ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP NIKAH SIRRI ONLINE.

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP NIKAH SIRRI ONLINE
SKRIPSI
Oleh:
Imam Muslimin
NIM. C01211025

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syariah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Keluarga Islam
Ahwal Al Syakhsiyyah
Surabaya
2016

ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil penelitian pustaka (library reserch) untuk
menjawab pertanyaan tentang bagaimana praktek nikah sirri online dan
bagaimana analisis hukum Islam terhadap nikah sirri online.
Data penelitian dihimpun dengan cara mengumpulkan data dan
informasi yang diperoleh dari buku-buku, kajian teks artikel-artikel, wawancara
serta literatur lainnya yang mengenai nikah sirri online. Selanjutnya dianalisis

dengan teknik analisis deskriptif-Induktif.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwapraktik nikah sirri online ini
berawal dari banyaknya jasa yang menawarkan kemudahan dalam melakukan
pernikahan secara sirri viaonline. Berbagai kemudahan ditawarkan oleh penyedia
jasa dalam nikah sirri online antara lain kemudahan dalam melakukan akad atau
ijab qabul yang dapat dilakukan secara online dengan cara menggunakan video
call melalui aplikasi skype yang dapat bertatap muka secara langsung antara yang
menikahkan dengan calon mempelai. Begitu juga dengan wali dan saksinya juga
sudah disediakan oleh penyalur jasa nikah sirri online. Meskipun walinya bukan
asli dari pihak perempuan dan saksinya pun adalah orang lain, dalam hal ini dapat
dikatakan hanya abal-abal saja. Akad pernikahan ini dapat dilaksanakan tanpa
harus bertemu secara langsung antara pihak yang menikahkan dengan calon
mempelai.
Nikah sirri online dilaksanakan tanpa adanya wali asli dari pihak
permpuan dan saksi yang adil untuk dijadikan bukti dalam pernikahan tersebut.
Wali dan saksi yang ada dalam nikah sirri online ini hanyalah abal-abal bukan
sebenarnya. Begitu juga mengenai ijab qabul yang dilaksanakan dalam nikah sirri
online ini hanyalah proses akad jarak jauh antara yang menikahkan dengan yang
dinikahkan tidak berada dalam satu tempat secara fisik. Kedua belah pihak
melakukan ijab qabul secaraonline dengan bertatap muka melalui videocall saja.

Dalam hal ini jumhur ulama tidak membolehkan akad seperti ini karena semua
pihak yang bersangkutan dalam proses pernikahan harus ada dalam satu majelis
atau satu tempat secara fisik. Dengan demikian menurut Penulis praktik nikah
sirri online ini hukumya haram dan tidak sah jika dilakukan.
Kepada para pelaku yang melakukan pernikahan sirri online atau para
penyalur jasa nikah sirri online ini hendaknya kembali kepada hukum Allah
sehingga tidak lalai dalam mengejar duniawi saja. Begitu juga bagi pemerintah
hendaknya membuat peraturan perundangan mengenai perkawinan sirri sehingga
pemerintah tidak hanya tidak mengakui pernikahan tersebut namun juga
memberi ketegasan sebagai efek jera kepada para pelakunya ( penyedia jasa dan
pengguna jasa). Ketegasan pemerintah dapat berupa sanksi pidana maupun
denda.

iv

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ………………………………………………………..


I

PERNYATAAN KEASLIAN …………………………………………….

Ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………………………...

Iii

PENGESAHAN …………………………………………………………...

Iv

MOTTO DAN LEMBAR PENGESAHAN……………………………….

V

ABSTRAK ………………………………………………………………...


Vi

KATA PENGANTAR ………………………...…………………………..

Vii

DAFTAR ISI ...……………………………….……………………………

Ix

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………

Xii

DAFTAR TRANSLITERASI …………………………………………….

Xiii

BAB I


BAB II

PENDAHULUAN …………………………………………...

1

A. LatarBelakangMasalah………………………………..

1

B. IdentifikasidanBatasanMasalah …...…………………

11

C. RumusanMasalah………………………………………

12

D. KajianPustaka ………………………………………….


12

E. TujuanPenelitian …………………………………….....

15

F. KegunaanHasilPenelitian ……………………………

15

G. DefinisiOperasional ……………………………………

16

H. MetodePenelitian ………………………………………

16

I. SistematikaPembahasan ……………………………….


20

LANDASANTEORIPERNIKAHAN ....................................

22

A. Pernikahan Menurut Hukum Islam ..................................

22

B. Dasar Hukum Pernikahan ................................................

31

C. Syarat dan Rukun Sah Pernikahan ..................................

37

1. Syarat Perkawinan ....................................................


37

2. Rukun Perkawinan ....................................................

45

i

D. Prinsip-prinsip Perkawinan ..............................................

48

1. Memenuhi Perintah Agama ......................................

48

2. Kerelaan dan Persetujuan .........................................

49


3. Perkawinan Untuk Selamanya ..................................

49

4. Suami Sebagai Tanggung Jawab
dalam Rumah Tangga................................................

BAB III

BAB IV

BAB V

50

E. Tujuan Perkawinan ..........................................................

51

F. Pencatatan Perkawinan.....................................................


54

KASUS NIKAH SIRRI ONLINE ............................................

56

A. Praktek Nikah Sirri Online ..............................................

56

B. Unsur-Unsur dalam Akad Nikah Sirri Online .................

58

C. Pendapat Para Ulama Terhadap Sahnya
Akad Dalam PernikahanSirri Secara Online..................
D. Media OnlineSebagai Sarana Nikah Sirri .....................

61


ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP NIKAH ..............

71

A. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya
Pelaksanaan Nikah Sirri Online……………………........

71

B. Analisis Hukum Islam Terhadap Nikah Sirri Online.......

75

PENUTUP ……………………………………………………

80

A. Simpulan………………………………………………..

80

B. Saran ………………………………………………….

81

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii

65

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Semua makhluk hidup di dunia ini utamanya manusia diciptakan oleh
Allah dengan berpasang-pasangan, laki-laki dan perempuan. Dan setiap
manusia itu pasti mendambakan kehidupan yang tenteram, dan juga bahagia.
Agama Islam adalah agama yang fitrah dan selalu menjunjung tinggi nilainilai kemanusiaan dan menjaga manusia akan syahwat dan nalurinya serta
memberikan kepadanya akan haknya. Akan tetapi, agama Islam tidak
melepaskan kendali terhadapnya agar terlepas bebas seperti binatang yang
tidak berakal. Namun, Isla>m membersihkan dan membasminya dengan
beberapa batasan yang dapat menjadikan manusia di sisi Allah pada
tempatnya yang terhormat, di samping juga menjaga masyarakat pada
ikatannya dan keserasiannya.
Berangkat dari hal inilah Allah menghalalkan dan menganjurkan
kepada manusia untuk membangun kehidupan rumah tangga yang tenteram
dan bahagia, yaitu dengan jalan melakukan sebuah perkawinan sebagaimana
yang telah disebutkan dalam firman-Nya Surat an-Nu>r ayat 32 sebagai
berikut:

‫قق‬
ُ ‫ق أ ق ُ أ قك‬
ُ ‫ُ ْ أ ققٰ ق ٰ ق‬
‫أ‬
‫أ‬
‫ق‬
ٰ
ْ‫ع ادقك ِْ ائقك ۚ ْإقن‬
ْ ‫ح‬
ْ ‫مْ ك‬
ْ ‫كح ْا ْٱۡي‬
‫ي ْ قن ْ ق‬
‫وأن ق‬
‫ْوٱ ص ق ق‬
‫ُ ُ ْ ُق ك أ‬
‫ق أ‬
‫ٱّْ قوٰس ٌع ق‬
ْ ْ٢ْٞ ‫ْع قي‬
ْ ّْ‫ٱ‬
ُْ ْ ُ ‫يقك ن اْف قرا قء ُْيغ ق ق‬
‫قنْفض ق ْقۦْْ قوْ ُْ ق‬
1

2

Artinya: Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan
orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki
dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan
memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha luas (pemberianNya) lagi Maha Mengetahui.1
Ikatan perkawinan merupakan unsur pokok dalam pembentukan
keluarga yang harmonis dan penuh rasa cinta kasih, maka dalam pelaksanaan
perkawinan tersebut, diperlukan norma dan hukum yang mengaturnya.
Penerapan norma hukum dalam pelaksanaan perkawinan terutama diperlukan
dalam rangka mengatur hak, kewajiban, dan tanggung jawab masing-masing
anggota keluarga, guna membentuk keluarga yang bahagia dan sejahtera.
Perkawinan juga merupakan ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan
perempuan sebagai suami isteri, dengan tujuan membentuk keluarga yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dan juga suatu
cara yang dipilih oleh Allah sebagai jalan bagi manusia untuk beranak,
berkembangbiak, dan kelestarian hidupnya, setelah masing-masing pasangan
siap melakukan perannya yang positif dalam mewujudkan tujuan perkawinan.2
Al-Quran menyebutkan bahwa suatu perkawinan merupakan akad

mitha>qan ghali>zan yang bermakna perjanjian yang kokoh dan sulit
terpisahkan.3 Sehingga kiranya perlu dalam melaksanakan suatu perkawinan
hendaknya memilih pasangan seperti dari segi agama, nasab, harta dan
parasnya, dan apabila kita memilih calon karena agama maka kita akan
1

Fahd bin ‘Abdu al-‘Azi>z al-Sa’ud, al-Quran al-Kari>m wa Tarjamatu Ma’a>ni>hi bi al-Lughat alIndu>ni>siyyah, (al-Madi>nat al-Munawwarah: Mujamma’ al-Ma>lik Fahd li t}ba>’at al-Mus}h}af alShari>f, 2005),354.
2
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Juz 6, (Bandung: PT.Al-Ma’arif, 1980), 9.
3

Al Qur’an Terjemah, Surat an-Nisa>’ : 21

3

berbahagia. Sebagaimana hadis yang disampaikan oleh Rasulullah dan
diriwayatkan Abu Hurairah r.a. :

‫تُيَ َداك‬
ُْ َ‫اتُالدِيْ ُِنُتَ ِرب‬
ُِ ‫ُفَاظْ َف ْربِ َذ‬,‫تُْن َك ُُحُام ْرأَةُ ِِ َْربَعُُلِ َم ِاَِا َو َِِ َسبِ َها َو َِِ َم ِاَِا َولِ ِديْنِ َها‬
َ
Artinya: ‚Seorang perempuan dinikahi karena empat perkara, karena hartanya,
karena kedudukannya, karena kecantikannya, atau karena Agamanya, maka
pilihlah yang karena Agamanya kamu akan beruntung‛.4
Tujuan perkawinan menurut agama Isla>m ialah untuk memenuhi
petunjuk agama dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis. Tanpa
adanya kesatuan tujuan antara suami dan isteri dalam keluarga dan kesadaran
bahwa tujuan itu harus dicapai bersama-sama, maka dapat dibayangkan bahwa
keluarga itu akan mudah mengalami hambatan-hambatan yang merupakan
sumber permasalahan besar dalam keluarga, akhirnya dapat menuju keretakan
keluarga yang berakibat lebih jauh sampai perceraian.5
Perkawinan tersebut tidak hanya bernilai manusiawi, tetapi juga
bernilai ilahiyah, karena itu melaksanakan perkawinan memiliki nilai ibadah
kepada Allah di samping memenuhi hajat kemanusiaan. Akad nikah sebagai
awal kehidupan berkeluarga, tata caranya datur dengan jelas, agar kelak tujuan
perkawinan tersebut dapat tercapai. Tujuan perkawinan dalam Islam adalah
memperoleh ketenangan dan menimbulkan rasa saling mencintai dan

Sayid al-Ima>m Muhammad bin Isma>’i>l al-kah}la>niy, Subulu as-Sala>mi, jus 3, (t.tp: Hidayah,
t.t.), 111.
5
Abdul Rahman Ghozali, Fiqih Munakahat, cet. Ke-5, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group,2012), 22.
4

4

mengasihi. Tujuan perkawinan ini tercermin dalam firman-Nya surat al-Rum
ayat 21:

‫ُ أ ق أ قٰ ه ك ق أ ُ ُ كْ قأ ق ق ق ق ق‬
ُ ‫ك أ ق‬
ْ ‫سك ْأزوجاْ قتس ا ْإقَ اْوجع‬
‫قن ْأن ق‬
‫ق قٰ ك ق أ ق ق ق ُ ق‬
ْ ْ١ْ‫ْٓي ن ْ ق نمْيت رون‬

ُ ‫ق أ ق قٰ ك ق أ ق ق ق ق‬
ْ ‫قن ْءايت ق ْق ْۦ ْأن ْخ ْ ك‬
ْ ‫و‬
‫ق‬
‫قأق ُ ق ه ق ق أق‬
‫ِْْذٰل ق‬
‫بي ك ْ دةْورۡ ْۚإقن ق‬
ْ

Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir.6
Menurut ayat tersebut, keluarga Islam terbentuk dalam keterpaduan
(sakim mengajarkan dan menganjurkan perkawinan karena akan
berpengaruh baik pada pelakunya sendiri, masyarakat, dan seluruh umat
manusia serta jalan paling baik dan sesuai untuk menyalurkan dan memuaskan
naluri seks dengan kawin badan jadi segar, jiwa jadi tenang, mata terpelihara
untuk melihat yang haram, dan perasaan yang tenang menikmati barang yang
Fahd bin ‘Abdu al-‘Azi>z al-Sa’ud, al-Quran al-Kari>m wa Tarjamatu Ma’a>ni>hi bi al-Lughat alIndu>ni>siyyah, (al-Madi>nat al-Munawwarah: Mujamma’ al-Ma>lik Fahd li t}ba>’at al-Mus}h}af alShari>f, 2005), 644.
7
Hj. Huzaimah Tahido Yanggo, Masail Fiqhiyah, Kajian Hukum Islam Kontemporer, (Bandung:

6

Angkasa, 2005), 134.

5

berharga. Merupakan jalan terbaik untuk membuat anak-anak menjadi mulia,
memperbanyak keturunan, melesytarikan hidup manusia serta memelihara
nasib yang oleh Islam sangat diperhatikan sekali.
Naluri kebapakan dan keibuan akan tumbuh saling melengkapi dalam
suasana hidup dengan anak-anak dan akan tumbuh pula perasaan-perasaan
ramah,

cinta,

dan

sayang

yang

merupakan

sifat-sifat

baik

untuk

menyempurnakan kemanusiaan seseorang. Perkawinan akan dapat menyadari
tanggung jawab beristeri dan menanggung anak-anak menimbulkan sikap rajin
dan sungguh-sungguh dalam memperkuat bakat dan pembawaan seseorang.
Juga dapat mendorong usaha mengeksplotasi kekayaan alam

yang

dikaruniakan Allah bagi kepentingan hidup manusia.8
Pada prinsipnya perkawinan adalah suatu akad, untuk menghalalkan
hubungan serta membatasi hak dan kewajiban, tolong menolong antara lakilaki dan perempuan yang antara keduanya bukan muh}rim. Apabila di tinjau
dari segi hukum, jelas bahwa pernikahan adalah suatu akad yang suci dan
luhur antara laki-laki dan perermpuan, yang menjadi sebab sahnya status
sebagai suami isteri dan dihalalkan berhubungsn seksual dengan tujuan
mencapai keluarga sakim ada yang sah
dan ada yang tidak sah. Hal ini dikarenakan, akad yang sah adalah akad yang
dilaksanakan dengan sesuai syarat-syarat dan rukun-rukun yang lengkap,
sesuai dengan ketentuan agama. Sebaliknya akad yang tidak sah, adalah akad
Tihami, Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, Kajian Fikih Nikah Lengkap, (Jakarta: Rajawali Pers,
2010), 20.
8

6

yang dilaksanankan tidak sesuai dengan syarat-syarat serta rukun-rukun
perkawinan.9
Akan tetapi pada kenyataannya ada perkawinan-perkawinan yang
dilakukan hanya dengan menurut hukum Agamanya saja. Perkawinan seperti
ini sering disebut dengan perkawinan sirri, yaitu perkawinan yang tidak
terdapat bukti otentik, sehingga tidak mempunyai kekuatan hukum tetap.
Praktik nikah sirri masih menjadi fenomena sosial yang cukup marak dan
masih menjadi ajang perdebatan di masyarakat. Kebanyakan praktik nikah

sirri dilakukan oleh masyarakat awam yang tidak paham akan hukum,
walaupun tidak menutup kemungkinan bahwa perkawinan sirri ini dilakukan
oleh orang-orang yang memahami akan hukum. Bagi sebagian masyarakat
yang masih awam akan hukum menganggap nikah sirri sebagai jalan keluar
terbaik dan tidak ada unsur dosa di dalamnya karena telah dilakukan menurut
Agama.10
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu
pesat saat ini membawa paradigma baru dalam memahami berbagai masalah
yang muncul dikalangan umat Isla>m. Dengan demikian umat Islam harus bisa
menyikapi dengan arif dan bijaksana dalam menyelesaikan persoalanpersoalan yang ada. Sebagaimana yang tidak dapat kita pungkiri bahwa di era
digital yang tidak mengenal ruang dan waktu banyak menimbulkan
permasalahan baru yang membutuhkan penelaah secara komprehensif untuk

9

Abd. Somad, Hukum Islam: Penormaan Prinsip Syari’ah dalam Hukum Indonesia , (Jakarta:
Kencana Pranada Media Grup, 2012), 126.
10
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, cet. 1, (Jakarta: Raja Grafindo, 1995), 27.

7

memberikan kepastian hukum Islam tanpa keluar dari koridor al-Quran dan
Sunnah yang telah digariskan Allah swt.
Di awal abad XXI, teknologi sangat berkembang pesat.Teknologi
informasi dapat dengan mudah diakses kapanpun dan dimanapun kita
inginkan. Perkembangan tersebut telah merambah berbagai sektor terutama
sektor komunikasi yang berbasis kemudahan dan cepat. Dengan teknologi,
berkomunikasi dengan jarak puluhan kilometer pun tidak akan menjadi suatu
masalah. Di abad yang serba canggih ini perkembangan teknologi begitu
pesat, salah satunya adalah kita dapat mengaksesnya melalui internet.

Internet itu sendiri merupakan sebuah jaringan yang dapat mengakses
semua informasi yang kita inginkan. Salah satu peranan yang sangat penting
dengan internet itu sendiri adalah sebagai sumber data informasi dan
komunikasi. Internet digunakan sebagai sarana pertukaran informasi dari satu
komputer ke komputer lain, tanpa dibatasi oleh jarak fisik kedua komputer
tersebut. Dua komputer yang sama terhubung ke internet dapat saling
berkomunikasi antara satu dengan yang lain, atau pertukaran data dan
informasi akses data yang dilakukan dalam waktu yang sangat cepat.11
Dewasa ini internet sudah sangat familiar dikalangan masyarakat,
tidak hanya dapat diakses dengan mudah melalui komputer akan tetapi juga

via smartphone dan tablet. Sehingga banyak pula yang menggunakan internet
untuk berkomunikasi secara online. Online itu sendiri dapat diartikan sebagai
suatu keadaan yang sedang menggunakan jaringan internet, terhubung dalam
11

http://www.hasbihtc.com/2014/09/06/apa _itu_internet_pengertian_internet.html
pada tanggal 22 April 2015.

/ di akses

8

jaringan antara satu perangkat komputer dengan perangkat komputer yang
lainnya yang saling terhubung sehingga dapat saling berkomunikasi dengan
media-media yang tidak dapat bertatap muka secara langsung ataupun dengan
saling bertatap muka.12
Terjadinya perkawinan menggunakan alat komunikasi merupakan
dampak dari kemajuan teknologi yang sebegitu pesat. Kemajuan tersebut
memberikan kemudahan-kemudahan bagi seseorang dalam hubungannya
secara individu dengan orang lain. Konteksnya dengan hukum Islam yang
bersifat universal, maka hukum yang dimaksud meski juga berkembang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat, sehingga bersesuaian dengan kaidah dan usul

fiqh itu sendiri, bahwa hukum itu akan berubah sesuai dengan perkembangan
zaman, waktu dan perubahan tempat.
Dampak dari kecanggihan teknologi yang berkembang sekarang ini
memunculkan sebuah permasalahan Hukum Islam yang terjadi dikalangan
masyarakat khususnya bidang perkawinan. Salah satunya saat ini dikalangan
masyarakat muncul fenomena nikah sirri online yang marak terjadi di
Indonesia khususnya di kota-kota besar seiiring kemajuan teknologi yang
berkembang. Perkawinan di luar hukum negara itu cukup dilakukan via online
berbekal koneksi internet. Dengan dalih menghindari zina, jasa menikah
secara Agama marak di iklankan di dunia maya. Para penikmat libido pun
berlomba melakukan model perkawinan tersebut. Sebab, mereka tidak perlu
repot-repot menikahi pasangannya di Kantor Urusan Agama (KUA).
12

http://www.updatekeren.com/2012/09/pengertian_online.html / di akses pada tanggal 22 April
2015.

9

Kabanyakan para laki-laki yang melakukan praktik perkawinan
tersebut adalah para laki-laki hidung belang yang memanfaatkan cara tersebut
untuk melampiaskan hasrat seksualnya semata yang dianggapnya bukan
sesuatu yang diharamkan. Sedangkan bagi perempuan yang bersedia dinikahi
oleh para lelaki hidung belang kebanyakan adalah perempuan yang bekerja di
tempat-tempat hiburan malam seperti tempat karaoke dan lain-lain. Mereka
menikah dengan para pelanggan yang sering datang ditempat kerjanya dan
sudah kenal lama serta yang sering memberikan uang untuk belanja.
Ketika sudah sekian lama saling mengenal mereka memutuskan untuk
menikah secara sirri biar dapat berhubungan layaknya suami isteri. Dan
kebanyakan laki-laki yang menikahi perempuan malam secara sirri banyak
yang sudah mempunyai isteri dan anak. Mereka menikah menggunakan jasa
penghulu yang bersedia menikahkan keduanya yang paham masalah Agama,
namun akad perkawinan tersebut dilangsungkan tidak dalam keadaan
bersama-sama, calon mempelai tidak harus datang menemui penghulu dalam
artian tidak satu tempat (majelis), melainkan dilaksanakan secara online
melalui skype.13
Pada waktu melaksanakan akad nikah sirri online ada juga yang
menjadi saksi akan tetapi saksinya tidak jelas apakah itu dari pihak keluarga

Skype adalah sebuah program komunikasi dengan tegnologi jaringan telepon internet (p2p)
yang dapat mempermudah penggunanya berkomunikasi via web cam dengan bersistemvoip yang
artinya
dapat
berkomunikasi
via
suara
ataupun
videocall,
(https://ulfahwulandariips2.wordpress.com/2012/11/03/pengertian-dan-manfaat-skype/
diakses
pada tanggal 6 Mei 2015).
13

10

atupun bukan dari pihak keluarga. Walinya juga ada melainkan menggunakan
penghulu, bukan wali dari keturunan pihak perempuan. Akad nikah dilakukan
secara online dengan menggunakan media seperti Skype. Antara calon
mempelai dengan penghulu dan saksi tidak perlu tatap muka. Jadi dua insan
yang ingin menikah cukup menghubungi jasa nikah online. Pihak penyedia
jasa telah menyediakan penghulu, wali dan saksi yang siap secara online
menikahkan mereka. Karena online, penghulu disini lebih tidak jelas lagi. Bisa
jadi ia ustadz gadungan.14
Selayaknya pasangan suami isteri yang telah melaksanakan akan nikah
yang menurut mereka sudah benar dilakukan secara syari’ah dan tidak
termasuk perbuatan zina, perempuan yang dinikahi juga mendapatkan jatah
uang bulanan layaknya suami isteri. Tetapi dalam praktik perkawinan ini ada
kebebasan setelah menikah, perempuan yang dinikahi oleh lelaki hidung
belang tersebut diperbolehkan bekerja seperti sedia kala, yakni menjadi wanita
penghibur ditempat kerjanya dan si lelaki juga mempunyai kebebasan sendiri.
Permasalahan seperti ini jelas menjadi perdebatan dari banyak
kalangan apakah dalam kasus nikah sirri online ini sudah benar menurut
ketentuan syarat dan rukun yang dilaksanakan menurut Hukum Islam atopun
sebaliknya, menjadikan keharaman yang juga sama dengan perzinahan bagi
yang melakukannya.

14

http://bersamadakwah.net/begini-modus-dan-tingkatan-nikah-siri-online / di akses pada tanggal
6 Mei 2015.

11

Berdasarkan

latar

belakang

masalah

tersebut,

penulis

akan

membahasnya dalam skripsi yang berjudul ‚Analisi Hukum Islam Terhadap
Nikah Sirri Online ‛

B. Identifikasi dan Batasan Masalah
1.

Identifikasi Masalah
Identifikasi diperlukan untuk mengenali ruang lingkup pembahasan
agar tidak terjadi miss understanding dalam pemahaman pembahasannya.
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka dapat
diidentifikasikan masalah sebagai berikut:
a.

Nikah sirri online termasuk pernikahan yang tidak dilaksanakan
dalam satu majelis.

b.

Pernikahan yang tidak menghadirkan wali dari pihak keluarga
perempuan.

c.

Pernikahan yang dilangsungkan hanya dengan melalui media online
yaitu dengan bertatap muka melalui skype.

d.

Kebanyakan yang melakukan adalah laki-laki hidung belang dan
perempuan yang bekerja di tempat hiburan malam.

e.

Penghulu, saksi, serta wali yang menikahkan tidak jelas asal-usulnya,
walinya juga bukan dari pihak perempuan.

12

2.

Batasan masalah
Dari Identifikasi masalah tersebut penulis dapat membatasi masalah
sebagai berikut:
a.

Nikah sirri online termasuk pernikahan yang tidak dilaksanakan
dalam satu majelis.

b.

Penghulu, saksi, serta wali yang menikahkan tidak jelas asal-usulnya,
walinya juga bukan dari keluarga perempuan.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang dan batasan masah diatas, maka
penulis merumuskan masalah sebagai berikut ini:
1.

Bagaimana pelaksanaan nikah sirri online ?

2.

Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap nikah sirri online ?

D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka terdahulu berguna untuk memperjelas, menegaskan,
melihat kelebihan dan kekurangan teori yang digunakan oleh penulis lain.
Selain itu juga berguna untuk mempermudah pembaca membandingkan hasil
penelitian, serta menghindari plagiatisme.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Af’idatul Aliyah mahasiswa
Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya pada tahun 2009 dengan
judul ‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap Kasus Taukil Wali Nikah Via
Telepon Di KUA Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang Jawa Tengah‛.

13

Di dalam skripsi tersebut peneliti memaparkankan bahwa keberadaan wali
nikah yang bertempat tinggal jauh dan sulit dijangkau, terdapatnya masalah
keluarga yang membuat wali sengaja tidak menghadiri akad dan taukil wali
via telepon dilakukan. Peneliti juga memaparkan akibat hukum menurut
Undang-Undang No.1 tahun 1974.15
Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Fatah Zukhrufi mahasiswa
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2012 dengan judul ‚Tinjauan
Hukum Islam Terhadap Akad Nikah Via Net Meeting Teleconference ( Study
Atas Pemikiran Hukum Islam K.H M.A Sahal Mahfudh)‛. Di dalam skripsi
ini peneliti mengutarakan pandangan seorang tokoh Agama untuk
mendapatkan suatu ijtihad hukum Islam terhadap kasus tersebut. Pada kasus
tersebut calon mempelai suami berada di luar Negeri sedangkan calon isteri
berada di Indonesia.16
Kemudian pada penelitian yang dilakukan oleh Della Putri Citra Arum
mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tahun 2009 dengan
judul ‚Study Analisis Hukum Perkawinan Islam Mengenai Hukum Akad
Nikah Melalui Telepon‛. Di dalam skripsi ini peneliti memaparkan
pandangan seorang tokoh agama di Indonesia untuk mengkaji lebih dalam
tentang apakah diperbolehkan permasalahan tersebut yang juga telah dialami

Af’idatul Aliyah, ‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap Kasus Taukil Wali Nikah Via Telepon Di
KUA Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang Jawa Tengah‛ (Skripsi--IAIN Sunan Ampel,
Surabaya, 2009).
16
Fatah Zukhrufi, ‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap Akad Nikah Via Net Meeting
Teleconference ( Study Atas Pemikiran Hukum Islam K.H M.A Sahal Mahfudh )‛, (Skripsi—
UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2012).
15

14

oleh kedua calon mempelai yang berada di tempat yang berbeda dengan
melangsungkan akad nikah melalui telepon.17
Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Mahrom Mahasiswa
Universitas Diponegoro Semarang pada tahun 2008 dengan judul ‚ Ijab Qabul
Yang Dilakukan Melalui Telepon Berdasarkan Undang-Undang No 1 Tahun
1974 Tentang Perkawinan ( Studi Kasus Penetapan Perkara No. 1751/P/1989
Di Pengadilan Agama Kota Jakarta Selatan )‛. Di dalam skrpsi ini peneliti
lebih cenderung untuk menganalisis tentang putusan pengadilan yaitu
pertimbangan hukum apa yang dipergunakan oleh hakim untuk menetapkan
suatu keputusan yang menolak tentang adanya Ijab qabul melalui telepon.18
Setelah melakuakan analisa terhadap beberapa skripsi tersebut, penulis
rasa bahwa pembahasan penelitian tersebut berbeda dengan penelitian penulis
yang berjudul ‚Analisis Hukum Islam Terhadap Nikah Sirri Online‛. Di
dalam skripsi ini disajikan data bahwa dikalangan masyarakat yang
melakukan praktek nikah sirri online yang akadnya dilangsungkan oleh calon
pasangan suami isteri dengan jarak tempat yang tidak begitu jauh ataupun
dapat dilakukan ditempat yang sama oleh pasangan suami isteri secara online
melalui skype, dan penghulunya atau yang menikahkan tidak berada dalam
satu majelis, dengan kata lain berlainan tempat. Perkawinan model ini
dilakukan secara online menggunakan media skype sebagai alat untuk

Della Putri Citra Arum, ‚Study Analisis Hukum Perkawinan Islam Mengenai Hukum Akad
Nikah Melalui Telepon‛, (Skripsi—Universitas Muhammadiyah, Surakarta, 2009).
18
Mahrom, ‚ Ijab Qabul Yang Dilakukan Melalui Telepon Berdasarkan Undang-Undang No 1
Tahun 1974 Tentang Perkawinan ( Studi Kasus Penetapan Perkara No. 1751/P/1989 Di
Pengadilan Agama Kota Jakarta Selatan )‛, (Skripsi—Universitas Diponegoro, Semarang, 2008).
17

15

berkomunikasi pada waktu melakukan akad, yang mana penghulunya tidak
harus hadir dan wali serta saksinya semuanya ditanggung oleh penghulu.

E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pelaksanaan nikah sirri online.
2. Untuk mengetahui pandangan hukum Islam terhadap nikah sirri online.

F. Kegunaan Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
pemikiran bagi disiplin keilmuan pada umumnya dan dapat digunakan untuk
hal-hal berikut :
Aspek teoritis : sebagai upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan
wawasan khususnya dalam bidang hukum keluarga yang berkaitan dengan
media sosial khususnya media sosial skype. Sehingga pelaksanaan
perkawinan seperti nikah sirri online ini mempunyai ketentuan hukum yang
jelas.
Aspek praktis : dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi penelitian
berikutnya

yang

mempunyai

relevansi

dengan

penelitian

ini

dan

menyebarluaskan hasil penelitian ini. Serta bisa digunakan sebagai bahan
acuan para pihak yang bersangkutan untuk penyelesaian masalah ini.

16

G. Definisi Operasianal
Hukum Islam

: hukum Islam yang dimaksud dalam penelitian ini
yakni Fikih yang mengedepankan pemikiran ijtihad
para ulama terhadap hukum yang terkandung dalam
Al-Qur’an dan Hadis

Nikah Sirri Online

: nikah sirri online yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah pernikahan dibawah tangan dimana
akadnya

dilaksanakan

melalui

videocall

yang

disediakan oleh situs penyedia jasa nikah secara

online .

H. Metode Penelitian
Dalam menelusuri dan memahami objek kajian ini penyusun
menggunakan metode penelitian sebagai berikut:
1.

Jenis penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diangkat, maka jenis penelitian ini
dikategorikan

sebagai

penelitian

kepustakaan

(library

research).

Penelitian kepustakaan adalah salah satu bentuk metode penelitian yang
menekankan pada pustaka sebagai suatu objek studi. Sebagai langkah
awal studi ini dibutuhkan proses penelitian secara kualitatif sehingga
berbagai faktor dan identifikasi persoalan dapat mendukung penelitian.
Berikut langkah seputar data dan penggalian data.

17

2.

Data
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah yang
bersumber dari fenomena-fenomena di masyarakat dan pendapat para
ulama kontemporer, serta beberapa artikel dan bahan bacaan terkait dengan
nikah sirri online.
a.

Data primer, yaitu data yang bersifat utama dan penting atau
data dasar yang akan memungkinkan untuk mendapatkan
informasi yang diperlukan dan berkaitan langsung dengan
pembahasan skripsi ini, yaitu melalui media internet serta
wawancara dengan para ulama kontemporer dan kitab-kitab fikih
Islam atau artikel-artikel terkait tentang nikah sirri online

b.

Sekunder, yaitu merupakan data atau literatur yang akan
menunjang dalam melengkapi dan memperkuat serta memberi
penjelasan mengenai sumber data primer, diantaranya:
1) Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, Fikih Islam Wa ‘Adilatuhu
2) Abdurrahman al-Jaziri, al-Fiqh ‘ala Mazahib al-Arba’ah
3) Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah
4) Dan Fikih Munakahat

3.

Metode Pengumpulan Data
Dalam merencanakan suatu penelitian, maka tahapan awal sebelum
mengolah

dan

menganalisis

data

yaitu

merencanakan

metode

pengumpulan data. Pengumpulan data ini memudahkan untuk lanjut pada

18

tahap penelitian berikutnya adapun metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data yang
menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap.
Dokumentasi ini merupakan kumpulan-kumpulan data berbentuk
tulisan yang dapat bersumber dari

buku, jurnal, majalah, maupun

keterangan-keterangan ilmiah lainnnya.19
Adapun dalam penelitian ini metode dokumentasi yang dilakukan
yakni pencarian dan pengumpulan sumber-sumber data yang berkaitan
dengan niakh sirri online. Selain itu, bentuk dokumentasi lainnya yaitu
dokumen berupa artikel-artikel online atau file yang diperoleh untuk
menambah referensi dalam penelitian, maupun kekayaan intelektual
dari peneliti itu sendiri.
b. Studi kepustakaan
Adalah dengan cara mengumpulkan data dan informasi yang
diperoleh baik dari buku-buku, kitab-kitab literatur yakni dengan cara
membaca, memahami dan mencermati keterkaitannya dengan kasus
yang

diteliti,

kemudian

mengumpulkan,

menyeleksi

dan

menginventarisir data-data tersebut.

19

Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), 158.

19

4.

Teknik Pengolahan Data
Setelah data yang diperlukan dapat terkumpul selanjutnya penulis
akan mengolah data tersebut dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.

Editing

adalah memilih dan menyeleksi data yang telah

diperoleh dari telaah pustaka dan hasil dokumentasi, kemudian
penulis mencari kesesuaian, keselarasan, kelengkapan, keslian,
kejelasan relevansi, dan keseragaman dengan permasalahan yang
akan penulis teliti.
b.

Organizing

setelah melakukan editing, penulis kemudian

melakukan tahap organizing dengan mengatur dan menyusun datadata yang telah diperoleh tersebut dengan sedemikian rupa sehingga
menghasilkan bahan untuk menyusun laporan skripsi dengan baik.
c.

Analyzing

yaitu menganalisis data dalam upaya kategorisasi

data yang relevan sebagai dasar penulis untuk mengkaji teori dan
mencari hubungan fungsional, dengan tema penelitian.
5.

Teknik Analisis Data
Setelah mendapat data yang berhubungan dengan penelitian, maka
langkah yang ditempuh selanjutnya adalah menganalisis data yang telah
diperoleh. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah sebagai
berikut:

20

a. Deskriptif
Yaitu menggambarkan atau melukiskan suatu keadaan atau
fenomena. Suatu keadaan mengenai kasus nikah sirri online yang
marak terjadi di masyarakat.
b. Induktif-deduktif
Yaitu mengungkapkan fakta yang terjadi di masyarakat tentang kasus
nikah sirri online selanjutnya dianalisis berdasar hukum Islam sehingga
dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai hal tersebut. Supaya dapat
menemukan hukum yang kongkrit dalam kasus tersebut, sehingga dapat
menemukan hasil yang lebih bijaksana dan akurat.

I. Sistematika Pembahasan
Pembahasan dalam skripsi ini nantinya terdiri dari lima bab yang
masing-masing mengandung sub-sub bab, yang mana sub-sub bab tersebut
erathubungannya antara satu dengan yang lain. Dari kesatuan sub-sub bab
tersebutmenyusun integralitas pengertian dari skripsi.
Pada bab pendahuluan atau bab satu, bertujuan untuk menarik dan
memusatkan perhatian pembaca pada pokok pemikiran yang terdapat dalam
uraian tulisan. Pokok pemikiran dijelaskan secara singkat, sehingga pembaca
dapat membayangkan apa yang akan dibahas dalam tulisan tersebut. Yang
terdiri dari: latar belakang masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan
penulisan,kegunaan

hasil

penelitian,

penelitian, dan sistematika pembahasan.

definisi

operasional,

metodologi

21

Bab kedua, memuat landasan teori tentang pernikahan dalam Islam
yang terdiri dari: pengertian dan dasar hukum nikah, rukun dan syarat nikah
dalam fiqih Islam dan fiqih munakahat.
Bab ketiga, penulis menyajikan hasil penelitian yang diperoleh dari
berbagai literatur yang berkaitan dengan masalah yang akan dikaji, sehingga
penulis dapat menjelaskan pelaksanaan nikah sirri online.
Bab keempat, memuat analisis penulis yang terdiri atas analisis
terhadap nikah sirri online menurut Hukum Islam.
Bab kelima, merupakan bab penutup yang berisi tentang kesimpulan
dan saran

BAB II
LANDASAN TEORI PERNIKAHAN

A. Pernikahan Menurut Hukum Islam
Pernikahan merupakan sunnatullah

yang umum dan berlaku pada

semua makhluk-Nya, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan.
Pernikahan adalah suatu cara yang dipilih oleh Allah Swt, sebagai jalan bagi
makhluk-Nya untuk berkembang biak dan melestarikan hidupnya.1
Kata nikah atau kawin berasal dari bahasa Arab yaitu ‚‫ ‛النكاح‬dan
‚‫‛الزواج‬, yang secara bahasa mempunyai arti ‚‫( ‛ الوطئ‬setubuh, senggama)2 dan
‚‫(‛ الضم‬berkumpul). Dikatakan pohon itu telah menikah apabila telah
berkumpul antara satu dengan yang lain.3 Secara hakiki nikah diartikan juga
dengan berarti bersetubuh atau bersenggama, sedangkan secara majazi
bermakna akad.4
Makna nikah berarti al-jam’u dan al-d{hamu yang artinya kumpul.5
Makna nikah (Zawa>j) bisa diartikan dengan aqdu al-tazwi>j yang artinya
akad nikah. Juga dapat diartikan (wat}’u al-zaujah) bermakna menyetubuhi
isteri. Definisi yang hampir sama dengan di atas juga dikemukakan oleh

1

Slamet Abidin dan Aminuddin, Fiqh Munakahat 1, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), 9.
Ahmad Warson Al-Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka
Progressif, 1997) 1461.
3
Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqh ‘Ala> Maz|ah> ib Al-‘Arba’ah Juz 4, (t.tp: Dar El-Hadits, 2004), 7.
4
Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Isla>m Wa Adillatuhu Juz 9,(t.tp: Dar El-Fikr, 1997), 6513.
5
Sulaiman Al-Mufarraj, Bekal Pernikahan, (Jakarta: Qisthi Press, 2003), 5.
2

22

23

Rahmat Hakim, bahwa kata nikah berasal dari bahasa arab ‚nika>hun‛ yang
merupakan masdar atau asal kata dari kata kerja (fi’il ma>d{i)

‚nakaha‛

sinonimnya ‚tazawwaja‛ kemudian diterjemahkan dalam bahasa Indonesia
sebagai perkawinan. Kata nikah sering juga dipergunakan sebab telah masuk
dalam bahasa Indonesia.6
Kata na-ka-ha banyak terdapat dalam al-Qur’an dengan arti kawin,
seperti dalam surat an-Nisa’ ayat 3 :7

‫ك قا ك ك ن‬
‫ققٰ ق ق‬
‫ك ن ق ق ق ق ك‬
‫كݗ م‬
‫ۡݘلݚۡق‬
ٰ
‫ݠا ۡݘܛ ۡطܛج ۡݕ‬
ۡ ‫كܫ‬
ۡ ‫ِۡ ۡٱۡت‬
‫خݍܢݗ ۡأَ ۡتݐ ل‬
‫ِغۡ ۡ ل‬
‫م ۡفۡٱݛ ل‬
‫س݁ݠا ل‬
‫ك قا ق ك ن قق ق ق ق ق ق ق ق‬
‫م ق ه ق ق ٰ ق ك قٰ ق ق ك قٰ ق ق‬
ٰ
ۡ ‫خݍܢݗۡأَۡت݇ لܯ ݠا‬
ۡ‫ܪܯحۡدوۡݘܛۡ ݖݓܠ‬
‫ٱݕنلسܛ ۡحلۡݘܥَۡوܤ ܣۡورب݅ۖۡفإلغۡ ل‬
‫ۡف ل‬
‫ق ق ك ك قٰ ق ق ق ٓ ق ا ق ك ك ن‬
ۡ ۡ٣ۡ‫أي ٰݜك ۚݗۡذ لݑۡدلَۡأَۡت݇ݠ ݠا‬
ۡ

Artinya: ‚Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap
(hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu
mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang
kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut
tidak akan dapat berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja,
atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah
lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya‛8
Beberapa penulis juga terkadang menyebut pernikahan dengan kata
perkawinan. Dalam bahasa Indonesia, ‚perkawinan‛ berasal dari kata
‚kawin‛ , yang menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan
jenis, melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh. Istilah kawin
digunakan secara umum untuk tumbuhan, hewan, dan manusia yang

6

Rahmat Hakim, Hukum Perkawinan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), 11.
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia :Antara Fiqh Munakahat dan
Undang-Undang Perkawinan, (Jakarta: Kencana, 2009), 36.
8
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: Mekar, 2004), 99.
7

24

menunjukkan proses generatif secara alami. Berbeda dengan itu, nikah hanya
digunakan untuk manusia karena mengandung keabsahan secara hukum
nasional, adat istiadat dan terutama menurut agama. Makna nikah adalah
akad atau ikatan, karena dalam suatu proses pernikahan terdapat ijab
(pernyataan penyerahan dari pihak perempuan) dan kabul (pernyataan
penerimaan dari pihak laki-laki) selain itu nikah juga bisa diartikan sebagai
bersetubuh.9
Dalam al-Qur’an terdapat pula kata nikah dengan arti akad, seperti
tersebut dalam firman Allah surat al-Nisa’ ayat 22:

‫قق ق ك ن ق ق ق ق ق قهك ك م ق م ق ه ا ق ق ق قق اك ق ق‬
ۡ‫و‬
ۡ‫ف ۡر لۡݛ ۡݝۥ َۡغ‬
ۚ ‫َ ۡܡݜݓلܫݠا ۡݘܛۡݛكܩ ۡحاܝܛذكݗۡݘلݚ ۡٱݕنلسܛ لۡح ۡرلَ ۡݘܛۡݏܯ ۡسݖ‬
‫قٰ ق ً ق ق ً ق ق ه ق ق ق‬
ۡ ۡ ًۡ‫ۡسبلي‬
‫ܫشܟۡوݘݐܢܛۡوسܛح‬
‫ل‬
Artinya: ‚Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang Telah dikawini
oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang Telah lampau‛.10
Ayat tersebut di atas mengandung arti bahwa perempuan yang dinikahi
oleh ayahnya itu haram dinikahi karena ayah telah melangsungkan akad
nikah dengan perempuan tersebut, meskipun di antara keduanya telah
melangsungkan hubungan kelamin.11.

9

Abd. Rachman Assegaf, Study Islam Kontekstual Elaborasi Paradigma Baru Muslim Kaffah,
(Yogyakarta: Gama Media, 2005), 131.
10
Ibid.,., 102
11
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: Kencana, 2009), 37.

25

Para ahli fikih biasa menggunakan rumusan definisi sebagaimana
tersebut di atas dengan penjelasan sebagai berikut:12
1. Penggunaan lafaz akad (‫ )عقد‬untuk menjelaskan bahwa perkawinan
itu adalah suatu perjanjian yang dibuat oleh orang- orang atau pihak pihak yang terlibat dalam perkawinan. Perkawinan itu dibuat dalam
bentuk akad karena ia peristiwa hukum, bukan peristiwa biologis
atau semata hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan.
2. Penggunaan ungkapan: ‫( يتضمن اباحة الوطء‬yang mengandung maksud
membolehkan hubungan kelamin), karena pada dasarnya hubungan
laki-laki dan perempuan itu adalah terlarang, kecuali ada hal-hal yang
membolehkannya secara hukum syara‘. Di antara hal yang
membolehkan hubungan kelamin itu adalah adanya akad nikah di
antara keduanya. Dengan demikian akad itu adalah suatu usaha untuk
membolehkan sesuatu yang asalnya tidak boleh.
3. Menggunakan kata ‫ بلفظ انكاح او تزويج‬, yang berarti menggunakan
lafaz na-ka-ha atau za-wa-ja mengandung maksud bahwa akad yang
membolehkan hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan itu
mesti dengan menggunakan kata na-ka-ha dan za-wa-ja, oleh karena
dalam Islam di samping akad nikah itu ada lagi usaha yang
membolehkan hubungan antara laki-laki dengan perempuan itu, yaitu

12

Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, Cet.1, (Jakarta: Prenada Media, 2003), 74-75.

26

pemilikan seorang laki-laki atas seorang perempuan atau disebut juga
‚perbudakan‛. Bolehnya hubungan kelamin dalam bentuk ini tidak
disebut perkawinan atau nikah, tapi menggunakan kata ‚tasarri‛.
Abu Zahrah mengemukakan definisi nikah, yaitu akad yang
menjadikan halalnya hubungan seksual antara kedua orang yang berakad
sehingga menimbulkan hak dan kewajiban yang datangnya dari syara‘. 13
Sedangkan di dalam Ensiklopedi Hukum Islam, disebutkan bahwa
nikah merupakan salah satu upaya untuk menyalurkan naluri seksual suami
istri dalam sebuah rumah tangga sekaligus sarana untuk menghasilkan
keturunan yang dapat menjamin kelangsungan eksistensi manusia di atas
bumi. Keberadaan nikah itu sejalan dengan lahirnya manusia pertama di atas
bumi dan merupakan fitrah manusia yang diberikan Allah SWT terhadap
hamba-Nya.14
Perkawinan menurut hukum Islam adalah akad yang sangat kuat atau

mith|a>qan ghali>za{ n dan merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dan
wanita untuk mentaati perintah Allah dan siapa yang melaksanakannya
adalah merupakan ibadah, serta untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga
yang saki>nah, mawaddah warahmah.15
Kemudian Hasbi Ash-Shiddieqy memberikan pengertian nikah adalah
akad yang memberikan faedah hukum kebolehan melakukan hubungan
13

Abu Zahrah, Al-Ahwal Al-Syakhs{iyah, (Dar El-Fikr Al-‘arabi, 1958), 18.
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedia Hukum Islam Jilid 3, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,
1996), 1329.
15
M. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 14.
14

27

keluarga (suami istri) antara pria dan wanita dan mengadakan tolong
menolong dan memberikan batasan bagi pemiliknya serta peraturan bagi
masing-masing.16
Ulama H}anafiyah

memberikan pengertian nikah adalah akad yang

memberikan faedah dimilikinya kenikmatan dengan sengaja, maksudnya
adalah untuk menghalalkan seorang laki-laki memperoleh kesenangan
(istimta‘) dari wanita, dan yang dimaksud dengan memiliki di sini adalah
bukan makna yang hakiki.17 Definisi ini menghindari kerancuan dari akad
jual beli (wanita), yang bermakna sebuah akad perjanjian yang dilakukan
untuk memiliki budak wanita.18
Sedangkan menurut ulama Shafi‘iyah, nikah adalah akad yang
mengandung ketentuan hukum kebolehan hubungan seksual dengan lafaz
nikah atau tajwi>z atau semakna dengan keduanya.19
Ulama Malikiyah mendefinisikan pernikahan adalah akad perjanjian
untuk menghalalkan meraih kenikmatan dengan wanita yang bukan mahram,
atau wanita Majusiyah, wanita Ahli kitab melalui sebuah ikrar.20

16

Hasbi Ash-Shidieqi, Falsafah Hukum Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), 96.
Abdurrahman Al-Jaziri, Al Fiqh ‘Ala> Maz|ah> ib Al-‘Arba’ah juz 4, (t.tp: Dar El-Hadits, 2004), 8.
18
Yusuf Ad-Duraiwisy, Nikah Sirri, Mut’ah dan Kontrak dalam Timbangan Al-Qur’an dan
As-Sunnah, Penerjemah Muhammad Ashim, (Jakarta: Darul Haq, 2010), 17.
19
Abdurrahman Al-Jaziri, Al Fiqh ‘Ala> Madh|ah> ib Al-‘Arba’ah juz 4, (t.tp: Dar El-Hadits,
2004),8.
20
Yusuf Ad-Duraiwisy, Nikah Sirri, Mut’ah dan Kontrak dalam Timbangan Al-Qur’an dan AsSunnah, Penerjemah Muhammad Ashim, (Jakarta: Darul Haq, 2010), 17.
17

28

Ulama H}anabilah berkata, akad pernikahan maksudnya sebuah
perjanjian yang didalamnya, terdapat lafaz nikah atau tajwi>z atau terjemahan
(dalam bahasa lainnya) yang dijadikan sebagai pedoman.21
Dapat diperhatikan dalam definisi-definisi ini, bahwa semuanya
mengarah pada titik diperbolehkannya terjadinya persetubuhan, atau
dihalalkannya memperoleh kenikmatan (dari seorang wanita) dengan lafaz
tertentu.
Dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1974 bab 1 pasal 1 disebutkan
bahwa: ‚perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha
Esa‛. Dengan demikian pernikahan adalah suatu akad yang secara
keseluruhan aspeknya dikandung dalam kata nikah atau tazwi>j

dan

merupakan ucapan seremonial yang sakral.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian
nikah adalah perjanjian yang bersifat syar‘i yang berdampak pada halalnya
seorang

(lelaki

atau

perempuan)

memperoleh

kenikmatan

dengan

pasangannya berupa berhubungan badan dan cara-cara lainnya dalam bentuk
yang disyari’atkan, dengan ikrar tertentu secara disengaja.22

21
22

Ibid., 18.
Ibid.,

29

Nikah sirri secara etimologi berarti rahasia.23 Atau perbuatan yang
dilakukan secara sembunyi-sembunyi, nikah sirri juga biasa disebut dengan
nikah bawah tangan. Istilah pernikahan di bawah tangan ini lahir setelah
Undang-Undang Perkawinan berlaku, secara efektif. Pernikahan di bawah
tangan pada dasarnya adalah kebalikan dari pernikahan yang dilakukan
menurut Undang-Undang. Dengan demikian, makna normatifnya adalah
setiap pernikahan yang tidak dilakukan menurut hukum positif, berarti
terkategori pernikahan di bawah tangan.24
Nikah sirri dapat diartikan sebagai pernikahan yang rahasia atau
dirahasiakan. Dikatakan sebagai pernikahan yang dirahasiakan karena
prosesi pernikahan semacam ini sengaja disembunyikan dari publik dengan
berbagai alasan, dan biasanya dihadiri hanya oleh kalangan terbatas keluarga
dekat, tidak dipestakan dalam bentuk resepsi walimatul ursy secara terbuka
untuk umum. Tetapi perkawinan ini sudah memenuhi unsur-unsur
perkawinan dalam Islam, yang meliputi dua mempelai, dua orang saksi, wali,
ijab-qabul dan juga mas kawin.
Sekalipun pernikahan di bawah tangan adalah wujud aplikatif dari
ajaran Isla>m, harus dikaitkan langsung dengan kehidupan kenegaraan dimana
masyarakat Isla>m itu berada.

23

Ahmad Warson Munawir, al-Munawir kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progresif,
1984), 667
24
A. Gani, Perkawinan Di Bawah Tangan, Mimbar Hukum no. 23, (t.t.p: t.p, 1995), 47.

30

Dalam rumusan ulama fikih, nikah sirri ada dua:
1. Akad yang dilakukan tanpa saksi, tanpa publikasi dan tanpa
pencatatan. Para ulama fikih sepakat melarang nikah sirri
semacam ini.
2. Akad nikah yang dihadiri oleh para saksi, tetapi mereka
diharuskan untuk merahasiakan pernikahan tersebut. Para ahli
fikih berbeda pendapat tentang keabsahan nikah sirri semacam
ini. Sebagian ulama seperti Hanafiyah dan shafi’iyah, bahwa
pesan agar saksi merahasiakan terjadinya pernikahan tidak
berpengaruh terhadap sahnya akad nikah, sebab adanya saksi
telah menjadikan nikah tersebut tidak sirri lagi. Sebagian ulama
yang lain, seperti Imam Malik dan ulama yang sepakat
dengannya,

berpendapat

bahwa

adanya

pesan

untuk

merahasiakan pernikahan telah mencabut kesaksian dari ruh
dan tujuan dishari’atkannya pernikahan, yaitu publikasi. Oleh
karena itu, pernikahan tersebut tidak sah. Sedangkan menurut
Hanabilah hukum nikah sirri semacam ini adalah makruh.25
Dari aspek pernikahannya, nikah sirri tetap sah menurut ketentuan
shari’at, dan pelaku tidak boleh dianggap melakukan tindakan kemaksiyatan,
sehingga berhak dijatuhi sanksi hukum, sebab suatu perbuatan baru dianggap
kemaksiyatan dan berhak dijatuhi sanksi di dunia dan di akhirat, ketika
perbuatan tersebut terkategori mengerjakan yang haram dan meninggalkan
25

Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Isla>m Wa ‘Adilatuhu... 6541

31

yang wajib. Seorang dinyatakan melakukan