BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - Pengaruh kinerja keuangan, dewan komisaris, blockholder ownership, auditor type, Dan umur perusahaan terhadap Voluntary disclosure - Perbanas Institutional Repository

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

  Pembahasan mengenai topik penelitian voluntary disclosure telah dilakukan penelitian sebelumnya sebagai berikut ringkasannya:

1. Elfeky (2017)

  Tujuan utama penelitian adalah untuk menguji kerangka teoritis berkaitan dengan delapan faktor penentu tata kelola perusahaan dengan tingkat pengungkapan sukarela yang diberikan oleh perusahaan publik yang terdaftar di

  Egyptian Stock Exchange (EGX). Sampel dalam penelitian terdiri dari perusahaan-

  perusahaan Mesir dari antara 50 besar perusahaan paling aktif diperdagangkan yang terdaftar di Egyptian Stock Exchange (EGX) selama periode 2012-2016. Teknik pemilihan sampel menggunakan purposive sampling. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi Ordinary Least Square (OLS).

  Variabel independen yang digunakan yaitu corporate governance (firm

  size, firm profitability, firm leverage, board size, independent directors, duality in position, block-holder ownership, and auditor type ), variabel dependen yang

  digunakan yaitu voluntary disclosure. Hasil penelitian menunjukkan bahwa firm dan auditor type

  size, firm profitability, firm leverage, independent directors,

  berpengaruh signifikan positif terhadap voluntary disclosure, sedangkan block-

  holder ownership berpengaruh negatif terhadap voluntary disclosure, namun tidak ditemukan pengaruh antara board size dan duality in position terhadap voluntary disclosure .

  Persamaan: 1.

  Variabel independen yang digunakan sama yaitu firm profitability, firm

  leverage, board size, independent directors, block-holder ownership, and auditor type .

  2. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Perbedaan: 1.

  Subyek penelitian terdahulu adalah perusahaan publik di Egyptian Stock

  Exchange (EGX), sedangkan penelitian sekarang adalah perusahaan pertambangan di Indonesia Stock Exchange (IDX).

  2. Teknik analisis data penelitian terdahulu adalah analisis regresi Ordinary Least

  Square, tetapi dalam penelitian sekarang menggunakan teknik analisis data SEM-PLS.

  3. Duality on position dan firm size digunakan sebagai variabel independen dalam penelitian terdahulu tetapi tidak digunakan dalam penelitian sekarang.

  4. Subyek penelitian terdahulu adalah perusahaan publik di Colombo Stock

  Exchange (CSE) periode 2012

  • – 2016, sedangkan penelitian sekarang adalah perusahaan pertambangan di Indonesia Stock Exchange (IDX) periode 2012- 2016.

  2. Abeywardana dan Panditharathna (2016)

  Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui sejauh mana tingkat adalah 50 perusahaan perbankan dan keuangan yang terdaftar di Colombo Stock

  

Exchange (CSE) periode 2012 – 2015 sehingga total penelitian sebanyak 200

  sampel data. Teknik pemilihan sampel menggunakan purposive sampling. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi Ordinary Least Square (OLS).

  Variabel independen yang digunakan yaitu

  firm size, profitability, firm’s

age, leverage, ownership concentration, dan board independence, sedangkan

  variabel dependen yang digunakan yaitu voluntary disclosure. Hasil penelitian menemukan bahwa firm size, profitability, dan

  firm’s age berpengaruh positif

  signifikan terhadap voluntary disclosure, sedangkan leverage dan board

  

independence berpengaruh negatif terhadap voluntary disclosure, namun tidak

ditemukan pengaruh antara ownership concentration terhadap voluntary disclosure.

  Persamaan: 1.

  Variabel independen yang digunakan sama yaitu profitability, firm’s age, leverage dan board independence.

  2. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Perbedaan: 1.

  Subyek penelitian terdahulu adalah perusahaan publik di Colombo Stock

  Exchange (CSE) periode 2012

  • – 2015, sedangkan penelitian sekarang adalah perusahaan pertambangan di Indonesia Stock Exchange (IDX) periode 2012 - 2016.

  2. Teknik analisis data penelitian terdahulu adalah analisis regresi Ordinary Least

  Square, tetapi dalam penelitian sekarang menggunakan teknik analisis data

  3. Firm size dan ownership concentration digunakan sebagai variabel independen tidak digunakan dalam penelitian sekarang.

  3. Damayanti dan Priyadi (2016)

  Tujuan penelitian adalah menguji pegaruh karakteristik perusahaan pada luas pengungkapan sukarela dan impilkasinya terhadap asimetri informasi. Jumlah sampel penelitian adalah 135 laporan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011 – 2013. Teknik pemilihan sampel menggunakan purposive sampling. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linear berganda dengan pengoperasian SPSS 20.

  Variabel independen yang digunakan yaitu porsi kepemilikan saham publik, umur listing, ukuran perusahaan, likuiditas, profitabilitas, ukuran kantor akuntan publik, sedangkan variabel dependen yang digunakan yaitu luas pengungkapan sukarela dan asimetri informasi. Hasil penelitian menemukan bahwa porsi kepemilikan saham publik, umur listing, ukuran perusahaan, dan profitabilitas memiliki pengaruh terhadap pengungkapan sukarela, sedangkan likuiditas dan ukuran kantor akuntan publik tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela, namun ditemukan pengaruh negatif antara pengungkapan sukarela terhadap asimetri informasi. Persamaan: 1.

  Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling.

  2. Variabel independen yang digunakan sama yaitu umur listing, likuiditas, profitabilitas, ukuran kantor akuntan publik.

  Perbedaan: 1.

  Subyek penelitian terdahulu adalah perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011

  • – 2013, sedangkan penelitian sekarang adalah perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012 - 2016.

  2. Teknik analisis data penelitian terdahulu adalah analisis regresi linear berganda (SPSS 20), tetapi dalam penelitian sekarang menggunakan teknik analisis data SEM-PLS (SmartPLS 3.0).

  3. Porsi kepemilikan saham publik dan ukuran perusahaan digunakan sebagai variabel independen dalam penelitian terdahulu tetapi tidak digunakan dalam penelitian sekarang.

  4. Ebrahimabadi dan Asadi (2016)

  Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik perusahaan dan pengungkapan sukarela di berbagai jenis perusahaan.

  Jumlah sampel penelitian yang digunakan adalah 104 perusahaan terpilih yang terdaftar di Tehran Stock Exchange periode 2006

  • – 2012. Teknik pemilihan sampel menggunakan purposive sampling. Teknik analisis data menggunakan analisis least square regression dengan Software SPSS dan Eviews.

  Variabel independen yang digunakan yaitu firm size, firm age, board of

  directors combination’s firm, debt ratio, profitability ratio, free cash flow, dan audit

  , sedangkan variabel dependen yang digunakan yaitu quality of information

  firm size

voluntary disclosure . Hasil penelitian menemukan firm size, debt ratio, profitability

ratio berpengaruh terhadap quality of information voluntary disclosure, sedangkan

  

firm age, board of directors combination’s firm, audit firm size dan free cash flow

tidak berpengaruh terhadap quality of information voluntary disclosure.

  Persamaan: 1.

  Variabel independen yang digunakan sama yaitu firm age, board of directors

  combination’s firm, debt ratio, profitability ratio, dan audit firm size 2.

  Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Perbedaan: 1.

  Subyek penelitian terdahulu adalah perusahaan terpilih di Tehran Stock

  Exchange periode 2006

  • – 2012, sedangkan penelitian sekarang adalah perusahaan pertambangan di Indonesian Stock Exchange (IDX) periode 2012 - 2016.

  2. Teknik analisis data penelitian terdahulu adalah analisis regresi least square (SPSS dan Eviews), tetapi dalam penelitian sekarang menggunakan teknik analisis data SEM-PLS (SmartPLS 3.0).

  3. Firm size dan free cash flow digunakan sebagai variabel independen dalam penelitian terdahulu tetapi tidak digunakan dalam penelitian sekarang.

  5. Gunawan (2016)

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh karakteristik perusahaan terhadap pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan di Indonesia. Jumlah sampel penelitian yang digunakan adalah 104 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012

  • – 2013. Teknik pemilihan sampel menggunakan purposive sampling. Teknik analisis data
Variabel independen yang digunakan yaitu kepemilikan saham institusional, leverage, profitabilitas, dan likuiditas, sedangkan variabel dependen yang digunakan yaitu luas pengungkapan sukarela laporan tahunan. Hasil penelitian menemukan kepemilikan saham institusional, leverage, profitabilitas, dan likuiditas berpengaruh terhadap luas pengungkapan laporan tahunan. Persamaan: 1.

  Variabel independen yang digunakan sama yaitu leverage, likuiditas dan profitabilitas.

  2. Teknik pengambilan sampel antara penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang menggunakan purposive sampling.

  Perbedaan: 1.

  Subyek penelitian terdahulu adalah perusahaan manufaktur terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012

  • – 2013, sedangkan penelitian sekarang adalah perusahaan pertambangan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012 - 2016.

  2. Teknik analisis data penelitian terdahulu adalah analisis regresi linear berganda tetapi dalam penelitian sekarang menggunakan teknik analisis data SEM-PLS.

  3. Kepemilikan saham institusional digunakan sebagai variabel independen dalam penelitian terdahulu tetapi tidak digunakan sebagai variabel independen dalam penelitian sekarang.

  6. Wany (2015)

  Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengungkapan terhadap asimetri informasi. Jumlah sampel penelitian yang digunakan adalah 60 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011

  • – 2013. Teknik pemilihan sampel menggunakan purposive sampling . Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linear berganda.

  Variabel independen yang digunakan yaitu ukuran perusahaan, tingkat

  

leverage , porsi kepemilikan saham publik, likuiditas, profitabilitas, dan ukuran

  kantor akuntan publik sedangkan variabel dependen yang digunakan yaitu luas pengungkapan laporan tahunan dan asimetri informasi. Hasil penelitian menemukan ukuran perusahaan dan ukuran kantor akuntan publik berpengaruh terhadap luas pengungkapan laporan tahunan, sedangkan tingkat leverage, porsi kepemilikan saham publik, likuiditas, dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan laporan tahunan, lalu adanya pengaruh antara luas pengungkapan laporan tahunan dan asimetri informasi. Persamaan: 1.

  Teknik pengambilan sampel antara penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang sama-sama menggunakan purposive sampling.

  2. Variabel independen yang digunakan sama antara penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu tingkat leverage, likuiditas, profitabilitas, ukuran kantor akuntan publik. Perbedaan: 1.

  Subyek penelitian terdahulu adalah perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011 – 2013, sedangkan penelitian sekarang adalah

  2. Teknik analisis data penelitian terdahulu adalah analisis regresi linear berganda, penelitian sekarang menggunakan teknik analisis data SEM-PLS.

  3. Variabel independen yang tidak sama yaitu porsi kepemilikan saham publik dan ukuran perusahaan.

  7. Hieu dan Lan (2015)

  Tujuan dari penelitian adalah menyelidiki faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat voluntary disclosure dalam laporan tahunan perusahaan.

  Jumlah sampel penelitian yang digunakan adalah 205 perusahaan industri dan manufaktur yang terdaftar di Ho Chi Minh Stock Exchange (HSE) dan Hanoi Stock

  

Exchange (HSE) untuk tahun 2012. Teknik pemilihan sampel menggunakan

purposive sampling . Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linear

  berganda.

  Variabel independen yang digunakan yaitu company size, profitability,

  

leverage, state ownership, managerial ownership, foreign ownership, board

independence, role duality, dan type of external auditors, sedangkan variabel

  dependen yang digunakan yaitu tingkat voluntary disclosure dalam laporan tahunan. Hasil penelitian menemukan company size dan foreign ownership berpengaruh terhadap tingkat voluntary disclosure dalam laporan tahunan, sedangkan profitability, leverage, state ownership, managerial ownership, board dan type of external auditors tidak memiliki pengaruh

  independence, role duality, terhadap tingkat voluntary disclosure dalam laporan tahunan.

  Persamaan: 1.

  Variabel independen yang digunakan sama yaitu profitability, leverage, board independence, dan type of external auditors.

  2. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Perbedaan: 1.

  Subyek penelitian terdahulu adalah perusahaan industri dan manufaktur di Ho

  Chi Minh Stock Exchange (HSE) dan Hanoi Stock Exchange (HSE) pada tahun

  2012, penelitian sekarang adalah perusahaan pertambangan di Indonesian Stock Exchange periode 2012 - 2016.

  2. Teknik analisis data penelitian terdahulu adalah analisis regresi linear berganda, penelitian sekarang menggunakan teknik analisis data SEM-PLS.

  3. Company size, state ownership, managerial ownership, foreign ownership, dan

  role duality digunakan sebagai variabel independen dalam penelitian terdahulu tetapi tidak digunakan dalam penelitian sekarang.

  8. Jouirou dan Chenguel (2014)

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyoroti tingkat voluntary

  

disclosure of Tunisian companies dan dampak beberapa faktor penentu pada

voluntary disclosure . Jumlah sampel penelitian yang digunakan adalah 22 laporan

  tahunan perusahaan Tunisia yang terdaftar di Tunisian Stock Exchange untuk tahun 2007. Teknik pemilihan sampel menggunakan purposive sampling. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linear berganda.

  Variabel independen yang digunakan yaitu firm size, leverage,

  

size, dan type industry, sedangkan variabel dependen yang digunakan yaitu tingkat

voluntary disclosure . Hasil penelitian menemukan firm size, board independence,

  dan audit firm size berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat voluntary

  

disclosure , sedangkan firm age berpengaruh negatif terhadap tingkat voluntary

disclosure , lalu tidak adanya pengaruh antara ownership concentration,

profitability, type industry , dan leverage terhadap tingkat voluntary disclosure.

  Persamaan: 1.

  Variabel independen yang digunakan antara penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu leverage, board independence, firm age, profitability, dan audit firm size.

  2. Teknik pengambilan sampel antara penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang menggunakan purposive sampling.

  Perbedaan: 1.

  Subyek penelitian terdahulu adalah perusahaan Tunisia di Tunisian Stock

  Exchange pada tahun 2007, sedangkan penelitian sekarang adalah perusahaan pertambangan di Indonesian Stock Exchange periode 2012 - 2016.

  2. Teknik analisis data penelitian terdahulu adalah analisis regresi linear berganda, penelitian sekarang menggunakan teknik analisis data SEM-PLS.

  3. Firm size, ownership concentration, dan type industry digunakan sebagai variabel independen dalam penelitian terdahulu tetapi tidak digunakan dalam penelitian sekarang.

  9. Krishna (2013)

  Penelitian ini memiliki tujuan agar dapat mengetahui pengaruh tingkat likuiditas, leverage, ukuran perusahaan, dan reputasi kantor akuntan publik secara parsial atau positif terhadap pengungkapan sukarela pada sektor industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jumlah sampel penelitian yang digunakan adalah 45 laporan keungan sektor industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode 2008 - 2011. Teknik pemilihan sampel menggunakan purposive sampling. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linear berganda.

  Variabel independen yang digunakan yaitu tingkat likuiditas, leverage, ukuran perusahaan, dan reputasi kantor akuntan publik, sedangkan variabel dependen yang digunakan yaitu pengungkapan sukarela. Hasil penelitian yaitu tingkat likuiditas, leverage, ukuran perusahaan, dan reputasi kantor akuntan publik berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela. Persamaan: 1.

  Variabel independen yang digunakan sama yaitu tingkat likuiditas, leverage, dan reputasi kantor akuntan publik

  2. Teknik pengambilan sampel antara penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang menggunakan purposive sampling.

  Perbedaan: 1.

  Subyek penelitian terdahulu adalah perusahaan sektor industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2008 - 2011, sedangkan penelitian sekarang

  2. Teknik analisis data penelitian terdahulu adalah analisis regresi linear berganda tetapi dalam penelitian sekarang menggunakan teknik analisis data SEM-PLS.

  3. Ukuran perusahaan digunakan sebagai variabel independen dalam penelitian terdahulu tetapi tidak digunakan dalam penelitian sekarang.

  10. Allegrini dan Greco (2013)

  Penelitian ini menyelidiki interaksi antara tata kelola dalam pengaturan keagenan, ditampilkan oleh kepemilikan terkonsentrasi dan perwakilan pemegang saham tertinggi dalam dewan direksi. Jumlah sampel penelitian yang digunakan adalah 177 laporan tahunan perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Italian

  

Stock Exchange untuk tahun 2007. Teknik pemilihan sampel menggunakan

purposive sampling . Teknik analisis data menggunakan analisis regresi Ordinary

Least Square .

  Variabel independen yang digunakan yaitu board independence, board

  

size, CEO duality, lead independent director, board commitees, dan audit

committee , sedangkan variabel dependen yang digunakan yaitu level of voluntary

disclosure . Hasil penelitian menemukan board size dan audit committee

  berpengaruh positif signifikan terhadap level of voluntary disclosure, sedangkan

  

CEO duality berpengaruh negatif terhadap level of voluntary disclosure, lalu tidak

  adanya pengaruh antara board commitees, board composition dan lead independent terhadap level of voluntary disclosure.

  director

  Persamaan: 1.

  Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling.

  2. Variabel independen yang digunakan sama yaitu board independence dan board size .

  Perbedaan: 1.

  CEO duality, lead independent director, board commitees, dan audit committee digunakan sebagai variabel independen dalam penelitian terdahulu tetapi tidak digunakan dalam penelitian sekarang.

  2. Subyek penelitian terdahulu adalah perusahaan non-keuangan di Italian Stock

  Exchange pada tahun 2007, penelitian sekarang adalah perusahaan pertambangan di Indonesian Stock Exchange periode 2012 - 2016.

  3. Teknik analisis data penelitian terdahulu adalah analisis regresi Ordinary Least

Square, penelitian sekarang menggunakan teknik analisis data SEM-PLS.

  11. Soliman (2013)

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat

  

voluntary disclosure dalam laporan tahunan dan karakteristik perusahaan.. Jumlah

  sampel penelitian yang digunakan adalah 50 perusahaan besar yang paling aktif diperdagangan yang terdaftar di Egyptian Stock Exchange periode 2007 - 2010.

  Teknik pemilihan sampel menggunakan purposive sampling. Teknik analisis data menggunakan analisis multiple regression.

  Variabel independen yang digunakan yaitu firm size, auditor size, dan

  

profitability, firm’s age, sedangkan variabel dependen yang digunakan yaitu

  tingkat voluntary disclosure. Hasil penelitian menemukan firm size dan profitability berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat voluntary disclosure, lalu tidak adanya pengaruh antara

  firm’age dan auditor size terhadap tingkat voluntary disclosure .

  Persamaan: 1.

  Variabel independen yang digunakan yaitu auditor size, firm’s age, dan profitability .

  2. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian dahulu dan sekarang yaitu purposive sampling.

  Perbedaan: 1.

  Subyek penelitian terdahulu adalah perusahaan besar yang aktif diperdagangan di Egyptian Stock Exchange periode 2007 - 2010, penelitian sekarang adalah perusahaan pertambangan di Indonesian Stock Exchange periode 2012 - 2016.

  2. Teknik analisis data penelitian terdahulu adalah analisis multiple regression penelitian sekarang menggunakan teknik analisis data adalah SEM-PLS.

  3. Firm size digunakan sebagai variabel independen dalam penelitian terdahulu tetapi tidak digunakan dalam penelitian sekarang.

  12. Juhmani (2013)

  Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara variabel struktur kepemilikan dan level of voluntary disclosure. Jumlah sampel penelitian yang digunakan adalah 41 laporan tahunan perusahaan yang terdaftar di Bahrain pada tahun 2010. Teknik pemilihan sampel menggunakan

  Stock Exchange

purposive sampling . Teknik analisis data menggunakan analisis multiple

regression .

  Variabel independen yang digunakan yaitu blockholder ownership,

  

managerial ownership, government ownership, firm size, leverage, dan

profitability , sedangkan variabel dependen yang digunakan yaitu level of voluntary

disclosure . Hasil penelitian menemukan firm size dan leverage berpengaruh positif

  signifikan terhadap level of voluntary disclosure, sedangkan blockholder ownership berpengaruh negatif terhadap level of voluntary disclosure, lalu tidak adanya pengaruh antara profitability, managerial ownership, dan government ownership terhadap level of voluntary disclosure.

  Persamaan: 1.

  Variabel independen yang digunakan sama yaitu blockholder ownership, leverage, dan profitability.

  2. Teknik pengambilan sampel antara penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang menggunakan purposive sampling.

  Perbedaan: 1.

  Teknik analisis data penelitian terdahulu adalah analisis multiple regression, sedangkan penelitian sekarang menggunakan teknik analisis data SEM-PLS.

  2. Subyek penelitian terdahulu adalah perusahaan Bahrain yang terdaftar di

  Bahrain Stock Exchange pada tahun 2010, sedangkan penelitian sekarang

  adalah perusahaan pertambangan di Indonesian Stock Exchange periode 2012 - 2016.

  3. Firm size, managerial ownership dan government ownership digunakan sebagai variabel independen dalam penelitian terdahulu tetapi tidak digunakan

13. Wardani (2012)

  Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah ukuran perusahaan, leverage, porsi kepemilikan saham, likuiditas perusahaan, profitabilitas, dan umur perusahaan berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela. Jumlah sampel penelitian yang digunakan adalah 79 perusahaan sektor riil yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2009. Teknik pemilihan sampel menggunakan stratified random sampling. Teknik analisis data menggunakan analisis multiple regression.

  Variabel independen yang digunakan yaitu ukuran perusahaan,

  

leverage , porsi kepemilkan saham, likuiditas, profitabilitas, dan umur perusahaan,

sedangkan variabel dependen yang digunakan yaitu luas pengungkapan sukarela.

  Hasil penelitian menemukan ukuran perusahaan dan profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela, sedangkan umur perusahaan berpengaruh negatif terhadap luas pengungkapan sukarela, lalu tidak adanya pengaruh antara leverage, porsi kepemilkan saham, dan likuiditas terhadap tingkat pengungkapan sukarela. Persamaan: Variabel independen yang digunakan sama yaitu leverage, likuiditas, profitabilitas, dan umur perusahaan.

  Perbedaan: 1.

  Subyek penelitian terdahulu adalah perusahaan sektor riil yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009, sedangkan penelitian sekarang adalah

  2. Teknik analisis data penelitian terdahulu adalah analisis multiple regression tetapi dalam penelitian sekarang menggunakan teknik analisis data yaitu SEM- PLS.

  3. Pemilihan sampel terdahulu menggunakan stratified random sampling tetapi dalam penelitian sekarang menggunakan pemilihan sampel yaitu purposive

  sampling .

  4. Porsi kepemilikan saham dan ukuran perusahaan digunakan sebagai variabel independen dalam penelitian terdahulu tetapi tidak digunakan dalam penelitian sekarang.

14. Wiguna (2013)

  Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan likuiditas terhadap luas pengungkapan sukarela pada laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-

  2011”. Jumlah sampel penelitian yang digunakan adalah 9 laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode 2007 - 2011. Teknik pemilihan sampel menggunakan

  

purposive sampling . Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linear

berganda.

  Variabel independen yang digunakan yaitu leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan likuiditas, sedangkan variabel dependen yang digunakan yaitu luas pengungkapan sukarela. Hasil penelitian yaitu profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela, sedangkan sukarela, lalu tidak adanya pengaruh antara ukuran perusahaan dan luas pengungkapan sukarela.

  Persamaan: 1.

  Variabel independen yang digunakan sama yaitu tingkat likuiditas, leverage, dan profitabilitas.

  2. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Perbedaan: 1.

  Subyek penelitian terdahulu adalah perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2007

  • – 2011 tetapi dalam penelitian sekarang adalah perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia periode 2012 - 2016.

  2. Teknik analisis data penelitian terdahulu adalah analisis regresi linear berganda tetapi dalam penelitian sekarang menggunakan teknik analisis data yaitu SEM- PLS.

  3. Ukuran perusahaan digunakan sebagai variabel independen dalam penelitian terdahulu tetapi tidak digunakan dalam penelitian sekarang.

  Keterangan : ROA : Return On Assets KN : Kepemilikan Negara DER : Debt to Equity Ratio KI : Kepemilikan Institusional CR : Current Ratio KK : Kepemilikan Konsentrasi FA : Firm Age KA : Kepemilikan Asing BI : Board Independent KM : Kepemilikan Manajerial BS : Board Size KSP : Kepemilikan Saham Publik AT : Auditor Type FCF : Free Cash Flow BO : Blockholder Ownership FS : Firm Size LID : Lead Independent Director AC : Audit Comitte DOP : Duality on Position BC : Board Comitte TI : Type Industry

  Variabel dalam penelitian ini menggunakan kinerja keuangan, dewan komisaris, blockholder ownership, auditor type, dan umur perusahaan. Alasan menggunakan variabel tersebut karena adanya research gap dan adanya ketidaksamaan hasil penelitian antar penelitian lainnya.

2.2 Landasan Teori

  Pada landasan teori ini akan dijelaskan beberapa teori yang mendukung dan menjadi acuan dasar untuk mencapai tujuan penelitian. Berikut ini penjelasan teori yang terkait tentang voluntary disclosure.

2.2.1 Teori Agensi (Agency Theory)

  Menurut Hieu dan Lan (2015), agency theory menjelaskan tentang hubungan antara pemegang saham (principal) dan eksekutif perusahaan (agent).

  Pertama kali teori keagenan dikemukakan oleh Michael C. Jensen dan Willian H. Meckling pada tahun 1967 yang menyatakan:

  “We define an agency relationship as a contract under which one or more

  persons (the principals(s)) engage another person (the agent) to perform some service on their behalf which involves delegating some decision making authority to the agent. If both parties to the relationship are utility maximizers, there is good reason to believe that the agent will not always act in the best interests of the

  Jensen dan Meckling (1976) menyimpulkan bahwa hubungan agensi merupakan kontrak antara satu atau lebih (principal) dengan orang lain (agent) dalam kegiatan pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Hubungan keagenan muncul ketika satu atau lebih induvidu (principal) mempekerjakan induvidu lain (agent) untuk memberikan suatu jasa, kemudian mendelegasikan kekuasaan kepada agent untuk membuat suatu keputusan atas nama principal tersebut.

  Hubungan keagenan mewajibkan agent untuk memberikan laporan periodik kepada principal tentang usaha perusahaan yang dijalankan dan principal akan menilai kinerja agennya melalui pelaporan laporan keuangan perusahaan (Damayanti dan Priyadi, 2016). Teori keagenan mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer sebagai agent dan pemilik sebagai principal (Devi dan Suardana, 2014). Menurut Wardani (2012) menyatakan pengelolaan informasi yang dipublikasikan oleh perusahaan dapat menimbulkan adanya masalah asimetri informasi ketika manajer lebih mengetahui informasi dan kondisi di dalam perusahaan dibandingkan dengan pemegang saham dan stakeholder sehingga sering terjadinya pertentangan akibat kepentingan berbeda yang memunculkan adanya konflik keagenan (agency problem). Hubungan keagenan merupakan sarana transparansi dan akuntabilitas manajemen (agent) dalam menyampaikan laporan keuangan kepada pemiliknya (principal) agar terhindar dari asimetri informasi (Wany, 2015).

  Menurut Jensen dan Meckling (1976), jika kedua belah pihak dalam kepentingan terbaik dari principal. Hal ini berarti bahwa agent akan selalu melakukan tindakan yang dapat memberikan keuntungan bagi dirinya sendiri dan mengesampingkan kepentingan principal (Pratiwi, 2015). Anshori dan Priyadi (2014) menyatakan untuk mengawasi dan menghalangi perilaku oportunis manajer perusahaan (agent), maka pemegang saham (principal) harus bersedia mengeluarkan biaya pengawasan yang disebut sebagai biaya keagenan (agency

  

cost ). Untuk mengurangi biaya agensi (agency cost) yang muncul akibat hubungan

  antara manajer (agent) dan pemegang saham (principal), perusahaan akan mengungkapkan lebih banyak informasi secara sukarela atau melakukan pengungkapan yang lebih luas kepada pengguna laporan tahunan (Maharani dan Budiasih, 2016).

2.2.2 Teori Sinyal (Signaling Theory)

  Menurut Chasana dan Santoso (2017) teori sinyal adalah teori yang menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan dalam memberikan informasi laporan keuangan pada pihak luar. Signalling theory dikemukakan oleh Michael Spence pada tahun 1973 dalam penelitiannya

  “Job Market Signalling Model yang menyatakan:

  “In the job market, employers are willing to pay higher wages to employ

  

better workers. While the individual may know his or her own level of ability, the

hiring firm is not (usually) able to observe such an intangible trait —thus there is

an asymmetry of information between the two parties. Education credentials can be

used as a signal to the firm, indicating a certain level of ability that the individual

may possess; thereby narrowing the informational gap.

  

  Spence (1973) menyimpulkan bahwa dalam pasar kerja biasanya pengusaha bersedia membayar upah lebih tinggi untuk mempekerjakan pekerja yang lebih baik. Sementara induvidu mengetahui tingkat kemampuannya sendiri, sedangkan perusahaan perekrutan tidak mampu mengamati hal semacam itu sehingga terjadi adanya asimetri informasi antar kedua pihak. Kredensial (kelayakan) pendidikan dapat digunakan sebagai sinyal bagi perusahaan untuk menunjukkan tingkat kemampuan tertentu yang dimiliki induvidu.

  Signalling theory adalah salah satu teori yang melatarbelakangi masalah

  asimetri informasi sehingga dimanfaatkan perusahaan untuk memberikan sinyal positif atau negatif guna mengurangi adanya asimetri informasi (Sulistyaningsih dan Gunawan, 2016). Sinyal yang dimaksud merupakan penyampaian informasi pada pasar (publik) mengenai informasi yang berkaitan dengan perusahaan melalui publikasi laporan tahunan (annual report). Sinyal ini dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan lebih baik dari perusahaan lain, atau dapat berupa laba/rugi yang dialami perusahaan, beban atau biaya yang dikeluarkan perusahaan, dan data-data keuangan lainnya (Damayanti dan Priyadi, 2016).

  Signalling theory menjelaskan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat

  pengungkapan sukarela yang luas kepada publik dimaksudkan untuk mengurangi adanya asimetri informasi antara agency dan principal (Elfeky, 2017). Pemberian informasi secara sukarela dalam laporan tahunan perusahaan dapat memberikan sinyal positif bahwa perusahaan telah berjalan sesuai dengan harapan stakeholders atau tidak. Pengungkapan informasi kinerja keuangan perusahaan digunakan oleh para manajer perusahaan untuk memberi sinyal baik perusahaan kepada investor dan untuk membantu mendukung keberlanjutan dan kompensasi manajemen (Anshori dan Priyadi, 2014).

  Berdasarkan teori signalling, Malone et al,(1993) dalam Anshori dan Priyadi (2014) menyatakan bahwa pengungkapan digunakan oleh para manajer perusahaan yang profit untuk memberi sinyal keuangan perusahaan kepada para investor dan untuk membantu mendukung keberlanjutan dan kompensasi manajemen. Perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja memberikan sinyal kepada publik berupa informasi keuangan positif dan dapat dipercaya sehingga dapat meningkatkan kredibilitasnya dan kesuksesan perusahaan di masa mendatang, sedangkan perusahaan yang memiliki kualitas buruk akan cenderung tidak menyampaikan laporan keuangannya kepada publik secara lengkap (Purwandari dan Purwanto, 2012).

2.2.3 Luas Voluntary Disclosure dalam Laporan Tahunan

  Menurut Suwardjono (2010) pengungkapan (disclosure) secara konseptual merupakan bagian integral dari pelaporan keuangan, sedangkan secara teknis pengungkapan merupakan langkah akhir dalam proses akuntansi yaitu penyajian informasi dalam bentuk seperangkat penuh statemen keuangan perusahaan. Evans (2003) dalam Suwardjono (2010:578) mengartikan pengungkapan sebagai berikut:

  “Disclosure means supplying information in the financial statements,

  

including the statements themselves, the notes to the statements, and the

supplementary disclosures associated with the statements. It does not extend to

public or private statements made by management or information provided outside

the financial statements

  ” Evans (2003) menyimpulkan pengungkapan merupakan menyediakan informasi dalam laporan keuangan, termasuk laporan keuangan sendiri, catatan atas laporan keuangan, dan pengungkapan tambahan yang terkait dengan laporan keuangan. Ini tidak mencakup laporan bersifat publik atau pribadi yang dibuat oleh manajemen atau informasi yang diberikan diluar laporan keuangan.

  Menurut Damayanti dan Priyadi (2016) pengungkapan informasi berkaitan dengan kegiatan suatu perusahaan bersamaan dengan laporan keuangan tahunan yang sangat penting untuk mengetahui sifat dan pengaruh kegiatan perusahaan yang pada akhirnya akan membantu dalam memprediksikan kinerja dan prospek perusahaan. Luas pengungkapan yang tepat memang harus ditentukan sesuai dengan kepentingan perusahaan, karena terlalu banyak maupun sedikit informasi yang diungkapkan tidak menguntungkan bagi perusahaan (Gunawan, 2016). Menurut Ghozali dan Chariri (2007:378) mengatakan bahwa terdapat tiga konsep pengungkapan yang lazim digunakan, yaitu:

  1. Pengungkapan cukup (adequate disclosure) Pengungkapan cukup adalah pengungkapan minimal yang harus dilakukan agar laporan keuangan yang disajikan tidak menyesatkan pengguna laporan keuangan, dimana angka-angka yang disajikan dapat diinterpretasikan dengan benar oleh investor.

  2. Pengungkapan Wajar (fair disclosure) Pengungkapan wajar adalah pengungkapan yang lebih pada faktor etis dengan menyediakan informasi dan memberikan perlakuan yang layak dan adil

  3. Pengungkapan Lengkap (full disclosure) Pengungkapan lengkap adalah penyajian semua informasi perusahaan yang diungkapkan secara berlebihan menimbulkan kemungkinan mengaburkan informasi yang signifikan sehingga beberapa pihak menganggapnya tidak baik.

  Scott (2009:16-17) dalam bukunya Financial Accounting Theory menyarankan agar perusahaan melakukan pengungkapan penuh (full disclosure).

  Pengungkapan penuh dapat diartikan bahwa perusahaan selain melaksanakan pengungkapan wajib yang telah diatur oleh badan regulasi, perusahaan juga disarankan untuk mempublikasikan pengungkapan tambahan dari pengungkapan wajib tersebut yang disebut sebagai pengungkapan sukarela.

  Menurut Ghozali dan Chariri (2007), metode-metode pengungkapan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

  1. Bentuk dan Susunan Laporan Formal 2.

  Terminologi dan Penyajian Terperinci 3. Informasi Parentesis 4. Catatan kaki (footnotes) 5. Laporan dan Daftar Pelengkap 6. Komentar dalam Laporan Auditor 7. Pernyataan Direktur Utama/Ketua Dewan Komisaris

  Menurut Putri et al,(2015) pengungkapan sukarela (voluntary

  

disclosure ) merupakan pilihan bebas manajemen perusahaan untuk memberikan

  informasi lainnya yang dipandang relevan dan mendukung dalam mengambil keputusan investasi oleh para pengguna informasi laporan tahunan (annual report).

  Pengungkapan sukarela yang dilakukan oleh perusahaan dapat menarik perhatian lebih banyak para analisis dengan meningkatkan akurasi ekspektasi pasar dan menurunkan ketidaksimetrisan informasi pasar dengan pengungkapan yang lebih luas tersebut (Wiguna, 2013). Pengungkapan sukarela dapat menambah kelengkapan informasi dalam memahami kegiatan operasional perusahaan publik dan menunjukkan adanya ketransparan keadaan perusahaan yang sebenarnya (Anshori dan Priyadi, 2014).

  Menurut Wulandari dan Laksito (2015) prosedur perhitungan indeks pengungkapan sukarela untuk tiap item pada setiap perusahaan sampel dilakukan dengan langkah berikut: 1)

  Memberikan skor kepada setiap item pengungkapan sukarela secara dikotomi, untuk item yang diungkapkan diberi nilai 1 dan jika tidak mengungkapkan diberi nilai 0. 2)

  Skor yang didapatkan pada masing-masing perusahaan kemudian dijumlahkan untuk mendapat skor total atas pengungkapan sukarela.

  3) Indeks Pengungkapan Sukarela (IPS) diperoleh dengan membagi antara skor total yang diperoleh setiap perusahaan dengan skor maksimum dari item yang digunakan sebanyak 33 item.

  Item Pengungkapan Perusahaan

  Indeks Pengungkapan Sukarela =

  Item Pengungkapan Diharapkan Sumber : Fitriana dan Prastiwi (2015)

  Jumlah item pengungkapan perusahaan adalah item pengungkapan informasi yang telah diungkapkan sesuai dengan kepentingan perusahaan yang dipandang relevan. Jika pengungkapan sukarela yang diungkapkan semakin banyak maka semakin tinggi indeks pengungkapan sukarela perusahaan. Jumlah item pengungkapan yang diharapkan adalah score maximum sesuai dengan jumlah item

  a) 33 item pengungkapan (Suripto dan Bambang, 1999).

  Model pengungkapan ini paling sering digunakan di Indonesia. Beberapa peneliti yang menggunakan model ini antara lain Putri et al (2015), Wulandari dan Laksito (2015), Gunawan (2016), serta Damayanti dan Priyadi (2016).

  b) 42 item pengungkapan sukarela (Botosan, 1997).

  Model pengungkapan ini biasanya digunakan oleh selain peneliti Indonesia. Beberapa peneliti yang menggunakan model ini antara lain Hieu dan Lan (2015) dari Vietnam, Jouirou dan Chenguel (2014) dari Tunisia, serta Soliman (2013) dari Mesir.

2.2.4 Kinerja Keuangan

  Menurut Mahsun (2009:25) dalam bukunya pengukuran kinerja keuangan sektor publik menyatakan bahwa kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan (program) atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam

  

strategic planning suatu organisasi. Kinerja keuangan merupakan gambaran dari

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu - Pengaruh profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan dan leverage terhadap nilai perusahaan - Perbanas Institutional Repository

0 0 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - Pengaruh pengalaman auditor dan keahlian Auditor terhadap ketepatan Pemberian opini audit - Perbanas Institutional Repository

0 0 30

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - Pengaruh profitabilitas, likuiditas, kepemilikan manajerial, reputasi kap, dan umur perusahaan terhadap timeliness laporan keuangan pada perusahaan sektor pertambangan - Perbanas Institutional Repository

0 1 30

Pengaruh dewan komisaris, growth , profitabilitas Dan leverage terhadap pengungkapan tanggung Jawab sosial perusahaan pada perusahaan Manufaktur - Perbanas Institutional Repository

0 1 20

Pengaruh dewan komisaris, growth , profitabilitas Dan leverage terhadap pengungkapan tanggung Jawab sosial perusahaan pada perusahaan Manufaktur - Perbanas Institutional Repository

1 1 16

Pengaruh dewan komisaris, growth , profitabilitas Dan leverage terhadap pengungkapan tanggung Jawab sosial perusahaan pada perusahaan Manufaktur - Perbanas Institutional Repository

0 0 33

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - Pengaruh komposisi dewan dan modal intelektual terhadap nilai perusahaan sektor pertambangan Di asia tenggara pada tahun 2014-2016 - Perbanas Institutional Repository

0 0 19

Pengaruh kinerja keuangan, dewan komisaris, blockholder ownership, auditor type, Dan umur perusahaan terhadap Voluntary disclosure - Perbanas Institutional Repository

0 0 23

Pengaruh kinerja keuangan, dewan komisaris, blockholder ownership, auditor type, Dan umur perusahaan terhadap Voluntary disclosure - Perbanas Institutional Repository

0 0 14

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh kinerja keuangan, dewan komisaris, blockholder ownership, auditor type, Dan umur perusahaan terhadap Voluntary disclosure - Perbanas Institutional Repository

0 0 12