Bela Negara negara-negara budaya negara-negara budaya negara-negara budaya

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN BELA NEGARA
(KETERKAITAN FALSAFAH PANCASILA
DENGAN REVOLUSI DAN REFORMASI)

Novelia Dwi Agustine

J3H115018

PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN
MANAJEMEN PERIKANAN BUDIDAYA
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2017
A.

Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia
Sejak kelahirannya (1 Juni 1945) Pancasila adalah Dasar Falsafah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, atau lebih dikenal sebagai Dasar Negara (Philosofische
groundslag). Hal ini, dapat diketahui pada saat Soekarno diminta ketua Dokuritsu zyunbi
Tyoosakai untuk berbicara di depan sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan

Kemerdekaan Indonesia tanggal 1 Juni 1945, menegaskan bahwa beliau akan
memaparkan dasar negara merdeka, sesuai dengan permintaan ketua.
Paparan berikut Soekarno menyatakan filosofische principe yang kedua adalah
internasionalisme. Pada saat menegaskan pengertian internasionalisme, Soekarno
menyatakan bahwa internasionalisme bukanlah berarti kosmopolitisme, yang menolak
adanya kebangsaan, bahkan beliau menegaskan : “Internasionalisme tidak dapat hidup
subur kalau tidak berakar didalam buminya nasionalisme. Nasionalisme tidak dapat hidup
subur, kalau tidak hidup dalam taman sarinya internasionalisme. “Seraya mengutip
ucapan Gandhi, beliau menegaskan my nasionalisme is humanity. Pada saat menjelaskan
prinsip dasar ketiga, Soekarno menyatakan bahwa negara Indonesia adalah negara
“Semua buat semua, satu buat semua, semua buat satu”, oleh karenanya saya yakin
bahwa syarat yang mutlak untuk kuatnya negara Indonesia ialah permusyawaratan
perwakilan. Demikian berikutnya untuk prinsip dasar yang keempat Soekarno
mengusulkan prinsip kesejahteraan ialah prinsip tidak akan ada kemiskinan didalam
Indonesia merdeka. Prinsip dasar kelima adalah prinsip Indonesia merdeka dengan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Prinsip-prinsip filsafati Pancasila sejak awal kelahirannya diusulkan sebagai
dasar negara (philosofische grondslag, Weltanschauung) Republik Indonesia, yang
kemudian diberi status (kedudukan) yang tegas dan jelas dalam alinea keempat
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (18 Agustus 1945 dalam sidang Panitia

Persiapan Kemerdekaan Indonesia).

B.

Perkembangan Pancasila Sebagai Dasar Negara
Generasi Soekarno – Hatta telah mampu menunjukkan keluasan dan kedalaman
wawasannya, dan dengan ketajaman intelektualnya telah berhasil merumuskan gagasangagasan vital sebagaimana dicantumkan didalam pembukaan UUD 1945, dimana
Pancasila sebagai dasar negara ditegaskan dalam satu kesatuan integral dan integratif.
Oleh karena itu para tokoh menyatakan bahwa Pembukaan Undang-Undang 1945
merupakan sebuah dokumen kemanusiaan yang terbesar dalam sejarah kontemporer
setelah American Declaration of Independent 1976. Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 nyaris sempurna, dengan nilai-nilai luhur yang bersifat universal, oleh karenanya
Pancasila merupakan dasar yang kekal dan abadi bagi kehidupan bangsa Indonesia.
Semenjak ditetapkan sebagai dasar negara (oleh PPKI 18 Agustus 1945),
Pancasila telah mengalami perkembangan sesuai dengan pasang naiknya sejarah bangsa
Indonesia (Koento Wibisono, 2001) memberikan tahapan perkembangan Pancasila
sebagai dasar negara dalam tiga tahap yaitu : (1) tahap 1945 – 1968 sebagai tahap politis,
(2) tahap 1969 – 1994 sebagai tahap pembangunan ekonomi, dan (3) tahap 1995 – 2020
sebagai tahap repositioning Pancasila. Penahapan ini memang tampak berbeda lazimnya


para pakar hukum ketatanegaraan melakukan penahapan perkembangan Pancasila Dasar
Negara yaitu : (1) 1945 – 1949 masa Undang-Undang Dasar 1945 yang pertama ; (2)
1949 – 1950 masa konstitusi RIS ; (3) 1950 – 1959 masa UUDS 1950 ; (4) 1959 – 1965
masa orde lama ; (5) 1966 – 1998 masa orde baru dan (6) 1998 – sekarang masa
reformasi. Hal ini patut dipahami, karena adanya perbedaan pendekatan, yaitu dari segi
politik dan dari segi hukum.
1.
1945 – 1968 merupakan tahap politis dimana orientasi pengembangan Pancasila
diarahkan kepada Nation and Character Building. Hal ini sebagai perwujudan
keinginan bangsa Indonesia untuk survival dari berbagai tantangan yang muncul baik
dalam maupun luar negeri, sehingga atmosfir politik sebagai panglima sangat dominan.
Disisi lain pada masa ini muncul gerakan pengkajian ilmiah terhadap Pancasila sebagai
Dasar Negara misalnya oleh Notonagoro dan Driarkara. Kedua ilmuwan tersebut
menyatakan bahwa Pancasila mampu dijadikan pangkal sudut pandang dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan bahkan Pancasila merupakan suatu paham atau
aliran filsafat Indonesia, dan ditegaskan bahwa Pancasila merupakan rumusan ilmiah
filsafati tentang manusia dan realitas, sehingga Pancasila tidak lagi dijadikan alternatif
melainkan menjadi suatu imperatif dan suatu philosophical concensus dengan komitmen
transenden sebagai tali pengikat kesatuan dan persatuan dalam menyongsong kehidupan
masa depan bangsa yang Bhinneka Tunggal Ika. Bahkan Notonagoro menyatakan bahwa

Pembukaan UUD 1945 merupakan staatfundamental Norm yang tidak dapat diubah
secara hukum oleh siapapun. Sebagai akibat dari keberhasilan mengatasi berbagai
tantangan baik dari dalam maupun dari luar negeri, masa ini ditandai oleh kebijakan
nasional yaitu menempatkan Pancasila sebagai asas tunggal.
2.
1969 – 1994 sebagai tahap pembangunan ekonomi yaitu upaya mengisi
kemerdekaan melalui program-program ekonomi. Orientasi pengembangan Pancasila
diarahkan pada bidang ekonomi, akibatnya cenderung menjadikan ekonomi sebagai
ideologi. Pada tahap ini pembangunan ekonomi menunjukkan keberhasilan secara
spektakuler, walaupun bersamaan dengan itu muncul gejala ketidakmerataan dalam
pembagian hasil pembangunan. Kesenjangan sosial merupakan fenomena yang dilematis
dengan program penataran P4 yang selama itu dilaksanakan oleh pemerintah. keadaan ini
semakin memprihatinkan setelah terjadinya gejala KKN dan Kroniisme yang nyata-nyata
bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Bersamaan dengan itu
perkembangan perpolitikan dunia, setelah hancurnya negara-negara komunis, lahirnya
tiga raksasa kapitalisme dunia yaitu Amerika Serikat, Eropa dan Jepang. Oleh karena itu
Pancasila sebagai dasar negara tidak hanya dihantui oleh supersifnya komunisme
melainkan juga harus berhadapan dengan gelombang aneksasinya kapitalisme, disamping
menhadapi tantangan baru yaitu KKN dan kroniisme.
3.

1995 – 2020 merupakan repositioning Pancasila. karena dunia masa kini sedang
dihadapi kepada gelombang perubahan secara cepat, mendasar, spektakuler, sebagai
implikasi arus globalisasi yang melanda seluruh penjuru dunia, khususnya di adab XXI
sekarang ini, bersamaan arus reformasi yang sedang dilakukan oleh bangsa Indonesia.
Reformasi telah merombak semua segi kehidupan secara mendasar, maka semakin terasa
orgensinya untuk menjadi Pancasila sebagai dasar negara dalam kerangka

mempertahankan jatidiri bangsa dan persatuan dan kesatuan nasional, lebih-lebih
kehidupan perpolitikan nasional yang tidak menentu di era reformasi ini.
Berdasarkan hal tersebut diatas perlunya reposisi Pancasila yaitu reposisi
Pancasila sebagai dasar negara yang mengandung makna Pancasila harus diletakkan
dalam keutuhannya dengan Pembukaan UUD 1945, dieksplorasikan pada dimensidimensi yang melekat padanya yaitu :
Realitasnya bahwa nilai-nilai yang terkandung didalamnya dikonkritisasikan
sebagai ceminan kondisi obyektif yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, suatu
rangkaian nilai-nilai yang bersifat “sein im sollen dan sollen im sein”
Idealitasnya bahwa idelisme yang terkandung didalamnya bukanlah sekedar
utopi tanpa makna, melainkan diobyektifitasikan sebagai akta kerja untuk
membangkitkan gairah dan optimisme para warga masyarakat guna melihat hari depan
secara prospektif menuju hari esok yang lebih baik.
Fleksibilitasnya dalam arti bahwa Pancasila bukanlah barang jadi yang sudah

selesai dan mendeg dalam kebekuan dogmatis dan normatif, melainkan terbuka bagi tafsitafsir baru untuk memenuhi kebutuhan zaman yang terus menerus berkembang, dengan
demikian tanpa kehilangan nilai hakikinya Pancasila menjadi tetap aktual, relevan serta
fungsional sebagai tiang-tiang penyangga bagi kehidupan bangsa dan negara dengan jiwa
semangat Bhinneka Tunggal Ika.
Reposisi Pancasila sebagai dasar negara harus diarahkan pada pembinaan dan
pengembangan moral, sehingga moralitas Pancasila dapat dijadikan dasar dan arah untuk
mengatasi krisis dan disintegrasi. Moralitas Pancasila harus disertai penegakkan
(supremasi) hukum.
C.

Peranan Pancasila Sebagai Pandangan Hidup
Secara Etimologis, Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta. Panca yang
memiliki arti lima dan Sila berarti prinsip dasar. Jadi secara keseluruhan Pancasila berarti
lima prinsip dasar atau lima asas pokok sila diambil dari kasana bidhisme yang
bermakna:
1. Kodrat, watak, kebiasaan, perilaku dan
2. Praktik moral, watak yang baik, etika budhis, kode moralitas.
Istilah Pancasila ditemukan pertama di Indonesia dalam buku ”SUTASOMA”
yang merupakan karya Empu Tantular, pada masa kerajaan Majapahit pada abad ke-14.
Dari arti etimologisnya tampak bahwa pancasila pada dasarnya merupakan etika

atau prinsip-prinsip moral yang menjadi ukuran baik buruknya tindakan manusia sebagai
manusia.
Pancasila berfungsi sebagai pandangan hidup atau Weltanschaung bangsa,
perwujudan jiwa, pikiran, dan hasrat sedalam dalamnya (cita-cita ideal) Bangsa
Indonesia.
Manusia sebagai mahkluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dalam perjuangan
untuk mencapai kehidupan yang lebih sempurna, senantiasa memerlukan nilai-nilai luhur
yang dijunjungya sebagai suatu pandangan hidup.

Nilai-nilai luhur adalah merupakan suatu tolak ukur kebaikan yang berkenaan
dengan hal-hal yang bersifat mendasar dan abadi dalam kehidupan manusia, seperti citacita yang hendak dipakainya dalam hidup manusia.
Pandangan hidup yang tata kesatuan rangkaian nila-nilai luhur tersebut adalah
suatu wawasan yang menyeluruh terhadap kehidupan itu sendiri. Pandangan hidup
berfungsi sebagai rangka acuan baik untuk menata kehidupan diri pribadi maupun dalam
interaksi antara manusia dalam masyarakat serta alam sekitarnya.
Sebagai mahkluk individu dan mahkluk sosial, manusia tidaklah mungkin
memenuhi segala kebutuhannya sendiri, oleh karena itu untuk mengembangkan potensi
kemanusiaannya, ia senantiasa memerlukan orang lain.
Dalam pengertian inilah maka pribadi manusia senantiasa hidup sebagai bagian
hidup dari lingkungan sosial yang lebih luas, secara berturut-turut lingkungan keluaga,

masyarakat, lingkungan bangsa dan lingkungan negara yang merupakan ke lembagalembaga masyarakat utama yang diharapkan dapat menyalurkan dan mewujudkan
pandangan hidupnya.
Dengan demikian dalam kehidupan bersama dalam suatu negara membutuhkan
suatu tekat kebersamaan, cita-cita yang ingin dicapainya bersumber pada pandangan
hidupnya tersebut.
Dalam pengertian inilah maka proses rumusan pandangan hidup masyarakat
dituangkan dan dilembagakan menjadi pandangan hidup bangsa dan selanjutnya
pandangan hidup bangsa dituangkan dan dilembagakan menjadi pandangan hidup negara.
Pandangan hidup bangsa dapat disebut sebagai ideologi bangsa (Nasional), dan
pandangan hidup negara dapat disebut sebagai ideologi negara.
Dalam proses penjabaran dalam kehidupan modern antara pandangan hidup
masyarakat dengan pandangan hidup bangsa memiliki hubungan yang bersifat timbal
balik.
Pandangan hidup bangsa diproyeksikan kembali kepada pandangan hidup
masyarakat serta tercermin dalam sikap hidup pribadi warganya dalam kehidupan seharihari. Dengan demikian dalam negara pancasila, kehidupan masyarakat tercermin dalam
kehidupan negara yaitu pemerintah terikat oleh kewajiban konstitusional, yaitu kewajiban
pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti
kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
Transformasi pandangan hidup masyarakat menjadi pandangan hidup bangsa.
Dan akhirnya, menjadi dasar negara juga terjadi pada pandangan hidup Pancasila.

Pancasila sebelum dirumuskan menjadi dasar negara serta ideologi negara, nilai-nilainya
telah terdapat pada bangsa Indonesia dalam adat istiadat, budaya serta dalam agama
dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia.
Pandangan yang ada pada masyarakat Indonesia tersebut kemudian menjelma
menjadi Pandangan hidup bangsa yang telah terintis sejak jaman Sriwijaya, Majapahit,
kemudian Sumpah Pemuda pada tahun 1928. Kemudian diangkat dan dirumuskan oleh
para pendiri negara dalam sidang BPUPKI, panitia Sembilan serta sidang PPKI.
Kemudian ditentukan dan disepakati sebagai dasar negara Republik Indonesia dan dalam
pengertian inilah maka Pancasila sebagai pandangan hidup dan negara sekaligus sebagai
Ideologi Negara.

1.
2.
3.

1.
2.
3.
D.
1.


Bangsa Indonesia dalam hidup bernegara telah memiliki suatu pandangan hidup
bersama yang bersumber pada akar budaya dan nilai religiusnya.
Dengan pandangan hidup yang mantap maka Bangsa Indonesia akan mengetahui
arah kemana tujuan yang ingin dicapainya.
Dengan suatu pandangan hidup yang diyakininya, bangsa Indonesia akan mampu
memandang dan memecahkan segala persoalan yang dihadapinya secara tepat sehingga
tidak terombang ambing dalam menghadapi persoalan tersebut
Dengan suatu pandangan hidup yang jelas, maka bangsa Indonesia memiliki
pegangan dan pedoman bagaimana mengenal dan memecahkan berbagai masalah
poloitik, sosial budaya, ekonomi, hukum, hankam, dan persoalan lainnya dalam gerak
masyarakat yang semakin maju.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa tersebut terkandung di dalamnya
konsepsi dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Terkandung dasar pikiran
terdalam dan mengenai gagasan wujud kehidupan yang dianggap baik. Oleh karena
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa merupakan suatu kristalisarisasi dari nilainilai yang hidup dalam masyarakat, maka pandangan hidup tersebut dijunjung tinggi oleh
warganya karena pandangan hidup Pancasila berasal dari budaya dan pandangan hidup
masyarakat yang sejak dahulu.
Dengan demikian, pandangan hidup Pancasila bagi bangsa Indonesia, yang
Bhineka Tunggal Ika tersebut harus sebagai asas pemersatu bangsa. Sehingga tidak boleh

mematikan keanekaragaman yang ada di dalam Negara Indonesia sendiri.
Sebagai inti sari dari nilai budaya Indonesia, maka Pancasila merupakan cita-cita
moral bangsa yang memberikan pedoman dan kekuatan rohaniah bagi bangsa untuk
berperilaku luhur dalam kehidupan sehari-hari, dalam masyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Pancasila dipahami sebagai pedoman, pegangan, dan petunjuk hidup. Pancasila
sebagai pandangan hidup berarti:
Memberikan jawaban terhadap tantangan dan hambatan dalam mewujudkan kehidupan
yang baik.
Konsep dasar kehidupan yang dicita-citakan bangsa Indonesia
Kristalisasi nilai yang diyakini kebenarannya oleh bangsa Indonesia dan menimbulkan
tekad yang mewujudkannya.
Sebagai pandangan hidup, Pancasila menjadi arah semua kegiatan hidup.
Pancasila
terpancar
dalam
seluruh
tingkah
laku
insan
Indonesia.
Manfaat pancasila sebagai pandangan hidup adalah sebagai berikut :
Menjadikan bangsa Indonesia berdiri kokoh sebagai bangsa merdeka dan berdaulat.
Menjadi pedoman pemecahan permasalahan yang dihadapi.
Sebagai Pedoman Membangun dirinya sendiri dan hubungan dengan bangsa lain.
Peranan Pancasila Di Era Reformasi
Pancasila sebagai paradigma ketatanegaraan
Pancasila sebagai paradigma ketatanegaraan artinya pancasila menjadi kerangka berpikir
atau pola berpikir bangsa Indonesia, khususnya sebagai dasar negara ia sebagai landasa
kehidupan berbangsa dan bernegara. Ini berarti, bahwa setiap gerak langkah bangsa dan

2.

a.
b.
c.
d.
e.

3.

negara Indonesia harus selalu dilandasi oleh sila-sila yang terdapat dalam Pancasila.
Sebagai negara hukum setiap perbuatan, baik dari warga masyarakat maupun dari
pejabat-pejabat dan jabatan-jabatan harus berdasarkan hukum, baik yang tertulis maupun
yang tidak tertulis. Dalam kaitannya dalam pengembangan hukum, Pancasila harus
menjadi landasannya. Artinya hukum yang akan dibentuk tidak dapat dan tidak boleh
bertentangan dengan sila-sila Pancasila. Sekurang-kurangnya, substansi produk
hukumnya tidak bertentangan dengan sila-sila Pancasila.
Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional bidang sosial politik
Pancasila sebagai paradigma pembangunan bidang sosial politik mengandung arti
bahwa nilai-nilai Pancasila sebagai wujud cita-cita Indonesia merdeka di
implementasikan sbb :
Penerapan dan pelaksanaan keadilan sosial mencakup keadilan politik, budaya, agama,
dan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari.
Mementingkan kepentingan rakyat / demokrasi dalam pemgambilan keputusan ;
Melaksanakan keadilan sosial dan penentuan prioritas kerakyatan berdasarkan konsep
mempertahankan kesatuan ;
Dalam pelaksanaan pencapaian tujuan keadilan menggunakan pendekatan kemanusiaan
yang adil dan beradab ;
Tidak dapat tidak, nilai-nilai keadilan, kejujuran (yang menghasilkan) dan toleransi
bersumber pada nilai ke Tuhanan Yang Maha Esa.

Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional bidang ekonomi
Pancasila sebagai paradigma nasional bidang ekonomi mengandung pengertian
bagaimana suatu falsafah itu diimplementasikan secara riil dan sistematis dalam
kehidupan nyata.
4.
Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional bidang kebudayaan
Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional bidang kebudayaan
mengandung pengertian bahwa Pancasila adalah etos budaya persatuan, dimana
pembangunan kebudayaan sebagai sarana pengikat persatuan dalam masyarakat
majemuk. Oleh karena itu smeboyan Bhinneka Tunggal Ika dan pelaksanaan UUD 1945
yang menyangkut pembangunan kebudayaan bangsa hendaknya menjadi prioritas, karena
kebudayaan nasional sangat diperlukan sebagai landasan media sosial yang memperkuat
persatuan. Dalam hal ini bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa persatuan.
5.
Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional bidang hankam
Dengan berakhirnya peran sosial politik, maka paradigma baru TNI terus diaktualisasikan
untuk menegaskan, bahwa TNI telah meninggalkan peran sosial politiknya atau
mengakhiri dwifungsinya dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari sistem nasional.
6.
Pancasila sebagai paradigma ilmu pengetahuan
Dengan memasukai kawasan filsafat ilmu (philosophy of science) ilmu pengetahuan yang
diletakkan diatas pancasila sebagai paradigmanya perlu difahami dasar dan arah
penerapannya, yaitu pada aspek ontologis, epistomologis, dan aksiologis. Ontologis, yaitu
bahwa hakikat ilmu pengetahuan aktivitas manusia yang tidak mengenal titik henti dalam
upayanya untuk mencari dan menemukan kebenaran dan kenyataan. Ilmu pengetahuan

harus dipandang secara utuh, dalam dimensinya sebagai masyarakat, sebagai proses, dan
sebagai produk. Sebagai masyarakat menunjukan adanya suatu academic community
yang akan dalam hidup kesehariannya para warganya mempunyai concerm untuk terus
menerus menggali dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Sebagai proses
menggambarkan suatu aktivitas warga masyarakat ilmiah yang melalui abstraksi,
spekulasi, imajinasi, refleksi, observasi, eksperimentasi, komparasi dan eksplorasi
mencari dan menemukan kebenaran dan kenyataan. Sebagai produk, adanya hasil yang
diperoleh melalui proses, yang berwujud karya-karya ilmiah beserta aplikasinya yang
berwujud fisik ataupun non fisik.
Epistimologi, yaitu bahwa Pancasila dengan nilai-nilai yang terkandung
didalamnya dijadikan metode berpikir, dalam arti dijadikan dasar dan arah didalam
pengembangan ilmu pengetahuan ; yang parameter kebenaran serta kemanfaatan hasilhasil yang dicapainya adalah nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila itu sendiri.
Aksilogi yaitu bahwa dengan menggunakan epistemologi tersebut diatas, pemanfaatan
dan efek pengemabgnan ilmu pengetahuan secara negatif tidak bertentangan dengan
Pancasila dan secara positif mendukung atau mewujudkan nilai-nilai ideal Pancasila.
Lebih dari itu, dengan penggunaan Pancasila sebagai paradigma, merupakan keharusan
bahwa Pancasila harus dipahami secara benar, karena pada gilirannya nilai-nilai Pancasila
kita jadikan asumsi-asumsi dasar bagi pemahaman di bidang otologis, epistemologis, dan
aksiologisnya.
Pada intinya pancasila merupakan dasar negara bangsa Indonesia yang berisikan
lima sila yang memiliki nilai-nilai luhur. Sebagai dasar negara, Pancasila juga dapat
berfungsi sebagai pandangan hidup bangsa (weltanshaung). Pancasila dapat menjadi tolak
ukur baik atau buruknya tindakan manusia yang ada di dalamnya. Kita bisa lihat melalui
perilaku masyarakatnya. Selain itu, Pancasila sebagai pandangan hidup, dapat dijadikan
sarana untuk memecahkan masalah yang dialami oleh bangsa Indonesia. Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa indonesia haruslah dijunjung tinggi oleh masyarakatnya.
Hal itu disebabkan karena nilai-nilai yang terkandung di dalam pancasila berakar pada
budaya dan masyarakat indonesia.
Hal tersebut dapat dijadikan asas pemersatu bangsa yang tidak boleh dimatikan.
Bangsa Indonesia memiliki banyak keragaman, situasi keragaman tersebut tidak boleh
dijadikan alasan untuk memecah belah persatuan bangsa Indonesia yang telah lama
diperjuangkan. Peranan Pancasila sebagai pandangan hidup menjadikan bangsa indonesia
menjadi lebih baik dan terus menjunjung persatuan dan kesatuan di dalam kondisi
keanekaragaman yang ada di dalam bangsa Indonesia.