PENGEMBANGAN MULTIMEDIA SIMULATIF KIMIA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI ANALISIS KUALITATIF KATION GOLONGAN 1 | Fathonah S | Inkuiri 7823 16385 1 SM

JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 3, 2015 (hal 120-126)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA SIMULATIF KIMIA BERBASIS INKUIRI
TERBIMBING PADA MATERI ANALISIS KUALITATIF KATION
GOLONGAN 1
Rani Fathonah S1, Mohammad Masykuri2 dan Sulistyo Saputro3
1Magister

Pendidikan Sains, FKIP, UNS
Surakarta, 57126, Indonesia
ranifa90@gmail.com

2Magister

Pendidikan Sains, FKIP, UNS
Surakarta, 57126,Indonesia
mmasykuri@yahoo.com

3Magister


Pendidikan Sains, FKIP, UNS
Surakarta, 57126,Indonesia
sulistyo68@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hasil dari proses pengembangan multimedia simulatif kimia
berbasis inkuiri terbimbing pada materi analisis kualitatif kation golongan I; (2) kelayakan multimedia
simulatif kimia berbasis inkuiri terbimbing pada materi analisis kualitatif kation golongan I; (3) efektivitas
penggunaan multimedia simulatif kimia berbasis inkuiri terbimbing pada materi analisis kualitatif kation
golongan I. Penelitian pengembangan multimediamenggunakan prosedur R&D menurut Borg & Gall yang
telah dimodifikasi menjadi 9 tahapan yaitu: 1) penelitian dan pengumpulan informasi; (2) perencanaan; (3)
pengembangan draf produk; (4) uji coba lapangan awal; (5) revisi hasil uji coba; (6) uji coba lapangan; (7)
revisi produk hasil uji lapangan; (8) uji pelaksanaan lapangan dan (9) revisi produk akhir. Analisis data yang
digunakan selama pengembangan adalah analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan: (1)
pengembangan multimedia simulatif kimia berbasis inkuiri terbimbing telah dilaksanakan melalui prosedur
R&D dan telah direvisi berdasarkan saran dan masukan dari validator dan praktisi serta telah diujicobakan
kepada siswa pada uji coba skala kecil, menengah dan luas; (2) kelayakan produk dikategorikan sangat baik
dan sangat layak digunakan dengan persentase penilaian 86% dari validator dan 87% berdasarkan penilaian
praktisi; (3) produk yang dikembangkan efektif untuk meningkatkan prestasi belajar aspek kognitif dan

afektif.
Kata Kunci: multimedia simulatif, inkuiri terbimbing, dan analisis kualitatif kation golongan I

terdapat pada standar proses sebesar 5,26%,
oleh karenanya pada standar tersebut perlu
dilakukan pembenahan.
Dari
hasil
observasi,
penyebab
kesenjangan dalam standar proses disebabkan
oleh beberapa hal, antara lain karena proses
pembelajaran yang masih berorientasi pada
produk, dalam hal ini siswa dituntut
menguasai materi tanpa diberikan pemahaman
konsep, misalnya saja dengan cara menghafal.
Materi pembelajaran yang diperoleh dengan
cara menghafal akan lebih mudah terlupakan
oleh siswa, sehingga pembelajaran kurang
bermakna bagi siswa. Pembelajaran yang

terjadi cenderung teacher centered, sehingga
proses
pembelajaran
kurang
optimal.
Pembelajaran yang tidak memberikan
pengalaman belajar menjadikan siswa

Pendahuluan
Era globalisasi sekarang ini menuntut
adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Bersamaan dengan hal itu,
pemerintah telah melakukan berbagai upaya
untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Keberhasilan mutu pendidikan di sekolah
salah satunya bisa dilihat dari pemenuhan
delapan Standar Nasional Pendidikan (SNP)
melalui angket. Hasil angket yang diujikan di
SMK Bhakti Mulia Wonogiri pada tanggal 20
Januari 2014 menunjukkan bahwa pemenuhan

SNP hanya sebesar 80,86% sehingga
persentase kesenjangan antara skor ideal
dengan skor implementasinya sebesar 19,14%.
Berdasarkan hasil angket tersebut juga dapat
diketahui kesenjangan yang paling besar

120

JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 3, 2015 (hal 120-126)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
nilai ulangan harian yang menunjukkan bahwa
persentase anak yang mencapai KKM sebesar
31%. Hal tersebut diperparah dengan kurang
optimalnya penggunaan media pada proses
pembelajaran. Menurut hasil wawancara guru,
salah satu materi yang sulit diajarkan adalah
materi analisis kualitatif. Hasil belajar pada
materi ini cenderung rendah, 69% siswa yang
mencapai nilai KKM. Hal tersebut diperkuat

dengan hasil angket kebutuhan yang
disebarkan pada 30 siswa SMK Bhakti Mulia
Wonogiri yang menunjukkan bahwa 53,33%
siswa memilih materi analisis kualitatif
sebagai materi yang sulit dimengerti. Hal ini
disebabkan karena pada materi ini bersifat
fakta, mengandung banyak konsep dan
prosedural, terlebih berupa persamaan reaksi
kimia, oleh karenanya akan tepat jika
dijelaskan dengan media berbantu komputer
ataupun simulasi. Hal ini sesuai dengan
pemilihan media menurut isi pelajaran dimana
komputer
atau
simulasi
memberikan
persentase tinggi kecocokan media dengan isi
pelajaran yang bersifat fakta, mengandung
banyak konsep dan prosedural (Arsyad, 2013).
Materi analisis kation dapat divisualisasikan

dengan menggunakan multimedia simulatif
agar siswa mudah memahami materi. Salah
satu contoh media berbantu komputer adalah
multimedia dengan menggunakan aplikasi
Macromedia Flash. Menurut Munir (2013),
multimedia
dapat
mengembangkan
kemampuan indera dan menarik perhatian
serta minat. Berdasarkan kenyataan di
lapangan, siswa lebih tertarik dengan media
yang tidak hanya menampilkan tulisan saja
tetapi disertai gambar, suara dan animasi
gerak. Solusi dari permasalahan tersebut, maka
diperlukan pemanfaatan komputer untuk
membuat multimedia. Menurut Sunardi dan
Stefanus (2010), pembelajaran dengan
multimedia terbukti dapat menarik perhatian
siswa karena adanya kombinasi dari berbagai
aspek sehingga media terasa lebih hidup. Hal

ini juga didukung oleh prinsip pembelajaran
sekarang ini yakni memanfaatan teknologi
informasi
dan
komunikasi
untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pembelajaran
(Permendikbud,
2013).
Perkembangan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi semakin lama akan semakin maju
untuk
dapat
mendorong
upaya-upaya
pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil


cenderung pasif terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan sains. Hal ini diperkuat dengan
hasil survey Programme for International
Student Assessment (PISA) tahun 2012, yang
menginformasikan bahwa kemampuan sains di
Indonesia berada pada peringkat ke 64 dari 65
negara peserta dengan skor 382 yang mana
nilai tersebut berada di bawah rata-rata nilai
standar
dari
PISA
yakni
501
(www.oecd.org/pisa),
oleh
karenanya
kemampuan sains termasuk juga pelajaran
kimia dapat ditingkatkan dengan perubahan
cara belajar sains yakni berorientasi pada

proses, produk dan sikap. Pendidikan sains
berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
fenomena alam secara sistematis, sehingga
sains bukan hanya penguasaan pengetahuan
yang berupa fakta, konsep atau prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Menurut Permendikbud (2013), kurikulum
2013 menerapkan pembelajaran berbasis
penyingkapan/penelitian atau biasa disebut
discovery/inquiry learning.
Salah satu cabang ilmu sains yang
berperan sebagai central science adalah ilmu
kimia. Kimia sebagai salah satu ilmu dasar
memiliki peran yang sangat penting dalam
memberikan jawaban atas suatu masalah
yang telah banyak dikaji oleh cabang ilmu
lain. Pada Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) kesehatan, mata pelajaran kimia
khususnya pada mata pelajaran kimia analitik
sangatlah penting. Hal ini dikarenakan materi

pada kimia analitik digunakan untuk
menentukan berbagai unsur atau senyawa
dalam sampel seperti air, darah, urin, dan
lainnya, akan tetapi berdasarkan analisis
kebutuhan dapat diketahui persentase siswa
yang menganggap pelajaran kimia analitik
adalah pelajaran yang tidak menarik sebesar
77% dan pelajaran yang sulit sebesar 93%.
Pada kenyataannya, ketika proses
kegiatan belajar mengajar (KBM) khususnya
mata pelajaran kimia analisis/kimia analitik,
guru
sering
mengalami
kesulitan
menyampaikan materi yang dikarenakan
materi yang bersifat fakta, mengandung
banyak konsep dan prosedural sehingga pesan
yang disampaikan guru sulit diterima oleh
siswa. Hal tersebut berdampak pada

pemahaman siswa.Siswa menjadi kurang
paham sehingga nilai yang didapat pun
cenderung rendah. Hal ini dapat terbukti dari

121

JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 3, 2015 (hal 120-126)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
dan mengumpulkan informasi tentang
kebutuhan pengembangan. Sebagai bentuk
penelitian
yang
menggunakan
desain
deskriptif, penulis melakukan ekplorasi
dengan mengumpulkan data deskriptif
sebanyak mungkin dan menuangkannya
dalam bentuk laporan dan uraian. 2)
Perencanaan (Planning). Pada tahapan ini
dilakukan penentuan konsep dari media
pembelajaran
yang akan dikembangkan
dengan cara memasukkan sintaks inkuiri
terbimbing di dalamnya. 3) Pengembangan
draft produk (Develop preliminary form of
product). Pada tahap ini dilakukan dengan
membuat naskah pengembangan media.
Desain media yang dirancang dalam bentuk
naskah kemudian dikembangkan yang terdiri
dari objek-objek yang akan digunakan dalam
pembuatan media pembelajaran seperti narasi,
text, animasi, simulasi dan suara menggunakan
software Macromedia Flash CS4. Pada
tahapan ini rancangan produk (draft) ditelaah
oleh validasi ahli, yakni ahli materi,
multimedia dan praktisi. Validator diminta
untuk memberikan saran, komentar, kritik dan
penilaian terhadap produk yang telah
dikembangkan dengan cara mengisi angket
penilaian produk yang telah disiapkan. 4) Uji
coba lapangan awal (Preliminary field testing).
Jika rancangan produk sudah dikatakan baik
kelayakannya menurut 3 validator tadi maka
dilakukan pengujian awal produk di lapangan
dengan menyebar produk dan diuji cobakan
pada siswa dengan skala kecil (jumlah subyek
6-12). Siswa diminta melakukan penilaian dan
komentar terhadap produk.
5) Revisi
hasil uji coba (Main product revision).
Berdasarkan tahapan nomor 4, produk
direvisi/dilakukan perbaikan jika memang
terdapat saran perbaikan dari siswa. Revisi
dilakukan ketika pengembangan media yang
dibuat masih terdapat kekurangan. 6) Uji
coba lapangan (Main field testing). Pada
tahapan ini dilakukan uji coba yang lebih
luas pada 30 sampai dengan 100 orang
subjek uji coba. Data kuantitatif prestasi
sebelum
dan sesudah
menggunakan
multimedia
dikumpulkan.
Hasil-hasil
pengumpulan
data
dievaluasi
dan
dibandingkan dengan kelompok pembanding.
Uji coba luas ini dilakukan dengan
menggunakan desain eksperimen. Uji ini
dilakukan untuk mengetahui efektivitas

teknologi dalam proses belajar (Kuhlthau et.
al., 2010). Berdasarkan uraian latar belakang
tersebut, maka perlu dilakukan penelitian
mengenai pengembangan multimedia simulatif
kimia berbasis inkuiri terbimbing pada materi
analisis kualitatif kation golongan 1.
Tujuan dari pengembangan produk ini
untuk mengetahui: 1) proses pengembangan
multimedia simulatif kimia berbasis inkuiri
terbimbing pada materi analisis kualitatif
kation golongan 1, 2) kelayakan produk
multimedia simulatif kimia berbasis inkuiri
terbimbing pada materi analisis kualitatif
kation golongan 1, dan 3) efektivitas produk
multimedia simulatif kimia berbasis inkuiri
terbimbing pada materi analisis kualitatif
kation golongan 1.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMK
Bhakti Mulia Wonogiri, yang beralamat di
Desa Joho Lor RT 02 RW 05 Giriwono,
Kecamatan Wonogiri, Jawa Tengah.
Waktu pelaksanaannya adalah bulan
Januari 2014 hingga bulan Januari 2015.
Penelitian
ini
termasuk
penelitian
pengembangan atau biasa disebut research
and development (R&D). Menurut Borg dan
Gall
(1983), pengembangan
berbasis
penelitian yaitu proses yang digunakan
untuk mengembangkan dan memvalidasi
produk-produk yang
digunakan
dalam
pendidikan. Model pengembangan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
model prosedural yaitu model yang bersifat
deskriptif, menunjukkan langkah-langkah
yang harus diikuti untuk menghasilkan
produk berupa media pembelajaran. Produk
yang dikembangkan dalam penelitian ini
berupa media pembelajaran dalam bentuk
multimedia simulatif kimia berbasis inkuiri
terbimbing pada materi analisis kation
golongan pertama (I).
Penelitian pengembangan ini mengacu
pada model R&D Borg&Gall (1983) yang
dimodifikasi sampai pada tahap ke sembilan.
Sumber data pada penelitian ini berupa data
validasi, data uji coba awal, data uji coba
utama, dan data uji coba operasional.
Tahapan R&D yang dilakukan adalah
sebagai berikut: 1) Penelitian
dan
pengumpulan data (Research and information
collection). Tahapan ini adalah proses meneliti

122

JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 3, 2015 (hal 120-126)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
pemahaman konsep, misalnya saja dengan
cara menghafal. Materi pembelajaran yang
diperoleh dengan cara menghafal akan lebih
mudah terlupakan oleh siswa, sehingga
pembelajaran kurang bermakna bagi siswa.
Terlebih
kegiatan
pembelajaran
yang
dilakukan guru masih bersifat teachercentered yakni pembelajaran yang bersifat satu
arah. Metode pembelajaran yang diterapkan
masih bersifat konvensional dimana siswa
langsung
diberi
konsep
dengan
memperhatikan dan mendengarkan apa yang
dijelaskan guru, tanpa siswa mengalami
pengalaman belajar. Pengalaman belajar yang
dimaksud
menurut
Depdiknas
(2009)
merupakan kegiatan fisik maupun mental yang
dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan
bahan ajar.
Berdasarkan angket analisis kebutuhan,
kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam
belajar kimia dan mengganggap pelajaran
tersebut tidak menarik. Penyebab ini
menjadikan siswa cenderung tidak menyukai
mata pelajaran kimia. Ilmu kimia memiliki
karakteristik, yaitu (1) bersifat abstrak,
(2) penyederhanaan dari keadaan sebenarnya,
(3) berurutan dan berjenjang. Karakteristik
inilah yang membuat ilmu kimia merupakan
salah satu ilmu yang sulit untuk dipelajari oleh
siswa, sehingga diperlukan suatu media
pembelajaran
yang
berfungsi
untuk
mengkonkritkan konsep-konsep kimia yang
bersifat abstrak tersebut. Salah satu cabang
mata pelajaran kimia yang ada di SMK
Kesehatan adalah kimia analitik.Salah satu
materi pada mata pelajaran tersebut adalah
materi analisis kualitatif yang bersifat fakta,
mengandung banyak konsep dan prosedural.
Sesuai dengan pemilihan media menurut isi
pelajaran dimana komputer atau simulasi
memberikan persentase tinggi kecocokan
media dengan isi pelajaran yang bersifat fakta,
mengandung banyak konsep dan prosedural
(Arsyad, 2013) maka materi analisis kation
dapat divisualisasikan dengan menggunakan
multimedia simulatif agar siswa mudah
memahami materi. Selain itu penggunaan
media diharapkan dapat membuat siswa
tertarik untuk belajar. Hal ini berdasarkan
pernyataan Munir (2013) bahwa multimedia
dapat mengembangkan kemampuan indera dan
menarik perhatian serta minat. Pembelajaran
dengan multimedia terbukti dapat menarik

produk yang telah dikembangkan dalam
pembelajaran.
7) Penyempurnaan produk
hasil uji lapangan (Operational product
revision). Inti dari tahapan ini adalah
menyempurnakan produk hasil uji lapangan
berdasarkan masukan dan saran dari angket
respon siswa, kemudian multimedia kembali
direvisi untuk meningkatkan kualitas dan
kelayakan produk. 8) Uji pelaksanaan
lapangan (Operational field testing). Uji
pelaksanaan lapangan dilaksanakan dengan
melibatkan 40 sampai dengan 200 subjek.
Data
kuantitatif
dan
kualitatif
juga
dikumpulkan. Pengujian dilakukan melalui
angket respon siswa untuk memberi masukan
demi
kesempurnaan
produk.
9)
Penyempurnaan produk akhir (Final product
revision). Berdasarkan hasil uji pelaksanan
lapangan maka dilakukan perbaikan produk
operasional. Hasil revisi akhir inilah yang
disebut produk akhir.
Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari lembar observasi,
wawancara, angket, dan tes. Analisis yang
dilakukan menggunakan analisis deskriptif
kualitatif yaitu dengan mendeskripsikan dan
memaknai data yang bersifat kualitatif.
Sebelum
dianalisis,
dilakukan
proses
kuantifikasi data dari kuesioner selanjutnya
data tersebut dianalisis secara kualitatif. Data
hasil wawancara dan dokumentasi dianalisis
dengan analisis kualitatif dan hasil tes
dianalisis secara kuantitatif.
Penentuan kriteria penilaian terhadap
media pembelajaran
yang
telah
dikembangkan
dilakukan
berdasarkan
kriteria seperti yang digunakan oleh Sugiyono
(2010) berdasarkan angket rating scale.
Apabila hasil persentase ≥61%, produk baik
digunakan dalam proses pembelajaran, dan
untuk analisis hasil tes menggunakan uji-t
guna mengetahui keefektifan dari produk yang
dikembangkan.

Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi tahap
pengumpulan informasi, dapat diketahui
kesenjangan yang cukup besar pada proses
sebesar 5,26%, penyebab kesenjangan dalam
standar proses disebabkan oleh beberapa hal,
antara lain karena proses pembelajaran yang
masih berorientasi pada produk, dimana siswa
dituntut menguasai materi tanpa diberikan

123

JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 3, 2015 (hal 120-126)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
perhatian siswa karena adanya kombinasi dari
berbagai aspek baik suara, animasi, dan warna
yang berbeda-beda sehingga media terasa
lebih hidup.
Berdasarkan data yang didapat tersebut
dilakukan perencanaan pembuatan produk.
Kegiatan yang dilakukan adalah merancang
prototype produk yang di dalamnya termuat
desain
flowchart
dan
story
board
pengembangan multimedia. Produk yang
dikembangkan berupa multimedia simulatif
kimia berbasis inkuiri terbimbing pada materi
analisis kualitatif kation golongan I.
Perencanaan dimulai dengan menterjemahkan
tujuan pembelajaran atau pokok bahasan serta
waktu yang dibutuhkan di tiap-tiap pokok
bahasan, mengurutkan unit bahasan sesuai
tujuan pembelajaran, merancang story board
desain multimedia yang akan dikembangkan,
dan mengumpulkan materi analisis kualitatif
dari berbagai sumber untuk memperoleh
gambaran hal apa saja yang akan dimasukkan
dalam media pembelajaran. Multimedia yang
dikembangkan
didesain
dengan
mengintegrasikan tahapan inkuiri terbimbing
didalamnya. Tahapan inkuiri terbimbing
menurut Sanjaya (2009) terdiri dari orientasi,
perumusan masalah, pengajuan hipotesis,
pengumpulan data, pengujian hipotesis, dan
perumusan kesimpulan. Draft awal ini
selanjutnya divalidasikan kepada 3 orang
validator sebagai ahli materi, ahli media, dan
praktisi. Penilaian yang didapat dari validasi
ahli materi didapatkan sebesar 84%, ahli
media sebesar 88%, dan praktisi sebesar
87%.Ketiga penilaian ini masuk dalam
kategori sangat baik. Produk pengembangan
direvisi berdasarkan masukan dari validator.
Produk selanjutnya diujicobakan pada
uji coba awal, uji coba lapangan, dan uji
pelaksanaan lapangan. Pada setiap akhir uji
coba, siswa memberikan penilaian dan
masukan dengan mengisi angket respon siswa.
Penilaian siswa terhadap produk yang
dikembangkan dapat dilihat pada Tabel 1
sampai dengan Tabel 3.

Revisi hasil uji coba skala kecil selain
dari saran yang diberikan siswa, dilihat dari
capaian rata-rata tiap aspek. Berdasarkan
Tabel 4.6, aspek pembelajaran memiliki
persentase ketercapaian paling tinggi yakni
sebesar 87%. Hal ini berarti penggunaan
produk multimedia simulatif kimia berbasis
inkuiri terbimbing dapat menunjang siswa
dalam
melakukan
proses
kegiatan
pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Munir (2013) bahwa multimedia
sangatlah efektif untuk menjadi alat yang
lengkap dalam proses pengajaran dan
pembelajaran karena multimedia dapat
menyajikan informasi yang dapat dilihat,
didengar dan dilakukan. Secara keseluruhan,
produk multimedia simulatif kimia berbasis
inkuiri terbimbing memiliki persentase
ketercapaian sebesar 85% yang berarti produk
sangat baik dan sangat layak digunakan untuk
tahapan selanjutnya.
Tabel 2. Hasil Penilaian Uji Coba Skala Menengah
No
1
2
3

1
2
3

Aspek Penilaian
Pembelajaran
Materi
Media
Rerata

Skor
(%)
87
82
86
85

Pembelajaran
Materi
Media
Rerata

Skor Siswa
(%)

Kategori

78
80
83
80

Baik
Baik
Sangat Baik
Baik

Pada uji coba skala menengah,
kelayakan
multimedia
yang
telah
dikembangkan diujikan kepada 25 siswa kelas
eksperimen. Berdasarkan Tabel 2, aspek media
memiliki persentase ketercapaian paling tinggi
yakni sebesar 83%. Hal ini berarti produk
multimedia simulatif kimia berbasis inkuiri
terbimbing mendapat respon positif dari siswa.
Poin tertinggi yang didapatkan pada aspek
media adalah poin pembelajaran menggunakan
media yang sesuai perkembangan zaman. Hal
ini terbukti bahwa siswa juga menghendaki
adanya media yang sesuai perkembangan
zaman yang berbasis teknologi. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Kuhlthau et. al, (2010)
bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi semakin lama akan semakin maju
untuk
dapat
mendorong
upaya-upaya
pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil
teknologi dalam proses belajar. Hasil angket
kelayakan produk ini diperoleh persentase
nilai sebesar 80% dengan kategori baik dan
layak untuk digunakan.

Tabel 1. Hasil Penilaian Uji Coba Kelompok Kecil
No

Aspek Penilaian

Kategori
Sangat Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Sangat Baik

124

JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 3, 2015 (hal 120-126)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
Tabel 4.19. Hasil Penilaian Uji Coba Skala Luas
No

Aspek Penilaian

1
2

Pembelajaran
Materi

80
82

3

Media

85

Rerata

Skor (%)

82

efektif. Hal ini dikarenakan siswa tidak cukup
untuk mendefinisikan dan menghafal uruturutan konsep serta menghubungkan antar
konsep.

Kategori
Baik
Sangat
Baik
Sangat
Baik
Sangat
Baik

Kesimpulan dan Rekomendasi
Berdasarkan
hasil
analisis
data
penelitian tentang pengembangan multimedia
simulatif kimia berbasis inkuiri terbimbing
pada materi analisis kation golongan I untuk
kelas X, dapat disimpulkan bahwa: 1) Hasil
akhir langkah pengembangan produk melalui
prosedur R&D adalah tersusunnya multimedia
simulatif kimia yang telah direvisi berdasarkan
saran dan masukan dari validator dan praktisi
serta telah diujicobakan kepada siswa pada uji
coba skala kecil, menengah dan luas. 2)
Kelayakan produk yang dikembangkan
dikategorikansangat baik dengan persentase
ketercapaian skor sebesar 86% berdasarkan
penilaian dari validator, dan 87% berdasarkan
penilaian praktisi. Produk yang dikembangkan
dikatakan baik dan layak digunakan dalam
pembelajaran berdasarkan angket respon siswa
dengan persentase 85% pada saat uji coba
awal, 80% pada saat uji coba lapangan skala
menengah, 82% pada saat uji coba
pelaksanaan lapangan skala luas.
3)
Produk yang dikembangkan efektif untuk
meningkatkan prestasi belajar aspek kognitif
dan afektif.
Berdasarkan kesimpulan maka peneliti
mengajukan rekomendasi sebagai berikut:
1. Saran untuk guru
Sebelum
menggunakan
multimedia
simulatif
kimia
berbasis
inkuiri
terbimbing, hendaknya guru memahami
model pembelajaran inkuiri terbimbing
dan karakteristik siswa terlebih dahulu,
agar hasil yang diperoleh dapat maksimal.
2. Saran untuk peneliti
Hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai acuan untuk penelitian berikutnya
yang sejenis dengan materi yang berbeda.
Selain itu, penelitian pengembangan
dapat dilanjutkan pada tahap diseminasi
atau penyebarluasan produk.
3. Saran untuk siswa
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan
dan
teknologi,
siswa
hendaknya
memanfaatkan
seoptimal
mungkin
fasilitas yang dimiliki untuk mendukung
pembelajaran.

Dari ketiga aspek tersebut pada
penilaian uji coba skala luas, aspek yang
memiliki persentase ketercapaian paling tinggi
yakni pada aspek media sebesar 85%. Hal ini
berarti produk multimedia simulatif kimia
berbasis inkuiri terbimbing juga mendapat
respon positif dari siswa.
Berdasarkan tahapan uji coba skala
menengah dan luas didapatkan data berupa
hasil belajar siswa. Data hasil belajar siswa
yang diambil meliputi data hasil belajar
kognitif dan afektif. Pada tabel menunjukkan
bahwa pada penilaian kognitif dan afektif
kelas eksperimen mendapatkan nilai rata-rata
yang lebih tinggi daripada kelas base line.
Hasil belajar kognitif dan afektif siswa yang
telah diketahui berdistribusi normal dan
berasal dari populasi yang homogen,
selanjutnya efektivitas pembelajaran kedua
kelas diukur dengan menggunakan uji t dua
sampel tidak berhubungan (Independent
Samples
t-test).
Hasil
analisis
uji-t
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil
belajar kognitif dan afektif siswa antara kelas
eksperimen dengan kelas base line. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan Strom
(2012) yang menunjukkan bahwa metode
inkuiri terbimbing dapat meningkatkan
pengetahuan siswa dan mengembangkan
ketrampilan
proses
yaitu
ketrampilan
melakukan
pengamatan, bertanya
dan
berkomunikasi. Barbara dan Allen (2007)
menunjukkan bahwa penerapan metode inkuiri
terbimbing dapat meningkatkan konseptual
pemahaman. Hal tersebut dikarenakan siswa
cenderung lebih tertarik dan belajar lebih baik.
Hal tersebut juga diperkuat oleh penelitian
Zehra dan Nermin (2009), bahwa inkuiri
terbimbing yang merupakan kegiatan ilmiah
terbukti efektif untuk mengembangkan sikap
siswa terhadap ilmu pengetahuan dan
pengajaran
ilmu
pengetahuan.
Bilgin
menyatakan bahwa untuk mengajarkan konsep
pendekatan secara tradisional tidak cukup

125

JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 3, 2015 (hal 120-126)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Daftar Pustaka
Arsyad, A. 2013. Media Pembelajaran . Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Barbara, AG. dan Allen, MS. 2007. Incorporating
Guided-Inquiry Learning into the Organic
Chemistry Laboratory. Journal of Chemical
Education 84(5):848-851.
Bilgin, I. 2009. The Effect of Guided Inquiry
Instruction Incorporating a Cooperative
Learning Approach on University Student’s
Achievement of Acid Bases Concepts and
Attitude toward Guided Inquiry Instruction.
Scientific Research and Essay 4(10): 10381046.
Borg, WR dan Gall, MD. 1983. Educational
Research. New York and London: Longman
Inc.
Depdiknas. 2009. Analisis Butir Soal. Jakarta:
Direktorat Pendidikan Menengah Umum
Kuhlthau, CC., Maniotes, LK., dan Caspari, AK.
2010. Guided Inquiry Design: A Framework
for Inquiry in Your School. The Journal of the
New Members Round Table 4(1): 36-40.
Munir. 2013. Multimedia Konsep & Aplikasi dalam
Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Permendikbud. 2013. Standar Proses Pendidikan
Dasar dan Menengah. Jakarta.
Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan .
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Storm, RK. 2012. Using Guided Inquiry to Improve
Process Skills and Content Knowledge in
Primary Science. Thesis. Montana: Montana
State University.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sunardi dan Stefanus, S. 2010. Multimedia
Pembelajaran Tata Surya dengan Pendekatan
Inkuiri bagi Kelas X SMK. Jurnal Teknologi
Informasi 6(1): 45-52.
Zehra, O and Nermin, B. 2009.The Effect of a
Guided Inquiry Method on Pre-service
Teachers’ Science Teaching Self-Efficacy
Beliefs. Journal of Turkish Science Education
6(2):24-42.

126