Pelaksanaan Akad Pembiayaan Murabahah Al-Wakalah Pada Pembiayaan Warung Mikro Di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan

  KEHARUSAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH AL-

WAKALAH DALAM PROSES PEMBERIAN PEMBIAYAAN

WARUNG MIKRO DI PT. BANK SYARIAH MANDIRI CABANG

MEDAN

  A. Gambaran Umum PT. Bank Syariah Mandiri

  Secara etimologis, kata bank berasal dari bahasa Italia, yaitu dari kata banca yang berarti bangku/ tempat duduk. Bank disebut demikian karena pada abad pertengahan orang-orang yang memberikan pinjaman melakukan usahanya diatas

  42 bangku-bangku.

  Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau dalam bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

  43 banyak.

  Bank Indonesia mengkategorikan fungsi bank sebagai financial

  

intermediaries ke dalam tiga hal, yaitu sebagai lembaga yang meghimpun dana dari

  masyarakat dalam bentuk simpanan, sebagai lembaga yang menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit, dan sebagai lembaga yang melancarkan transaksi

  44 perdagangan dan peredaran uang.

   Financial intermediaries ini merupakan suatu aktivitas penting dalam

  perekonomian, karena menimbulkan aliran dana dari pihak yang produktif kepada 42 Adirmawan Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, (Jakarta : Gema Insani

  Press, 2001), hlm 67 43 44 Pasal 1 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, (Bandung : Citra Aditya Bhakti,

  

30 1996), hlm 174 pihak yang tidak produktif dalam mengelola dana. Oleh karena itu, bank sebagai lembaga intermediaries memang harus diatur secara ketat, karena dana yang dihimpun oleh bank adalah dana yang berasal dari masyarakat, dan nantinya akan disalurkan bagi masyarakat yang memenuhi kriteria untuk meningkatkan

  45 produktifitas usaha.

  Bank sebagai lembaga intermediaries ini juga diterapkan oleh bank-bank syariah. Oleh karenanya, walaupun prinsip utama dalam pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah adalah kepercayaan, bank tetap harus meminta jaminan untuk

  46 kepastian pengembalian hutangnya.

  Bank syariah merupakan lembaga keuangan perbankan yang beroperasi dan produknya dengan prinsip dasar tanpa menggunakan sistem bunga dengan menawarkan sistem lain yang sesuai dengan syariah Islam. Prinsip inilah yang membedakan secara prinsipil antara sistem operasional bank syariah dengan bank

  47

  konvensional. Bagi bank konvensional bunga merupakan hal penting untuk menarik para investor menginventasikan modalnya pada suatu bank. Semakin tinggi tingkat bunganya semakin tertarik para investor menabung. Tingkat suku bunga merupakan unsur penting dalam sistem perbankan konvensional. Bank syariah yang bekerja menggunakan sistem non bunga melalui transaksi dengan menggunakan sistem profit yaitu bagi hasil. Keuntungan dan kerugian yang terjadi ditanggung

  and loss sharing oleh kedua belah pihak yaitu mudharib dan shahibul-maal. 45 46 Ibid , hlm 176 47 Ibid, hlm 180 Muhammad Muslehuddin, Sistem Perbankan Dalam Islam, (Jakarta : Rhineka Cipta, 2002), hlm 28

  Sistem bunga bank dan bagi hasil mempunyai sisi persamaan yaitu sama- sama memberikan keuntungan bagi pemilik modal, namun keduanya memiliki perbedaan yang prinsipil, yaitu sistem bunga uang yang merupakan sistem yang dilarang agama Islam, sedangkan bagi hasil merupakan keuntungan yang tidak

  48 mengandung riba sehingga tidak diharamkan oleh ajaran Islam.

  Bank Syariah Mandiri merupakan lembaga keuangan yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam, artinya bank dalam beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam khususnya menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam.

  49 Atribut-atribut produk Islam dari Bank Syariah Mandiri cabang Medan adalah :

  1. Menghindari unsur riba

  2. Hasil investasi dibagi menurut bagi hasil (al- mudharabah)

  3. Menghindari unsur ketidakpastian (gharar)

  4. Menghindari unsur gambling/ judi (maisir)

  5. Melakukan investasi yang halal 6. Melakukan aktivitas sesuai dengan syariah.

  Kehadiran Bank Syariah Mandiri sejak tahun 1999, merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998. Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional 48 49 Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqih, (Jakarta : Prenada Media, 2003), hlm 62 Supranowo, Analisis Dimensi Kualitas Jasa Terhadap Kepuasan Konsumen di PT. Bank

  Syariah Mandiri, (Jurnal Management Gajayana, 2009), hlm 173 yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukrisasi dan

  50 merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.

  Salah satu bank konvensional, PT. Bank Susila Bakti (BSB), yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP), PT. Bank Dagang Negara dan PT.

  Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing.

  Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan (merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Ekspor Import dan Bank Pembangunan Indonesia) menjadi satu bank baru bernama PT. Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk sebagai pemilik mayoritas baru BSB.

  Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, PT. Bank Mandiri melakukan konsolidasi serta membentuk tim Pengembangan Perbankan Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU No.10 Tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system).

50 Bank Syariah Mandiri, Profil Bank Syariah Mandiri, www.syariahmandiri.co.id diakses 22

  Maret 2014

  Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan UU No.10 Tahun 1998 tersebut, merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT. Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT. Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris Sutjipto, SH No.23

  51 tanggal 8 September 1999.

  Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/ 1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT.

  Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT. Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab

  52 1420 H atau tanggal 1 November 1999.

  PT. Bank Syariah Mandiri cabang Medan hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan idealis usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi prinsip syariah dalam kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealis usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan PT. Bank

51 Bank Syariah Mandiri, Profil Bank Syariah Mandiri, www.syariahmandiri.co.id diakses 22

  Maret 2014 52 Bank Syariah Mandiri, Profil Bank Syariah Mandiridiakses 22 Maret 2014

  Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. Bank Syariah Mandiri hadir untuk bersama membangun Indonesia yang lebih baik.

  53 Visi dan Misi PT. Bank Syariah Mandiri, yaitu :

  1. Memimpin pengembangan peradaban ekonomi yang mulia

  2. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan

  3. Mengutamakan penghimpunan dana murah dan penyaluran pembiayaan pada segmen UMKM

  4. Mengembangan manajemen talenta dalam lingkungan kerja yang sehat

  5. Meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan

  6. Mengembangan nilai-nilai syariah universal Pelaksanaan prinsip Good Corporate Governance (GCG) juga harus dilaksanakan pada Bank Syariah Mandiri cabang Medan merupakan unsur penting di industri perbankan syariah mengingat risiko dan tantangan yang dihadapi oleh industri perbankan yang semakin meningkat. Penerapan GCG secara konsisten dan memperkuat posisi daya saing perusahaan memaksimalkan nilai perusahaan, mengelola sumber daya dan risiko secara lebih efisien dan efektif yang pada akhirnya akan memperkokoh kepercayaan pemegang saham dan stakeholders, sehingga Bank Syariah Mandiri dapat beroperasi dan tumbuh secara berkelanjutan dalam jangka panjang.

1. Produk Penghimpunan Dana di Bank Syariah Mandiri cabang Medan

  Pada sistem operasi bank syariah, pemilik dana menanamkan uangnya di bank tidak dengan motif mendapatkan bunga, tetapi dalam rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil, dana nasabah tersebut kemudian disalurkan kepada mereka

53 Bank Syariah Mandiri, Profil Bank Syariah Mandiri, www.syariahmandiri.co.id diakses 22

  Maret 2014 yang membutuhkan dalam bentuk kredit yaitu dengan adanya perjanjian pembagian

  54 keuntungan sesuai kesepakatan.

  Bank sebagai suatu lembaga keuangan yang salah satu fungsinya adalah menghimpun dana dari masyarakat. Beberapa bentuk penghimpunan dana

  55

  berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang terdiri atas : a. Prinsip wadiah

  Wadiah dalam transaksi fiqh Islam, dikenal dengan prinsip titipan

  atau simpanan baik dalam bentuk giro, tabungan, deposito maupun bentuk lainnya.

  56

  b. : Prinsip bagi hasil yang terdiri atas 1) Mudharabah berasal dari kata dharb yang artinya memukul, atau lebih tepatnya adalah proses seseorang memukul kakinya dalam perjalanan usaha. Secara tekhnis mudharabahah adalah akad kerjasama antara pemilik dana (shahibul maal) dengan pengusaha (mudharib) untuk melakukan suatu usaha bersama. Keuntungan yang diperoleh dibagi antara keduanya dengan perbandingan nisbah yang disepakati sebelumnya. 2) Musyarakah adalah transaksi penanaman dana dari dua atau lebih 54 pemilik dana dan/ atau barang untuk menjalankan usaha tertentu

  Amir Machmud dan Rukmana, Bank Syariah Teori Kebijakan Studi Empiris di Indonesia, (Bandung : Erlangga, 2010), hlm 28 55 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalah), (Jakarta : PT.

  Raja Grafindo Persada, 2003), hlm 52 56 Muhammad Syafi‟I Antonio, Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendikiawan, (Jakarta : Tazkia Institute, 1999), hlm 42 sesuai syariah dengan pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang disepakati, sedangkan pembagian kerugian berdasarkan proporsi modal masing-masing.

2. Produk Penyaluran Dana di Bank Syariah Mandiri cabang Medan

  Kegiatan yang tidak kalah pentingnya selain produk penghimpunan dana yang dilakukan bank syariah adalah kegiatan penyaluran dana atau pembiayaan kepada masyarakat.

57 Beberapa bentuk penghimpunan dana berdasarkan prinsip-prinsip syariah

  yang terdiri atas

  58

  :

  a. Prinsip jual beli yang terdiri atas pembiayaan : 1) Pembiayaan murabahah

  Menurut fiqh, murabahah adalah salah satu dari bentuk jual beli yang bersifat amanah. Murabahah terlaksana antara penjual dan pembeli berdasarkan harga barang, harga asli pembelian si penjual yang diketahui oleh si pembeli dan keuntungan penjual pun diberitahu kepada pembeli. Makna murabahah dalam tekhnis perbankan adalah jual beli dalam akad pembiayaan antara bank selaku

  ba’i yang disalurkan kepada nasabah sebagai musytari.

  59

  57 Munir Fuadi, Hukum Perkreditan Kontemporer, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2002), hlm

  27 58 M. Algaud Latifa & Mervy Lewis, Perbankan Syariah Prinsip dan Prospek, (Jakarta : PT.

  Serambi Ilmu Semesta, 2003), hlm 23 59 Didin Hafiduddin, Manajemen Syariah Dalam Praktek, (Jakarta : Gema Insani, 2003), hlm

  96

  2) Pembiayaan salam

  Salam adalah transaksi jual beli barang dengan cara pemesanan

  dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran tunai terlebih dahulu

  60 secara penuh.

  3) Pembiayaan istishna

  Istishna adalah transaksi jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan

  barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati

  61 dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan.

  b. Prinsip sewa yang terdiri atas pembiayaan : 1) Pembiayaan ijarah

  62 Menurut fiqh, ijarah artinya upah dan mengupah. Ijarah adalah akad

  pemindahan hak guna (manfaat) atas barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang/ jasa itu sendiri.

  (ownership/ milkiyyah)

  2) Pembiayaan ijarah muntahiyah bittamlik

  Ijarah muntahiyah bittamlik adalah transaksi sewa menyewa antara

  pemilik objek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek yang disewakannya dengan opsi perpindahan hak milik objek

  63 sewa.

3. Produk Jasa di Bank Syariah Mandiri cabang Medan

  60 61 Ibid, hlm 98 62 Ibid, hlm 99 Ahmad Idris, Fiqh Al-S 63 yafi’iyah, (Jakarta : Karya Indah, 1994), hlm 142 Ibid, hlm 144

  Selain produk penghimpunan dan penyaluran dana, Bank Syariah Mandiri juga menawarkan produk jasa kepada masyarakat, yaitu : a. Prinsip rahn (gadai) yaitu perjanjian penyerahan harta dari pemiliknya sebagai jaminan hutang yang nantinya dapat dijadikan sebagai pembayaran hak piutang tersebut, baik seluruhnya maupun sebagian. Penyerahan jaminan tersebut tidak harus bersifat aktual (berwujud), namun yang terlebih penting penyerahan itu bersifat legal misalnya berupa penyerahan sertifikat atau tanda bukti kepemilikan yang sah suatu harta jaminan.

  b. Prinsip qard yaitu pinjaman uang, artinya pinjaman yang diberikan kepada peminjam selama waktu tertentu dan dikembalikan dalam jumlah yang sama pada saat jatuh tempo.

  c. Prinsip hawalah yaitu merupakan perpindahan hak atau kewajiban yang dilakukan pihak pertama kepada pihak kedua untuk menuntut pembayaran hutang dari/ atau membayar hutang kepada pihak ketiga. Karena pihak ketiga berhutang kepada pihak pertama dan pihak pertama berhutang kepada pihak kedua atau karena pihak pertama berhutang kepada pihak ketiga disebabkan pihak kedua berhutang kepada pihak pertama. Perpindahan itu dimaksudkan sebagai ganti pembayaran yang ditegaskan dalam akad ataupun tidak dan didasarkan atas kesepakatan bersama. d. Prinsip al-wakalah

  Al-wakalah merupakan akad pelengkap, artinya pemberian kuasa dari

  pihak bank syariah/ nasabah kepada pihak nasabah/ bank syariah untuk melakukan jual beli dalam proses pembiayaan atau dalam jasa transaksi-transaksi perbankan seperti transfer uang dan lain-lain.

  e. Prinsip kafalah (garansi bank) yaitu apabila nasabah membutuhkan garansi bank syariah untuk melakukan pekerjaan tertentu, nasabah dapat menempatkan sejumlah uang sebagai jaminan untuk membuka garansi bank syariah. Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung,

B. Pengertian Pembiayaan Warung Mikro

  Kemunculan perbankan syariah sebagai organisasi yang relatif baru menimbulkan tantangan besar. Sebagai lembaga keuangan syariah, perbankan syariah harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip syariah. Keimanan menjadi landasan atas keyakinan untuk mampu tumbuh dan berkembang. Disamping itu masih banyak potensi nasabah yang belum terjangkau oleh perbankan syariah dan minimnya pengetahuan masyarakat tentang perbankan syariah menjadi tantangan tersendiri bagi manajemen perbankan syariah untuk memperluas pasar hingga berbagai kalangan dan wilayah-wilayah pelosok. Disamping itu, minimnya sosialisasi menyebabkan calon nasabah/customer merasa minder dan kurang begitu paham terhadap perbankan

  64 syariah.

  Dengan banyaknya perbankan syariah, menjadikan posisi Bank Syariah Mandiri sebagai salah satu lembaga keuangan bank syariah yang harus mampu bersaing. Walaupun dengan persaingan yang sangat ketat Bank Syariah Mandiri mampu memperlihatkan eksistensinya sebagai lembaga keuangan bank yang mampu bersaing dengan perbankan lain.

  Hal demikian mengharuskan manajemen melakukan strategi khusus untuk mempertahankan keunggulan kompetitif yakni merujuk pada kemampuan sebuah organisasi untuk memformulasikan strategi yang menempatkannya pada suatu posisi yang menguntungkan berkaitan dengan perusahaan lainnya. Keunggulan kompetitif juga berarti kumpulan strategi untuk menentukan keunggulan suatu perusahaan dari

  65

  persaingan diantara perusahaan lain yang dalam hal ini yaitu persaingan antara Warung Mikro Bank Syariah Mandiri dengan lembaga keuangan lainnya.

  Oleh karena itu, Bank Syariah Mandiri menawarkan berbagai macam produk pembiayaan yang mampu bersaing khususnya segmen mikro. Agar

  marketable dan kompetitif di pasar serta lebih memasyarakatkan maka fitur

  pembiayaan untuk segmen mikro dituntut menarik dengan proses pembiayaan mudah, cepat, efektif, dan efisien. Sesuai dengan Surat Edaran Direksi Bank Syariah Mandiri No.11/009/PEM, tanggal 13 Februari 2009 Bank Syariah Mandiri meluncurkan produk Pembiayaan Mikro yang dinamakan Warung Mikro.

64 Abdullah Amin, Strategi Pemasaran Perbankan Syariah, (Jakarta : PT. Grasindo, 2007),

  hlm 17 65 David Hunger dan Thomas Wheelen, Manajemen Strategis, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2003), hlm 16

  Warung mikro Bank Syariah Mandiri berperan sebagai fasilitator. Sedangkan kemampuan entrepreneurship menjadi penting untuk memberikan rekomendasi atas usulan bisnis nasabah, sehingga pembiayaan warung mikro Bank Syariah Mandiri benar-benar mampu meningkatkan pendapatan nasabahnya.

  Outlet warung mikro Bank Syariah Mandiri merupakan bagian dari cabang, target bisnis warung mikro merupakan target cabang. Pada awal tumbuh, fokus pengembangan inbranch, tujuannya adalah untuk efisiensi biaya investasi, memastikan resiko terkendali dan percepatan internalisasi budaya Bank Syariah

66 Mandiri.

  SKEMA 1 STRUKTUR ORGANISASI WARUNG MIKRO DI KANTOR CABANG

  KEPALA KANTOR CABANG MARKETING MANAGER

WARUNG MIKRO ACCOUNT OFFICER FUNDING OFFICER

MICRO ACCOUNT PELAKSANA OFFICER MARKETING SUPPORT PELAKSANA MARKETING MIKRO

  Sumber : Surat Edaran Pembiayaan No.11/ 009/ PEM Perihal Pembiayaan Melalui 66 Warung Mikro

  Wawancara dengan Bapak Fadli, KWM di Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, April 2014 Dalam menjalankan fungsi operasionalnya, warung mikro Bank Syariah Mandiri juga memerlukan target market pemasaran.

  67 Target pemasaran adalah

  proses perencanaan, pemikiran dan pelaksanaan konsepsi, pricing, promosi serta pendistribusian barang atau jasa dalam menciptakan pertukaran untuk mencapai tujuan atau sasaran perusahaan.

68 Target pemasaran cenderung mengedepankan

  segmentasi pasar, penetapan posisi pasar, serta strategi menembus pasar sasaran untuk mencapai tujuan perusahaan.

  Target pemasaran (marketing) dijelaskan menjadi suatu proses sosial didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang dibutuhkan dan inginkan dengan penciptaan penawaran atau pertukaran secara bebas produk yang bernilai dengan pihak lain sebagai proses perencanaan, dan pelaksanaan dalam penetapan harga, promosi serta penyaluran barang atau jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran individu maupun organisasi.

  69 Berikut yang menjadi target

  pemasaran dalam penyaluran pembiayaan warung mikro Bank Syariah Mandiri

  70

  :

  a. Perorangan Non-Golbertap adalah nasabah dengan sumber pembayaran berasal dari usaha yang dikelolanya sendiri (wiraswasta), baik dalam sektor perdagangan, pertanian, industri rumah tangga, peternakan, perikanan, dan jasa-jasa, dengan syarat pemohon : 67 Wawancara dengan Bapak Fadli, KWM di Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, April

  2014 68 Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta : PT. Raja Garfindo Persada, 2006), hlm 170 69 Ibid , hlm 173 70 Standart Prosedur Operasional Bisnis, PT. Bank Syariah Mandiri, SPOB/ PEM/ WMK/ 4

  1) Usaha telah berjalan minimal 2 tahun. 2) Rumah tempat tinggal milik sendiri atau milik keluarga. 3) Usia minimal 21 tahun atau sudah menikah. Maksimal usia 65 tahun saat pembayaran lunas.

  4) Memiliki rencana usaha dan peruntukan pembiayaan yang jelas, tercatat, dan terdokumentasi.

  5) Hasil BI checking nasabah termasuk dalam kategori pembiayaan lancar atau belum memiliki fasilitas di bank.

  b. Perorangan Golbertap adalah nasabah dengan sumber pembayaran (repayment) berasal dari gaji/ berpenghasil tetap yang diterima setiap bulan termasuk didalamnya pegawai negeri sipil (PNS), pegawai BUMN, pegawai BUMD, TNI/ POLRI, pegawai perusahaan swasta yang didirikan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan syarat pemohon :

  1) Status pegawai tetap dengan masa dinas minimal 1 (satu) tahun. 2) Usia minimal 21 tahun atau sudah menikah pada saat pengajuan dan maksimal 55 tahun pada saat jatuh tempo fasilitas pembiayaan.

  3) Memiliki rencana usaha dan peruntukan pembiayaan yang jelas, tercatat dan terdokumentasi.

  4) Hasil BI checking nasabah termasuk dalam kategori pembiayaan lancar atau belum memiliki fasilitas di bank. c. Peseroan Terbatas (PT) adalah badan usaha yang berbentuk badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, dan melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dengan syarat pemohon :

  1) Usaha telah berjalan minimal 2 tahun. 2) Akta Pendirian/ Anggaran Dasar dibuat otentik. 3) Telah disahkan Menteri Kehakiman & HAM. 4) Telah didaftarkan pada Departemen Perindustrian & Perdagangan. 5) Telah diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI. 6) Harus memperoleh persetujuan Dewan Komisaris atau RUPS. 7) Memiliki rencana usaha dan peruntukan pembiayaan yang jelas, tercatat dan terdokumentasi.

  8) Hasil BI checking pemilik dan/atau anggota pengurus serta institusi termasuk dalam kategori pembiayaan lancar.

  d. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan azas kekeluargaan, dengan syarat pemohon :

  1) Usaha telah berjalan minimal 2 tahun. 2) Akta Pendirian/ Anggaran Dasar telah disahkan oleh Kanwil Departemen Koperasi setempat.

  3) Akta Pendirian Koperasi telah diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI.

  4) Memiliki rencana usaha dan peruntukan pembiayaan yang jelas, tercatat dan terdokumentasi.

  5) Hasil BI checking pemilik dan/atau anggota pengurus serta institusi termasuk dalam kategori pembiayaan lancar.

  e. CV (Persekutuan Komanditer) adalah suatu persekutuan yang didirikan oleh 2 orang atau lebih. Persekutuan Komanditer mengenal 2 istilah yaitu, sekutu aktif dan sekutu pasif. Sekutu aktif adalah anggota yang memimpin/ menjalankan perusahaan dan bertanggug jawab penuh atas hutang-hutang perusahaan. Sekutu pasif adalah anggota yang hanya menanamkan modalnya kepada sekutu aktif dan tidak ikut campur dalam urusan operasional perusahaan. Sekutu pasif bertanggung jawab atas risiko yang terjadi sampai batas modal yang ditanam. Keuntungan yang diperoleh dari perusahaan dibagikan secara kesepakatan, dengan syarat pemohon :

  1) Usaha telah berjalan minimal 2 tahun. 2) Akta Pendirian/ Anggaran Dasar dibuat otentik. 3) Telah didaftarkan pada Panitera Pengadilan Negeri tempat kedudukan hukum CV yang bersangkutan.

  4) Telah diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI. 5) Memiliki rencana usaha dan peruntukan pembiayaan yang jelas, tercatat dan terdokumentasi.

  6) Hasil BI checking pemilik dan/atau anggota pengurus serta institusi termasuk dalam kategori pembiayaan lancar.

  f. Firma adalah sebuah bentuk persekutuan untuk menjalankan usaha antara dua orang atau lebih dengan memakai nama bersama. Pemilik firma terdiri dari beberapa orang yang bersekutu dan masing-masing anggota persekutuan menyerahkan kekayaan pribadi sesuai dengan yang tercantum dalam akta pendirian perusahaan, dengan syarat pemohon :

  1) Usaha telah berjalan minimal 2 tahun. 2) Akta Pendirian/ Anggaran Dasar dibuat otentik. 3) Telah didaftarkan pada Panitera Pengadilan Negeri tempat kedudukan hukum Firma yang bersangkutan.

  4) Telah diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI. 5) Memiliki rencana usaha dan peruntukan pembiayaan yang jelas, tercatat dan terdokumentasi.

  6) Hasil BI checking pemilik dan/atau anggota pengurus serta institusi termasuk dalam kategori pembiayaan lancar.

  

C. Beberapa Alasan Akad Murabahah Al-Wakalah Diterapkan Pada

Pembiayaan Warung Mikro di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan

1. Tinjauan Umum Tentang Akad Murabahah Al-Wakalah

  Salah satu skim pembiayaan dalam konteks fiqh yang paling banyak digunakan oleh perbankan Islam adalah skim pembiayaan jual beli murabahah. Transaksi murabahah ini dalam sejarah Islam lazim tejadi dan dilakukan pada masa Rasulullah dan para sahabatnya. Sejak awal munculnya dalam kajian fiqh, kontrak ini tampaknya telah digunakan murni untuk tujuan dagang.

  Menurut beberapa kitab fiqh, murabahah adalah salah satu dari bentuk jual beli yang bersifat amanah. Jual beli ini berbeda dengan jual beli musawwamah (tawar menawar). Murabahah terlaksana antara penjual dan pembeli berdasarkan harga barang, harga asli pembelian penjual yang diketahui oleh pembeli dan keuntungan penjual pun harus diberitahukan oleh pembeli.

  71 Rukun murabahah adalah suatu elemen yang tidak dapat dipisahkan dari

  suatu kegiatan atau lembaga, sehingga bila tidak ada salah satu elemen tersebut maka kegiatan tersebut dinyatakan tidak sah.

72 Dalam murabahah, rukun-rukunnya terdiri

  dari

  73

  : 1.

  Ba’i adalah penjual (pihak yang memiliki barang)

  2. Musytari adalah pembeli (pihak yang akan membeli barang) 3.

  Mabi’ adalah barang yang akan diperjualbelikan

  4. Tsaman adalah harga 5. Ijaq Qabul adalah pernyataan timbang terima.

  Rukun- rukun ini pula yang harus diterapkan dalam pelaksanaan perbankan syariah. Sedangkan syarat-syaratnya murabahah terdiri dari :

  74

  1. Pihak yang berakad yaitu

  ba’i dan musytari harus cakap hokum atau baligh (dewasa), dan mereka saling meridhai (rela). 71 Karnaen Perwaatmadja, Prinsip Operasional Bank Syariah, (Jakarta : Risalah Masa, 1992), hlm 73 72 Y ayasan Pendidikan dan Pengembangan Perbankan dan Lembaga Keuangan Syariah,

  

Praktek Perbankan Syariah di Indonesia, (Jakarta : Tim Asistensi Pengembangan LKS Muamalat

Institute, 1999), hlm 42 73 Ibid, hlm 42 74 Ibid , hlm 43

  2. Khusus untuk

  mabi’ persyaratannya adalah harus jelas dari segi sifat, jumlah,

  jenis yang akan ditransaksikan dan juga tidak termasuk dalam kategori barang haram.

  3. Harga dan keuntungan harus disebutkan begitu pula sistem pembayarannya, semuanya dinyatakan di depan sebelum akad resmi (ijab qabul) dinyatakan tertulis. Dalam operasional perbankan Islam, dengan adanya murabahah ini maka para klien (nasabah) membeli suatu komoditi menurut rincian tertentu dan menghendaki agar bank mengirimkannya kepada mereka berdasarkan imbuhan harga tertentu menurut persetujuan awal antara kedua pihak. Murabahah merupakan bagian terpenting dari jual beli dan prinsip akad ini mendominasi pendapatan bank dari produk-produk yang ada di semua bank Islam. Dalam Islam, jual beli sebagai sarana tolong menolong antara sesama umat manusia yang diridhai oleh Allah SWT.

  Berkenaan dengan pembiayaan murabahah ini dalam kegiatan perbankan syariah, Dewan Syariah Nasional mengeluarkan Fatwa No. 04/ DSN-MUI/ IV/ 2000

  75 Tentang Murabahah. Ketentuan umum murabahah sebagai berikut :

  1. Jual beli murabahah harus dilakukan atas barang yang telah dimiliki atau hak kepemilikan telah berada ditangan penjual.

  2. Adanya kejelasan informasi mengenai besarnya modal dan biaya-biaya lain yang lazim dikeluarkan dalam jual beli.

  3. Adanya informasi yang jelas tentang hubungan baik nominal maupun presentase sehingga diketahui oleh pembeli sebagai salah satu syarat sah murabahah.

  4. Dalam sistem murabahah, penjual boleh menetapkan syarat kepada pembeli untuk menjamin kerusakan yang tidak nampak pada barang, tetapi lebih baik syarat seperti itu tidak ditetapkan.

  5. Transaksi pertama, antara penjual dan pembeli pertama haruslah sah, jika tidak sah maka tidak boleh jual beli secara murabahah.

75 Irma Purnamasari, Akad Syariah (Azas, Prinsip, Jenis, Multi Jasa Perbankan), (Jakarta :

  PT. Mizan Pustaka, 2011), hlm 98

  Dengan demikian, murabahah tetap merupakan salah satu produk yang populer dalam praktek pembiayaan pada perbankan syariah. Selain mudah perhitungannya bagi nasabah maupun bagi manajemen bank karena harga yang dibuat secara transparan dan tanpa adanya pembayaran dengan sistem bunga berjalan.

  Pembiayaan murabahah yang umum dipraktekkan oleh perbankan syariah di Indonesia juga memiliki perbedaan dengan konsep klasik murabahah. Perbedaan karakteristik pokok pembiayaan murabahah dalam literatur klasik dan praktik perbankan syariah di Indonesia dapat dilihat pada tabel.

  TABEL 2 PERBANDINGAN KARAKTERISTIK POKOK PEMBIAYAAN MURABAHAH DALAM LITERATUR KLASIK DAN PRAKTIK DI INDONESIA

  Karakteristik Pokok

Praktek Klasik

Praktek Perbankan Syariah di Indonesia

  Tujuan transaksi Kegiatan jual beli Pembiayaan dalam rangka penyediaan fasilitas/ barang Tahapan transaksi Dua tahap Satu tahap

  Proses transaksi

  

1. Penjual membeli barang

dari produsen

  

2. Penjual menjual barang

kepada pembeli Bank selaku penjual dapat mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang kepada supplier

  Status kepemilikan barang pada saat akad

Barang telah dimiliki penjual

pada saat akad penjualan

dengan pembeli dilakukan

Barang belum jelas dimiliki penjual saat akad penjualan dengan pembeli dilakukan

  Perhitungan tingkat margin 1. perhitungan laba

menggunakan transaksi riil

(real transactionary cost)

  2. Perhitungan laba merupakan lumpsum dan wholesale

  1. Perhitungan menggunakan benchmark atas rate yang berlaku dalam pasar uang 2. perhitungan laba menggunakan presentase perannum dan dihitung berdasarkan baki debet outstanding pembiayaan

  Sifat pemesanan barang oleh

1. Tidak tertulis Tertulis dan mengikat

  nasabah

  

2. Dua pendapat, mengikat

dan tidak mengikat Pengungkapan harga pokok dan Harus transparan Harus transparan margin Tenor/ Jangka waktu Sangat pendek Jangka waktu (1-5) tahun Cara pembayaran transaksi jual

  Cash and carry Dengan cicilan (ta’jil) beli

  Ada kolateral/ jaminan Kolateral Tanpa kolateral tambahan

Sumber : Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,

  2008), hlm 112

  Menurut bahasa Arab al-wakalah berasal dari kata al-hifdz, al-kifalah, al-

  dhaman dan al-tafwidh yang artinya penyerahan, pendelegasian dan pemberian

  mandat. Sedangkan al-wakalah dalam fiqh Islam adalah penyerahan tugas dan tanggung jawab masing-masing pihak yang berdasarkan pada defenisi wakalah yaitu menyerahkan tugasnya atau urusannya kepada orang lain dan diserahkan tanggung

  

76

jawabnya untuk bertindak bagi pihaknya.

  Dalam hukum Islam, al-wakalah atau perwakilan muncul ketika satu orang menguasakan kepada orang lain untuk menggantikannya dalam memperoleh hak-hak sipilnya. Orang yang mewakili ini disebut wakil. Perlu bagi wakil untuk mematuhi

  77

  petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh muwakil. Hukum berwakalah harus berdasarkan Al- Qur‟an dan Sunnah. Sebagaimana terdapat dalam Surat Al-An‟am ayat 66 :

  “Seseorang yang bertanggung jawab untuk mengatur urusan orang lain” 76 77 A. Rahman Doi, Syariah Muamalah, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996), hlm 37

  Ibid, hlm 38 Pengertian lain tentang al-wakalah berasal dari wazan wakala yakilu waklan yang berarti menyerahkan atau mewakilkan urusan, sedangkan al-wakalah adalah

  78

  79

  pekerjaan wakil. Beberapa definisi al-wakalah menurut istilah para ulama :

  1. Menurut Golongan Malikiyah, al-wakalah adalah seseorang menggantikan (menempati) tempat yang lain dalam hak (kewajiban), dia yang mengelola pada posisi itu.

  2. Menurut Golongan Hanafiyah, al-wakalah adalah seseorang menempati diri orang lain dalam tasharruf (pengelolaan).

  3. Menurut Golongan

  Syafi’iyah, al-wakalah adalah seseorang menyerahkan sesuatu kepada yang lain untuk dikerjakan ketika hidupnya.

  4. Menurut Golongan Hambali, al-wakalah adalah permintaan ganti seseorang yang didalamnya terdapat penggantian hak Allah dan hak manusia.

  5. Ulama fiqh klasik Al-Dhimyati, al-wakalah adalah seseorang menyerahkan urusannya kepada yang lain yang didalamnya terdapat penggantian.

  6. Imam Taqy, al-wakalah adalah seseorang yang menyerahkan hartanya untuk dikelola kepada orang lain ketika hidupnya.

  Berdasarkan definisi-definisi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan al -wakalah ialah penyerahan dari seseorang kepada orang lain untuk mengerjakan sesuatu, dimana perwakilan berlaku selama yang mewakilkan masih hidup.

  80 Wakalah juga dapat batal atau berakhir, disebabkan oleh : 1. Bila salah satu pihak yang berakad wakalah itu tidak dalam kondisi sadar.

  2. Bila maksud yang terkandung dalam akad wakalah sudah selesai pelaksanaannya atau dihentikan.

  3. Diputuskannya wakalah tersebut oleh salah satu pihak yang berwakalah baik pihak pemberi kuasa ataupun pihak yang menerima kuasa.

  4. Hilangnya kekuasaan atau hak pemberi kuasa atau sesuatu objek yang dikuasakan.

  Dalam praktek perbankan syariah, akad al-wakalah ibarat pisau dapur. Keberadaannya kurang dirasakan, namun bila tidak ada, baru terasa betapa 78 79 Tim Kashiko, Kamus Arab- Indonesia, (Kashiko, 2000), hlm 247 80 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta : Rajawali Press, 2002), hlm 231

  Ibid , hlm 240 pentingnya. Ini karena akad al-wakalah selalu menjadi transaksi pendukung dan bukan sebagai transaksi utama. Akad al-wakalah selalu terdapat dalam pembiayaan

  

murabahah, salam, istishna , dan seluruhnya memerlukan akad al-wakalah

  untuk alasan kemudahan. Tanpa akad al-wakalah niscaya bank syariah akan sangat kerepotan dalam memberikan pembiayaan karena harus membeli sendiri barang yang

  81 dibutuhkan debitor/ nasabah.

  Berkenaan dengan akad al-wakalah sebagai transaksi pendukung dalam pembiayaan murabahah ini dalam kegiatan perbankan syariah, Dewan Syariah Nasional mengeluarkan Fatwa DSN NO: 10/ DSN- MUI/ IV/ 2000 Tentang Al-

  

wakalah, yang menjelaskan bahwa pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh

  para pihak untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan perjanjian (akad). Al-wakalah dengan imbalan bersifat mengikat dan tidak boleh dibatalkan secara sepihak.

  Dalam Fatwa DSN NO: 10 /DSN- MUI/ IV/ 2000 juga dijelaskan mengenai rukun dan syarat al-wakalah yaitu : a. Orang yang mewakilkan (Muwakkil)

  1) Seseorang yang mewakilkan, pemberi kuasa, disyaratkan memiliki hak untuk bertasharruf pada bidang-bidang yang didelegasikannya.

  Karena itu seseorang tidak akan sah jika mewakilkan sesuatu yang bukan haknya.

81 Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta : PT. Zikrul

  Hakim, 2003), hlm 235

  2) Pemberi kuasa mempunyai hak atas sesuatu yang dikuasakannya, disisi lain juga dituntut supaya pemberi kuasa itu sudah cakap bertindak atau mukallaf. Tidak boleh seorang pemberi kuasa itu masih belum dewasa yang cukup akal serta pula tidak boleh seorang yang gila.

  b. Orang yang diwakilkan (wakil) 1) Penerima kuasa pun perlu memiliki kecakapan akan suatu aturan- aturan yang mengatur proses akad al-wakalah ini. Sehingga cakap hukum menjadi salah satu syarat bagi pihak yang diwakilkan. 2) Seseorang yang menerima kuasa ini memiliki kemampuan untuk menjalankan amanah yang diberikan oleh pemberi kuasa.

  c. Objek yang diwakilkan 1) Objek mestilah sesuatu yang bisa diwakilkan kepada orang lain, seperti jual beli, pemberian upah, dan sejenisnya yang memang berada dalam kekuasaan pihak yang memberikan kuasa. 2) Tidak semua hal dapat diwakilkan kepada orang lain. Sehingga objek yang akan diwakilkan pun tidak boleh bertentangan dengan s yari‟ah Islam.

  d. Shighat 1) Isi dari perjanjian ini berupa pendelegasian dari pemberi kuasa kepada penerima kuasa.

  2) Tugas penerima kuasa oleh pemberi kuasa perlu dijelaskan untuk dan atas pemberi kuasa melakukan sesuatu tindakan tertentu. Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah Islam adalah bank yang beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam. Keimanan menjadi landasan atas

  82 keyakinan untuk mampu tumbuh dan berkembang.

  Sebagaimana bank konvensional, bank syariah memiliki fungsi sebagai intermediasi yang menjembati para penabung dan investor. Hubungan antara bank syariah dengan nasabah lebih bersifat partner daripada lender atau borrower, sehingga bank syariah dapat bertindak sebagai pembeli, penjual, atau pihak yang menyewakan. Produk yang ditawarkan bank syariah sangat bervariasi dengan prinsip

  83 saling menguntungkan (fairness) dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip keadilan.

  Dengan banyaknya perbankan syariah, menjadikan posisi Bank Syariah Mandiri sebagai salah satu lembaga keuangan bank syariah yang harus mampu bersaing. Oleh karena itu Bank Syariah Mandiri cabang Medan menawarkan berbagai macam produk pembiayaan yang mampu bersaing khususnya segmen mikro. Agar

  

marketable dan kompetitif di pasar serta lebih memasyarakatkan Bank Syariah

  Mandiri, maka fitur pembiayaan untuk segmen mikro dituntut menarik dengan proses

  84 pembiayaan mudah, cepat, efektif, dan efisien.

  Warung mikro adalah layanan pembiayaan di kantor cabang dan cabang pembantu untuk nasabah kategori mikro. Akad yang digunakan pada produk

82 Ahmad Ramzy Tadjoeddin, Berbagai Aspek Ekonomi Islam, (Yogyakarta : Tiara Wacana,

  1992), hlm 167 83 84 Ibid, hlm 170 Bank Syariah Mandiri, Profil Bank Syariah Mandiri,diakses 01 April 2014 pembiayaan warung mikro adalah akad murabahah al-wakalah. Implikasi dari akad murabahah mengharuskan adanya penjual, pembeli dan barang yang dijual.

  Sebagaimana diketahui dalam skim murabahah fungsi bank adalah sebagai penjual barang untuk kepentingan nasabah dengan cara membeli barang yang dibutuhkan nasabah dan kemudian menjualnya kembali kepada nasabah dengan harga jual yang setara dengan harga beli ditambah keuntungan bank dan bank harus memberitahukan secara jujur harga pokok barang berikut biaya yang diperlukan dan menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian barang kepada nasabah.

  Pada aplikasinya bank syariah menggunakan tambahan pelengkap akad al-

wakalah dengan memberikan kuasa kepada nasabah untuk membeli barang tersebut.

  Dengan adanya akad al-wakalah maka bank sepenuhnya menyerahkan dana tersebut kepada nasabah untuk membeli barang-barang yang dibutuhkan oleh nasabah.

  Walaupun bank telah menggunakan akad al-wakalah kepada nasabah, namun bank akan tetap melakukan pengawasan terhadap barangbarang yang dibeli oleh nasabah agar tidak keluar dari koridor yang ada dalam syariat Islam. Hal ini dilakukan untuk mencegah nasabah melakukan transaksi yang dilarang, misalnya menggunakan dana pembiayaan untuk membeli barang-barang yang termasuk barang haram.

  Adapun karakteristik pembiayaan warung mikro kepada nasabah dengan menggunakan akad murabahah al-wakalah, antara lain :

  1. Nasabah mengajukan permohonan pembiayaan mikro secara murabahah kepada bank. Jika bank setuju, maka akan diterbitkan offering letter kepada nasabah. Jika nasabah setuju pembelian barang dilakukannya sendiri secara

  al-wakalah atas nama bank, maka nasabah harus mengembalikan surat penawaran tersebut kepada bank.

  2. Harga yang ditetapkan oleh pihak penjual (bank syariah) tidak dipengaruhi oleh frekuensi waktu pembayaran. Jadi, harga yang ada hanyalah satu yaitu harga yang telah disepakati oleh bank syariah dan nasabah.

  3. Keuntungan dalam pembiayaan murabahah al-wakalah berbentuk margin penjualan yang sudah termasuk harga penjualan. Keuntungan tersebut sewajarnya dapat dinegosiasikan antara pihak bank dan nasabah.