LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN HIBAH BERSAING ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT DALAM SAYURAN DI SUMATERA BARAT

LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN HIBAH BERSAING ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT DALAM SAYURAN DI SUMATERA BARAT

  

Tahun ke-1 dari rencana 2 tahun

OLEH:

Drs. Amrin, M.Si ; NIDN 0031015203

Edi Nasra, S.Si, M.Si ; NIDN 0022068101

  

Sesuai dengan Surat Penugasan Pelaksanaan Penelitian Desentralisasi melalui

DIPA UNP Tahun Anggaran 2013 Nomor: 029.a.47/UN35.2/PG/2013 tanggal 31

Mei 2013

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

  UNIVERSITAS NEGERI PADANG November 2013 HALAMAN PENGESAHAN

  Analisis Kandungan Logam Berat dalam :

  Judul

  Sayuran di Sumatera Barat Peneliti/Pelaksana : Ketua Peneliti :

  a. Nama Lengkap : Drs. Amrin, M.Si

  b. NIDN : 0031015203

  c. Jabatan Fungsional : Lektor

  d. Program Studi : Kimia

  e. Nomor HP : 081363680002

  f. Alamat surel (e-mail) : amrin_fmipaunp@yahoo.com Anggota Peneliti (1) :

  a. Nama Lengkap : Edi Nasra, S.Si, M.Si

  b. NIDN : 0022068101

  c. Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Padang Tahun Pelaksanaan : Tahun ke-1 dari rencana 2 tahun Biaya Tahun Berjalan : Rp.34.677.000,- Biaya Keseluruhan : Rp 50.000.000,- Mengetahui Padang, 4 November 2013 Ketua Lembaga Penelitian Ketua Peneliti, (Dr. Alwen Bentri, M.Pd ) ( Drs. Amrin, M.Si ) NIP. 19610722 198602 1 002 NIP. 19520103 198203 1 001

  RINGKASAN

  Konsumsi sayuran di masyarakat merupakan sutu kebutuhan yang sangat vital. Dalam sayuran terdapat mineral-mineral yang dibutuhkan maupun yang tidak dibutuhkan. Salah satu mineral yang tidak dibutuhkan tersebut adalah logam-logam berat yang bisa bersumber dari dalam tanah, dari pupuk maupun akibat polusi dari kendaraan bermotor. Diantara logam-logam berat tersebut adalah Cu, Zn, Pb, Cd, Ag, Hg, Fe, Mn. Sumatera Barat sebagai salah satu penghasil sayuran terbesar di sumatera yang memasok kebutuhan sayuran di daerah lain. Oleh sebab itu perlu dilakukan analisis kandungan logam berat tersebut sebagai salah parameter pencemaran. Pada penelitian ini analisis logam-logam tersebut dilakukan menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) dan Spektrofotometri UV-Vis. Sampel diambil dari berbagai Kota/kabupaten di Sumatera Barat seperti kabupaten solok, tanah datar, Padang Panjang dan Bukittinggi (Kabupaten Agam). Sampel diambil dari 5 titik tiap lokasi, sehingga didapatkan data persebaran logam berat dalam sayuran tiap kota/kabupaten di Sumatera Barat.

  Dari pengukuran yang dilakukan terhadap lima sayuran tersebut, didapatkan bahwa konsentrasi Cu, Zn, Pb, Cd, Ag, Hg, Fe dan Mn pada berbagai jenis sayuran dan berbagai lokasi berada dalam rentang 0,2041

  ± 0,4717 mg/L untuk Cu, 0,503 ± 1,8271 mg/L untuk Zn, 0,4662

  ± 1,5229 mg/L untuk Pb, 0,04162 ± 0,5621 mg/L untuk Cd, 0,1277 ± 0,6459 mg/L untuk Ag, 0,01773 ± 0,09274 mg/L untuk Hg,

  1,61764 ± 3,3036 mg/L untuk Fe dan 0,20686 ± 1,8501 mg/L untuk logam Mn. Data yang dihasilkan tidak menunjukkan pengaruh jenis sampel dan lokasi pengambilan terhadap persebaran logam berat. Oleh karena itu perlu penyelidikan lebih lanjut bagaimana sumber logam berat dalam sayuran dan apa pengaruh cuaca, kelembaban udara dan ketinggian tempat terhadap persebaran logam berat dalam sampel sayuran.

  PRAKATA

  Kegiatan penelitian mendukung pengembangan ilmu serta terapannya. Dalam hal ini, Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang berusaha mendorong dosen untuk melakukan penelitian sebagai bagian integral dari kegiatan mengajarnya, baik yang secara langsung dibiayai oleh dana Universitas Negeri Padang maupun dari sumber dana lain yang relevan atau bekerjasama dengan instansi terkait.

  Sehubungan dengan itu, Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang bekerjasama dengan pimpinan Universitas telah memfasilitasi peneliti untuk melaksanakan penelitian tentang Analisis Kandungan Logam Berat dalam

  

Sayuran di Sumatera Barat, berdasarkan surat perjanjian Kontrak Nomor:

023.04.0.415077/2013 tanggal 5 Desember 2012

  Kami menyambut gembira usaha yang dilakukan peneliti untuk menjawab berbagai masalah pembangunan, khususnya yang berkaitan dengan permasalahan penelitian tersebut di atas. Dengan selesainya penelitian ini, maka Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang akan memberikan informasi yang dapat dipakai sebagai bagian upaya penting dan kompleks dalam peningkatan mutu pendidikan pada umumnya. Disamping itu, hasil penelitian ini juga diharapkan sebagai bahan masukan bagi instansi terkait dalam rangka penyususnan kebijakan pembangunan.

  Hasil penelitian ini telah ditelaah oleh tim pembahas usul dan laporan peneli- tian Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang. Kemudian untuk tujuan disemi- nasi dan kesempurnaan, hasil penelitian ini telah diseminarkan yang melibatkan do- sen/tenaga peneliti Universitas Negeri Padang sesuai dengan fakultas peneliti. Mu- dah-mudahan penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pada umumnya dan peningkatan mutu staf akademik Universitas Negeri Padang khususnya.

  Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang membantu terlaksananya penelitian ini, terutama kepada pimpinan lemba- ga terkait yang menjadi objek penelitian ini, responden yang menjadi sampel peneli- tian, tim pembahas Lembaga Penelitian dan dosen-dosen pada setiap fakultas di ling- kungan Universitas Negeri Padang yang ikut membahas dalam seminar hasil peneli- tian ini. Kami yakin tanpa dedikasi dan kerjasama yang terjalin selama ini, penelitian ini tidak akan terlaksana sebagaimana yang diharapkan dan semoga kerjasama yang baik ini akan menjadi lebih baik lagi dimasa yang akan dating.

  Terima kasih Padang, November 2013 KetuaLembaga Penelitian UNP,

  Dr. Alwen Bentri, M.Pd

  HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii RINGKASAN ........................................................................................................ iii PRAKATA ............................................................................................................. iv DAFTAR ISI ............................................................................................................ v DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... ix

  BAB 1. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 A. Latar belakang ..................................................................................................... 1 B. Rumusan masalah ................................................................................................ 3 C. Batasan Masalah .................................................................................................. 3 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 4 A. Sayuran ................................................................................................................ 4

  1. Wortel ................................................................................................................... 4

  2. Kentang ................................................................................................................ 5

  3. Kubis Bunga ......................................................................................................... 6

  4. Sawi ...................................................................................................................... 8

  5. Kol ........................................................................................................................ 9

  B. Logam Berat ...................................................................................................... 10

  1. Logam Tembaga (Cu) ........................................................................................ 11

  2. Logam Seng (Zn) ............................................................................................... 13

  3. Logam Timbal (Pb) ............................................................................................ 15

  4. Logam Kadmium (Cd) ....................................................................................... 17

  6. Logam Merkuri (Hg) .......................................................................................... 22

  7. Logam Besi (Fe) ................................................................................................. 26

  8. Logam Mangan (Mn) ......................................................................................... 28

  C. Spektrofotometri Serapan Atom (AAS) ............................................................ 30

  BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ............................................ 38 A. Tujuan Penelitian ............................................................................................... 35 B. Manfaat Penelitian ............................................................................................. 35 BAB 4 METODE PENELITIAN........................................................................... 36 A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................... 36 B. Sampel Penelitian ............................................................................................. 36 C. Alat dan Bahan Penelitian ................................................................................. 36 D. Prosedur Penelitian ............................................................................................ 36 BAB 5. HASIL YANG DICAPAI ........................................................................ 42 BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ................................................ 48 BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 49 A. KESIMPULAN .......................................................................................... 49 B. SARAN ...................................................................................................... 49 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 50

  Tabel 1. Komposisi kimia dalam wortel .................................................................. 4 Tabel 2. Komposisi kimia pada kentang tiap 100 gram ........................................... 6 Tabel 3. Kandungan gizi dalam 100 gram kubis bunga ........................................... 7 Tabel 4. Kandungan gizi setiap 100 gram sawi ....................................................... 9 Tabel 5. Kandungan logan Cu dalam berbagai pupuk dalam ppm ........................ 12 Tabel 6. Kandungan logan Zn dalam berbagai pupuk dalam ppm ........................ 14 Tabel 7. Kadar logam berat yang boleh terdapat dalam tanah, air dan tanaman ... 20 Tabel 8. Ciri-ciri fisik perak ................................................................................... 20 Tabel 9. Kandungan logam berat dalam tanah secara alamiah .............................. 23 Tabel 10. Persebaran logam berat dalam sayuran di Kabupaten Solok (mg/L) ..... 53 Tabel 11. Persebaran logam berat dalam sayuran di Kabupaten Tanah Datar (mg/L) ................................................................................................................................ 54 Tabel 12. Persebaran logam berat dalam sayuran di Kota Padang Panjang (mg/L)55 Tabel 13. Persebaran logam berat dalam sayuran di Kabupaten Agam (mg/L) .... 56

  Gambar 1. Wortel ..................................................................................................... 4 Gambar 2. Kentang .................................................................................................. 5 Gambar 3. Kubis Bunga ........................................................................................... 7 Gambar 4. Sawi ........................................................................................................ 8 Gambar 5. Kol ........................................................................................................ 10 Gambar 6. Tembaga ............................................................................................... 11 Gambar 7. Besi ....................................................................................................... 27 Gambar 8. Skema Kerja SSA ................................................................................. 30 Gambar 9. Diagram Spektrometer Serapan Atom/ SSA ........................................ 31 Gambar 10. Diagram Skematik Lampu Katoda Berongga .................................... 32 Gambar 11. Instrumentasi Sumber Atomisasi ....................................................... 32 Gambar 12. Sampel yang Akan Didestruksi (atas) dan Sampel yang Sedang Didestruksi ............................................................................................................. 42 Gambar 13. Konsentrasi logam-logam berat dalam sayuran di Kabupaten Solok 43 Gambar 14. Konsentrasi logam-logam berat dalam sayuran di Kabupaten Tanah Datar ................................................................................................................................ 45 Gambar 15. Konsentrasi logam-logam berat dalam sayuran di Padang Panjang .. 46 Gambar 16. Konsentrasi logam-logam berat dalam sayuran di Kabupaten Agam 47

  Lampiran 1. Data Persebaran logam berat dalam sayuran di berbagai lokasi di

  

Sumatera Barat .................................................................................................... 53

  Lampiran 2. Personalia Penelitian ....................................................................... 57 Lampiran 3. Publikasi ........................................................................................... 63

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sayuran merupakan sumber pangan yang mengandung banyak vitamin dan

  mineral yang secara langsung berperan penting dalam diet dan meningkatkan kesehatan (Sobukola, O. P, 2009). Sayuran juga merupakan salah satu komoditas hortikurtura dan berpotensi sebagai sumber pendapatan petani dan devisa negara. Konsumsi sayuran dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini terkait dengan makin meningkatnya kepedulian konsumen terhadap mutu produk dan kesehatan tubuh. Sampai saat ini aspek mutu dan keamanan pangan masih menjadi salah satu masalah utama dalam produksi dan pemasaran sayuran. Mutu sayuran yang tidak konsisten dengan tingkat kontaminan yang cukup tinggi ditenggarai dapat merugikan perdagangan komoditas tersebut di pasaran (Winarti, Christina, 2010). Oleh karena itu, higienitas dan keamanan sayuran yang dikonsumsi sangat penting agar tidak menimbulkan gangguan kesehatan. Namun banyak jenis sayuran yang beredar di masyarakat tidak terjamin keamanannya karena diduga telah terkontaminasi logam- logam berat seperti timbal (Pb), kadmium (Cd) atau merkuri (Hg). (Widaningrum, 2007 dan Asaolu, S. S, 2010). Beberapa logam pada konsentrasi rendah diketahui berperan dalam proses biokimia dalam tubuh seperti Besi (Fe), seng (Zn) dan tembaga (Cu) yang dibutuhkan dalam aktifitas enzimatik. (Asaolu, S. S, 2010)

  Logam berat adalah unsur logam dan metaloid dengan densitas atom lebih besar

  3

  dari 4 g/cm . Klasifikasi ini meliputi logam transisi, logam-logam golongan III dan V dalam sistem periodik dengan nomor massa tinggi. Diantara logam berat tersebut adalah Pb, Cd, Zn, Cu, Fe dan lain-lain (Ellen, 1990). Logam berat dalam kadar rendah umumnya sudah beracun bagi tumbuhan, hewan dan manusia. Bahan-bahan agrokimia seperti peptisida dan pupuk kimia mengandung logam berat terutama Cu dan Mn. Menurut Darmono (1995) cemaran tembaga (Cu) terdapat dalam sayuran dan buah-buahan yang disemprot dengan peptisida secara berlebihan. Akibatnya, manusia. Munculnya beberapa kasus keracunan makanan dan penyakit disebabkan mengkonsumsi sayuran segar maupun olahan yang mengindikasikan adanya kontaminan (peptisida, mikroba dan logam-logam berat) dalam sayuran tersebut. Oleh karena itu kita harus waspada terhadap kemungkinan terjadinya pencemaran bahan agrokimia yang mengandung logam-logam berat terhadap sumber daya tanah pertanian di sentra produksi tanaman pangan dan sayuran.

  Sumatera Barat sebagai salah satu penghasil sayuran terbesar di Sumatera, memasok sayuran ke provinsi-provinsi sekitarnya. Oleh sebab itu kualitas sayuran yang dipasok tersebut harus terjaga dengan baik. Salah satu parameternya adalah kandungan logam-logam baik mineral-mineral yang dibutuhkan maupun logam- logam berat yang berbahaya bagi kesehatan. Diantara logam-logam tersebut adalah: Cu, Zn, Pb, Cd, Ag, Hg, Fe dan Mn

  Penelitian mengenai penentuan kandungan logam pada sayuran sebelumnya juga telah dilakukan Arisa (2011) yakni penentuan kandungan logam berat Cu, Cd dan Pb pada Kentang (Solanum tuberosum L) secara Spektroskopi Serapan Atom. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa kentang mengandung ketiga logam berat tersebut namun tidak melebihi ambang batas. Sobukola dkk, 2010 meneliti kandungan logam berat dalam buah dan sayuran yang terdapat di beberapa supermarket di Lagos Nigeria, mendapatkan bahwa Pb, Cd, Cu, Zn, Co dan Ni masih di bawah batas maksimal yang diperbolehkan.

  Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT DALAM SAYURAN DI SUMATERA BARAT.

  B. Rumusan Masalah

  Bagaimanakah persebaran logam berat di beberapa sayuran di Sumatera Barat?

  C. Batasan Masalah

  Untuk lebih terarahnya penelitian, maka penelitian ini hanya dibatasi pada: - Logam berat yang akan ditentukan adalah Cu, Zn, Pb, Cd, Ag, Hg, Fe dan Mn.

  • Sayuran yang menjadi objek penelitian adalah kol, sawi, wortel, kubis bunga dan kentang
  • Wilayah penelitian meliputi kabupaten/kotamadya pemasok sayuran di Sumatera Barat, yaitu Kabupaten Solok, kabupaten tanah datar, kota Padang Panjang dan Bukittinggi (Kabupaten Agam)
  • Pengukuran mengunakan instrumen Atomic Absorbtion Spectrometry (AAS) untuk Cu, Zn, Pb, Cd, Ag, Fe dan Mn dan Spektrofotometri UV-Vis untuk logam Hg.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA A. Sayuran

1. Wortel

  Wortel (Daucus carrota L.) termasuk kelompok sayuran yang merupakan tanaman hortikultura. Tanamannya berbentuk rumput, batangnya pendek dan akarnya tunggang. Wortel ini berwarna kuning sampai kemerah-merahan karena kandungan karotenoidnya tinggi (Sunaryono, 1980).

  Sayuran wortel umumnya dikenal karena kandungan alfa dan beta-karoten akar tunggangnya. Kedua jenis karoten ini penting dalam gizi manusia sebagai pre- cursor vitamin A. Perbedaan karoten juga dipengaruhi oleh suhu, kematangan tana- man dan kultivar. Pertumbuhan akar dan daun pada wortel pada suhu 16-21

  C. Pada suhu di bawah 0 C, pertumbuhan tanaman berlangsung lambat dan suhu lebih tinggi dari 21 C cenderung menyebabkan umbi pendek dan keras, sedangkan suhu kurang dari 16 C menghasilkan akar ramping dan panjang (Priandoko, 2010).

  Gambar 1 Wortel ( Sumber : Hananhiri.com) Tabel 1 Komposisi kimia dalam wortel

  Komposisi Satuan Wortel

  Protein Gram 1,20 Lemak Gram 0,30

  Karbohidrat Gram 9,30 Kalsium Milligram 39,00 Fosfor Milligram 37,00 Besi Milligram 0,80 Vitamin A SI 12.000,00 Vitamin B1 Milligram 0,06 Vitamin C Milligram 6,00 Air Gram 88,20

  Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1995)

2. Kentang

  

Kentang (Solanum tuberosum, L) merupakan tanaman hortikultura yang

  mempunyai kandungan kalori dan mineral penting bagi kebutuhan manusia (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta, 2004). Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu jenis umbi- umbian yang bergizi. Zat gizi yang terdapat dalam kentang adalah antara lain karbohidrat, mineral (besi, fosfor, magnesium, natrium, kalsium dan kalium), protein serta vitamin terutama vitamin C dan B1. Selain itu, kentang juga mengandung lemak dalam jumlah relatif kecil, yaitu 1,0

  ± 1,5%.

  Gambar 2 Kentang (Sumber: www.justfoodnow.com) cara budidaya, cara pemanenan, tingkat kemasakan dan kondisi penyimpanan.

  Tabel 2 Komposisi kimia pada kentang tiap 100 g

  Komponen Jumlah

  Protein (g) 2,00 Lemak (g) 0,10 Karbohidrat (g) 19,10 Kalsium (mg) 11,00 Fosfor (mg) 56,00 Serat (g) 0,30 Zat besi (mg) 0,70 Vitamin B1 (MG) 0,09 Vitamin B2 (mg) 0,03 Vitamin C (mg) 16,00 Niasin (mg) 1,4 Energi (kal) 83,00 Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1997).

3. Kubis Bunga

  Kubis bunga merupakan salah satu anggota dari keluarga tanaman kubis- kubisan (Cruciferae) dan dikenal sebagai tanaman subtropis. Kubis bunga memiliki bunga yang berwarna putih bersih atau putih kekuning-kuningan. Bunga ini disebut GHQJDQ ³curd´ %DJLDQ LQLODK \DQJ GLNRQVXPVL PDV\DUDkat pada umumnya.

  Curd kubis bunga mempunyai nilai kesehatan dan farmasi yang baik.

  Kandungan gizi dalam curd cukup bervariasi, demikian pula dengan metabolit sekundernya, yang antara lain adalah sulfoksida S-metilsistein dan sulforafan. darah, sedangkan sulforafan merupakan senyawa yang memiliki prospek sebagai obat kanker pada manusia (Widiatningrum, 2010). Nilai kesehatan dan farmasi kubis bunga seharusnya dapat memicu tingkat budidaya kubis bunga, namun produksi kubis di Indonesia terbatas di dataran tinggi (pegunungan saja). Cirateun yang terletak di antara Bandung dan Lembang sudah sejak dahulu menjadi daerah pertanaman kubis bunga dengan benih yang diproduksi di daerah itu sendiri, sehingga terkenal dengan nama kultivar lokal Cirateun. Akan tetapi akhir-akhir ini mulai banyak beredar varietas-varietas kubis bunga yang cocok ditanam di dataran rendah sampai dataran menengah (Rukmana, 1994).

  Gambar 3 Kubis Bunga (Sumber : susandayley.wordpress.com) Tabel 3. Kandungan gizi dalam 100 gram Kubis Bunga

  No Zat gizi Nilai gizi

  1 Kalori ( kal ) 31,0

  2 Protein ( gr ) 2,4

  3 Lemak( gr ) 0,4

  4 Karbohidrat ( gr ) 6,1

  5 Serat ( gr ) 0,6

  6 Abu ( gr ) 0,8

  7 Kalsium ( mg ) 34,0

  8 Fosfor ( mg ) 50,0

  9 Zat Besi ( mg ) 1,0

  10 Natrium ( mg ) 8,0

  11 Kalium ( mg ) 314,0

  12 Niacin ( mg ) 0,7

  13 Vitamin A ( SI ) 95,0

  14 Vitamin B1 ( mg ) 0,1 (Sumber : Rahmat Rukmana dikutip dari Food and Nutrition Resarch Center)

4. Sawi

  Sawi merupakan sayuran yang berciri-ciri tangkai daunnya panjang, langsing, berwarna putih kehijauan. Daunnya lebar memanjang tipis, berwarna hijau. Rasanya renyah, segar dengan sedikit rasa pahit. Tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan di daerah dataran tinggi maupun dataran rendah. Tanaman sawi akan lebih baik apabila ditanam di dataran tinggi. Ketinggian yang ideal dimulai dari 5 m sampai dengan 1.200 m di atas permukaan laut (Fatma, 2010).

  Menurut Fahrudin (2009) manfaat sawi sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk. Penyembuh penyakit kepala, bahan pembersih darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar pencernaan, bijinya dimanfaatkan sebagai minyak serta pelezat makanan. Sedangkan kandungan yang terdapat pada sawi adalah kalori, protein, lemak, karbohidrat, serat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C.

  8 Besi (Fe) 2,90 mg

  Tanaman kol dibudidayakan umumnya tumbuh semusim (annual) ataupun dwi musim (biennual) yang berbentuk perdu. Sistem perakaran kol relative dangkal, yakni

  13 Vitamin C 102,00 mg Sumber: Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI, 1979.

  12 Vitamin B3 0,70 mg

  11 Vitamin B2 0,10 mg

  10 Vitamin B1 0,09 mg

  9 Vitamin A 969,00 SI

  7 Fosfor (P) 38,40 mg

  Tabel 4. Kandungan gizi setiap 100 g sawi

  6 Kalsium (Ca) 220,50 mg

  5 Serat 1,20 g

  4 Karbohidrat 4,00 g

  3 Lemak 0,3 g

  2 Protein 2,30 g

  1 Kalori 22,00 K

  No Komposisi Jumlah

5. Kol

  dan banyak mengandung air. Di batang titik tumbuh, terdapat helai daun yang bertangkai pendek.

  Daun kol berbentuknya bulat telur sampai lonjong dan lebar, berwarna hijau sampai merah. Daun atas pada fase generative akan saling menutupi satu sama lain membentuk krop. Bentuk krop sangat variatif antara bulat telur, gepeng dan berbentuk kerucut. Bunga kol terdiri dari 4 helai daun kelopak berwarna hijau (Chandra, 2002).

  Gambar 5 Kol (Sumber : indonetwork.co.id)

B. Logam Berat

  3 Logam berat adalah unsur yang mempunyai densitas lebih besar dari 5 g/cm ,

  dam mempunyai nomor atom 22 sampai 92 yang terletak pada periode 3 sampai 7 dalam susunan berkala. Logam berat jarang sekali berbentuk atom sendiri di dalam air, tetapi biasanya terikat oleh senyawa lain sehingga berbentuk sebuah molekul. Logam berat merupakan senyawa kimia yang berpotensi menimbulkan masalah pencemaran lingkungan. Logam berat memiliki kekuatan dan ketahanan yang baik, daya pantul cahaya dan daya hantar listrik yang tinggi dan daya hantar panas yang cukup baik (Dewi, 2011).

1. Logam Tembaga (Cu)

  Tembaga di alam tidak begitu melimpah dan ditemukan dalam bentuk bebas maupun dalam bentuk senyawaan. Bijih tembaga yang terpenting yaitu kalkosit (Cu S), kovelit (CuS), kalkopirit (Cu FeS ), dan enargit (Cu AsS ) sedangkan dalam

  2

  5

  4

  3

  4

  unsur bebas ditemukan di Northern Michigan Amerika Serikat (Widowati, dkk, 2008). Tembaga merupakan logam merah

  ±muda, lunak, dapat ditempa dan liat,

  o tembaga melebur pada suhu 1038 C (Panjaitan, 2011).

  Gambar 6. Tembaga Tembaga tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun adanya oksingen ia dapat larut sedikit. Asam nitrat yang sedang pekatnya (8M) dengan mudah melarutkannya (Vogel, 1990).

  

2+ -

  3Cu (s) + 8HNO

  3 (aq) (aq) + 6NO 3 (aq) + 2NO (g) + 4H

  2 O (aq)

  ĺ &X Asam sulfat pekat panas juga melarutkan tembaga :

  

2+ 2-

  Cu (s) + 2H

  2 SO 4 (aq) (aq) + SO 4 (aq) + SO 2 (g) + 2H

  2 O (aq)

  ĺ &X Tembaga mudah pula larut dalam air raja :

  • 2+

  3Cu + 6HCl + 2HNO + 6Cl + 2NO + 4H O

  (s) (aq) 3(aq) (aq) (aq) (g) 2 (aq)

  ĺ &X Unsur Cu bersumber dari hasil pelapukan/pelarutan mineral-mineral yang terkandung dalam bebatuan. Menurut Darmono (1995) Kandungan logam Cu di dalam tanah secara alamiah rendah, kecuali tanah tersebut sudah tercemar. Cemaran logam tembaga awalnya terjadi karena penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan (Mertz, 1987).

  2+

  dengan peningkatan pH disebabkan Cu terikat kuat pada matriks tanah. Unsur Cu terikat lebih kuat pada bahan organik dibandingkan dengan unsur mikro lainnya

  2+ 2+

  misalnya Zn dan Mn dan Cu kompleks berperan penting dalam regulasi mobilitas dan ketersediannya dalam tanah.

  2+

  Tembaga dilepaskan oleh pelapukan sebagai Cu . Kemudian dalam bentuk

  2+

  ion Cu diserap oleh tanaman yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit, dan berperan dalam proses oksidasi-reduksi dan pembentukan enzim (Napitupulu, 2008). Logam tembaga dapat terakumulasi dalam jaringan tubuh, maka apabila konsentrasinya cukup besar logam ini akan meracuni manusia tersebut.

  Cemaran logam tembaga pada bahan pangan pada awalnya terjadi karena penggunaan pupuk dan pestisida secara berlebihan. Meskipun demikian, pengaruh proses pengolahan akan dapat mempengaruhi status keberadaan tembaga tersebut dalam bahan pangan (Mertz, 1987). Tabel berikut akan menunjukkan kandungan logam Cu dalam berbagai jenis pupuk (ppm).

  Tabel 5 . Kandungan Logam Cu dalam Berbagai Pupuk dalam ppm Unsur Pupuk Fosfat Pupuk Nitrat Pupuk Kandang Kapur Kompas Cu 1-300 - 2-172 2-125 13-3580 Sumber : (Alloway 1995 dalam Lenny 2011 ).

a. Efek toksik

  Tembaga (Cu) bersifat racun terhadap semua tumbuhan pada konsentrasi larutan diatas 0,1 ppm. Konsentrasi yang aman bagi air minum manusia tidak lebih dari 1 ppm. Bersifat racun bagi domba pada konsentrasi di atas 20 ppm. Konsentrasi normal komponen ini di tanah berkisar 20 ppm dengan tingkat mobilitas sangat lambat karena ikatan yang sangat kuat dengan material organik dan material tanah. Kehadiran tembaga pada limbah industri biasanya dalam bentuk ion bivalen Cu (II) sebagai hydrolitic product (Widaningrum dkk,2007).

  Batas maksimum logam tembaga dalam sayuran yaitu 50 Pg/g (samara et al. 1992). Namun demikian, tembaga merupakan konstituen yang harus ada dalam makanan manusia dan dibutuhkan per hari oleh tubuh 0,05 mg/kg berat badan. Pada kadar ini tidak terjadi akumulasi pada tubuh manusia normal (Ganiswara, 1995).

  Menurut Lahuddin (2007) kelebihan Cu akan mengganggu aktivitas dari beberapa enzim dan proses fotosintesis, metabolisme asam lemak dan protein. Efek yang paling penting adalah penurunan sistem transfer elektron pada proses fotosintesis yang menyebabkan produksi radikal yang memulai reaksi dari rantai peroksidase, melibatkan membran lipid. Menurut Supriharyono (2000) Keracunan tembaga dapat menyebabkan gangguan pencernaan seperti sakit perut, mual, muntah dan diare, serta gangguan sistem peredaran darah. Beberapa kasus yang parah dapat menyebabkan gagal ginjal dan kematian.

2. Logam seng (Zn)

  Seng adalah logam yang putih kebiruan, logam ini cukup mudah ditempa dan

  o o o

  liat pada 110

  C. Seng melebur pada 410 C dan mendidih pada 906

  C. Seng ± 150 tersebut dengan mudah larut dalam asam klorida encer dan asam sulfat encer dengan mengeluarkan gas hidrogen :

  2+ +

  Zn (s) + 2H (aq) (aq) + H

  2 (g)

  ĺ =Q Pelarutan akan terjadi dalam asam nitrat yang encer sekali dan tak ada gas yang dilepaskan :

  2+ + - +

  4Zn (s) + 10H (aq) + NO

  3 (aq) (aq) + NH 4 (aq) + 3H

  2 O (aq)

  ĺ =Q Dengan bertambah pekatnya konsentrasi asam nitrat, akan terbentuk dinitrogen oksida (N O), nitrogen oksida (NO) :

  2

  • 2+

  4Zn (s) + 10H (aq) + 2NO

  3 (aq) (aq) + N

  2 O (g) + 5H

  2 O (aq)

  ĺ =Q

  2+ -

  3Zn (s) + 8HNO

  3 (aq) (aq) + 2NO (g) + 6NO 3 (aq) + 4H

  2 O (aq)

  ĺ =Q Dengan asam sulfat pekat, panas, dilepaskan belerang dioksida :

  2+ 2- (s) 2 4 (aq) ĺ =Q (aq) 2 (g) 4 (aq) 2 (aq)

  Seng (Zn) berasal dari pelapukan mineral seperti Smithsonite, seng sulfida (ZnS), Spalerit [(ZnFe)S], Smithzonte (ZnCO3), Wellemite (ZnSiO4). Pelarutan mineral-mineral yang mengandung Zn terjadi secara alami sehingga unsur-unsur yang

  2+

  terkandung didalamnya terbebas dalam bentuk ion. Ion Zn yang terbebas mengalami proses lebih lanjut, terikat dengan matriks tanah atau bereaksi dengan

  2+

  unsur-unsur lain. Adsorpsi Zn yang kuat dalam tanah dapat terjadi dengan adanya bahan organik dan mineral liat, dan hal ini berhubungan dengan kapasitas kation tanah dan keasaman tanah (Lahuddin, 2007).

  Menurut Lahuddin (2007) kelihatan bahwa pada pH rendah (pH 4,5) kadar

  2+ 2+

  Zn lebih tinggi dibandingkan dengan kadar Zn pada pH 9. Dengan kata lain keasaman makin tinggi kelarutan Zn tinggi dan sebaliknya pada keasaman rendah kelarutan Zn rendah.

  Penambahan Zn dalam tanah dapat terjadi dengan berbagi cara yaitu melalui polusi, penggunaan sarana produksi seperti pupuk, pestisida dan fungisida, sehingga terjadi kontaminasi logam-logam pada tanah dan tumbuh-tumbuhan (lahuddin 2007). Tabel berikut akan memperlihatkan kadar logam Zn yang terkandung dalam berbagai jenis pupuk baik pupuk organik maupun pupuk anorganik (ppm).

  Tabel 6 . Kandungan Logam Zn dalam Berbagai Pupuk dalam ppm (Allowey, 1995) Unsur Pupuk Fosfat Pupuk Nitrat Pupuk Kandang Kapur Kompas Zn 59-1450 1-42 15-556 10-450 82-5894

  Ambang batas maksimum residu yang ditetapkan oleh Dit-Jen POM Depkes, Republik Indonesia (2004), yaitu maksimal logam Zn dalam sayuran 40 mg/kg manusia dan dibutuhkan per hari oleh tubuh 15 mg (Dara, 1993).

  Tubuh manusia memerlukan logam seng (Zn) yang berperan sebagai kofaktor untuk enzim arginase dan diaminase. Membantu dalam sintesis DNA, protein dan insulin. Logam seng sebagai unsur essensial berperan dalam sintesis protein, metabolisme karbohidrat, pertumbuhan sel dan pembelahan sel. Pada tubuh normal mengandung seng 1,4 2,3 mg dan terdapat dalam semua sel tubuh (Hashmi, dkk, 2007).

a. Efek Toksik

  Kelebihan mengkonsumsi logam Seng (Zn) akan berpengaruh buruk pada tubuh manusia karena dapat menyebabkan mual, muntah, pusing, mulas/sakit perut, demam, dan diare. Mengkonsumsi Zn 150-450 mg/hari dapat mengakibatkan penurunan kadar Cu, pengurangan imunitas tubuh, serta pengurangan kadar High

  Densuty Lipoprotein (HDL) kolesterol (Widowati, dkk, 2008).

3. Logam Timbal (Pb)

  Timbal ( Pb) merupakan logam yang mempunyai berat atom 207,21, berat jenis 11,34, bersifat lunak dan berwarna biru atau silver abu-abu dengan kilau logam.

  7LPEDO WHUPDVXN ORJDP EHUDW ´WUDFH PHWDOV´ NDUHQD mempunyai berat jenis lebih dari lima kali berat jenis air. Senyawa Timbal dapat masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan akan mengendap pada jaringan tubuh, dan sisanya akan terbuang bersama bahan sisa metabolisme (Darmono, 2001).

  Timbal (Pb) sebagian besar diakumulasi oleh organ tanaman, yaitu daun, batang, akar dan akar umbi-umbian (bawang merah). Perpindahan timbal dari tanah ke tanaman tergantung komposisi pH tanah. Konsentrasi timbal yang tinggi (100- 1000 mg/kg) akan mengakibatkan pengaruh toksik pada proses fotosintesis dan Tanaman dapat menyerap logam Pb pada saat kondisi kesuburan dan kandungan bahan organik tanah rendah. Pada keadaan ini logam berat Pb akan terlepas dari ikatan tanah dan berupa ion yang bergerak bebas pada larutan tanah. Jika logam lain tidak mampu menghambat keberadaannya, maka akan tejadi serapan Pb oleh akar tanaman (Widaningrum dkk, 2007).

  Timbal (Pb) merupakan logam yang bersifat toksik terhadap manusia yang bisa berasal dari tindakan mengonsumsi makanan, minuman, atau melalui inhalasi dari udara, debu yang tercemar Pb, kontak lewat kulit dan kontak dengan mata. Logam timbal tidak dibutuhkan oleh tubuh manusia sehingga bila makanan atau minuman yang tercemar Pb dikonsumsi, maka tubuh akan mengeluarkannya. Orang dewasa mengabsorbsi Pb sebesar 5

  ±15 % dari keseluruhan Pb yang dicerna, sedangkan anak-anak mengabsorsi Pb lebih besar yaitu 41,5 %.

  Di dalam tubuh manusia, Pb bisa menghambat aktivitas enzim yang terlibat dalam pembentukan hemoglobin dan sebagian kecil Pb dieksresikan lewat urin karena sebagian terikat oleh protein, sedangkan sebagian lagi terakumulasi dalam hati, kuku, jaringan lemak dan rambut. Timbal di dalam tubuh terutama terikat dalam gugus

  ±SH molekul protein sehingga menghambat aktivitas kerja sistem enzim (Widowati dkk, 2008).

  a. Risiko Timbal (Pb) pada system hemopoietik

  Timbal mempengaruhi system darah dengan cara memperlambat pematangan normal sel darah merah (eritrosit) dalam sumsum tulang yang menyebabkan terjadinya anemia dan mempengaruhi kelangsungan hidup sel darah merah.

  b. Risiko Keracunan Timbal (Pb) Pada Sistem Syaraf Sistem syaraf merupakan sistem yang paling sensitif terhadap daya racun.

  Risiko dari keracunan timbal dapat menimbulkan kerusakan pada otak. Penyakit - penyakit yang berhubungan dengan otak sebagai akibat dari keracunan timbal adalah gula (Sudarwin, 2008).

  Timbal masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernapasan (respirasi) dan saluran pencernaan (gastrointestinal) yang kemudian didistribusikan ke dalam darah, dan terikat pada sel darah. Sebagian Pb (Timbal) disimpan dalam jaringan lunak dan tulang, dan sebagian lagi diekskresikan lewat kulit, ginjal dan usus besar. Timbal bersirkulasi dalam darah setelah diabsorpsi dari usus, terutama berhubungan dengan sel darah merah (eritrosit). Timbal kemudian didistribusikan ke dalam jaringan lunak dan berinkorporasi dalam tulang, gigi dan rambut untuk dideposit (storage). Timbal 90% dideposit dalam tulang dan sebagian kecil tersimpan dalam otak, pada tulang timbal dalam bentuk Pb fosfat Pb

  3 (PO 4 ).

4. Logam Kadmium (Cd)

  Kadmium merupakan logam putih, mudah dibentuk, lunak dengan warna kebiruan. Titik didih kadmium relatif rendah (767ºC) sehingga membuatnya mudah terbakar dan membentuk asap kadmium oksida. Kadmium dan bentuk garamnya banyak digunakan pada beberapa jenis pabrik untuk proses produksinya. Industri pelapisan logam adalah pabrik yang paling banyak menggunakan kadmium murni sebagai pelapis, begitu juga pabrik yang membuat Ni - Cd baterai. Bentuk garam Cd banyak digunakan dalam proses fotografi, gelas, campuran perak, produksi foto - elektrik, foto

  ± konduktor dan fosforus.

a. Mekanisme Toksisitas Cd

  Sekitar 5% dari diet kadmium diabsorpsi dalam tubuh. Sebagian besar Cd masuk melalui saluran pencernaan, tetapi keluar lagi melalui feses sekitar 3-4 minggu kemudian dan sebagian kecil dikeluarkan melalui urin. Kadmium dalam tubuh terakumulasi dalam hati dan ginjal terutama terikat sebagai metalotionein. Metalotionein mengandung unsur sistein, di mana Cd terikat dalam gugus sulfhidril (- SH) dalam enzim seperti karboksil sisteinil, histidil, hidroksil dan fosfatil dari protein antara Cd dan protein tersebut, sehingga menimbul kan hambatan terhadap aktivitas kerja enzim dalam tubuh.

  Berbagai organ tubuh dapat terpengaruh toksisitas setelah paparan jangka panjang terhadap kadmium. Organ yang kritis akibat paparan kadmium adalah ginjal. Kadmium lebih beracun apabila terhisap melalui saluran pernafasan daripada melalui saluran pencernaan. Kasus keracunan akut kadmium kebanyakan dari mengisap debu dan asap kadmium, terutama kadmium oksida (CdO). Beberapa jam setelah mengisap, korban akan mengeluh gangguan saluran pernafasan, muntah, kepala pusing dan sakit pinggang (Sudarwin, 2008).

  b. Efek kadmium (Cd) Terhadap Kesehatan Manusia

  Menurut Darmono (1995), efek kadmium terhadap kesehatan manusia dapat bersifat akut dan kronis. Kasus keracunan akut kadmium kebanyakan melalui saluran pernapasan, misalnya menghisap debu dan asap kadmium terutama kadmium oksida (CdO). Gejala yang timbul berupa gangguan saluran pernapasan, mual, muntah, kepala pusing dan sakit pinggang. Akibat dari keracunan akut ini dapat menimbulkan penyakit paru-paru yang akut dan kematian. Efek kronis terjadi dalam selang waktu yang sangat panjang. Peristiwa ini terjadi karena kadmium yang masuk ke dalam tubuh dalam jumlah yang kecil sehingga dapat ditolerir oleh tubuh. Efek akan muncul saat daya racun yang dibawa kadmium tidak dapat lagi ditolerir tubuh karena adanya akumulasi kadmium dalam tubuh. Efek kronis dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok (Palar, 2008), yaitu:

  a) Efek Kadmium Terhadap Ginjal

  Ginjal merupakan organ utama dari dari sistem urinaria hewan tingkat tinggi dan manusia. Pada organ ini terjadi peristiwa akumulasi dari bermacam-macam bahan termasuk logam kadmium. Kadmium dapat menimbulkan gangguan dan bahkan kerusakan pada sistem kerja ginjal terutama ekskresi protein. Kerusakan ini dapat berupa adanya asam amino dan glukosa dalam urin, ketidaknormalan kandungan asam urat serta Ca dan protein dalam urin.

  b) Efek Kadmium Terhadap Paru-paru

  Keracunan yang disebabkan oleh kadmium lebih tinggi bila terinhalasi melalui saluran pernapasan daripada saluran pencernaan. Efek kronis kadmium akan muncul setelah 20 tahun terpapar kadmium. Akan muncul pembengkakan paru-paru (pulmonary emphysema) dengan gejala awal gangguan saluran napas, mual, muntah dan kepala pusing.

  c) Efek Kadmium Terhadap Tulang

  Serangan yang paling hebat karena kadmium adalah kerapuhan tulang. Efek ini telah menggoncangkan dunia internasional sehingga setiap orang dilanda rasa takut terhadap pencemaran. Efek ini timbul akibat kekurangan kalsium dalam makanan yang tercemar kadmium, sehingga fungsi kalsium darah digantikan oleh logam kadmium yang ada. Pada akhirnya kerapuhan pada tulang-tulang penderita yang dinamakan itai-itai disease.

  d) Efek Kadmium Terhadap Darah dan Jantung

  Efek kronis kadmium dapat pula menimbulkan anemia karena CdO. Penyakit ini karena adanya hubungan antara kandungan kadmium yang tinggi dalam darah dengan rendahnya hemoglobin.

  e) Efek Kadmium Terhadap Sistem Reproduksi

  Daya racun yang dimiliki oleh kadmium juga mempengaruhi sistem reproduksi dan organ-organnya. Pada konsentrasi tertentu kadmium dapat mematikan sel-sel sperma pada laki-laki. Hal inilah yang menjadi dasar bahwa akibat terpapar uap logam kadmium dapat mengakibatkan impotensi. Impotensi yang terjadi dapat dibuktikan dengan rendahnya kadar testoteron dalam darah.

5. Logam Perak (Ag)

  Perak adalah suatu unsur kimia dalam table periodik yang memiliki lambang Ag dan nomor atom 47. Lambangnya berasal dari bahasa Latin Argentum. Perak merupakan logam yang terbentuk dan selalu bersama-sama dengan logam emas, yang mempunyai warna putih, lunak, mengkilap dan memiliki konduktivitas listrik dan panas tertinggi di seluruh logam (Istiyono,dkk 2008: 186).

  Tabel 8 Ciri- ciri fisik perak

  

Fase Padat

  Densitas (sekitar suhu kamar) 10,49 g/cm

  3 Densitas cair pada titik lebur 9,320 g/cm

  3 Titik Lebur 1234,93 K (961,78

  C, 1763,2

  F) Titik didih 2435 K (2162

  C, 3924

  F) Kalor peleburan 11,28 kJ/mol Kalor penguapan 258 Kj/mol

  • Kapasitas kalor (25

  C) 25,350 J/(mol K) Sumber : (http://www.id.wikipedia.org/wiki/Perak)

  Perak merupakan salah satu jenis logam di alam bebas yang dapat ditemukan bersamaan dengan logam-logam lain, misalnya tembaga dan emas. Dalam tabel periodik, perak dapat dipadukan dengan atom-atom dalam golongannya dan diperoleh berbagai jenis logam paduan dengan berbagai sifat (Vlack and Laurence, 1985).

  Mineral- mineral yang terpenting yang mengandung perak adalah Perak alam (Ag), Argentite (Ag

  

2 S), Cerrargyrite (AgCl), Polybasite (Ag

  16 Sb

  2 S 11 ), Proustite

  (Ag2AsS

  3 ) dan Pyrargyrite (Ag

  3 SbS 3 ).

a. Mekanisme Toksisitas Perak

  Walau unsur perak itu sendiri tidak beracun, banyak senyawa garamnya sangat berbahaya. Exposisi pada perak (baik logam maupun senyawa-senyawanya yang dapat larut) di udara jangan sampai melebihi 0.01 g/m3 (berdasarkan 8 jam berat rata-rata, selama 40 jam per minggu). Senyawa-senyawa perak dapat diserap dalam sistem sirkulasi tubuh dan hasil reduksi perak dapat terdepositkan pada banyak jaringan tubuh. Sebuah kondisi (argyria) dapat menimbulkan pigmenpigmen abu-abu pada kulit tubuh dan selaput-selaput mucous. Perak memiliki sifatsifat yang dapat membunuh bakteri tanpa membahayakan binatang-binatang besar.

  Keracunan yang mungkin ditimbulkan oleh senyawa perak antara lain: timbulnya warna biru- keabu-abuan pada mata, sekat rongga hidung, tenggorokan dan kulit, iritasi pada kulit, borok dan gangguan pencernaan, yang disebabkan oleh karena paparan yang berlebihan (over exposure) terhadap senyawa logam perak. Paparan yang berkepanjangan (chronic exposure) terhadap senyawa perak dapat menyebabkan timbulnya warna biru keabu-abuan pada kulit yang dikenal juga sebagai argyria atau

  

argyrosis. Perak nitrat sendiri dapat menyebabkan iritasi dan rasa seperti terbakar

  pada kulit dan mukosa membran, rasa sakit di mulut, diare, muntah, koma dan berakibat fatal (Kuswati dkk, 2003)

6. Logam Merkuri (Hg)

  Merkuri dalam bahasa latin dikenal dengan nama hydraargyrum, dalam bahasa Yunani dikenal hydragyros atau liquid silver yang berarti cairan berwarna perak. Merkuri disingkat dengan Hg. Merkuri pada tabel periodik terdapat pada golongan II B, periode ke-6, memiliki nomor atom 80 dengan berat atom 200,59 g/mol. (Cotton, 1989). Logam ini dihasilkan dari bijih sinabar, HgS, yang mengandung unsur merkuri antara 0,1% - 4%.

  HgS + O Hg + SO

  2

  2 Merkuri yang telah dilepaskan kemudian dikondensasi, sehingga diperoleh

  logam cair murni (Subanri, 2008) Merkuri (Hg) adalah logam berat berbentuk cair, berwarna putih perak, serta mudah menguap pada suhu ruangan. Hg akan memadat pada tekanan 7.640 atm.

  Merkuri (Hg) dapat larut dalam asam sulfat atau asam nitri, tetapi tahan terhadap basa. Hg memiliki titik lebur -38,9 C dan titik didih 356,6 C (Widowati, 2008).

  Menurut Hutagalung (1989) dalam Apriyadi (2005) logam berat Hg berbahaya karena bersifat biomagnifikasi sehingga dapat terakumulasi dalam jaringan tubuh organism melalui rantai makanan. Organisme yang berada pada rantai yang paling tinggi (top carnivora) memiliki kadar merkuri yang lebih tinggi disbanding organism di bawahnya. Logam berat dalam jumlah berlebihan dapat bersifat racun. Hal ini disebabkan karena terbentuknya senyawa merkaptida antara logam berat dengan gugus ±SH yang terdapat dalam enzim. Akibatnya aktifitas enzim tidak berlangsung.

a. Tingkat Pencemaran Logam Merkuri