Sumber Glukomanan Dari Edible Araceae Di Jawa Timur

  J-PAL, Vol. 6, No. 1, 2015

ISSN: 2087-3522

  

Sumber Glukomanan Dari Edible Araceae Di Jawa Timur

  1

  2

  3 Gustini Ekowati , Bagyo Yanuwiadi , Rodiyati Azrianingsih

  1 2,3

Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Alam, Program Pascasarjana, Universitas Brawijaya

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang

  

Abstrak

Sumber glukomanan dari edible Araceae terdapat pada genus Amorphophallus, Colocasia, Xanthosoma, Alocasia.

  

Eksplorasi mengenai famili Araceae mencakup berbagai macam tumbuha(spatha). Araceae merupakan salah satu famili tanaman yang bermanfaat sebagai

sumber makanan karena memiliki umbi yang mengandung karbohidrat, protein, glukomanan. Tujuan pelaksanaan

penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan jenis dari famili Araceae di Jawa Timur yang berpotensi sebagai sumber

glukomanan dan mengukur kadar glukomanannya. Pengambilan sampel Araceae di wilayah Jawa Timur dikategorikan

menjadi 4 (empat) area geografis, yaitu: a. wilayah selatan dan tengah Jawa Timur (Blitar, Malang, Lumajang); b.

wilayah timur Jawa Timur (Banyuwangi, Situbondo, Bondowoso); c. wilayah barat Jawa Timur (Madiun, Nganjuk,

Tuban); d. wilayah pulau Madura (Bangkalan, Sampang, Pamekasan). Pada tiap studi area diambil minimal tiga

tanaman untuk masing-masing sampel spesies dari famili Araceae secara acak, untuk diamati dan dideskripsikan

keseluruhan bagian tanaman tersebut. Pengamatan morfologi dilakukan visual maupun dengan alat bantu kaca

pembesar dan mikroskop. Kadar glukomanan dianalisis setelah sentrifugasi ektrak umbi. Hasil pengamatan/pengukuran

itu disusun dalam suatu tabel determinasi. Dari kunci tabel ini akan terlihat adanya perbedaan morfologi dan kadar

glukomanan dari anggota famili Araceae yang ditemukan. Diperoleh 12 jenis dari empat genus Araceae di 4 area

geografis di Jawa Timur yang mengandung glukomanan. Kadar glukomanan sebagai berikut : tertinggi Amorphophallus

muelleri Bl. (porang) 9,92 % (berat basah), A.paeoniifolius (suweg) 3,2 % (bb), ), A. variabilis Blume. (walur) 2,52 % (bb),

Colocasia esculenta (L.) Schott. (bentul) 2,4 % (bb), Alocasia macrorrhiza (L.) Schott. (sente) 1,3 % (bb) dan terendah

Xanthosoma sp.(endro/mbote kuning) 0,64 % (bb).

  Kata kunci: Araceae, Jawa Timur, Sumber glukomanan Abstract

Sources glucomannan from Araceae edible species found in the genus Amorphophallus, Colocasia, Xanthosoma,

Alocasia. Exploration of the family Araceae Monocots include a variety of plants with compound interest characteristic

of type "cob" which sheath (spatha). Araceae is a family of plants that are useful as a source of food because the content

glucomannan. The aim of this study was to describe the type of family Araceae in East Java, which has potential as a

source of glucomannan and measured levels of glucomannan. In each study area were taken at least three plants for

each species in the family Araceae sampled at random, to be observed and described the whole part of the plant.

Morphological observations made visually and with a magnifying glass tool and microscope. Glucomannan content was

analyzed after centrifugation of tuber extract. Sampling Araceae in East Java categorized into four (4) geographical

areas, namely: a. southern and central regions of East Java (Blitar, Malang, Lumajang); b. eastern region of East Java

(Banyuwangi, Situbondo, Bondowoso); c. western region of East Java (Madiun, Nganjuk, Tuban); d. region of the island

of Madura (Bangkalan, Sampang, Pamekasan). The twelve species under four genera Araceae were found in 4

geographic areas in East Java has glucomanan content. The content of glucomannan as follows: the highest

Amorphophallus muelleri Bl.(porang) 9.92 % (wet weight), A. paeoniifolius (suweg) 3.2 % (ww), Colocasia esculenta (L.)

Schott. (bentul) 2.4 % (ww), Alocasia macrorrhiza (L.) Schott. (sente) 1.3 % (ww) and lowest Xanthosomo

sp.(endro/mbote) 0.64 % (ww).

  Keywords: Araceae, East Java, Source glucomannan, 1 PENDAHULUAN Araceae merupakan herba monokotil tahunan.

  Famili Araceae atau suku talas-talasan Biasanya tumbuh liar di hutan-hutan, lereng- adalah salah satu suku terbesar pada kelas lereng bukit, pinggir hutan jati dan belukar, di

  Monocotyledoneae [1]. Tumbuhan anggota famili sepanjang sungai di daerah tropis dan tumbuh baik pada tempat yang ternaungi [2],[3].

  Umbi beberapa anggota famili Araceae

  Alamat Korespondensi Penulis:

  yang dapat dimakan, misalnya suweg

  Gustini Ekowati

  (Amorphophallus paeoniifolius), talas (Colocasia

  Email : gekowati@yahoo.com

Alamat : Program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya esculenta), sente (Alocasia macrorhiza). Banyak

  Sumber Glukomanan dari Edible Araceae di Jawa Timur (Ekowati, et al)

  anggota famili Araceae dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat Indonesia diantaranya sebagai bahan makanan, obat-obatan dan tanaman hias. Pemanfaatan Araceae sebagai bahan makanan dan obat- obatan dapat berasal dari daun, batang atau umbinya [2]. Umbi edible Araceae ada yang dapat dikonsumsi langsung dan ada yang sangat jarang digunakan untuk konsumsi langsung karena mengandung kristal kalsium oksalat yang menyebabkan rasa gatal, sehingga sering dibuat gaplek atau tepung.

METODE PENELITIAN

  Salah satu jenis tanaman dari famili Araceae yaitu porang (Amarphophallus muelleri Blume.) saat ini sedang dikembangkan. Tumbuhan ini tumbuh dengan baik di Jawa Timur. Kandungan glukomanan yang tinggi pada tepung umbinya dengan kadar mencapai lebih dari 60% [5] membuatnya sebagai komoditi ekspor penting di Jawa Timur serta pemasok bahan baku beberapa industri di dalam negeri [6]. Zat glukomannan ini antara lain bermanfaat sebagai bahan perekat, mie, konyaku-jelly, perekat tablet, pembungkus kapsul, penguat kertas, bahan peledak, kosmetik dan pembersih [7]. Saat ini, umbi porang yang mampu dicukupi petani masih jauh dari permintaan pasar. Dari 1000 ton pertahun permintaan industri, hanya mampu dicukupi sekitar 60%-nya. Karena itu budidaya Porang sedang digalakkan saat ini oleh Perum Perhutani dengan memanfaatkan kawasan hutan Jawa Timur seluas 1605,3 ha [6]. Saat ini sumber makanan alami dan lokal merupakan sorotan utama bagi pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia.

  c. Wilayah barat Jawa Timur, dengan daerah

  (suweg), A. variabilis Blume. (walur), Colocasia

  muelleri Blume (porang), A. paeoniifolius var hortensis (suweg), A. paeoniifolius var sylvestris

  Berdasarkan hasil pengumpulan data di 4 area geografis yang dijelajah di Jawa Timur, terdapat 12 jenis dari 4 genus famili Araceae yang mengandung glukomanan yaitu Amorphophallus

  HASIL DAN PEMBAHASAN

  Pengamatan morfologi dilakukan visual maupun dengan alat bantu kaca pembesar dan mikroskop. Karakter morfologi yang diamati meliputi tinggi tanaman, tangkai daun, umbi (warna, kadar glukomanan). Kadar glukomanan dianalisis berdasar modifikasi metode. Hasil pengamatan/pengukuran itu disusun dalam suatu tabel determinasi. Dari kunci tabel ini akan terlihat adanya perbedaan atau variasi struktur dan kadar nutrisi dari anggota famili Araceae yang ditemukan. Taksa-taksa yang ditemukan diidentifikasi dan diklasifikasikan dengan mengacu pada Flora of Java [1], Flora Malaysiana dan sumber-sumber lainnya.

  d. Wilayah pulau Madura dengan daerah representatif Bangkalan, Sampang dan Pamekasan. Pada tiap studi area diambil minimal tiga tanaman untuk masing-masing sampel spesies dari famili Araceae secara acak, untuk diamati dan dideskripsikan keseluruhan bagian tanaman tersebut.

  b. Wilayah timur Jawa Timur, dengan daerah representatif Jember, Banyuwangi, Situbondo, Bondowoso.

  Dari uraian latar latar belakang di atas, rumusan tujuan dari penelitian ini adalah untuk 1) mendiskripsikan jenis dari famili Araceae sebagai sumber glukomanan dan 2) mengukur kadar glukomanan dari anggota famili Araceae yang ditemukan di Jawa Timur.

  Beberapa anggota famili berpotensi sebagai bahan pangan karena mengandung karbohidrat yang tinggi dan juga zat-zat lain seperti protein, lemak, vitamin dan mineral. Salah satu komponen karbohidrat dalam famili Araceae adalah glukomanan [4]. Glukomanan merupakan serat yag larut dalam air. Kandungan glukomanan dalam umbi Araceae bermanfaat sangat besar bagi kesehatan manusia apabila dikonsumsi. Glukomanan berperan penting pada keberlanjutan mekanisme tertentu, misalnya lipid dan trigliserida, respon glikemik dan fungsi glukosa, kesehatan jaringan dan kesehatan gastrointestinal.

  (26,02%). Secara geografis wilayah ini terletak pada 111- 114,42’ BT dan 7,12’-8,48’ LS. Dua pertiga daratan Jawa Timur terdiri dari daerah pegunungan (Gambar 1). Penentuan area studi untuk pengamatan dan pengambilan sampel Araceae di wilayah Jawa Timur dikategorikan menjadi 4 (empat) area geografis, yaitu: a. Wilayah selatan dan tengah Jawa Timur, dengan daerah representatif Blitar,

  2

  . Dari luasan itu, kawasan hutannya seluas 12,262 km

  2

  Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2009 sampai Juni 2013. di Propinsi Jawa Timur dengan luas wilayah +147,130 km

  Malang, Lumajang. A. Diskripsi karakter morfologi tumbuhan

  sebagai berikut :

  Helaian daun sepanjang 0,8 – 1,0 m, lebar 0,6

  Sumber Glukomanan dari Edible Araceae di Jawa Timur (Ekowati, et al) esculenta (bentul putih), Colocasia sp. (bentul

  biru),

  C. gigantea Hook

  F. (rombang),

  Xanthosoma violaceum (mbote hijau), Xanthosoma sp. (mbote), Xanthosoma

  Gambar 1. Peta Wilayah Jawa Timur

  sagittifolium (L.) Schott. (mbote kuning), Alocasia macrorhiza (sente), Alocasia sp. (sente merah).

  Gambar 2. Alocasia macrorrhiza (L.) Schott. (Sente)

  • – 0,8 m, permukaan bergelombang, pertulangan daun menyirip, susunan daun roset, tepi daun. Menurut Sudarnadi [8] terdapat tiga varian dengan tangkai daun berwarna hijau, coklat dan ungu. Tumbuhan ini ditanam dengan berbagai kepentingan. Di Indonesia bagian Timur, terutama Tanimbar dan Serua, tanaman ini merupakan tanaman pangan yang penting, terutama tanaman yang batangnya berwarna coklat di bagian luarnya dan putih di dalamnya.

a. Wilayah selatan dan tengah Jawa Timur, Blitar, Malang, Lumajang.

1. Alocasia macrorrhiza (L.) Schott. Nama daerah: bira (Ind.), sente (Sunda, Jawa)

  Gambar

  3. Alocasia sp. (sente ungu/merah).

  2. Alocasia sp. Nama daerah : Sente ungu (Jawa)

  Tumbuhan herba besar, tinggi 2-3 m, mempunyai umbi batang di atas tanah yang tingginya dapat mencapai satu meter dengan diameter 20 cm. Permukaan umbi berwarna cokelat, memiliki tekstur kasar. Batang tumbuhan berwarna cokelat dan sulit dibedakan dengan umbi yang di atas tanah, terletak diantara umbi dan tangkai daun, daging umbi warna putih. Tangkai daun panjangnya 1,0

  • – 1,2 m, tangkai daun berhubungan dengan helai daun di bagian tepi, berwarna hijau.

  Sumber Glukomanan dari Edible Araceae di Jawa Timur (Ekowati, et al)

  Tumbuhan herba besar, tinggi 2 m, mempunyai umbi batang di atas tanah yang tingginya dapat mencapai satu meter dengan diameter 15 cm, daging umbi warna putih. Tangkai daun panjangnya 0,8

  • – 1,10 m, tangkai daun berhubungan dengan helai daun di bagian tepi, berwarna ungu tua. Daun berwarna hijau tua dengan bagian abaksial berwarna keunguan. Helaian daun sepanjang 0,6 – 1,00 m, lebar 0,3
  • – 0,8 m, permukaan bergelombang, pertulangan daun menyirip, susunan daun roset, tepi daun bergelombang, helaian daun bangun anak panah berbelah, kedudukan tegak atau condong ke atas dan daun lebar.

  3. Colocasia esculenta (L.) Schott

  (Brongkos, Blitar)

  Tumbuhan herba tinggi 20 – 140 cm, mempunyai umbi dalam tanah. Umbi tunggal, daging umbi berwarna kekuning- kuningan. Daun 2-5 helai, tangkai daun berhubungan dengan helaian daun di bergaris-garis tua atau keungu-unguan dengan pangkal berbentuk pelepah. Bentuk daun bangun perisai (peltatus), tidak terbelah pada pangkal daunnya, lebih lemas bila dibandingkan dengan

  • – 120 cm, mempunyai umbi dalam tanah. Umbi silinder atau bulat, berwarna putih dengan serat keabu-abuan. Daun 2-5 helai; tangkai bagian tengah, tangkai daun hijau , bergaris-garis tua hijau muda keungu- unguan dengan pangkal berbentuk pelepah; Bentuk daun bangun perisai (peltatus), tidak terbelah pada pangkal daunnya, lebih lemas bila dibandingkan dengan Alocasia dan Xanthosoma. Dibudidaya bersama dengan tanaman ketela pohon (Manihot esculenta ). Gambar 6. Colocasia esculenta (L.) Schott. (bentul), lokasi Tumpang 6. Colocasia esculenta (L.) Schott.

  Alocasia dan Xanthosoma. Merupakan tanaman semusim atau sepanjang tahun.

  4. Colocasia esculenta (L.) Schott (Junggo, Batu)

  Tumbuhan herba tinggi 35 – 145 cm, mempunyai umbi dalam tanah. Warna permukaan umbinya coklat, umbi silinder atau bulat, berwarna putih dengan bintik- bintik ungu. Daun 2-5 helai; tangkai daun berhubungan dengan helaian daun di bagian tengah, tangkai daun merah dengan pangkal berbentuk pelepah.

  Gambar 5. Colocasia esculenta (L.) Schott (Bentul ungu). Lokasi Junggo (Batu). Bentuk daun bangun perisai (peltatus), tidak terbelah pada pangkal daunnya, lebih lemas. C. esculenta (L.) Schott. Biasa disebut bentul dan sudah dibudidayakan, ditanam bersama tanaman jagung di sela- sela tanaman apel ada yang ditanam disamping rumah tidak ternaungi. Bogor dan Malang terkenal sebagai penghasil beberapa kultivar yang enak rasa umbinya. Umbi talas dapat digunakan untuk berbagai macam makanan. Pelepah dan daunnya digunakan untuk sayur. Gambar 5. Colocasia esculenta (L.) Schott (Bentul ungu). Lokasi Junggo (Batu).

  5. Colocasia esculenta (L.) Schott (bentul Manalagi, Tumpang, Malang)

  Tumbuhan herba tinggi 35

  ( bentul, Bacem)

  • – 156 cm, mempunyai umbi dalam tanah. Umbi silinder atau bulat, berwarna putih dengan serat keabu-abuan. Daun 2-5 helai, tangkai daun berhubungan dengan helaian daun di bagian tengah, tangkai daun hijau ,

  Tumbuhan herba tinggi 20 Tumbuhan herba tinggi 83 – 91 cm, mempunyai umbi dalam tanah, umbi silinder, berwarna putih. Daun 2-5 helai; tangkai daun berhubungan dengan hua elaian di bagian tepi, daun tunggal, mempunyai pelepah daun,

  Sumber Glukomanan dari Edible Araceae di Jawa Timur (Ekowati, et al)

  bergaris-garis tua atau keungu-unguan dengan pangkal berbentuk pelepah, bentuk daun bangun perisai (peltatus), tidak terbelah pada pangkal daunnya, lebih lemas.

  7. Colocasia esculenta (L.) Schott. (bentul, Sumbernanas)

  Tumbuhan herba tinggi 38 – 144 cm, mempunyai umbi dalam tanah. Umbi silinder atau bulat, berwarna putih dengan serat keabu-abuan. Daun 2-5 helai; tangkai daun berhubungan dengan helaian daun di bagian tengah, tangkai daun hijau , bergaris-garis tua atau keungu-unguan dengan pangkal berbentuk pelepah, bentuk daun bangun perisai (peltatus), tidak terbelah pada pangkal daunnya, helaian daun lebih lemas bila dibandingkan dengan Alocasia sp. dan

  Xanthosoma sp.

  8. Colocasia esculenta (L.) Schott. (bentul) lokasi Kesamben (Blitar)

  Tumbuhan herba tinggi 39 – 153 cm, silinder atau bulat, berwarna putih dengan serat keabu-abuan. Daun 2-5 helai. Tangkai daun berhubungan dengan helaian daun di bagian tengah, tangkai daun hijau , bergaris-garis hijau tua dengan pangkal berbentuk pelepah. Bentuk daun bangun perisai (peltatus), tidak terbelah pada pangkal daunnya, helaian daun lebih lemas dibanding Xanthosoma sp.

  9. Colocasia gigantea Hook F. (rombang)

  Hampir sama dengan jenis lainnya yang semarga, ialah Colocasia esculenta. Perbedaannya ialah pada ukuran pohonnya yang lebih besar, bisa mencapai tinggi 2 meter dan tangkai daunnya yang ditutupi lapisan lilin putih, serta urat-urat daunnya yang lebih kasar. Umbi induknya cukup besar, akan tetapi tidak enak dimakan. Salah satunya yang telah dibudidayakan mempunyai ukuran pohon yang lebih kecil untuk digunakan daunnya, kultivar ini dikenal dengan nama talas Padang. Jenis ini berasal dari Malaysia. Tumbuh dari dataran rendah sampai pegunungan (25

  10. Xanthosoma violaceum (mbote hitam) lokasi Pronojiwo

  Tumbuhan herba tinggi 36 – 158 cm, mempunyai umbi dalam tanah, memiliki umbi banyak, bentuk umbi silinder, berwarna putih. Daun 2-4 helai, tangkai daun berhubungan dengan helaian di bagian tepi, daun tunggal, mempunyai pelepah daun, bangun daun sagittatus, ujung daun acutus, pangkal daun emarginatus, tulang daun pinately palmatus, tepi daun integer, daging daun herbaceus, warna daun hijau peruratan daun biru tua sampai hitam, permukaan daun laevis, tepi daun integer, daging daun herbaceus, warna daun hijau, permukaan daun laevis, warna tangkai daun ungu tua kehitaman.

  11. Amorphophallus paeoniifolius var hortensis Bl. Nama daerah : Suweg (Jawa), Ileus (Sunda)

  Herba dengan tinggi 50-120 cm, memiliki umbi batang yang tertanam dalam tanah, warna kulit coklat, warna daging umbi kuning, memiliki tekstur kasar dengan akar-akar yang tumbuh di permukaannya. Tangkai daun/batang semu memiliki kisaran warna hijau hingga hijau muda, terdapat corak/ totol tangkai daun berbentuk bulat berwarna putih kehijauan. Permukaan tangkai daun halus. Helaian daun tunggal oval/jorong/ellipticus, ujung daun meruncing, pangkal daun tumpul (obtusus), daun bertepi rata, daging daun tipis lunak, permukaan daun licin (laevis) berwarna hijau tua. Daun hanya satu, tangkai daun satu tegak, berdaging, tebal, berwarna hijau cerah dengan bercak- bercak hijau pucat. Daun pada tumbuhan dewasa berdiameter 1-1,25 cm yang terbagi dalam tiga bagian; setiap bagian terdiri dari banyak anak helai daun yang berbentuk oblong dan ujungnya runcing.

  b. Wilayah timur Jawa Timur, dengan daerah representatif Jember, Banyuwangi, Situbondo, Bondowoso.

  1. Xanthosoma sagittifolium (mbote) lokasi Cending (Bondowoso)

  • – 1.500 m dpl), pada hutan campuran, hutan jati, di rawa-rawa dan pada padang alang-alang. Untuk pertumbuhannya diperlukan tempat yang agak terlindung dan lembab.
  • – 1,0 m, lebar 0,6 – 0,8 m, permukaan bergelombang. Pertulangan daun menyirip, susunan daun roset, tepi daun bergelombang, helaian daun bangun anak panah berbelah, kedudukan tegak atau condong ke atas dan daun lebar.

  bangun daun sagittatus, ujung daun acutus, pangkal daun emarginatus, tulang daun pinately palmatus, tepi daun integer, daging daun herbaceus, warna daun hijau peruratan daun hijau, permukaan daun laevis, tepi daun integer, daging daun herbaceus, permukaan daun laevis, warna tangkai daun hijau, tangkai daun dengan helai daun daun membentuk sudut.

  2. Xanthosoma sagittifolium (mbote) lokasi Jember

  Tumbuhan herba tinggi 20 – 143 cm, mempunyai umbi dalam tanah, umbi silinder, berwarna putih. Daun 2-5 helai; tangkai daun berhubungan dengan helaian di bagian tepi, daun tunggal, mempunyai pelepah daun dengan bagian tepi pelepah dan permukaan bagian belakang tangkai ungu, bangun daun sagittatus, ujung daun acutus, pangkal daun emarginatus, tulang daun pinately palmatus, tepi daun integer, daging daun herbaceus, warna daun hijau, permukaan daun laevis, warna tangkai daun hijau, tangkai daun dan tidak lemas seperti helaian daun C.

  esculenta.

  3. Xanthosoma sagittafolium (mbote) lokasi Erek-erek (Ijen)

  Tumbuhan herba tinggi 34 – 147 cm, mempunyai umbi dalam tanah, umbi silinder, berwarna putih. Daun 2-5 helai, tangkai daun berhubungan dengan helaian di bagian tepi, daun tunggal, mempunyai pelepah daun. Bangun daun sagittatus, ujung daun acutus, pangkal daun emarginatus. Tulang daun pinately palmatus, tepi daun integer, daging daun herbaceus, warna daun hijau peruratan daun hijau. Permukaan daun laevis, tepi daun integer, daging daun herbaceus, warna daun hijau, permukaan daun laevis. Warna tangkai daun hijau, tangkai daun dengan helai daun daun membentuk sudut.

  • – 150 cm, mempunyai umbi dalam tanah. Umbi silinder atau bulat, berwarna putih dengan serat keabu-abuan. Daun 2-5 helai, tangkai daun berhubungan dengan helaian daun di bagian tengah. Tangkai daun hijau, bergaris-garis tua atau keungu-unguan, 23-150 cm, dengan pangkal berbentuk pelepah. Bentuk daun bangun perisai (peltatus), tidak terbelah pada pangkal daunnya, lebih lemas. Sudah dibudidaya dengan drainase yang baik. Kultivar yang enak rasanya di tanam pada tanah kering. Talas berkembang biak dengan anakan, umbi anak atau pangkal umbi serta sebagian pelepah daunnya. Anakan- anakannya perlu dibuang agar umbi induk

c. Wilayah barat Jawa Timur, dengan daerah representatif Madiun, Nganjuk, Tuban.

  Ditemukan porang (Amorphophallus mulleri Blume.) di lahan budidaya hutan Jati, Klangon, Madiun dengan karakter sebagai berikut :

  Sumber Glukomanan dari Edible Araceae di Jawa Timur (Ekowati, et al)

  Helaian daun tunggalnya berbentuk oval dengan panjang 17-24 cm dan lebar 7-11 cm. Permukaan kasap, mengandung trikoma halus, venasi menyirip.

  d. Wilayah pulau Madura dengan daerah representatif Bangkalan, Sampang dan Pamekasan.

  1. Alocasia macrorrhiza (L.) Schott. Nama daerah : sente (Sunda, Jawa)

  mempunyai umbi batang di atas tanah yang tingginya dapat mencapai satu meter dengan diameter 20 cm, daging umbi warna putih. Tangkai daun panjangnya 1,0 – 1,2 m, tangkai daun berhubungan dengan helai daun di bagian tepi, berwarna hijau. Helaian daun sepanjang 0,8

  2. Colocasia esculenta (L.) Schott. (bentul) lokasi Dayak (Pamekasan).

  Tumbuhan herba tinggi 30

1. Amorphophallus mulleri Blume (porang) Herba dengan getah yang cair, rasa pahit.

  Memiliki umbi yang tertanam dalam tanah. Umbi bulat, warna kulit coklat. Daging umbi warna oranye. Tangkai daun tampak menonjol, tumbuh memanjang seperti batang (batang semu), dengan tinggi 120-149 cm dan menopang helaian daun yang tersusun menyerupai payung. Tangkai daun berwarna hijau, permukaan halus, lingkar pangkal 13-17 cm. Pada tangkai ini terdapat corak totol prismatik (bersudut) berwarna putih yang tersebar di seluruh permukaan tangkai daun. Daun bentuk berbagi tiga bersilang menyerupai bulat payung, masing-masing bagian berbagi lagi dalam dua bersilang. Pada beberapa pangkal anak anak tangkai daun, tumbuh bulbil (umbi daun/umbi tetas atau ”katak”). Bulbil ini berbentuk membulat, diselimuti kulit berwarna coklat dengan tonjolan-tonjolan kecil dipermukaannya.

3. Xanthosoma sagittifolium (mbote)

  24. Tangkai kasar berbintil _ _ _ _ _ _ _ _ + + _ _

  17. Permukaan daun laevis (mengkilat) _ _ + + + + + + _ _ _ _

  18. Permukaan daun rugosus (mengkerut) + _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

  19. Permukaa daun bullatus _ + _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

  20. Warna tangkai daun hijau + _ _ _ + + + _ + + + _

  21. Warna tangkai daun kecoklatan _ _ + _ _ _ _ _ _ _ _ _

  22. Warna tangkai daun merah kehitaman _ + _ _ _ + + _ _ _ _ _

  23. Warna tangkai daun ungu tua _ _ _ + _ _ _ + _ _ _ _

  25. Tangkai daun halus + + + + + + + + _ _ + +

  15. Warna daun hijau + _ + + + + + + + + + +

  26. Tangkai daun dengan helai daun lurus + + _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

  27. Bulbil/katak _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ + _

  27. Umbi berbentuk bulat _ _ _ _ _ _ _ _ + + + +

  28. Umbi terletak di atas permukaan tanah + + _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

  29. Umbi di dalam tanah _ _ + + + + + + + + + +

  30. Umbi berwarna putih + + + + + + _ + _ _ _ +

  31. Umbi berwarna kuning _ _ _ _ _ _ + + + + _ _

  32. Umbi berwarna oranye _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ + _ KETERANGAN :

  16. Warna daun hijau metalik _ + _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

  14. Tepi daun integer _ _ + + + + + + + + + +

  Sumber Glukomanan dari Edible Araceae di Jawa Timur (Ekowati, et al)

  3. Vagina + + + + + + + + _ _ _ _

  dapat tumbuh menjadi besar. Tanaman dipanen setelah berumur 6-9 bulan.

  Tumbuhan herba tinggi 33 – 135 cm, mempunyai umbi dalam tanah, umbi silinder, berwarna putih. Daun 2-5 helai, tangkai daun berhubungan dengan helaian di bagian tepi. Daun tunggal, mempunyai pelepah daun dengan bagian tepi pelepah dan permukaan bagian belakang tangkai ungu. Bangun daun sagittatus, ujung daun acutus, pangkal daun emarginatus. Tulang daun pinately palmatus, tepi daun integer, daging daun herbaceus, warna daun hijau, permukaan daun laevis, warna tangkai daun hijau. Tangkai daun dengan helai daun daun membentuk sudut.

  4. Xanthosoma sagittifolium (mbote) lokasi Tanah Merah (Madura)

  Tumbuhan herba tinggi 39 – 143 cm, mempunyai umbi dalam tanah, umbi silinder, berwarna putih. Daun 2-5 helai, tangkai daun berhubungan dengan helaian di bagian tepi, daun tunggal, mempunyai pelepah daun dengan bagian tepi pelepah dan permukaan bagian belakang tangkai ungu, bangun daun sagittatus, ujung daun acutus, pangkal daun emarginatus, tulang daun pinately palmatus, tepi daun integer, daging daun herbaceus, warna daun hijau, permukaan daun laevis, warna tangkai daun hijau, tangkai daun dengan helai daun daun membentuk sudut dan helaian daun tidak lemas seperti helaian daun C. esculenta. Pengelompokan edible Araceae yang ditemukan di Jawa Timur dari 12 spesies sampel yang ditemukan (Tabel 1). Tabel 1. Karakter spesies berdasarkan morfologi daun dan warna umbi:

  No Karakter A B C D E F G H

  I J K L

  1. Daun tunggal (folium simplex) + + + + + + + + _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

  

4. Petiolus + + + + + + + + + + + +

  13. Tepi daun repandus (berombak) + + _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

  

5. Lamina + + + + + + + + + + + +

  

6. Roset akar + + + + + + + + + + + +

  7. Bangun daun sagittatus/anak panah + + _ _ _ + + + _ _ _ _

  8. Bangun daun peltatus _ _ + + + _ _ _ _ _ _ _

  9. Ujung daun acutus + + + _ - + + + _ _ _ _

  10. Ujung daun obtusus _ _ _ + + _ _ _ _ _ _ _

  11. Pangkal daun emarginatus + + + + + + + + _ _ _ _

  12. Daging daun + + + + + + + + _ _ _ _

  • = ada - = tidak ada A = sente (Alocasia macrorhiza) B = sente merah (Alocasia sp.)

  Sumber Glukomanan dari Edible Araceae di Jawa Timur (Ekowati, et al) C =bentul putih (Colocasia esculenta) D = bentul biru (Colocasia sp.) E =rombang (C. gigantea Hook F.) F =mbote (Xanthosoma sp.)

  C. Kadar glukomanan umbi tanaman famili

  esculenta (L.) Schott. (bentul putih) memiliki

  Blume. (walur) memiliki kadar glukomanan 2,52 % (bb) umbi A. variabilis berwarna putih sehingga bila dibuat tepung hasil tepungnya akan putih. Amorphophallus muelleri Blume (porang) merupakan jenis yang memiliki kadar glukomanan paling tinggi diantara tanaman Araceae lainnya [3]; genus Colocasia: Colocasia

  paeoniifolius var hortensis (suweg), A. paeoniifolius var sylvestris (suweg), A. variabilis

  kadar glukomanan 3,20 % (bb), yaitu Amorphophallus muelleri Blume (porang), A.

  paeoniifolius var hortensis (suweg) memiliki

  9,92 % (berat basah) dan Amorphophallus

  Amorphophallus muelleri Blume (porang) sebesar

  Hasil analisis kadar glukomanan menunjukkan bahwa masing-masing umbi glukomanan yang bervariasi setiap spesies (Gambar 1). Umbi Araceae tidak semua enak dimakan tapi dapat dimakan dengan melalui proses pengukusan, ada yang dengan pengirisan, pengeringan dan selanjutnya dibuat tepung sehingga dapat digunakan sebagai bahan makanan dan keperluan yang lainnya. Tanaman famili Araceae sebagai sumber glukomanan dengan kadar glukomanan paling tinggi adalah

  Araceae

  belum dimanfaatkan, jenis ini sebenarnya mempunyai potensi karena umbinya yang putih. Menurut Sastrapraja [13] pada masa pendudukan Jepang penduduk Jawa dikerahkan untuk mencari umbi ini, kemudian dikirim ke Jepang dan pada musim-musim paceklik umbinya dapat dimakan dengan cara mengiris-iris dan merendamnya kemudian dimasak. Di Jawa dan Madura jenis ini tumbuh liar pada ketinggian dibawah 700 m dpl, menyukai tempat yg teduh dan tahan kekeringan; genus Colocasia: bentul putih (Colocasia esculenta (L.) Schott.), bentul biru (Colocasia sp.), rombang (Colocasia gigantea Hook F.) yang dapat dimakan umbi induknya, ukurannya lebih besar, umbi induknya bisa dimakan tapi tidak enak. C. gigantea yang dibudidayakan, dimanfaatkan tangkai dan daunnya saja. Umbinya, menurut analisa mengandung 0,8 % protein kasar. Buahnya yang baunya mirip laja (Alpinia malaccensis) menurut Heyne dapat dimakan. Talas Padang diperbanyak dengan bijinya, anaknya atau bagian pangkal umbinya beserta bagian pelepahnya. Karena yang dimanfaatkan hanya daunnya, maka anak- anaknya dibiarkan tumbuh di sekeliling batangnya. Berbeda dengan C. esculenta, talas ini mudah sekali berbunga dan dapat berbuah serta berbiji banyak. Mengingat ukuran pohon dan umbinya yang besar dan pembungaannya yang mudah, maka C. gigantea mungkin dapat disilangkan dengan C. esculenta yang dapat berbunga. Akan tetapi sebelum meningkat ke persilangan, masih banyak hal yang berhubungan dengan pengetahuan dasar tumbuhan ini yang lebih dahulu harus diteliti; genus Alokasia : sente (Alocasia macrorhiza), sente merah (Alokasia sp.); genus Xanthosoma : mbote hijau ( Xanthosoma violaceum), mbote kuning (Xanthosoma sagittifolium), mbote (Xanthosoma sp.). Karakter masing-masing spesies tercantum pada Tabel 1.

  G = mbote kuning ( Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) H = mbote hijau ( Xanthosoma violaceum) I = Amorphophallus paeoniifolius var hortensis (suweg) J = A. paeoniifolius var sylvestris (suweg) K = A. muelleri Blume (porang) L = A. variabilis Blume (walur)

  Amorphophallus variabilis Bl, tumbuhan ini

  dimakan umbinya, seperti halnya talas, umbi suweg mengandung kristal kalsium oksalat yang membuat rasa gatal, walaupun senyawa ini dapat dihilangkan dengan perebusan, 2. A. paeoniifolius var sylvestris (suweg) yang tumbuh liar di hutan Jati atau di kebun-kebun yang tidak dipelihara,

  hortensis (suweg) yang sudah dibudidaya untuk

  tumbuh liar dibawah naungan pohon Jati, sudah dibudidayakan khususnya di wilayah Perum Perhutani; Amorphophallus paeoniifolius mempunyai 2 varietas: 1. A. paeoniifolius var.

  muelleri Blume (porang) tumbuhan ini dijumpai

  Berdasarkan hasil identifikasi, diketahui bahwa spesies yang ditemukan memiliki kesamaan karakter dengan diskripsi dari Yuzammi [9], Brown [11], Jansen [12] dan Backer [1]. Genus Amorphophallus terdiri dari Amorphophallus

  Tanaman famili Araceae hasil eksplorasi terdapat 4 genus yaitu Amorphophallus, Colocasia, Alokasia, Xanthosoma dan 12 spesies.

  ditemukan di 4 area geografis di Jawa Timur

  B. Jenis-jenis tumbuhan famili Araceae yang

  kadar glukomanan sebesar 2,41 % (bb), Colocasia sp.(bentul biru) memiliki kadar glukomanan sebesar 1,81 % (bb), Colocasia gigantea Hook F. (rombang) memiliki kadar glukomanan sebesar 1,49 % (bb), menginggat ukuran pohon dan umbinya besar tapi tidak enak dimakan dan pembungaannya yang mudah memungkinkan

  Sumber Glukomanan dari Edible Araceae di Jawa Timur (Ekowati, et al)

  disilangkan dengan C. esculenta yang dapat sebesar 1,66 % (bb), ), Xanthosoma sp. (mbote) berbunga; genus Alokasia : Alokasia macrorhiza memiliki kadar glukomanan sebesar 1,31 % (bb), (sente) memiliki kadar glukomanan sebesar Xanthosoma sagittafolium (endro/mbote kuning) 1,32 % (bb); genus Xanthosoma: Xanthosoma memiliki kadar glukomanan sebesar 0,64 % (bb).

  nigrum (mbote ungu) memiliki kadar glukomanan

  KADAR GLUKOMANAN

  12.00

  9.92

  %)

  10.00

   ( n a

  8.00

  r n a g

  6.00

  e ma S o

  3.20

  i k

  4.00

  2.52

  2.41

  2.02

  1.81

  lu

  1.66

  1.49

  1.32

  1.31

  mb

2.00 G

  0.64 U

  r a

  0.00

  d a K Jenis Araceae

  Gambar 1. Kadar glukomanan umbi segar dari jenis-jenis Araceae yang ditemukan di Jawa Timur Kadar glukomanan pada umbi tersebut (mbote kuning), Alocasia macrorhiza (sente), diperoleh dari 50 gram berat basah umbi. Variasi Alocasia sp. (sente merah). besarnya kadar glukomanan pada masing-masing

  2. Kandungan glukomanan tertinggi umbi Araceae kemungkinan disebabkan karena Amorphophallus muelleri Blume (porang) diameter umbi, umur umbi dan berat umbi serta sebesar 9,92 % (berat basah); lokasi pengambilan sampel. Hal ini sesuai dengan Amorphophallus campanulatus Bl. (suweg) pendapat Ambarwati [14] dan Sumarwoto [13] 3,2 % (bb), Colocasia esculenta (L.) Schott. bahwa tinggi rendahnya kadar glukomanan (bentul) sebesar 2,4 % (bb), Colocasia dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain, esculenta (L.) Schott. (talas) 1.8 % (bb), jenis tanaman, umur tanaman, diameter umbi, Alocasia sp. (sente) 1.3 % (bb) dan terendah berat umbi dan lama waktu setelah panen. Xanthosoma sagittafolium) 0.64 % (bb) Berdasarkan hasil análisis menunjukkan bahwa (endro/mbote kuning). ke 12 tanaman sampel yang digunakan dalam penelitian ini memiliki potensi sebagai sumber DAFTAR PUSTAKA glukomanan di Jawa Timur. [1]. Backer, C.A. and Van Den Brink, R.C.B 1968.

  Flora of Java (Spermatophytes Only) vol. II Angiospermae family. The Ruksherbarium.

  KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Leyden.

  Berdasarkan eksplorasi familia Araceae dan [2]. Heyne, K. 1987. Tumbuhan berguna analisis kandungan glukomanan yang telah Indonesia. Edisi bahasa Indonesia. dilakukan, diketahui bahwa: (Terjemahan): Badan Litbang Kehutanan 1. Dari 4 area geografis di Jawa Timur yang Jakarta. Departemen Kehutanan, Jakarta. dijelajah diperoleh 12 jenis tumbuhan [3]. Sumarwoto. 2005. Iles-iles (Amorphophallus Araceae sebagai sumber glukomanan yaitu muelleri Blume); deskripsi dan sifat-sifat Amorphophallus muelleri Blume (porang), A. lainnya. Biodiversitas. 6(3): 185-190.

  

paeoniifolius var hortensis (suweg), A. [4]. Chairul dan Chairul, S.M. 2006. Isolasi

paeoniifolius var sylvestris (suweg), A. Glukomanan dari Dua Jenis Araceae : Talas

variabilis Blume. (walur), Colocasia esculenta (Colocasia esculenta (L) Schott dan Iles-iles

  (bentul putih), Colocasia sp. (bentul biru), C. (Amorphophallus campanulatus Blumei), gigantea Hook F. (rombang), Xanthosoma Berita Biologi 8 (3): 171-178.

  

violaceum (mbote hijau), Xanthosoma sp. [5]. Arifin, M.A. 2001. Pengeringan kripik umbi

  (mbote), Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott. iles-iles secara mekanik untuk

  Sumber Glukomanan dari Edible Araceae di Jawa Timur (Ekowati, et al) meningkatkan mutu keripik iles-iles. Thesis.

  Teknologi Paska Panen, PPS-IPB. Bogor. [6]. Romli, H.U. 2002. Hutan lestari berkat tanaman porang. Pikiran- rakyat.com / cetak /0702 /22 /0607. htm. Tanggal akses 25 September 2007. [7]. Sufiani, S. 1992. Iles-iles (Amorphophallus); jenis, syarat tumbuh, budidaya dan setándar mutu ekspornya. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat.

  [8]. Sudarnadi, H. 1996. Tumbuhan monokotil.

  Edi Guharja (ed.). Penebar Swadaya. Jakarta. [9]. Yuzammi. 2000. A tacxonomic revision of terrestrial and aquatic aroids (Araceae) in

  Jawa. School of Biological Science, Faculty of Life Science. University of New South Wales.enlo Park

  [10]. Brown, D. 2000. Aroids: plants of the arum family. Second Edition. Timber Press.

  Portland. Oregon [11]. Brown, D. 2000. Aroids: plants of the arum family. Second Edition. Timber Press.

  [12]. Jansen, P.C.M., van der Wilk C, Hetterscheid W.L.A. 1996. Amorphophallus Blume ex Decaisne. In: Flach M dan F. Rumawas (eds). Plant Resources of South-East Asia 9: Plant yielding non-seed carbohydrates.

  PROSEA Foundation. Bogor. [13]. Sastrapraja, S., N.W. Soetjipto, S.

  Danimihardja, R.Soejono. 1977. Ubi-ubian. Proyek Sumberdaya Ekonomi, LBN-LIPI. Bogor. [14]. Ambarwati, E & Murti, R.H 2001. Analisis korelasi dan koefisien lintasan sifat-sifat agronomi terhadap komposisi kimia umbi iles-iles (Amorphophallus variabilis).Ilmu pertanian, 8 (2).

  .