RESPON UDANG WINDU ( Penaeus monodon Fabr.) TERHADAP ANTIGEN WSSV YANG DIINAKTIVASI DENGAN FORMALDEHID

   Respon udang windu (Penaeus monodon Fabr.) ....... (Melta Rini Fahmi)

RESPON UDANG WINDU ( Penaeus monodon Fabr.) TERHADAP

ANTIGEN WSSV YANG DIINAKTIVASI DENGAN FORMALDEHID

  • ) * * )

  Melt a Rini Fahm i dan Mart in B. Malole

ABST RAK

  Penelit ian ini bert ujuan unt uk m enget ahui respon udang windu (Penaeus monodon) terhadap pem berian antigen virus WSSV (White Spot Syndrome Virus) yang diinakt ifkan dengan m enggunakan form aldehid. Penelit ian dibagi m enjadi dua t ahapan, t ahapan pertam a yaitu m enentukan nilai VID (Virus Infective Doze) dengan Rancangan Acak

50 Lengkap, tahap kedua untuk m elihat pengaruh pem berian virus WSSV yang diinaktifkan dengan f orm aldehid t erhadap respon im unit as, t ingkah laku, dan t ingkat sint asan.

  Pada tahap kedua penelitian dilakukan secara faktorial, faktor yang digunakan adalah konsentrasi virus terdiri atas 2 level serta konsentrasi form aldehid yang terdiri atas 3

  

level. Masing- m asing kom binasi di atas dibuat sebanyak 6 kali, yang digunakan untuk

  3 kelom pok penelit ian yait u kelom pok t anpa diuji t ant ang, diuji t ant ang dilakukan setelah 14 hari, dan uji tantang dilakukan setelah 21 hari, dilaksanakan sebanyak 2 kali ulangan. Untuk sem ua kelom pok percobaan respons udang paling sensitif berupa b er en an g k e p er m u k aan t er j ad i set el ah 1 j am p er l ak u an d i b er i k an , d i i k u t i ol eh penurunan akt ivit as dan penurunan naf su m akan. Tingkat kerusakan organ paling t inggi t erdapat pada kelom pok penelit ian ke- 2 (uji t ant ang set elah 14 hari). Unt uk kelompok 1 (divaksinasi) kondisi organ hampir normal, hal ini menandakan virus berhasil dilem ahkan dan m am pu m em acu t im bulnya ant ibodi. Tingkat sint asan udang lebih tinggi setelah diuji tantang dibandingkan yang tidak divaksinasi.

  

ABST RACT : The im m une response of black tiger shrim p (Penaeus monodon

Fabr.) against f or m aldehyde inact ivat ed WSSV. By: M elt a Rini Fah m i an d M ar t i n B. M al ol e

  

The purpose of the research was to determine response of black tiger shrimp (Penaeus

monodon) toward formaldehyde inactivated White Spot Syndrome Virus (WSSV).The

study was divided into two phases, the first phase was to determine the VID (Virus

  50 Infective Doze) using Completely Randomize Design, the second phase was to

determine of effectiveness of inactive WSSV antigen on the immune response of

Penaeus monodon, behavior and pathological respond of Penaeus monodon larvae.

  • -5

  

VID value determined during research was 10 . The second research was carried

  50

using factorial design. The factors involved two levels of virus and three levels of

formaldehyde concentration, with two replicates and three groups. The results

indicated that for all experiment groups, the most sensitive response of shrimp were

swimming to the surface at 1 hours after treatment, following by decreased activity

and anorexia. The highest degree of organ damage was found on 2 group experiment

(challence test group after 14 days). Organ condition for group 1 (vaccination) almost

normal, indicated that virus has been able to stimulate immune response. Degree of

survival was increase after challenged test rather than non vaccinated.

  

KEYWORD S: virus inactive, response of shrimp, formaldehyde, tiger shrimp,

* ) p a t h ol og y * * ) Peneliti pada Loka Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar, Depok Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Bogor

  J. Ris. Akuakultur Vol. 2 No. 1 Tahun 2007: 77--86 PENDAHULUAN

  Penelit ian ini b er t uj uan unt uk m elihat r esp on ud ang wind u t er had ap p em b er ian ant igen virus WSS yang diinakt if kan dengan m enggunakan f orm aldehid. Dengan m elihat respon udang tersebut diharapkan virus inaktif i ni d ap at d i g unak an seb ag ai vak si n p ad a udang windu sebagai usaha pengendalian t erhadap penyakit WSSV.

  monodon) d i In d o n esi a d ar i t ah u n 1 9 9 2

  mengalami penurunan dengan angka produksi 130.000 ton turun hingga 50.000 ton di tahun 1998 (Anonim, 2000). Penurunan produksi ini disebabkan turunnya kualitas lingkungan dan munculnya berbagai wabah penyakit. Di antara wabah penyak it yang sangat dit ak ut i oleh pet am bak ialah penyakit akibat virus. Wang & Chang (2000) m engat akan bahwa penyakit viral berdam pak serius t erhadap kelest arian dan ekonom i indust ri budi daya udang, lebih spesisf ik lagi Wang et al. (1998) m engat akan bahwa virus yang paling ditakutkan petambak yait u White Spot Syndrome Virus (WSSV).

  Usaha budi daya udang windu (Penaeus

BAHAN DAN METODE

  Respon im unit as t ubuh udang t erdiri at as r esp o n p er t ah an an sel u l ar d an r esp o n p er t ah an an h u m or al . Resp on p er t ah an an selular yang bersif at non- spesif ik m eliput i: fagositik, nodulasi, dan enkapsulasi. Sedang- kan pertahanan humoral yang bersifat spesifik m encakup phenolox idase (PO), prophenol- ok sidase (ProPO), dan lek t in (Johansson & Soderhall, 1989). Pada kenyat aannya udang m enggunakan kom binasi respon pert ahanan sel u l ar d an h u m o r al secar a b er sam aan (Johansson & Soderhall, 1989).

  yang posit if t erinf eksi virus, dengan ciri- ciri adanya bint ik put ih pada bagian karapasnya, kem udian dicuci dengan alkohol 70%, dan dicincang sert a dihaluskan dengan m ort ar, set el ah i t u t am b ah k an PBS (Phosphate

  d i l ak u k an u n t u k m en g et ah u i k onsent rasi virus yang dapat m enginf ek si

  5 0

  Uj i VID

  Uji Virus Infektif Dosis 5 0 (VID 5 0 )

  (w/ v). Larutan di atas disentrifugasi selama 15 m en i t d en g an k ec ep at an 3 . 0 0 0 r p m , sel an j u t n ya su p er n at an d i f i l t er d en g an m iliphor e 0 ,4 5 µm dan hasil penyar ingan ditambahkan dengan antibiotik (streptomycin). Hasil penyaringan m erupakan larut an baku virus WSS sebagai sum ber inf ekt or.

  Bufferred Saline) dengan pengenceran 10%

  et al. (1985) yaitu dengan cara: Sampel udang

  Sejauh ini penelit ian t ent ang im unisasi- vaksinasi pada udang m asih sangat sedikit . Unt uk it u penelit ian yang m engar ah pada p en g g u n an vak si n p er l u d i l ak u k an u n t u k m elihat ef ekt ivit as kerja pert ahanan t ubuh spesif ik pada udang. Salah sat u usaha yang harus dilakukan adalah inakt ivasi virus WSS.

  Preparasi inokulum virus m engikut i Sano

  Pembuatan Inokulum Virus

  Usaha m engendalikan penyakit ini t elah banyak dilakukan sepert i pem akaian bahan kim ia unt uk skrining benur at au pengobat an, nam un pem akaian bahan kim ia dalam wakt u p an j an g ak an b er d am p ak n eg at i f b ag i lingkungan perairan, m enim bulkan resistensi p at o g en ser t a r esi d u b ah an k i m i a yan g berdam pak t erhadap kesehat an konsum en. Untuk itu peningkatan ketahanan tubuh udang m en j ad i sal ah sat u u sah a p en g en d al i an penyakit yang efektif. Peningkatan daya tahan t u b u h u d an g i n i d ap at d i l ak u k an m el al u i pemberian imunostimulan maupun vaksinasi.

  Udang windu PL- 12 yang dipak ai pada penelit ian ini berasal dari pem benihan udang di Tanjung Pasir, Tangerang (Bant en) yang dipijahkan secara alam i. St at us kesehat annya d i l ak uk an d eng an sk r i ni ng m eng g unak an f orm alin 150 m g/ L selam a 30 m enit . Udang sehat dicuci dengan air laut bersih, kem udian diadapt asikan dengan lingkungan penelit ian selama 3 hari.

  IPB di Ancol, pem buat an preparat hist ologi dilakukan di Laborat orium Kesehat an Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan- IPB.

  Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Vir ologi, Fak ult as Ked ok t er an Hewan- IPB, pemeliharaan dilakukan di Pusat Studi Kelautan

  Vaksinasi merupakan tindakan memasuk- kan antigen ke dalam tubuh hewan yang dapat m em icu tim bulnya ketahanan spesifik. Secara k onvensional vak sin dapat dibagi m enj adi vaksin hidup dan vaksin m at i. Vaksin m at i berasal dari pat ogen yang dim at ikan, salah sat u d i an t ar an ya d en g an m en g g u n ak an form aldehid. Penggunaan form aldehid dalam upaya inakt ivasi virus um um digunakan pada virus- virus yang beramplop.

  Virus WSS yang digunakan berasal dari Balai Budidaya Air Payau di Jepara, yait u dengan cara m em bawa udang yang telah terinfeksi ke Bogor dalam keadaan beku.

   Respon udang windu (Penaeus monodon Fabr.) ....... (Melta Rini Fahmi)

  udang sebanyak 50% selam a 5 hari. Konsen- f or m al d eh i d (K). Un t u k k on sen t r asi vi r u s digunakan 2 level yaitu 100 VID (V1) dan 1.000 t r asi vi r u s yan g d i g u n ak an ad al ah p ad a

  50

  • 4 - 5 - 6 - 7 - 8 - 9

  VID (V2), sedangkan konsentrasi formaldehid pengenceran 10 , 10 , 10 , 10 , 10 , 10

  50

  dilakukan sebanyak 3 kali ulangan. Udang t erdiri at as 3 level yait u 0,2% (K1); 0,25% (K2); dan 0,3% (K3) dengan kom binasi seperti pada seb anyak 2 5 ek or / t op les (volum e 3 lit er ) Tabel 1. direndam dengan virus pada konsent rasi vi- r us yang b er b ed a. Per end am an d ilak uk an

  Masing- m asing kom binasi di at as dibuat selama 20 jam. Pengamatan dilakukan terhadap sebanyak 6 k ali, yang digunak an unt uk 3 t i n g k at k er u sak an o r g an m el i p u t i o r g an kelom pok penelit ian dan 2 ulangan. Kont ak lim poid, hepat opankt reas, insang, dan usus. antara virus dan formaldehid dilakukan dengan

  Set elah 5 hari udang yang t erinf eksi dif iksasi pengadukan secara merata menggunakan mag- unt uk selanjut nya dibuat preparat hist ologi. net ic st irer selam a 20 jam pada suhu 4°C. D at a y an g d i d ap at d i an al i s i s d en g an

  Vak sinasi Udang m enggunakan rum us Reed & Muench.

  Virus yang telah diinaktifkan diaplikasikan

  Inaktivasi Virus WSS

  ke udang dengan cara perendaman selama 20 Percobaan inakt if asi virus dilaksanakan j am . Masi n g - m asi n g sat u an p er co b aan secar a f ak t o r i al d en g an r an can g an acak menginfeksi 50 ekor udang yang ditempatkan l en g k ap . Fak t o r yan g d i g u n ak an ad al ah d al am sat u t op l es vol u m e 4 l i t er . Di sai n k o n sen t r asi v i r u s (V) d an k o n sen t r asi percobaan t ert era pada Tabel 2.

  Tabel 1. Kombinasi konsentrasi virus (V) dan konsentrasi formaldehid (K)

  Table 1. Combination concentration of virus (V) and concentration of formaldehyde (K) Ko nsent rasi f o rmald ehid ( For m a ld eh yd e con cen t r a t ion ) Ko nsent rasi virus Vir us con cen t r a t ion 0.2% ( K1) 0.25% ( K2) 0.3% ( K3)

  100 VID (V1) K1V1 (A) K2V1 (B) K3V1 (C)

  50 1,000 VID (V2) K1V2 (D) K2V2 (E) K3V2 (F)

50 Keterangan (Note) :

  1 = Ulangan 1 (replication 1) 2 = Ulangan 2 (replication 2) K = Konsentrasi formaldehid (Formaldehyde concentration) V = Konsentrasi virus (Virus concentration)

  Tabel 2. Desain percobaan in akt ivasi virus WSSV

  Table 2. Experiment design of inactivation virus WSSV Ko mb inasi ( Com b in a t ion ) Kelo mp o k ( Gr oup )

  Kelompok I (Tidak UT) A B C D E F

  1

  1

  1

  1

  1

  1 Group I (without test challenge) A B C D E F

  2

  2

  2

  2

  2

  2 Kelompok II (UT setelah 14 hari) A B C D E F

  1

  1

  1

  1

  1

  1 Group II (test challenge after 14 days) A B C D E F

  2

  2

  2

  2

  2

  2 Kelompok II (UT setelah 12 hari) A B C D E F

  1

  1

  1

  1

  1

  1 Group II (test challenge after 12 days) A B C D E F

  2

  2

  2

  2

  2

  2 Ko nt ro l Ko nt ro l 1 Ko nt ro l 2 Ko nt ro l 3 Con t r ol Con t r ol 1 Con t r ol 2 Con t r ol 3

  Keterangan (Note) : UT = Uji tantang (test challenge); 1 = Ulangan 1 (replication 1); 2 = Ulangan 2 (replication 2) B = K2 V1 C = K3 V1 A = K1 V1 E = K2 V2 F = K3 V2 D = K1 V2

  J. Ris. Akuakultur Vol. 2 No. 1 Tahun 2007: 77--86

Uj i T an t an g Tingkat 1 = int i sel m em bengkak bersif at

eosinophilic (k em erahan) dan

  Dosis yang diberikan saat uji tantang adalah sedikit basophilic (kebiruan), inti sebanyak virus yang diberikan saat vaksinasi di t engah (centranuklear) di- yai t u 1 0 0 VID d an 1 .0 0 0 VID d en g an

  5 0 5 0 kelilingi oleh lingkaran (halo)

  rancangan penelit ian sebagai berikut : Tingkat 2 = sel m engalam i pem bengkakan, warna biru kehit am an, bersifat

  basophilic, krom at in bergerak M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M 6

  kepinggir, lingkaran hilang Research group 1 With vaccine Kelom pok penelit ian 1 Diberi vaksin Tingkat 3 = sel pecah di mana inti sel keluar d ar i sel d an sel b er w ar n a Research group 2 With vaccine Challenge test Kelom pok penelit ian 1 Diberi vaksin Uj i t ant ang kemerahan Research group 3 With vaccine Kelom pok penelit ian 1 Diberi vaksin Uj i t ant ang Challenge test HASIL DAN BAHASAN Uji VID

  5 0 Ket erangan (Note):

  Hasil uji VID yang dilihat secara m ikros-

  50 M1 = Minggu 1 (First week);

  kopis melalui preparat histologi disajikan pada

  M2 = Minggu 2 (Second week);

  Tab el 3 . Uj i VID m er u p ak an p en en t u an

  5 0 dan set erusnya (etc.)

  k onsent rasi virus yang dapat m enginf ek si udang sebanyak 50% setelah 5 hari. Nilai VID

  50

  berguna unt uk m enent ukan jum lah vaksin

  Pengam at an T ingk ah Lak u Udang

  yang diberikan dan jum lah virus unt uk uji Pengam at an t ingkah laku udang m eliput i: tantang. Penentuan nilai VID berpatokan pada

  50

  naf su m ak an, ak t ivit as renang, perubahan jum lah t ot al organ t erinf eksi. Dengan per- warna t ubuh udang, dan respons t erhadap hitungan sebagai berikut: r an san g an , yan g m en g acu p ad a Li h g t n er

  1. Tent ukan rat a- rat a int ensit as organ yang (1996). Selain it u juga dilakukan pengam at an terinfeksi dari masing- masing konsentrasi: terhadap kemunculan bintik putih dengan cara m elepaskan karapas udang kem udian dicuci

  10+ 0+ 20+ 10

  • 9

  Konsentrasi 10 ; = 10

  dengan air tawar dan ditambah dengan gliserin

  4 setelah itu diamati dengan mikroskop cahaya.

  Pem buat an Pr epar at Hist ologi 30+ 20+ 0+ 30

  • 8

  Konsentrasi 10 ; = 20

  4 Sebayak 3 ekor udang diam bil saat sam -

  pling unt uk pem buat an preparat hist ologi,

  45+ 40+ 30+ 25

  • 7

  udang yang diam bil t erlebih dahulu dif iksasi Konsentrasi 10 ;

  = 35

  4 dalam larut an Davidson selam a 24—48 jam .

  Set elah it u digant i dengan alkohol 70% unt uk

  42+ 30+ 34+ 20

  disim pan hingga proses dehidrasi dilakukan. - 6

  Konsentrasi 10 ; = 31,5

  Setelah proses fiksasi m aka tahap selanjutnya

  4

  adalah dehidrasi, clearing, embeding, bloking, pem otongan, dan pewarnaan.

  2. Nilai yang kecil dari 50 (31,5) dan yang lebih besar (58,26) digunakan dalam rumus Reed Preparat hist ologi diam at i dengan m eng-

  & Muench gunakan m ikroskop binokuler. Pengam at an dilakukan t erhadap organ hepat opankreas,

  • 50

  50 >

  ID 50 =

  lim poid, insang, dan usus. Dari 100 sel yang

  • 50

  50 > <

  diamati akan dikelom pokkan menurut tingkat kerusakannya. Pengelom pokan kerusakan sel

  58,26 50 -

  mengacu pada pengelompokan kerusakan sel

  = 58,26 31,5 -

  yang disampaikan oleh Lihgtner (1996). Tingkat k er usak k an sel t er sebut dibagi m enj adi 4 tingkatan yaitu:

  0,3 =

  Tingkat 0 = sel d al am k ead aan n o r m al

  • 5,3 - 5

  dengan inti sel berada di tengah

  VID = 10 dibulatkan menjadi 10

  50

  • 4
  • 9
  • -4
  • -9

  1

  45

  

45

  50

  49

  1

  1

  1

  30

  10

  34

  2

  38

  2

  

25

  2

  19

  2

  11

  20 H5 10 -5

  

30

  25

  2

  20

  1

  

30

  1

  32

  1

  2

  12

  2

  42

  2

  20

  3

  10

  3

  3

  2

  3 Tot Inf

  3

  3

  80

  3

  2

  35

  3

  30

  3

  

25

  3

  25

  40 Tot Inf

  2

  65

  

55

  50

  75 U sus I nt est i ne

  I nsang Gi l l

  Ko nsent r asi vi r us V i r us co ncent r at i o n

  Hep at o p ankr eas Hep at o p ankr eat i c

  Li mp o i d Lymp o i d

  25

  

30

  

30

  25

  3

  15

  3

  30 Tot Inf

  63

  

55

  64

  51 H5 10 -4

  

45

  2

  50

  25

  1

  20

  1

  1

  1

  2

  15

  1

  66

   Respon udang windu (Penaeus monodon Fabr.) ....... (Melta Rini Fahmi)

  3 Tot Inf

  2

  2

  2

  4

  2

  3

  3

  3

  10

  1

  20

  10 H5 10 -8

  70 80 100

  70

  1

  14

  1

  

15

  10

  16

  1

  

I nt ensit as

I nt ensi t y

  Tabel 3. Tingkat kerusakan organ udang yang t erinfeksi virus WSSV selam a 5 hari dengan konsentrasi 10

  hingga 10

  Table 3. The degree of shrimp organ degeneration infected by WSSV during 5 days at 10

   to

  10

   concentration T KO

  D O D I nt ensi t as I nt ensit y

  T KO D OD

  T KO D OD

  1

  I nt ensit as I nt ensi t y

  T KO D O D

  I nt ensi t as I nt ensit y

  H5 10 -9 90 100

  80

  90

  1

  10

  1

  1

  30

  

70

  15

  1

  10

  2

  20

  2

  

4

  2

  2

  3

  1

  3

  3

  3 Tot Inf

  45

  

40

  30

  25 H5 10 -6

  48

  30

  

36

  2

  3

  10

  2

  

5

  2

  2

  3

  6

  3

  3 Tot Inf

  1

  30

  

20

  30 H5 10 -7

  55

  

60

  70

  75

  1

  25

  TKO = Tingkat Kerusakan organ (DOD = Degree of Organ Damage) TotInf = Total terinfeksi (TotInf = Total infection)

  J. Ris. Akuakultur Vol. 2 No. 1 Tahun 2007: 77--86

  • 4
  • 5

  Dari penelit ian ini didapat kan bahwa nilai

  VID

  50

  adalah 10

  T ingk ah Lak u Udang

  Tingkah laku udang yang diam at i selam a penelit ian m eliput i penurunan naf su m akan (anorexia), warna t ubuh m em erah, berenang ke perm ukaan, dan akt ivit as m enurun. Dari Tabel 4 t erlihat unt uk k elom pok yang di- vaksinansi respons udang yang paling sensitif t erhadap perlakuan ini adalah berenang ke per m uk aan yak ni t er j adi sat u j am set elah perlakuan diberikan, selanjut nya set elah dua jam perlakuan diberikan, akt ivit asnya m ulai m enurun diikuti oleh warna tubuh yang m ulai m em erah, dan t erakhir pada jam ke- 5 naf su m akannya pun m ulai m enurun. Udang baru normal lagi setelah 36 hingga 48 jam berikut- nya. Pada pengam atan selajutnya udang pada kelom pok divaksin ini t erlihat sangat sehat d i b u k t i k an d en g an r esp o n n ya t er h ad ap gangguan sangat cepat, dan warna tubuh agak kebiruan.

  Untuk kelom pok udang yang diuji tantang warna t ubuh udang t idak m em erah. Nam un responnya t im bul t erhadap penurunan naf su makan, berenang ke permukaan, dan penurun- an aktivitas terjadi sangat cepat yakni 1 hingga 2 j am set elah perlak uan diberik an. Wak t u pulihnya pun lebih cepat yaitu setelah 24 jam .

  Udang pada kelom pok yang diberi virus ak t if t anpa divak sin juga sensit if t erhadap berenang ke permukaan dan penurunan nafsu m akan. Sedangkan responnya berupa per- ubahan warna t ubuh (m em erah) lebih lam a dibandingkan dengan kelom pok perlakuan yang lainnya (divaksinansi dan diuji t ant ang).

  Ham eed et al. (1 9 9 8 ); Light ner (1 9 9 6 ) m engat akan bahwa udang yang t erinfeksi vi- rus WSS akan m em perlihat kan gejala sebagai berikut ; sering di perm ukaan, gerakan pasif , lem ah, naf su m ak an m enur un, t ub uh k e- merahan, muncul bintik putih dan usus kosong. Sed an g k an u d an g seh at m em p er l i h at k an tanda- tanda sebagai berikut; warna tubuh biru/ kehijauan, sering di bawah, bergerak akt if , n af su m ak an n o r m al , u su s p en u h , d an h ep at o p an k r eas c o k l at . Pen el i t i an i n i m em perlihat kan bahwa udang yang t elah di vaksinasi t erlihat sangat sehat karena warna t ubuhnya yang biru kehijauan dibandingkan dengan kontrol warna tubuh udang coklat dan agak pucat . Bint ik put ih pada penelit ian ini hanya m uncul pada udang yang di beri virus aktif, yaitu pada konsentrasi 10

  pada hari ke- 19.

  Pengam at an Pr epar at H ist ologi

  Hasi l p en g am at an t er h ad ap p r ep ar at histologi menjelaskan bahwa untuk kelompok yang tidak diuji tantang memperlihatkan organ- organ yang diam ati cenderung norm al seperti diperlihat kan pada Gam bar 1, 2, 3, dan 4. Hal ini menunjukkan bahwa virus yang digunakan berhasil dilemahkan (diinaktifkan). Virus inaktif hanya m am pu m enginf eksi sel nam un t idak m am pu m em perbanyak dirinya di dalam sel yang t erinf eksi t ersebut . Hal ini dit unjukkan oleh int i sel berada dalam keadaan norm al, tidak mengalami pembengkakan (hypertropy). Malole (1988) m engat akan virus inakt if yang dapat digunakan sebagai vaksin adalah virus yang hanya memiliki daya imunogenik dan tidak memiliki asam inti.

  Sel yang t idak m engalam i pem bengkakan (hypertrophy) dan tidak terdapat badan inklusi setelah divaksinasi menjadi syarat utama dalam pembuatan vaksin mati. Malole (1988); Tizard (1 9 8 2 ); Har per (1 9 9 4 ) m enyat ak an bahwa um um nya k egagalan vak sin inak t if adalah timbulnya penyakit pada hewan yang divaksin disebabkan m asih t erdapat nya part ikel virus vir ulen yang m asih ak t if . Hal ini b isa d i- sebabkan oleh proses inakt ivasi yang t idak sempurna.

  Sedangk an unt uk k elom pok yang diuj i tantang (kelompok 2 dan 3) baik 14 hari setelah vak si n asi at au 2 1 h ar i set el ah vak si n asi m enunjukkan adanya organ yang t erinf eksi sepert i t erlihat pada Gam bar 5, 6, 7, dan 8. Dari hasil pengamatan terlihat udang yang diuji tantang setelah 21 hari lebih sedikit terinfeksi jika dibandingkan dengan udang yang diuji tantang setelah 14 hari. Hal ini sesuai dengan hasil analisis statistik yang mengatakan bahwa sumber keragaman dari kelompok memberikan hasil yang berbeda nyat a. Set elah dianalisa l an j u t m en g g u n ak an u j i Du n can t er l i h at kelom pok 3 lebih baik dari kelom pok 2 hal ini ditunjukkan oleh nilai rata- ratanya lebih kecil. Dari hasil analisis statistik juga diketahui bahwa pengaruh k onsent rasi f orm aldehid (K) dan int eraksinya dengan konsent rasi virus (K* V) t idak berbeda nyat a. Sedangkan konsent rasi virus (V) sendiri m em berikan pengaruh yang b er b ed a n y at a. D ar i sem u a k o m b i n asi p er l ak u an yan g d i l ak san ak an d i d ap at k an b ah w a u d an g yan g d i vak si n asi d en g an kombinasi K1V2 (konsentrasi formaldehid 0,2%

   Respon udang windu (Penaeus monodon Fabr.) ....... (Melta Rini F ahmi)

  M ulai Pulih M ulai Pulih M ulai Pulih M ulai Pulih St a r t Recover y St a r t Recover y St a r t Recover y St a r t Recover y

  Perlakuan T r ea t m en t Perub ahan T ing kah Laku Ud ang ( jam ke); Ch a n g es of sh r im p b eh a viour Pening kat an naf su makan Mor e a pet it e T ub uh memerah Red d ish color a t ion Ke p ermukaan Er r a t ive swim m in g Akt ivit as menurun Red uced a ct ivit y

K1V1

  5

  48

  3

  52 6-Oc t

  5

  7

  1

  48

  5

  36

  2

  52 5-Oc t

  5

  8

  1

  5

  8

  42

  2

  8 4-Oc t

  1

  6

  1

  1 24 - -

  8 K3V2

  1

  6

  1

  1 24 - -

  8 K2V2

  36

  36

  6

  36

  3 Tabel 4. Perubahan tingkah laku udang Table 4. The changes of shrimp behaviours

  36 Diinfeksi v irus inaktif (div aksinasi); Infected with inactive virus Diinfeksi v irus aktif tanpa div aksinasi; Infected with active virus Diinfeksi v irus aktif sebelumny a div aksinasi (diuji tantang); Challenge Test

  8

  5

  1

  36

  8

  24

  5

  48 9-Oc t

  8

  5

  1

  8

  1

  30

  5

  48 8-Oc t

  8

  5

  1

  36

  8

  36

  5

  48 7-Oc t

  6

  7

  1

  1

  36

  5

  9

  1

  36

  3

  36

  5

  30 K1V2

  2

  9

  1

  36

  3

  48

  30 K3V1

  24 K2V2

  2

  9

  1

  20

  3

  42

  5

  24 K2V1

  2

  9

  1

  24

  3

  2

  5

  1 24 - -

  1

  8

  2

  3

  1

  1 24 - -

  5 K3V1

  2

  3

  1

  1 24 - -

  5 K2V1

  2

  3

  1 24 - -

  48

  30 K1V1

  2

  9

  1

  36

  3

  42

  5

  30 K3V2

  2

  9

  1

  36

  3

  5 K1V2

  J. Ris. Akuakultur Vol. 2 No. 1 Tahun 2007: 77--86

Gam bar 1. Usus udang pada kelom pok perlakuan Gam bar 2. In san g u d an g p ad a k el o m p o k

1 (tidak diuji tantang) terlihat sel usus p er l ak u an 1 (t i d ak d i u j i t an t an g ) cenderung norm al terlihat sel insang cenderung norm al

  

Figure 1. Intestine of shrimp group 1 (without Figure 2. Gill of shrimp group 1 (without

challenge test) intestine of shrimp look challenge test) gill of srimp look nor- normal mal

  

Gam bar 3. Li m p o i d u d an g p ad a k el o m p o k Gambar 4. Hepatopankreas udang pada kelompok

p er lak uan 1 (t i d ak d iuj i t ant ang ) perlakuan 1 (tidak diuji tantang) terlihat terlihat lim poid cenderung norm al hepatopankreas cenderung normal

  

Figure 3. Lympoid of shrimp group1 (without Hepatopankreatic of shrimp group1

Figure 4. challenge test) lympoid of shrimp (without challenge test) hepatopankreatic

look normal of shrimp look normal

  1

  2

  2

  3 Gam bar 5. Insang udang pada kelom pok perla- Gam bar 6. Li m p o i d u d an g p ad a k el o m p o k kuan 2 dan 3. Angka (0) menunjukkan perlakuan 2 dan 3. Angka (2) sel sel norm al, (1) inti sel m em bengkak m em bengkak, warna kebiruan ada (k ariorek sis), (2) sel m em bengk ak , halo, (3) sel pecah, lingkaran hilang warna kebiruan ada halo

  Figure 6. Lympoid of shrimp group 2 and 3.

Figure 5. Gill of shrimp group 2 and 3. Number Number (2) cell become bigger,

(0) cell look normal, (1) nukleus swol- blueish, halo, (3) cell lysis

len (karyoreksis), (2) cell become big- ger, blueish, halo

   Respon udang windu (Penaeus monodon Fabr.) ....... (Melta Rini Fahmi)

  2

  3

  2

  3

1 Gam bar 7. Hepatopankreas udang pada kelom- Gam bar 8. Usu s u d an g p ad a k el o m p o k

  pok perlakuan 2 dan 3. Angka (0) p er l ak u an 2 d an 3 . An g k a (0 ) m enunjukkan sel norm al, (1) inti sel m enunjukkan sel norm al, (1) inti m em bengk ak (k ariorek sis), (2) sel sel m em bengkak (karioreksis), (2) m em bengkak, warna kebiruan ada sel m em bengkak, warna kebiruan halo, (3) sel pecah, lingkaran hilang ada halo, (3) sel pecah, lingkaran hilang

  Figure 7. Hepatopankreatic of shrimp group 2 and 3. Number (0) cell look normal, Figure 8. Intestine of shrimp group 2 and 3.

  (1) nukleus swollen (karyoreksis), (2) Number (1) nukleus swollen cell become bigger, blueish, halo, (3) (karyoreksis), (2) cell become big- Cell lysis ger, blueish, halo, (3) Cell lysis

  dan konsentrasi virus 1.000 VID ) dan K3 V2 setelah perlakuan diberikan. Udang yang mati

  50

  (konsentrasi formaldehid 0,3% dan konsentrasi m em iliki ciri- ciri t ubuh m em erah dan organ virus 1.000 VID ) m em perlihatkan intensitas tubuh tidak lengkap. Nam un kem atian sangat

  50

  t erinfeksi lebih sedikit . sedikit t erjadi set elah uji t ant ang diberikan t er lihat dar i t ingk at sint asannya r at a- r at a In t i sel yan g t er ser an g vi r u s t er l i h at mendekati 100% (98%—100%). m engalam i pem bengkakan (hipertropy) pada

  Dari analisis st at ist ik t erlihat kelom pok penelit ian ini dik elom pok k an pada t ingk at m em berikan pengaruh yang berbeda nyat a. kerusakan pert am a (1). Selanjut nya int i sel

  Setelah diuji lanjut dengan Duncan perbedaan t erus m em besar k arena virus t elah m em - terletak pada kelompok 1 dengan kelompok 2 perbayak dirinya secara cepat di dalam int i dan 3 sedangkan kelom pok 2 dan 3 tiga tidak sel . Pem b en g k ak an i n i j u g a d i i k u t i o l eh berbeda nyata. Dari uji Duncan juga diketahui m em besarnya ukuran sel. Sif at dari sel pun b ah w a t i n g k at si n t asan u d an g set el ah berubah dari eosinofilik menjadi basofilik (biru), vaksinasi dan set elah uji t ant ang baik unt uk dan di kelilingi oleh lingkaran halo. Perubahan kelompok 2 maupun kelompok 3 memberikan eosinof ilik m enjadi basof ilik t erkait dengan hasil yang berbeda nyat a. deposit kalsium pada sel t ersebut sehingga sel terlihat basofilik. Jika terdapat pada sel epi-

  KESIMPULAN

  derm is kut ikula, m aka akan m em perlihat kan b en t i k p u t i h seb ag ai m an a g ej al a k l i n i s Beberapa kesimpulan yang didapatkan dari penyakit ini. Pada penelit ian ini kondisi ini di penelit ian ini adalah: kelompokkan pada tingkat kerusakan dua (2).

  1. Udang yang diberi vaksinasi pert am a kali Krom at in bergerak ke sam ping selanjut nya cenderung m engalam i st res selanjut nya k eluar d ar i sel hingga sel t er seb ut p ecah t erlihat lebih sehat dibandingkan dengan (tingkat ke 3). kontrol.

  T ingk at Sint asan

  2. Respons kebal efektif terjadi setelah 21 hari divaksinasi. Hasil pengamatan terhadap tingkat sintas-

  3. Vaksinasi yang paling sedikit menimbulkan an udang selama penelitian dapat dilihat pada d am p ak n eg at i f set el ah d i vak si n d an Tabel 5. set elah diuji t ant ang adalah vaksin yang

  Kem at ian udang pada um um nya t erjadi terbuat dari 1.000 VID yang dilem ahkan

  50 set el ah u d an g d i vak si n asi yai t u 2 4 j am dengan 0,3% formaldehid.

  J. Ris. Akuakultur Vol. 2 No. 1 Tahun 2007: 77--86

  Tabel 5. Rata- rata tingkat sintasan udang selama penelitian

  T re a t m e nt Ke lo m po k 2 ( G ro up 2 )

  G ro up 1 P e rla k ua n

  

K2V2 96% 96.50% 100% 98% 100%

K3V2 97% 96% 98% 95% 98%

Ke lo m po k 3 ( G ro up 3 ) Ke lo m po k 1

  A f t e r c ha lle nge t e s t

K1V1 98% 97% 100% 97.50% 100%

K2V1 98.50% 98% 100% 98% 100%

K3V1 96% 99% 99% 96% 100%

K1V2 95% 97.50% 100% 99% 100%

  B e f o re c ha lle nge t e s t S e t e la h diuji t a nt a ng

  A f t e r c ha lle nge t e s t S e be lum diuji t a nt a ng

  B e f o re c ha lle nge t e s t S e t e la h diuji t a nt a ng

  Table 5. Mean values of shrimp survival rate during observation S e be lum diuji t a nt a ng

DAFTAR PUSTAKA

  Tizard, I. 1982. An Introduction to Veterinary

  Malole, M.B. 1988. Virologi. Pusat Antar Univer- sitas (PAU), IPB. Bogor. p. 55—58. Reed, L.J. and A.A. Muench. 1938. Am erican Journal of Hygienic. 27:493 pp. Sano, T., H. Fuk uda, T. Hayashida, dan K.

  Management. MMC SPL OECF INP 2 3 , Dirjenhan, Deptan. p. 1—9.

  Hameed, A.S.S., M. Anilkumar, M.L.S. Raj, and K.

  Jayaroman. 1998. Studies on the Pathoge- n i ci t y o f Sy st em i c an d M eso d er m al Baculovirus and Its Detection in Shrimp by Im unological Met hods. J. Aquacult. 160: 31—45. Harper, D.R. 1994. Molecular Virology. A Medi- cal Per sp ect i ves Bo o k . Bi o Sci en t i f i c

  Publishers. p. 51—73. Johansson, M.W. dan K. Soedarhall. 1989.

  Celluler im m unit y in crust aceans and t he proPo syst em . Parasitology Today. 5(6): 171—176. Light ner, D.V. (edit or). 1996. A Hand Book of

  Shrimp Pathology and Diagnostic Proce- dure of Diseases of Cultured Penacid Shrimp. The World Aqualture Society, Ba- ton Rongue, Louisiana, USA. 350 pp.

  M am o y am a. 1 9 8 5 . Bacu l o v i r al In f ect i vi t yt r i al Ku r u m a Sh r i m p Lar vae Penaeus japanicus of Different Age. In A.E.

  Immunology. Pen er b i t Un i ver si t as Airlangga. 531 pp.

  Ellis (eds.). Fish and Shellfish Pathology. Academic Press London. 379—403. 35(1): 1—10.

  monodon cultured in Taiwan. Fish Pathol- ogy. (32): 35- - 41.

  Whang, Y.C. and P.S. Chang. 2000. Yellow head virus infection in Giant tiger prown Penaeus

  INFOFISH International. 3(98): 30- - 35.

  A n o n i m . 2 0 0 0 . Shrimp Culture Health

  Wang, Y.G., M. Shariff, P.M. Sudha, P.S. Srinivasa Rao, M.D. Hassan, and L.T. Tan. 1998.

  Managing Whit e Spot Disease in Shrim p.

Dokumen yang terkait

Universitas Mataram E-mail) : suryaunram15gmail.com Diterima: 1 Februari 2017 Disetujui: 20 Februari 2017 ABSTRACT - View of RANCANG BANGUN MESIN PENCAMPUR KEDELAI DENGAN KAPANG (RAGI TEMPE) PADA INDUSTRI RUMAHAN DI DAERAH KOTA MATARAM

0 0 5

View of ANALISIS KESERAGAMAN ASPEK FERTIGASI PADA DESAIN SISTEM HIDROPONIK DENGAN PERLAKUAN KEMIRINGAN TALANG

0 3 13

PENDUGAAN UMUR SIMPAN GULA SEMUT DALAM KEMASAN DENGAN PENDEKATAN ARRHENIUS Shelf Life Prediction of Palm Sugar on Packaging using Arrhenius Equation Hary Kurniawan 1,) , Nursigit Bintoro2 , Joko Nugroho WK.2

0 0 7

APLIKASI IRIGASI BERSELANG (INTERMITTENT IRRIGATION) PADA BUDIDAYA TANAMAN PAK CHOI (BRASSICA RAPA L.) DENGAN MEDIA TANAM CAMPURAN PADATAN DIGESTAT DAN TANAH Intermittent irrigation Applications on Pak Choi (Brassica rapa l.) Cultivation with Mixed Plant

0 0 17

View of PENGARUH KOMBINASI KEMASAN DAN MASA SIMPAN TERHADAP BEBERAPA KOMPONEN MUTU BUMBU PLECINGAN INSTAN (The Effect of Combination of Package and Self-life on The Some Qualities of Instant Seasoning Plecingan)

0 0 9

View of KAJIAN PENGGUNAAN MESIN PENGGILING MOBILE TERHADAP MUTU BERAS UNTUK BEBERAPA VARIETAS PADI DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT (Study on Mobile Milling Machine Utilization in Rice Quality of Several Paddy Variety at Sumbawa Barat Regency)

0 0 7

View of ANALISIS KOMPOSISI SERBUK GERGAJI TERHADAP KONDUKTIVITAS HIDROLIK PIPA MORTARI IRIGASI TETES BAWAH PERMUKAAN TANAH (Analysis of Sawdust Ratio on Hydraulic Conductivity in Subsurface Mortari Pipe of Drip Irrigation )

0 0 14

View of ANALISIS ERGONOMI TINGKAT KEBISINGAN DAN GETARAN MEKANIS MESIN PENGUPAS KACANG TANAH TERHADAP KEAMANAN OPERATOR

0 0 7

View of GRANUL STROBERI ANALISIS KORELASI ANTARA UKURAN DIAMETER DAN BENTUK PERMUKAAN PARTIKEL DENGAN LAJU ALIRAN GRANULA STROBERI

0 0 6

PEMISAHAN FRAKSI OSMIUM DAN IRIDIUM DALAM MATRIKS OSMIUM ALAM PASCA IRADIASI DENGAN TEKNIK EKSTRAKSI PELARUT

0 0 12