KATEGORISASI DALAM TEORI ARSITEKTUR (Suatu Kajian Kepustakaan) | Artha | Anala 195 364 1 SM

KATEGORISASI DALAM TEORI ARSITEKTUR
(Suatu Kajian Kepustakaan)
I Made Artha
Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Dwijendra
ABSTRAK
Menyadari bahwa arsitekur adalah sebuah masalah yang kompleks, untuk itu kita
perlu melihatnya sebagai sebuah jaringan dari berbagai konsep yang saling terkait, saling
menyilang dan saling mengikat ke dalam aliran-aliran pemikiran.
Teori arsitektur tidak dapat dianggap cukup tanpa rujukan terhadap perkembangan
gagasan kategori yang dapat ditemukan pada karya-karya arsitektur pada zamannya,
demikian juga berbagai ragam konsep yang berkaitan dengan arsitektur .
Kata kunci :
Arsitektur - masalah yang komplek.
ABSTRACT
Realizing that an architecture is a complex problem, for that we need seeing it as a
networking of some inter-related, inter-crossed and inter-tied concept in to the thinking
currents.
The architectural theory can not be enough considered without some references to the
progress of the categorical ideas those can be found at the current time architectural
products and also some variant concepts related to the architecture.
Keyword :

An architecture - a complex problem
I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Gerakan modern berkembang dengan nama Post-Modernisme dan seterusnya
Neo/Late Modern, sebuah kumpulan yang terpencar, yang seolah-olah memberikan tempat
bagi kompleksitas teori-teori arsitektur.
Berkembang pemikiran dalam memunculkan konsep tentang “Makna” ke suatu taraf,
dimana konsep tentang “bentuk” dan”fungsi” telah diterima, sebagai usaha membentuk
arsitektur yang lebih dapat diterima umum pada tingkat visual. Dimana bangunan yang
interiornya dirancang secara fungsional, sementara eksteriornya diberi hiasan (ragam hias)
menjadikan dasar pendekatan arsitektur Post-Modern.
Bersamaan dengan meningkatkan kompleksitas ruang/bangunan, maka pengetahuan
arsitektur menjadi lebih multi disiplin dari pada sebelumnya.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian tersebut di atas, maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu sebagai
berikut :


1

1. bagaimanakah cara memahami kompleksitas permasalahan arsitektur itu?
2. bagaimana caranya untuk melakukan kategorisasi terhadap berbagai konsep yang
berbeda?
1.3 Batasan Pembahasan
Karena permasalahan arsitektur sangat luas/kompleks, maka dalam hal ini dibahas
sehubungan dengan kategori-kategori pokok dalam teori arsitektur yaitu keterkaitan antara
kategori “bentuk, fungsi dan makna”
1.4 Metodologi
Tulisan ini merupakan studi literatur yang dipaparkan secara deskriptif, untuk
membahas beberapa kategori pada teori arsitektur berdasarkan pandangan atau pemikiranpemikiran kritisme.
II. PEMBAHASAN
2.1 Kategorisasi (Pengelompokan)
Mulai dari mempertimbangkan gambaran serupa yang ada dalam pemikiranpemikiran kritisme, Abramas (0000) dalam bukunya The Mirror and The Lamp, memberikan
sebuah gambaran tentang konsep karya seni sebagai gagasan terpusat yang di kelilingi
oleh lingkaran imajinasi dengan tiga hal pokok yaitu seperti diagram atau bagan di bawah ini
:

2. Pengamat/Pemirsa




KARYA SENI




1. Seniman

3. 
Alam Semesta

Melalui contoh hubungan ketiga elemen tersebut selalu diperhitungkan walaupun masingmasing teori berorientasi ke arah salah satu elemen. Teori-teori ekspresi dini lebih
berorientasi kearah seniman. Teori pragmatis ke arah pengamat dan teori mimetik ke arah
alam semesta.
Dari contoh bagan tersebut di atas, kita dapat dihubungkan dengan konsep arsitektur,
terhadap beberapa bangunan tertentu, sebagai gagasan sentral yang berdiri di tengahtengah lingkungannya dimana tanpa menetapkan hubungan-hubungan itu, maka tidaklah
berarti apa-apa.
Setiap pertimbangan kategori dalam arsitektur selalu melibatkan tiga kategori Vitruvius

seperti yang diungkapkan oleh Sir Henry Wotton yaitu bangunan yang baik mempunyai tiga
kondisi : kokoh, kebutuhan dan kesenangan, atau yang lebih dikenal kategori Vitruvian
tentang : Firnitas, Utilitas, dan Venustas.

2

Dari sisi lain terhadap pemikiran Aristoteles yang mengikuti Plato, menamakan tiga
jenis pengetahuan yaitu sebagai ; pengetahuan praktis, teoritis dan produktif. Gagasan ini
dikembangkan oleh Augustine dan para filsuf skolastik, sampai kemudan oleh Kant
gagasan-gagasan ini menemukan berbagai bentuk ungkapan, salah satu diantaranya
klasifikasi perilaku menjadi seperti bagan di bawah ini :
Praktis



Bangunan

Estetis




 Teoritis

Penggantian kategori produktif menjadi kategori estetis masih tetap mengikuti
pemikiran Yunani yang menempatkan kerja produktif sebagai jenis seni dan kerajinan.
Konsep tentang kesatuan (unity), sangat penting bagi pemikrian estetik, juga menjadi
penting bagi para strukturalis dalam keinginan mereka untuk menganalisis dunia ke dalam
berbagai relasi, dibandingkan dengan membiarkan tiap elemen sebagai sesuatu yang
berdiri sendiri. Jadi pemahaman tentang kesatuan apapun akan menuju pada konsep
tentang kuantitas, keteraturan dan bentuk yang stabil.
Hal ini menyerupai tindakan para ahli sturktur yang mencoba memenuhi kondisikondisi vitruvian tentang kekokohan ; untuk mencari bentuk sturktur yang paling efisien
untuk menahan kemungkinan pemenuhan bentuk bangunan melalui hubungan-hubungan
struktur dengan segala kekuatan dan momen keseimbangannya.
Demikian beberapa kelompok konsep dimana didalamnya terdapat konsep-konsep
tentang teori estetika obyektif serta intelektualitas yang diungkapkan oleh Abrams dan Carrit
yaitu konsep tentang : bentuk, ruang, pola, warna, kuantitas dan struktur.
Kategori kausalitas (hubungan) dan fungsi, yaitu kelompok dimana mereka yang
sikapnya secara dominan didasarkan pada hubungan sebab dan akibat. Contoh dengan
melibatkan para pemakai bangunan yaitu kelompok yang secara tipikal tertuju pada
persoalan-persoalan : apakah gedung/bangunan ini benar-benar berguna dan berapa

biayanya.
Beralih dari sebab akibat, kita menjumpai pihak-pihak yang menilai sebuah
bangunan/gedung, hanya dari konsekuensi praktisnya, yaitu sebagai salah satu pendekatan
pragmatis. Karena pragmatisme adalah merupakan kategori kesesuaian, tetapi melalui
pendekatan etis yang melibatkan tujuan utama dari arah dan kegiatan manusia.
Kategori kesesuaian Aristoteles adalah menyangkut pengetahuan praktis, sesuatu
kategori yang menurutnya meliputi masalah ekonomi dan juga etika. Sudut pandang
dimana seseorang melihat sebuah bangunan/gedung sebagai sesuatu komoditi ekonomi,
dapat kita temukan dalam kerangka hubungan kausalitas atau yang dikenal sebagai konsep
tentang pertukaran. Efisiensi ekonomi serta penghematan sumber daya dan energi

3

dikombinasikan dengan kebutuhan manusia dan kemampuan membentuk jaringan kausal
yang kompleks, (teori tentang sistem totaliter). Dengan demikian, kategori kausalitas
merupakan sekelompok konsep yang didalamnya terdapat konsep-konsep : fungsi,
aktivitas, kenyamanan, kepuasan, kesenangan dan efisiensi. Jadi secara umum konsepkonsep yang termasuk di dalamnya adalah teori sistem,dalam estetika terdapat teori
pragmatis dan teori-teori moralis yang diungkapkan oleh Abrams dan Carrit, yang dalam
teori Arsitektur dikenal dengan aliran rasionalisme yang berkembang menjadi
fungsionalisme.

Kategori sifat inti dan makna yaitu memasukkan pandangan atau pendapat orangorang atau pengguna bangunan sebagai masalah kualitas dan selera serta mereka yang
melihat seperti apa tampak bangunan tersebut dan bagaimana asosiasi yang
ditimbulkannya.
Sebuah teori yang sederhana sebagai suatu analogi; yaitu dengan melihat kemiripan
antara sebuah gedung dan model teori umum dalam rangka menggambarkan,
membandingkan dan menilai sifat-sifat sebuah bangunan tertentu. Pemberian istilah
gaya/style untuk konsep suatu bangunan yang mempunyai ciri-ciri khusus/istimewa, bukan
hanya merupakan dasar bagi klasifikasi akademis, tetapi juga memperkenalkan mengenai
konsep tentang makna arsitektur.
Makna dalam hal ini serupa dengan upaya identifikasi, tentu saja untuk tujuan
tertentu yakni, menghindari kemiripan dengan masalah sosial lainnya. Hal ini dapat dilihat
dalam simbol tentang kemakmuran dan prestise, selera dan kebiasaan. Membandingkan
klasifikasi perilaku ke dalam estetik, secara praktis maupun teoritis yaitu dengan melakukan
penyederhanaan klasifikasi dari kategori estetik yang ada menjadi :
1. keindahan (beauty) dengan menampilkan relasi-relasi formal antara harmoni dan
proporsi.
2. kesenangan/kegembiraan (pleasure) yaitu relasi-relasi fungsional antara efisien dan
kenyamanan.
3. kesukaan (delight) adalah relasi-relasi penuh makna antara asosiasi dan selera.
III. PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal mengenai
pengelompokan berbagai konsep untuk dijadikan modalitas dalam perkembangan teori
arsitektur. Konsep-konsep yang dapat diungkapkan yaitu antara lain :
1.

2.

konsep mengenai estetika obyektif sehubungan dengan kategori bentuk yang terdiri
dari :
a. keterpaduan, keterpisahan.
b. unity/kesatuan
c. dimensi kaitannya dengan proporsi
d. tipologi kaitannya dengan klasifikasi
e. kekuatan/kekokohan struktur dan konstruksi
konsep tentang kategori fungsi yang terdiri dari :

a. kausalitas/hubungan
b. sebab dan akibat
c. gerak/aktivitas

4

d. praktis dan pragmatis
e. fungsionalisme
3. kategori konsep makna yang terdiri dari :
a. sifat inti
b. kemiripan, kesamaan
c. peniruan, historisme
d. kualitas dan kesenangan
3.2 Saran-Saran/Rekomendasi.
Beberapa saran untuk dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam hal ini sebagai
berikut :
1. sebelum membuat rancangan/desain maka perlu mengetahui dan memahami hubungan
atau keterikatan konsep-konsep tersebut di atas.
2. sehubungan dengan arsitektur yang semakin kompleks, yaitu bersamaan dengan
meningkatkan kompleksitas fungsi bangunan, maka di dalam membuat/proses
perencanaan dan rancangan diperlukan jaringan kerja (Net-work) menjadi lebih multidisiplin dari sebelumnya.
3. sejalan dengan perkembangan dan problematika kehidupan manusia, maka teori
arsitektur sebaiknya tidak hanya besifat spekulatif, subyektif dan prediktif, melainkan juga
perlu dilandasi dengan nilai-nilai etis (etika profesi) dan logis.

DAFTAR PUSTAKA
Agus Sachari, 1987, Seni Desain antara Teknologi Konflik dan Harmoni, Penerbit Nova,
Bandung
Abrams, MH., 1983, The Mirror and The Lamp : Romantic Theory and the Critical Tradition,
Oxford University Press, London
A. Benyamin Hander, Alih Bahasa oleh H.K. Ishar, 1992, Pendekatahn Sistim Menuju
Arsitektur, Departemen Arsitektur dan Tata Kota Universitas Michigan, Am Arbor
Michigan.
Charles Jenck, 1977, What is Post Modernism. Academy Edition, London
Kant. I., 1988, Critique of Pure Reason Trans.” Kemp. N, Smith Macmillan, London
Talbot Hamlin, 1982, Prinsip-Prinsip Komposisi, edisi terjemahan dari buku Forms and
Function of the 20th Architecture, Volume I & II New York : Columbia University
Press.

5