m 3 4 uu no 20 th 2003 ttg spn 4
UNDANG UNDANG (UU)
No 20 Th 2003 tentang
SISTIM PENDIDIKAN
NASIONAL (SPN)
MOCH ALIP
Email: [email protected]
12/9/2011
Beberapa Definisi/Pengertian pd SPN
• Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
lanjutan
• SPN adalah keseluruhan komponen
pendidikan yang saling terkait secara terpadu
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
• Pendidik adalah tenaga kependidikan yang
berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor,
pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur,
fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai
dengan kekhususannya, serta berpartisipasi
dalam menyelenggarakan pendidikan.
lanjutan
• SPN adalah keseluruhan komponen
pendidikan yang saling terkait secara terpadu
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
• Pendidik adalah tenaga kependidikan yang
berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor,
pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur,
fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai
dengan kekhususannya, serta berpartisipasi
dalam menyelenggarakan pendidikan.
lanjutan
• Satuan pendidikan adalah kelompok layanan
pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan
informal pada setiap jenjang dan jenis
pendidikan.
• Pendidikan formal adalah jalur pendidikan
yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri
atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi.
lanjutan
• Pendidikan nonformal adalah jalur
pendidikan di luar pendidikan formal yg dapat
dilaksana-kan secara terstruktur dan
berjenjang.
• Pendidikan informal adalah jalur pendidikan
keluarga dan lingkungan.
lanjutan
• Pendidikan anak usia dini adalah suatu
upaya pembinaan yang ditujukan kepada
anak sejak lahir sampai dengan usia enam
tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
lanjutan
• Pendidikan jarak jauh adalah pendidikan yang
peserta didiknya terpisah dari pendidik dan
pembelajarannya menggunakan berbagai
sumber belajar melalui teknologi komunikasi,
informasi, dan media lain.
• Pendidikan berbasis masyarakat adalah
penyelenggaraan pendidikan berdasarkan
kekhasan agama, sosial, budaya, aspirasi,
dan potensi masyarakat sebagai perwujudan
pendidikan dari, oleh, dan untuk masyarakat.
lanjutan
• Standar nasional pendidikan adalah kriteria
minimal tentang sistem pendidikan di seluruh
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
• Wajib belajar adalah program pendidikan
minimal yang harus diikuti oleh Warga
Negara Indonesia atas tanggung jawab
Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
lanjutan
• Evaluasi pendidikan adalah kegiatan
pengendalian, penjaminan, dan penetapan
mutu pendidikan terhadap berbagai
komponen pendidikan pada setiap jalur,
jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk
pertanggungjawaban penyelenggaraan
pendidikan.
• Akreditasi adalah kegiatan penilaian
kelayakan program dalam satuan pendidikan
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.
lanjutan
• Sumber daya pendidikan adalah segala
sesuatu yg dipergunakan dalam penyelenggaraan pendidikan yang meliputi tenaga
kependidikan, masyarakat, dana, dan sarpras
• Dewan pendidikan adalah lembaga mandiri
yang beranggotakan berbagai unsur
masyarakat yang peduli pendidikan.
• Komite sekolah adalah lembaga mandiri yang
beranggotakan orang tua/wali peserta didik,
komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat
yang peduli pendidikan.
Pasal 3
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yg beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan
Pasal 4
Pendidikan diselenggarakan:
(1) secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, menjunjung tinggi HAM, dan nilai
keagamaan, kultural, dan kemajemukan.
(2) sbg satu kesatuan yang sistemik dengan
sistem terbuka dan multi makna.
(3) sbg proses pembudayaan & pemberdayaan
peserta didik, berlangsung sepanjang hayat
Pasal 4 (lanjutan)
(4) dg memberi keteladanan, membangun
kemauan, dan mengembangkan kreativitas
peserta didik dalam proses pembelajaran.
(5) dengan mengembangkan budaya membaca,
menulis, dan berhitung bagi segenap warga
masyarakat.
(6) dengan memberdayakan semua komponen
masyarakat melalui peran serta dalam
penyelenggaraan dan pengendalian mutu
layanan pendidikan.
Hak dan Kewajiban Warga
Negara
Pasal 5. Setiap warga negara (WN):
(1) berhak memperoleh pendidikan bermutu.
(2) WN berkelainan fisik, emosional, mental,
intelek-tual, dan/atau sosial berhak atas
pendidikan khusus
(3) WN di daerah terpencil/terbelakang
berhak memperoleh pendidikan layanan
khusus.
(4) WN yg memiliki berbakat istimewa berhak
memperoleh pendidikan khusus.
(5) berhak atas pendidikan sepanjang hayat.
Pasal 6.
(1) Setiap warga negara yang berusia 7 s.d. 15
thn wajib mengikuti pendidikan dasar (SDSMP).
(2) Setiap WN bertanggung jawab terhadap
keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan.
Pasal 7
(1) Ortu berhak memilih sekolah dan memperoleh
info ttg perkembangan pendidikan anaknya.
(2) Ortu dari anak usia wajib belajar,
berkewajiban memberikan pendidikan dasar
kepada anaknya.
Hak dan Kewajiban
Masyarakat
Pasal 8
Masyarakat berhak berperan serta dlm
perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, dan evaluasi program
pendidikan.
Pasal 9
Masyarakat berkewajiban memberikan
dukungan sumber daya dalam
penyelenggaraan pendidikan.
Hak dan Kewajiban Pemerintah
(Pusat dan Daerah)
Pasal 10
Pemerintah berhak mengarahkan, membimbing,
membantu, dan mengawasi penyelenggaraan
pend.
Pasal 11.
(1) Pemerintah wajib memberikan layanan,
kemudah-an, menjamin terselenggaranya
pend. bermutu
(2) Pemerintah wajib menjamin tersedianya dana
guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap
warga negara yang berusia 7 – 15 tahun
PESERTA DIDIK
Pasal 12. Setiap peserta didik berhak:
(1). Mendapatkan: pend. agama sesuai
agamanya, oleh pendidik seagama;
pelayanan pend. sesuai bakat, minat,
dan kemampuannya; beasiswa bagi
yg berprestasi ttp miskin; biaya pend
bagi yg tidak mampu membiayai ;
pindah ke program lain yg setara;dan
menyelesaikan pendidikan sesuai
dengan kecepatan belajarnya
PESERTA DIDIK (lanjutan)
(2) Setiap peserta didik berkewajiban:
menjaga norma-norma pend. untuk
menjamin keberhasilan pend.; ikut
membiayai penyelenggaraan pend.,
kecuali yg tidak mampu.
(3) WNA dapat menjadi peserta didik pd
satuan pend. Di Indonesia.
(0) Ketentuan hak dan kewajiban tsb
diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah (PP).
JALUR, JENJANG, DAN JENIS
PENDIDIKAN
Pasal 13.
(1) JALUR pendidikan terdiri atas
pendidikan formal, nonformal, dan
informal yang dapat saling melengkapi
dan memperkaya.
(2) Pendidikan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) diselenggarakan dg
sistem terbuka melalui tatap muka
dan/atau melalui jarak jauh.
Pasal 14.
JENJANG Pendidikan Formal terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi.
Pasal 15.
JENIS pend. mencakup pend. umum,
kejuruan, akademik, profesi, vokasi,
keagamaan, dan khusus.
Pasal 16.
Jalur, jenjang, dan jenis pend. dapat dalam
bentuk satuan pend. yg diselenggarakan oleh Pemerintah/PemDa/Masy.
PENDIDIKAN MENENGAH
Pasal 18.
Pendidikan menengah merupakan
lanjutan pendidikan dasar, terdiri atas
Pend. Umum dan Pend. Kejuruan.
Pendidikan menengah berbentuk: SMA,
Madrasah Aliyah (MA), SMK, dan
Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau
bentuk lain yang sederajat.
Ketentuan lain diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah (PP).
PENDIDIKAN TINGGI
Pasal 19
(1) Pendidikan tinggi mrpkan jenjang
pend. setelah pend. menengah yg
mencakup program pend diploma,
sarjana, magister, spesialis, dan doktor
yg diselenggarakan oleh perguruan
tinggi (PT).
(2) PT diselenggrkan dg sistem terbuka
Pasal 20
(1) PT dpt berbentuk akademi, politeknik,
sekolah tinggi, institut, atau universitas
(2) PT wajib menyelenggrkan pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kpd masy.
(3) PT dpt menyelenggrkan program
akademik, profesi, dan/atau vokasi.
(4) Ketentuan mengenai PT sebagaimana
disebut ayat 1;2;3 tsb akan diatur dg PP
(terbaru PP SPT Th 2014).
Pasal 21
(1) PT yg memenuhi syarat pendirian
dan dinyatakan berhak menyelenggrkan program pend. tertentu dapat
memberikan gelar akademik, profesi,
atau vokasi sesuai dengan program
pendidikan yang diselenggarakannya.
(2) Perseorangan, organisasi, atau
penyelenggara pend. yg bukan PT
dilarang memberikan gelar akademik,
profesi, atau vokasi.
Pasal 21
(3) Gelar akademik, profesi, atau vokasi
hanya digunakan oleh lulusan dari PT
yg berhak memberikan gelar.
(4) Penggunaan gelar akademik, profesi,
atau vokasi lulusan PT hanya dibenarkan dlm bentuk dan singkatan yang
diterima dari PT ybs.
(5) Penyelenggara pendidikan yg tidak
memenuhi persyaratan pendirian spt
dalam ayat (1) ayat (2) akan ditutup.
Pasal 21
(6) Gelar akademik, profesi, atau vokasi
yang dikeluarkan oleh penyelenggara
pend. yg tidak sesuai dg ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
atau penyelenggara pendidikan yg
bukan PT sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) dinyatakan tidak sah.
(7) Ketentuan mengenai gelar akademik,
profesi, atau vokasi spt dimaksud pd
ayat (1), (2), (3), (4), (5), dan (6) akan
diatur dg Peraturan Pemerintah.
Pasal 22
Universitas, institut, dan sekolah tinggi
yang memiliki program doktor berhak
memberikan gelar doktor kehormatan
(doktor honoris causa) kepada setiap
individu yang layak memperoleh
penghargaan berkenaan dengan jasajasa yang luar biasa dalam bidang ilmu
pengetahuan, teknologi,
kemasyarakatan, keagamaan,
kebudayaan, atau seni.
Pasal 23
(1) Pada universitas, institut, dan
sekolah tinggi dapat diangkat guru besar
atau profesor sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(2) Sebutan guru besar atau profesor
hanya dipergunakan selama yang
bersangkutan masih aktif bekerja
sebagai pendidik di perguruan tinggi.
Pasal 24
(1) Dlm penyelenggaraan pendidikan dan
pengemb ilmu pengetahuan, pd PT
berlaku kebebasan akademik &mimbar
akademik dan otonomi keilmuan.
(2) PT memiliki otonomi untuk mengelola
sendiri lembaganya sebagai pusat
penyelenggaraan PT, penelitian ilmiah,
dan pengabdian kepada masyarakat.
(3) PT dapat memperoleh sumber dana
dari masyarakat yg dikelola berdasar-kan
prinsip akuntabilitas publik.
Pasal 25
(1) PT menetapkan syarat kelulusan
untuk mendapatkan gelar.
(2) Lulusan PT yg karya ilmiahnya
digunakan untuk memperoleh gelar
akademik, profesi, atau vokasi terbukti
jiplakan dicabut gelarnya.
(3) Ketentuan mengenai syarat kelulusan dan pencabutan sebagaimana dlm
ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah.
Pendidikan Nonformal
Pasal 26
(1) Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masy yg memerlukan
layanan pendi. yg berfungsi sbg pengganti, penambah, dan/atau pelengkap
pendidikan formal dlm rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.
(2) Pend. nonformal berfungsi mengem-bangkan potensi peserta didik dengan penekanan
penguasaan pengetahuan & keterampilan dan pengembangan sikap dan kepribadian
profesional.
(3) Pend nonformal meliputi pendidikan: kecakapan hidup, PAUD, kepemudaan,
pemberdayaan perempuan, keaksara-an, keterampilan dan pelatihan kerja, pend.
kesetaraan, dan pendidikan lain untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
(3) Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok
belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan
yang
sejenis.
(0) Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal
pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri,
mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi.
(0) Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan
formal
setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh
Pemerintah
atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.
(0) Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan nonformal sebagaimana dimaksud
dalam
ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.
(4) Satuan pend nonformal terdiri atas
lembaga kursus, lembaga pelatihan,
kelompok belajar, pusat kegiatan
belajar masyarakat (PKPM), majelis
taklim, serta satuan pend lain sejenis.
(5) Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masy yg memerlukan bekal
pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengemb.profesi, usaha
mandiri, bekerja, dan/atau melanjutkan pend ke jenjang yang lebih tinggi.
(6) Hasil pend nonformal dapat dihargai
setara dengan hasil program pend.
Formal melalui proses penilaian
penyetaraan oleh lembaga yg ditunjuk
Pemerintah/Pemerintah Daerah dg
mengacu pd standar nasional pend.
(7) Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan nonformal sebagaimana
dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat
(4), ayat (5), dan ayat (6) diatur lebih
lanjut dengan PP (Peraturan
Pemerintah).
Pendidikan Informal
Pasal 27
(1) Pend. informal dilakukan oleh kelg
dan lingkungan berbentuk KBM (kegiatan
belajar secara mandiri).
(2) Hasil pend. informal (ayat 1) diakui =
pend. formal dan nonformal setelah
peserta didik lulus ujian sesuai dg SNP.
(3) Pengakuan hasil pend. Informal pd
ayat (2) diatur dg PP.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD
Pasal 28
(1) PAUD adalah jenjang sebelum
pendidikan dasar.
(2) PAUD dapat jalur pend. formal,
nonformal, dan/atau informal.
(3) PAUD pd jalur pend. formal berbentuk TK, Raudatul Athfal (RA) atau
bentuk lain yg sederajad.
lanjutan
(4) PAUD pd jalur pend. nonformal ber.
bentuk Kelompok Bermain (KB), Taman
Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain
yg sederajad.
(5) PAUD pd jalur pend. informal berbentuk pendidikan keluarga atau pend
yg diselenggarakan oleh lingkungan.
(6) Ketentuan seperti dalam ayat (1),
(2), (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah
Pendidikan Kedinasan
Pasal 29
(1) Pend. kedinasan mrpk pend. profesi
yg diselenggrkn oleh departemen atau
lembg pemerintah non-departemen.
(2) Pend kedinsan berfungsi meningkatkan kemampuan dan keterampilan
dalam pelaksanaan tugas kedinasan
bagi peg. dan calon peg negeri suatu
departemen atau lembaga pemerintah
non-departemen.
lanjutan
(3) Pend kedinasan diselenggrkn melalui
jalur pend formal dan nonformal.
(4) Ketentuan mengenai pend kedinasan
seperti dalam ayat (1), (2), dan ayat
(3) diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah (PP).
Pendidikan Jarak Jauh
Pasal 31
(1) Pend. jarak jauh (PJJ) dpt diselenggarakan pd semua jalur, jenjang, dan
jenis pendidikan.
(2) PJJ berfungsi memberikan layanan
pend kpd kelompok masy yg tidak dapat
mengikuti pendidikan secara tatap muka
atau reguler.
lanjutan
(3) PJJ dlm berbagai bentuk, modus, dan
cakupan yg didukung oleh sarana dan
layanan belajar serta sistem penilaian
yg menjamin mutu lulusan sesuai
dengan SNP.
(4) Ketentuan mengenai penyelenggaraan PJJ sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur
lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah
Pendidikan Khusus (PK) dan
Pendidikan Layanan Khusus (PLK)
Pasal 32
(1) PK mrpk pendidikan bagi peserta
didik yg memiliki kesulitan dalam
mengikuti pembelajaran krn kelainan
fisik, emosional, mental, sosial, dan/
atau memiliki potensi kecerdasan dan
bakat istimewa.
lanjutan
(2) PLK mrpk pend. bagi peserta didik di
daerah terpencil atau terbelakang,
masy. adat terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial,
dan tidak mampu dari segi ekonomi.
(3) Ketentuan mengenai pelaksanaan PK
dan PLK sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur
lebih lanjut dg Peraturan Pemerintah.
BAHASA PENGANTAR
Pasal 33
(1) Bahasa Indonesia sbg Bhs Negara
menjadi bhs pengantar dlm pend. nas.
(2) Bhs daerah dpt digunakan sbg bhs
pengantar pd tahap awal pend bila diperlukan pd penyampaian pengetahu-an
dan/atau keterampilan tertentu.
(3) Bhs asing dpt dipakai pd satuan pend
tertentu guna mendukung kemampuan
berbhs asing peserta didik.
WAJIB BELAJAR
Pasal 34
(1) Setiap warga negara yg berusia 6 th
dpt mengikuti program wajib belajar.
(2) Pemerintah dan PemDa menjamin
wajib belajar pada jenjang pendidikan
dasar tanpa memungut biaya.
(3) Wajib belajar merupakan tanggung
jawab negara yang diselenggarakan oleh
lemb pend Pemerintah, PemDa, dan
masyarakat.
STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN
Pasal 35
(1) SNP: standar isi, proses, kompetensi
lulusan, tenaga kependidikan, sarana &
prasarana, pengelolaan, pembiaya-an,
dan penilaian pend yg ditingkat-kan
secara berencana dan berkala.
(2) SNP digunakan sbg acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidi-kan,
sarana dan prasarana, pengelolaan, dan
pembiayaan.
lanjutan
(3) Pengemb SNP serta pemantauan dan
pelaporan pencapaiannya secara nas.
dilaksnkn oleh badan standardisasi,
penjaminan, dan pengendalian mutu
pendidikan.
(4) Ketentuan mengenai standar nas.
pend sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), (2), dan ayat (3) diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
KURIKULUM
Pasal 36
(1) Pengemb kurikulum mengacu pd SNP
untuk mewujudkan tujuan pend. nas.
(2) Kurikulum dikembangkan dg prinsip
diversifikasi sesuai dg satuan pend, potensi
daerah, dan peserta didik.
(3) Kurikulum disusun sesuai dg jenjang pend.
dalam kerangka NRKRI dengan
memperhatikan:
lanjutan
memperhatikan:
•peningkatan: iman dan takwa; akhlak mulia;
potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;
•keragaman potensi daerah dan lingkungan;
•tuntutan pemb. daerah dan nasional
•tuntutan dunia kerja;
•perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni;
lanjutan
• agama;
• dinamika perkembangan global; dan
• persatuan nas dan nilai kebangsaan.
(4) Ketentuan mengenai pengembangan
kurikulum sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 37
(1) Kurikulum pend. dasar & menengah wajib
memuat: pend. agama; pend.
kewarganegaraan; bahasa; matema-tika;
ilmu pengetahuan alam; ilmu pengetahuan
sosial; seni dan budaya; pend. jasmani dan
olahraga; keterampilan/kejuruan; dan mulok.
(2) Kurikulum pend. tinggi wajib memuat:
pendidikan agama; pend.
kewarganegaraan; dan bahasa.
(3) Ketentuan lebih lanjut diatur dg PP.
Pasal 38
(1) Kerangka dasar dan struktur kurikulum pend. dasar & menengah ditetapkan oleh Pemerintah.
(2) Kurikulum pend. dasar & menengah
dikembangkan sesuai dg relevansinya
oleh setiap kelompok/satuan pend dan
komite sekolah/madrasah di koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau
kantor Dep. Agama Kab./Kota untuk
pendidikan dasar dan Propinsi untuk
pendidikan menengah.
(3) Kurikulum pend. tinggi dikembangkan oleh perguruan tinggi (PT) ybs dg
mengacu pd SNP untuk setiap Prodi.
(4) Kerangka dasar dan struktur kurikulum pend. tinggi dikembangkan oleh
PT ybs dg mengacu pd SNP untuk
setiap Prodi.
PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
Pasal 39
(1) Tenaga kependidikan (Tendik) bertugas
melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengemb., pengawasan, dan pelayanan teknis
untuk menun-jang proses pend pd satuan
pend.
(2) Pendidik mrpk tenaga profesional yg
bertugas merenc. dan melaksanakan proses
pembelajaran, pembimb. dan pelatihan, menilai
hasil belajar, meneliti dan PPM (untuk
dosen/pendidik pd PT).
Pasal 40
(1) Pendidik dan Tendik berhak memper-oleh:
penghasilan & jaminan kesejah-teraan
sosial yg memadai; pengharga-an sesuai dg
tugas dan prestasi kerja; pembinaan karier
sesuai dg tuntutan pengemb. kualitas;
perlindungan hukum dlm melaksanakan
tugas dan hak atas HAKI; dan kesempatan
untuk menggunakan Sarpras, dan fasilitas
pend. untuk menunjang kelancaran
pelaksanaan tugas.
lanjutan
(2) Pendidik dan Tendik wajib: mencip-takan
suasana pend. yg bermakna,
menyenangkan, kreatif, dinamis, dan
dialogis; mempunyai komitmen secara
profesional untuk meningkatkan mutu
pendidikan; dan memberi teladan dan
menjaga nama baik lembaga, profesi, dan
kedudukan sesuai dg kepercayaan yang
diberikan kepadanya.
Pasal 41
(1) Pendidik dan Tendik dpt bekerja secara
lintas daerah.
(2) Pengangkatan, penempatan, dan
penyebaran Pendidik & Tendik diatur oleh
lembaga yg mengangkat berda-sarkan
kebutuhan satuan pend formal.
(3) Pemerintah dan PemDa wajib memfasilitasi satuan pendidikan dg Pend. &
Tendik yg diperlukan guna menjamin
terselenggrnya pendidikan yg bermutu
Pasal 42
(1) Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum
dan sertifikasi sesuai dg jenjang kewenangan
mengajar, sehat jasmani & rohani, dan
memiliki kemam puan mewujudkan tujuan
pend. nas.
(2) Pendidik pd pend. formal jenjang PAUD,
pend. dasar, menengah, dan PT dihasilkan
oleh PT yg terakreditasi.
(3) Ketentuan ttg kualifikasi pendidik dalam ayat
(1) dan (2) diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.
Pasal 43
(1) Promosi & penghargaan bagi pendidik dan
Tendik dilakukan berdasarkan latar belakang
pend, pengalaman, kemam-puan, dan
prestasi kerja dlm bid pend.
(2) Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh
PT yg memiliki program pengada-an Tendik
yang terakreditasi.
(3) Ketentuan mengenai promosi, penghargaan, dan sertifikasi pendidik spt
• dlm ayat (1) dan (2) diatur dg PP.
Pasal 44
(1) Pemerintah & PemDa wajib membina dan
mengembangkan Tendik pd satuan pend yg
diselenggrkan Pem & PemDa.
(2) Penyelenggara pend oleh masy wajib
membina dan mengembangkan Tendik pd
satuan pend yg diselenggarakannya
(3) Pemerintah & PemDa wajib memban-tu
pembinaan dan pengembangan Tendik pd
satuan pendidikan formal yg
diselenggarakan oleh masyarakat.
SARANA & PRASARANA PENDIDIKAN
Pasal 45
(1) Setiap satuan pendidikan formal dan
nonformal menyediakan SarPras yg
memenuhi keperluan pend. sesuai dg
pertumbuhan & perkembangan potensi
fisik, kecerdasan intelektual, sosial,
emosional, dan kejiwaan peserta didik.
(2) Ketentuan mengenai penyediaan
SarPras pend. pd semua satuan Pend. spt
dimaksud dlm ayat (1) diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah.
Tanggung Jawab Pendanaan
Pasal 46
(1) Pendanaan pend. menjadi tanggung jawab
bersama Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan
masyarakat.
(2) Pemerintah & PemDa bertanggung jawab
menyediakan anggaran pend. sebagaimana
diatur dalam Pasal 31 ayat (4) UUD RI Tahun
1945.
(3) Ketentuan ttg tanggung jawab pendanaan
pendidikan pd ayat (1) dan (2) diatur lebih
lanjut dg PP
Sumber Pendanaan Pendidikan
Pasal 47
(1) Sumber pendanaan pend. ditentukan
berdasar prinsip keadilan, kecukupan, dan
keberlanjutan.
(2) Pemerintah, PemDa, dan masy. Mengerahkan sumber daya yg ada sesuai dg
peraturan yg berlaku.
(3) Ketentuan mengenai sumber pendanaan
pend. dalam ayat (1) & (2) diatur lebih lanjut
dengan PP.
Pengelolaan Dana Pendidikan
Pasal 48
(1) Pengelolaan dana pend. berdasarkan pd
prinsip keadilan, efisiensi, transpa-ransi, dan
akuntabilitas publik.
(2) Ketentuan mengenai pengelolaan dana
pend. sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.
Pengalokasian Dana Pendidikan
Pasal 49
(1) Dana pendidikan selain gaji pendidik dan
biaya pendidikan kedinasan dialokasikan
minimal 20% dari Ang-garan Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) pd sektor pendidikan
dan minimal 20% dari APB Daerah.
(2) Gaji guru & dosen yg diangkat oleh
Pemerintah dialokasikan dlm APBN.
(3) Dana pend. dari Pemerintah & PemDa
untuk satuan pend. diberikan dalam bentuk
hibah sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
(4) Dana pend dari Pemerth kpd PemDa
diberikan dalam bentuk hibah.
(5) Ketentuan mengenai pengalokasian dana
pendidikan sebagaimana dimak-sud dalam
ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4)
diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.
PENGELOLAAN PENDIDIKAN
Pasal 50
(1) Pengelolaan sistem pend. nasional
mrpk tanggung jawab Menteri.
(2) Pem. menentukan kebijakan nas. dan
SPN untuk menjamin mutu pend.
(3) PemDa Propinsi melakukan koord.
atas penyelenggaraan pend., pengembangan Tendik, & penyediaan fasilitas
pendidikan lintas daerah Kab/ Kota untuk
tingkat pend dasar & menengah.
(4) Pemerintah Kab/Kota mengelola pend
dasar & menengah, dan satuan pend.
yg berbasis keunggulan lokal.
(5) PT menentukan kebijakan dan
memiliki otonomi dalam mengelola
pendidikan di lembaganya.
(6) Ketentuan mengenai pengelolaan
pendidikan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat
(4), ayat (5), dan ayat (6) diatur lebih
lanjut dengan PP.
Pasal 51
(1) Pengelolaan satuan PAUD, pend.
dasar, dan pend. menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal (SPM) dg prinsip manajemen berbasis sekolah (MBS).
(2) Pengelolaan satuan PT dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi,
akuntabilitas, jaminan mutu, dan
evaluasi yang transparan.
(3) Ketentuan lebih lanjut diatur dg PP
Pasal 52
(1) Pengelolaan satuan pend. Nonformal dilakukan oleh Pemerintah,
PemDa, dan/atau masyarakat.
(2) Ketentuan mengenai pengelolaan
satuan pendidikan nonformal diatur
lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.
Dewan Pendidikan dan Komite
Sekolah/Madrasah
Pasal 56
(1) Masyarakat berperan dalam peningkatan
mutu pelayanan pendidikan yang meliputi
perencanaan, pengawasan, dan evaluasi
program pend melalui dewan pendidikan dan
komite sekolah/madrasah.
(2) Dewan Pend. sebagai lembaga mandiri
dibentuk dan berperan dlm peningkatan mutu
pelayanan pend dg memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, Sarpras,
dan pengawasan pendidikan pd tingkat Nas,
Prop, dan Kab./Kota.
(3) Komite sekolah, sebagai lembaga mandiri,
dibentuk dan berperan dlm peningkatan mutu
pelayanan dg memberikan pertimbangan,
arahan dan dukungan tenaga,Sarpras, serta
pengawasan pend pd tingkat satuan pend.
Evaluasi
Pasal 57
(1) Evaluasi dilakukan dlm rangka pengendalian mutu pend secara nasional sbg bentuk
akuntabilitas penyelenggara pendidikan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
(2) Evaluasi dilakukan terhadap peserta didik,
lembaga, dan program pendidikan pada jalur
formal dan nonformal untuk semua jenjang,
satuan, dan jenis pendidikan.
Pasal 58
(1) Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses,
kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta
didik secara berkesinambungan.
(2) Evaluasi peserta didik, satuan pendidikan,
dan program pend dilakukan oleh lembaga
mandiri secara berkala, menyeluruh,
transparan, dan sistemik untuk menilai
pencapaian standar nasional pendidikan.
Pasal 59
(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah
melakukan evaluasi terhadap pengelola,
satuan, jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.
(2) Masyarakat dan/atau organisasi profesi
dapat membentuk lembaga yang mandiri
(LAM) untuk melakukan evaluasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58.
(3) Ketentuan mengenai evaluasi spt dalam
ayat (1) dan (2) diatur lebih lanjut dg PP.
Akreditasi
Pasal 60
(1) Akreditasi dilakukan untuk menentukan
kelayakan program dan satuan pendidikan pd
jalur pend formal dan nonformal pd setiap
jenjang dan jenis pendidikan.
(2) Akreditasi terhadap program dan satuan
pend dilakukan oleh Pem. dan/atau LAM yg
berwenang sbg bentuk akuntabilitas publik.
(3) Akreditasi dg kriteria yg bersifat terbuka.
(4) Ketentuan lebih lanjut diatur dg PP.
Sertifikasi
Pasal 61
(1) Sertifikat berupa ijazah dan sertifikat kompt.
(2) Ijazah diberikan kpd peserta didik sebagai
pengakuan thd prestasi belajar dan/atau
penyelesaian suatu jenjang pend setelah lulus
ujian yang diselenggarakan oleh satuan
pendidikan yang terakreditasi.
lanjutan
(3) Sertifikat kompetensi diberikan oleh penyelenggara pend dan lembaga pelatihan kpd
peserta didik dan warga masyarakat sebagai
pengakuan terhadap kompetensi untuk
melakukan pekerjaan tertentu setelah lulus
uji kompetensi yang diselenggarakan oleh
satuan pendidikan yang terakreditasi atau
lembaga sertifikasi.
(4) Ketentuan mengenai sertifikasi spt dimaksud dlm ayat (1), (2), dan (3) diatur dg PP.
PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN
Pasal 62
(1) Setiap satuan pend. formal & nonformal yg
didirikan wajib memperoleh izin Pem/Pemda.
(2) Syarat untuk memperoleh izin meliputi: isi
pendidikan, jumlah dan kualifikasi Pendidik dan
Tendik, Sarpras pendidikan, pembiayaan
pendidikan, sistem evaluasi dan sertifikasi, serta
manajemen dan proses pendidikan.
(3) Pem/Pemda memberi atau mencabut izin
pendirian satuan pend sesuai dg peraturan.
lanjutan
Pasal 63
(1) Satuan pendidikan yang didirikan dan
diselenggarakan oleh Perwakilan Republik
Indonesia di negara lain menggunakan
ketentuan Undang-undang ini.
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
OLEH LEMBAGA NEGARA LAIN
Pasal 64
Satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
perwakilan negara asing di wilayah NKRI, bagi
peserta didik warga negara asing, dapat
menggunakan ketentuan yg berlaku di negara
yang bersangkutan atas persetujuan
Pemerintah Republik Indonesia.
Pasal 65
(1) Lembaga pend asing yg terakreditasi atau
yg diakui di negaranya dpt menyelenggara-kan
pend di wilayah NKRI sesuai dg peraturan
perundang-undangan yg berlaku.
(2) Lembaga pend asing pd tingkat pendidikan
dasar dan menengah wajib memberikan
pendidikan agama dan kewarganegaraan bagi
peserta didik Warga Negara Indonesia.
lanjutan
(3) Penyelenggaraan pend asing wajib bekerja
sama dg lembaga pendidikan di wilayah
NKRI dg mengikutsertakan tenaga pendidik
dan pengelola Warga Negara Indonesia.
(4) Kegiatan pend yang menggunakan sistem
pendidikan negara lain yg diselenggarakan
di wilayah NKRI dilakukan sesuai dg peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(5) Ketentuan spt dimaksud dalam ayat (1), (2),
(3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dg PP.
PENGAWASAN
Pasal 66
(1) Pemerintah, PemDa, dewan pendidikan, dan
komite sekolah/madrasah melakukan
pengawasan atas penyelenggaraan pend pd
semua jenjang dan jenis pendidikan sesuai
dengan kewenangan masing-masing.
(2) Pengawasan spt dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan secara transparan dan akuntabel.
(3) Ketentuan mengenai pengawasan spt dalam
ayat (1) diatur lebih lanjut dg PP.
KETENTUAN PIDANA
Pasal 67
(1) Perseorangan, organisasi, atau penyelenggara pend yg memberikan ijazah, sertifikat
kompetensi, gelar akademik, profesi, dan/ atau
vokasi tanpa hak dipidana penjara paling lama
10 tahun dan/atau denda paling banyak
Rp1.000.000.000,-(satu miliar rp)
(2) Penyelenggara PT yg dinyatakan ditutup
berdasarkan Pasal 21 ayat (5) dan masih
beroperasi dipidana penjara maks 10 tahun
dan/atau denda maks Rp1.000.000.000,-
lanjutan
(3) Penyelenggara pendidikan yg memberikan
sebutan guru besar/profesor dg melanggar
Psl 23 ayat (1) dipidana penjara maks 10 thn
dan/atau denda maks Rp 1.000.000.000,-.
(4) Penyelenggara pend jarak jauh yang tidak
memenuhi syarat spt dimaksud dalam Pasal
31 ayat (3) dipidana penjara 10 thn dan/atau
denda paling banyak Rp 1.000.000.000,(satu miliar rupiah).
Pasal 69
(1) Setiap orang yg menggunakan ijazah, sertifikat kompetensi, gelar akademik, profesi,
dan/atau vokasi yg terbukti palsu dipidana
penjara maks 5 tahun dan/atau denda maks
Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
(2) Setiap orang yg dg sengaja tanpa hak
menggunakan ijazah dan/atau sertifikat
Kompetensi dalam Pasal 61 ayat (2) dan (3)
yg terbukti palsu dipidana penjara maks 5 th
dan/atau denda maks Rp 500.000.000,-.
Pasal 70
Lulusan yg menggunakan karya ilmiah jiplakan
untuk mendapatkan gelar akademik, profesi,
atau vokasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 25 ayat (2) terbukti merupakan
dipidana penjara maks 2 tahun dan/atau
denda maks Rp200.000.000,-.
Pasal 71
Penyelenggara satuan pend yg didirikan tanpa
izin Pemerintah/Pemda penjara maks 10 thn
dan/atau denda maks Rp 1.000.000.000,-.
TERIMAKASIH
MATURNUWUN
THANKS YOU
for your attention
No 20 Th 2003 tentang
SISTIM PENDIDIKAN
NASIONAL (SPN)
MOCH ALIP
Email: [email protected]
12/9/2011
Beberapa Definisi/Pengertian pd SPN
• Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
lanjutan
• SPN adalah keseluruhan komponen
pendidikan yang saling terkait secara terpadu
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
• Pendidik adalah tenaga kependidikan yang
berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor,
pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur,
fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai
dengan kekhususannya, serta berpartisipasi
dalam menyelenggarakan pendidikan.
lanjutan
• SPN adalah keseluruhan komponen
pendidikan yang saling terkait secara terpadu
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
• Pendidik adalah tenaga kependidikan yang
berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor,
pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur,
fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai
dengan kekhususannya, serta berpartisipasi
dalam menyelenggarakan pendidikan.
lanjutan
• Satuan pendidikan adalah kelompok layanan
pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan
informal pada setiap jenjang dan jenis
pendidikan.
• Pendidikan formal adalah jalur pendidikan
yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri
atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi.
lanjutan
• Pendidikan nonformal adalah jalur
pendidikan di luar pendidikan formal yg dapat
dilaksana-kan secara terstruktur dan
berjenjang.
• Pendidikan informal adalah jalur pendidikan
keluarga dan lingkungan.
lanjutan
• Pendidikan anak usia dini adalah suatu
upaya pembinaan yang ditujukan kepada
anak sejak lahir sampai dengan usia enam
tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
lanjutan
• Pendidikan jarak jauh adalah pendidikan yang
peserta didiknya terpisah dari pendidik dan
pembelajarannya menggunakan berbagai
sumber belajar melalui teknologi komunikasi,
informasi, dan media lain.
• Pendidikan berbasis masyarakat adalah
penyelenggaraan pendidikan berdasarkan
kekhasan agama, sosial, budaya, aspirasi,
dan potensi masyarakat sebagai perwujudan
pendidikan dari, oleh, dan untuk masyarakat.
lanjutan
• Standar nasional pendidikan adalah kriteria
minimal tentang sistem pendidikan di seluruh
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
• Wajib belajar adalah program pendidikan
minimal yang harus diikuti oleh Warga
Negara Indonesia atas tanggung jawab
Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
lanjutan
• Evaluasi pendidikan adalah kegiatan
pengendalian, penjaminan, dan penetapan
mutu pendidikan terhadap berbagai
komponen pendidikan pada setiap jalur,
jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk
pertanggungjawaban penyelenggaraan
pendidikan.
• Akreditasi adalah kegiatan penilaian
kelayakan program dalam satuan pendidikan
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.
lanjutan
• Sumber daya pendidikan adalah segala
sesuatu yg dipergunakan dalam penyelenggaraan pendidikan yang meliputi tenaga
kependidikan, masyarakat, dana, dan sarpras
• Dewan pendidikan adalah lembaga mandiri
yang beranggotakan berbagai unsur
masyarakat yang peduli pendidikan.
• Komite sekolah adalah lembaga mandiri yang
beranggotakan orang tua/wali peserta didik,
komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat
yang peduli pendidikan.
Pasal 3
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yg beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan
Pasal 4
Pendidikan diselenggarakan:
(1) secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, menjunjung tinggi HAM, dan nilai
keagamaan, kultural, dan kemajemukan.
(2) sbg satu kesatuan yang sistemik dengan
sistem terbuka dan multi makna.
(3) sbg proses pembudayaan & pemberdayaan
peserta didik, berlangsung sepanjang hayat
Pasal 4 (lanjutan)
(4) dg memberi keteladanan, membangun
kemauan, dan mengembangkan kreativitas
peserta didik dalam proses pembelajaran.
(5) dengan mengembangkan budaya membaca,
menulis, dan berhitung bagi segenap warga
masyarakat.
(6) dengan memberdayakan semua komponen
masyarakat melalui peran serta dalam
penyelenggaraan dan pengendalian mutu
layanan pendidikan.
Hak dan Kewajiban Warga
Negara
Pasal 5. Setiap warga negara (WN):
(1) berhak memperoleh pendidikan bermutu.
(2) WN berkelainan fisik, emosional, mental,
intelek-tual, dan/atau sosial berhak atas
pendidikan khusus
(3) WN di daerah terpencil/terbelakang
berhak memperoleh pendidikan layanan
khusus.
(4) WN yg memiliki berbakat istimewa berhak
memperoleh pendidikan khusus.
(5) berhak atas pendidikan sepanjang hayat.
Pasal 6.
(1) Setiap warga negara yang berusia 7 s.d. 15
thn wajib mengikuti pendidikan dasar (SDSMP).
(2) Setiap WN bertanggung jawab terhadap
keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan.
Pasal 7
(1) Ortu berhak memilih sekolah dan memperoleh
info ttg perkembangan pendidikan anaknya.
(2) Ortu dari anak usia wajib belajar,
berkewajiban memberikan pendidikan dasar
kepada anaknya.
Hak dan Kewajiban
Masyarakat
Pasal 8
Masyarakat berhak berperan serta dlm
perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, dan evaluasi program
pendidikan.
Pasal 9
Masyarakat berkewajiban memberikan
dukungan sumber daya dalam
penyelenggaraan pendidikan.
Hak dan Kewajiban Pemerintah
(Pusat dan Daerah)
Pasal 10
Pemerintah berhak mengarahkan, membimbing,
membantu, dan mengawasi penyelenggaraan
pend.
Pasal 11.
(1) Pemerintah wajib memberikan layanan,
kemudah-an, menjamin terselenggaranya
pend. bermutu
(2) Pemerintah wajib menjamin tersedianya dana
guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap
warga negara yang berusia 7 – 15 tahun
PESERTA DIDIK
Pasal 12. Setiap peserta didik berhak:
(1). Mendapatkan: pend. agama sesuai
agamanya, oleh pendidik seagama;
pelayanan pend. sesuai bakat, minat,
dan kemampuannya; beasiswa bagi
yg berprestasi ttp miskin; biaya pend
bagi yg tidak mampu membiayai ;
pindah ke program lain yg setara;dan
menyelesaikan pendidikan sesuai
dengan kecepatan belajarnya
PESERTA DIDIK (lanjutan)
(2) Setiap peserta didik berkewajiban:
menjaga norma-norma pend. untuk
menjamin keberhasilan pend.; ikut
membiayai penyelenggaraan pend.,
kecuali yg tidak mampu.
(3) WNA dapat menjadi peserta didik pd
satuan pend. Di Indonesia.
(0) Ketentuan hak dan kewajiban tsb
diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah (PP).
JALUR, JENJANG, DAN JENIS
PENDIDIKAN
Pasal 13.
(1) JALUR pendidikan terdiri atas
pendidikan formal, nonformal, dan
informal yang dapat saling melengkapi
dan memperkaya.
(2) Pendidikan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) diselenggarakan dg
sistem terbuka melalui tatap muka
dan/atau melalui jarak jauh.
Pasal 14.
JENJANG Pendidikan Formal terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi.
Pasal 15.
JENIS pend. mencakup pend. umum,
kejuruan, akademik, profesi, vokasi,
keagamaan, dan khusus.
Pasal 16.
Jalur, jenjang, dan jenis pend. dapat dalam
bentuk satuan pend. yg diselenggarakan oleh Pemerintah/PemDa/Masy.
PENDIDIKAN MENENGAH
Pasal 18.
Pendidikan menengah merupakan
lanjutan pendidikan dasar, terdiri atas
Pend. Umum dan Pend. Kejuruan.
Pendidikan menengah berbentuk: SMA,
Madrasah Aliyah (MA), SMK, dan
Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau
bentuk lain yang sederajat.
Ketentuan lain diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah (PP).
PENDIDIKAN TINGGI
Pasal 19
(1) Pendidikan tinggi mrpkan jenjang
pend. setelah pend. menengah yg
mencakup program pend diploma,
sarjana, magister, spesialis, dan doktor
yg diselenggarakan oleh perguruan
tinggi (PT).
(2) PT diselenggrkan dg sistem terbuka
Pasal 20
(1) PT dpt berbentuk akademi, politeknik,
sekolah tinggi, institut, atau universitas
(2) PT wajib menyelenggrkan pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kpd masy.
(3) PT dpt menyelenggrkan program
akademik, profesi, dan/atau vokasi.
(4) Ketentuan mengenai PT sebagaimana
disebut ayat 1;2;3 tsb akan diatur dg PP
(terbaru PP SPT Th 2014).
Pasal 21
(1) PT yg memenuhi syarat pendirian
dan dinyatakan berhak menyelenggrkan program pend. tertentu dapat
memberikan gelar akademik, profesi,
atau vokasi sesuai dengan program
pendidikan yang diselenggarakannya.
(2) Perseorangan, organisasi, atau
penyelenggara pend. yg bukan PT
dilarang memberikan gelar akademik,
profesi, atau vokasi.
Pasal 21
(3) Gelar akademik, profesi, atau vokasi
hanya digunakan oleh lulusan dari PT
yg berhak memberikan gelar.
(4) Penggunaan gelar akademik, profesi,
atau vokasi lulusan PT hanya dibenarkan dlm bentuk dan singkatan yang
diterima dari PT ybs.
(5) Penyelenggara pendidikan yg tidak
memenuhi persyaratan pendirian spt
dalam ayat (1) ayat (2) akan ditutup.
Pasal 21
(6) Gelar akademik, profesi, atau vokasi
yang dikeluarkan oleh penyelenggara
pend. yg tidak sesuai dg ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
atau penyelenggara pendidikan yg
bukan PT sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) dinyatakan tidak sah.
(7) Ketentuan mengenai gelar akademik,
profesi, atau vokasi spt dimaksud pd
ayat (1), (2), (3), (4), (5), dan (6) akan
diatur dg Peraturan Pemerintah.
Pasal 22
Universitas, institut, dan sekolah tinggi
yang memiliki program doktor berhak
memberikan gelar doktor kehormatan
(doktor honoris causa) kepada setiap
individu yang layak memperoleh
penghargaan berkenaan dengan jasajasa yang luar biasa dalam bidang ilmu
pengetahuan, teknologi,
kemasyarakatan, keagamaan,
kebudayaan, atau seni.
Pasal 23
(1) Pada universitas, institut, dan
sekolah tinggi dapat diangkat guru besar
atau profesor sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(2) Sebutan guru besar atau profesor
hanya dipergunakan selama yang
bersangkutan masih aktif bekerja
sebagai pendidik di perguruan tinggi.
Pasal 24
(1) Dlm penyelenggaraan pendidikan dan
pengemb ilmu pengetahuan, pd PT
berlaku kebebasan akademik &mimbar
akademik dan otonomi keilmuan.
(2) PT memiliki otonomi untuk mengelola
sendiri lembaganya sebagai pusat
penyelenggaraan PT, penelitian ilmiah,
dan pengabdian kepada masyarakat.
(3) PT dapat memperoleh sumber dana
dari masyarakat yg dikelola berdasar-kan
prinsip akuntabilitas publik.
Pasal 25
(1) PT menetapkan syarat kelulusan
untuk mendapatkan gelar.
(2) Lulusan PT yg karya ilmiahnya
digunakan untuk memperoleh gelar
akademik, profesi, atau vokasi terbukti
jiplakan dicabut gelarnya.
(3) Ketentuan mengenai syarat kelulusan dan pencabutan sebagaimana dlm
ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah.
Pendidikan Nonformal
Pasal 26
(1) Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masy yg memerlukan
layanan pendi. yg berfungsi sbg pengganti, penambah, dan/atau pelengkap
pendidikan formal dlm rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.
(2) Pend. nonformal berfungsi mengem-bangkan potensi peserta didik dengan penekanan
penguasaan pengetahuan & keterampilan dan pengembangan sikap dan kepribadian
profesional.
(3) Pend nonformal meliputi pendidikan: kecakapan hidup, PAUD, kepemudaan,
pemberdayaan perempuan, keaksara-an, keterampilan dan pelatihan kerja, pend.
kesetaraan, dan pendidikan lain untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
(3) Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok
belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan
yang
sejenis.
(0) Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal
pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri,
mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi.
(0) Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan
formal
setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh
Pemerintah
atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.
(0) Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan nonformal sebagaimana dimaksud
dalam
ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.
(4) Satuan pend nonformal terdiri atas
lembaga kursus, lembaga pelatihan,
kelompok belajar, pusat kegiatan
belajar masyarakat (PKPM), majelis
taklim, serta satuan pend lain sejenis.
(5) Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masy yg memerlukan bekal
pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengemb.profesi, usaha
mandiri, bekerja, dan/atau melanjutkan pend ke jenjang yang lebih tinggi.
(6) Hasil pend nonformal dapat dihargai
setara dengan hasil program pend.
Formal melalui proses penilaian
penyetaraan oleh lembaga yg ditunjuk
Pemerintah/Pemerintah Daerah dg
mengacu pd standar nasional pend.
(7) Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan nonformal sebagaimana
dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat
(4), ayat (5), dan ayat (6) diatur lebih
lanjut dengan PP (Peraturan
Pemerintah).
Pendidikan Informal
Pasal 27
(1) Pend. informal dilakukan oleh kelg
dan lingkungan berbentuk KBM (kegiatan
belajar secara mandiri).
(2) Hasil pend. informal (ayat 1) diakui =
pend. formal dan nonformal setelah
peserta didik lulus ujian sesuai dg SNP.
(3) Pengakuan hasil pend. Informal pd
ayat (2) diatur dg PP.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD
Pasal 28
(1) PAUD adalah jenjang sebelum
pendidikan dasar.
(2) PAUD dapat jalur pend. formal,
nonformal, dan/atau informal.
(3) PAUD pd jalur pend. formal berbentuk TK, Raudatul Athfal (RA) atau
bentuk lain yg sederajad.
lanjutan
(4) PAUD pd jalur pend. nonformal ber.
bentuk Kelompok Bermain (KB), Taman
Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain
yg sederajad.
(5) PAUD pd jalur pend. informal berbentuk pendidikan keluarga atau pend
yg diselenggarakan oleh lingkungan.
(6) Ketentuan seperti dalam ayat (1),
(2), (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah
Pendidikan Kedinasan
Pasal 29
(1) Pend. kedinasan mrpk pend. profesi
yg diselenggrkn oleh departemen atau
lembg pemerintah non-departemen.
(2) Pend kedinsan berfungsi meningkatkan kemampuan dan keterampilan
dalam pelaksanaan tugas kedinasan
bagi peg. dan calon peg negeri suatu
departemen atau lembaga pemerintah
non-departemen.
lanjutan
(3) Pend kedinasan diselenggrkn melalui
jalur pend formal dan nonformal.
(4) Ketentuan mengenai pend kedinasan
seperti dalam ayat (1), (2), dan ayat
(3) diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah (PP).
Pendidikan Jarak Jauh
Pasal 31
(1) Pend. jarak jauh (PJJ) dpt diselenggarakan pd semua jalur, jenjang, dan
jenis pendidikan.
(2) PJJ berfungsi memberikan layanan
pend kpd kelompok masy yg tidak dapat
mengikuti pendidikan secara tatap muka
atau reguler.
lanjutan
(3) PJJ dlm berbagai bentuk, modus, dan
cakupan yg didukung oleh sarana dan
layanan belajar serta sistem penilaian
yg menjamin mutu lulusan sesuai
dengan SNP.
(4) Ketentuan mengenai penyelenggaraan PJJ sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur
lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah
Pendidikan Khusus (PK) dan
Pendidikan Layanan Khusus (PLK)
Pasal 32
(1) PK mrpk pendidikan bagi peserta
didik yg memiliki kesulitan dalam
mengikuti pembelajaran krn kelainan
fisik, emosional, mental, sosial, dan/
atau memiliki potensi kecerdasan dan
bakat istimewa.
lanjutan
(2) PLK mrpk pend. bagi peserta didik di
daerah terpencil atau terbelakang,
masy. adat terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial,
dan tidak mampu dari segi ekonomi.
(3) Ketentuan mengenai pelaksanaan PK
dan PLK sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur
lebih lanjut dg Peraturan Pemerintah.
BAHASA PENGANTAR
Pasal 33
(1) Bahasa Indonesia sbg Bhs Negara
menjadi bhs pengantar dlm pend. nas.
(2) Bhs daerah dpt digunakan sbg bhs
pengantar pd tahap awal pend bila diperlukan pd penyampaian pengetahu-an
dan/atau keterampilan tertentu.
(3) Bhs asing dpt dipakai pd satuan pend
tertentu guna mendukung kemampuan
berbhs asing peserta didik.
WAJIB BELAJAR
Pasal 34
(1) Setiap warga negara yg berusia 6 th
dpt mengikuti program wajib belajar.
(2) Pemerintah dan PemDa menjamin
wajib belajar pada jenjang pendidikan
dasar tanpa memungut biaya.
(3) Wajib belajar merupakan tanggung
jawab negara yang diselenggarakan oleh
lemb pend Pemerintah, PemDa, dan
masyarakat.
STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN
Pasal 35
(1) SNP: standar isi, proses, kompetensi
lulusan, tenaga kependidikan, sarana &
prasarana, pengelolaan, pembiaya-an,
dan penilaian pend yg ditingkat-kan
secara berencana dan berkala.
(2) SNP digunakan sbg acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidi-kan,
sarana dan prasarana, pengelolaan, dan
pembiayaan.
lanjutan
(3) Pengemb SNP serta pemantauan dan
pelaporan pencapaiannya secara nas.
dilaksnkn oleh badan standardisasi,
penjaminan, dan pengendalian mutu
pendidikan.
(4) Ketentuan mengenai standar nas.
pend sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), (2), dan ayat (3) diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
KURIKULUM
Pasal 36
(1) Pengemb kurikulum mengacu pd SNP
untuk mewujudkan tujuan pend. nas.
(2) Kurikulum dikembangkan dg prinsip
diversifikasi sesuai dg satuan pend, potensi
daerah, dan peserta didik.
(3) Kurikulum disusun sesuai dg jenjang pend.
dalam kerangka NRKRI dengan
memperhatikan:
lanjutan
memperhatikan:
•peningkatan: iman dan takwa; akhlak mulia;
potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;
•keragaman potensi daerah dan lingkungan;
•tuntutan pemb. daerah dan nasional
•tuntutan dunia kerja;
•perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni;
lanjutan
• agama;
• dinamika perkembangan global; dan
• persatuan nas dan nilai kebangsaan.
(4) Ketentuan mengenai pengembangan
kurikulum sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 37
(1) Kurikulum pend. dasar & menengah wajib
memuat: pend. agama; pend.
kewarganegaraan; bahasa; matema-tika;
ilmu pengetahuan alam; ilmu pengetahuan
sosial; seni dan budaya; pend. jasmani dan
olahraga; keterampilan/kejuruan; dan mulok.
(2) Kurikulum pend. tinggi wajib memuat:
pendidikan agama; pend.
kewarganegaraan; dan bahasa.
(3) Ketentuan lebih lanjut diatur dg PP.
Pasal 38
(1) Kerangka dasar dan struktur kurikulum pend. dasar & menengah ditetapkan oleh Pemerintah.
(2) Kurikulum pend. dasar & menengah
dikembangkan sesuai dg relevansinya
oleh setiap kelompok/satuan pend dan
komite sekolah/madrasah di koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau
kantor Dep. Agama Kab./Kota untuk
pendidikan dasar dan Propinsi untuk
pendidikan menengah.
(3) Kurikulum pend. tinggi dikembangkan oleh perguruan tinggi (PT) ybs dg
mengacu pd SNP untuk setiap Prodi.
(4) Kerangka dasar dan struktur kurikulum pend. tinggi dikembangkan oleh
PT ybs dg mengacu pd SNP untuk
setiap Prodi.
PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
Pasal 39
(1) Tenaga kependidikan (Tendik) bertugas
melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengemb., pengawasan, dan pelayanan teknis
untuk menun-jang proses pend pd satuan
pend.
(2) Pendidik mrpk tenaga profesional yg
bertugas merenc. dan melaksanakan proses
pembelajaran, pembimb. dan pelatihan, menilai
hasil belajar, meneliti dan PPM (untuk
dosen/pendidik pd PT).
Pasal 40
(1) Pendidik dan Tendik berhak memper-oleh:
penghasilan & jaminan kesejah-teraan
sosial yg memadai; pengharga-an sesuai dg
tugas dan prestasi kerja; pembinaan karier
sesuai dg tuntutan pengemb. kualitas;
perlindungan hukum dlm melaksanakan
tugas dan hak atas HAKI; dan kesempatan
untuk menggunakan Sarpras, dan fasilitas
pend. untuk menunjang kelancaran
pelaksanaan tugas.
lanjutan
(2) Pendidik dan Tendik wajib: mencip-takan
suasana pend. yg bermakna,
menyenangkan, kreatif, dinamis, dan
dialogis; mempunyai komitmen secara
profesional untuk meningkatkan mutu
pendidikan; dan memberi teladan dan
menjaga nama baik lembaga, profesi, dan
kedudukan sesuai dg kepercayaan yang
diberikan kepadanya.
Pasal 41
(1) Pendidik dan Tendik dpt bekerja secara
lintas daerah.
(2) Pengangkatan, penempatan, dan
penyebaran Pendidik & Tendik diatur oleh
lembaga yg mengangkat berda-sarkan
kebutuhan satuan pend formal.
(3) Pemerintah dan PemDa wajib memfasilitasi satuan pendidikan dg Pend. &
Tendik yg diperlukan guna menjamin
terselenggrnya pendidikan yg bermutu
Pasal 42
(1) Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum
dan sertifikasi sesuai dg jenjang kewenangan
mengajar, sehat jasmani & rohani, dan
memiliki kemam puan mewujudkan tujuan
pend. nas.
(2) Pendidik pd pend. formal jenjang PAUD,
pend. dasar, menengah, dan PT dihasilkan
oleh PT yg terakreditasi.
(3) Ketentuan ttg kualifikasi pendidik dalam ayat
(1) dan (2) diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.
Pasal 43
(1) Promosi & penghargaan bagi pendidik dan
Tendik dilakukan berdasarkan latar belakang
pend, pengalaman, kemam-puan, dan
prestasi kerja dlm bid pend.
(2) Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh
PT yg memiliki program pengada-an Tendik
yang terakreditasi.
(3) Ketentuan mengenai promosi, penghargaan, dan sertifikasi pendidik spt
• dlm ayat (1) dan (2) diatur dg PP.
Pasal 44
(1) Pemerintah & PemDa wajib membina dan
mengembangkan Tendik pd satuan pend yg
diselenggrkan Pem & PemDa.
(2) Penyelenggara pend oleh masy wajib
membina dan mengembangkan Tendik pd
satuan pend yg diselenggarakannya
(3) Pemerintah & PemDa wajib memban-tu
pembinaan dan pengembangan Tendik pd
satuan pendidikan formal yg
diselenggarakan oleh masyarakat.
SARANA & PRASARANA PENDIDIKAN
Pasal 45
(1) Setiap satuan pendidikan formal dan
nonformal menyediakan SarPras yg
memenuhi keperluan pend. sesuai dg
pertumbuhan & perkembangan potensi
fisik, kecerdasan intelektual, sosial,
emosional, dan kejiwaan peserta didik.
(2) Ketentuan mengenai penyediaan
SarPras pend. pd semua satuan Pend. spt
dimaksud dlm ayat (1) diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah.
Tanggung Jawab Pendanaan
Pasal 46
(1) Pendanaan pend. menjadi tanggung jawab
bersama Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan
masyarakat.
(2) Pemerintah & PemDa bertanggung jawab
menyediakan anggaran pend. sebagaimana
diatur dalam Pasal 31 ayat (4) UUD RI Tahun
1945.
(3) Ketentuan ttg tanggung jawab pendanaan
pendidikan pd ayat (1) dan (2) diatur lebih
lanjut dg PP
Sumber Pendanaan Pendidikan
Pasal 47
(1) Sumber pendanaan pend. ditentukan
berdasar prinsip keadilan, kecukupan, dan
keberlanjutan.
(2) Pemerintah, PemDa, dan masy. Mengerahkan sumber daya yg ada sesuai dg
peraturan yg berlaku.
(3) Ketentuan mengenai sumber pendanaan
pend. dalam ayat (1) & (2) diatur lebih lanjut
dengan PP.
Pengelolaan Dana Pendidikan
Pasal 48
(1) Pengelolaan dana pend. berdasarkan pd
prinsip keadilan, efisiensi, transpa-ransi, dan
akuntabilitas publik.
(2) Ketentuan mengenai pengelolaan dana
pend. sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.
Pengalokasian Dana Pendidikan
Pasal 49
(1) Dana pendidikan selain gaji pendidik dan
biaya pendidikan kedinasan dialokasikan
minimal 20% dari Ang-garan Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) pd sektor pendidikan
dan minimal 20% dari APB Daerah.
(2) Gaji guru & dosen yg diangkat oleh
Pemerintah dialokasikan dlm APBN.
(3) Dana pend. dari Pemerintah & PemDa
untuk satuan pend. diberikan dalam bentuk
hibah sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
(4) Dana pend dari Pemerth kpd PemDa
diberikan dalam bentuk hibah.
(5) Ketentuan mengenai pengalokasian dana
pendidikan sebagaimana dimak-sud dalam
ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4)
diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.
PENGELOLAAN PENDIDIKAN
Pasal 50
(1) Pengelolaan sistem pend. nasional
mrpk tanggung jawab Menteri.
(2) Pem. menentukan kebijakan nas. dan
SPN untuk menjamin mutu pend.
(3) PemDa Propinsi melakukan koord.
atas penyelenggaraan pend., pengembangan Tendik, & penyediaan fasilitas
pendidikan lintas daerah Kab/ Kota untuk
tingkat pend dasar & menengah.
(4) Pemerintah Kab/Kota mengelola pend
dasar & menengah, dan satuan pend.
yg berbasis keunggulan lokal.
(5) PT menentukan kebijakan dan
memiliki otonomi dalam mengelola
pendidikan di lembaganya.
(6) Ketentuan mengenai pengelolaan
pendidikan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat
(4), ayat (5), dan ayat (6) diatur lebih
lanjut dengan PP.
Pasal 51
(1) Pengelolaan satuan PAUD, pend.
dasar, dan pend. menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal (SPM) dg prinsip manajemen berbasis sekolah (MBS).
(2) Pengelolaan satuan PT dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi,
akuntabilitas, jaminan mutu, dan
evaluasi yang transparan.
(3) Ketentuan lebih lanjut diatur dg PP
Pasal 52
(1) Pengelolaan satuan pend. Nonformal dilakukan oleh Pemerintah,
PemDa, dan/atau masyarakat.
(2) Ketentuan mengenai pengelolaan
satuan pendidikan nonformal diatur
lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.
Dewan Pendidikan dan Komite
Sekolah/Madrasah
Pasal 56
(1) Masyarakat berperan dalam peningkatan
mutu pelayanan pendidikan yang meliputi
perencanaan, pengawasan, dan evaluasi
program pend melalui dewan pendidikan dan
komite sekolah/madrasah.
(2) Dewan Pend. sebagai lembaga mandiri
dibentuk dan berperan dlm peningkatan mutu
pelayanan pend dg memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, Sarpras,
dan pengawasan pendidikan pd tingkat Nas,
Prop, dan Kab./Kota.
(3) Komite sekolah, sebagai lembaga mandiri,
dibentuk dan berperan dlm peningkatan mutu
pelayanan dg memberikan pertimbangan,
arahan dan dukungan tenaga,Sarpras, serta
pengawasan pend pd tingkat satuan pend.
Evaluasi
Pasal 57
(1) Evaluasi dilakukan dlm rangka pengendalian mutu pend secara nasional sbg bentuk
akuntabilitas penyelenggara pendidikan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
(2) Evaluasi dilakukan terhadap peserta didik,
lembaga, dan program pendidikan pada jalur
formal dan nonformal untuk semua jenjang,
satuan, dan jenis pendidikan.
Pasal 58
(1) Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses,
kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta
didik secara berkesinambungan.
(2) Evaluasi peserta didik, satuan pendidikan,
dan program pend dilakukan oleh lembaga
mandiri secara berkala, menyeluruh,
transparan, dan sistemik untuk menilai
pencapaian standar nasional pendidikan.
Pasal 59
(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah
melakukan evaluasi terhadap pengelola,
satuan, jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.
(2) Masyarakat dan/atau organisasi profesi
dapat membentuk lembaga yang mandiri
(LAM) untuk melakukan evaluasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58.
(3) Ketentuan mengenai evaluasi spt dalam
ayat (1) dan (2) diatur lebih lanjut dg PP.
Akreditasi
Pasal 60
(1) Akreditasi dilakukan untuk menentukan
kelayakan program dan satuan pendidikan pd
jalur pend formal dan nonformal pd setiap
jenjang dan jenis pendidikan.
(2) Akreditasi terhadap program dan satuan
pend dilakukan oleh Pem. dan/atau LAM yg
berwenang sbg bentuk akuntabilitas publik.
(3) Akreditasi dg kriteria yg bersifat terbuka.
(4) Ketentuan lebih lanjut diatur dg PP.
Sertifikasi
Pasal 61
(1) Sertifikat berupa ijazah dan sertifikat kompt.
(2) Ijazah diberikan kpd peserta didik sebagai
pengakuan thd prestasi belajar dan/atau
penyelesaian suatu jenjang pend setelah lulus
ujian yang diselenggarakan oleh satuan
pendidikan yang terakreditasi.
lanjutan
(3) Sertifikat kompetensi diberikan oleh penyelenggara pend dan lembaga pelatihan kpd
peserta didik dan warga masyarakat sebagai
pengakuan terhadap kompetensi untuk
melakukan pekerjaan tertentu setelah lulus
uji kompetensi yang diselenggarakan oleh
satuan pendidikan yang terakreditasi atau
lembaga sertifikasi.
(4) Ketentuan mengenai sertifikasi spt dimaksud dlm ayat (1), (2), dan (3) diatur dg PP.
PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN
Pasal 62
(1) Setiap satuan pend. formal & nonformal yg
didirikan wajib memperoleh izin Pem/Pemda.
(2) Syarat untuk memperoleh izin meliputi: isi
pendidikan, jumlah dan kualifikasi Pendidik dan
Tendik, Sarpras pendidikan, pembiayaan
pendidikan, sistem evaluasi dan sertifikasi, serta
manajemen dan proses pendidikan.
(3) Pem/Pemda memberi atau mencabut izin
pendirian satuan pend sesuai dg peraturan.
lanjutan
Pasal 63
(1) Satuan pendidikan yang didirikan dan
diselenggarakan oleh Perwakilan Republik
Indonesia di negara lain menggunakan
ketentuan Undang-undang ini.
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
OLEH LEMBAGA NEGARA LAIN
Pasal 64
Satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
perwakilan negara asing di wilayah NKRI, bagi
peserta didik warga negara asing, dapat
menggunakan ketentuan yg berlaku di negara
yang bersangkutan atas persetujuan
Pemerintah Republik Indonesia.
Pasal 65
(1) Lembaga pend asing yg terakreditasi atau
yg diakui di negaranya dpt menyelenggara-kan
pend di wilayah NKRI sesuai dg peraturan
perundang-undangan yg berlaku.
(2) Lembaga pend asing pd tingkat pendidikan
dasar dan menengah wajib memberikan
pendidikan agama dan kewarganegaraan bagi
peserta didik Warga Negara Indonesia.
lanjutan
(3) Penyelenggaraan pend asing wajib bekerja
sama dg lembaga pendidikan di wilayah
NKRI dg mengikutsertakan tenaga pendidik
dan pengelola Warga Negara Indonesia.
(4) Kegiatan pend yang menggunakan sistem
pendidikan negara lain yg diselenggarakan
di wilayah NKRI dilakukan sesuai dg peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(5) Ketentuan spt dimaksud dalam ayat (1), (2),
(3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dg PP.
PENGAWASAN
Pasal 66
(1) Pemerintah, PemDa, dewan pendidikan, dan
komite sekolah/madrasah melakukan
pengawasan atas penyelenggaraan pend pd
semua jenjang dan jenis pendidikan sesuai
dengan kewenangan masing-masing.
(2) Pengawasan spt dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan secara transparan dan akuntabel.
(3) Ketentuan mengenai pengawasan spt dalam
ayat (1) diatur lebih lanjut dg PP.
KETENTUAN PIDANA
Pasal 67
(1) Perseorangan, organisasi, atau penyelenggara pend yg memberikan ijazah, sertifikat
kompetensi, gelar akademik, profesi, dan/ atau
vokasi tanpa hak dipidana penjara paling lama
10 tahun dan/atau denda paling banyak
Rp1.000.000.000,-(satu miliar rp)
(2) Penyelenggara PT yg dinyatakan ditutup
berdasarkan Pasal 21 ayat (5) dan masih
beroperasi dipidana penjara maks 10 tahun
dan/atau denda maks Rp1.000.000.000,-
lanjutan
(3) Penyelenggara pendidikan yg memberikan
sebutan guru besar/profesor dg melanggar
Psl 23 ayat (1) dipidana penjara maks 10 thn
dan/atau denda maks Rp 1.000.000.000,-.
(4) Penyelenggara pend jarak jauh yang tidak
memenuhi syarat spt dimaksud dalam Pasal
31 ayat (3) dipidana penjara 10 thn dan/atau
denda paling banyak Rp 1.000.000.000,(satu miliar rupiah).
Pasal 69
(1) Setiap orang yg menggunakan ijazah, sertifikat kompetensi, gelar akademik, profesi,
dan/atau vokasi yg terbukti palsu dipidana
penjara maks 5 tahun dan/atau denda maks
Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
(2) Setiap orang yg dg sengaja tanpa hak
menggunakan ijazah dan/atau sertifikat
Kompetensi dalam Pasal 61 ayat (2) dan (3)
yg terbukti palsu dipidana penjara maks 5 th
dan/atau denda maks Rp 500.000.000,-.
Pasal 70
Lulusan yg menggunakan karya ilmiah jiplakan
untuk mendapatkan gelar akademik, profesi,
atau vokasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 25 ayat (2) terbukti merupakan
dipidana penjara maks 2 tahun dan/atau
denda maks Rp200.000.000,-.
Pasal 71
Penyelenggara satuan pend yg didirikan tanpa
izin Pemerintah/Pemda penjara maks 10 thn
dan/atau denda maks Rp 1.000.000.000,-.
TERIMAKASIH
MATURNUWUN
THANKS YOU
for your attention