemodelan. Selain itu beberapa makalah juga ditampilkan pada sesi Poster. Makalahmakalah tersebut sebagian besar merupakan isi dari prosiding ini. Seminar dihadiri oleh
peneliti dari balitbang-balitbang terkait dan dosen-dosen perguruan tinggi, mahasiswa
pascasarjana serta guru-guru SMA.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada FMIPA-IPB yang telah mendukung penuh
kegiatan Seminar Nasional Sains II ini. Juga kepada Panitia Seminar dan mahasiswa dari
tim Pesta Sains 2009, dan semua pihak yang telah mensukseskan acara seminar ini.
Kami juga sangat berterima kasih kepada semua pemakalah atas kerjasamanya,
sehingga memungkinkan prosiding ini terbit. Semoga prosiding ini bermanfaat bagi semua
pihak.
Bogor, November 2009
Panitia Seminar Nasional Sains II
FMIPA-IPB Bogor

PANITIA SEMINAR NASIONAL SAINS II
Penanggung Jawab

: Dr. drh Hasim, DEA
(Dekan FMIPA-IPB)


Ketua Pelaksana

: Dr. Kiagus Dahlan

Wakil Ketua Pelaksana

: Dr. Ir Ence Darmo J Supena

Sekretaris

: Dr. Ir Suryani

Bendahara

: Dr. Dyah Iswantini

Pubdok & Promosi

: Dr. Akhiruddin M (Koord.)

Dr. Sri Nurdiati
Faozan, M.Si
Dr. Muhammad Nur Aidi

Acara & Persidangan

: Dr. Miftahuddin (Koordinator)
Mersi Kurniati, M.Si

Makalah & Prosiding

: Ir. Indahwati, M.Si (Koordinator)
Ir. AE Zainal Hasan, M.Si

Perlengkapan & Konsumsi

: Dr. Aris Tjahjoleksono (Koord.)
Mansur
Fitri
Samsudin


Lokakarya PenulisanBuku Ajar

: Ali Kusnanto, M.Si (Koord.)
Dr. Ir Sobri Effendy

DAFTAR ISI
No.

PENULIS

JUDUL
BIOSAINS

Hal
1

1

Mardi Santoso, M. Holil, S.

Alfarisi

Pembuatan 4-Formil-2-Metoksifenil Isobutirat dari Daun
Cengkeh

2

2

Christiani Tumilisar

Effect of Rodent Tuber Extract (Typhonium Flagelliforme
(Lodd)BL.) on Cancer Cell Line Proliferation Inhibition

8

3

Samanhudi, Ahmad Yunus,
Wangi Satutik


Pengaruh Macam Nutrisi dan Pemberian Ekstrak Buah
Pisang terhadap Pertumbuhan Plantlet Anggrek
Dendrobium Secara In Vitro

15

4

Lisdar I. Sudirman

Potensi Jamur Pelapuk Kayu Tropis dalam
Menghasilkan Senyawa Antimikroba

26

5

It Jamilah, Anja Meryandini,
Iman Rusmana, Antonius

Suwanto, Nisa R Mubarik

Karakterisasi Protease dan Amilase Bacillus sp. DA
5.2.3 yang Diisolasi dari Tambak Udang

37

6

Dyah Iswantini, Gustini
Syabirin dan Yusuf Affandi
S

Daya Hambat Ekstrak Air dan Etanol Keladi Tikus
(Typhonium flagelliforme) terhadap Enzim Tirosin
Kinase Secara In Vitro

47

7


Dyah Iswantini, Gustini
Syabirin dan Maya
Puspitasari S

Inhibisi Ekstrak Air dan Etanol Sambiloto (Andrographis
paniculata [Burm.f.] Nees) terhadap Aktivitas Enzim
Tirosin Kinase secara In Vitro

59

8

Dyah Iswantini, Latifah K
Darusman dan Dede
Yulianto

Inhibisi Xantin Oksidase secara In Vitro oleh Ekstrak
Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) dan Herba Ciplukan
(Physalis angulata)


73

9

Dyah Iswantini, Latifah K
Darusman dan Chintya
Galuh TW

Potensi Ekstrak Tempuyung (Sonchus arvensis) dan
Meniran (Phyllanthus niruri) Sebagai Anti Asam Urat:
Aktivitas Inhibisinya terhadap Xantin Oksidase

89

10

Anak Agung Istri
Ratnadewi, Muh.Naqib, I
Nyoman Adi Winata, Laode
Muh. Dzuhri Abdullah

Hidrolisis Oat-Spelt Xylan oleh Enzim Xilanase serta
Deteksi Xilooligosakarida Secara Kromatografi

103

11

Anak Agung Istri
Ratnadewi, Muhammad
Naqib, Nuri, Zora Olivia

Populasi Bifidobacterium spp. Akibat Suplementasi Roti
Tawar Berprebiotik Xilooligosakarida pada Diet Tikus
Rattus norvegicus Berkenhout strain WISTAR

113

12

Charlena, Abdu Haris,
Karwati

Degradasi Hidrokarbon pada Tanah Tercemar Minyak
Bumi dengan Isolat A10 dan D8

124

13

Lucy Arianie, Ahmad
Mulyadi, Afghani Jayuska

Pengaruh Pemupukan Urea Termodifikasi Lignin
Terhadap Pertumbuhan Sawi

137

14

Gunawan, Tatik
Chikmawati, Miftahudin,
Dwi Susilaningsih

Mikroalga dari Sumber Air Panas Ciater yang
Berpotensi Sebagai Sumber Biodisel

146

No.

PENULIS

JUDUL

Hal

15

Arinana, Yudi Rismayadi,
Noor Farikhah Haneda

Karakterisasi Serangan Kumbang Bubuk Kayu Kering
pada Kayu Konstruksi Rumah Tinggal

155

16

Abdul Rauf

Pengujian Rumput Tapak Liman (Elephantopus scaber
L.) Sebagai Tanaman Penutup Tanah terhadap
Beberapa Sifat Tanah Inceptisol dan Bibit Kelapa Sawit

161

17

Boedi Rachman dan Sata
Yoshida Srie Rahayu

Pertumbuhan Kerang Mutiara Air Tawar (Anodonta
woodiana, Lea) dengan Tipe Pemeliharaan yang
Berbeda

167

NANOSAINS DAN MATERIAL

177

1

Muhammad Ali Zulfikar,
Efni Novita

Penurunan Intensitas Warna Air Gambut Menggunakan
Cangkang Telur

178

2

S.T. Wahyudi, J.Juansah,
E.Mahrani

Karakterisasi Kekuatan Mekanik Membran Telur Ayam
Kampung

185

3

Purwantiningsih Sugita,
Suminar S. Achmadi, Yuyu
Yundhana

Perilaku Disolusi Ketoprofen Tersalut Gel KitosanKarboksimetilselulosa (CMC)

192

4

Gerald E Timuda,
Akhiruddin M, Irmansyah

Pengaruh Waktu Pemaparan Gelombang Ultrasonik
terhadap Komposisi Fase, Ukuran dan Parameter Kisi
Kristal dari Nanopartikel TiO2 yang Disintesis
Menggunakan Metode Sonokimia

202

5

Taofik Jasa Lesmana,
Akhiruddin M, Irmansyah

Pengaruh Konsentrasi Donor H+ pada Polianilin
Terhadap Sel Surya Hibrid ITO/CdS/Klorofil/PANI/ITO

210

6

H. Syafutra, Irzaman, H.
Darmasetiawan, H.
Hardhienata, F. Huriawati,
M. Hikam, P. Arifin

Penumbuhan Film Tipis BST di atas Substrat Si (100)
Tipe-p untuk Aplikasi Sensor Cahaya

216

7

Betty Marita Soebrata,
Moh. Khotib, Maipa Diapati

Ampas Tebu Sebagai Adsorben Zat Warna Reaktif
CIBACRON RED

225

8

Tetty Kemala, Emil
Budianto, Bambang
Soegiyono

Pembuatan dan Pencirian Polipaduan Poliasamlaktat
dan Polikaprolakton Sebagai Bahan Dasar Mikrosfer

237

9

H. A.E. Zainal Hasan, I
Made Artika, Vita Rosaline
Fahri, Nurmala Sari

Penerapan Teknologi Nanopartikel untuk Sediaan Obat
(Antibiotik Berbasis Bahan Alam, Propolis Trigona spp.)

247

10

Nur Aisyah Nuzulia,
Akhiruddin Maddu, Kiagus
Dahlan

Synthesizing and Characterization of Biphasic Calcium
Phosphate Ceramic

257

11

Jajang Juansah, Mersi
Kurniati, Kiagus Dahlan dan
F. Jannah

Studi Membran Telur Ayam Melalui Pengukuran Listrik

265

12

Akhiruddin Maddu, Nendar
Herdianto dan Irmansyah

Studi Fotoelektrokimia Elektroda Nanokristal TiO2 untuk
Aplikasi Fotovoltaik

275

No.

PENULIS

JUDUL

Hal

13

Fifia Zulti, Kiagus Dahlan,
Purwantiningsih Sugita

Sintesis dan Karakterisasi Membran untuk Filtrasi
Limbah

286

14

M. Kurniati, A.L Kencana, J.
Juansah, A Maddu

Perlakuan Sonikasi Terhadap Kitosan: Viskositas dan
Bobot Molekul Kitosan

293

PENGINDERAAN JAUH DAN SENSOR

302

1

Suyadi

Tropical Deforestation in Bukit Barisan Selatan National
Park, Sumatra, Indonesia

303

2

M. Rahmat, Teguh P.N, H.
Alatas, Irmansyah

Desain dan Fabrikasi Sensor Real Time berbasis Kristal
Fotonik Satu Dimensi untuk Deteksi Konsentrasi
Larutan Gula

318

3

Kris Sunarto

Kontribusi Survei dan Pemetaan terhadap
Pembangunan Bidang Pertanian

328

4

Ucuk Darusalam, Retno
W.P.

Piranti Optik Pengukur Kelimpahan Fitoplankton dengan
Metoda Fluoresensi

337

5

Gunady Haryanto, Retno
Wigajatri P.

Perancangan Probe Optik Berbasis Fluoresensi untuk
Mengukur Konsentrasi Fitoplankton

350

6

Liliana Adia K, Akhirudin
Maddu, Irmansyah

Pembuatan Sensor Serat Optik dengan Cladding Dye
Methyl Violet untuk Mendeteksi Gas H2S

356

7

Teguh P Negara, H Alatas

Sensor Optik Berbasis Kristal Fotonik Satu Dimensi
dengan Sensitivitas Terkontrol

364

8

Jessi L Tambunan,
Akhiruddin Maddu, Iriani
Setyaningsih

Karakteristik Optik dan Elektronik Ekstrak Klorofil
Spirulina fusiformis

375

9

Novita G. Pamungkas,
Irzaman

Kajian Efisiensi Termal Heating Mantel untuk
Penerapan Penyulingan Minyak Atsiri dari Bahan Serai
Dapur

384

PEMODELAN

389

1

Rietje J.M Bokau,
Wamiliana

Desain Model Matematika untuk Sistem Produksi Pakan
Udang

390

2

Mohammad Masjkur

Perbandingan Metode Kuadrat Terkecil Linear dan
Nonlinear Marquardt-Levenberg Pendugaan Model
Jerapan Fosfor

400

3

Mohammad Masjkur

Perbandingan Metode Kuadrat Terkecil MarquardtLevenberg dan Kemungkinan Maksimum EM
Pendugaan Parameter Model Nonlinear Jerapan Fosfor

414

4

Muhammad Nur Aidi

Deteksi Pola Sebaran Titik Spasial Secara Reguler
Melalui Penelusuran Fungsi Massa Peluang, Metode
Kuadran dan Tetangga Terdekat

425

5

Aji Hamim Wigena

Penggunaan Regresi Kuadrat Terkecil Parsial dalam
Statistical Downscaling

435

No.
6

PENULIS
Endar H. Nugrahani

JUDUL
Model Dinamika Sistem Ekonomi Berdasarkan
Akumulasi Modal
POSTER

Hal
440
450

1

Ninik Setyowati dan Nurul
Sumiasri

Variasi Jenis Tanaman dalam Upaya Peningkatan
Produktivitas Lahan Pekarangan di Cibinong

451

2

Mukhtar Effendi, Sehah

Peningkatan Kepekaan Sistem Deteksi Spektrometer
Fotoakustik Gas Lacakan dengan Cara Optimasi Daya
Laser CO2 yang Digunakan

460

3

Destario Metusala

Studi Waktu Aplikasi dan Dosis Herbisida Campuran
Atrazine dan Mesotrione Terhadap Pertumbuhan Gulma
pada Pertanaman Jagung

470

4

Agung Sri Darmayanti,
Destario Metusala

Pengaruh Media Tanam Terhadap Pertumbuhan
Vegetatif Cempaka (Michelia Champaca)

478

5

Samanhudi, Praswanto,
dan Edi Dwiyono

Induksi Kalus Tanaman Mahkota Dewa (Phaleria
macrocarpa) dengan Perlakuan Kondisi Gelap dan 2,4D

485

6

Sarjiya Antonius, Dwi
Agustyani, Nurlaili, Ronald
B. P. Simbolon

Sifat Biologi dan Kimia Tanah pada Beberapa
Komoditas Pertanian di Malinau-Kaltim

495

7

Rini Riffiani

Pengujian Enzim Peroksidase pada Kultur Suspensi Sel
Raphanus sativus yang Diperkaya dengan Hormon
Pertumbuhan

501

8

Nurul Sumiasri, Yani
Cahyani, Dody Priadi

Pengaruh berbagai Media dan Pematahan Dormansi Biji
terhadap Pertumbuhan Biji Jarak Pagar (Jatropha
curcas L)

510

9

Sudarmono

Pendekatan Konservasi Berdasarkan Variasi Genetika
Populasi pada Tumbuhan: Suatu Kasus pada Salvia Sp.
(LAMIACEAE)

521

10

Sudarmono, Sumanto

Variasi Genetika pada Populasi Scutellaria Sp.
(Lamiaceae) di Gunung Slamet, Jawa Tengah

529

11

Sri Hartin Rahayu

Pengaruh Rhizobium dan Puminal Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Kacang Hijau dalam
Pengembangan Usahatani di Lahan Bekas Galian Emas
Jampang-Sukabumi

537

12

Hartutiningsih-M. Siregar,
R. S. Purwantoro,
Sudarmono, A. Agusta

Pengungkapan Potensi Obat pada Tiga Jenis Begonia
Terpilih (Begonia muricata Blume, B. multangula
Blume, B. ”Bacem Kebo”.) Melalui Uji Anti Bakteri
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus Secara In
Vitro

543

13

Eko Murniyanto

Keragaan Daun Kimpul (xanthosoma sagittifolium
l.schoot) yang Terpapar pada Penyinaran Matahari

552

BIOSAINS

Prosiding Seminar Nasional Sains II; Bogor, 14 November 2009

PEMBUATAN 4-FORMIL-2-METOKSIFENIL ISOBUTIRAT

Biosains

PEMBUATAN 4-FORMIL-2-METOKSIFENIL ISOBUTIRAT
DARI DAUN CENGKEH
Mardi Santoso*, Mohammad Holil, Salman Alfarisi
Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111
Telp. (031) 5924930, Fax. (031) 5945813
tsv09@chem.its.ac.id

Abstrak
Distilasi daun cengkeh (Syzigium aromaticum L. Mp) segar dari Pasuruan
diperoleh minyak daun cengkeh dengan rendemen 1,5%. Eugenol sebagai
komponen terbesar (80%) dalam minyak daun cengkeh dipisahkan dengan
menerapkan prinsip reaksi asam basa dan perbedaan kelarutan. Oksidasi
eugenol dalam campuran nitrobenzena, kalium hidroksida, dimetil sulfoksida,
dan akuades diperoleh vanilin dengan rendemen 19%. Adisi eliminasi vanilin
dalam piridina dengan butiril klorida diperoleh 4-formil-2-metoksifenil isobutirat
dengan rendemen 91%. Analisis sensori oleh panelis terlatih menunjukkan
bahwa transformasi vanilin menjadi 4-formil-2-metoksifenil isobutirat
menyebabkan terjadinya perubahan karakteristik sensori yang signifikan.
Kata kunci: daun cengkeh, eugenol, sensori, 4-formil-2-metoksifenil isobutirat

1. PENDAHULUAN
Cengkeh (Syzigium aromaticum L. mp) merupakan tanaman asli Indonesia yang
kemungkinan berasal dari Maluku. Penanaman cengkeh dilakukan di Maluku, Jawa,
Sulawesi, Irian Jaya (Sastromahmidjoyo, 2004). Minyak cengkeh diperoleh dari bunga
maupun daun cengkeh melaui proses distilasi. Minyak cengkeh dengan rasa dan aroma
khas dimanfaatkan sebagai stimulan, anestetik, karminatif, antiseptik, dan antipasmodik
(Nurdjannah, 2004). Minyak daun cengkeh mengandung eugenol sebagai komponen
utama, disertai senyawa-senyawa non fenolat seperti β-kariofilena, α-kubebena, αkopaena, humelena, δ-kadinena (Wahidi, 2001; Sastrohamidjojo, 2004). Kadar eugenol
dari minyak daun cengkeh yang tumbuh di India adalah sebesar 64-81% (Lawrence,
1994; Lawrence, 1997; Verheij dan Coronel, 1997), minyak dari Lumajang mengandung
92% (Wahidi, 2001), sedangkan yang di pasaran berkisar 72% (Sastrohamidjojo, 2004).
Eugenol telah ditransformasi menjadi isoeugenol, vanilin, metil eugenol, metil
eugenol bromida, metil eugenol format, 1-(3,4-metoksifenil)-2-propanol, 1-(3,4-metoksi
fenil)-2-propanon, amfetamin (Lampman et al, 1976; Pybus dan Sell, 1999; dan
Sastrohamidjojo, 2004). 4-Formil-2-metoksifenil isobutirat merupakan senyawa komersial
yang telah dimanfaatkan sebagai base note dalam beberapa jenis parfum, serta sebagai

Prosiding Seminar Nasional Sains II; Bogor, 14 November 2009

2

PEMBUATAN 4-FORMIL-2-METOKSIFENIL ISOBUTIRAT

Biosains

flavour chocominty (Kraft et al, 2000). Pembuatan 4-formil-2-metoksifenil isobutirat sejauh
pengetahuan penulis belum pernah diungkap. Paper ini bermaksud melaporkan
pemanfaatan daun cengkeh sebagai bahan dasar pembuatan 4-formil-2-metoksifenil
isobutirat, berikut uji sensori 4-formil-2-metoksifenil isobutirat dibandingkan terhadap
vanillin.
2. BAHAN DAN METODA
Bahan-bahan yang digunakan adalah daun cengkeh (Syzigium aromaticum L. mp)
segar dari Pasuruan, dietil eter, natrium hidroksida, kalium hidroksida, asam klorida,
nitrobenzena, dimetil sulfoksida, isobutiril klorida, sikloheksana, natrium bisulfit,
magnesium sulfat anhidrat, piridina, akuades.
2.1. Distilasi Daun Cengkeh (Syzigium aromaticum L. mp)
Daun cengkeh (Syzigium aromaticum L. mp) segar sebanyak 100 gram didistilasi
menggunakan peralatan distilasi Clevenger yang dimodifikasi selama 6 jam. Minyak daun
cengkeh dalam dietil eter yang diperoleh selanjutnya dipisahkan, dikeringkan, dan
diuapkan sehingga diperoleh minyak daun cengkeh (1,5 gram; 1,5%). Minyak daun
cengkeh selanjutnya dianalisis dengan kromatografi gas spektrometer massa.
2.3. Pemisahan dan Pemurnian Eugenol
Pemisahan dan pemurnian eugenol dilakukan dengan mengadaptasi prosedur yang
dilaporkan Sastrohamidjojo (2004). Campuran minyak daun cengkeh dan larutan natrium
hidroksida 0,17 M pada pH 11 diaduk pada suhu kamar selama 30 menit. Campuran
kemudian diekstrak dengan dietil eter. Fasa air selanjutnya dipisahkan, diasamkan, dan
diekstrak reaksikan dengan dietil eter. Ekstrak selanjutnya dikeringkan, diuapkan pada
tekanan rendah sehingga diperoleh eugenol yang selanjutnya dianalisis dengan
kromatografi gas spektrometer massa. Spektrum massa (EI): (m/z) 166 (M+2, 5%), 165
(M+1, 10), 164 (M, 100), 149 (30), 137 (20), 121 (10), 103 (20), 91 (20), 77 (20).
2.4. Oksidasi Eugenol
Oksidasi eugenol dilaksanakan dengan mengadaptasi prosedur yang dilaporkan
Lampman et al. (1976), menggunakan campuran eugenol (2,14 gram; 0,013 mol), kalium
hidroksida (4,75 gram; 0,084 mol), dimetil sulfoksida (20 ml; 0,282 mol), akuades (10 ml),
nitrobenzena (10 ml; 0,097 mol). Campuran hasil reaksi selanjutnya diasamkan, dan
diekstrak dengan dietil eter. Ekstrak kemudian dikocok dengan larutan natrium bisulfit.
Fasa air selanjutnya dipisahkan, diasamkan, dan diekstrak dengan dietil eter. Ekstrak
kemudian dikeringkan, diuapkan pada tekanan rendah, direkristalisasi menggunakan
sikloheksana sehingga diperoleh vanillin berupa kristal jarum bening (0,29 gram; 16%),

Prosiding Seminar Nasional Sains II; Bogor, 14 November 2009

3

PEMBUATAN 4-FORMIL-2-METOKSIFENIL ISOBUTIRAT

Biosains

titik leleh 79-80 oC. 1H NMR (CDCl3): δ 3,94 (s, 3H), 6,51 (sl, 1H), 6,98-7,46 (m, 3H), 9,81
(s, 1H). Spektrum massa (EI): (m/z) 153 (M+1, 10%), 152 (M, 95), 151 (100), 137 (5), 123
(15), 109 (20), 93 (5), 81 (20), 77 (5).
2.5. Sintesis 4-Formil-2-metoksifenil Isobutirat
Sintesis 4-formil-2-metoksifenil isobutirat dilakukan dengan mengadaptasi prosedur
sintesis 2-benzoiloksiasetofenon dari reaksi 2-hidroksiasetofenon dengan benzoil klorida
yang dilaporkan Harwood dan Moody (1990) menggunakan vanilin (1,51 gram; 0,010
mol), piridin (2,00 ml; 0,025 mol), isobutiril klorida (1,50 ml; 0,015 mol). Hasil sintesis
diekstrak dengan dietil eter. Ekstrak yang diperoleh selanjutnya dicuci dengan akuades,
dikeringkan dengan magnesium sulfat anhidrat, diuapkan pada tekanan rendah sehingga
diperoleh 4-formil-2-metoksifenil isobutirat sebagai cairan jernih kekuningan (2,14 gram;
91%). 1H NMR (CDCl3): δ 1,28 (d, 6H), 2,78-2,94 (m, 1H), 3,89 (s, 3H), 7,14-7,53 (m, 3H),
9,94 (s, 1H).

C NMR (CDCl3): δ 18,89; 33,96; 55,98; 110,78; 123,18; 124,44; 134,92;

13

145,10; 151,84; 174,28; 190,77. Spektrum massa (EI): (m/z) 223 (M+1, 5%), 222 (M, 15),
153 (20), 152 (100), 151 (65), 137 (5), 123 (10), 109 (10), 71 (45).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Distilasi Daun Cengkeh (Syzigium aromaticum L. mp)
Distilasi daun cengkeh (Syzigium aromaticum L. mp) segar sebanyak 100 gram
didistilasi diperoleh minyak daun cengkeh sebanyak 1,5 gram atau dengan rendemen
1,5%. Minyak daun cengkeh yang diperoleh jernih kekuningan dengan bau seperti sampel
daun. Analisis dengan kromatografi gas spektrometer massa menunjukkan adanya 13
komponen, dengan eugenol sebagai komponen terbesar (80%).
3.2. Pemisahan dan Pemurnian Eugenol
Pemisahan dan pemurnian eugenol dilakukan dengan menerapkan prinsip reaksi
asam basa dan perbedaan kelarutan. Pemisahan diawali dengan penambahan larutan
natrium hidoksida ke dalam minyak daun cengkeh untuk mengubah eugenol menjadi
natrium eugenolat yang larut dalam air, sehingga terpisah komponen-komponen lain yang
larut dalam dietil eter. Fasa air selanjutnya diasamkan untuk mendapatkan eugenol
kembali yang kemudian dilarutkan dalam dietil eter. Larutan dietil eter selanjutnya
dikeringkan, diuapkan pada tekanan rendah sehingga diperoleh eugenol sebagai cairan
jernih. Analisis dengan kromatografi gas spektrometer massa memberikan kromatogram
yang menunjukkan adanya pucak tunggal dengan spektrum massa yang menunjukkan
puncak ion molekul yang sekaligus merupakan puncak dasar pada m/z 164 yang sesuai
dengan massa relatif eugenol. Pucak dengan m/z 149 merupakan puncak dari fragmen

Prosiding Seminar Nasional Sains II; Bogor, 14 November 2009

4

PEMBUATAN 4-FORMIL-2-METOKSIFENIL ISOBUTIRAT

Biosains

hasil pelepasan radikal metil dari ion molekul, dan puncak dengan m/z 137 merupakan
puncak kation hasil pelepasan radikal vinil.
3.3. Oksidasi Eugenol
Oksidasi eugenol dilaksanakan dengan merefluks dalam campuran kalium
hidroksida, nitrobenzena, dimetil sulfoksida dan akuades. Monitoring reaksi menggunakan
kromatografi gas spektrometer massa menunjukkan bahwa pada vanilin terbentuk saat
reaksi berjalan selama 3 jam, dan reaksi berjalan tuntas saat reaksi berlangsung selama
48 jam. Hasil oksidasi selanjutnya didinginkan sehingga mencapai suhu kamar,
diasamkan, dan diekstrak dengan dietil eter. Ekstrak selanjutnya direaksikan dengan
larutan natrium bisulfit. Fasa air selanjutnya dipisahkan, diasamkan, dan diekstrak dengan
dietil eter. Ekstrak selanjutnya dikeringkan, diuapkan pada tekanan rendah sehingga
diperoleh vanilin kotor yang selanjutnya dimurnikan dengan rekristalisasi menggunakan
sikloheksana. Vanilin murni yang diperoleh berbentuk jarum bening dengan titik leleh 7980 oC dengan rendemen sebesar 19%. Analisis vanillin hasil sintesis dengan kromatografi
gas spektrometer massa memberikan spektrum massa yang menunjukkan ion molekul
pada m/z 152 yang sesuai dengan massa relatif vanilin. Spektrum juga menunjukkan
pucan dasar pada m/z 151 yang merupakan puncak dari fragmen hasil pelepasan atom
hidrogen dari ion molekul khas gugus aldehid, kation ini selanjutnya melepaskan CO
menghasilkan kation dengan m/z 123. Puncak pada m/z 137 merupakan puncak fragmen
hasil pelepasan radikal metil dari ion molekul yang selanjutnya melepaskan CO
menghasilkan puncak dengan m/z 109. Analisis vanilin hasil sintesis dengan spektrometer
NMR (dalam CDCl3) memberikan spektrum 1H NMR yang menunjukkan adanya empat
signal. Signal singlet dengan pergeseran kimia pada 3,94 ppm merupakan signal dari
ketiga proton gugus metoksi; signal singlet lebar pada pergeseran kimia 6,51 ppm
merupakan signal dari proton hidroksi; signal multiplet pada pergeseran kimia 6,98-7,46
ppm merupakan signal dari ketiga proton aromatik; dan signal singlet pada pergeseran
kimia 9,81 ppm merupakan signal dari proton gugus aldehid.
3.4. Sintesis 4-Formil-2-metoksifenil Isobutirat
4-Formil-2-metoksifenil isobutirat disintesis dari reaksi vanillin dalam piridin dengan
isobutiril klorida pada suhu kamar. Reaksi yang berjalan dipantau dengan kromatografi
gas spektrometer massa, dan reaksi berjalan tuntas setelah berlangsung selama 5 jam.
Hasil reaksi kemudian diasamkan, dan diekstrak dengan dietil eter. Ekstrak selanjutnya
dikeringkan dan diuapkan pada tekanan rendah sehingga diperoleh 4-formil-2metoksifenil isobutirat berupa cairan jernih kekuningan dengan rendemen sebesar 91%.
Penetapan struktur hasil sintesis dengan kromatografi gas spektrometer massa diperoleh

Prosiding Seminar Nasional Sains II; Bogor, 14 November 2009

5

PEMBUATAN 4-FORMIL-2-METOKSIFENIL ISOBUTIRAT

Biosains

spektrum massa yang menunjukkan ion molekul pada m/z 222, sesuai dengan massa
relatif 4-formil-2-metoksifenil isobutirat. Puncak dasar pada m/z 152 merupakan puncak
dari radikal kation vanilin, yang selanjutnya melepaskan atom hidrogen khas aldehid
menghasilkan kation dengan m/z 151. Fragmen dengan m/z 152 juga melepaskan radikal
metil sehingga terbentuk kation dengan m/z 137, kation ini selanjutnya melepaskan CO
menghasilkan fragmen dengan m/z 109 yang kemudian melepaskan CO lebih lanjut
menghasilkan fragmen dengan m/z 81. Radikal kation vanilin dengan m/z 152 juga
melepaskan gugus aldehid sehingga terbentuk kation dengan m/z 123. Puncak pada m/z
71 merupakan puncak dari kation hasil pelepasan radikal vanilil.
Analisis lebih lanjut dengan spektrometer NMR memperkuat kesimpulan hasil
sintesis sebagai 4-formil-2-metoksifenil isobutirat. Spektrum 1H NMR (dalam CDCl3) yang
menunjukkan adanya lima signal. Signal doublet pada pergeseran kimia 1,28 ppm
merupakan signal dari keenam proton dari dua gugus metil; signal multiplet pada
pergeseran kimia 2,78-2,94 ppm merupakan signal dari proton gugus metin yang
dikopling oleh proton-proton kedua gugus metil tetangga; signal singlet pergeseran kimia
pada 3,89 ppm merupakan signal dari proton-proton gugus metoksi. Ketiga proton
aromatik memberikan signal multiplet pada pergeseran kimia 7,14-7,53 ppm; dan proton
gugus aldehid memberikan signal singlet pada pergeseran kimia 9,94 ppm. Spektrum

13

C

NMR menunjukkan adanya sebelas jenis karbon sebagaimana dijumpai pada struktur 4formil-2-metoksifenil isobutirat. Kedua karbon metil memberikan signal pada pergeseran
kimia pada 18,89 ppm, sedangkan karbon metin menunjukkan signal pada pergeseran
kimia 33,96 ppm. Karbon metoksi memberikan pada pergeseran kimia 55,98 ppm; kedua
karbon karbonil menunjukkan pergeseran kimia pada 174,28 ppm untuk karbon karbonil
ester dan pada 190,77 ppm untuk karbon gugus aldehid. Keenam karbon aromatik
selanjutnya memberikan signal pada pergeseran kimia 110,78; 123,18; 124,44; 134,92;
145,10; dan 151,84 ppm.
Uji sensori vanilin dan 4-formil-2-metoksifenil isobutirat oleh lima panelis terlatih
menunjukkan bahwa open/stick aroma 4-formil-2-metoksifenil isobutirat hampir sama
dengan vanillin, sedangkan aroma vanilli 4-formil-2-metoksi isobutirat sedikit lebih rendah
dari pada vanilli. Atribut-atribut lain 4-formil-2-metoksi isobutirat secara umum mengalami
peningkatan, sebagai contoh fruity aroma 4-formil-2-metoksi isobutirat lebih tiga kali lipat
dibandingkan vanillin. Aroma coklat 4-formil-2-metoksi isobutirat lima kali lebih lipat
dibandingkan vanillin, fresh aroma hampir dua kali lipat, dan penerimaan lebih dua kali
lipat.

Prosiding Seminar Nasional Sains II; Bogor, 14 November 2009

6

PEMBUATAN 4-FORMIL-2-METOKSIFENIL ISOBUTIRAT

Biosains

4. KESIMPULAN DAN PROSPEK
Daun cengkeh telah dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan 4-formil-2metoksifenil isobutirat. Reaksi vanillin dengan berbagai asil halida dan anhidrida asam
tengah dilaksanakan untuk mendapatkan 4-formil-2-metoksifenil isobutirat sehingga
karakter sensorinya dapat dioptimalkan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Ir. Trisnawati Trisnajuwana atas
bantuan analisis menggunakan kromatografi gas spektrometer massa dan uji sensori, Dr.
Marcellino Rudyanto, MS. atas bantuannya dalam analisis NMR, Kepala Kebun Raya
Purwodadi atas bantuan sampel berikut determinasinya. DP2M DIKTI atas hibah
penelitian yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Harwood, M.L., dan Moody, J.C., (1990), Experimental Organic Chemistry, 1st edition,
Blackweel Scientific Publications, London.
Kraft, P., Bajgrowicz, J.A., Denis, C., dan Frater, G., (2000), Angew, Chem. Int. Ed., Vol.
39, 2980-3010.
Lampman, G. M., Andrews, J., Bratz, W., Hanssen, O., Kelley, K., dan Ridgeway, A.,
(1976), J. Chem. Educ., Vol. 54, No. 12, 776-778.
Lawrence, B.M., (1994), Perfurmer & Flavorist, Vol. 19, 92-94.
Lawrence, B.M., (19974), Perfurmer & Flavorist, Vol. 22, 83-84.
Nurdjannah, N., (2004), Perspektif, Vol. 3, No. 2, 61-70.
Pybus, D., dan Sell, C., (1999), The Chemistry of Fragrances, RSC Paperbacks, Quest
International, Ashford, Kent, UK.
Sastrohamidjojo, H., (2004), Kimia Minyak Atsiri, Edisi pertama, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Wahidi, F.R., (2001), Minyak Atsiri Daun Salam (Syzigium polyantum), Jambu Klampok
(Syzigium picnatum), dan Cengkeh (Syzigium aromaticum L. mp), Skripsi, Jurusan
Kimia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.

Prosiding Seminar Nasional Sains II; Bogor, 14 November 2009

7

Pengaruh Ekstrak Umbi Keladi Tikus

Biosains

Pengaruh Ekstrak Umbi Keladi Tikus (Typhonium flagelliforme (Lodd.)BL.)
Terhadap Penghambatan Proliferasi Cell Line Kanker
Christiani Tumilisar
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Jakarta
Jl. Pemuda 10, Jakarta Timur 13220, fax: 021.4894909
email: christiani_tumilisar @yahoo.com

Abstract
The research’s purpose is to know the effect of rodent tuber extract
(Typhonium flagelliforme (Lodd.)Bl.) on K-562, A-132 and HeLa cancer cell line
proliferation inhibition. The research used experiment method with block
random design. There were 6 treatments with 3 replications each. The
independent variable was rodent tuber extract concentration, whereas the
dependent variable was Inhibition Index (IP/Indeks Penghambatan) of cancer
cell line. Data were collected using MTT method. Statistical analysis used was
one-way anova F test and followed by LSD test. The result showed that the
extract of rodent tuber affected the K-562 and HeLa cell line proliferation
inhibition, whereas on the separate research, the tuber extract didn’t
significantly affect the A-132 and K-562 cell line proliferation inhibition at the
same concentration.
Key words: Thyphonium flagelliforme (Lodd.)Bl., cell line, proliferation.

1. PENDAHULUAN
Keladi tikus (Typhonium flagelliforme (Lodd)BL.) termasuk familia Aracea.
Tanaman ini banyak dijumpai tumbuh liar di bawah pohon rindang atau di pinggir sawah,
bahkan ada yang menyebutnya sebagai gulma. Ciri tanaman ini mempunyai pangkal
daun lebar dan bertoreh, sedangkan ujung daun meruncing. Bunganya berwarna merah
gelap dan mempunyai bagian yang memanjang menyerupai ekor tikus. Umbinya
berbentuk bulat lonjong berwarna putih. Tanaman ini diindikasikan sebagai salah satu
tanaman obat yang dapat mengobati penyakit kanker.
Kanker merupakan salah satu penyakit degeneratif yang mendapat perhatian
besar dalam ilmu kedokteran. Sebagian besar penderitanya berakhir dengan kematian.
Penyakit ini dapat menyerang semua bagian organ tubuh, seperti paru-paru, kulit, prostat,
serviks, darah, payudara dan lainnya. Kanker menjadi momok bagi sebagian besar
masyarakat, karena pengobatan terhadap penyakit ini memerlukan biaya medis yang
cukup besar. Oleh karena itu perlu dicarikan alternatif pengobatan yang dapat
meringankan beban penderita dan keluarganya.
Berdasarkan alasan di atas, tanaman keladi tikus yang diindikasikan berkhasiat
sebagai tanaman obat dan dapat mengobati penyakit kanker dapat dimanfaatkan dan
perlu diteliti secara ilmiah. Melalui penelitian, diharapkan dapat ditemukan kepastian
Prosiding Seminar Nasional Sains II; Bogor, 14 November 2009

8

Pengaruh Ekstrak Umbi Keladi Tikus

Biosains

aktivitas penghambatan proliferasi sel kanker dari tanaman keladi tikus. Pada penelitian
ini umbi tanaman menjadi bahan utama yang diujikan pada 3 macam cell line kanker
yaitu: K-562 (leukemia), A-132 (kulit) dan Hela (serviks). Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah mengetahui efektivitas umbi keladi tikus terhadap 3 macam cell line kanker
tersebut.
2. BAHAN DAN METODE
Umbi keladi tikus umur 4 bulan diekstraksi dengan menggunakan teknik maserasi.
Umbi dicuci bersih dan dikeringanginkan selama 1 minggu, kemudian umbi diblender
sampai berbentuk serbuk. Sebanyak 25 gram serbuk umbi ditambahkan dengan 200 ml
etanol 96%, lalu ditutup dan dibiarkan selama 3 hari. Selanjutnya ekstrak disaring dengan
kertas whatman no. 42. Ampas umbi diberi etanal 50 ml, diaduk dan didiamkan kembali
selama 3 hari, diulang sebanyak 3 kali. Evaporasi dilakukan pada suhu 600 C.
Uji fitokimia ekstrak keladi tikus menggunakan metode Liberman, meliputi uji
triterpenoid dimana ekstrak ditambah 2-3 tetes anhidrat asam asetat dan 1-2 tetes H2SO4
pekat. Penanda berupa perubahan warna merah menjadi ungu, sedangkan adanya
steroid ditandai dengan terbentuknya warna hijau sampai biru. Untuk uji soponin, ekstrak
dalam tabung reaksi dikocok sampai terbentuk busa. Sedangkan untuk uji kuinon, ekstrak
ditambah 10 ml dietil eter lalu dikocok sampai terbentuk warna kuning atau merah.
Kemudian tambahkan 10 tetes NaOH 5% sampai warna ekstrak hilang, lalu tambahkan
HCl encer. Jika warna ekstrak muncul kembali menunjukkan adanya kuinon.
Pembuatan larutan ekstrak keladi tikus, disesuaikan dengan konsumsi keladi tikus
oleh manusia per hari yang masuk ke dalam 6000 ml darah dimana konsentrasi tersebut
setara dengan jumlah ekstrak yang dimasukkan ke dalam 150 µl larutan kultur sel (C2 =
7,08x10-5 g/ml). Sedangkan konsentrasi lain C1 setara dengan setengah kali konsumsi
keladi tikus, C3 setara dengan dua kali konsumsi keladi tikus, C4 setara dengan empat kali
konsumsi keladi tikus dan C5 setara dengan delapan kali konsumsi keladi tikus.
Penentuan konsentrasi dilakukan dengan melarutkan ekstrak ke dalam RPMI 20%.
Larutan ekstrak yang sudah terbentuk disterilisasi dengan filter 0,22 µm.
Untuk medium stok, bubuk RPMI-1640 sebanyak 8,1 gram dilarutkan dalam
akuabides, sehingga diperoleh 500 ml larutan RPMI-1640. Kemudian ditambahkan 1
gram NaHCO3, dan 1% Penicilin Streptomicin. Medium dihomogenkan dan pH diatur
antara 7,2 -7,4. Kemudian medium disterilisasi dengan menggunakan filter 0,22 µm.
Pemeliharaan dan kultur sel. Cell line dalam keadaan beku diinkubasi pada suhu
0

37 C, dan kemudian dipindahkan ke dalam tabung sentrifugasi yang berisi 3 ml media
stok lalu disentrifus selama 5 menit dengan kecepatan 1500 rpm. Supernatan dibuang

Prosiding Seminar Nasional Sains II; Bogor, 14 November 2009

9

Pengaruh Ekstrak Umbi Keladi Tikus

Biosains

dan pellet ditambahkan media stok kemudian disentrifus kembali selama 5 menit dengan
kecepatan 1500 rpm. Setelah itu pellet ditambah 5 ml media dan dihomogenkan.
Suspensi sel dipeindahkan kedalam flask dan diinkubasi pada inkubator dengan 5% CO2
pada suhu 370 C.
Observasi dilakukan setiap hari di bawah mikroskop untuk melihat bagaimana
pertumbuhan dan keadaan sel (ada tidaknya kontaminan). Penggantian media dilakukan
setiap 3 hari sekali, atau bila terjadi kontaminasi. Suspensi sel diambil dari flask dengan
menggunakan pipet dan dimasukkan ke dalam tabung sentrifus kemudian disentrifugasi
selama 5 menit dengan kecepatan 1500 rpm. Supernatan dibuang dan pellet
ditambahkan 5 ml medium. Kemudian suspensi dipindahkan dalam flask dan diinkubasi
kembali. Jumlah sel yang digunakan sebanyak Y x 104 sel/well dalam medium RPMI-1640
steril. Pengujian dilakukan dengan menambahkan 100 µl ekstrak dalam 50 µl suspensi
sel.
Penghitungan IP proliferasi sel dengan metode MTT. Metode ini merupakan suatu
metode kuantitatif yang dilakukan dengan menggunakan prinsip colorimetric. Bahan
utama yang dipakai adalah 3-(4,5-Dimethylthiazol-2-yl)-2,5-Diphenyl Tetrazolium Bromida
(MTT). Prinsip kerja dari metode ini adalah mengukur panjang gelombang warna
formazan yang terbentuk dengan menggunakan Spektrofotometric Elisa Plate Reader
sebanding dengan jumlah sel yang hidup (Freshney, 1992). Untuk pengukuran dengan
metode MTT, 6 jam sebelum masa inkubasi berakhir, kultur ditambahkan dengan 10 µl
larutan MTT, 0,5% dan diinkubasi pada suhu 370 C dengan CO2. Setelah masa inkubasi
berakhir, ditambahkan 100 µl HCl-Isopropanol 0,04 N pada setiap sumur. Kemudian nilai
absorbansi masing-masing sumur dibaca dengan Spektrofotometric Elisa Plate Reader
pada panjang gelombang 540 nm.
Hasil absorbansi sampel yang terbaca dibandingkan dengan absorbansi kontrol
sehingga didapatkan nilai indeks penghambatan. Nilai Indeks Penghambatan (IP) dan
Persentase Indeks Penghambatan, dihitung dengan rumus sebagai berikut:

IP = 1 -

OD (perlakuan)
; % IP = IP x 100%
OD (kontrol)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil uji fitokimia ekstrak umbi keladi tikus dapat dilihat pada Tabel 1. Golongan
senyawa yang terkandung pada ekstrak umbi keladi tikus adalah saponin, steroid dan
triterpenoid. Menurut Indiranti (2002), ekstrak umbi keladi tikus mengandung senyawa
golongan triterpenoid dan steroid. Penelitian lain menyatakan bahwa serbuk daun keladi
tikus mengandung senyawa kuinon, steroid dan triterpenoid, sedangkan serbuk umbi

Prosiding Seminar Nasional Sains II; Bogor, 14 November 2009

10

Pengaruh Ekstrak Umbi Keladi Tikus

Biosains

mengandung saponin, steroid dan triterpenoid (Handoko, 2005). Hasil ini sesuai dengan
uji fitokimia ekstrak umbi keladi tikus pada penelitian ini.
Tabel 1. Hasil Uji fitokimia ekstrak umbi keladi tikus.

Golongan Senyawa
Saponin
Kuinon

Hasil Uji Fitokimia
+
-

Steroid

+

Triterpenoid

+

Rerata Persentase Indeks Penghambatan (IP) proliferasi pada 3 macam cell line
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rerata persentase ip proliferasi pada 3 macam cell line.

Konsentrasi Ekstrak
(g/ml)
Kontrol
3,54 x 10-5
7,08 x 10-5
14,16 x 10-5
28,32 x 10-5
56,64 x 10-5

IP (%)
A-132
0
0,21
0,23
0,06
0.01
0.02

K-562
0
0,03
0,04
0,25
0,16
0,32

HeLa
0
0,28
0,29
0,37
0,35
0,39

Tabel 2 menunjukkan bahwa ekstrak umbi keladi tikus pada konsentrasi 56,64 x 10-5 g/ml
memiliki rerata persentase IP tertinggi terhadap cell line K-562. Namun pada konsentrasi
28,32 x 10-5 g/ml, rerata persentase IP justru menunjukkan nilai lebih kecil dibandingkan
pada konsentrasi 14,16 x 10-5. Mungkin hal ini disebabkan kurang homogennya jumlah
cell line K-562 pada saat dimasukkan dalam sumur cawan Elisa.
Hal serupa juga terjadi pada rerata persentase IP pada cell line A-132, dimana
pada konsentrasi 3,54 x 10-5 g/ml dan 7,08 x 10-5 g/ml menunjukkan rerata persentase IP
yang lebih tinggi, mencapai nilai 0,21 dan 0,23, dibandingkan dengan pada konsentrasi ≥
14,16 x 10-5 g/ml. Hasil analisis varian satu arah IP pada cell line K-562 dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3. Anava Satu Arah Indeks Penghambatan (IP) Proliferasi Cell Line K-562.

Sumber Variasi

dK

JK

RJK

Fhitung

Perlakuan
Galat
Total

5
12
17

0,26
0,49
0,75

0,05
0,04
---

1,25 ts
-----

Ftabel
5%
1%
3,11 5,06
---------

Dari hasil anava satu arah di atas, diperoleh Fhitung (= 1,25) < Ftabel untuk α = 0,05 (=3,11)
dan untuk α = 0,01 (= 5,06). Ini berarti bahwa ekstrak umbi keladi tikus tidak berpengaruh

Prosiding Seminar Nasional Sains II; Bogor, 14 November 2009

11

Pengaruh Ekstrak Umbi Keladi Tikus

Biosains

secara signifikan terhadap penghambatan proliferasi cell line K-562. Sedangkan hasil
Anava satu arah IP cell line A-132 dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Anava satu arah indeks penghambatan (ip) proliferasi cell line a-132.

Sumber Variasi

dK

JK

RJK

Fhitung

Perlakuan
Galat
Total

5
12
17

0,18
0,24
0,42

0,04
0,02

2,00 ts

Ftabel
5%
1%
3,11 5,06

Dari hasil anava satu arah di atas, diperoleh Fhitung (= 2,00) < Ftabel untuk α = 0,05 (=3,11)
dan untuk α = 0,01 (= 5,06). Ini berarti bahwa ekstrak umbi keladi tikus tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap penghambatan proliferasi cell line A-132. Namun demikian
baik cell line K-562 dan cell line A-132, menghasilkan rerata persentase IP yang lebih
besar dari kontrol, artinya terjadi penghambatan proliferasi terhadap cell line K-562 dan
cell line A-132, walaupun penghambatan tersebut tidak signifikan (lihat Tabel 2).
Hal yang berbeda tampak pada rerata persentase IP pada cell line HeLa, yang
menunjukkan kecenderungan semakin meningkat konsentrasi ekstrak umbi keladi tikus
maka semakin tinggi nilai rerata persentase IP (lihat Tabel 2). Hasil analisis varian satu
arah IP cell line HeLa dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Anava Satu Arah Indeks Penghambatan (IP) Proliferasi Cell Line HeLa.

Sumber Variasi

dK

Perlakuan
Galat
Total

5
12
17

JK

RJK

Fhitung

0,3101 0,0620
0,0751 0,063
0,3852
---

9,9
-----

Ftabel
5%
1%
3,11 5,06
---------

Berdasarkan hasil anava di atas, diperoleh Fhitung (= 9,9) > Ftabel untuk α = 0,05 (=3,11) dan
untuk α = 0,01 (= 5,06). Ini berarti bahwa ekstrak umbi keladi tikus berpengaruh sangat
signifikan terhadap penghambatan proliferasi cell line HeLa.
Rupanya pengaruh ekstrak umbi keladi tikus ini spesifik terhadap ketiga macam
cell line tersebut. Ekstrak umbi keladi tikus memiliki senyawa aktif berupa triterpenoid dan
steroid. Kedua senyawa ini berperan penting sebagai anti inflamasi, analgesik dan
sitotoksik.

Senyawa

ini

juga

menunjukkan

aktivitas

antibakteri

dan

antivirus

(Robinson,1990). Triterpenoid menghambat proliferasi sel kanker dengan menghambat
kerja enzim DNA Topoisomerase. Enzim tersebut adalah enzim yang berperan dalam
proses replikasi, transkripsi dan rekombinasi DNA dan juga proliferasi dan diferensiasi sel
kanker; enzim ini merupakan target bahan bioaktif tanaman yang memiliki aktivitas anti
kanker, karena dengan dihambatnya enzim DNA Topoisomerase, maka proses dalam sel
terhenti dan akhirnya akan terjadi kematian sel tersebut (Brown, 1996). Selain

Prosiding Seminar Nasional Sains II; Bogor, 14 November 2009

12

Pengaruh Ekstrak Umbi Keladi Tikus

Biosains

penghambatan DNA Topoisomerase, ada beberapa mekanisme lain yang dapat
menghambat proliferasi sel kanker diantaranya, penghambatan kerja kinase oleh
senyawa flavonoid dan peningkatan supresor gen p53 yang menyebabkan terjadinya
kematian sel (Sismindari, 2003).
Kecenderungan terjadinya penurunan rerata persentase IP apabila konsentrasi
ekstrak ditingkatkan seperti yang terlihat pada cell line A-132, diduga karena
kemungkinan sel resisten terhadap senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak. Ada
beberapa mekanisme yang menyebabkan sel kanker menjadi resisten terhadap senyawa
aktif yang diberikan, antara lain meningkatnya kemampuan ekstruksi sel terhadap
senyawa aktif yang diberikan termasuk komponen-komponen yang terkandung di
dalamnya. Hal tersebut menyebabkan senyawa aktif tidak dapat mencapai target karena
dikeluarkan dari sel sebelum bekerja. Resistensi sel kanker juga dapat terjadi karena
detoksifikasi dari senyawa aktif yang diberikan. Mekanisme lainnya adalah manipulasi dari
protein inti sel, sehingga kadar enzim Topoisomerase menjadi rendah, padahal salah satu
mekanisme kerja dari senyawa aktif kanker adalah dengan menghambat kerja dari enzim
tersebut (Davies dan Hickson, 1996). Penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan
karakteristik pada ketiga cell line dalam merespons ekstrak umbi keladi tikus.
4. KESIMPULAN DAN PROSPEK
Ekstrak umbi keladi tikus berpengaruh terhadap penghambatan proliferasi ketiga
macam cell line kanker. Cell line HeLa menunjukkan kecenderungan adanya korelasi
positif antara konsentrasi ekstrak dan persentase IP. Sedangkan ekstrak umbi tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap penghambatan proliferasi pada cell line K-562
dan A-132.
Mengingat prospek tanaman ini di masa mendatang, penelitian ini perlu
dilanjutkan dengan memanfaatkan teknik kultur jaringan untuk mendapatkan klon yang
stabil terhadap kandungan senyawa aktif yang ada pada umbi keladi tikus, sehingga kelak
dapat diperoleh obat herbal yang bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit kanker.
UCAPAN TERIMA KASIH
Kami mengucapkan terima kasih kepada Pimpinan Lambaga Penelitian UNJ yang
telah mendanai penelitian ini melalui Dana DIPA RUTIN UNJ, No. 54/SPK/LP-UNJ/DIPA
RUTIN/K-2006.

Prosiding Seminar Nasional Sains II; Bogor, 14 November 2009

13

Pengaruh Ekstrak Umbi Keladi Tikus

Biosains

DAFTAR PUSTAKA
Asri, Christiani, Supriyatin. 2007. Pengaruh ekstrak umbi keladi tikus (Typhonium
flagelliforme (Lodd)BL.) terhadap penghambatan proliferasi cell-line A-132 dan K562. Bioma V: 1-4.
Brown, R. 1996. Chemotheraputic Druginduced DNA Damage and Repair. Di dalam
Molecular Biology for Oncologist. Chapman & Hall: London.
Christiani, dkk. 2006. Pemanfaatan umbi keladi tikus (Typhonium flagelliforme (Lodd)BL.)
sebagai upaya pengobatan penyakit kanker (belum dipublikasikan).
Davies, S.L. dan Hickson. I.D. 1996. Molecular Basic of Drug Resistance. Di dalam
Molecular Biology for Oncologist. Chapman & Hall: London.
Feshney, R.I. 1992. Introduction to Basic Priciples. Di dalam Freshney Animal Cell Culture
A Practical Approach, Second Edition. Oxford University Press, New York, Hlm: 113.
Handoko, B.J.F. 2005. Karakteristik dan uji hayati pendahuluan metabolit sekunder aktif
dari fraksi etil asetat umbi keladi tikus (Typhonium divaricatum (L.) Decne). (Skripsi).
Jakarta: Universitas Pancasila.
Indriati. 2002. Isolasi senyawa bioaktif antikanker dari tanaman keladi tikus (Typhonium
divaricatum (L.) Decne). (Skripsi). Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.
Maruer. 1992. Toward serum-free, chemically defined media for mamalia cell culture. Di
dalam Freshney Animal Cell Culture A Practical Approach, Second Edition. Edited.
Oxford University Press, New York, Hlm: 15-46.
Ratna, Christiani, Arleni. 2006. Uji aktivitas penghambatan proliferasi cell line K-562 oleh
ekstrak keladi tikus (Typhonium flagelliforme (Lodd)BL.) secara in vitro. Bioma V:
14-18.
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi. Terjemahan Kosasih
Padmawinata. Penerbit ITB Bandung.
Sismindari. 2003. Cytotoxic effects of methanol ectract isolated from Eryrhrina fusca
Lourvleaves on cancer cell-lines. Berkala Ilmu Kedokteran Vol. 35 No. 2. Hlm. 7580.

Prosiding Seminar Nasional Sains II; Bogor, 14 November 2009

14

PENGARUH MACAM NUTRISI DAN PEMBERIAN EKSTRAK

Biosains

PENGARUH MACAM NUTRISI DAN PEMBERIAN EKSTRAK BUAH PISANG
TERHADAP PERTUMBUHAN PLANTLET ANGGREK DENDROBIUM
SECARA IN VITRO
(The Influence of Nutrition Kinds and Banana Extract Toward the In Vitro Growth
of Dendrobium Plantlet)
Samanhudi1)*, Ahmad Yunus1), dan Wangi Satutik2)
1)

Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
Jl. Ir. Sutami 36 A, Surakarta 57126 Telp/Fax. (0271) 632451
*
Penulis untuk Korespondensi : HP. 0813 290 60000 Email : samanhudi@uns.ac.id
2)
Mahasiswa Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian UNS

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mencari nutrisi media alternatif dan konsentrasi
ekstrak pisang yang tepat untuk pembiakan anggrek Dendrobium secara in
vitro. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan
Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta pada
bulan Januari sampai Mei 2009. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Lengkap yang disusun secara faktorial. Faktor pertama adalah macam nutrisi
yaitu VW, Growmore, Formula AB-Mix. Faktor kedua adalah konsentrasi
ekstrak pisang yaitu 0, 50l, 100, dan 150 g/l sehingga terdapat 12 kombinasi
perlakuan masing-masing diulang sebanyak tiga kali. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa semua macam nutrisi yang diujikan dapat digunakan
sebagai media alternatif untuk pembiakan anggrek Dendrobium secara in vitro.
Media tanpa penambahan ekstrak pisang menunjukkan hasil terbaik pada
variabel tinggi plantlet, jumlah daun, saat muncul tunas dan jumlah tunas,
sedangkan media dengan penambahan ekstrak pisang pada konsentrasi 50 g/l
menghasilkan panjang akar yang terpanjang. Kombinasi perlakuan nutrisi ABMix dengan penambahan ekstrak pisang 50 g/l menghasilkan saat muncul akar
tercepat (14 HST). Kombinasi perlakuan AB-Mix tanpa penambahan ekstrak
pisang menghasilkan jumlah akar terbanyak (10 akar). Perlakuan yang
menghasilkan kalus antara lain pada kombinasi perlakuan nutrisi VW,
Growmore dan AB-Mix dengan penambahan ekstrak pisang 0 dan 50 g/l.
Tekstur kalus yang dihasilkan kompak dan warna kalus hijau..
Kata kunci: Nutrisi, ekstrak buah pisang, anggrek Dendrobium, in vitro.

1. PENDAHULUAN
Anggrek merupakan salah satu tanaman hias yang sangat prospektif sebagai
komoditas non migas. Anggrek termasuk ke dalam famili Orchidaceae, suatu famili yang
sangat besar dan sangat bervariasi. Anggrek Dendrobium menarik minat para penggemar
tanaman hias karena mempunyai warna, bentuk dan ukuran yang sangat beragam, serta
mempunyai daya tahan kesegaran bunga lebih lama sebagai bunga potong.
Teknik perbanyakan tanaman anggrek yang telah lazim dilakukan adalah dengan
mengecambahkan biji-biji anggrek secara in vitro dengan metode kultur jaringan, yaitu

Prosiding Seminar Nasional Sains II; Bogor, 14 November 2009

15

PENGARUH MACAM NUTRISI DAN PEMBERIAN EKSTRAK

Biosains

dalam bentuk bibit dalam botol atau kultur biji (Sriyanti, 2007). Media kultur yang biasa
digunakan dalam kultur jaringan anggrek merupakan media yang teramu dalam media
MS (Murashige and Skoog), VW (Vacin and Went) dan Knudson. Sayangnya bahan baku
media kultur tersebut, selain masih sulit diperoleh juga relatif mahal untuk skala produksi
bagi para petani atau para pemula anggrek (Sandra, 2004).
Oleh karena itu, diperlukan media kultur alternatif dengan berbagai macam nutrisi
yang dapat terjangkau dan mudah didapat. Nutrisi yang digunakan untuk kultur anggrek
selain nutrisi VW dapat menggunakan salah satu pupuk lengkap anorganik misal
Growmore dengan kandungan NPK (32-10-10) dan nutrisi hidroponik misal resep formula
AB-Mix EC 2 mS/cm (Electro Conductivity atau daya hantar listrik dengan satuan milli
siemens persenti meter), dengan penambahan suplemen dan ZPT alami. Penggunaan
pisang merupakan penggunaan salah satu bahan organik yang sangat umum diberikan
dalam media kultur anggrek. Buah pisang sering digunakan sebagai sumber karbohidrat,
suplemen dan ZPT (auksin) dalam penanaman anggrek secara in vitro, dapat
meningkatkan pertumbuhan dan deferensiasi sel pada tanaman. Pemberian buah pisang
ambon pada subkultur plantlet anggrek dendrobium dapat memacu pertumbuhan
(Widiastoety dan Bahar, 1995). Penelitian ini bertujuan untuk mencari media alternatif
serta konsentrasi pisang yang tepat untuk pembiakan Dendrobium sp secara in vitro.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Mei 2009

bertempat di

Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta. Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
bahan tanam yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi plantlet anggrek silangan
Dendrobium Imelda romualdez / Alice noda >< Dendrobium Tomie / Waipahu pink,
berumur kurang lebih 4 bulan setelah semai dengan pertumbuhan calon daun tinggi 1-2
cm, belum membuka sempurna dan belum ada akar. Bahan kimia yang dipergunakan
meliputi media vacin an