BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh kinerja keuangan, dewan komisaris, blockholder ownership, auditor type, Dan umur perusahaan terhadap Voluntary disclosure - Perbanas Institutional Repository

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Perkembangan dunia bisnis dan keuangan di Indonesia yang semakin kompetitif, sehingga informasi yang termuat dalam laporan tahunan sangat penting dalam mengefisienkan pengalokasian dana investasi untuk pemakaian yang lebih produktif (Damayanti dan Priyadi, 2016). Perusahaan diharapkan menjadi lebih transaparan melakukan pengungkapan informasi laporan tahunan dalam membantu dan memberikan manfaat bagi para pengambil keputusan. Laporan tahunan (annual

  report ) berfungsi sebagai media utama dalam pengungkapan informasi oleh

  manajemen tentang kondisi keuangan perusahaan kepada pihak-pihak berkepentingan seperti pemegang saham, kreditur, dan stakeholders (Krishna, 2013).

  Menurut Wardani (2012) kepentingan para stakeholder yang berbeda- beda akan berpengaruh terhadap operasional serta kebijakan pengungkapan informasi yang diberikan oleh perusahaan. Pengungkapan (disclosure) informasi yang memadai dalam penyajian laporan tahunan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan yang tepat dan cermat oleh investor (Anshori dan Priyadi, 2014). Menurut Gunawan (2016), pengungkapan yang disampaikan dalam laporan tahunan oleh perusahaan dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu,

  Pengungkapan wajib adalah pengungkapan minimum yang diisyaratkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) berdasarkan standar akuntansi yang berlaku (Nurmayanti et al, 2014). Di Indonesia Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) mengeluarkan peraturan melalui keputusan nomor KEP- 431/BL/2012 mengenai kewajiban pengungkapan informasi dalam laporan keuangan bagi perusahaan yang go public. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) efektif per 1 Januari 2017 pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 1 paragraf 10 tentang penyajian laporan keuangan yang lengkap terdiri atas laporan posisi keuangan, laporan laba rugi beserta penghasilan komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan atas arus kas, catatan atas laporan keuangan beserta informasi penjelas lain, informasi komparatif mengenai periode terdekat, dan laporan posisi keuangan pada awal periode terdekat ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi retrospektif.

  Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan informasi yang tidak diwajibkan oleh pemerintah, sehingga perusahaan memiliki kebebasan melakukan pengungkapan (Damayanti dan Priyadi, 2016). Menurut Fitriana dan Prastiwi (2014) perusahaan bebas memilih dalam menyajikan informasi perusahaan yang dianggap relevan dan mendukung dalam pengambilan keputusan oleh para pemakai laporan tahunan sehingga menjadikan keberagaman luas pengungkapan sukarela antar perusahaan. Indikator tingkat voluntary disclosure adalah berupa indeks

  

voluntary disclosure mengacu kepada item pengungkapan yang pernah digunakan

  Tingginya kebutuhan informasi mengenai prospek perusahaan bagi para

  

stakeholder menuntut sebagian besar manajemen perusahaan untuk melakukan

  pengungkapan melebihi informasi yang diwajibkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Damayanti dan Priyadi, 2016). Kini investor merasa bahwa pengungkapan wajib kurang mencukupi sebagai bahan pembuat keputusan, sehingga luas pengungkapan sukarela menjadi informasi tambahan yang perlu diungkapkan di pasar modal (Wiguna, 2013). Damayanti dan Priyadi (2016) menyatakan ketidakpuasan stakeholder disebabkan karena krisis kepercayaan akan rasa aman dalam berinvestasi sehingga perusahaan harus memberikan informasi yang rinci (detail), jelas (clarity), wajar (fair), dan tepat waktu (timely).

  Salah satu kasus yang pernah terjadi terkait pengungkapan yaitu PT.Timah Tbk yang telah banyak melakukan kesalahan selama tiga tahun sejak 2013. Pada press release laporan keuangan semester I-2015 diumumkan bahwa kinerja perusahaan positif, kenyataannya laba operasi mengalami kerugian sebesar Rp.59miliar. Selain mengalami penurunan laba, PT.Timah Tbk juga mencatatkan peningkatan utang hampir 100 persen dibanding tahun 2013 yang hanya mencapai Rp.263miliar namun pada tahun 2015 meningkat hingga Rp.2,3triliun (economy.okezone.com). Kasus yang terjadi terhadap PT.Timah Tbk menunjukkan bahwa pentingnya adanya pengungkapan informasi bagi stakeholder karena keberhasilan dan kegagalan suatu perusahaan dapat dilihat melalui kondisi keuangan perusahaan dengan informasi yang memadai dalam laporan tahunan

  Perlu adanya praktek pengungkapan laporan keuangan oleh pihak manajemen perusahaan kepada pemegang saham dijelaskan dalam teori keagenan (agency theory). Jensen dan Meckling (1976), menyatakan bahwa hubungan keagenan muncul ketika satu atau lebih induvidu (principal) mempekerjakan dan mendelegasikan kekuasaan kepada induvidu lain (agent) untuk membuat suatu keputusan atas nama principal tersebut. Pengungkapan sukarela pada laporan tahunan merupakan salah satu upaya untuk mengatasi masalah keagenan dan memperkecil asimetri informasi antara agent sebagai pihak manajemen dan

  

principal sebagai pihak pemegang saham (Wiguna, 2013). Luas pengungkapan

  informasi laporan tahunan yang berbeda-beda dapat dipengaruhi oleh faktor karakteristik perusahaan yang berhubungan dengan struktur perusahaan, kinerja perusahaan, dan pasar (Gunawan, 2016).

  Kinerja keuangan merupakan gambaran dari pencapaian keberhasilan perusahaan serta kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengendalikan sumber daya yang dimilikinya (Kurniawati dan Yaya, 2017). Menurut Andriani dan Subardjo (2017) laporan keuangan dari suatu perusahaan apabila disusun secara baik dan akurat dapat memberikan gambaran keadaan yang relevan mengenai prestasi atau hasil atas kegiatan yang dilaksanakan oleh perusahaan selama periode tertentu. Media laporan keuangan dapat menggambarkan kondisi, hasil usaha, dan arus dana (kas) perusahaan sehingga menjadi bahan sarana informasi (screen) yang biasanya menggunakan rasio keuangan. Rasio keuangan perusahaan dapat diukur menggunakan profitabilitas, leverage, dan likuiditas.

  Profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam suatu periode dengan menggunakan modal yang dimilikinya (Damayanti dan Priyadi, 2016). Perusahaan yang memiliki laba yang tinggi cenderung mengungkapkan lebih banyak informasi sukarela untuk mengiklankan aktivitas perusahaan yang meningkat. Penelitian Elfeky (2017), Abeywardana dan Panditharathna (2016), Damayanti dan Priyadi (2016), Embrahimadi dan Asadi (2016), Gunawan (2016), Wiguna (2013), Soliman (2013), dan Wardani (2012) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap voluntary disclosure, sedangkan penelitian lainnya yang dilakukan Wany (2015), Hieu dan Lan (2015), Jouirou dan Chenguel (2014), dan Juhmani (2013) menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap voluntary disclosure .

  Leverage merupakan menggambarkan kemampuan perusahaan dalam

  dalam memenuhi keseluruhan kewajiban perusahaan baik utang jangka panjang maupun jangka pendek (Putri et al, 2015). Perusahaan dengan rasio utang yang tinggi cenderung mengungkapkan lebih banyak informasi sukarela untuk meyakinkan kreditor dalam memperpanjang periode kontrak utang. Penelitian Elfeky (2017), Embrahimadi dan Asadi (2016), Gunawan (2016), Krishna (2013), dan Juhmani (2013) menyatakan bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap terhadap voluntary disclosure, sedangkan penelitian lain yang dilakukan Wany (2015), Hieu dan Lan (2015), Jouirou dan Chenguel (2014), dan Wardani (2012) menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap voluntary disclosure.

  Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancarnya dengan menggunakan aset lancar (Krishna, 2013). Perusahaan dengan rasio likuiditas yang tinggi maka tingkat pengungkapannya juga lebih luas, hal ini dimaksudkan agar publik memberikan penilaian yang lebih baik atas kinerja perusahaan. Penelitian Gunawan (2016) dan Krishna (2013) menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh signifikan terhadap voluntary disclosure, adanya penelitian Wiguna (2013) menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh signifikan negatif terhadap voluntary disclosure, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Damayanti dan Priyadi (2016), Wany (2015), dan Wardani (2012) menyatakan bahwa likuiditas tidak berpengaruh terhadap voluntary disclosure.

  Dewan komisaris adalah wakil shareholder dalam suatu entitas yang bertugas mengawasi dan menjamin transparansi yang dilaksanakan oleh manajemen perusahaan (Achmad, 2012). Menurut Abdillah (2015) dewan komisaris merupakan mekanisme internal dari tata kelola perusahaan yang bertugas sebagai fungsi pengawasan (oversight function) dan fungsi penasihat (advisory

function ) terhadap kegiatan maupun keputusan manajemen perusahaan.

  Karakteristik dewan komisaris perusahaan dapat diukur berdasarkan ukuran dewan komisaris (board size) dan komposisi dewan komisaris independen (board

  Board size merupakan faktor penting yang mempengaruhi efektivitas dewan dengan ukuran keseluruhan dewan komisaris (Allegrini dan Greco, 2013).

  Menurut Kurniawati dan Yaya (2017) keberadaan dewan komisaris dalam perusahaan mampu mendorong terciptanya sistem pengendalian dan pengawasan yang baik bagi manajemen perusahaan. Perusahaan dengan dewan komisaris skala besar cenderung akan melakukan pengungkapan sukarela lebih banyak informasi dalam laporan tahunan (Elfeky, 2017). Penelitian Allegrini dan Greco menyatakan bahwa board size berpengaruh signifikan terhadap voluntary disclosure, sedangkan penelitian yang dilakukan Elfeky (2017) menyatakan bahwa board size tidak berpengaruh terhadap voluntary disclosure.

  Board independence merupakan dewan komisaris dari pihak eksternal

  perusahaan yang bertugas untuk membantu mengendalikan dan membatasi oportunisme para manajer adanya kompetensi, independensi, dan objektivitas yang diperlukan untuk fungsi kontrol (Jouirou dan Chenguel, 2014). Semakin banyak komisaris independen akan mengurangi adanya konflik keagenan sehingga pengungkapan informasi secara sukarela lebih banyak dalam laporan tahunan (Abeywardana dan Panditharathna, 2016). Penelitian Elfeky (2017) dan Jouirou dan Chenguel (2014) menyatakan bahwa board independence berpengaruh signifikan terhadap voluntary disclosure, sedangkan penelitian yang dilakukan Embrahimadi dan Asadi (2016), Hieu dan Lan (2015), dan Allegrini dan Greco (2013) menyatakan bahwa board independence tidak berpengaruh terhadap voluntary

  Blockholder ownership adalah pemegang saham besar yang dimiliki

  oleh karyawan, direktur, ataupun perusahaan lain yang kepemilikan saham paling sedikit 5% dari total saham beredar yang dimiliki oleh perusahaan (Elfeky, 2017).

  

Blockholder ownership dapat mengurangi konflik keagenan yang terjadi antara

  pemegang saham (principal) dan manajer (agent), karena adanya kepemilikan saham yang terkonsentrasi mendorong para manajer untuk memberikan lebih banyak pengungkapan sukarela (Juhmani, 2013). Penelitian yang dilakukan Elfeky (2017) dan Juhmani (2013) menyatakan bahwa blockholder ownership berpengaruh signifikan negatif terhadap voluntary disclosure.

  Auditor type secara umum dibedakan menjadi dua kategori yaitu

  akuntan publik yang memiliki lingkup global (The Big Four) dan lingkup domestik atau non Big Four (Damayanti dan Priyadi, 2016). Audit yang dilakukan auditor eksternal bertaraf internasional dan berkualitas tinggi (The Big Four) berdampak pada pengungkapan informasi laporan keuangan juga akan semakin luas (Krishna, 2013). Penelitian Elfeky (2017), Wany (2015), Jouirou dan Chenguel (2014), dan Krishna (2013) menyatakan bahwa auditor type berpengaruh signifikan terhadap

  

voluntary disclosure , sedangkan penelitian yang dilakukan Damayanti dan Priyadi

  (2016), Embrahimadi dan Asadi (2016), Hieu dan Lan (2015), dan Soliman (2013) menyatakan bahwa auditor type tidak bepengaruh terhadap voluntary disclosure.

  Umur perusahaan diperkirakan sebagai indikator bahwa perusahaan yang memiliki pengalaman dalam mempublikasikan laporan keuangan dan luas pengungkapan sukarela dalam laporan tahunannya (Damayanti dan Priyadi, 2016). Penelitian Abeywardana dan Panditharathna (2016) dan Damayanti dan Priyadi (2016) menyatakan bahwa umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap voluntary disclosure, lalu penelitian Jouirou dan Chenguel (2014) dan Wardani (2012) menemukan bahwa umur perusahaan berpengaruh negatif terhadap

  

voluntary disclosure , sedangkan penelitian lain yang dilakukan Embrahimadi dan

  Asadi (2016), dan Soliman (2013) menyatakan bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap voluntary disclosure.

  Penelitian ini penting dilakukan karena masih terdapat research gap dalam hasil penelitian terdahulu disebabkan perbedaan sifat variabel independen, objek penelitian, periode pengamatan, dan item pengungkapan. Adanya kasus PT.Timah Tbk selama periode 2012 – 2015 sehingga terpilihnya perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di bursa efek Indonesia (BEI) sebagai subyek penelitian, karena dianggap sebagai sektor yang mempunyai prospek baik di masa mendatang dan perlunya melakukan pengungkapan informasi secara sukarela yang dapat dipertanggungjawabkan atas aktivitas perusahaan dalam laporan tahunan. Periode penelitian dipilih kurun waktu tahun 2012 – 2016, karena data lebih up to

  

date sehingga diharapkan dapat mempresentasikan kondisi pengungkapan

  informasi perusahaan terkini. Berdasarkan latar belakang, maka peneliti melakukan pengujian kembali dengan judul penelitian “Pengaruh Kinerja Keuangan,

  

Dewan Komisaris, Blockholder Ownership, Auditor Type, dan Umur

1.2 Perumusan Masalah

  Berdasarkan penjabaran latar belakang, maka disusunkan rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah kinerja keuangan memiliki pengaruh terhadap voluntary disclosure? 2.

  Apakah dewan komisaris memiliki pengaruh terhadap voluntary disclosure? 3. Apakah blockholder ownership memiliki pengaruh terhadap voluntary

  disclosure ? 4.

  Apakah auditor type memiliki pengaruh terhadap voluntary disclosure? 5. Apakah umur perusahaan memiliki pengaruh terhadap voluntary disclosure?

1.3 Tujuan Penelitian

  Sehubungan dengan rumusan masalah sebelumnya, maka tujuan dilakukannya penelitian sebagai berikut:

  1. Untuk menguji secara empiris pengaruh kinerja keuangan terhadap voluntary disclosure .

  2. Untuk menguji secara empiris pengaruh dewan komisaris terhadap voluntary disclosure .

  3. Untuk menguji secara empiris pengaruh blockholder ownership terhadap voluntary disclosure .

  4. Untuk menguji secara empiris pengaruh auditor type terhadap voluntary disclosure .

1.4 Manfaat Penelitian

  Berdasarkan tujuan penelitian di atas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : a. Bagi Peneliti Selanjutnya

  Hasil dari penelitian ini dapat menambah dan meningkatkan pengetahuan serta wawasan dalam perluasan penelitian yang akan dilakukan di masa yang akan datang sehingga dapat dijadikan acuan untuk penelitian berikutnya.

  b. Bagi Perusahaan Hasil dari penelitian ini dapat memberikan masukan dan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk meningkatkan kualitas pengungkapan informasi secara sukarela dalam laporan tahunan setiap emiten yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI).

  c. Bagi Investor Hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi bagi pengambilan keputusan investasi yang akan dilakukan serta mengetahui kualitas akuntansi dan aktivitas perusahaan dilihat dari sejauh mana tingkat pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan yang diterbitkan oleh perusahaan.

1.5 Sistematika Penulisan Skripsi

  Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan skripsi penelitian ini melalui beberapa bab yang akan dijabarkan sebagai berikut :

  BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang permasalahan,

  perumusan masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian serta sistematika penulisan.

  BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan diuraikan mengenai penelitian terdahulu yang

  selain menjadi rujukan, juga menjadi perbandingan dengan penelitian ini. Pada bab ini berisi pula landasan teori, kerangka pemikiran serta hipotesis penelitian.

  BAB III : METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan menjelaskan mengenai rancangan penelitian,

  batasan penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional dan pengukuran variabel, populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel, data dan metode pengumpulan data serta teknik analisis.

  

BAB IV : GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

Bab ini menjelaskan mengenai gambaran subyek penelitian dalam memaparkan analisis data dan pembahasan dari hasil penelitian. BAB V : PENUTUP

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh karakteristik perusahaan terhadap voluntary disclosure perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 8

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh good corporate governance dan corporate social responsibility terhadap kinerja perusahaan penerima indonesia sustainability reporting award - Perbanas Institutional Repository

0 0 12

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan dan leverage terhadap nilai perusahaan - Perbanas Institutional Repository

0 1 12

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh independensi, tekanan anggaran waktu, dan kompetensi auditor terhadap kualitas audit - Perbanas Institutional Repository

0 0 8

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh kinerja keuangan perusahaan terhadap return saham investor pada perusahaan manufaktur di bursa efek indonesia - Perbanas Institutional Repository

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh struktur modal, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan manufaktur - Perbanas Institutional Repository

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, leverage dan ukuran perusahaan terhadap kinerja perusahaan - Perbanas Institutional Repository

0 0 8

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh dewan komisaris, growth , profitabilitas Dan leverage terhadap pengungkapan tanggung Jawab sosial perusahaan pada perusahaan Manufaktur - Perbanas Institutional Repository

0 0 10

Pengaruh kinerja keuangan, dewan komisaris, blockholder ownership, auditor type, Dan umur perusahaan terhadap Voluntary disclosure - Perbanas Institutional Repository

0 0 23

Pengaruh kinerja keuangan, dewan komisaris, blockholder ownership, auditor type, Dan umur perusahaan terhadap Voluntary disclosure - Perbanas Institutional Repository

0 0 14