UJI EFEKTIVITAS PENGENDALIAN KEONG MAS (Pomacea canaliculata Lamark) PADA PADI SAWAH DENGAN MENGGUNAKAN RENDAMAN AIR KAPUR SIRIH (CaCO3) DAN EKSTRAK DAUN UBI KARET (Manihot glaziovii M.A)

  Jurnal EduBio Tropika, Volume 1, Nomor 2, Edisi Khusus, Desember 2013, hlm. 61-120 Devi Handayani Mahasiswa Prodi Magister Pendidikab Biologi PPs Unsyiah, Banda Aceh, Aceh Korespondensi: devihandayani25@gmail.com UJI EFEKTIVITAS PENGENDALIAN KEONG MAS (Pomacea canaliculata Lamark) PADA PADI SAWAH DENGAN MENGGUNAKAN RENDAMAN AIR KAPUR SIRIH (CaCO3) DAN EKSTRAK DAUN UBI KARET (Manihot glaziovii M.A) ABSTRAK: Penelitian dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh rendaman kapur sirih, ekstrak daun ubi karet dan kombinasi antara rendaman kapur sirih dan ekstrak daun ubi karet terhadap mortalitas keong mas, telah dilaksanakan bulan Mai 2013 dikawasan Gampong Doi Kecamatan Ulee Kareng Kota Banda Aceh. Metode penelitian ini adalah metode experimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 4x4 dengan 16 perlakuan dengan 4 ulangan. Per- lakuan dengan dua faktor yaitu konsentrasi rendaman air kapur sirih (K) dan konsentrasi ekstrak daun ubi karet (U) dengan masing-masing konsentrasi 0%, 1,25%, 2,5% dan 3,75%. Hasil peneli- tian menunjukkan bahwa pada rendaman air kapur sirih menyebabkan keong mas mati dengan cepat pada 48 jam perlakuan, dan dengan menggunakan ekstrak daun ubi karet menyebabkan mor- talitas keong mas mati pada 72 jam, sedangkan pada perlakuan antara kombinasi rendaman kapur sirih dan ekstrak daun ubi karet menyebabkan kematian yang sangat cepat pada 24 jam perlakuan. Simpulan penelitian (1) Rendaman kapur sirih berpengaruh terhadap mortalitaas keong mas, (2) Ekstrak daun ubi karet berpengaruh terhadap mortalitas keong mas, dan (3) Kombinasi antara ren- daman air kapur dan ekstrak daun ubi karet berpengaruh terhadap mortalitas keong mas.

  Kata Kunci: Keong mas, Kapur dan ekstrak daun ubi karet THE EFFECTIVENESS TEST OF GOLDEN SNAIL (Pomacea canaliculata Lamark) CONTROL ON PADDY IN THE FIELD BY USING WHITING WATER IMMERSION (CaCO3) AND CEARA RUBBER LEAVES EXTRACTS (Manihot glaziovii M.A.) ABSTRACT: It had been conducted a research entitled “The study aims to determine the effect of whiting water immersion and ceara rubber leaves extract and the combination of whiting water immersion and ceara leaves extract toward the mortality of golden snail. The study was conducted on May 2013 in Gampong Doi, district of Ulee Kareng, Banda Aceh. The method used in this stu- dy is an experimental method using a completely randomized design (CRD) with a 4x4 factorial pattern with 16 treatments repeated four times. The treatment consists of two factors: the concen- tration of whiting water immersion and ceara rubber leaves extract, in which each of concentra- tions is 0%, 1.25%, 2.5% and 3.75%. The results showed that whiting water immersion causes snails die rapidly at 48 hours of treatment, and the use of ceara rubber leaves extract cause snails die at 72 hours of treatment, whereas the combination from both of them cause rapid death at 24 hours of treatment. The conclusion of the study (1) Whiting water immersion influences the mor- tality of golden snail, (2) Ceara rubber leaf extract influences the mortality of golden snail and (3) combination of whiting water immersion and ceara rubber leaves extract influences the mortality of golden snail.

  Keywords: Golden snail, whiting and ceara rubber leaf extract PENDAHULUAN

  Keong mas atau disebut siput murbei (Poma- menjadi hama pada tanaman (Hendarsih dan Nia, cea canaliculata Lamarck) merupakan siput air 2009). tawar yang diintroduksi ke Indonesia pada tahun Keong mas telah menjadi hama utama di Ac- 1981 sebagai hewan hias. Ada dua pendapat ten- eh, terutama pada areal sawah beirigasi. Serangan tang masuknya keong mas ke Indonesia, yaitu de- dapat terjadi pada persemaian sampai tanaman be- ngan membiakkannya sebagai hewan hias untuk rumur dibawah empat minggu setelah tanam. komoditas eksport, dan dipihak lain keong mas Gangguan keong mas terjadi pada anakan, sehing-

  Handayani

  ga jumlah anakan produktif menjadi berkurang. Ji- ka populasi tanaman di peraian berkurang akibat dimakan keong mas, maka lingkungan akan kum- uh dan kesehatan masyarakat terganggu (Carlsson, 2006).

  Untuk menekan populasi dan mengurangi kerusakan tanaman oleh keong mas dapat dilaku- kan pengendalian secara terpadu. Pengendalian ke- ong mas pada tanaman budidaya perlu dilakukan sejak persiapan tanam hingga setelah panen (Hen- darsih dan Nia, 2009).

  Keong mas maupun telur keong mas berada pada daerah yang mempunyai kelembaban yang tinggi atau berada di sawah, yang terendam air dal- am jangka waktu yang lama (Syam dan Wurjan- dari, 2005). Apabila lahan berada dalam kondisi tergenang, keong mas akan berkembang secara ce- pat dan apabila lahan dalam keadaan kering, hama ini masih dapat hidup dengan istirahat didalam ta- nah.

  Keong mas mampu bertahan hidup didalam tanah sampai 6 bulan lamanya dan jika mendapat pengairan maka keong akan berkembangbiak kem- bali. Keong mas muda memakan ruas-ruas tanam- an padi yang masih muda (umur ± 1-2 bulan) dan membuat ruas-ruas tanaman menjadi patah berse- rakan di sekitar rumpun tanaman padi. Dampak terburuk adalah produktivitas sawah semakin me- nurun, bahkan gagal panen (IRRI, 2003). Populasi keong mas yang tinggi dapat merusak tanaman padi sampai 100% (Hamidy dkk., 2004; Anony- mous, 2004; Sery dkk., 2006; dan Syahpriansyah dkk., 2009).

  Berbagai langkah penanggulangan keong mas telah dilakukan, mulai dari pengendalian seca- ra mekanik, kultur teknik hingga biologis. Dalam penerapannya banyak mengalami hambatan, se- hingga keong mas mudah berkembang biak karena bersifat hemaprodit dan menempati lahan yang sangat luas.

  Pengendalian hama di Indonesia dilakukan dengan menggunakan moluskisida sintetis (pesti- sida) yang tinggi, sehingga dapat mencemari ling- kungan serta mengganggu organisme non target seperti musuh alami dan manusia (Sulistiono, 2007). Pengendalian dengan menggunakan molus- kisida sintetis berakibat keong mas dapat terbunuh, tetapi cangkang akan tertinggal di dalam. Hal ini akan menimbulkan masalah baru bagi petani yang melukai telapak kaki, sehingga perlu kegiatan un- tuk petani mengumpulkan cangkang diareal yang telah diberi pestisida (Hamidy dkk., 2004).

  Pemanfaatan pestisida untuk menekan per- banyak dilakukan oleh petani, karena mempe- ngaruhi pertumbuhan tanaman padi (Anonimous, 2004). Sebagai upaya dalam mengatasi perkem- bangan hama secara luas perlu dilakukan teknologi pengendalian yang tepat, efektif dan ramah lingku- ngan. Salah satu cara pengendalian hama dianta- ranya melalui penerapan moluskisida nabati seperti daun sirih hutan, daun tembakau dan pinang yang sudah di lakukan oleh orang lain. Sejauh ini renda- man kapur sirih dan ekstrak daun ubi karet belum ada yang teliti, maka peneliti tertarik untuk mene- liti rendaman kapur sirih (CaCO3) dan ekstrak daun ubi karet (Manihot glaziovii M.A) yang men- jadi agen kimia dalam membasmi keong mas.

  Rendaman air kapur sirih dan ekstrak daun ubi karet sangat efektif dilakukan sebagai pengen- dalian hama pada padi sawah karena selain dapat menetralkan tanah asam, kapur juga dapat dija- dikan sebagai pupuk untuk menambah unsur kal- sium yang berkurang akibat panen, erosi serta un- tuk menggemburkan tanah. Pada daun ubi karet mengandung zat toksik yaitu asam sianida (HCN) yang dapat mengendalikan hama keong mas. Pene- litian memakai rendaman kapur sirih terhadap pe- ngendalian keong mas belum pernah dilakukan, sehingga perlu pembuktian dengan judul uji efekti- vitas pengendalian keong mas pada padi sawah dengan menggunakan rendaman air kapur sirih dan ekstrak daun ubi karet.

  Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pe- ngaruh rendaman kapur sirih terhadap mortalitas keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck), Un- tuk mengetahui pengaruh ekstrak daun ubi karet terhadap mortalitas keong mas dan untuk menge- tahui pengaruh rendaman kapur sirih dan ekstrak daun ubi karet terhadap mortalitas keong mas (Po- macea canaliculata Lamarck).

  METODE

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode experimental menggunakan Ranca- ngan Acak Lengkap (RAL) faktorial 4x4 perlaku- an dengan dua faktor yaitu konsentrasi air kapur sirih (K) dan konsentrasi daun ubi karet (U) de- ngan 16 perlakuan dosis rendaman air kapur sirih, ekstrak daun ubi karet dan kontrol. Setiap perlaku- an diadakan pengulangan sebanyak empat kali, se- hingga didapat 64 perlakuan. Konsentrasi dengan air rendaman kapur sirih yang diperlakukan adalah K0 = 0%, K1=1,25%, K2=2,5% dan K3=3,75%. Sementara ekstrak daun ubi karet memiliki kon- sentrasi U0= 0%, U1= 1,25%, U2= 2,5% dan U3= 3,75%.

  Uji Efektivitas Pengendalian Keong Mas (Pomacea canaliculata

  Tabel 1. Kombinasi Perlakuan Terhadap Keong Mas Faktor

  Air Kapur (K) Ekstrak daun ubi Konsentrasi K0 (0 %) K1 (1,25 %) K2 (2,5 %) K3 (3,75 %) karet (U) U0 (0 %) U0K0 U0K1 U0K2 U0K3

  U1 (1,25%) U1K0 U1K1 U1K2 U1K3 U2 (2,5%) U2K0 U2K1 U2K2 U2K3 U3 (3,75%) U3K0 U3K1 U3K2 U3K3

  Parameter yang diukur dalam penelitian ini

HASIL DAN PEMBAHASAN

  adalah laju mortalitas (jam) dan jumlah mortalitas

  Pengaruh Rendaman Air Kapur Sirih Terha-

  keong mas berdasarkan tingkat konsentrasi (in-

  dap Mortalitas Keong Mas

  dividu). Kombinasi perlakuan disajikan pada Hasil penelitian yang dilakukan pada penga- Tabel 1. matan 24 jam, 48 jam dan pada pengamatan 72 jam, dapat ditampilkan berdasarkan waktu pada Gambar 1.

  Prosedur Penelitian Pembiakkan keong mas

  1.40 Induk keong mas di ambil dari sawah dan di .3 .3 .3 .3 .3 .3

  1

  1

  1

  1

  1

  1

  biakkan ke dalam kolam buatan yang berisi air,

  2

  2 .1 .1

  1.20

  1

  1

  rumput-rumputan dan batang padi yang masih

  .0 .0 .0 .0

  1

  1

  1

  1

  muda sebagai makanannya. Keong mas dibiarkan

  1.00 as log)

  bertelur sampai telurnya menetas dan hidup selama

  it a al

  ± 60 hari yang berdiameter cangkangnya berkisar

  0.80 dat Mort an antara 2 cm sampai 3 cm. a ark

  0.60

  • -rat Pembuatan rendaman air kapur sirih stok a at erdas

  Kapur sirih seberat 1.200 gr dicampur air

  R

  0.40 (B

  2.000 ml sehingga diperoleh 100% dibagi menjadi konsentrasi 1,25 %, 2,5 % dan 3,75%.

  0.20 Pembuatan ekstrak daun ubi karet

  0.00 Daun ubi yang digunakan adalah daun yang Kontrol 1,25% 2,50% 3,75%

  berada pada tangkai ke 6 dari pucuk. Daun ubi

  Konsentrasi Perlakuan

  dipetik lalu ditimbang sebanyak 2 kg. Daun ubi di potong halus dan direndam dengan menggunakan

  24 Jam

  48 Jam

  72 Jam

  16 liter etanol selama 24 jam sebagai penarikan Gambar 1. Mortalitas Keong Mas pada Perlakuan ekstrak, setelah itu dilakukan evaporasi untuk me-

  Rendaman Kapur Sirih Selama 24 Jam, misahkan antara ekstrak dengan etanol sehingga

  48 Jam dan 72 Jam diperoleh konsentrasi ekstrak 100%. Konsentrasi 100 % dibagi menjadi konsentrasi 1,25 %, 2,5 %

  Gambar 1. menunjukkan bahwa mortalitas dan 3,75% setiap perlakuannya. rata-rata tertinggi pada perlakuan rendaman air

  Teknik Pengumpulan Data

  kapur sirih selama 48 dan 72 jam dengan konsen- Setiap toples diisi 10 individu keong mas, trasi 1,25%, 2,50% dan 3,75% dengan angka mor- pengamatan dilakukan pada jam 24 jam, 48 jam talitas angka mortalitas 1,30 individu. Sedangkan dan 72 jam. Kemudian menghitung jumlah morta- pada perlakuan selama 24 jam belum menyebab- litas keong mas serta persentase mortalitas keong kan mortalitas keong mas secara keseluruhan, ini mas setiap perlakuan. dibuktikan bahwa konsentrasi 2,50 % dan 3,75%

  Analisis Data

  hanya mampu mematikan keong mas dengan ang- Model yang digunakan untuk desain Ranca- ka 1,12 individu. Sedangkan pada konsentrasi ngan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial antara

  1,25% belum menyebabkan keong mas mati, akan ekstrak daun ubi karet dengan kapur, dalam pene- tetapi keong mas sudah mulai mengeluarkan lendir litian ini adalah sebagai berikut: dari dalam mulutnya. Ini pertanda bahwa kapur

  Yijk = π + Ui + Kj + (UK)ij + εijk

  Handayani

  Pada perlakuan ekstrak daun ubi karet sela- ma 24 jam dan kontrol tidak menyebabkan kema- tian pada keong mas. Perlakuan selama 24 jam meskipun belum mengalami kematian, namun tub- uh keong mas tampak lemas dan mengeluarkan lendir. Ini terlihat jelas bahwa keong mas sudah mulai terkontaminasi oleh zat toksik sebagai racun yang ada dalam ekstrak daun ubi karet yang dida- lamnya mengandung asam sianida (HCN).

  Awal kematian keong mas yang terinfeksi kapur ditandai dengan perubahan tingkah laku keong mas yaitu tubuh keong mas berubah warna dari kuning terang menjadi kuning kehitaman. Tubuh terus menerus mengeluarkan lendir dikare- nakan terjadi kerusakan pada selaput lendir. Ber- kurangnya cairan lendir pada tubuh keong mas mengakibatkan kekejangan otot pada kaki keong mas sehingga pergerakannya menjadi lambat. Ba- hagian tubuh berusaha keluar dari cangkang akibat panas dari kapur, hal ini disebabkan senyawa yang masuk kedalam tubuh keong mas mengganggu kerja jaringan tubuh keong mas, proses ini menga- kibatkan keong mas mati dengan cepat.

  Pengapuran (CaO) dapat menyebabkan ke- ong mas kurang aktif, turunnya daya makan dan bahkan mati. Pengapuran dengan takaran 50 kg/ha efektif menekan perkembangan keong mas (Hen- darsih dan Kurniawati, 2002). Pengapuran dianjur- kan pada saat populasi keong mas rendah atau pada saat tanam.

  Pengaruh Ekstrak Daun Ubi Karet Terhadap Mortalitas Keong Mas

  Hasil penelitian yang dilakukan pada penga- matan 24 jam, 48 jam dan pada pengamatan 72 jam, ditampilkan pada Gambar 2.

  mas sehingga sistem saraf keong mas sudah ter- ganggu. Perlakuan kontrol tidak berpengaruh nyata pada mortalitas keong mas, jelas terlihat bahwa keong mas sangat aktif dan sehat berjalan menge- lilingi wadah, dan tidak satupun dari keong mas tersebut menutup cangkangnya.

  Gambar 2. menunjukkan bahwa mortalitas rata-rata keong mas tertinggi pada perlakuan eks- trak daun ubi karet selama 72 jam dengan konsen- trasi 3,75% angka mortalitas mencapai 1,27 indivi- du, pada konsentrasi 2,50% turun menjadi 1,16 in- dividu dan konsentrasi 1,25% turun dengan morta- litas 1,11 individu. Pada perlakuan ekstrak daun ubi karet selama 48 jam mortalitas keong mas kembali turun pada konsentrasi 3,75% dengan angka mortalitas 1,09 individu, selanjutnya pada konsentrasi 2,50% turun sedikit menjadi 1,08 indi- vidu dan terakhir turun pada konsentrasi 1,25% menjadi 1,04 individu. Perlakuan ini menyebabkan kematian pada keong mas sangat kecil dan lambat. Senyawa sianida ditelan oleh keong mas sehingga menyebabkan keracunan pada sistem pernafasan dan sistem sarafnya, sehingga keong mas yang te- racuni mengalami kelumpuhan syaraf mulut dan ti- dak bisa makan akhirnya menyebabkan kematian. Tingkat keracunan ini tergantung pada pemberian dosis dan lama perlakuannya. Hal ini dikarenakan semakin tinggi konsentrasi maka akan semakin ba- nyak pula kandungan senyawa sianida yang ber- sifat sebagai senyawa moluskisida bagi keong mas. Hal ini mengidentifikasi bahwa semakin banyak zat racun maka semakin banyak hama uji yang mati dalam kurun waktu penelitian (Musman, dkk, 2001).

1.40 Kontrol 1,25% 2,50% 3,75%

  Daun ubi mengandung zat toksik akibat ion sianida mulai dari akar (ubi) hingga daun, yang da- pat membunuh manusia dan hewan tertentu dalam kadar yang berlebihan. Daun dan kulit batang ubi kayu mengandung HCN yang 3-4 kali lebih besar dibanding kandungan HCN pada bagian akar. Kandungan HCN yang tinggi juga ditentukan oleh jenis ubinya (Rukmana, 1997).

  7

  72 Jam

  48 Jam

  24 Jam

  R at a -rat a Mort al it as (B erdas ark an dat a log) Konsentrasi Perlakuan

  1.20

  1.00

  0.80

  0.60

  0.40

  0.20

  0.00

  1 .2

  Sistem saraf pusat merupakan organ target utama untuk toksisitas sianida. Senyawa asam sia- nida ditelan atau dihirup oleh keong mas sehingga menyebabkan keracunan pada sistem pernafasan dan sistem sarafnya (Halifah, 2009). Toksisitas suatu bahan tergolong efektif apabila mampu membunuh 50% atau lebih dari populasi hewan uji.

  6

  1 .1

  1

  1 .0 1 .1

  Gambar 2. Mortalitas Keong Mas pada Perlakuan Ekstrak Daun Ubi Karet Selama 24

  1 .0

  8

  1 .0

  4

  1 .0 1 .0

  1 .0 1 .0

  1 .0 1 .0

  9

  Uji Efektivitas Pengendalian Keong Mas (Pomacea canaliculata Pengaruh Kombinasi Antara Rendaman kapur Sirih dan Ekstrak Daun Ubi Karet terhadap Mortalitas Keong Mas Perlakuan Selama 24 Jam

1.40 U1K1 U1K2 U1K3 U2K1 U2K2 U2K3 U3K1 U3K2 U3K3

  1.30

  1.30

  1.30

  1.30

  1.30

  1.30

  1.30

  1.30

  0.00

  R at a -rat a Mort al it as (B erdas ark an dat a log) Kombinasi Perlakuan

  0.20

  0.40

  0.60

  0.80

  1.00

  1.20

  R at a -r at a M or tal it as (B er d as ar k an d at a log) Kombinasi Perlakuan

  1.30

  1.20

  Hasil pengamatan tingkat mortalitas keong mas pada perlakuan kombinasi antara rendaman kapur sirih dan ekstrak daun ubi karet selama 24 jam disajikan pada Gambar 3.

  1.18

  Gambar 3. menunjukkan bahwa mortalitas tertinggi pada perlakuan kombinasi antara kapur dan ekstrak daun ubi karet yaitu pada perlakuan ekstrak daun ubi karet dengan konsentrasi 3,75% dengan kapur pada konsentrasi 3,75% sebanyak 1,28 individu, menurun sedikit pada perlakuan ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 3,75% dengan Kapur pada konsentrasi 1,25% dengan angka mortalitas 1,26 individu selanjutnya menyu- sul turun dengan perlakuan ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 3,75% dengan kapur pada kon- sentrasi 2,50% sebanyak 1,23 individu, dan turun pada perlakuan ekstrak daun ubi karet pada kon- sentrasi 2,50% sebanyak 1,18 individu dan me- nyusul perlakuan ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 2,50% dengan kombinasi kapur pada konsentrasi 1,25% sebanyak 1,13 individu. Pada ekstrak daun ubi karet konsentrasi 2,50% dengan kombinasi kapur 3,75% turun sebanyak 1,08 individu, pada perlakuan ekstrak daun ubi karet konsentrasi 1,25% dengan kombinasi kapur pada konsentrasi 3,75% sebanyak 1,06 individu dan sedangkan pada perlakuan ekstrak daun ubi karet konsentrasi 1,25% dengan kombinasi kapur 1,25% tidak menyebabkan keong mas mati.

  Hasil pengamataan perlakuan dengan kombi- nasi antara ekstrak daun ubi karet dan rendaman kapur sirih dapat mematikan keong mas lebih ce- pat, ini diduga bahwa keong mas memakan ekstrak daun ubi karet yang seolah-olah menjadi makanan baginya, namun disisi lain keong mas tidak me- ngetahui bahwa didalam ekstrak ubi karet sudah terkontaminasi dengan rendaman kapur sirih. Kea- daan tubuh keong mas setelah menelan kombinasi

  Gambar 3. Mortalitas Keong Mas Selama 24 Jam dengan Kombinasi Rendaman Kapur Sirih dan Ekstrak Daun Ubi Karet

  Gambar 4. Mortalitas Keong Mas Selama 48 dan 72 Jam dengan Kombinasi Rendaman Kapur Sirih dan Ekstrak Daun Ubi Karet

  1.00

  1.08

  1.06

  1.13

  1.09

  1.00

  1.26

  1.23

  1.28

  0.00

  0.20

  0.40

  0.60

  0.80

1.40 U1K1 U1K2 U1K3 U2K1 U2K2 U2K3 U3K1 U3K2 U3K3

  Handayani

  Daun Ubi Karet (U) 3 0,24 0,08 38,4*) 3,86 Kapur (K) 3 0,22 0,07 35,2*) 3,86 Kombinasi 9 0,57 0,06 30,4*) Kekeliruan

  8 f 7,25 ef

  5 de 2,25 bc U3 a

  2 bc 1,5 ab U2 a 3,75 cd

  

Perlakuan K0 K1 K2 K3

U0 a a 3,25 bcd 3,25 bcd U1 a a

  Tabel 3. Uji Lanjut BNT taraf nyata 5% pada jam ke 24

  48 0,10 0,002 JUMLAH 64 77,54

  

Sumber Variasi Dk JK KT F-hit F-tabel

Rata-rata 1 76,87 76,87 Perlakuan :

  menyebabkan tubuh keong mas menjadi kaku dan mengeras, dengan tutup cangkang yang sedikit ter- buka.

  Tabel 2. Anova faktorial selama 24 jam

  Faktor ekstrak daun ubi karet pada konsen- trasi 0% dengan faktor kapur pada konsentrasi 0% dan 1,25% tidak berbeda nyata dengan angka 0 individu, sedangkan perlakuan kapur pada konsen- trasi 1,25% berbeda nyata dengan kosentrasi 2,50% dengan angka 3,25 individu. Pada perlaku- an kapur dengan konsentrasi 2,50% dan 3,75% tidak berbeda nyata. Faktor ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 1,25% dengan faktor kapur pada konsentrasi 0% dan 1,25% tidak berbeda nyata de- ngan angka 0 individu, sedangkan perlakuan kapur pada konsentrasi 1,25% berbeda nyata dengan konsentrasi 2,50% dengan angka 2 individu dan 3,75% dengan angka 1,5 individu. Faktor ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 2,50% berbeda nyata dengan semua faktor kapur pada konsentrasi 0% dengan angka 0 individu, konsentrasi 1,25% dengan angka 3,75 individu, konsentrasi 2,50% dengan angka 5 individu dan konsentrasi 3,75% dengan angka 2,25 individu. Faktor ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 3,75% berbeda nyata dengan semua faktor kapur pada konsentrasi 0% dengan angka 0 individu, konsentrasi 1,25% de- ngan angka 8 individu, konsentrasi 2,50% dengan

  Tabel 3. menunjukkan bahwa faktor kapur konsentrasi 0% dengan faktor ekstrak daun ubi karet pada semua konsentrasi tidak berbeda nyata dengan angka 0 individu. Perlakuan kapur pada konsentrasi 1,25% dengan ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 0% dan 1,25% juga tidak berbeda nyata, perlakuan kapur pada konsentrasi 1,25% dengan faktor ekstrak daun ubi karet pada kon- sentrasi 2,50% dengan angka 3,75 individu berbe- da nyata dengan ekstrak daun ubi karet pada kon- kapur pada konsentrasi 2,50% berbeda nyata dengan semua ekstrak daun ubi karet, konsentrsi 0% dengan angka 3,25 individu, konsentrasi 1,25% dengan angka 2 individu, konsentrasi 2,50% dengan angka 5 individu dan konsentrasi 3,75% dengan angka 7,25 individu. Pada perlaku- an kapur dengan konsentrasi 3,75% juga berbeda nyata dengan semua faktor ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 0% dengan angka 3,25 individu, konsentrasi 1,25% dengan angka 1,5 individu, konsentrasi 2,50% dengan angka 2,25 individu dan konsentrasi 3,75% dengan angka 9 individu.

  Hasil analisis menunjukkan Jika F hitung ≥ F tabel maka Ha diterima. Terdapat adanya perbe- daan yang nyata antar perlakuan konsentrasi.

  Gambar 4. menunjukkan bahwa mortalitas rata-rata tertinggi pada perlakuan kombinasi antara rendaman kapur sirih dan ekstrak daun ubi karet yaitu rata-rata mortalitas pada perlakuan selama 48 dan 72 jam menyebabkan keong mas mati seluruh- nya. Hal ini membuktikan bahwa pada mortalitas keong mas dengan perlakuan rendaman kapur sirih dan ekstrak daun ubi karet ini sangat efektif digu- nakan. Lebih banyak waktu yang diberikan maka semakin banyak zat racun yang masuk kedalam tubuh keong mas, sehingga mempengaruhi daya makan keong mas akibat senyawa yang bersifat panas yang dapat mengganggu sistem pernafasan dan sarafnya. Hasil uji anova terhadap mortalitas keong mas disajikan pada Tabel 2.

  Hasil pengamatan tingkat mortalitas keong mas pada perlakuan kombinasi antara rendaman kapur sirih dan ekstrak daun ubi karet selama 48 dan 72 jam disajikan pada Gambar 4.

  Perlakuan Selama 48 dan 72 Jam

  9 f

  Uji Efektivitas Pengendalian Keong Mas (Pomacea canaliculata

  10 e

  10 d

  Tabel 6. Tabel anova faktorial pada 72 jam perlakuan

  

Sumber Variasi Dk JK KT F-hit F-tabel

Rata-rata 1 101,58 101,58 Perlakuan :

  Daun Ubi Karet (U) 3 0,03 0,01 48,00*) 3,86 Kapur (K) 3 0,35 0,12 560,00*) 3,86 Kombinasi 9 0,47 0,05 250,67*) Kekeliruan

  48 0,01 0,0002 JUMLAH 64 102,06

  Tabel 7. Uji Lanjut BNT taraf nyata 5% pada 72 jam perlakuan

  

Perlakuan K0 K1 K2 K3

U0 a

  10 e

  10 d

  10 e U1 3 b

  10 e

  10 e 10e U2 4,5 c

  10 e

  10 e

  10 e U3 8,75 d

  10 e

  10 e

  10 d

  10 d U3 2,5 c

  angka 9 individu. Hasil anova disajikan pada Ta- bel 4.

  48 0,01 0,0002 JUMLAH 64 99,02

  Hasil analisis menunjukkan Jika F hitung ≥ F tabel maka Ha diterima. Ini berarti terdapat perbe- daan yang nyata antar perlakuan konsentrasi.

  Hasil persentase mortalitas keong mas dalam uji lanjut BNT taraf nyata 5% selama 48 jam disa- jikan pada Tabel 5.

  Tabel 5 menunjukkan bahwa rendaman ka- pur sirih pada konsentrasi 0% berbeda nyata deng- an semua faktor ekstrak daun ubi karet pada kon- sentrasi 0% dengan angka 0 individu, konsentrasi 1,25% dengan angka 1 individu, konsentrasi 2,50% dengan angka 2 individu dan konsentrasi 3,75% dengan angka 2,5 individu. Faktor ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 0% dengan faktor rendaman kapur pada konsentrasi 0% dengan ang- ka 0 individu berbeda nyata dengan konsentrasi 1,25% dengan angka 10 individu.Faktor ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 1,25% dengan fak- angka 1 individu berbeda nyata dengan konsentrasi 1,25% dengan angka 10 individu. Fak-tor ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 2,50% dengan fak- tor rendaman kapur pada konsentrasi 0% dengan angka 2 individu berbeda nyata dengan konsentrasi 1,25% dengan angka 10 individu. Fak-tor ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 3,75% dengan faktor rendaman kapur pada konsentrasi 0% deng- an angka 2,5 individu berbeda nyata dengan kon- sentrasi 1,25% dengan angka 10 individu. Semen- tara kombinasi lainnya tidak berbeda nyata. Hasil anova disajikan pada perlakuan 72 jam disajikan pada Tabel 6.

  Tabel 7 menunjukkan bahwa rendaman kap- ur sirih pada konsentrasi 0% berbeda nyata dengan semua faktor ekstrak daun ubi karet pada konsen- trasi 0% dengan angka 0 individu, konsentrasi 1,25% dengan angka 3 individu, konsentrasi 2,50% dengan angka 4,5 individu dan konsentrasi 3,75% dengan angka 8,75 individu. Faktor ekstrak

  Tabel 4. Tabel anova faktorial pada 48 perlakuan jam

  

Sumber Variasi Dk JK KT F-hit F-tabel

Rata-rata 1 98,25 98,25 Perlakuan :

  Daun Ubi Karet (U) 3 0,01 0,0 16,00*) 3,86 Kapur (K) 3 0,73 0,24 1168,00*) 3,86 Kombinasi 9 0,76 0,08 405,33*) Kekeliruan

  Tabel 5. Uji Lanjut BNT taraf nyata 5% pada 48 jam perlakuan

  10 d

  

Perlakuan K0 K1 K2 K3

U0 a

  10 d

  10 d

  10 d U1 1 b

  10 d

  10 d

  10 d U2 2 c

  10 d

  10 e

  Handayani

  rendaman kapur pada konsentrasi 0% dengan ang- ka 0 individu berbeda nyata dengan konsentrasi 1,25% dengan angka 10 individu.Faktor ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 1,25% dengan faktor rendaman kapur pada konsentrasi 0% deng- an angka 3 individu berbeda nyata dengan konsen- trasi 1,25% dengan angka 10 individu. Faktor eks- trak daun ubi karet pada konsentrasi 2,50% dengan faktor rendaman kapur pada konsentrasi 0% deng- an angka 4,5 individu berbeda nyata dengan kon- sentrasi 1,25% dengan angka 10 individu. Faktor ekstrak daun ubi karet pada konsentrasi 3,75% de- ngan faktor rendaman kapur pada konsentrasi 0% dengan angka 8,75 individu berbeda nyata dengan konsentrasi 1,25% dengan angka 10 individu. Se- mentara kombinasi lainnya tidak berbeda nyata.

  Hasil pengujian yang telah dilakukan me- nunjukkan bahwa ternyata bahan nabati yang diuji dapat digunakan untuk mengendalian keong mas dengan sifat daya kerja yang berbeda. Perbedaan konsentrasi dan jenis senyawa dapat memberikan pengaruh berbeda terhadap penghambatan aktivi- tas makan hama. Proses kematian hama akan se- makin cepat dengan pertambahan konsentrasi yang digunakan.

  SIMPULAN

  Rendaman kapur sirih berpengaruh nyata terhadap mortalitas keong mas (Pomacea canali-

  culata Lamarck) pada perlakuan selama 24, 48 dan

  72 jam. Ekstrak daun ubi karet berpengaruh nyata terhadap mortalitas keong mas (Pomacea canali-

  culata Lamarck) pada perlakuan selama 72 jam,

  sedangkan pada perlakuan selama 24 dan 48 jam belum menyebabkan keong mas mati.Interaksi antara rendaman kapur sirih dengan ekstrak daun ubi karet berpengaruh nyata terhadap mortalitas keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) pada perlakuan selama 24, 48 dan 72 jam.

DAFTAR RUJUKAN

  Snails are Threatening Natural Ecosystems in Southeast Asia.” In Joshi. R.C. and L.S. Sebastian (Ed.) Global Advances in Ecology and Management of Golden Apple Snail. PhilRice, Ingnieria DICTUC and FAO. P. 61-72. Halifah, P., 2009. “Pengaruh Perasan Daun Ubi Kayu terhadap Mortalitas Keong Mas”.

  Keong Mas (Pomacea canaliculata) untuk mengendalikan Gulma pada Tanaman Padi Sawah.

  Jakarta: Kerjasama Balai Penelitian Tana- man Padi, BP2TP, BPTP dan IRRI

  Syam, M. dan D. Wujandari., 2005. Masalah La- pang (Hama, Penyakit dan Hara) pada Padi .

  Pengaruh Eksrak Kasar Buah palem Ekor Tupai (Wodyetia bifurcata W) Terhadap Mortalitas Keong Mas (Pomacea sp) di Rumah Kaca.

  Ilmu Kelautan Institut pertanian Bogor (FPIK-IPB). Syahpiansyah, N., Wibowo, L., dan Indryati, 2009.

  ong Mas . Bogor : Fakultas Perikanan Dan

  Sulistiono., 2007. Cara Aman Mengendalikan Ke-

  Rukmana, R., 1997. Ubi Kayu, Budidaya dan Pas- capanen . Yogyakarta: Kanisius. Sery, R.A., Sunarsi; dan Idris, 2006. Pengelola

  Tersedia di: file:///G:/Keong Mas (ubi ka- yu). htm. (Diakses April 2009). Hamidy, S., Khalid, J., Adil, M; dan Hamdani,

  Jurnal Depik 1(2):99-102.

  Musman M., Sofia dan Kurnianda V., 2001. Selek- tivitas fraksi Rf<0,5 ekstrak etil asetat (EtOAc) biji putat air (Barringtonia raceme- sa) terhadap keong mas (Pomaceae canalicu- lata) dan ikan lele lokal (Clarias batrachus).

  IRRI.

  Hendarsih, S dan Kurniawati, Nia., 2009. “Keong mas dari hewan peliharaan menjadi hama utama padi sawah ”. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi . International Rice Reserch Institude., 2003. Rice Knowledge Bank , Philipina: Version 2.2.

  Anonymous., 2004. Opsi-opsi Pengendalian Siput Murbai . Tersedia di: Http//www.applesnail. net. (Diakses 6 Oktober 2004). Carlsson, N.O.L., 2006. “ Invasive Golden Apple

  2004. Rakitan Teknologi Pengendalian Ke- ong Mas. Hendarsih, S dan Kurniawati, Nia., 2002. “Prospek

  Moluskisida Nabati dalam Pengendalian Siput Murbai”. Berita Puslitbangtan 24:11- 12.