155646297 Trauma Servikal

Trauma servikal
 Cedera servikal merupakan penyebab yang paling sering
dari kecacatan dan kelemahan setelah trauma.
 Tulang servikalis terdiri dari 7 tulang yaitu C1 atau atlas, C2
atau axis, C3, C4, C5, C6 dan C7.
 Lokasi fraktur atau fraktur dislokasi cervical paling sering
pada C2 diikuti dengan C5 dan C6 terutama pada usia
decade 3

1

Etiologi

 kecelakaan lalu lintas (44%),
 kecelakaan olah raga(22%),terjatuh dari ketinggian(24%),
kecelakaan kerja
Fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal yaitu:
• Fraktur akibat peristiwa trauma
• Fraktur akibat kelelahan atau tekanan
• Fraktur patologik karena kelemahan pada tulang  


2

Klasifikasi

a.Cedera fleksi
b.Cedera Fleksi-rotasi
c.Cedera ekstensi
d.Cedera compresi axial

3

Patofisiologi
 Cidera cervical atas adalah fraktura atau dislokasi yang
mengenai Basis Occiput-C2.
 Trauma pada servikal C1 dan C2: dislokasi atlanto-servikalis
kepala tidak dapat melakukan gerakan mengangguk
dan apabila menembus ligamentum posterior dan
mencederai medulla spinalis maka pusat ventilasi otonom
akan terganggu.
 Cedera pada C3-C5 menyebabkan gangguan pada otot

pernapasan dan cedera pada C4-C7 mengakibatkan
kelemahan pada ekstremitas (qudriplegia).

4

Sindrom pada trauma servikal
1.Sindroma kord sentral
Paling sering dijumpai setelah suatu cedera hiperekstensi servikal.
Khas pasien mengeluh: rasa terbakar yang berat pada lengan,
mungkin karena kerusakan serabut spinotalamik, mungkin saat ia
menyilang komisura anterior.
Pemeriksaan fisik menunjukkan kelemahan lengan, dengan
utuhnya kekuatan ekstremitas bawah
2.Sindroma arteria spinal anterior
Terjadi karena arteria ini mencatu substansi kelabu dan putih
bagian ventrolateral dan posterolateral kord spinal.
Kerusakan arteria ini berakibat sindroma klinis paralisis bi- lateral
dan hilangnya sensasi nyeri serta suhu dibawah tingkat cedera,
namun sensasi posisi dan vibrasi (fungsi kolom posterior) utuh.
Lesi arteria ini bisa karena cedera tulang belakang, neoplasma

yang terletak anterior (biasanya metastasis) dan cedera aortik.

5

3.Sindroma Brown-Sequard
Pada bentuk yang murni, menunjukkan akibat dari hemiseksi kord
spinal.
Defisit neurologis berupa hilangnya fungsi motor ipsilateral,
sensasi vibrasi dan posisi.
Sebagai tambahan, sensasi nyeri serta suhu kontralateral hilang.
Luka tembus dan peluru dapat menimbulkan sindroma BrownSequard 'lengkap', namun manifestasi tak lengkap sindroma ini
tampak dengan berbagai ragam pada lesi lain, termasuk trauma
dan neoplasma.
4.Sindroma kolom posterior
Terjadi bila kolom posterior rusak secara selektif, berakibat
hilangnya sensasi vibrasi dan proprioseptif bilateral dibawah lesi.
Temuan ini tersering dijumpai sekunder terhadap kelainan
sistemik (neurosifilis), namun
6


Manifestasi klinis












Nyeri
Bengkak/edama
Memar/ekimosis
Spasme otot
Penurunan sensasi
Gangguan fungsi
Mobilitas abnormal

Krepitasi
Deformitas
Shock hipovolemik

7

Trauma Vertebra Servikal menyebabkan gangguan Stabilitas
Gangguan stabilitas ada 2 macam
• Gangguan stabilitas permanent :
Bila lesi atau kerusakan lewat diskus atau jaringan lunak.
Dalam hal ini perlu mutlak untuk dilakukan stabilisasi
anterior, posterior atau kombinasi anterior & posterior
terganutng dari kerusakannya.
• Gangguan stabilitas temporer :
Kerusakan lewat komponen tulang, tindakan konservatif
kecuali ada pendesakan fragmmen ke spinal canal yang
mneimbulkan spinal canal enroachment dengan “neorologic
deficit”

8


Pemeriksaan Penunjang
• CT SCAN : Pemeriksaan ini dapat memberikan
visualisasi yang baik komponen tulang servikal dan
sangat membantu bila ada fraktur akut.
• MRI : Pemeriksaan ini sudah menjadi metode
imaging pilihan untuk daerah servikal . MRI dapat
mendeteksi kelainan ligamen maupun diskus.
pemeriksaan klinis.
• Elektromiografi ( EMG) : Pemeriksaan EMG
membantu mengetahui apakah suatu gangguan
bersifat neurogenik atau tidak, karena pasien dengan
spasme otot, artritis juga mempunyai gejala yang
sama.

9

penatalaksanaan

1. Stabilisasi mutlak diperlukan untuk mencegah kerusakan

spinal cord akibat instability
2. Pada kondisi yang stabil, penyembuhan jaringan lunak akan
lebih baik
• Indikasi operasi :
• Instability (C.I < 2)
• Spinal canal enroachment > 30%
• Neurologic deficit (complete/incomplete)
• Waktu operasi : dianjurkan urgent dalam periode 24-48 jam
bukan emergency (6-8 jam) atau late lebih 1 minggu post
trauma.

10

a. Penanganan cidera acut cervical tanpa gangguan neurologis.

Cervical sprain derajat I & II oleh karena whiplash
injury

• Plain foto cervical AP/Lat tidak tampak kelainan
• Pasang collar brace ± 6 mg

• Ulangan dinamic foto setelah 3-6 mg post trauma
• Untuk melihat adanya chronic instability

11

3. Fracture of the atlas (Jefferson’s fractures)
Therapy :
• Konservatif dengan minerva jacket atau halo traction
selama 3 bulan.
• Operatif : bila disertai dengan ruptur ligamnet
transversum
dilakukan stabilisasi posterior dengan
posterior fusion antara occipital, vertebrae cervical 1
& vertebral cervical 2
• Rupture ligamen : transversum bisa dilihat padafoto
AP terdapat “lateral displacement” dari body mass CI
terhadap C2 > 7 masing-masing.
4. Fracture os odontoid
• Therapy :
• Konservatif : immobilisasi dengan crutch field,

kemudian dilanjutkan dengan minerva jacket selama
2-3 bulan.
• Operatif : bila terdapat instability C1 & C2
12

5.Traumatic spondylolisthesis of the axis (Hangman’s fracture)
• Therapy :
• pada type I & II (stabil) dapat konservatif dengan
minerva jacket, four boster brace atau halo cast
selama 8-12 mg.
• Pada type III dimana terjadi dislokasi terhadap C3
dilakukan operatif denagn stabilisasi interval.
6. Lower cervical spine injury (VC3 – 7)
Therapy :
-koservatif dengan collar brace minerva jacket 8-12 mg.
-Harus dievaluasi radiologis agar tidak timbul kyphosis
deformity
• Problem static & neurologis
operatif : pada type kompresi dengan kyphosis pada
dislokasi.


13

7.Dislokasi cervical bawah
• Therapy :
• Mutlak perlu stabilisasi setelah reposisi
• Posterior stabilisasi & fusi : bila tidak ada
herniasi discus
• Anterior dekompresi dilanjutkan posterior
fusi dan stabilisasi bila ada herniasi discus
• Tidak pernah dilakukan laminectomy

14

Komplikasi

Syok neuogenik
Syok neurogenik merupakan hasil dari kerusakan jalur
simpatik yang desending pada medulla spinalis..
Syok spinal

Syok spinal adalah keadaan flasid dan hilangnya refleks,
terlihat setelah terjadinya cedera medulla spinalis.
Hipoventilasi
Hal ini disebabkan karena paralisis otot interkostal yang
merupakan hasil dari cedera yang mengenai medulla spinalis
bagian di daerah srvikal bawah atau torakal atas.
Hiperfleksia autonomic
Dikarakteristikkan oleh sakit kepala berdenyut , keringat
banyak, kongesti nasal, bradikardi dan hipertensi.
 
15

Prognosa
• Baik bila : type stabil tanpa gagguan
neurologis
incomplete
neurology
deficit pada brown sequard & central
cord syndrome
• Jelek bila complete transection &
anterior cord syndrome

16

Terimakasih...

17