Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan

(1)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STRATA I MEDAN

SKRIPSI

PENERAPAN PSAK No. 102 TENTANG PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI CABANG MEDAN

Disusun Oleh :

ASMAHANI MUKHTAR GHAFFAR 030503077

AKUNTANSI S-1

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

ABSTRAK ... ... vi

ABSTRACK ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Perumusan Masalah ………... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……….. 6

D. Kerangka Konseptual ………. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Bank Syariah ……… 9

1. Pengertian Bank dan Bank Syariah ………. 9

2. Fungsi Bank Syariah ……… 11

3. Ciri-ciri Bank Syariah ……….. 11

B. Pembiayaan ……… 14

1. Pengertian Pembiayaan ……… 14

2. Tujuan Pembiayaan ... 15


(3)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

C. Murabahah ……….. 17

D. Pembiayaan Murabahah Menurut PSAK No.102 ……….. 18

E. Penelitian Terdahulu ………... 18

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ……… 22

B. Desain Penelitian ……… 23

C. Jenis Data ……… 23

D. Metode Pengumpulan Data ………. 23

E. Metode Peganalisaan Data ……….. 23

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan ………. 24

1. Sejarah Singkat Perusahaan ………... 25

2. Struktur Organisasi Perusahaan ……….... . 26

3. Job Description ……….. 26

4. Prinsip dan Aktivitas Bank Syariah Mandiri ………. 35

5. Penerapan Pembiayaan Murabahah ……… 37

6. Prosedur Pembiayaan Murabahah ……….. 39

B. Analisis dan Evaluasi 1. Penerapan Pembiayaan Murabahah Menurut PSAK No. 102 …….. 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……… 52

B. Saran ……….. 53


(4)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

LAMPIRAN

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul:”Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan” adalah benar hasil karya saya sendiri. Dan judul tersebut belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi Program S-I Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar dan apa adanya. Dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan Universitas Sumatera Utara.

Medan, 6 Juni 2009

Asmahani Mukhtar Ghaffar Nim: 030503077


(5)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirabbil`alamin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala hidayah dan rahmat-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beriring salam senantiasa berlimpah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan orang-orang beriman yang mengikuti sunnahnya.

Skripsi ini berjudul, “ Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan”. Diajukan sebagai tugas akhir untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Penulis sangat menyadari, bahwa dalam penyelesaian skripsi ini mengalami banyak hambatan dan kendala, namun dengan kerja keras dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada mereka yang telah berpartisipasi dalam penyelesaian skripsi ini:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Fahmi Natigor Nst, M.Acc, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Zainul Bahri Torong M.Si, Ak selaku Pembimbing yang telah membimbing penulis, arahan dan waktu bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak Drs. Hotmal Jafar, MM, Ak dan Ibu Risanty, SE, M. Si, Ak selaku

Pembanding/ Penguji bagi Penulis.

5. Bapak Drs. Zainal A.T. Silangit selaku Dosen Wali Penulis.

6. Almarhumah Ibunda tercinta Hj. Hafsah Hawar, Apak tersayang Drs. H. Mukhtar Ghaffar Dan Ibunda Hj. Manna Wassalwa atas segala do`a, cinta, kasih sayang dan motivasi yang telah dicurahkan kepada penulis. Semoga Allah SWT senantiasa menaungi hidup kita.

7. Ayah Mertua penulis, Syekh Abdurrahman Rajagukguk, Almarhumah Inang Syarifah Herlina Togatorop dan Inang Syarifah Syarah Siregar.


(6)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

8. Suami penulis Ahmad Sabban Rajagukguk, MA. Putri tersayang Arga Shafiyyah Ahmad AlBataky Rajagukguk dan Putra tersayang Arga Mulla Shadra AlBataky Rajagukguk.

9. Kakak-kakak yang sangat penulis sayangi, Dra. Hj. Maysarah MG, Dra. Hj. Nashrillah MG, MA, Dra. Hj. Nurkhalishah MG, MA, Dra. Khadijah MG, Dra. AlRaihanah MG, Fathimah Zam-Zam MG, SpdI dan Ummi Kamilah MG, MA.

Abang-abang tersayang, M. Faham MG, H. M. Syukri, MA, M. Ihsan A,Ma.

Abang ipar penulis, H. Ali Amran Zakaria Lc, Drs. H. Darmansyah MA, Drs. H. Syahniman, Drs. Masdiono, Ismail Umar Nst, Iskandar Muda Nst.

Kakak ipar penulis, Layla Hafni, Nurul Hasanah dan Lindawati, SPd. Keponakan penulis semuanya khususnya Afifah dan Zaky.

10. Sahabat penulis Fitri Hayati, SE, Nurlatifah Hanum, Spd. I, Mawadda Fitriana SPd. 11. Abang ipar penulis, Bang Ali, Bang Ajar, Bang Syafiin, Bang Adam, Bang Ugan dan

Pak Toba.

Eda mak sandi dan Eda Siti Rahimi.

Kak Khairiyah, Kakak Br. Panjaitan, Mba’ Ummi Hanun dan Mama Toba. Keponakan semuanya.

12.Dosen-dosen, staf dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 13.Pimpinan, staf dan karyawan PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan hidayah dan Ridho-Nya kepada kita dan menjadikan kita termasuk dalam hamba-hambanya yang bersyukur.

Medan, 3 Juni 2009 Penulis

( Asmahani Mukhtar Ghaffar) Nim: 030503077


(7)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

ABSTRAK

Asmahani Mukhtar Ghaffar, 2009. Penerapan PSAK No. 102 Tentang

Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan. Ketua

Jurusan; Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak. Dosen Pembimbing; Drs. Zainul Bahri Torong M.Si, Ak. Dosen Penguji; Drs. Hotmal Jafar, MM, Ak dan Risanty, SE, M. Si, Ak.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pembiayaan murabahah yang diterapkan oleh PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan dan apakah penerapannya telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 102.

Jenis Penelitian ini adalah deskriptif. Maka penelitian ini dimaksudkan untuk menggambarkan dan mendeskripsikan suatu keadaan secara terperinci. Dalam hal ini penelitian dimaksudkan untuk mendeskripsikan bagaimana penerapan pembiayaan murabahah.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan pembiayaan murabahah yang diterapkan oleh PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 102.


(8)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

ABSTRACT

Asmahani Mukhtar Ghaffar, 2009. Penerapan PSAK No. 102 Tentang

Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan. Ketua

Jurusan; Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak. Dosen Pembimbing; Drs. Zainul Bahri Torong M.Si, Ak. Dosen Penguji; Drs. Hotmal Jafar, MM, Ak dan Risanty, SE, M. Si, Ak.

This study aims to know the implementation of murabahah financing in PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan and the conformity of its implementation to PSAK No. 102. This study is a descriptive research. In order to describe and indication a condition in details specified. In this research, the study purposes to describe about the implementation of murabahah financing.

The result shows that the implementation of murabahah financing in PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan is conform to PSAK No. 102.


(9)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

DAFTAR LAMPIRAN


(10)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu faktor penting dalam pembangunan suatu negara adalah adanya dukungan dari sistem keuangan yang sehat dan stabil, demikian pula dengan negara Indonesia. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri dari tiga unsur, yakni sistem moneter, sistem perbankan dan sistem lembaga keuangan bukan bank.

Perkembangan perekonomian yang semakin kompleks tentunya membutuhkan ketersediaan dan peran serta lembaga keuangan. Kebijakan moneter dan perbankan merupakan bagian dari kebijakan ekonomi yang diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan. Oleh sebab itu peranan perbankan dalam suatu negara sangat penting. Tidak ada satu negarapun yang hidup tanpa memanfaatkan lembaga keuangan. Lembaga keuangan menjadi sangat penting dalam memenuhi kebutuhan dana bagi pihak defisit dana dalam rangka untuk mengembangkan dan memperluas suatu usaha atau bisnis. Lembaga keuangan sebagai lembaga intermediasi berfungsi memperlancar mobilisasi dana dari pihak surplus dana ke pihak defisit dana.

Pada saat ini terdapat dua jenis lembaga keuangan yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank. Lembaga keuangan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak, sedangkan lembaga keuangan bukan bank


(11)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

adalah lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat melalui penjualan surat-surat berharga. Bentuk dari lembaga keuangan bukan bank ini adalah : modal ventura, anjak piutang, dana pensiun, dan pegadaian.

Lembaga keuangan perbankan merupakan lembaga keuangan yang bertugas menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali ke masyarakat guna memenuhi kebutuhan dana bagi pihak yang membutuhkan, baik untuk kegiatan produktif maupun konsumtif. Lembaga perbankan di Indonesia telah terbagi menjadi dua jenis yaitu, bank yang bersifat konvensional dan bank yang bersifat syariah. Bank yang bersifat konvensional adalah bank yang dalam pelaksanaan operasionalnya menjalankan sistem bunga (interest fee), sedangkan bank yang bersifat syariah adalah bank yang dalam pelaksanaan operasionalnya menggunakan prinsip-prinsip syariah Islam. Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah (UU, No:1998).

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia diawali dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia pada 1 November 1991. Pada mulanya perbankan syariah belum mendapat perhatian yang optimal dari pemerintah, hal ini terlihat pada Undang-Undang No 7 tahun 1992 yang belum menjelaskan adanya landasan hukum operasional perbankan syariah. Namun, setelah adanya undang-undang baru yaitu Undang-Undang No 10 tahun 1998 maka bank syariah telah memiliki landasan hukum yang lebih kuat serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan oleh bank syariah. Undang-undang tersebut juga memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang syariah ataupun mengkonversi secara total menjadi bank syariah. Dengan diakuinya dua


(12)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

sistem perbankan yaitu perbankan sistem bagi hasil dan sistem konvensional, maka bank syariah semakin berkembang dan mulai dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat di Indonesia.

Bank yang berdasarkan prinsip syariah seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu lembaga intermediasi (intermediary institution), yaitu mengerahkan dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan. Pembiayaan merupakan salah satu kegiatan utama dan menjadi sumber utama pendapatan bagi bank syariah.

Bentuk pembiayaan perbankan berdasarkan prinsip syariah antara lain adalah: berdasarkan prinsip jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati (Murabahah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan modal 100% sedangkan pihak lain menjadi pengelola (mudharabah), pembelian barang yang diserahkan dikemudian hari sementara pembayarannya dilakukan di muka (salam), pembelian barang yang dilakukan dengan kontrak penjualan yang disepakati (istishna’), pemindahan hak guna atas barang dan jasa tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan (ijarah), jaminan yang diberikan oleh bank kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua (kafalah), pengalihan hutang (hawalah), dan pemberian harta kepada orang lain agar dapat ditagih dan diminta kembali (qardh) (Antonio:1999).

Salah satu produk unggulan pembiayaan perbankan syariah adalah produk pembiayaan murabahah. Pembiayaan ini adalah pembiayaan yang mengambil keuntungan yang diperoleh dari selisih dari harga beli dengan harga jual. Murabahah


(13)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

hakikatnya jual beli, dimana masing-masing yang terlibat dalam transaksi jual beli membuat suatu kesepakatan yang kemudian kesepakatan ini dalam istilah perbankan syariah dituangkan dalam nota akad. Implikasi dan aplikasi murabahah dalam perbankan syariah dapat dikategorikan kepada pembiayan konsumtif dan pembiayaan produktif. Pembiayaan konsumtif merupakan pembiayaan untuk keperluan konsumsi nasabah, antara lain ; pembelian rumah, motor dan keperluan konsumsi keseharian lainnya. Sedangkan untuk pembiayaan produktif adalah pembiayaan yang terkait dengan modal kerja dan investasi.

Dalam menjalankan prinsip syariahnya, bank syariah juga harus menjunjung nilai-nilai keadilan, amanah, kemitraan, transparansi dan saling menguntungkan baik bagi bank maupun bagi nasabah yang merupakan pilar dalam melakukan aktivitas muamalah. Oleh karena itu, produk layanan perbankan harus disediakan untuk mampu memberikan nilai tambah dalam meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi masyarakat yang berlandaskan pada nilai-nilai Islam.

Bank Syariah Mandiri mulai beroperasi pada hari Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999. Kelahiran Bank Syariah Mandiri merupakan usaha bersama dari para perintis bank syariah di Bank Susila Bakti dan manajemen Bank Mandiri yang memandang pentingnya kehadiran bank syariah dilingkungan Bank Mandiri. Bank Syariah Mandiri hadir sebagai bank yang mengkombinasikan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri sebagai solusi dan kiprah baru perbankan di Indonesia.

PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Medan merupakan salah satu bank syariah di Indonesia yang menjalankan konsep Murabahah berdasarkan PSAK NO. 102,


(14)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

yaitu akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli. Bank Syariah Mandiri memberikan bantuan pembiayaan dalam bentuk pembayaran secara kredit/cicilan dan mempunyai beberapa sistem, prosedur dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon debitur.

PSAK No 102 merupakan sistem akuntansi yang melihat bagaimana proses pencatatan terhadap produk pembiayaan yang memakai sistem jual beli dari proses transaksi antara pihak – pihak yang terkait menjadi sistem akuntansi yang dipakai dilembaga perbankan syariah. Sejalan dengan hal tersebut, sistem jual beli dalam produk pembiayaan pada PT Bank Syariah Mandiri khususnya di Cabang Medan adalah permbiayaan murabahah. Bahkan berdasarkan wawancara dengan marketing PT Bank Syariah Mandiri Cabang Medan dan hasil penjabaran dari laporan keuangan bank tersebut, ditemukan bahwa produk pembiayaan yang paling dominan dipakai oleh nasabah adalah pembiayaan murabahah. Bahkan pembiayaan murabahah ini mencapai 70 % dari keseluruhan produk pembiayaan yang dinikmati oleh nasabah PT Bank Syariah Mandiri Cabang Medan. Dengan demikian, perlu kiranya dilakukan riset dan penelitian untuk melihat bagaimana sistem penerapan PSAK No 102 terhadap pembiayaan murabahah di lembaga tersebut. Inilah kemudian yang menjadi signifikansi dari penelitian ini dilakukan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa perlu dan sangat tertarik untuk meneliti penerapan pembiayaan murabahah pada bank syariah. Dalam hal ini penulis memilih judul: “Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada


(15)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah: Apakah penerapan pembiayaan murabahah pada Bank Syariah Mandiri Cabang Medan telah sesuai dengan PSAK No. 102?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui kesesuaian penerapan pembiayaan Murabahah pada Bank Syariah Mandiri Cabang Medan dengan PSAK No. 102.

Manfaat Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, antara lain:

1. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan mengembangkan pengetahuan mengenai penerapan pembiayaan, khususnya pembiayaan Murabahah.

2. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi Bank Syariah Mandiri Cabang Medan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, dan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan pada masa yang akan datang.


(16)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak lain yaitu dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

D. Kerangka Konseptual

Keterangan:

PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan menerapkan Pembiayaan Murabahah. PT. Bank Syariah Mandiri

Cabang Medan

Penerapan Pembiayaan Murabahah


(17)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

Penerapan Murabahah diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 102.


(18)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Bank Syariah

1. Pengertian Bank dan Bank Syariah

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan pengertian bank adalah sebagai berikut: “Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermeditary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran”.

Pengertian perbankan menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan UU No. 7 tahun 1992 adalah “ Badan Usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Sedangkan bank syariah menurut PP No. 72 tahun 1992 adalah bank yang sistem operasinya berdasarkan prisip-prinsip syariah.

Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah (Sudarsono: 2003). Sedangkan Muhammad (2005:1) menyatakan bahwa bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prisip syariat islam.


(19)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

Dari pengertian bank dan bank syariah tersebut, dapat disimpulkan bahwa bank syariah adalah lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam yaitu berlandaskan Al-Qur’an dan Hadist. Bank syariah didirikan bertujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan prinsip-prinsip Islam, syariah dan tradisinya ke dalam transaksi keuangan, perbankan, dan bisnis-bisnis lainnya yang berkaitan dengan keuangan.

Arifin (2003:12) menyatakan prinsip-prinsip utama yang dianut oleh bank-bank Islam meliputi:

1. Larangan riba

2. Melakukan kegiatan usaha dan aktivitas perdagangan yang berbasis pada perolehan keuntungan yang sah

3. Memberikan zakat

Sistem keuangan dan perbankan Islam merupakan bagian dari konsep ekonomi Islam yang luas. Menurut Metwalli seperti dikutip Arifin (2003: 13), prinsip-prinsip ekonomi Islam secara garis besar terdiri dari:

1. Dalam ekonomi Islam, berbagai jenis sumber daya dipandang sebagai pemberian dan titipan dari Tuhan kepada manusia, maka harus dimanfaatkan seefektif dan seefisien mungkin untuk memenuhi kebutuhan bersama.

2. Islam mengakui kepemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu. Batasan-batasan itu adalah kepentingan masyarakat dan penolakan setiap usaha yang menghancurkan masyarakat.

3. Kekuatan penggerak utama ekonomi Islam adalah kerjasama.

4. Pemilikan kekayaan pribadi harus berperan sebagai kapital produktif yang akan meningkatkan bedsaran pokok nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

5. Islam menjamin kepemilikan masyarakat dan penggunaannya yang direncanakan untuk kepentingan orang banyak.

6. Seorang muslim harus takut kepada ALLAH dan hari akhirat, seperti yang diuraikan dalam Al-Qur’an: “Dan takutlah pada hari sewaktu kamu dikembalikan


(20)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

kepada ALLAH dan masing-masing diberikan balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dilakukannya. Dan mereka tidak teraniaya…” (Q. S. 2: 281). 7. Seorang muslim yang kekayaannya melebihi ukuran tertentu (nisab) diwajibkan

membayar zakat.

8. Islam melarang pembayaran bunga atas berbagai bentuk pinjaman.

2. Fungsi Bank Syariah

Apabila selama ini dikenal fungsi bank konvensional adalah sebagai intermediary antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana berfungsi menjalankan jasa keuangan, maka bank Syariah selain menjalankan fungsi jasa keuangan juga mempunyai fungsi yang berbeda dengan bank konvensional. Fungsi bank Syariah menurut Harahap (2005: 5) adalah:

a. Manajer Investasi

Fungsi bank Syariah yang sangat penting adalah sebagai manajer investasi, maksudnya adalah bahwa bank Syariah merupakan manajer investasi dari pemilik dana yang dihimpun, karena besar kecilnya pendapatan (bagi hasil) yang diterima oleh pemilik dana yang dihimpun sangat tergantung pada keahlian, kehati-hatian, dan profesionalisme dari bank Syariah.

b. Investor

Bank Syariah menginvestasikan dananya yang disimpan pada bank tersebut (dana milik bank maupun dana rekening investasi) dengan jenis dan pola investasi yang sesuai dengan prinsip Syariah.

c. Sosial

Konsep perbankan Islam mengharuskan bank-bank Syariah memberikan pelayanan sosial, baik melalui qordul hasan (pinjaman kebajikan) atau zakat dan dana sumbangan sesuai dengan prinsip yang ada dalam agama Islam.

3. Ciri-ciri Bank Syariah

Dalam beberapa hal bank Syariah memiliki persamaan dengan bank konvensional, seperti dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer yang digunakan, namun banyak perbedaan yang mendasar antara bank Syariah dan bank konvensional. Menurut Antonio (2001: 29) perbedaaan itu dalam hal:


(21)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

Dalam bank Syariah akad yang dilakukan memiliki konsekwensi duniawi dan ukhrowi, karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum Islam. Sering kali nasabah berani melanggar kesepakatan / perjanjian yang telah dilakukan bila hukum itu hanya berdasarkan hukum positif belaka, tapi tidak demikian bila perjanjian tersebut memiliki pertanggungjawaban hingga yaumil qiyamah nanti. 2. Lembaga penyelesaian sengketa

Berbeda dengan perbankan konvensional, jika pada perbankan Syariah terdapat perbedaan atau perselisihan antara bank dan nasabahnya, kedua belah pihak tidak menyelesaikannya di Pengadilan Negeri, tetapi menyelesaikannya sesuai tata cara dan hukum materi Syariah. Lembaga yang mengatur hukum materi dan atau berdasarkan prinsip Syariah di Indonesia dikenal dengan nama Badan Arbitrase Mu’amalah Indonesia (BAMUI) yang didirikan secara bersama oleh Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia.

3. Struktur orginisasi

Bank Syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank konvensional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi. Tapi, unsur yang amat membedakan bank Syariah dengan bank konvensional adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis Syariah.

Dewan Pengawas Syariah biasanya diletakkan pada posisi setingkat Dewan Komisaris pada setiap bank. Hal ini untuk menjamin efektifitas dari setiap opini yang diberikan oleh Dewan Pengawas Syariah.

4. Bisnis dan usaha yang dibiayai

Bisnis yang dibiayai oleh bank Syariah tidak akan mungkin mengandung usaha hal-hal yang haram.

5. Lingkungan kerja

Sebuah bank Syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang sejalan dengan syariah. Dalam hal etika, misalnya, sifat amanah dan shiddiq harus melandasi setiap karyawan sehingga tercipta profesionalisme yang berdasarkan Islam. Demkian pula reward and punishment, diperlukan prinsip keadilan yang sesuai dengan Syariah. Selain itu juga cara berpakaian dan tingkah laku karyawan merupakan cerminan dari lembaga keuangan Islam.

Selain dari kelima perbedaan tersebut, prinsip dan mekanisme penghitungan keuangan (bagi hasil) pada bank Syariah juga berbeda dengan bank konvensional (Antonio, 1999: 264).

a. Perbandingan pertama

Pada bank Syariah bagi hasil yang diperboleh deposan bergantung pada: pendapatan bank, nisbah bagi hasil antara nasabah dan bank, nominal deposito nasabah, rata-rata saldo deposito untuk jangka waktu tertentu yang ada pada bank, jangka waktu deposito karena berpengaruh pada lamanya investasi. Pada bank


(22)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

konvensional, besar kecilnya bunga yang diperoleh deposan tergantung kepada : tingkat bunga yang berlaku, nominal deposito, jangka waktu deposito.

b. Perbandingan kedua

Bank Syariah memberikan keuntungan kepada deposan dengan pendekatan Loan to Deposit (LDR), yaitu mempertimbangkan rasio antara dana pihak ketiga dengan pembiayaan yang dilakukan. Dalam perbankan Syariah LDR bukan saja mencerminkan keseimbangan tetapi juga keadilan, karena bank benar-benar membagikan hasil riil dari dunia usaha (loan) kepada penabung.

Pada bank konvensional, semua bunga yang diberikan kepada deposan menjadi beban biaya langsung tanpa memperhitungkan berapa pendapatan yang dapat dihasilkan dari dana yang dihimpun. Konsekuensinya, bank harus menambahi bila bunga dari peminjam ternyata lebih kecil dibandingkan dengan kewajiban bunga kepada deposan. Hal ini terkenal dengan istilah negative spread atau keuntungan negatif alias rugi.

Tabel 1

Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional

No Bank Syariah Bank Konvensional

1 Melakukan investasi yang halal saja Melakukan investasi baik yang halal maupun yang haram

2 Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli,

atau sewa Memakai perangkat bunga

3 Profit dan faalah oriented Profit oriented

4 Hubungan dengan nasabah dalam

bentuk hubungan kemitraan

Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan debitur-kreditur 5 penghimpunan dan penyaluran dana Tidak terdapat dewan sejenis


(23)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah

6

Besarnya bagi hasil yang diperoleh deposan tergantung pada pendapatan bank, nisbah bagi hasil, nominal deposito, rata-rata saldo deposito untuk jangka waktu tertentu, jangka waktu deposito

Besarnya bunga yang diperoleh deposan tergantung pada tingkat bunga, nominal deposito, jangka waktu deposito

Sumber: Antonio (2001: 34)

B. Pembiayaan

1. Pengertian Pembiayaan

Kegiatan utama dari sebuah bank adalah menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro, tabungan, deposito dan kemudian menyalurkannya kembali ke masyarakat yang membutuhkan dana. Penyaluran dana tersebut dapat diwujudkan dalambentuk pinjaman, yang lebih dikenal dengan pembiayaan atau pembiayaan.

Menurut IAI (2007: 31 paragraf 11), pengertian pembiayaan dapat didefenisikan sebagai berikut: “Pembiayaan adalah peminjaman uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan”.

Pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga (Muhammad, 2005: 17).

2. Tujuan Pembiayaan

Tujuan pembiayaan merupakan bagian dari tujuan bank sebagai perusahaan, yaitu untuk memperoleh keuntungan bagi kesejahteraan serta keholdersnya. Oleh karena itu, tujuan pembiayaan harus mendukung visi, misi dan strategi usaha bank. Tujuan pembiayaan harus dirumuskan dengan jelas, realistis dan dapat diketahui oleh semua


(24)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

orang yang terlibat dalam organisasi agar mereka dapat berpartisipasi dengan penuh kesadaran (Arifin, 2003: 210).

Secara umum tujuan pembiayaan dibedakan menjadi dua kelompok (Muhammad, 2005: 18), yaitu:

1. Tujuan pembiayaan untuk tingkat makro

Secara makro tujuan pembiayaan adalah: untuk meningkatkan ekonomi masyarakat, tersedianya dana bagi peningkatan usaha, peningkatan produktivitas, membuka lapangan kerja baru, terjadinya distribusi pendapatan.

2. Tujuan pembiayaan untuk tingkat mikro

Secara mikro tujuan pembiayaan adalah: untuk memaksimalkan laba, meminimkan resiko, pendayagunaan sumber ekonomi, dan penyaluran kelebihan dana.

3. Jenis-jenis Pembiayaan

Menurut Antonio (2001:160) pembiayaan pada perbankan syariah dibagi berdasarkan sifat penggunaan menjadi:

a. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk meningkatkan usaha baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi.

Pembiayaan produktif dapat dilihat dari keperluannya, menjadi: 1. Pembiayaan modal kerja

Pembiayaan modal kerja yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan: a). Peningkatan produksi baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau hasil produksi.

b). Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility oplace dari suatu barang.

Unsur-unsur modal kerja terdiri atas komponen-komponen alat likuid (cash), piutang dagang (receivable), dan persediaan (inventory) yang umumnya terdiri atas persediaan bahan baku (raw material), persediaan barang dalam proses (work in process), dan persediaan barang jadi (finished good). Oleh karena itu pembiayaan modal kerja merupakan salah satu atau kombinasi dari pembiayaan likuiditas (cash financing), pembiayaan piutang (receivable financing) dan pembiayaan persediaan (inventory financing).

Bank syariah mempunyai mekanisme tersendiri untuk memenuhi kebutuhan pendanaan persediaan (inventory financing), yaitu antara lain dengan menggunakan prinsip jual beli (al-bai’). Adapun skema yang digunakan berdasarkan prinsip ini adalah: murabahah, istisna’, salam.


(25)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

Merupakan pembiayaan yang diberikan kepada nasabah untuk keperluan investasi, yaitu keperluan penambahan modal guna mengadakan rehabilitasi, perluasan usaha, ataupun pendirian proyek baru.

Ciri-ciri pembiayaan investasi adalah: a). Untuk pengadaan barang-barang modal

b). Mempunyai perencanaan alokasi dana yang matang dan terarah c). Pembiayaan berjangka waktu ,menengah dan panjang

pada umumnya pembiayaan investasi diberikan dalam jumlah besar dan pengendapan waktu yang lama. Untuk pembiyaan investasi ini, bank syariah menggunakan skema musyarokah mutanaqishah, yang dalam hal ini bank memberikan pembiayaan dengan prinsip penyertaan modal bersama dan secara bertahap bank melepaskan penyertaannya dan pemilik perusahaan akan mengambil alih, baik dengan menggunakan surplus cash flow maupun dengan menambah modal yang berasal dari setoran pemegang saham yang ada ataupun dengan mengundang pemegang saham yang baru.

Skema lain yang dapat digunakan adalah al-ijarah, al-muntahiah, bittamlik, yaitu menyewakan barang modal dengan opsi diakhiri dengan kepemilikan. Simber perusahaan untuk pembayaran sewa ini adalah amortisasi atas barang modal yang bersangkutan, surplus dan sumber-sumber lain yang dapat diperoleh perusahaan.

b. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebetuhan konsumsi yang akan habis digunakan untuk dipakai memenuhi kebutuhan.

Pembiayaan ini biasanya pemenuhan akan kebutuhan primer, yaitu kebutuhan yang berupa barang, baik itu makanan, minuman, pakaian dan tempat tinggal maupun jasa seperti pendidikan dasar dan pengobatan, sedangkan kebutuhan sekunder adalah kebutuhan tambahan yang secara kualitatif maupun kuantitatif lebih tinggi atau lebih mewah dari kebutuhan primer, baik berupa perhiasan, bangunan rumah, kendaraan, dan sebagainya, maupun jasa seperti pendidikan lebih tinggi, pelayanan kesehatan, pariwisata, liburan dan sebagainya.

C. Murabahah

Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli. Dalam bai’ al murabahah penjual harus memberi tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya (Antonio, 2001: 101). Sedangkan Karim (2004: 157) menyatakan bahwa murabahah berarti suatu penjelasan barang seharga barang tersebut ditambah keuntungan yang disepakati, yang


(26)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

merupakan salah satu bentuk natural certainty contracts, sebab dalam murabahah ditentukan jumlah keuntungan yang ingin diperoleh.

Pengertian murabahah menurut IAI (2007: Akuntansi Murabahah, paragraf 06) adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli. Dapat disimpulkan bahwa murabahah merupakan transaksi antara penjual dan pembeli yang biaya perolehan dan keuntungannya dinyatakan dalam transaksi tersebut.

Syarat murabahah (Antonio, 2003: 102), adalah:

a. Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah.

b. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan. c. Kontrak harus bebas dari riba.

d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian.

e. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.

Menurut Muhammad (2005: 121), sejumlah alasan yang digunakan untuk menjelaskan popularitas murabahah dalam operasi investasi perbankan Islam, yaitu:

1. Murabahah adalah suatu mekanisme jangka pendek dan dibandingkan dengan sistem Profit and Loss Sharing cukup memuadahkan.

2. Mark up dalam murabahah dapat ditetapkan sedemikian rupa sehingga memastikan bahwa bank dapat memperoleh keuntungan bank-bank berbasis bunga yang menjadi saingan bank-bank Islam.

3. Murabahah menjauhkan ketidakpastian yang ada pada pendapatan dari bisnis-bisnis Profit and Loss Sharing.

D. Pembiayaan Murabahah dalam PSAK No. 102

Dalam transaksi murabahah ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar transaksi yang dilakukan berjalan sesuai dengan syariah. Ketentuan-ketentuan tersebut dikeluarkan berdasarkan fatwa dari Dewan Pengawas Syariah (DSN) yang tertuang dalam PSAK No. 102, yaitu:

a. Asset murabahah


(27)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

Dalam murabahah berdasarkan pesanan, penjual melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari pembeli (PSAK 102: Akuntansi Murabahah, paragraph 06).

2. Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat pembeli untuk membeli barang yang dipesannya. Dalam murabahah pesanan mengikat pembeli tidak dapat membatalkan pesanannya. Jika aset murabahah yang telah dibeli oleh penjual mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli, maka penurunan nilai tersebut menjadi tanggungan penjual dan akan mengurangi nilai akad (PSAK 102: Akuntansi Murabahah, paragraph 07).

3. Pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya perolehan (PSAK 102: Akuntansi Murabahah, paragraph 18).

4. Jika terjadi penurunan nilai setelah perolehan untuk aktiva dalam murabahah pesanan mengikat, maka penurunan nilai tersebut diakui sebagai beban dan mengurangi nilai aset (PSAK 102: Akuntansi Murabahah, paragraph 19). 5. Jika terjadi penurunan nilai setelah perolehan untuk aktiva dalam murabahah

pesanan tidak mengikat, maka aktiva murabahah dinilai berdasarkan biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi mana yang lebih rendah. (PSAK 59: Akuntansi Murabahah, paragraph 19).

b. Pembayaran murabahah

1. Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau tangguh.

Pembayaran tangguh adalah pembayaran yang dilakukan tidak pada saat barang diserahkan kepada pembeli, tetapi pembayaran dilakukan secara


(28)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

angsuran atau sekaligus pada waktu tertentu. (PSAK 102: Akuntansi Murabahah, paragraph 08).

2. Harga yang disepakati dalam murabahah adalah harga jual, sedangkan biaya perolehan harus diberitahukan. Jika penjual mendapatkan diskon sebelum akad murabahah, maka diskon itu merupakan hak pembeli. (PSAK 102: Akuntansi Murabahah, paragraph 10).

c. Uang Muka

Penjual dapat meminta uang muka kepada pembeli sebagai bukti komitmen pembelian sebelum akad disepakati. Uang muka menjadi bagian pelunasan piutang murabahah, jika akad murabahah disepakati. Jika akad murabahah batal, maka uang muka dikembalikan kepada pembeli setelah dikurangi kerugian riil yang ditanggung oleh penjual. (PSAK 102: Akuntansi Murabahah, paragraf 14). d. Piutang Murabahah dan Keuntungan Murabahah

1. Pada saat akad murabahah, piutang murabahah diakui sebesar biaya perolehan aset murabahah ditambah keuntungan yang disepakati. (PSAK 102: Akuntansi Murabahah, paragraph 22).

2. Keuntungan murabahah diakui saat penyerahan aset murabahah.

3. Keuntungan diakui proporsional dengan besaran kas yang berhasil ditagih dari piutang murabahah.

4. Keuntungan diakui saat seluruh piutang murabahah berhasil ditagih. e. Potongan

1. Potongan pelunasan piutang murabahah yang diberikan kepada pembeli yang melunasi secara tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang disepakati diakui


(29)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

sebagai pengurang keuntungan murabahah. (PSAK 102: Akuntansi Murabahah, paragraf 26).

2. Potongan angsuran murabahah diakui sebagai berikut:

a). Jika disebabkan oleh pembeli yang membayar secara tepat waktu, maka diakui sebagai pengurang keuntungan murabahah.

b). Jika disebabkan oleh penurunan kemampuan pembayaran pembeli, maka diakui sebagai beban. (PSAK 102: Akuntansi Murabahah, paragraph 28). f. Denda

Denda dikenakan jika pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya sesuai dengan akad, dan denda yang diterima diakui sebagai bagian dana kebajikan. (PSAK 102: Akuntansi Murabahah, paragraph 29).

E. Penelitian Terdahulu

Hasri Maulina P, 2005. Analisis Penerapan Sistem Pembiayaan Murabahah Pada

PT BPR Syari’ah Gebu Prima Medan. Menyatakan bahwa penerapan sistem pembiayaan

transaksi murabahah serta pengakuan dan pengukuran pendapatan telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku umum di dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 59 dan 23.


(30)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan yang berlokasi di Jl. Ahmad Yani No. 100 Medan 20111. Penelitian dilakukan sejak maret 2009.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan penulis adalah metode deskriptif, dalam hal ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana penerapan pembiayaan Murabahah pada Bank Syariah Mandiri Cabang Medan.

C. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Data Primer

Data primer penelitian ini diperoleh melalui hasil wawancara. 2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber yng relevan dengan tujuan penelitian, misalnya: laporan keuangan perusahaan, sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi serta literature yang berhubungan dengan tujuan penelitian. D. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data penulis menggunakan beberapa teknik, yaitu: 1. Teknik dokumentasi


(31)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

2. Teknik wawancara

Teknik wawancara yaitu dengan mengadakan tanya jawab secara langsung dengan pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan pembiayaan Murabahah. 3. Teknik Kepustakaan

Teknik kepustakaan yaitu dengan membaca dan mempelajari teori-teori yang mendukung penelitian ini.

E. Metode Penganalisaan Data

Analisa data dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu suatu metode dengan mengumpulkan data, disusun, diinterprestasikan dan dianalisa sehingga memberikan gambaran yang sebenarnya tentang pembiayaan murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan.


(32)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat Perusahaan

Kehadiran PT. Bank Syari’ah Mandiri sesungguhnya hanyalah suatu hikmah dari sekian banyak hikmah yang kita peroleh akibat adanya krisis yang menerpa negeri ini. Sebagaimana kita ketahui krisis politik nasional telah membawa dampak besar yang bersifat multi dimensional. Imbasnya tidak hanya pada sektor ekonomi dan politik, namun merembet ke sektor sosial bahkan budaya.

Dari sektor ekonomi kerusakan yang terjdai sungguh luar biasa. Peranan Indonesia yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami kesulitan yang sangat parah. Keadaan tersebut menyebabkan pemerintah Indonesia terpaksa mengambil tindakan untuk merestruksi dan merekapitulasi bank-bank di Indonesia.

Lahirnya Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan pada bulan November 1998 yang merupakan penyempurnaan dari Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan telah memberikan peluang yang sangat baik bagi tumbuhnya bank-bank syari’ah di Indonesia. Undang-undang tersebut memungkinkan bank beroperasi sepenuhnya secara syari’ah atau dengan membuka cabang khusus syari’ah. Inilah awal dari satu masa dunia perbankan yang kita sebut dual banking sistem.

Langkah awal dengan merubah anggaran dasar tentang nama PT. Bank Susila Bakti menjadi Bank Syariah Sakinah berdasarkan akte notaries Ny. Machrani M.S SH, No. 29 pada tanggal 19 Mei 1999 dilanjutkan dengan nama PT Bank Syariah Mandiri


(33)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

seperti tercantum dalam akte notaries Sutjipto, SH No. 23 pada tanggal 8 September 1999. Kemudian bank Indonesia dengan skep No. 1/2/KEP.GBI/1999 tanggal 25 Oktober 1999 telah menyetujui perubahan tentang kegiatan usaha dari bank dengan prinsip konvensional menjadi bank dengan prinsip syari’ah, terhitung mulai tanggal 1 November 1999.

Ketika tengah berproses menjadi bank syariah terjadilah merger 4 bank yaitu Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim dan Bapindo ke dalam Bank Mandiri. BSB pun memperoleh pemilik baru yakni PT. Bank Mandiri. Rencana perubahan BSB menjadi Bank Syariah ( dengan nama Bank Syariah Sakinah) diambil oleh pemilik baru karena kebetulan Bank Mandiri telah berencana membuka unit syariah. Senin tanggal 27 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999 merupakan hari pertama beroperasinya Bank Syariah Mandiri. Kelahiran PT. Bank Syariah Mandiri merupakan buah usaha bersama dari para perintis bank syariah di Bank Susila Bakti dan manajemen bank mandiri yang memandang pentingnya kehadiran bank syariah di lingkungan Bank Mandiri. PT Bank Syariah Mandiri hadir sebagai bank yang mengkombinasikan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani yang melandasi operasinya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan PT. Bank Syariah Mandiri sebagai solusi dan kiprah baru perbankan di Indonesia.

2. Struktur Organisasi

Struktur organisasi menggambarkan pembagian kerja, wewenang antara orang-orang atau unit-unit dalam organisasi. Struktur organisasi merupakan salah satu faktor


(34)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

yang turut mempengaruhi tingkat keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan..

3. Deskripsi Jabatan (Job Description)

a. Kepala Cabang

1) Mengelola operasional cabang berdasarkan sistem syariah secara efektif dan efisien untuk tercapainya target operasional yang meliputi penghimpunan dana, penyaluran pembiayaan, jasa-jasa, hasil usaha, dan kualitas aktiva produktif.

2) Pemberian pembiayaan yang aman, sesuai dengan kebutuhan nasabah dan menghasilkan.

3) Pelayanan yang prima kepada nasabah (customer satisfaction).

4) Terlaksananya pertumbuhan operasional cabang yang wajar dan sehat.

5) Menjamin bahwa seluruh traksaksi telah diadministrasikan dan dibukukan sesuai ketentuan yang berlaku.

6) Mewakili Direksi untuk tugas-tugas yang berhubungan dengan kegiatan cabang. 7) Menandatangani surat-surat yang dikeluarkan atas nama cabang.

8) Bersama-sama anggota komite lainnya memutuskan pembiayaan sesuai dengan kewenangannya.

9) Melakukan evaluasi berkala terhadap kualitas dan kuatintas sumber daya yang tersedia guna menetapkan langkah-langkah/strategi yang akan dilakukan.

10)Melakukan penelitian pegawai, mengusulkan kenaikan gaji/pangkat, promosi jabatan, penghargaan/hukuman pegawai cabang sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.


(35)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

11)Memastikan bahwa prinsip kepatuhan telah dilaksanakan oleh seluruh jajaran cabang.

12)Mengkoordinir pembuatan Rencana Kerja (RKAP) tahunan cabang.

b. Manajer Pemasaran

1) Membantu pimpinan cabang dalam mengelola dan melaksanakan operasional cabang di bidang pemasaran berdasarkan sistem syariah dan ketentuan yang berlaku secara efektif dan efesien untuk tercapainya terlaksananya kegiatan pemasaran produk dan jasa-jasa bank kepada masyarakat di wilayah kerjanya. 2) Terlaksananya pemberian pembiayaan yang aman dan sesuai kebutuhan nasabah. 3) Mengelola secara optimal sumber daya bidang pemasaran agar dapat mendukung

kelancaran operasional cabang.

4) Membuat Rencana Kerja (RKAP) tahunan bidang pendanaan, pembiayaan, jasa-jasa dan hasil usaha.

5) Melakukan review atas proses pemberian pembiayaan dengan penekanan kepada upaya antisipasi risiko pembiayaan.

6) Bersama-sama dengan anggota komite pembiayaan lainnya memutuskan pembiayaan sesuai dengan batas wewenangnya.

7) Meyakini bahwa kelengkapan dokumen sebagai prasyarat/syarat pencarian fasilitas pembiayaan telah dipenuhi nasabah.

8) Mengkoordinir penagihan kewajiban nasabah yang telah jatuh tempo/menunggak. 9) Melakukan pembinaan terhadap nasabah maupun investor.


(36)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

10)Melakukan evaluasi berkala terhadap kecukupan kualitas dan kuantitas sumber daya bidang pemasaran guna menetapkan strategi yang akan dilakukan.

11)Mewakili kepala cabang untuk tugas-tugas yang berhubungan dengan kegiatan cabang.

c. Manajer Operasi

1) Membantu pimpinan cabang dalam mengelola dan melaksanakan operasional cabang secara efektif dan efesien di bidang operasi berdasarkan sistem syariah dan ketentuan yang berlaku untuk tercapainya target operasional cabang yang meliputi penghimpunan dana , penyaluran pembiayaan, jasa-jasa, hasil usaha, dan kualitas aktiva produktif.

2) Kelancaran pelayanan kepada nasabah maupun investor.

3) Melaksanakan operasional administrasi / akuntansi secara benar.

4) Melaksanakan ketepatan dalam pelaporan baik kepada kantor pusat maupun pihak ekstern.

5) Mengelola secara optimal sumber daya operasi agar dapat mendukung kelancaran operasional cabang.

6) Membuat rencana dan sasaran kerja tahunan cabang di bidang operasi.

7) Memberikan rekomendasi disetujui/ditundanya pencairan pembiayaan

berdasarkan hasil pengecekan persyaratan pembiayaan yang telah dilakukan. 8) Mengkoordinir dan memastikan terselenggaranya filling dokumen pembiayaan

(legal file) secara tertib dan aman.


(37)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

10)Mengkoordinir pelaksanaan administrasi pembiayaan dan pelaporannya.

11)Melakukan pengecekan pemenuhan prasyarat/syarat pembiayaan berdasarkan surat penegasan persetujuan (SP3) dan akad pembiayaan.

12)Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala cabang.

13)Pelaporan ke kantor ppusat dan Bank Indonesia telah dilakukan dengan benar dan tepat waktu

d. Marketing Officer

1) Terlaksananya kegiatan pemasaran produk dan jasa-jasa bank kepada masyarakat di wilayah kerjanya.

2) Tercapainya pelayanan yang prima kepada nasabah maupun investor.

3) Membantu manajer pemasaran dalam menetapkan Rencana Kerja (RKAP) tahunan bidang pemasaran baik pembiayaan, pendanaan, maupun jasa-jasa bank. 4) Melaksanakan strategi pemasaran produk guna mencapai volume / sasaran yang

telah ditetapkan.

5) Melayani permohonan pembiayaan nasabah.

6) Memberikan informasi kepada nasabah mengenai persyaratan pembiayaan yang harus dipenuhi sehubungan dengan permohonan pembiayaan nasabah.

7) Menerima dan memeriksa kebenaran dan kelengkapan berkas permohonan pembiayaan nasabah.

8) Melakukan investigasi melalui wawancara, bank checking, pemeriksaan setempat, trade dan market checking.


(38)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

10)Melakukan pengawasan dan membina nasabah sehubungan dengan fasilitas pembiayaan yang sedang dinikmati.

11)Melaksanakan penagihan rutin atas kewajiban nasabah yang jatuh tempo. 12)Melaksanakan pekerjaan-pekerjaan lain yang ditugaskan atasan.

13)Terselenggaranya pengawasan dan pembinaan nasabah sehubungan dengan fasilitas yang diberikan cabang.

14)Membuat Nota Analisa Pembiayaan

15)Mempersiapkan dokumen pembiayaan yang telah diputuskan antara lain membuat Surat Penegasan Persetujuan Pembiayaan (SP-3), akad pembiayaan, surat sanggup, menyiapkan dokumen untuk pengikatan jaminan melalui notaries, melaksanakan penutupan asuransi yang dipersyaratkan dalam persetujuan akad pembiayaan.

16)Melakukan monitoring atas nama berlakunya legalitas usaha nasabah, asuransi dan hak atas jaminan yang diterima (jika berbentuk HGB, HGU, Hak Pakai). e. Pelaksana Personalia

1) Terpenuhinya kebutuhan pegawai sesuai kondisi cabang.

2) Terlaksananya pengembangan karir pegawai sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan pegawai yang bersangkutan.

3) Menatusahakan dan membayar gaji dan uang lembur pegawai.

4) Mensosialisasikan peraturan perusahaan dan ketentuan-ketentuan bidang ketenagakerjaan kepada seluruh pegawai.

5) Membuat rencana pendidikan pegawai dan memastikan bahwa rencana tersebut sesuai dengan keperluan atasan.


(39)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

6) Mengimplementasikan corporate culture Bank Syariah Mandiri secara optimal. 7) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan.

f. Pengawasan Intern dan Kepatuhan

1) Dipatuhinya Peraturan Bank Indonesia, perjanjian dan komitmen dengan nasabah, peraturan perundang-undangan lain yang berlaku dan juga peraturan/kebijakan intern oleh Cabang Bank Syariah Mandiri.

2) Memastikan kebijakan intern, prosedur operasional atau peraturan lainnya telah tersedia di cabang.

3) Memastikan bahwa kebijakan/ketentuan kantor pusat telah disosialisasikan. 4) Memastikan kebenaran posting transaksi terhadap as 400.

5) Memastikan kebenaran pelaksanaan operasional telah sesuai dengan pedoman operasional bank, surat edaran, atau ketentuan lainnya baik dari kantor pusat maupun pihak ekstern (BI atau pihak ketiga lainnya).

6) Memastikan bahwa proses pembiayaan telah sesuai dengan kebijakan/ketentuan intern bank.

7) Memastikan kebenaran administrasi pembiayaan yang diberikan.

8) Memastikan bahwa fisik jaminan telah dikuasai oleh bank dengan aman dan sesuai dengan nilai dan lokasinya.

9) Memastikan bahwa hak pegawai telah dipenuhi sesuai ketentuan.

10)Memastikan pengelolaan arsip cabang telah berjalan sesuai dengan ketentuan. 11)Menyimpan, membuat daftar file, dan bertanggung jawab atas bukti/file

pembukuan yang telah dilakukan pemeriksaan. 12)Terealisasinya kegiatan kerja cabang secara baik.


(40)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

g. Administrasi Pembiayaan

1) Terselenggaranya monitoring pembiayaan dengan tertib.

2) Terselenggaranya penyimpangan legal dokumen pembiayaan dengan tertib dan aman.

3) Terlaksananya pencairan pembiayaan dengan aman.

4) Pembuatan laporan pembiayaan dengan benar dan tepat waktu.

5) Melakukan pengecekan kelengkapan pemenuhan domkuen pembiayaan sebelum fasilitas dicairkan berdasarkan prasyarat / syarat yang telah disepakati.

6) Monitoring kewajiban nasabah yang telah jatuh tempo untuk diinformasikan kepada manajer pemasaran untuk ditindaklanjuti.

7) Membuat dan menyampaikan laporan di bidang pembiayaan baik kepada kantor pusat maupun kepada Bank Indonesia secara benar dan tepat waktu.

8) Menerima surat permintaan Informasi bank dari bank lain.

9) Melaksanakan pekerjaan lain yang ditugaskan oleh manajer operasi maupu kepala cabang.

h. Teller

1) Terselenggaranya pelayanan bidang kas secara benar dan cepat. 2) Terkelolanya persediaan uang tunai secara efektif dan efisien. 3) Tercatatnya di buku mutasi kas secara benar.

4) Membuka atau menutup khasanah brankas.

5) Mengambil atau menyimpan uang tunai dengan kepala cabang dalam brankas. 6) Mengambil penyetoran/penarikan tunai maupun non tunai dengan benar dan


(41)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

7) Mengkompilasi daftar penerimaan dan pengeluaran kas, menghitung saldo kas akhir hari dan mencocokkan dengan jumlah fisik saldo uang tunai yang ada dalam box-nya sendiri.

8) Menyesuaikan tanda tangan nasabah pada bukti penarikan dengan contoh tanda tangan (CTT) nasabah.

9) Menjaga ketertiban dan keamanan sistem komputerisasi secara fisik maupun administratif.

10)Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang ditujukan atasan. i. Customer Service

1) Terselenggaranya pemasaran produk Bank Syariah Mandiri kepada masyarakat. 2) Terselenggaranya kecepatan dan ketepatan pelayanan kepada nasabah maupun

investor.

3) Memberikan penjelasan kepada nasabah/calon nasabah mengenai produk-produk Bank Syariah Mandiri berikut syarat-syarat maupun tata cara prosedurnya.

4) Melayani pembukaan rekening tabungan dan giro

5) Melayani penutupan rekening tabungan/giro karena ketentuan bank maupun karena peraturan Bank Indonesia.

6) Melakukan penginputan fasilitas pembiayaan di menu as-400.

7) Bertanggung jawab atas penginputan data nasabah yang sebenarnya sesuai dengan identitas diri nasabah.

8) Melayani penertiban dan pencairan deposito berjangka dari investor.

9) Melayani nasabah dalam hal pelayanan jasa-jasa bank seperti transfer, inkaso, pemindahbukuan antar rekening, auto save, surat referensi bank, dan sebagainya.


(42)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

10)Terselenggaranya pengawasan dan pembinaan nasabah sehubungan dengan fasilitas yang diberikan cabang.

11)Pemberian pelayan kepada nasabah yang prima.

4. Prinsip dan Aktivitas Usaha Bank Syariah Mandiri

Dalam Bank Syariah Mandiri terdapat beberapa prinsip operasional yang diterapkan, antara lain sebagai :

a. Prinsip bagi hasil (Musyarakah/Mudharabah)

Prinsip ini dapat dilakukan melalui musyarakah atau mudhorabah. Musyarakah adalah akad antara dua belah pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dan keuntungan serta serta kerugian ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan bersama. Sedangkan Mudharabah adalah akad antara pemilik modal (100 %) dan pemilik keahlian (tanpa modal).

b. Prinsip jual beli (al Ba’i Murabahah)

Prinsip jual beli yang diaplikasikan adalah murabahah yaitu jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Penjual memberitahukan harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkatan keuntungan sebagai tambahannya. Prinsip ini diaplikasikan dalam pembiayaan. Jenis lain dalam prinsip ini adalah istishna yaitu kontrak penjualan antara pembeli dan penjual di mana pembayaran dapat dilakukan di muka, secara cicilan atau ditangguhkan sampai waktu yang disepakati.


(43)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

Prinsip ini diaplikasikan menjadi al-Ijarah al-muntahia bit-Tamlik, yang berarti perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa atau lebih tepatnya adalah akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan si penyewa.

d. Prinsip jasa-jasa (Ju’alah)

Adalah akad di mana pihak pertama menjanjikan imbalan tertentu kepada pihak kedua atas pelaksanaan suatu tugas atau oelayanan yang dilakukan pihak kedua untuk kepentingan pihak pertama.

Sedangkan aktivitas di dalam Bank Syariah Mandiri antara lain :

a) Bagian yang mengelola dana dari nasabah untuk disalurkan kembali ke masyarakat untuk dimanfaatkan sebagai pinjaman yang berguna untuk meningkatka taraf hidup dengan mengelola dana tersebut menjadi usaha yang dikelola oleh peminjam. Bagian ini dipimpin oleh manajer investasi.

b) Masyarakat yang mempunyai kelebihan dana dan menginvestasikan dana miliknya atau dana yang dititipkan oleh nasabah kepada bank untuk dipergunakan kepada masyarakat yang membutuhkan dana atau nasabah yang membutuhkan dana untuk mengembangkan usaha ataupun membuka usaha baru.

c) Jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran merupakan termasuk dalam bidang jasa-jasa perbankan yang memudahkan nasabah untuk melakukan transaksi perbankan.

d) Kegiatan sosial merupakan kegiatan yang mengeluarkan dan mengelola zakat maupun dana sosial lainnya.


(44)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

5. Penerapan Pembiayaan Murabahah

Sistem pembiayaan murabahah merupakan suatu kerangka dari prosedur-prosedur yang saling berhubngan yang telah disusun dengan skema pembiyaan yang menyeluruh. Untuk menghasilkan informasi pembiayaan, khususnya pembiayaan murabahah dengan cepat, tepat, akurat serta dapat dipertanggungjawabkan maka diperlukan kerjasama yang baik disetiap unit yang berhubungan dengan pembiayaan umumnya dan prmbiayaan murabahah khususnya.

Bank Syariah Mandiri Cabang Medan menyediakan fasilitas murabahah berupa pemberian pembiayaan produktif dan konsumtif kepada nasabah. Jenis pembiayaan produktif yang diberikan untuk menambah modal usaha/modal kerja misalnya agrobisnis, properti. Sedangkan pembiayaan konsumtif yang dapat diberikan adalah untuk pembelian rumah, kendaraan, kepemilikan ruko, pembelian alat-alat industri dan lain-lain.

Pada transaksi murabahah, Marketing Officer dan calon nasabah melakukan negoisasi untuk melakukan jual beli barang meliputi jenis barang, kualifikasi barang, harga barang serta cara pembayarannya. Bank (Marketing Officer) menghubungi Supplier barang yang akan dibeli bersepakat untuk melakukan pembelian barang sesuai yang diminta nasabah. Setelah ada kesepakatan antara bank, nasabah dan supplier lalu dilaksanakan transaksi. Selain dengan cara itu, nasabah untuk dana atas nama Bank (berdasarkan kuasa Bank kepada nasabah) dapat membeli barang langsung kepada supplier dengan spesifikasi yang telah disepakati antara nasabah dengan supplier. Selanjutnya penyerahan barang dilakukan langsung dari supplier kepada nasabah, namun transaksi yang dilaksanakan langsung antara nasabah dan supplier seperti ini merupakan pembiayaan yang nilainya relatif kecil.


(45)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

Jangka waktu pembiayaan yang diberikan oleh Bank Syariah Mandiri untuk cicilan sampai 15 tahun. Besarnya nisbah yang ditetapkan untuk pembiayaan murabahah adalah 14% sampai dengan 21% / tahun. Pembiayaan murabahah yang dilaksanakan oleh Bank Syariah Mandiri Cabang Medan meminta nasabah menyetor uang muka sebesar 20% hingga 30% yang menjadi bagian pelunasan dalam pembiayaan murabahah.

Bank Syariah Mandiri juga menetapkan jaminan yang dinilai minimum 125% dari pokok pinjaman. Jaminan pembiayaan murabahah biasanya berbentuk akte tanah, BPKB, Deposito dan sebagainya. Jaminan ini akan disimpan oleh Unit Kontrol Intern. Penilaian jaminan berdasarkan harga pasar, yang ditentukan atas informasi yang berasal dari pemerintah, masyarakat maupun lembaga penilai jaminan.

Nasabah yang menunda pembayaran sampai batas waktu yang ditentukan aka mendapat denda atas keterlambatan pembayaran. Jika nasabah pailit dan tidak mampu membayar, Bank Syariah Mandiri memberi masa tenggang waktu sesuai kesepakatan dan melakukan langkah-langkah seperti restrukturisasi. Dan jika nasabah masih tidak mampu membayar sesuai kesepakatan maka bank akan menarik kembali barang yang telah dibiayai. Barang tersebut akan dijual kepada pihak ketiga sesuai harga pasar. Kelebihan maupun kekurangan pembiayaan atas penjualan barang atau jaminan itu akan diberikan kepada nasabah. Bila nasabah tidak mengalami kesulitan dana dan mempercepat proses pembayaran angsuran tiap bulan, maka nasabah akan diberi discount oleh Bank Syariah Mandiri.

Dalam hal pengakuan pendapatan margin yang diperoleh bank menggunakan dasar kas (cash basis) yang besarnya jumlah pendapatan margin diakui proporsional dengan besaran kas yang berhasil ditagih dari piutang murabahah. Artinya bahwa


(46)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

pendapatan dari transaksi murabahah ini baru dapat diukur dan diakui setelah nasabah memenuhi angsuran kewajibannya sesuai dengan akad yang disepakati. Pada transaksi murabahah ini yang menjadi pendapatan bank tidak hanya dari keuntungan (margin) atas barang yang dijual tetapi juga berasal dari jasa (fee based income) dan biaya administrasi yang diwajibkan oleh bank. Biaya-biaya yang dikenakan kepada nasabah berkaitan dengan pembiayaan murabahah antara lain : biaya administrasi, biaya materai, biaya pengkikatan jaminan, biaya asuransi jaminan yang harus dibayar terlebih dahulu tanpa menguranginya dari jumlah pencarian pembiayaan.

6. Prosedur Pembiayaan Murabahah

Nasabah yang ingin memperoleh pembiayaan murabahah maka harus menempuh langkah-langkah yang diawali dari pengajuan usulan pembiayaan sampai pada proses untuk mendapatkan persetujuan pembiayaan.

a. Prosedur Aplikasi Pembiayaan Murabahah b. Prosedur Realisasi Pembiayaan Murabahah

c. Prosedur Pembinaan dan Monitoring Pembiayaan Murabahah d. Prosedur Penutupan Pembiayaan Murabahah

e.

a. Prosedur Aplikasi Pembiayaan Murabahah

Prosedur aplikasi pembiayaan adalah langkah-langkah awal yang ditempuh oleh calon nasabah untuk memperoleh persetujuan pembiayaan. Langkah-langkah tersebut adalah :


(47)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

1. Calon nasabah mengajukan permohonan pembiayaan murabahah yang dibuat langsung oleh calon nasabah disertakan dengan dokumen-dokumen yang diperlukan sebagai syarat permohonan pembiayaan yang diserahkan kepada marketing officer.

Dokumen-dokumen yang dimaksud adalah : a. Pembiayaan Konsumtif

Untuk Pegawai (karyawan swasta/PNS/ABRI)

- Kartu identitas calon nasabah dan istri : KTP/Paspor

- Kartu Keluarga

- Surat Nikah

- Slip Gaji Terakhir

- Surat referensi dari kantor tempat bekerja/SK pengangkatan untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS)

- Salinan rekening bank 3 bulan terakhir

- Data jaminan b. Pembiayaan Produktif

1) Untuk Pengusaha Perorangan:

- Legalitas Usaha

- Kartu identitas calon nasabah dan istri : KTP/Paspor

- Kartu Keluarga dan surat nikah

- Laporan keuangan

- Salinan rekening bank 3 bulan terakhir


(48)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

2) Untuk Badan Usaha

- Legalitas Usaha

- Kartu identitas pengurus

- Data jamin

- Laporan keuangan 2 bulan terakhir

- Salinan rekening bank 3 bulan terakhir

2. Proposal yang disampaikan calon nasabah dinilai oleh Marketing officer. Dalam penilaian layak tidaknya suatu pembiayaan disalurkan maka dilakukan penilaian pembiayaan. Penilaian awal (prescreening) dengan memperhatikan pasar sasaran yakni jenis usaha atau barang yang dilarang dibiayai, jenis usaha yang perlu dihindari, daftar kredit macet di Bank Indonesia, Daftar Hitam Bank Indonesia, dan Daftar Hitam Bank Syariah Mandiri. Setelah analisis tersebut dinyatakan layak maka Marketing officer melakukan analisis lebih lanjut.

3. Marketing officer melakukan interview awal dengan calon nasabah untuk memperoleh informasi mengenai calon nasabah, penyelidikan tentang tujuan penggunaan pembiayaan, kunjungan ke lokasi jaminan calon nasabah untuk mengetahui kebenarannya dan menilai jaminan, penilaian atas legalitas usaha dan untuk mengetahui gambaran umum mengenai kemampuan keuangan calon nasabah.

4. Menganalisis pembiayaan murabahah oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya, seperti melalui prosedur penilaian yang benar dan sungguh-sungguh. Begitu pula


(49)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

dengan ukuran-ukuran yang ditetapkan sudah menjadi standar penilaian setiap bank. Biasanya kriteria penilaian yang umum dan harus dilakukan oleh bank termasuk PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar layak mendapatkan pembiayaan maka dilakukan dengan analisis 5C, yaitu : character (watak), capacity (kapasitas), capital (modal), condition (kondisi) dan collateral (jaminan).

Penilaian dengan analisis 5C adalah sebagai berikut :

a. Character

Analisis yang dilakukan terhadap pribadi nasabah secara individu ataupun suatu badan usaha seperti : sifat-sifat pribadi, gaya hidup. Kebiasaan-kebiasaan dan kemauan serta niat baik nasbah untuk mematuhi kewajibannya kelak (willingness to pay).

b. Capacity

Analisis ini bertujuan mnengukur tingat kemampuan calon nasabah dalam mengelola pembiayaan yang diberikan. Hal-hal yang perlu diperhatikan :

1) Aspek manajemen

Aspek manajemen adalah kemampuan pengelolaan perusahaan antara lain : kemampuan menetapkan visi dan misi dalam berusaha, menterjemahkan visi dan misi dalam sasaran spesifik, merumuskan strategi yang diperlukan secara efektif dan efesien serta melakukan evaluasi pengendalian.


(50)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

2) Aspek produksi

Anlisis aspek produksi bertujuan untuk mengetahui kemamupuan permohonan untuk berproduksi/berdagang secara berkesinambungan.

3) Aspek pemasaran

Tujuan analisis terhadap aspek pemasaran adalah untuk menilai kemampuan pemohon dalam memasarkan produknya. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain : data penjualan masa lalu, tingkat persaingan, angka proyeksi pemasaran, pada masa yang akan datang meliputi perencanaan dan strategi pemasaran yang akan dilakukan.

4) Aspek personalia

Analisis aspek personalia bertujuan untuk menilai kemampuan perusahaan dari segi kuantitas maupun kualitas tenaga kerja yang mendukung aktivitas perusahaan dan kemampuan perusahaan memelihara hubungan baik antara tenaga kerja dengan perusahaan.

5) Aspek keuangan

Analisis aspek keuangan bertujuan untuk menilai kemampuan perusahaan mengelola dana dan membayar di masa mendatang.


(51)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

Analisis ini bertujuan untuk mengukur kemampuan usaha calon nasabah untuk mendukung pembiyaan modalnya sendiri. Semakin besar kemampuan modal berarti semakin besar porsi pembiayaan yang didukung oleh modal sendiri.

d. Condition

Analisis ini bertujuan untuk melihat kondisi perekonomian secara umum serta kondisi pada sektor usaha calon nasabah. Keadaan perdagangan serta persaingan di lingkungan sektor usaha calon nasabah. Sehingga pembiayaan yang diberikan benar-benar bermanfaat bagi perkembangan usahanya.

e. Collateral

Setiap pemberian pembiayaan harus disertai dengan jaminan fisik yang jumlah dan nilainya harus dapat menjamin besarnya pembiayaan yang disetujui. Jaminan pembiayaan harus benar-benar dapat dikuasai serta diyakini kebenaran status pemiliknya. Sehingga, bila di kemudian hari nasabah tidak mampu membayar kewajibannya, maka jaminan ini dapat dijadikan sebagai alat pengamanan atas pembiayaan yang diberikan.

5. Setelah memperoleh keyakinan atas keabsahan dokumen dari hasil penyelidikan dan wawancara maka langkah selanjutnya adalah memberikan keputusan, menerima atau menolak pembiayaan tersebut. Persetujuan pembiayaan merupakan sarana pengendalian resiko, sarana pengendalian proses manajemen pembiayaan, cermin kemampuan pengelola pembiayaan,


(52)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

dan hasil akhirnya memperlihatkan kualitas pembiayaan secara keseluruhan. Bila telah dianggap layak menerima pembiayaan, maka persetujuan pembiayaan diberikan oleh Marketing officer, yang dituangkan dalam Nota Analisa Pembiayaan (NAP).

6. Selanjutnya Nota Analisa Pembiayaan (NAP) akan diajukan oleh Marketing Officer kepada Pimpinan Cabang untuk meminta persetujuan pembiayaan. Jika Pimpinan Cabang menyetujui pembiayaan tersebut maka akan dinyatakan dalam Surat Keputusan Pembiayaan (SKP) yang telah dibuat oleh Administrasi Pembiayaan .

b. Prosedur Realisasi Pembiayaan Murabahah

Prosedur realisasi pembiayaan murabahah adalah proses pencairan dana atas permohonan pembiayaan yang telah disetujui oleh Pimpinan Cabang. NAP,SKP dan dokumen lainnya akan diserahkan kepada Administrasi Pembiayaan untuk selanjutnya dibuat SP3/akad pembiayaan dan didudukkan dalam perjanjian akad pembiayaan persetujuan untuk menempatkan dana dan modal bank pada aktiva yang beresiko. Dalam persetujuan pembiayaan ini harus mencerminkan suatu pernyataan bahwa nasabah yang disetujui adalah nasabah yang layak menerima pembiayaan.

Tahap selanjutnya adalah pencairan pembiayaan. Dana yang diberikan sesuai dengan jumlah yang disetujui dalam akad perjanjian pembiayaan murabahah yang akan langsung ditransfer ke dalam rekening nasabah yang ada di Bank Syariah Mandiri Cabang Medan..


(53)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

c. Prosedur Pembinaan dan Monitoring Pembiayaan Murabahah

Prosedur ini meliputi informasi yang diperoleh Marketing officer khususnya dan unit-unit yang terkait lainnya, yang mencakup pemeriksaan jumlah saldo pemenuhan kewajiban nasabah. Secara periodik Marketing officer menghubungi nasabah untuk mengingatkan nasabah akan kewajibannya dan untuk pembiayaan produktif Marketing officer melakukan kunjungan ke lokasi usaha nasabah yang biasanya dilakukan minimal 3 bulan sekali. Monitoring yang dilakukan oleh Marketing officer meliputi pemantauan langsung ke tempat usaha, pemeriksaan laporan keuangan maupun perkembangan nilai jaminannya.

Setiap bulan nasabah harus memberikan laporan keuangan atau catatan pembukuannya kepada Marketing officer untuk mengetahui perkembangan usaha nasabah. Marketing officer melakukan evaluasi atas perkembangan usaha yang dibiayai berdasarkan data-data yang diperoleh dari riwayat pembayaran nasabah dan data-data yang ada dalam file pembiayaan. Apabila dalam evaluasi tersebut terdapat indikasi adanya masalah dalam pelaksanaan kegiatan nasabah, maka Marketing officer melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait lainnya, dan mengusulkan tindakan-tindakan yang dapat diambil untuk memperbaiki dan memecahkan masalah.

d. Prosedur Penutupan Pembiayaan

Dalam melakukan penutupan pembiayaan murabahah nasabah haruslah melunasi seluruh pembiayaan yang telah disepakati, kemudian Marketing Officer melakukan


(54)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

pemeriksaan melalui data yang ada pada komputer untuk melihat kebenarannya, apakah nasabah telah benar-benar melunasi sejumlah pembiayaannya. Jika nasabah telah melunasi seluruh pembiayaan, maka Administrasi Pembiayaan akan membuat surat pelunasan yang harus disetujui oleh Pimpinan Cabang. Bila Pimpinan Cabang telah menyetujui surat pelunasan tersebut, maka ia akan memberikan surat perintah kepada Unit Kontrol intern untuk mengeluarkan jaminan nasabah.

Marketing Officer menyerahkan dokumen jaminan dan Surat Pelunasan Pembiayaan kepada nasabah dan nasabah menandatangani tanda terima dokumen dengan rangkap dua, rangkap pertama diserahkan ke bagian administrasi pembiayaan dan rangkap kedua diserahkan kepada nasabah. Kemudian tanda terima pelepasan jaminan diarsipkan oleh Asisten Administrasi Pembiayaan. Tanda terima jaminan ini berfungsi sebagai bukti bahwa dokumen jaminan telah diambil oleh nasabah.

B. Analisis dan Evaluasi

1. Penerapan Pembiayaan Murabahah Menurut PSAK No. 102

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pembiayaan murabahah yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri Cabang Medan secara umum telah sesuai dengan PSAK No. 102. Kesesuaian penerapan pembiayaan murabahah yang terkait dengan PSAK No. 102 antara lain adalah :

1. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan dalam melaksanakan pembiayaan murabahah bertindak sebagai penjual dengan menyatakan harga jual dan


(55)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

keuntungan yang disepakati antara bank dan nasabah. Hal ini sesuai dengan Akuntansi Murabahah yang menyatakan bahwa dalam sistem pembiayaan transaksi murabahah bank bertindak sebagai penjual dan nasabah bertindak sebagai pembeli atas barang dan dinilai sebesar harga jual ditambah keuntungan. (PSAK 102 : Akuntansi Murabahah, paragraf 06).

2. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan meminta nasabah untuk membayar uang muka sebesar 20% hingga 30% yang akan menjadi bagian pelunasan pembiayaan. Dalam prakteknya Bank Syariah Mandiri Cabang Medan tidak akan membebankan nasabah untuk membayar uang muka sebelum transaksi itu benar-benar terjadi, jadi tidak pernah terjadi pengembalian uang muka kepada nasabah. Hal ini sesuai dengan Akuntansi Murabahah yang menyatakan bahwa bank dapat meminta uang muka kepada nasabah yang merupakan bagian dari pelunasan pembiayaan dan harus mengembalikan uang muka bila nasabah tidak jadi melakukan pembiayaan murabahah. (PSAK 102 : Akuntansi Murabahah, paragraf 14).

3. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan mengakui keuntungan murabahah secara proposional dengan besaran kas yang berhasil ditagih dari piutang murabahah. Hal ini sesuai dengan Akuntansi Murabahah yang menyatakan bahwa keuntungan diakui pada saat penyerahan aset murabahah atau secara proporsional dengan besaran kas yang berhasil ditagih dari piutang murabahah. (PSAK 102 : Akuntansi Murabahah, paragraf ).

4. Dalam praktek perbankan, mengingat fungsi bank bukan sebagai pedagang barang, maka akan sulit bagi bank untuk mengetahui dengan pasti spesifikasi


(56)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

setiap jenis barang yang dibeli nasabah dan bank akan menanggung resiko dalam hal nantinya barang yang dibeli ternyata tidak sesuai dengan spesifikasi yang dikehendaki nasabah, sehingga nasabah dapat sewaktu-waktu membatalkan pembelian tersebut. Terlebih lagi apabila pembiayaan tersebut relatif kecil dan barang tersebut merupakan benda bergerak, tentunya bank harus menyediakan gudang untuk penyimpanannya, hal ini akan menyulitkan bank. Guna mengantisipasi kesulitan-kesulitan di atas, maka dalam praktek perbankan transaksi murabahah yang demikian dilakukan sebagai berikut : nasabah untuk dan atas nama bank (berdasarkan kuasa bank kepada nasabah) membeli barang langsung kepada supplier dengan spesifikasi yang telah disepakati antara nasabah dengan bank. Nasabah tersebut bertindak untuk dan atas nama bank, maka pembayaran tersebut dikuasakan kepada nasabah untuk dibayarkan kepada supplier. Selanjutnya penyerahan barang dilakukan langsung dari supplier kepada nasabah. Dalam hal ini nasabah bertindak untuk dan atas nama bank.


(1)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

keuntungan yang disepakati antara bank dan nasabah. Hal ini sesuai dengan Akuntansi Murabahah yang menyatakan bahwa dalam sistem pembiayaan transaksi murabahah bank bertindak sebagai penjual dan nasabah bertindak sebagai pembeli atas barang dan dinilai sebesar harga jual ditambah keuntungan. (PSAK 102 : Akuntansi Murabahah, paragraf 06).

2. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan meminta nasabah untuk membayar uang muka sebesar 20% hingga 30% yang akan menjadi bagian pelunasan pembiayaan. Dalam prakteknya Bank Syariah Mandiri Cabang Medan tidak akan membebankan nasabah untuk membayar uang muka sebelum transaksi itu benar-benar terjadi, jadi tidak pernah terjadi pengembalian uang muka kepada nasabah. Hal ini sesuai dengan Akuntansi Murabahah yang menyatakan bahwa bank dapat meminta uang muka kepada nasabah yang merupakan bagian dari pelunasan pembiayaan dan harus mengembalikan uang muka bila nasabah tidak jadi melakukan pembiayaan murabahah. (PSAK 102 : Akuntansi Murabahah, paragraf 14).

3. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan mengakui keuntungan murabahah secara proposional dengan besaran kas yang berhasil ditagih dari piutang murabahah. Hal ini sesuai dengan Akuntansi Murabahah yang menyatakan bahwa keuntungan diakui pada saat penyerahan aset murabahah atau secara proporsional dengan besaran kas yang berhasil ditagih dari piutang murabahah. (PSAK 102 : Akuntansi Murabahah, paragraf ).

4. Dalam praktek perbankan, mengingat fungsi bank bukan sebagai pedagang barang, maka akan sulit bagi bank untuk mengetahui dengan pasti spesifikasi


(2)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

setiap jenis barang yang dibeli nasabah dan bank akan menanggung resiko dalam hal nantinya barang yang dibeli ternyata tidak sesuai dengan spesifikasi yang dikehendaki nasabah, sehingga nasabah dapat sewaktu-waktu membatalkan pembelian tersebut. Terlebih lagi apabila pembiayaan tersebut relatif kecil dan barang tersebut merupakan benda bergerak, tentunya bank harus menyediakan gudang untuk penyimpanannya, hal ini akan menyulitkan bank. Guna mengantisipasi kesulitan-kesulitan di atas, maka dalam praktek perbankan transaksi murabahah yang demikian dilakukan sebagai berikut : nasabah untuk dan atas nama bank (berdasarkan kuasa bank kepada nasabah) membeli barang langsung kepada supplier dengan spesifikasi yang telah disepakati antara nasabah dengan bank. Nasabah tersebut bertindak untuk dan atas nama bank, maka pembayaran tersebut dikuasakan kepada nasabah untuk dibayarkan kepada supplier. Selanjutnya penyerahan barang dilakukan langsung dari supplier kepada nasabah. Dalam hal ini nasabah bertindak untuk dan atas nama bank.


(3)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Murabahah adalah salah satu produk layanan perbankan yang paling banyak dijalankan oleh Bank Syariah Mandiri saat ini karena karakternya yang profitable, mudah dalam penerapan serta dengan resiko pembiayaan yang ringan. Komposisi pembiayaan murabahah 70%, Mudharabah 10%, Musyarakah 10%, Qardh 5%, Ijarah 5%.

2. PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan telah menerapkan sistem pembiayaan murabahah yang operasionalnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 102 tentang Akuntansi Murabahah. Di dalam pelaksanaan pembiayaan murabahah, PT Bank Syariah Mandiri Cabang Medan betindak sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Penilaian pembiayaan sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan bank harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada nasabah. Namun untuk beberapa pembiayaan yang relatif kecil, pembiayaan murabahah yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri adalah nasabah untuk dan atas nama bank


(4)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

(bersadarkan kuasa bank kepada nasabah) membeli barang langsung kepada supplier dengan spesifikasi yang telah disepakati. Selanjutnya penyerahan barang dilakukan langsung dari supplier kepada nasabah.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas penulis mencoba memberikan saran yaitu: Sistem Pembiayaan Murabahah pada Bank Syariah Mandiri Cabang Medan secara keseluruhan telah sesuai dengan PSAK No. 102. Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi sebelumnya yang berkaitan dengan sistem pembiayaan murabahah, maka PT Bank Syariah Mandiri diharapkan memfokuskan murabahah untuk pembiayaan komsumtif. Dan untuk pembiayaan produktif diupayakan kepada pembiayaan mudharabah dan musyarakah karena lebih sesuai dan menggunakan sistem bagi hasil.


(5)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

DAFTAR PUSTAKA

… … ….. Al Quran dan Terjemahnya. Jakarta : Departemen Agama Republik Indonesia … … ….. Surat Edaran Bank Indonesia No 3/29/DPNP 2001

… … ….. Undang- Undang Perbankan Nomor 10.1998

Agoes, Sukrisno. 2004. Auditing. Jilid Satu, Jakarta : Lembaga Penerbit FE UI.

Antonio, M. Syafi’i. 2001. Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik, Jakarta : Gema Insani Press dan Tazkia Institute.

Antonio, M. Syafi’i. 1999. Perbankan Syariah: Wacana Ulama dan Cendekiawan. Jakarta : Bank Indonesia dan Tazkia Institute.

Arifin, Zainul. 2003. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta : Alvabet.

Harahap, Sofyan Safri, dkk. 2005. Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta : LPFE Usakti. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2002. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta

: Salemba Empat.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk

Akuntansi dan Manajemen, Edisi Pertama. Yogyakarta : BPFE.

Karim, Adiwarman. 2004. Bank Islam, analisis Fiqih dan Keuangani, Edisi Dua. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

.

Maisusanto, Eko. 2005. Sistem Pengendalian Pembiayaan Dan Mudharabah Pada Bank

Syariah (Studi Kasus Pada PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk Kantor Cabang Malang). Skripsi. Tidak Diterbitkan. Fakultas Ilmu Administrasi- UB.

Malang

Moleong, Lexy. J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosdakarya.

Muhammad. 2005. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.


(6)

Asmahani Mukhtar Ghaffar : Penerapan PSAK No. 102 Tentang Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, 2009.

Muhammad. 2005. Manajemen Dana Bank Syariah. Yogyakarta : Ekonisia.

Rivai, Veithzl dan Andria Permata Veithzl, 2006, Credit Management Handbook. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sudarsono, Heri. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah : Deskripsi dan Ilustrasi. Edisi Kedua, Yogyakarta: Ekonisia.

Triyuwono, Iwan. 2000. Organisasi dan Akuntansi Syariah. Yogyakarta : LkiS.