Tinjauan kepustakaan Pengadaan Barang da

15

BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Pengertian Sistem dan Prosedur
Menurut para ahli pengertian sistem dan prosedur adalah sebagai berikut :
1. Pengertian Sistem
Sistem adalah “suatu kerangka dari prosedur – prosedur yang saling
berhubungan yang disusun dengan suatu skema yang menyeluruh, untuk
melaksanakan suatu kegiatanatan atau fungsi utama dari suatu perusahaan”.
(Prianthara, 2010)
2.

Pengertian Prosedur
Prosedur adalah “suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan
beberapa dalam satu departemen atau lebih yang dibuat untuk menjamin
penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang –
ulang”. (Mulyadi, 2008)

3.2. Pengadaan Barang/Jasa Publik
Pengadaan barang/jasa publik dapat dijelaskan sebagai berikut :

3.2.1. Pengertian Pengadaan Barang/Jasa
Dalam Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 beserta dengan perubahannya
tentang pengadaan barang/jasa yang dimaksud dengan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah

adalah

kegiatan

untuk

memperoleh

Barang/jasa

oleh

Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi yang prosesnya
dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan
untuk memperoleh Barang/jasa yang menggunakan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN) dan atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD). Prinsip dasar pengadaan barang/jasa adalah efisien, efektif, transparan,
terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel.

16

Gambar 3.1 Bagan Alir Pengadaan Barang dan Jasa
Sumber : http://www.ulp.ub.ac.id
Menurut Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 pengadaan barang/jasa dapat
dilakukan melalui 2 cara, yaitu:
1. Swakelola
Swakelola merupakan kegiatan pengadaan barang/jasa dimana pekerjaannya
direncanakan,

dikerjakan

dan/atau

diawasi


sendiri

oleh

Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi sebagai

17
penanggung jawab anggaran, instansi pemerintah lain dan/atau kelompok
2.

masyarakat.
Pemilihan penyedia barang/jasa
Pemilihan penyedia barang/jasa merupakan kegiatan untuk memilih atau
menyeleksi badan usaha atau orang perseorangan yang menyediakan barang,
pekerjaan konstruksi, jasa konsultasi dan jasa lainnya.

Pengadaan barang/jasa pemerintah yang diatur dalam Peraturan Presiden No. 54
tahun 2010 beserta dengan perubahannya meliputi :
1. Barang
Barang adalah “setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak

maupun tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan
2.

atau dimanfaatkan oleh pengguna barang”.
Pekerjaan Konstruksi
Pekerjaan Konstruksi adalah “seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan

3.

pelaksanaan konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya”.
Jasa Konsultasi
Jasa Konsultasi adalah jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian
tertentu diberbagai bidang keilmuwan yang mengutamakan adanya olah pikir

4.

(brainware).
Jasa Lainnya
Jasa Lainnya adalah “jasa yang membutuhkan kemampuan tertentu yang
mengutamakan keterampilan (skillware) dalam suatu sistem tata kelola yang

telah dikenal luas di dunia usaha untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau
segala pekerjaan dan penyediaan jasa selain jasa konsultasi, pelaksanaan
pekerjaan konstruksi dan pengadaan barang”.

3.2.2. Sifat dan Lingkup Pengadaan Barang/jasa Publik
Pengadaan barang/jasa publik merupakan hakikat dari tugas organisasi sektor
publik. Proporsi utama pengeluaran publik pada setiap level organisasi sektor
publik adalah pengadaan barang/jasa serta aktivitas konstruksi. Cakupan kontrak
serta pembelian barang/jasa tersebut sangat beragam mulai dari sistem
persenjataan, hingga industri pabrik-pabrik besar untuk bahan mentah, pangan,
kertas, pakaian, dan pelayanan penjagaan.

18
Lemahnya manajemen pengadaan barang/jasa tersebut akan berdampak terhadap
kualitas pelaksanaan proyek dan fungsi organisasi sektor publik bersangkutan.
Selain itu, dampak tersebut juga dapat berupa penundaan kegiataan atau pencairan
dana sehingga manfaat program yang diharapkan masyarakat turut tertunda. Hal
ini juga memaksa kinerja sektor swasta untuk dilibatkan. Terjadi penyuapan agar
menjadi rekan atau menjadi pemenang kontrak. Untuk itu, pekerjaan pengadaan
barang/jasa publik ini harus mendapatkan perhatian lebih dari sejumlah pemasok

barang/jasa yang terkait, pimpinan organisasi sektor publik yang bertanggung
jawab, auditor, dan legislator.
Pengadaan barang/jasa dalam arti luas mencakup isu strategi pengadaan
barang/jasa, penyimpanan, distribusi, pemantauan kontrak, dan manajemen
penyedia layanan. Proses ini sama dengan proses pengelolaan rantai persediaan
organisasi sektor publik secara keseluruhan. Fase pembelian dari siklus pengadaan
barang/jasa akan melibatkan pihak pemasok terpilih, negoisasi, serta kontrak
barang/jasa.
Pengadaan barang/jasa dapat dilakukan dengan sistem sentralisasi atau
desentralisasi pada derajat yang berbeda. Pada sistem sentralisasi di berbagai
pemerintahan, bagian pengadaan di organisasi sektor publik ketika melaksanakan
fungsinya sering kali didera rasa ketakutan akan pemborosan dan penyalahgunaan
wewenang oleh pejabat pelaksana di unit kerja. Sedangkan pada sistem
desentralisasi, otonomi diterapkan sehingga pejabat pelaksana fleksibel dalam
mendapatkan barang/jasa dibawah program yang didanai bagian pengadaan, atau
sebagai entitas yang berfungsi membawa kepentingan bagian pengadaan di unit
kerja. Dalam mekanisme ini, standar dan kriteria diatur oleh bagian pengadaan.
Demikian pula, pelaksanaan organisasi sektor publik umumnya dilakukan oleh
bagian pengadaan atau unit kerja bersangkutan yang bekerja di bawah kebijakan,
pedoman, dan pandangan entitas pengadaan barang/jasa di organisasi sektor

publik.
Pada organissasi sektor publik, pimpinan bagian pengadaan harus mengikuti
ketentuan prosedur yang kompetitif, dan aturan yang diberikan lebih

19
mengutamakan keadilan serta kewajaran. Selain itu, pengadaan barang/jasa publik
juga merupakan subjek kesalahan bagi pandangan legislatif dan auditor (dalam
perbaikan mekanisme akuntabilitas internal). Kesalahan atau pelanggaran dalam
pengadaan barang/jasa publik dapat menimbulkan dampak politis yang luas,
sehingga media dan publik ditempatkan sebagai subjek. Sedangkan perusahaan
swasta dan entitas nirlaba lebih menyukai hubungan yang stabil dengan pemasok
(supplier) dan kontrak jangka panjang untuk memastikan serta mempermudah
perencanaan bisnis.
3.2.3. Tujuan Pengadaan Barang/jasa Publik
Tujuan pengadaan barang/jasa publik adalah sebagai berikut :
1. Ekonomi
Dalam pengadaan barang/jasa publik serta swasta, kriteria ekonomi mengacu
pada bagaimana memperoleh barang/jasa dengan spesifikasi dasar waktu
serta harga terendah. Namum, sudut pandang ekonomi tergolong masih
dibawah kriteria efisiensi yang luas, seperti unit biaya produksi terendah. Jika

barang/jasa yang diadakan tidak menghasilkan produk yang efisien, maka
pengadaan pada biaya terendah pun tidak ada manfaatnya. Pengadaan
barang/jasa yang boros dapat terjadi akibat duplikasi dan tumpang tindihnya
operasi organisasi publik, kurangnya kemampuan memperkirakan arus dana
entitas publik, dan
2.

kurangnya insentif bagi pekerja dalam mengelola

persediaan secara baik.
Substitusi Impor
Stategi pengadaan barang/jasa

organisasi

publik

dapat

mendorong


pertumbuhan industri lokal dengan memberikan pilihan kepada pemasok
lokal, atau membatasi pembelian pada perusahaan asing. Banyak organisaasi
publik berupaya memastikan berbagai manfaat bagi industri domestik dalam
menghadapi persaingan usaha organisasi publik. Praktek pilihan ini harus
dijaga dengan regulasi yang mengimbangi pasar tidak sempurna, dan yang
dapat menjaga persaingan adil dan wajar antara pemasok lokal di negara
3.

berkembang dan pemasok internasional.
Perlindungan Terhadap Kepentingan Masyarakat
Ada tidaknya pertanggungjawaban atas kebijakan pelayanan merupakan hal
yang terpisah dari pemberian pelayanan itu sendiri. Organisasi sektor publik

20
bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pelayanan tersebut dapat
menjangkau masyarakat. Hal ini ditetapkan dalam keputusan yudisial.
Pertanggungjawaban ini termasuk pengaturan mekanisme pendukung dalam
kasus kegagalan kontraktor, pengawasan atas pelaksanaan oleh pemasok
swasta, pemberian informasi yang dapat dipercaya kepada masyarakat tentang

penyedia layanan, dan pembukaan kesempatan penyampaian keluhan.
3.3. Perbandingan Barang/Jasa Publik dengan Barang/Jasa Swasta
Barang publik adalah barang kolektif yang harus dikuasai oleh organisasi sektor
publik. Sifatnya tidak eksklusif dan diperuntukan bagi kepentingan seluruh warga
dalam skala luas. Sedangkan barang swasta adalah barang khusus yang dimiliki
oleh swasta, barang ini bersifat eksklusif dan hanya bisa dinikmati oleh individu
yang mampu membelinya, karena harganya disesuaikan dengan harga pasar untuk
memperoleh laba yang sebesar-besarnya.
Pada dasarnya pihak swsta merasa hanya bertanggung jawab atas biaya dan
manfaat yang menguntungkan pihak swasta itu sendiri. Swasta umumnya tidak
peduli terhadap biaya dan manfaat sosial, seperti kerusakan lingkungan, baik lokal
maupun dalam skala wilayah yang lebih luas lagi yang diakibatkan oleh proses
produksi barang swasta. Biaya dan manfaat sosial dianggap akan mengurangi
keuntungan (opportunity cost), karena biaya dan manfaat sosial sulit dihitung
serta tidak ada pendanaan harganya dipasar. (Bastian, 2010:271)
3.4. Pengadaan Barang/Jasa Melalui Swakelola
Pekerjaan yang dapat dilakukan dengan Swakelola meliputi :
1.

pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan/atau

memanfaatkan kemampuan teknis sumber daya manusia, serta sesuai dengan
tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat
Daerah/Institusi

2.

pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya memerlukan partisipasi
langsung masyarakat setempat atau dikelola oleh
Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi

21
3.

pekerjaan yang secara rinci/detail tidak dapat dihitung/ditentukan terlebih
dahulu, sehingga apabila dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa akan
menimbulkan ketidakpastian dan risiko yang besar;

4.

penyelenggaraan diklat, kursus, penataran, seminar, lokakarya atau
penyuluhan;

3.5. Pengadaan Barang/Jasa Melalui Penyedia Barang/Jasa
Pengadaan barang/jasa melalui penyedia barang/jasa memiliki tahapan sebagai
berikut :
1. Persiapan Pengadaan
Persiapan pengadaan penyedia barang/jasa terdiri atas kegiatan perencanaan
pemilihan penyedia barang/jasa, pemilihan sistem pengadaan, penetapan
metode penilaian kualifikasi, penyusunan jadwal pemilihan penyedia
barang/jasa, penyusunan Dokumen Pengadaan Barang/Jasa, dan penetapan
2.

Harga Perkiraan Sendiri (HPS).
Perencanaan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa
Perencanaan pemilihan penyedia barang/jasa terdiri atas kegiatan pengkajiaan
ulang paket pekerjaan dan pengkajian kegiatan pengadaan. Perencanaan
pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan oleh Pejabat Pembuat

3.

Komitmen (PPK) dan Unit Layanan Pengadaan (ULP).
Pemilihan Sistem Pengadaan
Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan (ULP) atau Pejabat Pengadaan
(PP)

menyusun

dan

menetapkan

metode

pemilihan

penyedia

barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya. Pemilihan penyedia dilakukan
dengan :
a. Pengadaan Langsung
Pengadaan
Langsung

dapat

dilakukan

terhadap

Pengadaan

Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling tinggi
Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah), dengan ketentuan kebutuhan
operasional

Kementerian/Lembaga/Satuan

Kerja

Perangkat

Daerah/Instansi, teknologi sederhana, risiko kecil, dan/atau dilaksanakan
oleh Penyedia Barang/Jasa usaha orang-perseorangan dan/atau badan
usaha kecil serta koperasi kecil, kecuali untuk paket pekerjaan yang

22
menuntut kompetensi teknis yang tidak dapat dipenuhi oleh Usaha Mikro,
Usaha Kecil dan koperasi kecil.
b. Pemilihan Langsung
Penunjukkan langsung terhadap 1 (satu) penyedia barang/pekerjaan
konstruksi/jasa lainnya yang dinilai mampu melaksanakan pekerjaan dan
atau memenuhi kualifikasi, dapat dilakukan dalam hal keadaan tertentu
dan atau pengadaan barang khusus/pekerjaan konstruksi khusus/jasa
lainnya

yang

bersifat

khusus

dan

bernilai

paling

tinggi

Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
c. Pelelangan Umum
Metode
ini
diumumkan

sekurang-kurangnya

di

website

Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi, papan pengumuman
resmi untuk masyarakat, dan portal pengadaan nasional melalui Lembaga
Pengadaan Secara Elektronik, sehingga masyarakat luas dan dunia usaha
yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya.
d. Pelelangan Terbatas
Pelelangan terbatas adalah metode pemilihan penyedia barang/pekerja
konstruksi dengan jumlah penyedia yang mampu melaksanakan diyakini
terbatas dan untuk pekerjaan yang komplek yang bernilai paling tinggi
Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
e. Pelelangan Sederhana
Pelelangan sederhana adalah metode pemilihan penyedia barang/jasa
lainnya untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp 5.000.000.000,00
(lima miliar rupiah)
4.

Penetapan Metode Penyampaian Dokumen Penawaran
Kelompok kerja Unit Layanan Pengadaan (ULP)/Pejabat Pengadaan (PP)
menyusun dan menetapkan metode pemasukan Dokumen Penawaran yang
terdiri atas :
a. Metode satu sampul digunakan untuk Pengadaan Barang/Jasa yang
sederhana, dalam Penunjukan Langsung, Pengadaan Langsung, Kontes,
Sayembara. Dimana evaluasi teknis tidak dipengaruhi oleh harga dan
memiliki karakteristik sebagai berikut:

23
1) Pekerjaan yang bersifat sederhana dengan standar harga yang telah
ditetapkan Pemerintah
2) Pengadaan Jasa Konsultansi dengan Kerangka Acuan Kerja yang
sederhana atau
3) Pengadaan Barang/Pekerjaan

Konstruksi/Jasa

Lainnya

yang

spesifikasi teknis atau volumenya dapat dinyatakan secara jelas dalam
Dokumen Pengadaan.
b. Metode dua sampul digunakan untuk Pengadaan Barang/Jasa dimana
evaluasi teknis dipengaruhi oleh penawaran harga, dan digunakan untuk:
1) Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang
menggunakan evaluasi sistem nilai atau sistem biaya selama umur
ekonomis.
2) Pengadaan Jasa Konsultansi yang memiliki karakteristik sebagai
berikut:
a) Dibutuhkan penilaian yang terpisah antara persyaratan teknis
dengan harga penawaran, agar penilaian harga tidak mempengaruhi
penilaian teknis atau
b) Pekerjaan bersifat kompleks sehingga diperlukan evaluasi teknis
yang lebih mendalam.
c. Metode dua tahap digunakan untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Pekerjaan bersifat kompleks
2) Memenuhi kriteria kinerja tertentu dari keseluruhan sistem, termasuk
pertimbangan

kemudahan

atau

efisiensi

pengoperasian

dan

pemeliharan peralatannya
3) Mempunyai beberapa alternatif penggunaan sistem dan desain
penerapan teknologi yang berbeda
4) Membutuhkan waktu evaluasi teknis yang lama dan/atau
5) Membutuhkan penyetaraan teknis.
5.

Metode Evaluasi Penawaran
Metode evaluasi penawaran dalam pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya terdiri atas :
a. Metode evaluasi sistem gugur
Sistem gugur merupakan evaluasi penilaian penawaran dengan cara
memeriksa dan membandingkan dokumen penawaran terhadap pemenuhan
persyaratan yang telah ditetapkan dalam Dokumen Pemilihan Penyedia

24
Barang/jasa dengan urutan proses evaluasi dimulai dari penilaian
persyaratan administrasi, persyaratan teknis, dan kewajaran harga terhadap
Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang tidak lulus
penilaian pada setiap tahapan dinyatakan gugur.
b. Metode evaluasi sistem nilai
Sistem nilai merupakan evaluasi penilaian penawaran dengan cara
memberikan nilai angka tertentu pada setiap unsur yang dinilai,
berdasarkan kriteria dan bobot yang telah ditetapkan dalam Dokumen
Pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya, kemudian
membandingkan jumlah perolehan nilai dari para peserta. Sistem nilai
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
1) besaran bobot biaya antara 70% (tujuh puluh perseratus) sampai
dengan 90% (sembilan puluh perseratus) dari total bobot keseluruhan
2) unsur yang dinilai harus bersifat kuantitatif atau yang dapat
dikuantifikasikan; dan
3) tata cara dan kriteria penilaian harus dicantumkan dengan jelas dan
rinci dalam Dokumen Pengadaan.
c. Metode evaluasi biaya selama umur ekonomis
Metode evaluasi biaya selama umur ekonomis dengan cara memberikan
nilai pada unsur-unsur teknis dan harga yang dinilai menurut umur
ekonomis barang yang ditawarkan berdasarkan kriteria dan nilai yang
ditetapkan dalam Dokumen Pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa

Lainnya,

kemudian

nilai

unsur-unsur

tersebut

dikonversikan ke dalam satuan mata uang tertentu, dan dibandingkan
dengan jumlah nilai dari setiap penawaran peserta dengan penawaran
peserta.

3.6. Dokumen Pengadaan
Dokumen Pengadaan adalah dokumen yang ditetapkan oleh Kelompok Kerja
ULP/Pejabat Pengadaan yang memuat informasi dan ketentuan yang harus ditaati

25
oleh para pihak dalam proses Pengadaan Barang/jasa. Pejabat pengadaan
menyusun dan menetapkan dokumen pengadaan yang terdiri dari :
a. Dokumen Kualifikasi paling kurang terdiri atas :
1) petunjuk pengisian formulir isian kualifikasi
2) formulir isian kualifikasi
3) instruksi kepada peserta kualifikasi
4) lembar data kualifikasi
5) Pakta Integritas dan
6) tata cara evaluasi kualifikasi.
b. Dokumen Pemilihan paling kurang terdiri atas:
1) undangan/pengumuman kepada calon Penyedia Barang/Jasa
2) instruksi kepada peserta Pengadaan Barang/Jasa
3) syarat-syarat umum Kontrak
4) syarat-syarat khusus Kontrak
5) daftar kuantitas dan harga
6) spesifikasi teknis, Kerangka Acuan Kerja dan/atau gambar
7) bentuk surat penawaran
8) rancangan Kontrak
9) bentuk Jaminan; dan
10) contoh-contoh formulir yang perlu diisi.
c. Rancangan Surat Perintah Kerja
d. Rancangan surat perjanjian terdiri dari:
1) syarat-syarat umum Kontrak
2) syarat-syarat khusus Kontrak
3) spesifikasi teknis, Kerangka Acuan Kerja dan/atau gambar
4) daftar kuantitas dan harga; dan
5) dokumen lainnya
e. Harga Perkiraan Sendiri (HPS)

3.7. Prosedur dan Tahapan Pengadaan Barang/jasa
Berikut merupakan prosedur dan tahapan pengadaan barang/jasa :
1. Pengumuman
Pengumuman pelelangan bertujuan untuk memberikan informasi seluasluasnya kepada masyarakat tentang rencana pengadaan barang/jasa.
Pengumuman dilaksanakan selama 7 (tujuh) hari dari hari kerja dimana pada
hari pertama pengumuman dilaksanakan melalui media cetak/koran untuk

26
nilai di atas 1 (satu) milyar, dipasang pada koran nasional dan provinsi,
kecuali penyedia barang/jasa untuk pekerjaan tersebut kurang dari 3 (tiga)
perusahaan di provinsi tersebut, maka diumumkan juga harus ditempel pada
2.

papan pengumuman institusi dalam jangka 7 (tujuh) hari kerja.
Pendaftaran dan Pengambilan Dokumen Penawaran
Pendaftaran dan pengambilan dilaksanakan 1 (satu) hari setelah pengumuman
sampai dengan satu hari sebelum batas akhir pemasukan dokumen. Penyedia
barang/jasa harus memperhatikan baik–baik persyaratan yang tertulis di
pengumuman

untuk

pendaftaran

ini,

karena

banyak instansi

yang

mempersyaratkan bahwa yang mendaftar haruslah pemilik perusahaan yang
namanya ada di dalam akta pendirian perusahaan atau yang memiliki
wewenang untuk bertindak atas nama perusahaan dengan bukti otentik
3.

tertentu.
Rapat Penjelasan (Aanwijzing)
Rapat penjelasan dilaksanakan paling cepat 4 (empat) hari kerja sejak tanggal
pengumuman. Hal ini agar penyedia barang/jasa memiliki cukup waktu untuk
mempelajari dokumen dan mempersiapkan hal-hal yang dianggap kurang
jelas agar dapat dinyatakan sewaktu rapat penjelasan. Rapat ini tidak bersifat
wajib, dan ketidak ikut sertaan dalam acara ini tidak dapat dijadikan alasan
untuk menggugurkan peserta. Pihak yang berhak ikut di dalam rapat
penjelasan adalah peserta yang sudah mendaftar untuk mengikuti pelelangan.
Hasil rapat penjelasan bersifat mengikuti kepada seluruh peserta, baik yang
ikut maupun tidak mengikuti dan menjadi salah satu lampiran dari dokumen
pengadaan. Pada kegiatan ini seluruh peserta dapat menyampaikan
pernyataan dan meminta informasi serta penjelasan seluas-luasnya kepada
panitia, baik hal-hal yang bersifat administrasi maupun teknis. Setiap
perubahan terhadap dokumen akan dicatat dan dimasukkan kedalam berita
acara rapat penjelasan. Pertanyaan harus dapat dituntaskan pada rapat, karena
setelah rapat penjelasan tidak diperbolehkan lagi peserta berkomunikasi
dengan panitia untuk mempertanyakan aspek-aspek administrasi maupun

4.

teknis.
Pemasukan Penawaran

27
Pemasukan dokumen penawaran dilaksanakan 1 (satu) hari setelah rapat
penjelasan (aanwijzing) dan batas akhirnya minimal 2 (dua) hari setelah
penjelasan. Lama waktu pemasukan disesuaikan dengan kompleksitas
pelelangan. Bisa 2 (dua) hari dan bisa juga sampai 30 (tigapuluh) hari kerja.
Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh penyedia barang/jasa dalam
pemasukan dokumen penawaran, yaitu dokumen yang dimasukkan harus
diyakini sudah dalam kondisi lengkap, jangan ada tertinggal satu pun
dokumen, baik administrasi maupun teknis. Apabila ada kekurangan satu
dokumen, dapat menggugurkan penawaran itu. Pemasukan dokumen juga
harus memperhatikan batas akhir waktu pemasukan, karena selisih satu menit
5.

saja dari batas akhir, dapat menyebabkan penawaran ditolak.
Pembukaan Dokumen Penawaran
Pembukaan dokumen biasanya dilaksanakan pada terakhir pemasukan
dokumen, pada saat pembukaan inilah biasanya ketegangan pertama dialami
oleh penyedia barang/jasa, dan bahkan bisa berujung pada keributan. Hal ini
disebabkan, pada pembukaan dokumen, seluruh dokumen yang sudah masuk
dicek satu persatu dan diperiksa kelengkapannya. Hasil dari pembukaan
dokumen adalah sebuah berita acara yang berisi “lengkap” atau “tidak
lengkap” dari dokumen penawaran. Namun, walaupun pemeriksaan
kelengkapan dilakukan saat pembukaan ini, tahapan ini tidak menggugurkan
peserta, karena pengangguran peserta baru dilakukan saat evaluasi. Tetapi,
kalau pada pembukaan sudah tidak lengkap, maka tidak bisa dinyatakan lulus
administrasi. Sistem satu sampul juga membuka dokumen harga pada saat
pembukaan dokumen, sehingga seluruh peserta dapat melihat harga satu sama

6.

lain.
Evaluasi Dokumen Penawaran
Tahap ini sangat penting bagi peserta karena, pada tahapan inilah penilaian
dokumen administrasi, teknis maupun harga dari para peserta dilakukan.
Penentuan siapa yang memenangkan pelelangan juga akan dilihat pada
tahapan ini. Evaluasi administrasi akan mengecek semua dokumen
administrasi secara detail, utamanya kebenaran dan keterbaruan (up to date)
dari dokumen-dokumen tersebut. Panitia perlu menghindari penilaian yang

28
sifatnya bisa atau tidak substantive, jangan sampai hanya karena dokumen
penawaran dari peserta tidak dijilid spiral atau dijilid buku maka langsung
digugurkan dengan alasan administrasi yang tidak lengkap. Klarifikasi dan
pembuktian kualifikasi penilaian terhadap kualifikasi perusahaan dengan
tahapan pengadaan dengan penilaian pascakualifikasi dilakukan setelah
evaluasi. Pada tahapan ini panitia harus mengecek kebenaran dari data
kualifikasi yang telah dimasukkan oleh peserta. Seperti kebenaran SIUP,
Pajak, bahkan domisili perusahaan. Panitia juga dapat melakukan kunjungan
perusahaan untuk melihat langsung apakah benar perusahaan tersebut ada
atau hanya perusahaan fiktif. Dapat juga dilakukan pemanggilan kepada
perusahaan untuk mengklarifikasi dokumen-dokumen yang telah dimasukkan
7.

ke dokumen aslinya.
Usulan, Penetapan dan Pengumuman Pemenang
Kewenangan penentuan pemenang tidak berada pada panitia, melainkan pada
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Panitia pengadaan hanya sekedar
mengusulkan pemenang. PPK menetapkan berdasarkan hasil evaluasi yang
telah dilaksanakan oleh panitia. Setelah, ditetapkan oleh PPK pemenang

8.

diumumkan oleh panitia melalui papan pengumuman institusi.
Sanggahan
Peserta pengadaan berhak melakukan sanggahan apabila hasil pengadaan
dianggap tidak sesuai dengan aturan yang berlaku atau terjadi penyimpangan
atau Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN) selama proses pengadaan. Dalam hal
ini sering terjadi kesalahan prosedur sanggahan. Sanggahan terdiri atas 2
(dua) tahap, yaitu sanggahan pertama yang ditujukan kepada PPK dan
sanggahan banding yang ditujukan kepada atasan PPK yaitu Pengguna
Anggaran (PA) atau Kuasa Pengguna Anggaran (KPA).

3.8. Pengadaan Barang dan Jasa Secara Elektronik (E-procurement)
Pengadaan secara elektronik atau e-procurement adalah Pengadaan Barang/Jasa
yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan transaksi
elektronik sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Layanan Pengadaan
Secara Elektronik (LPSE) adalah unit kerja Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja
Perangkat Daerah/Institusi yang dibentuk ntuk menyelenggarakan sistem

29
pelayanan Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik dan dibentuk oleh
Gubernur/Bupati/Walikota

atau

pejabat

pengadaan

dalam

melaksanakan

pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik. Fungsi LPSE adalah sebagai
administrasi sistem elektronik, sebagai unit register dana verifikasi pengguna, dan
sebagai unit layanan pengguna.
Dasar hukum pelaksanaan e-procurement adalah Peraturan Presiden No.54 Tahun
2010 beserta dengan perubahannya. Pengadaan barang/jasa pemerintah secara
elektronik bertujuan untuk :
1. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
2. Meningkatkan akses pasar dan persaingan usaha yang sehat
3. Memperbaiki efisiensi proses pengadaan
4. Mendukung proses monitoring dan audit
5. Memenuhi kebutuhan akses informasi yang real time
Secara umum, e-procurement dapat dilakukan melalui 2 cara, yaitu e-tendering
dan e-purchasing. E-tendering adalah “proses pengadaan barang/jasa yang
dilakukan oleh penyedia barang/jasa secara elektronik melalui cara satu kali
penawaran”, sedangkan e-purchasing adalah “proses pengadaan barang/jasa yang
dilakukan melalui catalog elektronik”. (Peraturan Presiden No.54 Tahun 2010
beserta dengan perubahannya)
E-tendering sama persis dengan pola pengadaan yang selama ini dilaksanakan
secara manual, perbedaanya hanya seluruh tahapan dilaksanakan secara
elektronik, dan wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Mengacu pada standar yang meliputi interoperabilitas dan integrasi dengan
sistem pengadaan barang/jasa secara elektronik.
2. Mengacu pada standar proses pengadaan secara elektronik
3. Tidak terikat pada lisensi tertentu
E-purchasing menggunakan cara yang sama sekali berbeda. Pengguna barang/jasa
tinggal memilih barang/jasa yang diinginkan melalui katalog elektronik yang
terbuka serta transparan. Katalog ini disusun oleh LKPP (Lembaga Kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah) melalui sebuah kontrak payung kepada
produsen atau penyedia utama, sehingga harga yang ditawarkan dipastikan jauh
lebih rendah dibandingkan dengan harga pasar.

30
3.8.1. Ketentuan Umum
Ketentuan umum pengadaan barang/jasa secara elektronik sebagai berikut :
1.

Layanan Pengadaan Secara Elektronik selanjutnya disingkat LPSE adalah
unit kerja K/L/D/I yang dibentuk untuk menyelenggarakan sistem pelayanan

2.

pengadaan barang/jasa secara elektronik.
Aplikasi SPSE adalah aplikasi perangkat lunak Sistem Pengadaan Secara
Elektronik (SPSE) berbasis web yang terpasang di server LPSE yang dapat

3.

diakses melalui website LPSE.
Pengguna SPSE adalah perorangan/badan usaha yang memiliki hak akses
kepada aplikasi SPSE, direpresentasikan oleh User ID dan password yang
diberikan oleh LPSE, antara lain Pejabat Pembuat Komitmen (PPK),
Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan (Pokja ULP), Penyedia

4.

Barang/Jasa.
User ID adalah nama atau pengenal unik sebagai identitas diri dari Pengguna

5.

yang digunakan untuk beroperasi di dalam aplikasi SPSE.
Password adalah kumpulan karakter atau string yang digunakan oleh

6.

Pengguna untuk memverifikasi User ID kepada aplikasi SPSE.
APENDO adalah Aplikasi Pengaman Dokumen, yang dikembangkan oleh

7.

Lembaga Sandi Negara.
User ID dan password yang masih aktif dapat digunakan oleh Pengguna
untuk mengikuti pengadaan dan aktivitas lain dalam aplikasi SPSE pada

8.

LPSE yang bersangkutan terdaftar atau LPSE lain yang telah teragregasi.
LPSE dapat menyediakan sarana ruang bidding sesuai kemampuan LPSE
yang dilengkapi dengan fasilitas jaringan Local Area Network (LAN) untuk
mengakses aplikasi SPSE. Apabila di dalam ruang bidding tidak dilengkapi
dengan komputer maka Pengguna yang akan mengikuti proses pengadaan
barang/jasa pemerintah secara elektronik dapat membawa notebook dan

9.

tersambung ke jaringan LAN LPSE.
Apabila LPSE tidak menyediakan ruang bidding maka Pengguna dapat
melaksanakan proses pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik
dari lokasi lain yang terhubung dengan internet (misal: kantor Pengguna,
warung internet, hotspot umum dan lain-lain) dan tersambung ke jaringan
internet.

31
10. Pengguna dapat mengganti password sesuai dengan keinginannya, dan
menjaganya agar selalu bersifat rahasia.
11. Waktu yang digunakan untuk proses pengadaan melalui website LPSE adalah
waktu dari server LPSE setempat.
12. Dengan menjadi Pengguna SPSE

maka

Pengguna

dianggap

telah

memahami/mengerti dan menyetujui semua isi di dalam Persyaratan dan
Ketentuan Penggunaan Sistem Pengadaan Secara Elektronik, Panduan
Pengguna, dan ketentuan lain yang diterbitkan oleh Lembaga Kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).

3.8.2. Keanggotaan E-procurement
Tahapan yang harus di ikuti dalam keanggotan e-procurement sebagai berikut :
1.

Registrasi Pengguna
a. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan ULP mengajukan permintaan
sebagai Pengguna SPSE kepada pengelola LPSE dengan menunjukan
surat tugas/surat keputusan/surat penunjukan yang berlaku.
b. Penyedia barang/jasa melakukan pendaftaran secara online pada website
LPSE dan selanjutnya mengikuti proses verifikasi dokumen pendukung
yang dipersyaratkan oleh LPSE.
c. Dengan membuat dan/atau mendaftar sebagai peserta lelang pada paket
pekerjaan dalam SPSE, maka PPK/ULP dan Penyedia barang/jasa telah
memberikan persetujuannya pada Pakta Integritas.

2.

Kewajiban Pengguna
a. Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang
berlaku dalam pengadaan barang/jasa pemerintah.
b. Masing-masing Penyedia barang/jasa hanya diperkenankan memiliki 1
(satu) User ID dan password untuk roaming pada LPSE yang telah
teragregasi.

Pada

kondisi

LPSE

belum

teragregasi

penyedia

memungkinkan memiliki lebih dari 1 (satu) User ID dan Password sesuai
dengan jumlah LPSE tempat penyedia mendaftar.
c. Setiap Pengguna bertanggungjawab melindungi kerahasiaan hak akses,
dan aktivitas lainnya pada SPSE.

32
d. Setiap penyalahgunaan hak akses oleh pihak lain menjadi tanggung
jawab pemilik User ID dan password.
e. Penyedia barang/jasa wajib memutakhirkan data kualifikasi (jika terjadi
perubahan seperti alamat, status kepemilikan, kondisi keuangan, kontak
person, klasifikasi bidang usaha, jenis barang/jasa yang disediakan, dan
f.

data atau informasi lain yang dianggap perlu dalam SPSE).
Menjaga kerahasiaan dan mencegah penyalahgunaan data dan informasi

yang tidak diperuntukkan bagi khalayak umum.
g. Penyedia barang/jasa bertanggung jawab terhadap setiap kekeliruan
dan/atau kelalaian atas penggunaan data kualifikasi yang tidak mutakhir
(update) yang tidak menjadi tanggung jawab LPSE maupun ULP.
3.

Ketentuan Pengguna
a. Pengguna setuju bahwa transaksi yang dilakukan melalui SPSE tidak
boleh melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia.
b. Pengguna wajib tunduk dan taat pada semua peraturan yang berlaku di
Indonesia

yang

berhubungan

dengan

penggunaan

jaringan

dan

komunikasi data baik di wilayah Indonesia maupun dari dan keluar
wilayah Indonesia melalui website LPSE.
c. Pengguna bertanggungjawab penuh atas isi transaksi yang dilakukan
dengan menggunakan SPSE.
d. Pengguna dilarang saling mengganggu proses transaksi dan/atau layanan
lain yang dilakukan dalam SPSE.
e. Pengguna setuju bahwa usaha untuk memanipulasi data, mengacaukan
sistem elektronik dan jaringannya adalah tindakan melanggar hukum.
3.9. Preferensi Harga
Preferensi Harga untuk Barang/Jasa dalam negeri diberlakukan pada Pengadaan
Barang/Jasa yang dibiayai pinjaman luar negeri melalui Pelelangan Internasional.
Preferensi Harga untuk Barang/Jasa dalam negeri diberlakukan untuk Pengadaan
Barang/Jasa yang dibiayai rupiah murni, dengan ketentuan sebagai berikut:
1. sampai dengan 31 Desember 2013, untuk Pengadaan Barang/Jasa bernilai
diatas Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)

33
2. mulai 1 Januari 2014, untuk Pengadaan Barang/Jasa bernilai diatas Rp
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Preferensi Harga untuk Barang/Jasa dalam negeri berlaku terhadap produk yang
diprioritaskan untuk dikembangkan, yang ditetapkan oleh Menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perindustrian setelah mendapat
pertimbangan dari menteri/pimpinan lembaga teknis terkait. Preferensi Harga
hanya diberikan kepada Barang/Jasa dalam negeri dengan TKDN lebih besar atau
sama dengan 25% (dua puluh lima perseratus).
Barang produksi dalam negeri tercantum dalam Daftar Inventarisasi Barang/Jasa
Produksi Dalam Negeri yang dikeluarkan oleh Menteri yang membidangi urusan
perindustrian. Preferensi harga untuk Barang produksi dalam negeri paling tinggi
15% (lima belas perseratus).
Preferensi harga untuk Pekerjaan Konstruksi yang dikerjakan oleh Kontraktor
nasional adalah 7,5% (tujuh koma lima perseratus) diatas harga penawaran
terendah dari Kontraktor asing.
Harga Evaluasi Akhir (HEA) dihitung dengan ketentuan sebagai berikut:
1. preferensi terhadap komponen dalam negeri Barang/Jasa adalah tingkat
komponen dalam negeri dikalikan preferensi harga
2. preferensi harga diperhitungkan dalam evaluasi harga penawaran yang
telah memenuhi persyaratan administrasi dan teknis, termasuk koreksi
aritmatik;
Dalam hal terdapat 2 (dua) atau lebih penawaran dengan HEA yang sama,
penawar dengan TKDN terbesar adalah sebagai pemenang. Pemberian Preferensi
Harga, tidak mengubah Harga Penawaran dan hanya digunakan oleh Kelompok
Kerja ULP untuk keperluan perhitungan HEA guna menetapkan peringkat
pemenang Pelelangan/Seleksi.

34